Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
12, Desember 2022
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI
PETANI DALAM USAHA TANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Tsarwah, Buchari
Sibuea
Program Studi
Magister Agribisnis Universitas Medan Area
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Motivasi petani dibantu oleh pengaruh internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri
individu sedangkan eksternal berasal dari luar individu
itu sendiri. Usia, pendidikan formal, pengalaman bertani, skala perusahaan, dan jumlah tanggungan dalam keluarga semuanya menjadi pertimbangan internal. Lingkungan
sosial, situasi ekonomi, dan kebijakan pemerintah merupakan contoh variabel eksternal. Jenis penelitian ini adalah penelitian
asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang digunakan pada penelitian
sebanyak 55 orang responden yang terdiri dari laki-laki.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan
pemberian kuesioner melalui studi lapangan. Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah analisis linier sederhana dengan program software SmartPLS versi
3.0. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa (1) Faktor intrinsik berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi petani diperoleh nilai
tstatistik sebesar 19,370>ttabel 1.67412 dengan nilai
P-Values sebesar 0,00<0,05. (2) Faktor Ekstrinsik berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi petani diperoleh nilai tstatistik sebesar 0,545 < ttabel 1.67412 dengan nilai P-Values sebesar 0,586 >
0,05. (3) Berdasarkan hasil
evaluasi inner
model melalui R-Square variabel
faktor instrinsik usahatani dan variabel faktor ekstrinsik usahatani memberikan pengaruh sebesar 0,915 atau 91,5% terhadap variabel motivasi petani dan sisanya 8,5% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diteliti dalam model regresi penelitian ini.
Kata Kunci : Faktor Intrinstik, Faktor
Eksterinstik, Motivasi Petani
Abstract
Abstract The motivation of farmers is helped by internal and external influences.
Internal factors come from within the individual while external ones come from outside
the individual himself. Age, formal education, farming experience, company scale,
and the number of dependents in the family are all internal considerations. The
social environment, economic situation, and government policies are examples of
external variables. This type of research is associative research with a quantitative
approach. The sample used in the study was 55 respondents consisting of men. The
type of data used in this study is primary data. The data collection technique used
in this study was carried out by giving questionnaires through field studies. The
data analysis technique in this study is a simple linear analysis with the SmartPLS software program version 3.0. The results of this study
show that (1) Intrinsic factors have a positive and significant effect on the
motivation of farmers obtained a statistical value of 19.370>ttabel 1.67412 with a P-Values value of 0.00<0.05. (2) Extrinsic
factors have a positive and significant effect on the motivation of farmers obtained
a statistical value of 0.545 < ttabel 1.67412 with
a P-Values value of 0.586 > 0.05. (3) Based on the results of the evaluation
of the inner model through R-Square, the variables of intrinsic factors of
farming and the variables of extrinsic factors of farming business have an influence
of 0.915 or 91.5% on the motivation variables of farmers and the remaining 8.5%
is explained by other variables that were not studied in the regression model
of this study.
Keywords :�Intrinsic Factor, Exterinistic
Factor, Farmer Motivation
Pendahuluan
Pertanian memiliki peran pokok dalam
menyediakan kebutuhan dasar dan memajukan sektor sosial, ekonomi, dan perdagangan dalam masyarakat agraris. Penduduk pendesaan khususnya di Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, sektor pertanian menjadi semakin pokok dalam perekonomian
negara. Sektor pertanian tidak
hanya menjadi sumber pendapatan nasional, tetapi juga menghasilkan untuk dijual belikan diluar negeri. Ia juga memainkan peran penting dalam mengkonsumsi
tenaga kerja dan memasok makanan dan pakaian untuk penduduk
(Abdulgani, 2020).
Posisi Indonesia dalam bentuk kegiatan yang terfokus pada operasi dan hortikultura, yang dalam sektor ini mencakup
tenaga kerja untuk produksi yang kemudian digunakan sebagai makanan pokok untuk konsumsi
total, seperti bawang merah, yang masih digunakan oleh semua orang di
dunia, dan semakin berkembangnya
preferensi untuk nilai kebutuhan dan konsumsi konsumen. Seperti yang dikemukakan oleh The
United Nations' Food and Agriculture Organization (FAO) states that the onion
(Allium cepa L.) has been recognized as a food and medicinal plant since
ancient times. It is the most frequently planted vegetable bulb crop, second
only to tomato, and is consumed globally (FAO, 2012) berdasarkan
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Bawang merah
telah dihargai sebagai tanaman pangan dan obat sejak zaman dahulu yang telah dibudidayakan secara luas dan dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia.�
Kemudian (Tekle, 2015) menyatakan bahwa The onion (Allium cepa L.) is a relatively new bulb
crop in Ethiopian agriculture, but it is quickly gaining popularity among both
growers and consumers. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Bawang merah adalah
tanaman umbi yang cepat dan mudah di perkenalkan dan menarik perhatian seluruh masyarakat sehingga dengan cepat menjadi
sayuran populer di kalangan produsen dan seluruh konsumen.
Dikarenakan permintaan akan ekspor bawang
merah yang cukup tinggi dari negara lain maka telah diproyeksikan
kegiatan usaha tani di berbagai wilayah
Indonesia salah satunya usaha
tani Bawang Merah pada Provinsi Sumatera Utara yang juga masuk
dalam rencana pemerintah Sumatera Utara dan Bank Indonesia yang memproyeksikan Sumatera Utara untuk
menjadi salah satu sentral ada di kabupatennya adalah Serdang Bedagai.
Kegiatan usahatani bawang merah telah
dikembangkan di wilayah Deli Serdang. Berdasarkan surat tanda daftar varietas tanaman No: 1402/PVL/2020 bertanggal
29 Januari 2020 yang dirilis
oleh Pusat perlindungan Varietas
Tanaman Pangan dan Perizinan Pertanian kementerian pertanian, usahatani bawang merah pada Kabupaten Serdang Bedagai sudah mencapai
lebih dari 8 sampai 10 kecamatan yang telah mengembangkan usaha tani bawang
merah dan telah mendapatkan bantuan dari dinas pertanian
Sumatera Utara setiap tahunnya.
Gambar 1 Perkembangan Produksi
Bawang Merah di Serdang Bedagai pada Tahun 2011 � 2021
Sumber: Data Dinas
Pertanian 2020 (Data Telah Diolah)
����������� Gambar 1 di atas menunjukkan
bahwa prospek budidaya bawang merah yang menjanjikan. Kenaikan pesanan dari konsumen terus
meningkat seiring dengan pertambahan rata-rata masyarakat. Perhitungan rata-rata
komsumsi bawang merah per kapita per tahun adalah 1,23 kg (2021). Provinsi Sumatera Utara berpenduduk
903.213 jiwa (Bangun, 2020). Sehingga permintaan
bawang merah sebesar 36.653,7 ton per tahun. Sementara itu, produksi bawang merah diperkirakan mencapai 15.500 ton pada tahun 2021. Hal ini berarti ada kekurangan
20.550,7 ton di Provinsi Sumatera Utara. Situasi ini harus
menjadi perhatian pemerintah, yang harus mempercepat produksi bawang merah untuk
mencapai swasembada bawang merah.
����������� Berdasarkan Ketua
Kelompok Tani Sei Sekata Boirin mengatakan
bahwa Para petani di Desa Kerapuh, Kecamatan
Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai,
Sumatra Utara, menggelar panen
raya bawang dan cabai merah, Kamis
(6/1/2022). Untuk bawang merah, kelompok tani di lokasi ini mampu panen
hingga 12,5 ton per hektar dengan kualitas bawang merah yang dipanen sangat bagus karena menggunakan bibit berkualitas dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena
itu program peningkatan produktivitas hortikultura, terutama cabai merah dan bawang merah, kini menjadi
perhatian bagi Pemprov Sumatra Utara.
Dikarenakan jumlah permintaan ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya membuat pemerintah harus meningkatkan produksi hasil pertanian yang ditujukan untuk tetap menumbuhkan
pendapatan dalam dagang. Akan tetapi tantangan yang harus dicapai oleh pemerintah dalam pengembangan agronomi usahatani bawang merah di Serdang Bedagai mendapat beberapa permasalahan diantaranya adalah bagaimana cara petani meningkatkan produksi bawang merah ketika lahan
untuk pertanian semakin menyempit, dan terjadinya penyimpangan iklim dan petani yang masih menggunakan cara tradisional (Basmar et al., 2021).
Agronomi adalah ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungan untuk memperoleh produksi maksimum dan lestari (berkelanjutan/sustainable). agronomi berkaitan erat dengan nilai ekonomi dengan tetap mengedepankan kelestarian ekologi dan keberlanjutan (sustainability) sehingga terdapat tiga unsur pokok dan ketiganya disebut juga dengan unsurunsur agronomi, yaitu:
1. Lapang
produksi (lingkungan tanaman)
2. Pengelolaan
(manajemen)
3. Produksi
maksimum (sebagai hasil dari lapang produksi dan pengelolaan).
Keadaan, situasi, dan
luas lahan memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat keinginan atau dorongan petani
dalam melakukan usahatani karena semakin luas lahan
akan mempengaruhi jumlah atau pendapatan
hasil panen serta jika lahan
yang dimiliki oleh para petani
memiliki kondisi atau keadaan lahan
yang baik mulai dari tingginya unsur hara tanah pada lahan, Ph lahan untuk bertani sangat cocok, dan terbebas dari hama-hama tanah yang akan mempengaruhi tingkat keberhasilan panen dan tumbuh kembang bibit yang ditanam oleh para petani.
Bahkan dalam hal penerapan
otonomi daerah, pertanian bawang merah untuk meningkatkan
produksi dipengaruhi oleh iklim dan cuaca sesuai dengan syarat
untuk maju dan berkembang, kemungkinan pertanian bawang merah dengan pola
pertanian cukup cerah, dan bawang merah diharapkan hanya unggul hanya
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru dari industri
pertanian. Pola konsumsi masyarakat dapat berubah sebagai akibat dari pertumbuhan
ekonomi.
Namun faktanya usahatani bawang merah di Kabupaten Deli Serdang menghadapi tantangan yaitu persentase harta yang diterima oleh petani dengan harga
yang dibayarkan oleh konsumen.
Produsen, pengusaha, atau
sekelompok kecil orang yang
memiliki kuasa mengendalikan pasokan dan mengatur harga di pasar tetap terbuka celah
untuk melakukan kartel dan persekongkolan guna mengatur volume, harga, dan wilayah distribusi.
Oleh karena itu posisi petani menjadi
lemah dalam proses mekanisme pasar. Hal ini berimbas kepada pendapatan petani yang merupakan indikator faktor instrinsik dalam kegiatan usaha tani yang berimbas terhadap kesejahteraan masyarakat yang ditentukan oleh beberapa hal seperti harga
dan produktivitas.
Pendapatan petani akan meningkat apabila pasar dapat memberikan harga yang tinggi kepada petani, namun akan menurun apabila pasar memberikan harga yang rendah, untuk meningkatkan kesejahteraan diperlukan peningkatan produktivitas sehingga produksi meningkat sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani.
Gambar 2 Harga Bawang Merah
Kabupaen Serdang Bedagai
Sumber:
Data Dinas Pertanian 2020 (Data Telah Diolah)
Berdasarkan diatas dapat dilihat bahwa
harga bawang merah berbeda di setiap pasar dan bulan. Hal ini di juga di dasari
oleh hasil produktivitas dari produktivitas pada bulan itu, Pada Kabupatem Deli
serdang harga bawang dari bulan November sampai dengan Maret terus mengalami
kenaikan, harga paling tinggi di bulan februari � maret yaitu Rp. 35.000 pada
pasar Dolok Masihul dan Pasar Tanjung Beringin. Namun Pada Pasar Bengkel
menagalami penurunan pada bulan Januari dan Maret 2022.
Selanjutnya Masyarakat petani
bawang merah di Kabupaten Serdang Bedagai juga menghadapi beberapa tantangan lain dalam pengelolaan usaha tani, antara lain sempitnya lahan pertanian, keterbatasan modal untuk usahatani pertanian, dan pemanfaatan pengalaman turun temurun yang diturunkan secara turun temurun
dalam usahatani. diterapkan, tingkat pendidikan petani yang rendah membuat pertanian mereka tidak berkembang secara efisien, pengetahuan yang digunakan oleh
para petani untuk mengembangkan usahatani masih menggunakan pengetahuan terdahulu atau secara turun
temurun tanpa memasukkan pengetahuan atau informasi yang didapatkan oleh dinas Petugas Penyuluhan Pertanian kepada para petani sedang Bedagai
pada kegiatan penyuluhan hal ini peneliti
dapatkan saat melakukan wawancara langsung.
Kabupaten Serdang Bedagai cukup
baik dalam bidang pertanian, hal ini tampak
dengan masyarakat yang banyak menjadi petani. Bertani menjadi faktor utama dalam
pendapatan daerah Kabupaten Serdang Bedagai.
Sumber daya yang memadai akan dapat membantu
semua bagian pembangunan pertanian, memungkinkan pembangunan pertanian untuk memperluas operasinya dalam mendukung ekonomi masyarakat pertanian. Pentingnya sumber daya manusia
di bidang pertanian harus ditonjolkan, misalnya melalui pelatihan-pelatihan tertentu seperti seminar tentang sumber daya manusia
pertanian. Untuk mengembangkan pertanian diperlukan adanya motivasi petani yaitu sebagai sumber
mata pencaharian atau kebutuhan keluarga, akan tetapi mereka juga punya makna khusus karena
kemungkinannya mereka dapat memiliki keinginan kuat, agar tetap bisa mencari
kebutuhan keluarganya.
Motivasi petani dibantu oleh pengaruh internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri
individu sedangkan eksternal berasal dari luar individu
itu sendiri. Usia, pendidikan formal, pengalaman bertani, skala perusahaan, dan jumlah tanggungan dalam keluarga semuanya menjadi pertimbangan internal. Lingkungan
sosial, situasi ekonomi, dan kebijakan pemerintah merupakan contoh variabel eksternal.
Motivasi petani di Kabupaten Serdang Bedagai menarik untuk dikaji
lebih lanjut disebabkan keteguhan dari para petani untuk mendorong peningkatan dan kesejahteraan
para usahatani bawang merah. Banyak hal yang mendorong dan memotivasi para petani bawang merah
untuk tetap melaksanakan usahatani mereka diantaranya kebutuhan keluarga, untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Namun para petani di Kabupaten Serdang Bedagai dalam menanam
bawang merah memiliki hal tertentu
yang berdampak pada motivasi
seperti kurangnya modal, dan
kurangnya fasilitas yang ada. Jadi, penulis ingin mengkaji secara lebih lanjut
mengenai, �Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Petani Dalam Usahatani Bawang Merah Di Kabupaten Serdang Bedagai�.
Metode Penelitian
Subjek tertentu dalam penelitian ini memiliki ciri tertentu. �Populasi memang jumlah seluruh individu yang menjadi subjek kajian,� tulis (Ramdhan, 2021). Ada 122 petani bawang merah di Kabupaten Serdang Bedagai. Metode Slovin untuk mengjumlahkan subjek terpilih adalah:
n �= Besaran
sampel
N = Besaran populasi
e =������ Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel) adalah 10%
Karena total populasi penelitian
adalah 122 orang, persentase
tunjangan yang digunakan adalah 10%, dan temuan penghitungan mungkin telah dikumpulkan untuk mencapai penyesuaian. Jadi, dengan menggunakan perhitungan berikut, tentukan sampel penelitian:
Maka sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 55 peserta. Purposive
sampling digunakan untuk memilih 55 peserta yang akan menjadi sampel
penelitian. Purposive sampling merupakan
pendekatan pemilihan yang mempertimbangkan faktor-faktor tertentu (Pratita,
Pratikto, & Sutrisno, 2018). Setiap sampel untuk penelitian
ini harus memiliki perhatian atau karakteristik berikut:
1. Petani bawang merah;
2. Memiliki pengalaman pertanian minimal 11
tahun;
3. Aktif mengikuti penyuluhan; dan Memiliki tanggungan keluarga.
Dalam
penelitian ini, baik data primer maupun data sekunder dikumpulkan. Untuk
penjelasan lebih lengkap, simak penjelasan berikut ini:
1.
Data Primer
Data primer pada peelitian ini adalah survei ini berupa kuesioner yang diisi oleh
responden sendiri, meliputi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.
2.
Data Sekunder
Informasi seperti buku dan jurnal menjadi
data sekunder dalam penelitian ini.
Komponen penelitian yang menguraikan fitur subjek yang diselidiki, antara lain:
1. Faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi (X)
Ada
faktor Intrinsik dan Ekstrinsik yang menjadi faktor motivasi petani.
a.
Motivasi intrinsik
Motivasi
intrinsik adalah keinginan untuk terlibat atau bekerja tanpa perlu stimulus
eksternal karena orang memiliki keinginan yang kuat untuk melakukannya.
Penuaan, luas tanah, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan
pengalaman adalah semua karakteristik yang mempengaruhi motivasi.
b.
Faktor motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik
adalah motivasi aktif yang dipicu oleh rangsangan dari luar. Motivasi
ekstrinsik mengacu pada inspirasi yang berasal dari sumber luar seperti
individu lain. Motivasi ekstrinsik selalu berasal dari kebutuhan yang telah
diinternalisasi individu, meskipun orang lain mungkin memiliki bagian dalam
memotivasi individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik
adalah kegiatan penyuluhan, sarana dan prasarana,
sumber informasi pertanian, dan dukungan pemerintah.
2. Motivasi
petani (Y)
Motivasi
petani (Y) merupakan dorongan mendasar yang mendorong petani melakukan.
Motivasi petani bawang merah dikelompokkan 3 bagian:
a. Kebutuhan
akan keberadaan memotivasi petani untuk memenuhi kebutuhan pangan seperti
konsumsi sehari-hari, kebutuhan sandang dan papan seperti sandang, perumahan,
dan kendaraan pribadi, serta menutupi biaya pendidikan anak dan kebutuhan
keamanan. Tabungan & asuransi jiwa adalah dua contohnya.
b. Hasrat
akan keterhubungan merupakan kebutuhan yang memotivasi petani untuk terlibat dan
berhubungan dengan orang lain. Ini termasuk membentuk hubungan dengan individu
yang bukan petani, serta kedekatan, kolaborasi, dan pemahaman komunikasi dengan
petani lain.
c. Keinginan
untuk tumbuh (development) pertanian adalah kebutuhan yang meningkatkan
kemampuan mereka, termasuk memperluas pengetahuan mereka tentang pertanian dan
mengubah perspektif mereka.
Untuk melakukan studi empiris tentang ide data, pertama-tama harus dioperasionalkan, atau diubah menjadi sesuatu yang bernilai.
Tabel
3.1 Definisi Operasional
No |
Variabel |
Jenis |
Indikator |
Letak Point Pertanyaan |
1. |
Faktor Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Motivasi (X) |
Faktor Intrinsik |
Umur |
1-3 |
Luas Lahan |
4-6 |
|||
Jumlah Tanggungan Keluarga |
7-9 |
|||
Tingkat Pendidikan |
10-11 |
|||
Pengalaman |
12-14 |
|||
Faktor Ekstrinsik |
Kegiatan Penyuluhan |
15-16 |
||
Sarana Dan Prasarana |
17-26 |
|||
Sumber Informasi Pertanian |
27-18 |
|||
Dukungan Pemerintah. |
29-30 |
|||
2. |
Motivasi Petani (Y) |
Kebutuhan Akan Keberadaan (Existence) |
Motivasi Untuk Memenuhi
Kebutuhan Pangan Keluarga |
31-32 |
Motivasi Untuk Memenuhi
Kebutuhan Pangan Keluarga |
33-34 |
|||
Motivasi Untuk Memenuhi
Biaya Pendidikan Anak |
35-36 |
|||
Motivasi Untuk Memenuhi
Kebutuhan Keamanan |
37-38 |
|||
Kebutuhan Akan Keterkaitan (Relatedness) |
Motivasi Untuk Menjalin
Hubungan Dengan Orang
Lain Selain Petani |
39-40 |
||
Motivasi Untuk Akrab Dengan Petani Lain |
41-42 |
|||
Motivasi Untuk Bekerjasama
Dengan Petani Lain |
43-44 |
|||
Motivasi Untuk Berbagi
Pengalaman Dengan Petani Lain |
45-46 |
|||
Kebutuhan Akan Pertumbuhan (Growth) |
Motivasi Untuk Menggunakan
Peralatan Modern Yang Menunjang
Usahatani |
47-49 |
||
Motivasi Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Tentang Pertanian Organik |
50-51 |
|||
Motivasi Untuk Membeli
Barang Tersier Untuk Keluarga |
52-54 |
|||
Motivasi Untuk Dihargai
Dan Dihormati Oleh Orang Lain |
55-56 |
|||
Motivasi Untuk Memiliki
Atau Mengembangkan Usaha Pertanian Organik |
57-58 |
|||
Motivasi Untuk Kesehatan |
59-60 |
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Partial
Least Square (PLS) menggunakan software SmartPLS versi 3.0. Partial Least
Square (PLS) merupakan salah satu teknik Structural Equation Modeling (SEM)
untuk menganalisis variable-variabel indikator dan kesalahan pengukuran secara
langsung. Structural Equation Modeling (SEM) merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menutup kelemahan yang ada pada metode regresi (Abdi & Williams,
2013).
Metode regresi sendiri merupakan metode yang paling sering digunakan para
peneliti kuantitatif.
Menurut
(Putra, 2019) metode PLS mampu
menggambarkan variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan
indikator-indikator. Penulis menggunakan Partial Least Square karena penelitian
ini merupakan variabel laten yang dapat diukur berdasarkan pada
indikator-indikatornya sehingga penulis dapat menganalisis dengan perhitungan
yang jelas dan terperinci. Analisis PLS-SEM biasanya terdiri dari dua sub model
yaitu model pengukuran atau sering disebut outer model dan model struktural
atau sering disebut inner model. Model pengukuran menunjukan bagaimana variabel
manifest atau observed variable merepresentasi variabel laten untuk diukur.
Sedangkan model structural menunjukan kekuatan estimasi antar variabel laten
dan (Tohari & No, 2018).
Instrument
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan
menggunakan skala Likert. Skala
Likert adalah ukuran 5 poin dengan interval yang sama digunakan untuk
mengevaluasi topik dalam bentuk sikap, pandangan,
dan penilaian suatu kelompok atau orang tentang peristiwa atau kejadian sosial (Hermawan, 2019). Berikut nilai evaluasi yang dimaksud:
a) Jawaban
�Sangat Setuju (SS)� mempunyai skor 5
b) Jawaban
�Setuju (S)� mempunyai skor 4
c) Jawaban
�Ragu-Ragu (RG)� mempunyai skor 3
d) Jawaban
�Tidak Setuju (TS)� mempunyai skor 2
e) Jawaban
�Sangat Tidak Setuju (STS)� mempunyai skor 1
a.
Statistik Deskriptif
Dalam
analisis statistik, rata-rata, varians sampel, varians, maks, terendah,
keseluruhan, rentang, dan varians sampel semuanya digunakan untuk menawarkan
pandangan informasi. Dengan menggunakan analisis deskriptif, ditelaah
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam usahatani bawang merah di
Kabupaten Serdang Bedagai.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau mengukur konsistensi dalam menjawab item pernyataan dalam kuesioner atau instrumen penelitian. Reabilitas menyatakan sejauh mana hasil pengukuran dapat diandalan setelah dilakukan beberapa kali pengukuran. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan melalui pengujian composite reliability dengan kriteria pengukuran dikatakan reliabel ketika memiliki nilai composite reliability ≥ 0,7.
3. Model
Stuktural atau Inner Model
Inner
model atau disebut juga sebagai model struktural pada prinsipnya digunakan
untuk menguji pengaruh antara satu variabel laten dengan variabel laten
lainnya. Analisis Inner Model atau yang biasa disebut dengan Model Struktural
ini digunakan untuk memprediksi hubungan kausal antar variabel yang diuji dalam
model. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square (R2)
untuk variabel dependen dan nilai path coefficient untuk variabel independen.
Struktural
ini digunakan untuk memprediksi hubungan kausal antar variabel yang diuji dalam
model. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square (R2)
untuk variabel dependen dan nilai path coefficient untuk variabel independen.
Hasil dan Pembahasan
1. Pengaruh Faktor Intrinsik
Terhadap Motivasi
Berdasarkan hasil uji hipotesis faktor instrinsik memiliki pengaruh terhadap motivasi pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa diperoleh nilai tstatistik
sebesar 19,370>ttabel 1.67412 dengan nilai P-Values sebesar
0,00<0,05 maka dapat diketahui bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti faktor instrinsik usahatani berpengaruh terhadap motivasi petani pada usahatani Bawang Merah di Kabupaten Serdang Bedagai.
Penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh (Rosyid, 2021) yang menyatakan bahwa
faktor internal pembentuk motivasi yang berpengaruh signifikan terhadap motivasi kebutuhan petani adalah pendapatan
dan umur. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Budiono, Nangameka, & Puryantoro, 2022) yang menyatakan
bahwa faktor internal meliputi umur, pendidikan, luas lahan dan jumlah tanggungan secara parsial berpengaruh terhadap motivasi petani.
Faktor internal merupakan
kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan tertentu yang didasarkan pada keinginan dan kebutuhan individu itu sendiri.
Faktor yang mempengaruhi motivasi
petani ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor yang memotivasi petani yang merupakan faktor internal atau datang dari
dalam diri petani antara lain umur, pendidikan, luas lahan dan jumlah tanggungan (Ardi & Effendi, 2018).
Hal ini menunjukkan
jika umur memiliki pengaruh terhadap motivasi karena jika petani
dengan rata-rata umur diatas 40 tahun cenderung mengalami berkurangnya tenaga dan kemampun fisik sehingga cenderung mengurangi kemampuan dalam usahatani. Kondisi lahan juga �mempengaruhi motivasi petani dalam menjalankan usahatani karena memberikan orientasi keuntungan atau penghasilan yang lebih besar membuat responden
termotivasi untuk berniat memperluas lahannya (Zikri, 2020).
Luas lahan juga mempengaruhi
motivasi petani dikarenakan dengan semakin bertambahnya jumlah tanggungan keluarga akan semakin
meningkatkan motivasi dalam berusaha tani terutama dalam
pemenuhan kebutuhan kebutuhan dalam dalam rumahtangga yaitu kebutuhan fisiologis antara kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sehingga dengan jumlah keluarga yang besar maka kebutuhan
kebutuhan tersebut juga akan semakin besar
(hendra Nadeak, 2018).
Tingkat pendidikan juga dapat berpengaruhi terhadap tingkat motivasi petani. Secara teoritis dijelaskan bahwa tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap proses penyerapan ilmu dan pengetahuan, inoasi dan teknologi. Tingkat pendidikan seorang petani yang semakin tinggi maka memudahkan petani dalam menyerap atau memahami suatu teknologi baru (Rachmawati, 2021). Selanjutnya pengalaman para petani juga akan memberikan ketrampilan dan pengetahuan tentang berusahatani secara mendalam, sehingga ini akan mempengaruhi motivasi dalam aspek kebutuhan untuk berprestasi dan aktualisasi diri (Bahua, 2016).
2. Pengaruh Faktor
Ekstrinsik Terhadap Motivasi
Berdasarkan hasil uji hipotesis faktor ekstrinsik memiliki pengaruh terhadap motivasi pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa diperoleh nilai tstatistik
sebesar sebesar 0,545 < ttabel 1.67412 dengan nilai P-Values sebesar 0,586 > 0,05 maka dapat diketahui bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti faktor ekstrinsik usahatani tidak berpengaruh terhadap motivasi petani pada usahatani Bawang Merah di Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Bahua, 2016) yang menyatakan bahwa
faktor eksternal berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi usahatani.
Tingkat motivasi petani
dipengaruhi oleh ketersediaan
berbagai sarana produksi pertanian yang sesuai dan tepat waktu pada saat diperlukan untuk menerapkan suatu inovasi dalam usahataninya.
Ketersediaan sarana dan prasarana tidak hanya mengenai kualitas dan kuantitas saja, akan tetapi
juga memperhatikan saat dibutuhkan dan harga yang terjangkau oleh petani. Selanjutnya dukungan berupa modal juga faktor penunjang utama dalam kegiatan produksi pertanian serta adanya bantuan
modal dari pemerintah merupakan bentuk dukungan yang diberikan kepada petani yang bertujuan untuk mengoptimalkan sector pertanian dengan cara mengembangkan
faktor produksi pertanian (Nuryanti & Swastika, 2011).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi
motivasi petani dalam usahatani bawang merah di kabupaten serdang bedagai. Faktor instrinsik berpengaruh
terhadap motivasi usahatani dengan nilai tstatistik sebesar 19,370>ttabel 1.67412
dengan nilai P-Values sebesar 0,00<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti faktor instrinsik usahatani berpengaruh terhadap motivasi usahatani pada usahatani Bawang Merah di Kabupaten Serdang
Bedagai. Faktor ekstrinsik berpengaruh terhadap motivasi �usahatani
dengan nilai tstatistik sebesar 0,545<ttabel 1.67412 dengan nilai P-Values sebesar 0,586>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti faktor ekstrinsik usahatani tidak berpengaruh terhadap motivasi usahatani pada usahatani Bawang Merah di Kabupaten Serdang Bedagai.
BIBLIOGRAFI
Abdi, Herve, & Williams, Lynne J. (2013). Partial
Least Squares Methods: Partial Least Squares Correlation And Partial Least
Square Regression. In Computational Toxicology (Pp. 549�579). Springer.
Abdulgani, Fuad. (2020). Sang Pemburu Dalam
Jerat Kerja Upahan: Investigasi Moda Produksi Dalam Proses Industrialisasi Sagu
Di Papua Barat. Wacana: Jurnal Transformasi Sosial, 38.
Ardi, Muhammad Ramadhani, & Effendi,
Midiansyah. (2018). Faktor-Faktor Yang Memotivasi Petani Dalam Melakukan
Usahatani Semangka (Citrullus Vulgaris S.) Di Desa Sumber Sari Kecamatan Kota
Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Agribisnis Dan Komunikasi
Pertanian, 1(2), 98�103.
Bahua, Mohamad Ikbal. (2016). Kinerja
Penyuluh Pertanian. Deepublish.
Bangun, Rita Herawaty. (2020). Determinan
Peningkatan Pembangunan Manusia Di Sumatera Utara. Publikauma: Jurnal Administrasi
Publik Universitas Medan Area, 8(1), 32�39.
Basmar, Edwin, Purba, Bonaraja, Nugraha,
Nur Arif, Purba, Elidawaty, Krisnawati, Lina, Damanik, Darwin, Hariyanti, Anies
Indah, Banjarnahor, Astri Rumondang, Elistia, Elistia, & Sahir, Syafrida
Hafni. (2021). Perekonomian Dan Bisnis Indonesia. Yayasan Kita Menulis.
Budiono, Ahmad, Nangameka, Yohanes, &
Puryantoro, Puryantoro. (2022). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Motivasi Petani Dalam Berusaha Tani Cabe Rawit Di Desa Selowogo Kecamatan
Bungatan. Jpm: Jurnal Purnama Media, 1(2), 78�88.
Fathussyakir, Muhammad, Meutia, Meutia,
& Heriani, Heriani. (2022). Pengaruh Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap
Kinerja Guru Smk Kota Bima Dengan Motivasi Sebagai Intervening. Jisip
(Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 6(2).
Hendra Nadeak, Tonny Hendra. (2018).
Motivasi Petani Terhadap Alih Fungsi Komoditi Padi Gogo Menjadi Tanaman Jagung
Di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Agriprimatech, 2(1),
38�46.
Hermawan, Iwan. (2019). Metodologi
Penelitian Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif Dan Mixed Method). Hidayatul
Quran.
Hidayat, Aziz Alimul. (2021). Menyusun
Instrumen Penelitian & Uji Validitas-Reliabilitas. Health Books
Publishing.
Nuryanti, Sri, & Swastika, Dewa Ketut
Sadra. (2011). Peran Kelompok Tani Dalam Penerapan Teknologi Pertanian. Forum
Penelitian Agro Ekonomi, 29(2), 115�128.
Pratita, Bernadeta Wahyu Astri, Pratikto,
Heri, & Sutrisno, Sutrisno. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Keputusan Pembelian Pelanggan Di Kober Bar Malang. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, Dan Pengembangan, 3(4), 497�503.
Putra, Muhammad Rizky Mulyana. (2019). Pengaruh
Modernisasi Administrasi Pajak Dan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas
Pelayanan Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Tegallega). Universitas Komputer Indonesia.
Rachmawati, Rika Reviza. (2021). Smart
Farming 4.0 Untuk Mewujudkan Pertanian Indonesia Maju, Mandiri, Dan Modern.
Ramdhan, Muhammad. (2021). Metode
Penelitian. Cipta Media Nusantara.
Rosyid, Zeinur. (2021). Analisis Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Petani Dalam Berusahatani Tebu (Studi Kasus
Di Desa Kertosari Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo). Agribios, 19(1),
15�28.
Rukajat, Ajat. (2018). Pendekatan
Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research Approach. Deepublish.
Tekle, Guesh. (2015). Growth, Yield And
Quality Of Onion (Allium Cepa L.) As Influenced By Intra-Raw Spacing And
Nitrogen Fertilizer Levels In Central Zone Of Tigray, Northern Ethiopia.
Haramaya University.
Tohari, Amin, & No, Jl K. H. Achmad
Dahlan. (2018). Pemodelan Derajat Kesehatan Menggunakan Structural Equation
Modeling Di Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmiah Teori Dan Aplikasi Statistika,
10(2), 1�6.
Zikri, Wahyudi. (2020). Analisis
Efektivitas Komunikasi Program Sl-Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu)
Usahatani Padi Di Desa Pulau Birandang Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Agribisnis S2.
Copyright holder: Tsarwah, Buchari Sibuea (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |