Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 12, Desember 2022

 

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI DALAM USAHA TANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

 

Tsarwah, Buchari Sibuea

Program Studi Magister Agribisnis Universitas Medan Area

Email: [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Motivasi petani dibantu oleh pengaruh internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu sedangkan eksternal berasal dari luar individu itu sendiri. Usia, pendidikan formal, pengalaman bertani, skala perusahaan, dan jumlah tanggungan dalam keluarga semuanya menjadi pertimbangan internal. Lingkungan sosial, situasi ekonomi, dan kebijakan pemerintah merupakan contoh variabel eksternal. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang digunakan pada penelitian sebanyak 55 orang responden yang terdiri dari laki-laki. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan pemberian kuesioner melalui studi lapangan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis linier sederhana dengan program software SmartPLS versi 3.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Faktor intrinsik berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi petani diperoleh nilai tstatistik sebesar 19,370>ttabel 1.67412 dengan nilai P-Values sebesar 0,00<0,05. (2) Faktor Ekstrinsik berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi petani diperoleh nilai tstatistik sebesar 0,545 < ttabel 1.67412 dengan nilai P-Values sebesar 0,586 > 0,05. (3) Berdasarkan hasil evaluasi inner model melalui R-Square variabel faktor instrinsik usahatani dan variabel faktor ekstrinsik usahatani memberikan pengaruh sebesar 0,915 atau 91,5% terhadap variabel motivasi petani dan sisanya 8,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model regresi penelitian ini.

 

Kata Kunci : Faktor Intrinstik, Faktor Eksterinstik, Motivasi Petani

 

Abstract

Abstract The motivation of farmers is helped by internal and external influences. Internal factors come from within the individual while external ones come from outside the individual himself. Age, formal education, farming experience, company scale, and the number of dependents in the family are all internal considerations. The social environment, economic situation, and government policies are examples of external variables. This type of research is associative research with a quantitative approach. The sample used in the study was 55 respondents consisting of men. The type of data used in this study is primary data. The data collection technique used in this study was carried out by giving questionnaires through field studies. The data analysis technique in this study is a simple linear analysis with the SmartPLS software program version 3.0. The results of this study show that (1) Intrinsic factors have a positive and significant effect on the motivation of farmers obtained a statistical value of 19.370>ttabel 1.67412 with a P-Values value of 0.00<0.05. (2) Extrinsic factors have a positive and significant effect on the motivation of farmers obtained a statistical value of 0.545 < ttabel 1.67412 with a P-Values value of 0.586 > 0.05. (3) Based on the results of the evaluation of the inner model through R-Square, the variables of intrinsic factors of farming and the variables of extrinsic factors of farming business have an influence of 0.915 or 91.5% on the motivation variables of farmers and the remaining 8.5% is explained by other variables that were not studied in the regression model of this study.

 

Keywords :Intrinsic Factor, Exterinistic Factor, Farmer Motivation

 

Pendahuluan

Pertanian memiliki peran pokok dalam menyediakan kebutuhan dasar dan memajukan sektor sosial, ekonomi, dan perdagangan dalam masyarakat agraris. Penduduk pendesaan khususnya di Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, sektor pertanian menjadi semakin pokok dalam perekonomian negara. Sektor pertanian tidak hanya menjadi sumber pendapatan nasional, tetapi juga menghasilkan untuk dijual belikan diluar negeri. Ia juga memainkan peran penting dalam mengkonsumsi tenaga kerja dan memasok makanan dan pakaian untuk penduduk (Abdulgani, 2020).

Posisi Indonesia dalam bentuk kegiatan yang terfokus pada operasi dan hortikultura, yang dalam sektor ini mencakup tenaga kerja untuk produksi yang kemudian digunakan sebagai makanan pokok untuk konsumsi total, seperti bawang merah, yang masih digunakan oleh semua orang di dunia, dan semakin berkembangnya preferensi untuk nilai kebutuhan dan konsumsi konsumen. Seperti yang dikemukakan oleh The United Nations' Food and Agriculture Organization (FAO) states that the onion (Allium cepa L.) has been recognized as a food and medicinal plant since ancient times. It is the most frequently planted vegetable bulb crop, second only to tomato, and is consumed globally (FAO, 2012) berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Bawang merah telah dihargai sebagai tanaman pangan dan obat sejak zaman dahulu yang telah dibudidayakan secara luas dan dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia.

Kemudian (Tekle, 2015) menyatakan bahwa The onion (Allium cepa L.) is a relatively new bulb crop in Ethiopian agriculture, but it is quickly gaining popularity among both growers and consumers. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Bawang merah adalah tanaman umbi yang cepat dan mudah di perkenalkan dan menarik perhatian seluruh masyarakat sehingga dengan cepat menjadi sayuran populer di kalangan produsen dan seluruh konsumen.

Dikarenakan permintaan akan ekspor bawang merah yang cukup tinggi dari negara lain maka telah diproyeksikan kegiatan usaha tani di berbagai wilayah Indonesia salah satunya usaha tani Bawang Merah pada Provinsi Sumatera Utara yang juga masuk dalam rencana pemerintah Sumatera Utara dan Bank Indonesia yang memproyeksikan Sumatera Utara untuk menjadi salah satu sentral ada di kabupatennya adalah Serdang Bedagai.

Kegiatan usahatani bawang merah telah dikembangkan di wilayah Deli Serdang. Berdasarkan surat tanda daftar varietas tanaman No: 1402/PVL/2020 bertanggal 29 Januari 2020 yang dirilis oleh Pusat perlindungan Varietas Tanaman Pangan dan Perizinan Pertanian kementerian pertanian, usahatani bawang merah pada Kabupaten Serdang Bedagai sudah mencapai lebih dari 8 sampai 10 kecamatan yang telah mengembangkan usaha tani bawang merah dan telah mendapatkan bantuan dari dinas pertanian Sumatera Utara setiap tahunnya.

 

Gambar 1 Perkembangan Produksi Bawang Merah di Serdang Bedagai pada Tahun 2011 � 2021

Sumber: Data Dinas Pertanian 2020 (Data Telah Diolah)

���������� Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa prospek budidaya bawang merah yang menjanjikan. Kenaikan pesanan dari konsumen terus meningkat seiring dengan pertambahan rata-rata masyarakat. Perhitungan rata-rata komsumsi bawang merah per kapita per tahun adalah 1,23 kg (2021). Provinsi Sumatera Utara berpenduduk 903.213 jiwa (Bangun, 2020). Sehingga permintaan bawang merah sebesar 36.653,7 ton per tahun. Sementara itu, produksi bawang merah diperkirakan mencapai 15.500 ton pada tahun 2021. Hal ini berarti ada kekurangan 20.550,7 ton di Provinsi Sumatera Utara. Situasi ini harus menjadi perhatian pemerintah, yang harus mempercepat produksi bawang merah untuk mencapai swasembada bawang merah.

����������� Berdasarkan Ketua Kelompok Tani Sei Sekata Boirin mengatakan bahwa Para petani di Desa Kerapuh, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara, menggelar panen raya bawang dan cabai merah, Kamis (6/1/2022). Untuk bawang merah, kelompok tani di lokasi ini mampu panen hingga 12,5 ton per hektar dengan kualitas bawang merah yang dipanen sangat bagus karena menggunakan bibit berkualitas dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu program peningkatan produktivitas hortikultura, terutama cabai merah dan bawang merah, kini menjadi perhatian bagi Pemprov Sumatra Utara.

Dikarenakan jumlah permintaan ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya membuat pemerintah harus meningkatkan produksi hasil pertanian yang ditujukan untuk tetap menumbuhkan pendapatan dalam dagang. Akan tetapi tantangan yang harus dicapai oleh pemerintah dalam pengembangan agronomi usahatani bawang merah di Serdang Bedagai mendapat beberapa permasalahan diantaranya adalah bagaimana cara petani meningkatkan produksi bawang merah ketika lahan untuk pertanian semakin menyempit, dan terjadinya penyimpangan iklim dan petani yang masih menggunakan cara tradisional (Basmar et al., 2021).

Agronomi adalah ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungan untuk memperoleh produksi maksimum dan lestari (berkelanjutan/sustainable). agronomi berkaitan erat dengan nilai ekonomi dengan tetap mengedepankan kelestarian ekologi dan keberlanjutan (sustainability) sehingga terdapat tiga unsur pokok dan ketiganya disebut juga dengan unsurunsur agronomi, yaitu:

1.     Lapang produksi (lingkungan tanaman)

2.     Pengelolaan (manajemen)

3.     Produksi maksimum (sebagai hasil dari lapang produksi dan pengelolaan).

Keadaan, situasi, dan luas lahan memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat keinginan atau dorongan petani dalam melakukan usahatani karena semakin luas lahan akan mempengaruhi jumlah atau pendapatan hasil panen serta jika lahan yang dimiliki oleh para petani memiliki kondisi atau keadaan lahan yang baik mulai dari tingginya unsur hara tanah pada lahan, Ph lahan untuk bertani sangat cocok, dan terbebas dari hama-hama tanah yang akan mempengaruhi tingkat keberhasilan panen dan tumbuh kembang bibit yang ditanam oleh para petani.

Bahkan dalam hal penerapan otonomi daerah, pertanian bawang merah untuk meningkatkan produksi dipengaruhi oleh iklim dan cuaca sesuai dengan syarat untuk maju dan berkembang, kemungkinan pertanian bawang merah dengan pola pertanian cukup cerah, dan bawang merah diharapkan hanya unggul hanya sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru dari industri pertanian. Pola konsumsi masyarakat dapat berubah sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi.

Namun faktanya usahatani bawang merah di Kabupaten Deli Serdang menghadapi tantangan yaitu persentase harta yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Produsen, pengusaha, atau sekelompok kecil orang yang memiliki kuasa mengendalikan pasokan dan mengatur harga di pasar tetap terbuka celah untuk melakukan kartel dan persekongkolan guna mengatur volume, harga, dan wilayah distribusi. Oleh karena itu posisi petani menjadi lemah dalam proses mekanisme pasar. Hal ini berimbas kepada pendapatan petani yang merupakan indikator faktor instrinsik dalam kegiatan usaha tani yang berimbas terhadap kesejahteraan masyarakat yang ditentukan oleh beberapa hal seperti harga dan produktivitas.

Pendapatan petani akan meningkat apabila pasar dapat memberikan harga yang tinggi kepada petani, namun akan menurun apabila pasar memberikan harga yang rendah, untuk meningkatkan kesejahteraan diperlukan peningkatan produktivitas sehingga produksi meningkat sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani.

 

Gambar 2 Harga Bawang Merah Kabupaen Serdang Bedagai

Sumber: Data Dinas Pertanian 2020 (Data Telah Diolah)

Berdasarkan diatas dapat dilihat bahwa harga bawang merah berbeda di setiap pasar dan bulan. Hal ini di juga di dasari oleh hasil produktivitas dari produktivitas pada bulan itu, Pada Kabupatem Deli serdang harga bawang dari bulan November sampai dengan Maret terus mengalami kenaikan, harga paling tinggi di bulan februari � maret yaitu Rp. 35.000 pada pasar Dolok Masihul dan Pasar Tanjung Beringin. Namun Pada Pasar Bengkel menagalami penurunan pada bulan Januari dan Maret 2022.

Selanjutnya Masyarakat petani bawang merah di Kabupaten Serdang Bedagai juga menghadapi beberapa tantangan lain dalam pengelolaan usaha tani, antara lain sempitnya lahan pertanian, keterbatasan modal untuk usahatani pertanian, dan pemanfaatan pengalaman turun temurun yang diturunkan secara turun temurun dalam usahatani. diterapkan, tingkat pendidikan petani yang rendah membuat pertanian mereka tidak berkembang secara efisien, pengetahuan yang digunakan oleh para petani untuk mengembangkan usahatani masih menggunakan pengetahuan terdahulu atau secara turun temurun tanpa memasukkan pengetahuan atau informasi yang didapatkan oleh dinas Petugas Penyuluhan Pertanian kepada para petani sedang Bedagai pada kegiatan penyuluhan hal ini peneliti dapatkan saat melakukan wawancara langsung.

Kabupaten Serdang Bedagai cukup baik dalam bidang pertanian, hal ini tampak dengan masyarakat yang banyak menjadi petani. Bertani menjadi faktor utama dalam pendapatan daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

Sumber daya yang memadai akan dapat membantu semua bagian pembangunan pertanian, memungkinkan pembangunan pertanian untuk memperluas operasinya dalam mendukung ekonomi masyarakat pertanian. Pentingnya sumber daya manusia di bidang pertanian harus ditonjolkan, misalnya melalui pelatihan-pelatihan tertentu seperti seminar tentang sumber daya manusia pertanian. Untuk mengembangkan pertanian diperlukan adanya motivasi petani yaitu sebagai sumber mata pencaharian atau kebutuhan keluarga, akan tetapi mereka juga punya makna khusus karena kemungkinannya mereka dapat memiliki keinginan kuat, agar tetap bisa mencari kebutuhan keluarganya.

Motivasi petani dibantu oleh pengaruh internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu sedangkan eksternal berasal dari luar individu itu sendiri. Usia, pendidikan formal, pengalaman bertani, skala perusahaan, dan jumlah tanggungan dalam keluarga semuanya menjadi pertimbangan internal. Lingkungan sosial, situasi ekonomi, dan kebijakan pemerintah merupakan contoh variabel eksternal.

Motivasi petani di Kabupaten Serdang Bedagai menarik untuk dikaji lebih lanjut disebabkan keteguhan dari para petani untuk mendorong peningkatan dan kesejahteraan para usahatani bawang merah. Banyak hal yang mendorong dan memotivasi para petani bawang merah untuk tetap melaksanakan usahatani mereka diantaranya kebutuhan keluarga, untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Namun para petani di Kabupaten Serdang Bedagai dalam menanam bawang merah memiliki hal tertentu yang berdampak pada motivasi seperti kurangnya modal, dan kurangnya fasilitas yang ada. Jadi, penulis ingin mengkaji secara lebih lanjut mengenai, �Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Petani Dalam Usahatani Bawang Merah Di Kabupaten Serdang Bedagai�.

 

Metode Penelitian

1.   Tempat Dan Waktu Penelitian

Observasi dimulai pada November 2021 sampai November 2022 di lokasi Kabupaten Serdang Bedagai. Tempat para Petani bawang merah.

2.   Bentuk Penelitian

Kuantitatif menjadii metode penelitian ini dengan menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai data pendukung penelitian. Dalam penelitian ini hanya ditujukan kepada subjek tertentu (Rukajat, 2018).

3.   Populasi Dan Sampel

Subjek tertentu dalam penelitian ini memiliki ciri tertentu. �Populasi memang jumlah seluruh individu yang menjadi subjek kajian,� tulis (Ramdhan, 2021). Ada 122 petani bawang merah di Kabupaten Serdang Bedagai. Metode Slovin untuk mengjumlahkan subjek terpilih adalah:

n = Besaran sampel

N = Besaran populasi

e =������ Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel) adalah 10%

Karena total populasi penelitian adalah 122 orang, persentase tunjangan yang digunakan adalah 10%, dan temuan penghitungan mungkin telah dikumpulkan untuk mencapai penyesuaian. Jadi, dengan menggunakan perhitungan berikut, tentukan sampel penelitian:

Maka sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 55 peserta. Purposive sampling digunakan untuk memilih 55 peserta yang akan menjadi sampel penelitian. Purposive sampling merupakan pendekatan pemilihan yang mempertimbangkan faktor-faktor tertentu (Pratita, Pratikto, & Sutrisno, 2018). Setiap sampel untuk penelitian ini harus memiliki perhatian atau karakteristik berikut:

1.     Petani bawang merah;

2.     Memiliki pengalaman pertanian minimal 11 tahun;

3.     Aktif mengikuti penyuluhan; dan Memiliki tanggungan keluarga.

4.     Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, baik data primer maupun data sekunder dikumpulkan. Untuk penjelasan lebih lengkap, simak penjelasan berikut ini:

1.     Data Primer

Data primer pada peelitian ini adalah survei ini berupa kuesioner yang diisi oleh responden sendiri, meliputi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka.

2.     Data Sekunder

Informasi seperti buku dan jurnal menjadi data sekunder dalam penelitian ini.

5.     Definisi Konsep Dan Definisi Operasional

A.    Definisi Konseptual

Komponen penelitian yang menguraikan fitur subjek yang diselidiki, antara lain:

1.     Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi (X)

Ada faktor Intrinsik dan Ekstrinsik yang menjadi faktor motivasi petani.

a.     Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah keinginan untuk terlibat atau bekerja tanpa perlu stimulus eksternal karena orang memiliki keinginan yang kuat untuk melakukannya. Penuaan, luas tanah, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan pengalaman adalah semua karakteristik yang mempengaruhi motivasi.

b.     Faktor motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi aktif yang dipicu oleh rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik mengacu pada inspirasi yang berasal dari sumber luar seperti individu lain. Motivasi ekstrinsik selalu berasal dari kebutuhan yang telah diinternalisasi individu, meskipun orang lain mungkin memiliki bagian dalam memotivasi individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah kegiatan penyuluhan, sarana dan prasarana, sumber informasi pertanian, dan dukungan pemerintah.

2.     Motivasi petani (Y)

Motivasi petani (Y) merupakan dorongan mendasar yang mendorong petani melakukan. Motivasi petani bawang merah dikelompokkan 3 bagian:

a.     Kebutuhan akan keberadaan memotivasi petani untuk memenuhi kebutuhan pangan seperti konsumsi sehari-hari, kebutuhan sandang dan papan seperti sandang, perumahan, dan kendaraan pribadi, serta menutupi biaya pendidikan anak dan kebutuhan keamanan. Tabungan & asuransi jiwa adalah dua contohnya.

b.     Hasrat akan keterhubungan merupakan kebutuhan yang memotivasi petani untuk terlibat dan berhubungan dengan orang lain. Ini termasuk membentuk hubungan dengan individu yang bukan petani, serta kedekatan, kolaborasi, dan pemahaman komunikasi dengan petani lain.

c.     Keinginan untuk tumbuh (development) pertanian adalah kebutuhan yang meningkatkan kemampuan mereka, termasuk memperluas pengetahuan mereka tentang pertanian dan mengubah perspektif mereka.

B.    Defenisi Operasional

Untuk melakukan studi empiris tentang ide data, pertama-tama harus dioperasionalkan, atau diubah menjadi sesuatu yang bernilai.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No

Variabel

Jenis

Indikator

Letak Point Pertanyaan

1.

Faktor Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi (X)

Faktor Intrinsik

Umur

1-3

Luas Lahan

4-6

Jumlah Tanggungan Keluarga

7-9

Tingkat Pendidikan

10-11

Pengalaman

12-14

Faktor Ekstrinsik

Kegiatan Penyuluhan

15-16

Sarana Dan Prasarana

17-26

Sumber Informasi Pertanian

27-18

Dukungan Pemerintah.

29-30

2.

Motivasi Petani (Y)

Kebutuhan Akan Keberadaan (Existence)

Motivasi Untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan Keluarga

31-32

Motivasi Untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan Keluarga

33-34

Motivasi Untuk Memenuhi Biaya Pendidikan Anak

35-36

Motivasi Untuk Memenuhi Kebutuhan Keamanan

37-38

Kebutuhan Akan Keterkaitan (Relatedness)

Motivasi Untuk Menjalin Hubungan Dengan Orang Lain Selain Petani

39-40

Motivasi Untuk Akrab Dengan Petani Lain

41-42

Motivasi Untuk Bekerjasama Dengan Petani Lain

43-44

Motivasi Untuk Berbagi Pengalaman Dengan Petani Lain

45-46

Kebutuhan Akan Pertumbuhan (Growth)

Motivasi Untuk Menggunakan Peralatan Modern Yang Menunjang Usahatani

47-49

Motivasi Untuk Meningkatkan Pengetahuan Tentang Pertanian Organik

50-51

Motivasi Untuk Membeli Barang Tersier Untuk Keluarga

52-54

Motivasi Untuk Dihargai Dan Dihormati Oleh Orang Lain

55-56

Motivasi Untuk Memiliki Atau Mengembangkan Usaha Pertanian Organik

57-58

Motivasi Untuk Kesehatan

59-60

6.     Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Partial Least Square (PLS) menggunakan software SmartPLS versi 3.0. Partial Least Square (PLS) merupakan salah satu teknik Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis variable-variabel indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. Structural Equation Modeling (SEM) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menutup kelemahan yang ada pada metode regresi (Abdi & Williams, 2013). Metode regresi sendiri merupakan metode yang paling sering digunakan para peneliti kuantitatif.

Menurut (Putra, 2019) metode PLS mampu menggambarkan variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan indikator-indikator. Penulis menggunakan Partial Least Square karena penelitian ini merupakan variabel laten yang dapat diukur berdasarkan pada indikator-indikatornya sehingga penulis dapat menganalisis dengan perhitungan yang jelas dan terperinci. Analisis PLS-SEM biasanya terdiri dari dua sub model yaitu model pengukuran atau sering disebut outer model dan model struktural atau sering disebut inner model. Model pengukuran menunjukan bagaimana variabel manifest atau observed variable merepresentasi variabel laten untuk diukur. Sedangkan model structural menunjukan kekuatan estimasi antar variabel laten dan (Tohari & No, 2018).

Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah ukuran 5 poin dengan interval yang sama digunakan untuk mengevaluasi topik dalam bentuk sikap, pandangan, dan penilaian suatu kelompok atau orang tentang peristiwa atau kejadian sosial (Hermawan, 2019). Berikut nilai evaluasi yang dimaksud:

a)     Jawaban �Sangat Setuju (SS)� mempunyai skor 5

b)    Jawaban �Setuju (S)� mempunyai skor 4

c)     Jawaban �Ragu-Ragu (RG)� mempunyai skor 3

d)    Jawaban �Tidak Setuju (TS)� mempunyai skor 2

e)     Jawaban �Sangat Tidak Setuju (STS)� mempunyai skor 1

a.     Statistik Deskriptif

Dalam analisis statistik, rata-rata, varians sampel, varians, maks, terendah, keseluruhan, rentang, dan varians sampel semuanya digunakan untuk menawarkan pandangan informasi. Dengan menggunakan analisis deskriptif, ditelaah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam usahatani bawang merah di Kabupaten Serdang Bedagai.

b.     Model Pengukuran atau Outer Model

1.     Uji Validitas

Menurut (Hidayat, 2021) Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dalam outer model dengan indikator reflesi dievaluasi melalui convergent validity dan discriminant validity dari indikatorpembentuk kontruk laten. Terdapat beberapa tahap pengujian yang akan dilakukan yaitu melalui Uji validitas convergent validity, average variance extracted (AVE), dan discriminant validity.

a. Convergent validity adalah nilai loading faktor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai yang diharapkan > 0,6.

b. Average Variance Extrated (AVE) merupakan persentase ratarata nilai variance

extracted (AVE) antar item pertanyaan atau indikator suatu variabel yang merupakan ringkasan convergent indicator. Untuk persyaratan yang baik, jika AVE masing-masing item pertanyaan nilainya lebih besar dari 0.5 (Fathussyakir, Meutia, & Heriani, 2022).

c. Discriminant validity adalah nilai crossloading faktor yang berguna apakah konstruk memiliki diskriminan yang memadai. Caranya dengan membandingkan nilai konstruk yang dituju harus lebih besar dengan nilai konstruk yang lain.

2. Uji Reabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau mengukur konsistensi dalam menjawab item pernyataan dalam kuesioner atau instrumen penelitian. Reabilitas menyatakan sejauh mana hasil pengukuran dapat diandalan setelah dilakukan beberapa kali pengukuran. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan melalui pengujian composite reliability dengan kriteria pengukuran dikatakan reliabel ketika memiliki nilai composite reliability ≥ 0,7.

3.     Model Stuktural atau Inner Model

Inner model atau disebut juga sebagai model struktural pada prinsipnya digunakan untuk menguji pengaruh antara satu variabel laten dengan variabel laten lainnya. Analisis Inner Model atau yang biasa disebut dengan Model Struktural ini digunakan untuk memprediksi hubungan kausal antar variabel yang diuji dalam model. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square (R2) untuk variabel dependen dan nilai path coefficient untuk variabel independen.

Struktural ini digunakan untuk memprediksi hubungan kausal antar variabel yang diuji dalam model. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square (R2) untuk variabel dependen dan nilai path coefficient untuk variabel independen.

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

1.     Pengaruh Faktor Intrinsik Terhadap Motivasi

Berdasarkan hasil uji hipotesis faktor instrinsik memiliki pengaruh terhadap motivasi pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa diperoleh nilai tstatistik sebesar 19,370>ttabel 1.67412 dengan nilai P-Values sebesar 0,00<0,05 maka dapat diketahui bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti faktor instrinsik usahatani berpengaruh terhadap motivasi petani pada usahatani Bawang Merah di Kabupaten Serdang Bedagai.

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Rosyid, 2021) yang menyatakan bahwa faktor internal pembentuk motivasi yang berpengaruh signifikan terhadap motivasi kebutuhan petani adalah pendapatan dan umur. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Budiono, Nangameka, & Puryantoro, 2022) yang menyatakan bahwa faktor internal meliputi umur, pendidikan, luas lahan dan jumlah tanggungan secara parsial berpengaruh terhadap motivasi petani.

Faktor internal merupakan kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan tertentu yang didasarkan pada keinginan dan kebutuhan individu itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi motivasi petani ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor yang memotivasi petani yang merupakan faktor internal atau datang dari dalam diri petani antara lain umur, pendidikan, luas lahan dan jumlah tanggungan (Ardi & Effendi, 2018).

Hal ini menunjukkan jika umur memiliki pengaruh terhadap motivasi karena jika petani dengan rata-rata umur diatas 40 tahun cenderung mengalami berkurangnya tenaga dan kemampun fisik sehingga cenderung mengurangi kemampuan dalam usahatani. Kondisi lahan juga mempengaruhi motivasi petani dalam menjalankan usahatani karena memberikan orientasi keuntungan atau penghasilan yang lebih besar membuat responden termotivasi untuk berniat memperluas lahannya (Zikri, 2020).

Luas lahan juga mempengaruhi motivasi petani dikarenakan dengan semakin bertambahnya jumlah tanggungan keluarga akan semakin meningkatkan motivasi dalam berusaha tani terutama dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan dalam dalam rumahtangga yaitu kebutuhan fisiologis antara kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sehingga dengan jumlah keluarga yang besar maka kebutuhan kebutuhan tersebut juga akan semakin besar (hendra Nadeak, 2018).

Tingkat pendidikan juga dapat berpengaruhi terhadap tingkat motivasi petani. Secara teoritis dijelaskan bahwa tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap proses penyerapan ilmu dan pengetahuan, inoasi dan teknologi. Tingkat pendidikan seorang petani yang semakin tinggi maka memudahkan petani dalam menyerap atau memahami suatu teknologi baru (Rachmawati, 2021). Selanjutnya pengalaman para petani juga akan memberikan ketrampilan dan pengetahuan tentang berusahatani secara mendalam, sehingga ini akan mempengaruhi motivasi dalam aspek kebutuhan untuk berprestasi dan aktualisasi diri (Bahua, 2016).

 

2.     Pengaruh Faktor Ekstrinsik Terhadap Motivasi

Berdasarkan hasil uji hipotesis faktor ekstrinsik memiliki pengaruh terhadap motivasi pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa diperoleh nilai tstatistik sebesar sebesar 0,545 < ttabel 1.67412 dengan nilai P-Values sebesar 0,586 > 0,05 maka dapat diketahui bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti faktor ekstrinsik usahatani tidak berpengaruh terhadap motivasi petani pada usahatani Bawang Merah di Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Bahua, 2016) yang menyatakan bahwa faktor eksternal berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi usahatani.

Tingkat motivasi petani dipengaruhi oleh ketersediaan berbagai sarana produksi pertanian yang sesuai dan tepat waktu pada saat diperlukan untuk menerapkan suatu inovasi dalam usahataninya. Ketersediaan sarana dan prasarana tidak hanya mengenai kualitas dan kuantitas saja, akan tetapi juga memperhatikan saat dibutuhkan dan harga yang terjangkau oleh petani. Selanjutnya dukungan berupa modal juga faktor penunjang utama dalam kegiatan produksi pertanian serta adanya bantuan modal dari pemerintah merupakan bentuk dukungan yang diberikan kepada petani yang bertujuan untuk mengoptimalkan sector pertanian dengan cara mengembangkan faktor produksi pertanian (Nuryanti & Swastika, 2011).

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam usahatani bawang merah di kabupaten serdang bedagai. Faktor instrinsik berpengaruh terhadap motivasi usahatani dengan nilai tstatistik sebesar 19,370>ttabel 1.67412 dengan nilai P-Values sebesar 0,00<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti faktor instrinsik usahatani berpengaruh terhadap motivasi usahatani pada usahatani Bawang Merah di Kabupaten Serdang Bedagai. Faktor ekstrinsik berpengaruh terhadap motivasi usahatani dengan nilai tstatistik sebesar 0,545<ttabel 1.67412 dengan nilai P-Values sebesar 0,586>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti faktor ekstrinsik usahatani tidak berpengaruh terhadap motivasi usahatani pada usahatani Bawang Merah di Kabupaten Serdang Bedagai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Abdi, Herve, & Williams, Lynne J. (2013). Partial Least Squares Methods: Partial Least Squares Correlation And Partial Least Square Regression. In Computational Toxicology (Pp. 549�579). Springer.

 

Abdulgani, Fuad. (2020). Sang Pemburu Dalam Jerat Kerja Upahan: Investigasi Moda Produksi Dalam Proses Industrialisasi Sagu Di Papua Barat. Wacana: Jurnal Transformasi Sosial, 38.

 

Ardi, Muhammad Ramadhani, & Effendi, Midiansyah. (2018). Faktor-Faktor Yang Memotivasi Petani Dalam Melakukan Usahatani Semangka (Citrullus Vulgaris S.) Di Desa Sumber Sari Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Agribisnis Dan Komunikasi Pertanian, 1(2), 98�103.

 

Bahua, Mohamad Ikbal. (2016). Kinerja Penyuluh Pertanian. Deepublish.

Bangun, Rita Herawaty. (2020). Determinan Peningkatan Pembangunan Manusia Di Sumatera Utara. Publikauma: Jurnal Administrasi Publik Universitas Medan Area, 8(1), 32�39.

 

Basmar, Edwin, Purba, Bonaraja, Nugraha, Nur Arif, Purba, Elidawaty, Krisnawati, Lina, Damanik, Darwin, Hariyanti, Anies Indah, Banjarnahor, Astri Rumondang, Elistia, Elistia, & Sahir, Syafrida Hafni. (2021). Perekonomian Dan Bisnis Indonesia. Yayasan Kita Menulis.

 

Budiono, Ahmad, Nangameka, Yohanes, & Puryantoro, Puryantoro. (2022). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Petani Dalam Berusaha Tani Cabe Rawit Di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan. Jpm: Jurnal Purnama Media, 1(2), 78�88.

 

Fathussyakir, Muhammad, Meutia, Meutia, & Heriani, Heriani. (2022). Pengaruh Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Guru Smk Kota Bima Dengan Motivasi Sebagai Intervening. Jisip (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 6(2).

 

Hendra Nadeak, Tonny Hendra. (2018). Motivasi Petani Terhadap Alih Fungsi Komoditi Padi Gogo Menjadi Tanaman Jagung Di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Agriprimatech, 2(1), 38�46.

 

Hermawan, Iwan. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif Dan Mixed Method). Hidayatul Quran.

 

Hidayat, Aziz Alimul. (2021). Menyusun Instrumen Penelitian & Uji Validitas-Reliabilitas. Health Books Publishing.

 

Nuryanti, Sri, & Swastika, Dewa Ketut Sadra. (2011). Peran Kelompok Tani Dalam Penerapan Teknologi Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 29(2), 115�128.

 

Pratita, Bernadeta Wahyu Astri, Pratikto, Heri, & Sutrisno, Sutrisno. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Keputusan Pembelian Pelanggan Di Kober Bar Malang. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 3(4), 497�503.

 

Putra, Muhammad Rizky Mulyana. (2019). Pengaruh Modernisasi Administrasi Pajak Dan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Pelayanan Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega). Universitas Komputer Indonesia.

 

Rachmawati, Rika Reviza. (2021). Smart Farming 4.0 Untuk Mewujudkan Pertanian Indonesia Maju, Mandiri, Dan Modern.

 

Ramdhan, Muhammad. (2021). Metode Penelitian. Cipta Media Nusantara.

 

Rosyid, Zeinur. (2021). Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Petani Dalam Berusahatani Tebu (Studi Kasus Di Desa Kertosari Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo). Agribios, 19(1), 15�28.

 

Rukajat, Ajat. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research Approach. Deepublish.

 

Tekle, Guesh. (2015). Growth, Yield And Quality Of Onion (Allium Cepa L.) As Influenced By Intra-Raw Spacing And Nitrogen Fertilizer Levels In Central Zone Of Tigray, Northern Ethiopia. Haramaya University.

 

Tohari, Amin, & No, Jl K. H. Achmad Dahlan. (2018). Pemodelan Derajat Kesehatan Menggunakan Structural Equation Modeling Di Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmiah Teori Dan Aplikasi Statistika, 10(2), 1�6.

 

Zikri, Wahyudi. (2020). Analisis Efektivitas Komunikasi Program Sl-Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) Usahatani Padi Di Desa Pulau Birandang Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Agribisnis S2.

 

Copyright holder:

Tsarwah, Buchari Sibuea (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: