Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember
2022
KONSEP URBAN NATURALISME PADA DESAIN BANGUNAN KARYA TOYO ITO
Remigius Hari Susanto, Agus Nugroho, Purwanto Joko Slameto, Thomas Yuni Gunarto
Universitas Gunadarma, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Aliran Naturalisme dalam
arsitektur adalah sebuah konsep arsitektural yang mengambil dari bentukan
maupun sifat yang terdapat di alam. Arsitektur Urban Naturalisme dapat
dikatakan sebagai penggabungan antara konsep perancangan secara naturalis
dengan penerapannya dalam kebutuhan bangunan pada kawasan perkotaan. Bangunan
karya Arsitek Toyo Ito selalu menunjukkan karakter visual memperlihatkan
keindahan yang mengalir serta keseimbangan antara dunia nyata dan virtual dalam
penerapan konsep urban naturalismenya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari implementasi konsep urban naturalism Karya Toyo Ito dan membaca
�tanda� elemen fisik terhadap perwujudan konsep tersebut pada fungsi bangunan,
bentuk bangunan dan sistem struktur dari desain bangunan karya Toyo Ito, yaitu Sendai
Mediatheque, TOD�s Omotesando Building dan Kaohsiung National Stadium. Metode
penelitian yang digunakan adalah pendekatan semiotik untuk mencari penggunaan
�tanda� dari elemen-elemen yang mempermudah proses visual pengamat terhadap
suatu karya arsitektur melalui substance of content (signified), form of
content (signified), Form of expression
(signifier) dan Substance of expression.
�Penggunaan konsep urban
naturalisme ini menghasilkan adanya interaksi
dengan alam yang tidak dibatasi oleh dinding fasade, keindahan struktur
bangunan yang bisa diciptakan dari alam sekitar dengan pola organik serta
kenyamanan dalam bangunan dengan memanfaatkan aliran energi positif dan
memaksimalkan efek pendingin alami dari angin di lingkungan perkotaan yang
tropis.
Kata kunci: urban, naturalisme, Toyo Ito.
Abstract
The principle of
Naturalism in architecture is an architectural concept derived from the
formations and properties
encountered in nature. Urban Naturalism architecture refers to a combination of
naturalist design concepts and their application to building needs in urban
areas. The buildings developed by Toyo Ito Architects continuously show a
visual character presenting flowing beauty and balance between the real and
virtual worlds in applying the concept of urban naturalism. This study aims to
elaborate on the implementation of the concept of urban naturalism by Toyo Ito
and explore the 'signs' of physical elements toward the embodiment of this
concept in building functions, building forms, and structural systems of Toyo
Ito's building designs, namely Sendai Mediatheque, TOD's Omotesando Building,
and Kaohsiung National Stadium. The research method applied was a semiotic
approach to investigate the use of 'signs' from elements that facilitate the
observer's visual process of architectural work through the substance of
content (signified), the form of content (signified), the form of expression
(signifier) as well as the substance of expressions. The use of the urban
naturalism concept derives from interactions with nature that are not limited
by facade walls, the beauty of building structures created from the natural
surroundings with organic patterns, and comfort in buildings by utilizing
positive energy flows and maximizing the natural cooling effect of wind in a
tropical urban environment.
Keywords: urban, naturalism, Toyo Ito.
Pendahuluan
Naturalisme
melukiskan segala hal yang berhubungan dengan alam. Segala sesuatu selalu
disesuaikan dengan apa yang sudah terlihat dalam pandangan mata. Keindahan pun
bisa terwujud hanya dalam sebuah karya yang sederhana, Dalam dunia arsitektur,
keseimbangan antara bangunan dan alam tempat bangunan itu berdiri memiliki
peran penting. Baik dari segi etika, estetika, hingga fungsi bangunan. Yang
perlu menjadi perhatian adalah seorang arsitek harus mampu beradaptasi dengan
alam,tempat dia akan merancang dan mendirikan sebuah bangunan.
Naturalisme
adalah salah satu aliran seni rupa yang mengedepankan keakuratan serta
kemiripan objek yang digambar agar tampak lebih alami serta realistis serupa
referensinya yang terdapat di alam
Kawasan
perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi
Berdasarkan
perpaduan antara naturalisme yang tidak terlepas dari unsur alam dan perkotaan
(urban) maka dapat diartikan bahwa konsep urban naturalisme
adalah konsep arsitektur yang kuat akan unsur-unsur alamiah namun tetap dapat
diterapkan dalam lingkungan perkotaan.
Toyo
Ito adalah arsitek Jepang yang dikenal sebagai penggagas arsitektur konseptual,
yang berupaya untuk mengekspresikan dunia fisik dan virtual secara bersamaan
Metode Penelitian
Berdasarkan
tujuan yang akan dicapai dan jenis objek yang ditinjau maka dipilih pendekatan
dengan metoda semiotika
1. Substance of content (signified)
adalah segala hal yang berhubungan dengan nilai, ide dan filosof yang melatar belakangi konsep
perwujudan hasil karya arsitektur
2. Form of content (signified) adalah konsep-konsep
perencanaan dan perancangan arsitektur yang akan ditransformasikan
ke dalam karya arsitektur
3. Form of expression (signifier) adalah form of content yang diekspresikan ke dalam bentuk
fisik bangunan.
4. Substance of expression
adalah makna yang muncul dibalik form of expression karya arsitektur
Pada penelitian membaca �tanda� elemen fisik pada 3 (tiga)
karya Toyo Ito terhadap perwujudan konsep urban naturalism, dimana
bentuk, ruang, permukaan dan volume pada gambar denah bangunan, tampak dan
potongan bangunan, elemen bangunan baik bahan bangunan dan material, berperan
sebagai penanda sedangkan implementasi konsep arsitektur urban naturalism
yang menekankan pada keseimbangan antara dunia nyata dan virtual, berperan
sebagai petanda.
Hasil dan Pembahasan
Di setiap karyanya, Toyo Ito selalu menciptakan ruang dalam
bangunan yang tidak terbatas seperti kita berada di alam bebas, dengan
menciptakan alam masuk ke dalam bangunan, sehingga tidak terlihat adanya
pembatas antara di dalam bangunan maupun di luar bangunan. Toyo Ito berpendapat
:
The
natural world is extremely complicated and variable, and its systems are fluid
� it is built on a fluid world. In contrast to this, architecture has always
tried to establish a more stable system. I think of Architecture as a piece of
clothing to wrap around human beings� �
Ini yang melatar-belakangi konsep urban naturalism
Karya Toyo Ito, dimana menciptakan hubungan yang membawa bangunan lebih dekat
ke lingkungan, konsep arsitektur yang kuat akan unsur-unsur alamiah namun tetap
dapat diterapkan dalam lingkungan perkotaan. Dalam penelitian ini akan membahas
konsep urban naturalism pada 3 (tiga) bangunan Karya Toyo Ito, yaitu: Sendai
Mediatheque, TOD�s Omotesando Building dan Kaohsiung National Stadium.
Sendai Mediatheque, Sendai
Sendai Mediatheque merupakan bangunan multifungsi yang dibangun
pada tahun 1995 di Kota Sendai, Jepang untuk memenuhi kebutuhan kreatifitas akan
perkembangan teknologi, Bangunan terdiri dari 7 lantai dan 2 basement, dengan
luas total bangunan 21,682 m2 pada lahan seluas 3,948 m2.
�
Gambar 1.
Sendai Mediatheque
Mediatheque adalah tipologi bangunan prototipikal yang
tidak disesuaikan dari program tertentu, namun sebuah sistem yang mampu
memenuhi setiap dan semua kondisi program ruang yang muncul melalui
transparansi dan keterbukaan. Bangunan ini didesain dengan fungsi yang
fleksibel, baik pada denah bangunan hingga potongan bangunan, terdiri dari 3
(tiga) elemen arsitektur dasar, yaitu lantai (plat), kolom, dan fasade (skin).
Toyo Ito merancang plat lantai dengan fungsi terbuka yang memungkinkan
perubahan fungsi.
Gambar 2.
Elemen Arsitektur dasar pada Sendai Mediatheque
1.
Implementasi Konsep Urban Naturalism
Konsep pada bangunan Sendai Mediatheque
mengikuti fungsi bangunannya yang�
fleksibel, baik dalam kebutuhan ruang hingga bentuk bangunannya.
Bangunan ini didukung dengan kolom penopang retikular tabung yang memotong
bangunan berbentuk lengkungan untuk menciptakan karakter seperti layaknya
rumput laut. Kolom seperti rumput laut menunjukkan bahwa alam adalah
inspirasinya. Bentuk kubus bangunan dengan dinding kaca yang transparan dari
bangunan Sendai Mediatheque menyerupai aquarium yang berisi air dengan rumput
laut dari gambaran sistem struktur kolom di dalam bangunan dengan dimensi dan
bentuk yang berbeda-beda.
Gambar 3.
Konsep Urban Naturalism Sendai Mediatheque
Inilah yang diinginkan Toyo Ito mendesain
bangunan yang transparan tanpa batas, dan ketinggian bangunannya secara visual
dapat dinikmati masyarakat Kota Sendai. Hal ini menguatkan bahwa konsep
bangunan bukan kategori jenis konsep analogi dan metafora, tetapi mewujudkan
visibilitas dan transparansi bangunan sebagai bentuk keintiman dengan alam baik
di dalam maupun interaksinya dengan lingkungan luarnya melalui rekayasa dan
estetika.
2.
Konsep Urban Naturalism pada Fungsi Bangunan
Bangunan Sendai Mediatheque dengan fungsi utama bangunan perpustakaan, galeri, pusat pembelajaran audiovisual multimedia dan pusat layanan informasi
untuk tunanetra, serta fungsi pendukung berupa ruang pertemuan, theater dan
kafetaria. Fungsi bangunan dibedakan berdasarkan lantai, dengan dinding putih
pada setiap lantai didesain secara khusus untuk masing masing fungsinya. Desain
interior pada setiap lantai
berbeda-beda tergantung fungsi ruangnya yang dibedakan dari perbedaan warna, bentuk, dan material. Sebagai bangunan yang multifungsi,
ruang-ruang di dalam bangunan Sendai
Mediatheque digambarkan
sebagai �hutan kota yang berlapis� dengan kualitas yang beragam sesuai dengan
fungsinya yang beragam pula. Bangunan dengan multifungsi ini mampu menjawab
kebutuhan perkotaan (urban), khususnya kebutuhan masyarakat kota
tersebut.
Gambar 4.
Pembagian Fungsi bangunan tiap lantai
3.
Konsep Urban Naturalism pada Bentuk Bangunan dan
Sistem Struktur
Untuk meyatukan tiap
lantai bangunan, dalam gambar potongan bangunan terlihat bangunan diikat dengan kolom tabung retikular sebagai
inti bangunan. Pada Bangunan Sendai Mediatheque,
kolom didesain khusus menjadi elemen bangunan yang unik dari bentuknya yang
tidak lurus bahkan terlihat melengkung untuk menopang bangunan 7 lantai, serta
dimensi kolom yang berbeda-beda kolom satu dengan kolom lainnya.
Gambar
5.
Tampak
dan Potongan Bangunan Sendai Mediatheque
Toyo Ito memainkan ukuran tabung serta menggunakannya sebagai
kolom struktural serta sebagai ruang sirkulasi dan ruang service, seperti tangga
sirkulasi vertikal, lift, mekanikal elektrikal dan shaft untuk
pencahayaan alami.
Gambar 6.
Fungsi
Kolom sebagai Ruang Sirkulasi dan Ruang Service
Dengan kolom yang lentur serta perbedaan ketinggian setiap lantai
semakin menguatkan konsep seperti rumput laut yang mengapung dalam aquarium.
Tampak terlihat begitu merangkul kehidupan kota. Tampak bagian utara yang
begitu transparan menghubungkan interaksi di luar dan dalam kota, dan memudahkan berbagai fungsi dan aktivitas
dalam bangunan terlihat dari luar bangunan. Pada malam hari kaca pada bangunan terlihat cukup berkilau, dan
interior bangunan dapat dilihat dari berbagai sisi.
TOD�s Omotesando
Building, Tokyo
TOD�s Omotesando Building merupakan bangunan
inovatif di Tokyo Jepang yang dibangun pada tahun 2003-3004, yang dibangun
khusus untuk TOD, sebuah produsen sepatu dan tas tangan dari Italia.
Gambar 7.
TOD�s Omotesando Building
Terletak pada lokasi tapak yang berbentuk L dan memiliki
bagian depan yang sempit di Omotesando Avenue, bangunan ini mampu memanfaatkan
bidang fasadenya untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan
mengambil inspirasi desain dari pohon row zelkova yang ditanam berjajar
sepanjang Omotesando Avenue, pusat perbelanjaan bergensi di Tokyo.
1.
Implementasi Konsep Urban Naturalism
Pada bangunan ini, Ito terinspirasi dari ranting-ranting pohon
row zelkova yang kemudian mendominasi pada fasade bangunan. Toyo Ito
berpendapat bahwa pohon merupakan organisme atau obyek alami yang berdiri
sendiri dengan bentukan rasionalitas strukturnya yang kuat dan unik
Gambar 8
Refleksi Poho Row Zelkova pada Fasade Bangunan
Pada bentuk dasar bangunan dari huruf L menghasilkan 6
(enam) sisi dinding eksterior (fasade), yang menggambarkan refleksi dari 9
(Sembilan) siluet pohon row zelkova ini.
Gambar 9.
Diagram Konsep TOD�s Omotesando Building
Pola siluet pohon yang tumpang tindih menghasilkan aliran
kekuatan yang rasional. Dengan mengadaptasi diagram pohon bercabang, semakin
tinggi bangunan, semakin tipis dan semakin banyak cabang yang tumbuh, dan dengan
rasio bukaan yang lebih tinggi. Demikian pula, bangunan terbentang sebagai
ruang interior dengan atmosfer yang sedikit berbeda yang berkaitan dengan
berbagai kegunaan yang dimaksudkan.
2.
Konsep Urban Naturalism pada Fungsi Bangunan
Bangunan dibangun khusus untuk TOD, sebuah produsen
sepatu dan tas tangan dari Italia dengan fungsi utama sebagai toko, dilengkapi
dengan kantor dan ruang serbaguna. Secara fungsi bangunan ini dapat dikatakan
memiliki konsep urban dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota
tersebut dan sebagai salah satu landmark di Omatesando Avenue, Tokyo. Tod's
Omotesando memiliki denah lantai yang unik. Tangga terdiri dari kaca pahatan,
baja, dan travertine yang terletak di bagian depan atau belakang toko,
dekat dengan penyangga yang disediakan oleh bagian luar. Lantai enam adalah ruang
serbaguna setinggi 18 kaki, dan di atap gedung terdapat ruang pertemuan kaca
dan ruang makan. Bangunan ini memberikan kontribusi keberhasilan kawasan
perbelanjaan, dimana bentuk bangunannya dianggap mengikuti fungsi di dalamnya.
Gambar 10.
Denah Bangunan Tod's Omotesando
3.
Konsep Urban Naturalism pada Bentuk Bangunan dan
Sistem Struktur
Bangunan ini memiliki struktur bangunan inovatif
dalam bentuk pohon dari dinding beton dan kaca. Lapisan eksterior memiliki dua
fungsi yaitu memiliki pola fasade dan sistem struktur yang merupakan perpaduan
bahan beton ketebalan 300mm dengan kaca frameless. Memiliki permukaan dengan
slab lantai memutar 10-15 meter tanpa kolom internal (Martini, 2015). Pada
intinya, struktur beton tidak hanya digunakan untuk mengekspresikan kekokohan
dinding seperti halnya dalam karya Arsitektur konvesional. Namun lebih dari
sekedar struktur, dapat menciptakan keindahan dari polanya yang alami menjadi
kolom struktur yang organisme yang hidup, berpadu dinding kaca yang transparan
menembus ruang dalam bangunan. Pohon sebagai organisme yang hidup memiliki
keteraturan bawaan yang dinamis dari bentuk kurva dan garis yang berulang-ulang
dan berirama menciptakan estetika fasade mengelilingi bangunan ini.
Gambar 11.
Kolom Struktur dengan pola organik dari dalam dan luar
bangunan
Kaohsiung National Stadium, Taiwan
Dikenal sebagai World Game Main Stadium, Kaohsiung
National Stadium berada di Kota Kahsiung, Taiwan dibangun pada tahun 2007 �
2009 dengan kapasitas tribun untuk 55.000 orang dan bangunan ini memenuhi
syarat sebagai green building.
Gambar 12.�
Kaohsiung National Stadium,
Taiwan
4.
Implementasi Konsep Urban Naturalism
Stadion Kaohsiung dirancang dengan Teknik konstruksi yang
berbeda dari stadion-stadion pada umumnya yang tertutup secara konvensional.
Stadion ini memiliki bentuk dasar lingkaran, namun melalui proses analisis
bentuk menghasilkan stadion yang menggambarkan simbol naga sedang mengibaskan
ekornya. Naga sendiri merupakan hewan yang digunakan sebagai symbol dalam
budaya di masyarakat Asia. Panel surya yang digunakan sebagai penutup atapnya
menyerupai sisik naga, sehingga masyarakat menamakan stadion ini sebagai �ular
kaca� atau �ekor naga�.
Stadion dirancang dengan mempertimbagkan orientasi
matahari, dimana tata letak lintasan berorientasi utara-selatan dengan sedikit
putaran 15o dari barat laut ke tenggara di dalam bentuk bangunan
yang menyerupai spiral berbentuk C. Desain seperti itu memungkinkan penonton
mengamati arena olahraga yang lebih nyaman dan aman dari angin dari barat daya
pada saat musim panas atau angin dingin dari barat laut pada musim dingin.
Hal ini mengikuti prinsip Feng Shui yang dalam sistem
estetika tradisional Tiongkok mempelajari angin dan air untuk memanfaatkan
aliran energi positif secara universal. Dan dibantu dengan teknologi digital
dengan proses simulasi untuk memaksimalkan efek pendingin alami oleh angin.
Oleh karena itu, dalam bentuk bangunan yang melingkar, pada salah satu sisi
bangunan dan atap stadion tidak ditutup namun dimanfaatkan sebagai aliran udara
yang dapat menyegarkan ruang dalam dan penontonnya selama musim panas.
5.
Konsep
Urban Naturalism pada Fungsi Bangunan
Stadion Kaohsiung memiliki luas 189,012 m� dan area
terbangun 25,55 m� dengan �kegiatan utama
sebagai Stadion Olahraga yang memiliki panjang lintasan 1300 feet/kaki dan
lapangan sepakbola yang memenuhi standard FIFA (F�d�ration Internationale de
Football Association) dan IAAF (the International Association of
Athletics Federation). Stadion ini juga mengikuti pedoman dari pemerintah
setempat untuk mengintegrasikan teknologi bangunan hijau. Oleh karena itu, pada
kegiatan pendukungnya seluas 46,94 m2 berupa ruang public, taman dengan pohon
palem, jalur sepeda, area hijau dengan konsep taman tropis untuk menciptakan suasana
yang sangat alamiah.
Bangunan ini memiliki 3 lantai dan 2 basement, dengan kapasitas hingga 55.000 penonton yang terbagi 28.080 kursi pada tribun dan 26.920 kursi upper-deck di bagian bawahnya. Keduanya dapat digunakan sebagai tempat duduk sementara bagi pengunjung, yang dapat dibongkar pasang, dengan 7.000 seats di bagian atas dan 7.650 di bawah. Stadion ini juga memiliki Athletics track seluas 400 m2. Secara keseluruhan fungsi bangunan, stadion ini mempertahankan sifat natural serta ramah lingkungan dengan hadirnya taman dan area hijau merujuk pada konsep utamanya untuk kenyamanan dan keutamaan fungsi yang dihasilkan.
Gambar 13.
Denah dan Potongan Bangunan Kaohsiung National Stadium
6.
Konsep Urban Naturalism pada Fungsi Bangunan
Secara keseluruhan Stadion menggunakan konstruksi beton
bertulang yang dipadukan dengan struktur rangka baja pada atap bentuk pipa
spiral dan menahan 9.000 panel surya. Pengunjung dapat mengamati struktur baja
spiral melalui atap kaca yang melapisinya. Semua lapisan pada stadion
menggunakan 100% material daur ulang and material pabrikan lokal dari Taiwan.
Gambar 14.
Sistem Panel Surya Kaohsiung National Stadium
Stadion ini memiliki 8.844 unit panel surya
sepanjang 14.000 m2 pada atap. Lapisan ini dapat menghasilkan hingga
1.14GWh energi listrik, sehingga mengurangi pengeluaran karbondioksida
sebanyak� 660 ton dan dapat menyambungkan
energi hingga 80% pada area sekitar. Pencahayaan pada stadion memiliki kekuatan
sekitar 3.300 lux. Chip sensor langit-langit melacak semua konsumsi dan
distribusi listrik dan mengirimkan informasi ke pembangkit listrik kecil di
dalam stadion.Sensor lain melacak ladang surya untuk mendeteksi panel yang
rusak. Dengan ribuan panel surya menutupi strukturnya yang berbentuk semi
spiral, menjadi bangunan pertama yang sepenuhnya menggunakan energi alami
sekaligus menggunakan sistem sistem fotovoltaik terbesar di Taiwan.
Dari ketiga bangunan karya Toyo Ito diatas, yaitu
Sendai Mediatheque, TOD�s Omotesando Building dan Kaohsiung National Stadium
dapat disimpulkan bahwa Toyo Ito selalu menerapkan Konsep Naturalisme Urban dalam
setiap desainnya. Namun demikian tidak selalu dalam aspek yang sama. Penandaan
dari elemen-elemen dapat mempermudah proses visual pengamat terhadap suatu
karya arsitektur. Tanda terhadap penerapan Konsep Naturalisme Urban ditunjukkan
pada bangunan karya Toyo Ito ini sebagai berikut :
Tanda
(Sign) |
Sendai Mediatheque |
Tod's Omotesando |
Kaohsiung National Stadium |
Substance of content (signified) |
Kesatuan alam dalam bangunan |
Kesatuan dengan alam |
Keseimbangan antara energi air dan angin |
Form of content (signified) |
Hutan kota yang berlapis-lapis atau rumput laut dalam aquarium |
Pohon Row Zelkova karena pohon adalah
organisme yang alami |
Naga yang sedang mengibaskan ekornya |
Form of expression (signifier) |
Bangunan kotak Transparan, Kolom Retikular Tabung yang tidak beraturan |
Refleksi siluet pohon Row Zelkova pada
fasade dan struktur bangunan |
Rangka Baja spiral di sekeliling bangunan dan
panel surya pada atap yang menyerupai sisik naga |
Substance of expression |
Interaksi dengan alam tidak dibatasi oleh dinding fasade. Ruang dalam dan ruang dalam menyatu karena dinding fasade yang transparan dan terlihat kolom bangunan tak beraturan seperti pohon dalam hutan |
Keindahan struktur bangunan bisa diciptakan
dari alam sekitar dengan pola organik |
Memadukan
Prinsip Fengshui dan symbol budaya di Asia memanfaatkan aliran energi positif
dan memaksimalkan efek pendingin alami oleh angin di lingkungan perkotaan
yang tropis |
Kesimpulan
Untuk menggabungkan beberapa hal menjadi sebuah konsep
diperlukan pembelajaran yang tepat mengenai segala aspek bangunan seperti
bentuk, fungsi, hingga strukturnya. Dalam hal ini ketiga hal tersebut harus
selalu mencerminkan konsep utamanya. Penerapan Naturalisme yang diangkat dalam
karya Toyo Ito tidak selalu keluar sebagai bentuk utamanya namun terkadang
dalam penerapan sifat dan cara kerjanya, seperti dalam Sendai Mediatheque. Aspek
Urban dalam karya Toyo Ito diterapkan sebagai pendukung dalam perkembangan
bangunan yang menyesuaikan dengan lingkungan perkotaan. Tidak ada hal pasti
yang menjadi patokan dalam sebuah desain Toyo Ito, terutama dalam gubahan
massanya. Hal tersebut dapat dilihat dari ketiga studi kasus. Pada Sendai
Mediatheque menerapakan sifat rumput laut pada struktur bukan pada bentuk
keseluruhan, pada TOD�s Omotesando mengaplikasikan bentuk pohon Row Zelkova
pada Fasad, sedangkan Kaohsiung National Stadium hampir pada seluruh aspek
bangunan mengadopsi sifat Naga.��
BIBLIOGRAFI
Azizah, L. N. (2014, February). Aliran Naturalisme:
Pengertian, Contoh Karya, Ciri, Tokoh. Www.Gramedia.Com.
de Esteban, J. (2018). The naturalisation of architectural space. Three critical positions far from naturalism. In RA Revista de Arquitectura (Vol. 20). https://doi.org/10.15581/014.20.228-241
Furuhitho, X., Prabawasari, V. W., Setiawan, L. H., & Prakosa, W. (2022). Penerapan Teknik Daylighting sebagai Konsep Sains Bangunan pada Desain Bagunan Karya Norman Foster. Syntax Literate, 7(6). https://doi.org/10.36418/syntax-literate.v7i6.7824
Hinchman, M., & Yoneda, E. (2019). Ito, Toyo. In Interior Design Masters (pp. 528�530). Routledge. https://doi.org/10.4324/9781315168203-255
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2007). UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pemerintah Republik Indonesia.
Majid, A., Tohjiwa, A. D., & Prabawasari, V. W. (2022). Perancangan Museum Persiapan Proklamasi Rengasdengklok Dengan Pendekatan Semiotika. Syntax Idea, 4(3). https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v4i3.1792
McKitrick, K. (2010, September). Sendai Mediatheque � Toyo Ito . Https://Kmckitrick.Wordpress.Com/.
Niiuchi, Y., Matsumoto, S., & Fujii, D. (2017). Computational morphogenesis of building structures using ieso method: Natural shape of buildings which resist vertical and seismic load. Journal of Structural and Construction Engineering, 82(731). https://doi.org/10.3130/aijs.82.97
Sadanand, A., & Nagarajan, R. V. (2020). Nature-inspired architecture of laurie baker and toyo ito: A comparison. WIT Transactions on the Built Environment, 195. https://doi.org/10.2495/ARC200011
Sampath, K. (2010). MORE ABOUT: Tod�s Omotesando � Tokyo, Japan. Https://Moreaedesign.Wordpress.Com/.
Saraswaty, R., & Nasution, A. M. (2016). Kajian Mental Image Mahasiswa Arsitektur Terhadap Arsitektur dengan Pendekatan Semiotik. Educational Building, 2(2). https://doi.org/10.24114/eb.v2i2.4394
Sveiven, M. (2011, March 9). AD Classics: Sendai Mediatheque / Toyo Ito & Associates. Archdaily. https://www.archdaily.com/118627/ad-classics-sendai-mediatheque-toyo-ito
������������������������������������������������
Copyright holder: Remigius Hari S., Agus Nugroho,
P. Joko Slameto., Thomas Y. Gunarto �(2023) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |