Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 1, Januari 2023

 

DEIKSIS DALAM KARYA SASTRA (ANALISIS PADA NOVEL LASKAR PELANGI DAN NOVEL MIMPI-MIMPI LINTANG KARYA ANDREA HIRATA

 

Sarwinah, Rahman Rajab

SD Negeri Sudirman IV Makassar, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Makassar SD Inpres Bertingkat Mamajang III

Email: [email protected]

 

Abstrak

Tujuan Penelitian ini adalah Mendeskripsikan deiksis yang terdapat di dalam novel Laskar Pelangi dan Mimpi-Mimpi Lintang Maryamah Karpov Karya Andrea Hirata. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi ragam deiksis. Pengumpulan data menggunakan teknik baca marka dan teknik catat. Analisis data menggunakan alur pikir meliputi; (1) reduksi data, (2) penyajian, dan (3) penarikan kesimpulan data dan verifikasi. Hasil penelitian ini yaitu deiksis di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dibedakan menjadi lima yaitu deiksis perorangan, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacan, dan deiksis sosial. Deiksis perorangan dibedakan menjadi dua yaitu deiksis persona pertama dan deiksis persona ketiga. Deiksis tempat dibedakan menjadi tiga yaitu deiksis proksimal, deiksis semiproksimal, dan deiksis distal. Deiksis waktu dibedakan menjadi tiga yaitu deiksis masa lalau, deiksis masa kini, dan deiksis masa yang akan datang. Deiksis wacana dibedakan menjadi dua yaitu deiksis anafora dan deiksis katafora. Deiksis sosial dibedakan menjadi dua yaitu deiksis eufimisme dan deiksis honorifiks. Kelima deiksis tersebut juga ditemukan di dalam novel Maryamah Karpov. Hanya saja, di dalam novel Maryamah Karpov, ragam deiksis wacana katafora tidak dijumpai.

 

Kata kunci: deiksis, novel, pragmatik

 

Abstract

The purpose of this study is to describe the deiksis contained in the novel Laskar Pelangi and The Dreams of Lintang Maryamah Karpov by Andrea Hirata. This research belongs to the type of qualitative descriptive research. The focus of this study is to identify the variety of deicsis. Data collection uses marking reading techniques and note-taking techniques. Data analysis using a train of thought includes; (1) data reduction, (2) presentation, and (3) data inference drawing and verification. The results of this study are deiksis in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata divided into five, namely individual hisses, place hisses, time hisses, wacan hisses, and social hisses. Individual deiksis is divided into two, namely the first persona deiksis and the third persona hiss. Place deiksis is divided into three, namely proximal hiss, semiproximal hiss, and distal hiss. The deiksis of time is divided into three, namely the deiksis of the lalau, the deiksis of the present, and the deiksis of the future. The deiksis of discourse is divided into two, namely anaphoric hiss and cataphoric hisses. Social hissing is divided into two, namely euphymistic hissing and honorific hiss. The five hisses are also found in Maryamah Karpov's novels. It's just that, in Maryamah Karpov's novel, the variety of deiksis of cataphoric discourse is not found.

 

Keywords: deiksis, novel, pragmatics

 

Pendahuluan

Substansi wujud sastra adalah bahasa. Bahasa adalah lambang-lambang bunyi bermakna yang dikonvensi. Oleh karena itu, untuk dapat memahami sastra seeorang terlebih dulu harus mampu memahami bahasa. Di dalam sastra, ada pesan yang telah dikonvensi da nada pula yang tidak. Pesan yang tidak terkonvensi inilah yang membutuhkan kerja untuk memahaminya.

Seperti halnya dengan novel Laskar Pelangi dan Mimpi-Mimpi Lintang Maryamah Karpov karya Andrea Hirata. Kedua novel tersebut membutuhkan kerja yang ekstra untuk memahami dan mendalami isi yang terkandung di dalamnya. Dalam proses ciptanya, bahasa oleh Andrea Hirata adalah alat untuk menjalin komunikasi dengan pembaca. Namun tidak dengan prinsip-prinsip berbahasanya. Prinsip yang dimaksud di sini adalah daya atau kesanggupan berbahasa Andrea Hirata dengan meletakkan makna yang dipahami, dihayati, dan menjadi prinsip hidupnya. Ada pesan atau makna yang ditampilkan secara lugas, tetapi tidak sedikit yang ditampilkan secara abstrak. Demikianlah kemenarikan yang ditampilkan oleh Andrea Hirata di dalam novel yang dikarangan, terkhusus pada novel Laskar Pelangi dan Mimpi-Mimpi Lintang Maryamah Karpov dengan permainan bahasanya.

Membaca sastra pada hakikatnya adalah berkomunikasi secara tidak langsung dengan pengarang dari tulisan yang kita baca (Anggraini dkk., 2020; Asteria, 2014; Budianta, 2002; Siswanto, 2008). Untuk itu, antara pembaca sastra dan pengarang harus memiliki kesepahaman tentang bahasa dan makna itu sendiri. Sebab, keberhasilan komunikasi dapat tercapai apabila terjadi kesepahaman antarpenutur dan lawan tutur atau dengan kata lain lawan tutur dapat memahami maksud tuturan Hymes (dalam Nurkamto 2000). Untuk itu, mempelajari makna yang disampaikan oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar mengarahkan pembaca pada tindakan mengkaji bahasa dengan teori pragmatik. Pragmatik mengkaji faktor-faktor yang mendorong pilihan bahasa dalam interaksi sosial dan pengaruh pilihan tersebut pada mitra tutur (Crystal, 1987; House & K�d�r, 2021; Leech, 2016; Levinson dkk., 1983; Siddiqui, 2018). Artinya, meskipun secara teoretis harus mengacu pada kaidah-kaidah bahasa yang telah ditetapkan, tetapi seringkali di dalam praktik berbahasa tidak cukup hanya mengikuti kaidah saja, mengonstruksi kalimat harus selalu mengaitkannya dengan konteks di tempat tutur itu terbangun maupun konteks diluar dari tuturan itu sendiri (Madeamin dan Thaba, 2021).

Seperti halnya sastra, pembaca harus mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui jalinan ceritanya. Pesan yang tersurat mungkin dengan mudah dapat dipahami oleh pembaca. Tetapi sastra yang notabenenya adalah karya imajinasi yang penuh dengan muatan konotasi di dalamnya, tentu banyak mengandung pesan atau makna yang sifatnya implisit. Untuk itu, pragmatik hadir sebagai pisau beda atas berbagi gejala dan fenomena kebahasaan di dalam sastra sebagaimana yang telah diuraikan diatas. Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik (Devi dan Thaba, 2022). Pragmatik merupakan studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. (Crystal (1987) menyatakan pragmatik mengkaji faktor-faktor yang mendorong pilihan bahasa dalam interaksi sosial dan pengaruh pilihan tersebut pada mitra tutur. Kajian pragmatik dibedakan menjadi empat yaitu implikatur, deiksis, praanggapan, dan tindak tutur.

Deiksis disebut juga informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu. Deiksis membahas tentang ungkapan atau konteks yang ada dalam sebuah kalimat. Deiksis ada lima macam, yaitu deiksis orang, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana dan deiksis sosial (Abdulameer & Suhair, 2019; John, 1995; Levinson, 2004, 1979; Sitorus & Fukada, 2019).

Berbagai riset telah pernah dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan kajian prakmatik. Hanya saja pengkajiannya sangat dangkal. Belum mampu menyelami secara keseluruhan pragmatik yang terkandung dalam bahasa sastra karya Andrea Hirata tersebut. Sebut saja penelitian Santo (2015) yang mengkaji novel Maryama Karpov karya Andrea Hirata untuk mengetahui fonemena pragmatik khususnya deiksis di dalamnya. Hasil penelitian tersebut, Santo (2015) menemukan berbagai jenis deiksis yang digunakan oleh pengarang di dalam novel Maryama Karpov yaitu deiksis persona, deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis wacana, deiksis sosial, pembalikan deiksis, dan deiksis peka konteks. Junianto (2010) juga telah mengkaji aspek prakmatik khususnya deiksis di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Hanya saja, aspek deiksis yang dikaji Junianto terpusat pada deiksis sosial saja. Hasil penelitian Junianto menunjukkan deiksis sosial yang dominan adalah penyebutan leksem jabatan/gelar baik kata, frase, maupun klausa. Hasil penelitian pada distribusi deiksis sosial berdasarkan fungsi sintaksis dikelompokkan menjadi empat, yaitu sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan. Distribusi deiksis sosial yang paling dominan adalah fungsi sintaksis sebagai subjek baik pada kata, frase, maupun klausa. Hubungan deiksis sosial dengan konteks sosial/budaya yang melingkupi dibedakan menjadi dua, yaitu deiksis sosial yang konteksnya sosial dan deiksis sosial yang konteksnya budaya. Deiksis sosial yang konteksnya sosial masih dikategorikan menjadi dua, yaitu bermakna negatif dan bermakna positif.

Penelitian lainnya juga pernah dilakukan oleh Novitasari (2012) terhadap novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dimana fokus kajiannya yaitu pragmatik khususnya deiksis yang secara spesifik pada deiksis sosial. Dari penelitian tersebut, Nofitasari menemukan deiksis sosial meliputi empat macam. Pertama bentuk deiksis sosial yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu deiksis sosial berupa kata, frasa, dan klausa. Kedua, deiksis sosial tersebut dibedakan menurut makna ungkapannya yaitu lugas dan kias. Ketiga, dijabarkan lagi dengan penggunaan fungsi yaitu fungsi pembeda tingkatan sosial seseorang, menjaga sikap sosial, dan menjaga sopan santun berbahasa. Keempat, maksud deiksis sosial mencakup enam maksud, yaitu maksud merendah, meninggikan, kasar, netral/normal, halus, sopan, melebih-lebihkan, dan menyindir.

Kedua penelitian di atas sudah cukup representatif memberikan peluang bagi peneliti untuk melakukan penelitian baru pada dua novel terbaik karya Andrea Hirata yaitu Laskar Pelangi dan Mimpi-Mimpi Lintang Maryamah Karpov dengan mengambil kajian pragmatik. Peluang yang dimaksudkan di atas adalah celah penelitian yang belum disentuh oleh peneliti-peneliti lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini dirumuskan dengan judul �Deiksis Novel Laskar Pelangi dan Mimpi-Mimpi Lintang Maryamah Karpov Karya Andrea Hirata�

 

Metode Penelitian

1.     Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitiannya adalah deskriptif, sebab penulis akan menggambarkan secara jelas dan objektif deiksis di dalam novel Laskar Pelangi dan Maryamah Karpov karya Andrea Hirata. Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka realitas bersifat ganda, holistik, hasil konstruksi, dan merupakan hasil pemahaman (Sugiyono, 2013). Sehingga hasil yang diperoleh penulis pada penelitian ini bisa saja berbeda dengan peneliti lain jika meneliti objek yang sama.

2.     Lokasi dan Waktu Penelitian

����������� Penelitian ini tidak menggunakan lokasi yang spesifik dalam mengumpulkan data. Sebab, data bersifat terkstual yang bersumber dari dalam novel. Sehingga, untuk melakukan penelitian seperti ini bergantung selera peneliti untuk membaca dan mengumpulkan informasi dari dalam sumber data dimana saja dan kapan saja.

3.     Unit Analisis dan Penentuan Informan

a.     Unit analisis dalam penelitian ini unit deiksis. Unit deiksis dibedakan dibedakan menjadi lima yaitu deiksis perorangan, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Deiksis tempat dibedakan menjadi deiksis proksimal, deiksis semi proksimal, dan dieksis distal. Deiksis waktu dibedakan menjadi tiga yaitu dieksis masa kini, masa lalu, dan masa yang akan datang. Deiksis wacana dibedakan menjadi dua yaitu anafora dan katafora. Sedangkan deiksis sosial dibedakan menjadi dua yaitu eufimisme dan honorifik.

Selanjutnya, peneliti menetapkan dua orang informan untuk dijadikan sebagai pengecek keabsahan temuan data. Penentuan informan berdasarkan dua kriteria yaitu; 1) berdasarkan tingkat pendidikan dan bidang ilmu atau keahlian yang diampuh, 2) berdasarkan pengalaman yang dimiliki infiorman dalam melaksanakan penelitian yang serupa.

4.     Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada tiga yaitu teknik studi pustaka, teknik baca markah, dan teknik catat. Ketiga teknik tersebut diuraikan sebagai berikut;

a.     Teknik studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan informasi awal terkait kebutuhan yang mendasari penelitian ini seperti studi terhadap hasil penelitian terdahulu, buku referensi, artikel jurnal, prosiding, atau artikel lainnya di internet, dan majalah sastra.Teknik baca markah merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membaca seca

b.     ra teliti bahkan berulang-lang sumber data untuk menemukan pemahaman mendalam kemudian memberikan tanda (markah) pada setiap bagian atau kutipan yang dianggap terkait dengan kebutuhan data penelitian.

c.     Teknik cata merupakan teknik lanjutan dari teknik baca markah. Artinya, setelah peneliti membaca dan memberikan tanda pada sumber data, langkah selanjutnya adalah memindahkan data tersebut ke media atau buku lain dengan cara mencatat. Teknik ini digunakan untuk memperdalam pemahaman peneliti terhadap data yang dikumpulkan.

����������� Setiap kegiatan pengumpulan data, tentunya membutuhkan instrumen. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (instrumen kunci). Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci yang terlibat atau melibatkan diri, pikiran dan perasaannya untuk mencermati, menganalisis, dan menemukan fakta yang terdapat di dalam sumber data.

Teknik Analisis Data

����������� Analisis data dalam penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu analisis data sebelum dilapangan dan analisis data selama di lapangan.

a.     Analisis Data Kualitatif Sebelum di Lapangan

Analisis data sebelum di lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun hal ini bersifat sementara dan terus berkembang setelah peneliti terlibat langsung dalam kegiatan pengumpulan data pada sumber data utama (Sugiyono, 2013).

b.     Analisis Data Kualitatif Selama di Lapangan Model Miles dan Huberman

Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion and verification).

 

Hasil dan Pembahasan

Deiksis dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

a.     Deiksis perorangan

Deiksis perorangan menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang dibicarakan.

Data LP 037

�Kasihan ayahku�� Maka aku tak sampai hati memandang wajahnya.

�Barangkali sebaiknya aku pulang saja, melupakan keinginan sekolah, dan mengikuti jejak beberapa abang dan sepupu-sepupuku, menjadi kuli��

(Novel Laskar Pelangi, hal. 3)

Kutipan data LP 037 di atas menceritakan tentang kebimbangan seorang tokoh aku untuk mengikuti kegiatan yang ada di sekolah atau menjadi kuli karena merasa iba terhadap ayahnya. Partikel �ku pada kata ayahku dan sepupu-sepupuku merupakan kata ganti orang pertama tunggal yang merupakan deiksis persona yang mengacu atau menunjuk pada penulis.

b.     Deiksis tempat

Deiksis tempat merupakan kata yang menunjuk atau merujuk pada satu wilayah atau tempat yang ditunjukkan melalui tuturan pembicara dalam tiga ranah yaitu deiksis tempat dengan jarak dekat (proksimal), semi jauh (semiproksimal), dan jauh (distal). Kutipan yang menunjukkan penggunaan deiksis tempat dalam novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata sebagai berikut;

Data LP 039

�Bapak Guru�.,�

�Terimalah Harun, Pak, karena SLB hanya ada di Pulau Bangka, dan kami tak punya biaya untuk menyekolahkannya ke sana. Lagi pula lebih baik kutitipkan dia di sekolah ini daripada di rumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak ayamku��

(Novel Laskar Pelangi, hal. 7)

 

Kutipan data LP 039 di atas bercerita tentang ibu Harun yang berharap Harun anaknya yang memiliki keterbelakangan mental dapat diterima di sekolah Muhammadiyah. Dalam wacana di atas, kata ke sana merujuk atau menunjuk pada suatu tempat atau wilayah yang jauh. Penunjukkan tersebut merupakan bentuk deiksis tempat untuk jangkauan wilayah yang jauh (distal)

c.     Deiksis waktu

d.      

Deiksis waktu dimaksudkan sebagai penunjukkan waktu dalam suatu tuturan. Deiksis waktu dibedakan menjadi tiga yaitu deiksis lampau atau masa lalu, deiksis masa kini, deiksis masa yang akan ating. Ketiga jenis deiksis tersebut dipaparkan sebagai berikut;

Data LP 041

�Saya harap argumentasi mereka bisa setepat jawabannya tadi�

(Novel Laskar Pelangi, hal 379)

 

Kutipan data LP 041 di atas menjelaskan tentang tantangan tokoh Drs. Zulfikar (guru di Sekolah PN) yang menantang regu F (Sekolah Muhammadiyah) atas jawaban mereka tentang cincin Newton. Di dalam kutipan tersebut, kata tadi merupakan merujuk atau menunjuk pada kondisi atau waktu dari satu kejadian yang telah berlalu. Artinya, kata tersebut merupakan deiksis waktu untuk masa yang telah berlalu

d. Deiksis wacana

Deiksis wacana adalah deiksis yang menggunakan acuan dalam suatu tuturan yang sifatnya intertekstual. Dieksis wacana dibedakan menjadi dua yaitu dieksis anafora dan dieksis katafora. Anafora adalah penunjukkan kembali pada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam wacana dengan pengulangan atau substitusi. Katafora adalah penunjukkan kesesuatu yang disebutkan kemudian. Deiksis wacana dalam novel Laskar Pelangi dibuktikan dengan data berikut;

Data LP 045

�Kasihan ayahku�� Maka aku tak sampai hati memandang wajahnya. �Barangkali sebaiknya aku pulang saja, melupakan keinginan sekolah, dan mengikuti jejak beberapa abang dan sepupu-sepupuku, menjadi kuli��

(Novel Laskar Pelangi, hal. 7)

 

Kutipan data LP 045 di atas menggunakan partikel �nya pada kata wajahnya untuk menggantikan kedudukan tokoh ayah yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, deiksis wacana ini bersifat anafora.

e.     Deiksis sosial

Deiksis sosial menunjuk atau merujuk pada hubungan sosial atau perbedaan-perbedaan sosial. Deiksis didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat dengan konteksnya. Deiksis sendiri dibedakan menjadi dua yaitu deiksis eufimisme dan deiksis honorifiks. Deiksis eufimisme adalah ragam deiksis yang berupaya memperhalus bagian yang dianggap kurang layak atau kurang pantas untuk didengar dengan maksud meningkatkan intensitas kesopanan antara penutur dan mitra tutur. Sedangkan deiksis honorifiks adalah ragam deiksis yang berupa tambahan sapaan untuk memperhalus tuturan. Bentuk deiksis sosial dalam novel Laskar Pelangi dapat ditampilkan dalam bentuk kutipan data berikut;

Data LP 049

�Sembilan orang�baru sembilan orang Pamanda Guru, masih kurang satu�.,�

(Novel Laskar Pelangi, hal. 381)

 

Kutipan data LP 049 di atas disampaikan oleh Ibu Mus. Kutipan di atas bercerita tentang kegelisahan Bu Mus terhadap jumlah siswa yang datang pada hari pertama masuk SD. Menghampiri batas waktu, satu orang siswa tak kunjung datang melengkapi Sembilan yang lainnya. Dari peristiwa itu, Bu Mus data ke Pak Harfan yang tidak lain adalah kepala sekolaj dengan menggunakan sapaan Pamanda Guru. Kata Pamanda Guru sendiri adalah sapaan tambahan yang digunakan oleh Bu Mus sebagai bentuk rasa hormatnya kepada Pa Harfan yang tidak lain adalah pimpinannya. Jadi terlihat bahwa deiksis sosial terjadi melalui penggunaan sapaan tersebut yang menjelaskan bahwa antara Bu Mus dan Pak Harfan adalah rekan kerja yang strata kedunya berbeda. Karena Bu Mus adalah bawahan, maka sepaptutnya ia harus memberikan penghargaan kepada pimpinannya yaitu Pak Harfan (Kepala Sekolah Muhammadiyah). Deiksis sosial seperti ini disebut dengan deiksis sosial honorifiks.

f.      Deiksis dalam Novel Maryamah Karpov Karya Andrea Hirata

a.     Deiksis perorangan

Data MK 051

�Percayalah nasihatku, warna cokelat muda itu akan membuatmu tampak sedikit lebih pintar�

(Novel Maryamah Karpov, hal. 18)

Kutipan data MK 051 di atas disampaikan oleh Famke Somers kepada toko Aku (Ikal). Kutipan ini menjelaskan bahwa tokoh Famke Somers memberikan pandangannya tentang warna kostum (dasi dan setelan jas) yang cocok dikenakan oleh tokoh Aku. Penggunaan partikel �ku pada kata nasihatku merujuk atau menunjuk pada diri penutur itu sendiri yaitu Famke Somers. Sedangkan partikel �mu pada kata membuatmu merujuk atau menunjuk kepada tokoh Aku (Ikal). Partikel �ku dan �mu pada kutipan di atas adalah sama-sama bentuk deiksis perorangan (person) yang merujuk pada orang pertama. Perbedaannya, untuk partikel �ku� merujuk pada orang pertama tunggal yang bersifat langsung pada patronnya. Sedangkan partikel �mu juga merujuk pada orang pertama secara tidak langsung. Bentuk ini disebut oleh peneliti dengan deiksis orang kedua tunggal.

b.     Deiksis tempat

Data MK 053

�Aku bisa mati bosan di sini!�

(Novel Maryamah Karpov, hal. 39)

 

Kutipan data MK 053 di atas menceritakan tentang pernyataan dari tokoh Townsend bahwa ia sudah sangat ingin meninggalkan Paris. Townsend telah merasa bosan telah hidup lama di paris sehingga ia mengibaratkan kondisinya sebagai ingin mati karena rasa kebosanan. Frasa di sini merujuk atau menunjuk pada suatu tempat dimana tokoh Townsend berada untuk saat itu juga yakng tidak lain adalah di kota Paris. Dengan demikian frasa di sini merujuk pada tempat dengan jangkauan yang dekat dengan diri penuturnya yakni Townsend sendiri yaitu Paris, sehingga jenis ini dimaksudkan sebagai bentuk deiksis tempat proksimal, yaitu deiksis dengan penunjukkan tempat dengan jarak dekat.

c.     Deiksis waktu

Data MK 056

�Terima kasih, Ikal�

�Jangan cemas, besok ada kapal berangkat�

(Novel Maryamah Karpov, hal. 46)

Kutipan ini menjelaskan bahwa ucapan rasa terima kasih dari tokoh Kim Lian kepada tokoh Ikal karena ia bersedia mengalah dan mempersilahkan Kim Lian membeli tiket yang hanya tersisa satu. Deiksis yang timbul dari percakapan tersebut adalah keinginan untuk menghilangkan kecemasan akan kebatalan untuk kembali akibat kehabisan tiket, sebab masih ada kapal lainnya yang akan berangkat besok. Kata besok pada kutipan tersebut merujuk atau menunjuk pada waktu yang akan datang. Penggunaan kata yang merujuk pada waktu tersebut menunjukkan bahwa kutipan di atas juga mengandung deiksis waktu untuk masa yang aklan datang.

d.     Deiksis wacana

Data MK 059

�Saudar-saudara, Dokter Diaz ini adalah seorang pelajar yang bermutu tinggi di bidang gigi sehingga ia sangat ahli. Tak perlu diragukan kemampuannya, sama sekali tak perlu! Kalian dengar itu!�

(Novel Maryamah Karpov, hal. 462)

 

Kutipan data MK 059 ini adalah pidato singkat dari tokoh Ketua Karmun yang berusaha menyakinkan warga bahwa Dokter Diaz adalah dokter gigi yang tak perlu diragukan kemampuannya. Pada kutipan tersebut, di awal tuturan Ketua Karmun menyebutkan langsung nama seorang dokter gigi yaitu dr. Diaz. Tuturan selanjutnya, Ketua Karmun tidak lagi menggunakan nama itu, tetapi menggantinya dengan kata ganti orang ketika yaitu Ia. Jadi, kata ia merujuk atau menunjuk pada tokoh dokter gigi yang sebelumnya disebutkan oleh Ketua Karmun. Pola menunjukan yang demikian disebut dengan deiksis wacana anafora.

Deiksis wacana katafora tidak dijumpai di dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata, sehingga tidak ada data yang dapat ditampilkan oleh peneliti.

 

 

 

 

 

e.     Deiksis sosial

Data MK 060

�Mohon maaf, Pak Cik, apakah sudah pernah ke Belitong sebelum ini?�

(Novel Maryamah Karpov, hal. 69)

 

Kutipan data MK 060 adalah percakapan antara tokoh Bang Zaitun dengan pria Tionghoa yang akan bekerja sebagai kepala pembukuan di perkebunan kelapa sawit yang ada di Belitong. Pada kutipan tersebut Bang Zaitun menggunakan sapaan pak cik sebagai bentuk sapaan kesantunan bagi msyarakat Belitong. Sapaan ini juga menandai kebudayaan masyarakat Belitong sebagai suku bangsa Melayu. Sapaan ini ditunjukan atau merujuk kepada laki-laki dewasa. Bentuk sapaan tambahan yang tujuannya menghaluskan maksud tersebut adalah deiksis sosial honorifiks.

 

Membaca sastra pada hakikatnya adalah berkomunikasi secara tidak langsung dengan pengarang dari tulisan yang kita baca. Untuk itu, antara pembaca sastra dan pengarang harus memiliki kesepahaman tentang bahasa dan makna itu sendiri. Sebab, keberhasilan komunikasi dapat tercapai apabila terjadi kesepahaman antarpenutur dan lawan tutur atau dengan kata lain lawan tutur dapat memahami maksud tuturan (Hymes dalam Nurkamto 2000). Untuk itu, mempelajari makna yang disampaikan oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar mengarahkan pembaca pada tindakan mengkaji bahasa dengan teori pragmatik.

Seperti halnya sastra, pembaca harus mampu menagkap pesan-pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui jalinan ceritanya. Pesan yang tersurat mungkin dengan mudah dapat dipahami oleh pembaca. Tetapi sastra yang notabenenya adalah karya imajinasi yang penuh dengan muatan konotasi di dalamnya, tentu banyak mengandung pesan atau makna yang sifatnya implisit. Sebut saja novel Laskar Pelangi dan Mimpi-Mimpi Lintang Maryamah Karpov karya Andrea Hirata. Peneliti secara terbuka mengakui bahwa gejala dan fenomena kebahasaan sangat apik ditampilkan oleh pengarang (Andrea Hirata) dalam melukiskan peristiwa demi peristiwa sehingga terjalin menjadi sebuah cerita yang apik, asik, menghibur dan memiliki kedalaman makna yang sungguh layak mendapatkan pujian. Tidak heran jika novel-novel tersebut menjadi sangat laku di pasaran (menjadi best seller) dan memenangi berbagai ajang bergengsi (Junianto, 2010; Santo, 2015).

Terkait dengan pragmatik, tentu di dalam kedua novel tersebut mengandung fenomena dan gejala bahasa yang patut dikaji dengan teori ini. Terbukti, berbagai penelitian terhadap kedua novel tersebut telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Fokus kajian atau penelitiannya berbeda-beda, sebab pragmatik sendiri adalah bidang ilmu yang di dalamnya terpecah menjadi empat fokus kajian yaitu deiksis, praanggapan, implikatur, dan tindak tutur. Penelitian ini sendiri menggunakan pendekatan prakmatik dengan berfokus pada aspek deiksis di dalam kedua novel tersebut.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa di dalam kedua novel tersebut, gejala pragmatiknya memiliki tingkat kesamaan yang tinggi. Misalnya, pada aspek deiksis di dalam novel Laskar Pelangi dan Mimpi-Mimpi Lintang Maryamah Karpov karya Andrea Hirata juga memiliki tingkat kesamaan yang tinggi. Dengan mengacu pada teori John (1995) lima bentuk deiksis dijumpai di dalam kedua novel tersebut yaitu deiksis perorangan atau persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Dieksis perorangan dalam penelitian ini ditemukan menjadi dua yaitu dieksis persona untuk orang pertama dan dieksis persona untuk orang ketiga. Deiksis tempat juga dibedakan menjadi tiga yaitu deiksis proksimal, semiproksimal, dan deiksis distal. Deiksis waktu pun demikian dibagi tiga yaitu deiksis masa lampau, deiksis masa sekarang atau saat ini, dan deiksis masa yang akan datang atau masa depan. Deiksis wacana dibedakan menjadi dua yaitu anafora dan katafora. Dieksis katafora tidak dijumpai di dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata. Hanya ini letak perbedaan temuan dari kedua novel. Deiksis sosial dibedakan menjadi dua yaitu deiksis eufimisme dan deiksis honorifiks.

Temuan ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian terdahulu khususnya pada aspek deiksis sosial, seperti penelitian Junianto (2010; Novitasari (2010); Santo, (2015), dan Azis, dkk. (2020).

 

Kesimpulan

����������� Deiksis di dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dibedakan menjadi lima yaitu deiksis perorangan, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacan, dan deiksis sosial. Deiksis perorangan dibedakan menjadi dua yaitu deiksis persona pertama dan deiksis persona ketiga. Deiksis tempat dibedakan menjadi tiga yaitu deiksis proksimal, deiksis semiproksimal, dan deiksis distal. Deiksis waktu dibedakan menjadi tiga yaitu deiksis masa lalau, deiksis masa kini, dan deiksis masa yang akan datang. Deiksis wacana dibedakan menjadi dua yaitu deiksis anafora dan deiksis katafora. Deiksis sosial dibedakan menjadi dua yaitu deiksis eufimisme dan deiksis honorifiks. Kelima deiksis tersebut juga ditemukan di dalam novel Maryamah Karpov. Hanya saja, di dalam novel Maryamah Karpov, ragam deiksis wacana katafora tidak dijumpai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Abdulameer, T., & Suhair, T. A. (2019). A pragmatic analysis of deixis in a religious text. International Journal of English Linguistics, 9(2), 292�306.

 

Anggraini, V., Syahrul, S., Arief, D., & Ratih, M. (2020). Pengembangan Bahan Ajar Membaca Sastra Berbasis Graphic Organizer Venn Diagram di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 1219�1227.

 

Asteria, P. V. (2014). Mengembangkan kecerdasan spiritual anak melalui pembelajaran membaca sastra. Universitas Brawijaya Press.

 

Azis, S. A., Thaba, A., & Rukayah, A. K. (2020). Implicature and Deixis of Novel Laskar Pelangi and Novel Mimpi-Mimpi Lintang by Andrea Hirata. International Journal of Literature and Arts, 8(4), 245.

 

Budianta, M. (2002). Membaca sastra: pengantar memahami sastra untuk perguruan tinggi. IndonesiaTera.

 

Crystal, D. (1987). TIle Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge, etc.: Cambridge University Press.

 

Devi, S., & Thaba, A. Strategi Direktif Maudy Ayunda dalam Perkenalan Juru Bicara Presidensi G20 Indonesia: Tinjauan Linguistik Sistemik Fungsional. Kode: Jurnal Bahasa, 11(3).

 

House, J., & K�d�r, D. Z. (2021). Cross-cultural pragmatics. Cambridge University Press.

 

John, L. (1995). Pengantar Teori Linguistik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. comprehensive Plan for Educational Exellence.

 

Junianto, D. (2010). Pemakaian deiksis sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

 

Leech, G. N. (2016). Principles of pragmatics. Routledge.

 

Levinson, S. C. (2004). Deixis. In The handbook of pragmatics (hal. 97�121). Blackwell.

 

Levinson, S. C. (1979). Pragmatics and social deixis: Reclaiming the notion of conventional implicature. Annual Meeting of the Berkeley Linguistics Society, 5, 206�223.

 

Levinson, S. C., Levinson, S. C., & Levinson, S. (1983). Pragmatics. Cambridge university press.

 

Madeamin, H. S., & Thaba, A. (2021). Pragmatik Konsep Dasar Pengetahuan Interaksi Komunikasi. Jakarta: Tahta Media Group.

 

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1984). Drawing valid meaning from qualitative data: Toward a shared craft. Educational researcher, 13(5), 20�30.

 

Novitasari, A. (2010). Analisis Semiotik Representasi Anak-Anak Dalam Film Denias Senandung Di Atas Awan Dan Laskar Pelangi. Universitas Airlangga: Surabaya.

 

Novitasari, A. (2012). Deiksis Sosial dalam Novel Laskar Pelangi�. Skripsi. Yogyakarta.

 

Nurkamto, J. (2000). Pendekatan Komunikatif: Penerapan dan Pengaruhnya terhadap Pemelajaran Bahasa Inggris (Laporan Hasil Penelitian untuk Disertasi). Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

 

Santo, Z. (2015). Penggunaan Deiksis dalam Novel Maryamah Karpov Karya Andrea Hirata. Magistra: Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2(2), 195�204.

 

Siddiqui, A. (2018). � The Principle Features of English Pragmatics in Applied Linguistics�. Advances in language and literary studies, 9(2), 77�80.

 

Siswanto, W. (2008). Pengantar teori sastra. Grasindo.

 

Sitorus, E., & Fukada, H. (2019). A Deixis Analysis of Song Lyrics in Calum Scott �You Are the Reason�.

 

Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.

 

 

Copyright holder:

Sarwinah, Rahman Rajab (2023)

�

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: