Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 1, Januari 2023

 

ANALISIS SCAFFOLDING DALAM PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI

 

Rizki Amaliya, Safhirah Wulandah, Achmad Hufad, Eko Sulistiono

Universitas Pendidikan Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Pembelajaran berbasis Student Center menekankan pada tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi adalah dengan menyediakan teknik scaffolding dan project based learning (Project Based Learning). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang implementasi scaffolding dan project based learning (PjBL) secara terpisah dan bagaimana kombinasi scaffolding dan PjBL secara kombinasi dapat diterapkan dalam pembelajaran sosiologi. Metode dalam penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka yang sistematis. Berdasarkan proses kajian pustaka, peneliti menggunakan 3 sumber buku, 16 artikel bereputasi nasional, dan 4 artikel bereputasi internasional. Kata kunci dalam pencarian literatur adalah scaffolding, project based learning, dan sociology learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa scaffolding dapat diberikan pada proses sintaksis pembelajaran di PjBL sehingga kedua hal tersebut dapat mengoptimalkan kemandirian belajar dan meningkatkan keterampilan abad 21 lainnya seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan berpikir kritis.

 

Kata Kunci:�Perancah, Project Based Learning, Sosiologi

 

Abstract

Student Center-based learning emphasizes the level of student participation in the learning process. One way that can be done to increase participation is by providing scaffolding techniques and project-based learning (Project Based Learning). The purpose of this study is to provide an overview of the implementation of scaffolding and project based learning (PjBL) separately and how the combination of scaffolding and PjBL in combination can be applied in sociology learning. The method in this study used a systematic literature review. Based on the literature review process, researchers used 3 book sources, 16 articles of national reputation, and 4 articles of international reputation. The keywords in the literature search are scaffolding, project based learning, and sociology learning. The results of the study show that scaffolding can be given to the process of learning syntax in PjBL so that these two things can optimize learning independence and improve other 21st century skills such as creativity, collaboration, communication, and critical thinking.

 

Keywords: Scaffolding, Project Based Learning, Sociology

 

Pendahuluan

Upaya meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan secara berkelanjutan dengan menyesuaikan terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Dalam mencapai perubahan yang diinginkan dalam pendidikan maka diperlukan integritas aspek-aspek inti meliputi peran pendidikan, sekolah, dan guru. Sebagaimana tujuan pendidikan, upaya peningkatan mutu tersebut mengarah pada perubahan tingkah laku yang dikehendaki masyarakat serta kemampuan peserta didik untuk dapat hidup di lingkungan masyarakat Semua tujuan atau perubahan yang dikehendaki melalui pendidikan tentu dibentuk melalui ruang kelasnya. Sebagaimana (Ravi, 2015) menyatakan bahwa semua perubahan yang dikehendaki terbentuk melalui ruang kelas yang memuat berbagai peran guru dan sekolah dalam pembelajaran.

Peran guru dalam proses pembelajaran merupakan suatu elemen inti berlangsungnya proses belajar mengajar. Hal ini relevan dengan pendapat (Buchari, 2018) bahwa guru berperan sebagai pengelola pembelajaran. Artinya, guru berperan penting dalam menciptakan iklim suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Selain itu, menurut (Castelli & Beighle, 2007) guru juga berperan sebagai pengarah yang harus mampu mengarahkan peserta didik untuk mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Peran guru sebagai pengelola ataupun pengarah dalam pendidikan merupakan langkah konkret dalam menyiapkan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.� Dengan demikian, peserta didik merupakan objek utama dalam implementasi peran-peran tersebut. Pembelajaran saat ini yang berbasis Student Centered Learning sejatinya mengisyaratkan bahwa guru hanya bertindak sebagai pengamat dan fasilitator dalam pembelajaran. Hal ini sebagaimana Montessori menyatakan bahwa peserta didik (anak) merupakan seorang ahli pada tindakan yang dilakukan (Yunaida & Rosita, 2018).

 

Pembelajaran berbasis Student Center menekankan pada tingkat partisipasi peserta didik dalam proses belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan partisipasi tersebut adalah pemberian teknik Scaffolding. Scaffolding merupakan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik berupa motivasi, peringatan, petunjuk, atau gambar, menguraikan langkah-langkah solusi atas permasalahan, mengutarakan contoh, atau aktivitas lainnya yang mengarahkan peserta didik dapat memahami serta belajar secara mandiri. Hal menarik dari teknik ini adalah pemberian bantuan tersebut diberikan oleh guru pada awal pembelajaran dan kemudian perlahan-lahan akan dikurangi bantuan tersebut ketika peserta didik telah mampu memahami pembelajaran secara mandiri.

Beberapa penelitian mengenai penerapan Scaffolding dalam pembelajaran telah banyak dilakukan. Hal ini sebagaimana penelitian (Wulandari & Hayati, 2022) yang membahas tentang peran questioning sebagai scaffolding dalam pembelajaran matetematika, penelitian (Yunipiyanto et al., 2020) mengenai penerapan model scaffolding untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran sosiologi, hasil riset (Anindya Fajarini, 2018) tentang pembelajaran ips berbasis problem based learning (PBL) dengan scaffolding untuk siswa SMP/MTs, dan penelitian serupa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya scaffolding telah banyak dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Namun, berdasarkan telaah literatur, penggunaan scaffolding pada model Project Based Learning di pembelajaran sosiologi belum diteliti. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengkaji bagaimana analisis scaffolding dalam penerapan model project based learning pada pembelajaran sosiologi di SMA. Artikel ini berupaya menjelaskan penelitian tentang project based learning, scaffolding, serta peran dan strategi scaffolding dalam project based learning pada pembelajaran sosiologi.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan literature review dengan pengumpulan data dengan metode PRISMA yang meliputi tahap pencarian, pengunduhan, penyaringan, dan pemilihan literatur. Selain itu, peneliti secara sistematis menganalisis berbagai sumber lain yang relevan seperti buku, jurnal bereputasi nasional dan internasional. Berdasarkan proses literature review, peneliti menggunakan 3 sumber buku, 16 artikel bereputasi nasional, dan 4 artikel bereputasi internasional. Kata kunci dalam pencarian literatur yakni scaffolding, project based learning, dan pembelajaran sosiologi. Semua alur penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai instrumen utama penelitian (Kartiningrum, 2015).

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil literature review terhadap 4 jurnal internasional, 16 jurnal nasional, dan 3 buku terkait scaffolding dan model pembelajaran project based learning ditemukan hasil bahwa kedua teknik pembelajaran tersebut perlu dikaji secara lebih mendalam penerapannya dalam pembelajaran sosiologi. Berbagai peran guru khususnya dalam pengelolaan dan pengarah di kelas sejatinya membutuhkan guru yang mampu menyadari setiap proses belajar masing-masing peserta didik. Dengan demikian, guru membutuhkan kecakapan atau sudut pandang keterampilan lain dalam mengoptimalkan proses pembelajaran masing-masing peserta didik �����������

Scaffolding

Pada dasarnya, scaffolding merupakan salah satu konsep dari Teori Vygotsky mengenai konstruktivisme. Secara garis besar, teori ini menyatakan bahwa peserta didik dalam mengkonstruksi konsep maka penting untuk mempertimbangkan lingkungan sosial (Marginson & Dang, 2017). Hal ini terlihat dari dua konsep yang ditawarkan pada teori tersebut yakni Zone of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding.� Scaffolding merupakan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik berupa motivasi, peringatan, petunjuk, atau gambar, menguraikan langkah-langkah solusi atas permasalahan, mengutarakan contoh, atau aktivitas lainnya yang mengarahkan peserta didik dapat memahami serta belajar secara mandiri (Mustofa et al., 2021). Dalam proses pembelajaran menggunakan teknik scaffolding, peserta didik ditempatkan sebagai seseorang yang memiliki kebebasan untuk belajar dan mengeksplorasi kemampuannya dengan bantuan atau bimbingan guru sehingga scaffolding dapat merangsang aktivitas peserta didik pada zone of proximal development (ZPD).

Proses scaffolding tersebut membantu peserta didik dalam menguasai konsep-konsep yang sulit dengan bantuan guru (Mustofa et al., 2021). Senada dengan pendapat (Suprihatin & Rosita, 2020) bahwa scaffolding merupakan teknik yang relevan dalam membangun kebebasan peserta didik dalam mengerjakan tugas sehingga konsentrasi penuh mengarah pada upaya kemampuan yang dirasa sulit dalam prosesnya. Untuk membangun kebebasan belajar tersebut, guru secara bertahap memberikan bantuan kepada peserta didik dan secara bertahap juga mengurangi bantuan tersebut agar peserta didik mampu mandiri dalam menyelesaikan masalah atau kesulitan belajar. Fleksibilitas dari scaffolding dapat diartikan sebagai suatu yang tentatif yakni guru secara fleksibel kapanpun dapat memberikan, menunda, mengurangi, bahkan menghilangkan bantuan tersebut seiring terciptanya kemandirian belajar peserta didik (Suprihatin & Rosita, 2020). Namun, terdapat hal yang harus diperhatikan dalam pemberian scaffolding. Hal ini karena menurut para ahli tidak semua bantuan merupakan scaffolding (van de Pol et al., 2015). Bantuan dapat dikatakan sebagai scaffolding apabila dilakukan dengan langkah-langkah yang relevan dan tepat. �

Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa scaffolding memilki manfaat yang baik dalam pembelajaran. Scaffolding dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (Nurhayati, 2016), mempengaruhi keterampilan menulis dan melatih kreativitas (Rusilowati et al., 2019), mewujudkan kolaborasi serta kemandirian baik dalam lingkungan belajar maupun lingkungan sosial (Nurhayati, 2017). Dalam mengoptimalkan scaffolding dalam pembelajaran, maka terdapat beberapa langkah scaffolding yang dapat ditempuh oleh guru yakni sebagai berikut : (1) Environmental provisions, merupakan level terdasar yang memungkinkan tidak adanya campur tangan pendidik dengan peserta didik secara interaksi langsung; (2) Explaining, reviewing, and restructuring, merupakan upaya interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam rangka peserta didik menjelaskan strategi yang digunakan dalam membantu peserta didik lain (explaining), tahapan menggunakan panca indera seperti mengobservasi, mendengar, mengajukan pertanyaan, dan kemudian dilanjutkan dengan pemaknaan terhadap perilaku peserta didik (reviewing), dan upaya menyediakan konteks bermakna dengan penyederhanaan masalah dan melakukan refleksi terhadap makna dari pembelajaran yang didapatkan; (3)� Developing Conceptual Thinking, pada tahap ini scaffolding ditandai dengan pengembangan alat atau menarik generalisasi dari konsep suatu wacana (Kusmaryono & Wijayanti, 2020).

Model Project Based Learning

Pembelajaran dengan model project based learning (Pjbl) merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan output atau hasil produk dengan projek yang dilakukan bersama. Upaya menghasilkan produk dilakukan dari hasil kolaborasi dan kerjasama antar peserta didik dari proses awal pembuatan sampai hasil akhir produk atau karya tersebut diselesaikan (Ardianti et al., 2017). Model PjBL ini memiliki beberapa keunggulan yang dapat menjadi pertimbangan pendidik dalam mengimplementasikannya di kelas. Keunggulan tersebut meliputi kemudahan dalam memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta didik untuk mampu menyelesaikan permasalahan dari projek yang dikerjakan. Dengan demikian, pada penerapan model PjBL tersebut dibutuhkan peran guru sebagai pengarah dan pengelola kegiatan belajar (fasilitator) agar mampu menghidupkan proses diskusi, pemecahan masalah, pengembangan keterampilan dan pengetahuan, serta memberikan pengalaman belajar bermakna (Efstratia, 2014).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa model project based learning memiliki banyak manfaat dalam meningkatkan berbagai keterampilan ataupun kemampuan kognitif. Hal ini sebagaimana (Liawati et al., 2018) yang menyatakan bahwa penerapan model PjBL mampu meningkatkan kemampuan komunikasi. Model PjBL juga bermanfaat dalam meningkatkan kinerja dan prestasi belajar (Mulyadi, 2016). Selain itu, penelitian menurut (Maulana, 2020) �menyatakan bahwa penerapan PjBL dalam pembelajaran juga mampu meningkatkan kemandirian peserta didik. Relevan dengan pendapat �Brigili dalam Ravitz, 2021 bahwa pembelajaran dengan PjBL mampu menumbuhkan kreativitas dalam menemukan hal baru. Hal ini karena dalam model PjBL peserta didik secara mandiri melakukan eksplorasi dengan berbagai kreativitas inovasi dalam memecahkan permasalahan atau penuntasan suatu projek. Adapun sintak (langkah-langkah) PjBL yang dapat diimpelentasikan di kelas meliputi : (1) guru menentukan pertanyaan, (2) peserta didik merencanakan produk, (3) peserta didik menyusun jadwal penyelesaian produk, (4) proses pembuatan produk, (5) peserta didik mempresentasikan hasil produk, dan (6) guru dan peserta didik melakukan refleksi serta evaluasi dari proses PjBL (Faizah, 2015). �Dengan demikian, proses pembelajaran melalui project based learning diharapkan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik dengan eksplorasi, melakukan penafsiran (interpretasi), dan menyimpulkan secara mandiri atas pengalaman belajar dalam mengumpulkan informasi (S et al., 2021).

Apabila melihat korelasi dengan kurikulum merdeka yang mengedepankan pengalaman belajar peserta didik secara mandiri maka pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek ini dapat menjadi salah satu langkah konkret yang dapat diimplementasikan. Hal ini karena dalam PjBL kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan hanya dalam satu pertemuan. Artinya, terdapat beberapa langkah-langkah atau pertemuan secara kontinu dari mulai perencanaan awal, penyelesaian masalah, hingga tahap akhir berupa hasil produk (proyek).

Implementasi Scaffolding �dan PjBL dalam Pembelajaran Sosiologi

Mata pelajaran rumpun-rumpun ilmu sosial sejatinya mengutamakan pengalaman belajar bermakna dalam prosesnya. Hal ini karena dalam rumpun ilmu sosial, peserta didik diharapkan mampu menghubungkan pembelajaran dengan realita kehidupan di lingkungan sekitarnya. Artinya, peserta didik diarahkan untuk mampu berpikir kritis, mampu menghubungkan dengan realita kehidupan, dan memiliki kemampuan abad 21 lainnya (kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi). Begitupun dengan pembelajaran sosiologi yang berorientasi kepada capaian keterampilan peserta didik untuk mampu beradaptasi secara baik di lingkungan sosialnya.

Capaian pembelajaran tersebut dapat diwujudkan dengan menerapkan metode atau model yang mampu meningkatkan motivasi dan mengakomodir berbagai keterampilan dalam prosesnya. (tambahin alasan kurang minat belajar sosiologi). Penerapan scaffolding dan project based learning dapat dipadukan dalam proses pembelajaran sosiologi. Apabila diimplementasikan dalam pembelajaran, maka guru dapat menerapkan sintak dari model project based learning yakni (1) guru menentukan pertanyaan, (2) peserta didik merencanakan produk, (3) peserta didik menyusun jadwal penyelesaian produk, (4) proses pembuatan produk, (5) peserta didik mempresentasikan hasil produk, dan (6) guru dan peserta didik melakukan refleksi serta evaluasi dari proses PjBL (Faizah, 2015). Pada proses pelaksanaan PjBL, tahap (1) dan (2) dapat dipadukan dengan tahap scaffolding yang pertama yakni Environmental provisions dengan memungkinkan tidak adanya campur tangan guru terhadap peserta didik seperti interaksi langsung untuk melakukan observasi awal. Kemudian, pada langkah (3) dan (4) guru dapat memberikan scaffolding (bantuan) berupa diskusi atau menanyakan kendala yang dihadapi oleh peserta didik. Pada langkah ketiga tersebut, guru dapat memadukan tahap kedua dari scaffolding yakni explaining, reviewing, and restructuring. Hal ini karena pada langkah tersebut sudah terdapat interaksi antara peserta didik dan guru yakni dengan proses menjelaskan, mengajukan pertanyaan, dan refleksi terhadap pembelajaran bermakna. Adapun pada langkah ke (5) guru dapat mengurangi bantuan (scaffolding) tersebut agar peserta didik mampu mencapai kemandirian dan mengaktifkan keterampilan lain seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Terakhir, pada langkah (6) guru dapat menerapkan tahap scaffolding yang ketiga yakni Developing Conceptual Thinking, pada tahap ini scaffolding dengan melakukan generalisasi terhadap pembelajaran dan alat atau produk yang telah dihasilkan.

 

Kesimpulan

Pembelajaran sosiologi dapat dipadukan dengan teknik scaffolding dan project based learning dalam prosesnya. Scaffolding dapat diberikan pada proses berjalannya sintak pembelajaran pada PjBL sehingga kedua hal ini dapat mengoptimalkan kemandirian belajar serta meningkatkan keterampilan abad 21 lainnya seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan berpikir kritis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Anindya Fajarini. (2018). Pembelajaran IPS Berbasis Problem Based Learning (PBL) Dengan Scaffolding Untuk Siswa SMP/ Mts. Tarbiyatuna, 2(2), 19�30.

Ardianti, S. D., Pratiwi, I. A., & Kanzunnudin, M. (2017). IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING (Pjbl) BERPENDEKATAN SCIENCE EDUTAINMENT TERHADAP KREATIVITAS PESERTA DIDIK. Refleksi Edukatika : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(2), 145�150. Https://Doi.Org/10.24176/Re.V7i2.1225

Buchari, A. (2018). PERAN GURU DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN. 12, 106�124.

Castelli, D. M., & Beighle, A. (2007). The Physical Education Teacher As School Activity Director. Journal Of Physical Education, Recreation & Dance, 78(5), 25�28. Https://Doi.Org/10.1080/07303084.2007.10598020

Efstratia, D. (2014). Experiential Education Through Project Based Learning. Procedia - Social And Behavioral Sciences, 152, 1256�1260. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2014.09.362

Faizah, U. (2015). Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Iv Sd Negeri Seworan, Wonosegoro. Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(1), 24. Https://Doi.Org/10.24246/J.Scholaria.2015.V5.I1.P24-38

Kartiningrum, E. D. (2015). Panduan Penyusunan Studi LiteraturLembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Kesehatan Majapahit, Mojokerto, 1-9.

Kusmaryono, I., & Wijayanti, D. (2020). Tinjauan Sistematis: Strategis Scaffolding Pada Pembelajaran Matematika. Phenomenon : Jurnal Pendidikan MIPA, 10(1), 102�117. Https://Doi.Org/10.21580/Phen.2020.10.1.6114

Liawati, L., Handayani, S., & Rahayu, D. L. (2018). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (Pjbl) PADA KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN DASAR PENGAWETAN PADA OLAHAN SUSU SEGAR. Edufortech, 2(2). Https://Doi.Org/10.17509/Edufortech.V2i2.12441

Marginson, S., & Dang, T. K. A. (2017). Vygotsky�s Sociocultural Theory In The Context Of Globalization. Asia Pacific Journal Of Education, 37(1), 116�129. Https://Doi.Org/10.1080/02188791.2016.1216827

Maulana. (2020). PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BERBASIS STEM PADA PEMBELAJARAN FISIKA SIAPKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK The Implementation Of STEM-Based Project Based Learning In Physic Learning. Jurnal Teknodik, 24, 37�48.

Mulyadi, E. (2016). Penerapan Model Project Based Learning Untuk Meningkatan Kinerja Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 22(4), 385. Https://Doi.Org/10.21831/Jptk.V22i4.7836

Mustofa, H., Jazeri, M., Mu�awanah, E., Setyowati, E., & Wijayanto, A. (2021). Strategi Pembelajaran Scaffolding Dalam Membentuk Kemandirian Belajar Siswa. Jurnal Al Fatih, 1(1), 42�52.

Nurhayati, E. (2016). Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pengajaran Matematika), 2(2), 107�112. Https://Jurnal.Unsil.Ac.Id/Index.Php/Jp3m/Article/View/Eli22

Nurhayati, E. (2017). Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pengajaran Matematika, 3(1), 21�26.

Ravi, S. S. (2015). Philosophical And Sociological Bases Of Education. PHI Learning.

Rusilowati, A., Taufiq, M., & Astuti, B. (2019). Jurnal Profesi Keguruan. Jurnal Profesi Keguruan, 5(1), 15�22.

S, N. R., Efgivia, M. G., & Herawati. (2021). Monograf Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Motivasi Belajar. Penerbit Widina. Https://Www.Ptonline.Com/Articles/How-To-Get-Better-Mfi-Results

Suprihatin, E., & Rosita, D. (2020). Penerapan Teknik Scaffolding Sebagai Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Kristen Kadasituru Terpadu. EDULEAD: Journal Of Christian Education And Leadership, 1(1), 34�55. Https://Doi.Org/10.47530/Edulead.V1i1.17

Van De Pol, J., Volman, M., Oort, F., & Beishuizen, J. (2015). The Effects Of Scaffolding In The Classroom: Support Contingency And Student Independent Working Time In Relation To Student Achievement, Task Effort And Appreciation Of Support. Instructional Science, 43(5), 615�641. Https://Doi.Org/10.1007/S11251-015-9351-Z

Wulandari, S., & Hayati, I. (2022). Studi Literatur : Peran Questioning Sebagai Scaffolding Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pedagogik Matematika, 5(2), 43�52.

Yunaida, H., & Rosita, T. (2018). OUTBOUND BERBASIS KARAKTER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Di TK Aisyiyah 6 Kota Bandung). Comm-Edu, 1(1), 30�37.

Yunipiyanto, Trisaningsih, & Pujiati. (2020). Jurnal Studi Sosial Vol 8, No 1 (2020). Jurnal Studi Sosial, 8(1), 1�15.

������

Copyright holder:

Rizki Amaliya, Safhirah Wulandah, Achmad Hufad, Eko Sulistiono (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: