Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
1, Januari 2023
ANALISIS SCAFFOLDING DALAM PENERAPAN MODEL PROJECT BASED
LEARNING PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI
Rizki Amaliya, Safhirah Wulandah, Achmad Hufad, Eko Sulistiono
Universitas Pendidikan Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Pembelajaran
berbasis Student Center menekankan pada tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi adalah dengan
menyediakan teknik scaffolding dan project based learning (Project Based Learning).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang implementasi
scaffolding dan project based learning (PjBL) secara terpisah dan bagaimana kombinasi
scaffolding dan PjBL secara kombinasi dapat diterapkan dalam pembelajaran sosiologi.
Metode dalam penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka yang sistematis. Berdasarkan
proses kajian pustaka, peneliti menggunakan 3 sumber buku, 16 artikel
bereputasi nasional, dan 4 artikel bereputasi internasional. Kata kunci dalam pencarian
literatur adalah scaffolding, project based learning, dan sociology learning. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa scaffolding dapat diberikan pada proses sintaksis pembelajaran
di PjBL sehingga kedua hal tersebut dapat mengoptimalkan kemandirian belajar
dan meningkatkan keterampilan abad 21 lainnya seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi,
dan berpikir kritis.
Kata
Kunci:�Perancah, Project Based Learning,
Sosiologi
Abstract
Student Center-based learning emphasizes the level of
student participation in the learning process. One way that can be done to
increase participation is by providing scaffolding techniques and project-based
learning (Project Based Learning). The purpose of this study is to provide an
overview of the implementation of scaffolding and project
based learning (PjBL) separately and how the
combination of scaffolding and PjBL in combination
can be applied in sociology learning. The method in this study used a systematic
literature review. Based on the literature review process, researchers used 3
book sources, 16 articles of national reputation, and 4 articles of
international reputation. The keywords in the literature search are
scaffolding, project based learning, and sociology
learning. The results of the study show that scaffolding can be given to the
process of learning syntax in PjBL so that these two
things can optimize learning independence and improve other 21st century skills
such as creativity, collaboration, communication, and critical thinking.
Keywords: Scaffolding, Project Based
Learning, Sociology
Pendahuluan
Upaya meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan secara berkelanjutan dengan menyesuaikan terhadap perubahan dan perkembangan zaman.
Dalam mencapai perubahan yang diinginkan dalam pendidikan maka diperlukan integritas aspek-aspek inti meliputi peran pendidikan, sekolah, dan guru. Sebagaimana tujuan pendidikan, upaya peningkatan mutu tersebut mengarah pada perubahan tingkah laku yang dikehendaki masyarakat serta kemampuan peserta didik untuk dapat
hidup di lingkungan masyarakat Semua tujuan atau perubahan
yang dikehendaki melalui pendidikan tentu dibentuk melalui ruang kelasnya. Sebagaimana (Ravi, 2015) menyatakan bahwa semua perubahan
yang dikehendaki terbentuk melalui ruang kelas
yang memuat berbagai peran guru dan sekolah dalam pembelajaran.
Peran
guru dalam proses pembelajaran
merupakan suatu elemen inti berlangsungnya proses
belajar mengajar. Hal ini relevan dengan
pendapat (Buchari, 2018) bahwa guru berperan sebagai pengelola pembelajaran. Artinya, guru berperan penting dalam menciptakan
iklim suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Selain itu, menurut (Castelli & Beighle, 2007) guru
juga berperan sebagai pengarah yang harus mampu mengarahkan peserta didik untuk
mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Peran guru sebagai pengelola ataupun pengarah dalam pendidikan merupakan langkah konkret dalam menyiapkan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.� Dengan demikian, peserta didik merupakan objek utama dalam
implementasi peran-peran tersebut. Pembelajaran saat ini yang berbasis
Student Centered Learning sejatinya mengisyaratkan bahwa guru hanya bertindak sebagai pengamat dan fasilitator dalam pembelajaran. Hal ini sebagaimana Montessori menyatakan
bahwa peserta didik (anak) merupakan
seorang ahli pada tindakan yang dilakukan (Yunaida & Rosita, 2018).
Pembelajaran berbasis Student Center menekankan
pada tingkat partisipasi peserta didik dalam
proses belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan partisipasi tersebut adalah pemberian teknik Scaffolding.
Scaffolding merupakan upaya
pemberian bantuan kepada peserta didik berupa motivasi,
peringatan, petunjuk, atau gambar, menguraikan
langkah-langkah solusi atas permasalahan, mengutarakan contoh, atau aktivitas lainnya yang mengarahkan peserta didik dapat
memahami serta belajar secara mandiri. Hal menarik dari teknik ini
adalah pemberian bantuan tersebut diberikan oleh guru pada awal pembelajaran dan kemudian perlahan-lahan akan dikurangi bantuan tersebut ketika peserta didik telah
mampu memahami pembelajaran secara mandiri.
Beberapa penelitian mengenai penerapan Scaffolding dalam
pembelajaran telah banyak dilakukan. Hal ini sebagaimana penelitian (Wulandari & Hayati, 2022) yang membahas tentang peran questioning sebagai scaffolding
dalam pembelajaran matetematika, penelitian (Yunipiyanto et al., 2020) mengenai penerapan model scaffolding
untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran sosiologi, hasil riset (Anindya Fajarini, 2018) tentang pembelajaran ips berbasis problem based
learning (PBL) dengan scaffolding untuk siswa SMP/MTs, dan penelitian serupa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya scaffolding telah banyak dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Namun, berdasarkan telaah literatur, penggunaan scaffolding pada model Project Based
Learning di pembelajaran sosiologi
belum diteliti. Oleh karena itu, peneliti
bermaksud mengkaji bagaimana analisis scaffolding
dalam penerapan model project based learning pada pembelajaran sosiologi di SMA.
Artikel ini berupaya menjelaskan penelitian tentang project based
learning, scaffolding, serta peran dan strategi scaffolding dalam
project based learning pada pembelajaran sosiologi.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan literature
review dengan pengumpulan
data dengan metode PRISMA
yang meliputi tahap pencarian, pengunduhan, penyaringan, dan pemilihan literatur. Selain itu, peneliti secara
sistematis menganalisis berbagai sumber lain yang relevan seperti buku, jurnal bereputasi
nasional dan internasional.
Berdasarkan proses literature review, peneliti menggunakan 3 sumber buku, 16 artikel bereputasi nasional, dan 4 artikel bereputasi internasional. Kata kunci dalam pencarian
literatur yakni scaffolding,
project based learning, dan pembelajaran sosiologi. Semua alur penelitian
dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai instrumen utama penelitian (Kartiningrum, 2015).
Hasil dan Pembahasan
Hasil literature
review terhadap 4 jurnal
internasional, 16 jurnal nasional, dan 3 buku terkait scaffolding dan model pembelajaran
project based learning ditemukan hasil bahwa kedua teknik
pembelajaran tersebut perlu dikaji secara
lebih mendalam penerapannya dalam pembelajaran sosiologi. Berbagai peran guru khususnya dalam pengelolaan dan pengarah di kelas sejatinya membutuhkan guru yang mampu menyadari setiap proses belajar masing-masing peserta didik. Dengan demikian,
guru membutuhkan kecakapan atau sudut pandang
keterampilan lain dalam mengoptimalkan proses pembelajaran
masing-masing peserta didik
�����������
Scaffolding
Pada dasarnya, scaffolding merupakan
salah satu konsep dari Teori Vygotsky mengenai konstruktivisme. Secara garis besar, teori ini menyatakan
bahwa peserta didik dalam mengkonstruksi
konsep maka penting untuk mempertimbangkan
lingkungan sosial (Marginson & Dang, 2017). Hal ini terlihat dari
dua konsep yang ditawarkan
pada teori tersebut yakni Zone of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding.� Scaffolding merupakan
upaya pemberian bantuan kepada peserta didik berupa
motivasi, peringatan, petunjuk, atau gambar, menguraikan langkah-langkah solusi atas permasalahan, mengutarakan contoh, atau aktivitas lainnya yang mengarahkan peserta didik dapat
memahami serta belajar secara mandiri (Mustofa et al., 2021). Dalam proses pembelajaran menggunakan teknik scaffolding,
peserta didik ditempatkan sebagai seseorang yang memiliki kebebasan untuk belajar dan mengeksplorasi kemampuannya dengan bantuan atau bimbingan
guru sehingga scaffolding dapat
merangsang aktivitas peserta didik pada zone of
proximal development (ZPD).
Proses scaffolding
tersebut membantu peserta didik dalam
menguasai konsep-konsep
yang sulit dengan bantuan guru (Mustofa et al., 2021). Senada dengan pendapat
(Suprihatin & Rosita, 2020) bahwa scaffolding merupakan
teknik yang relevan dalam membangun kebebasan peserta didik dalam mengerjakan
tugas sehingga konsentrasi penuh mengarah pada upaya kemampuan yang dirasa sulit dalam prosesnya.
Untuk membangun kebebasan belajar tersebut, guru secara bertahap memberikan bantuan kepada peserta didik dan secara bertahap juga mengurangi bantuan tersebut agar peserta didik mampu mandiri
dalam menyelesaikan masalah atau kesulitan
belajar. Fleksibilitas dari scaffolding dapat diartikan sebagai suatu yang tentatif yakni guru secara fleksibel kapanpun dapat memberikan, menunda, mengurangi, bahkan menghilangkan bantuan tersebut seiring terciptanya kemandirian belajar peserta didik (Suprihatin & Rosita, 2020). Namun, terdapat hal yang harus diperhatikan dalam pemberian scaffolding. Hal ini
karena menurut para ahli tidak semua
bantuan merupakan scaffolding
(van de Pol et al., 2015). Bantuan dapat dikatakan
sebagai scaffolding apabila
dilakukan dengan langkah-langkah yang relevan dan tepat. �
Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa scaffolding
memilki manfaat yang baik dalam pembelajaran.
Scaffolding dapat membantu
dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (Nurhayati, 2016), mempengaruhi keterampilan menulis dan melatih kreativitas (Rusilowati et al., 2019), mewujudkan kolaborasi serta kemandirian baik dalam lingkungan
belajar maupun lingkungan sosial (Nurhayati, 2017). Dalam mengoptimalkan scaffolding
dalam pembelajaran, maka terdapat beberapa
langkah scaffolding yang dapat
ditempuh oleh guru yakni sebagai berikut : (1) Environmental
provisions, merupakan level terdasar
yang memungkinkan tidak adanya campur tangan
pendidik dengan peserta didik secara
interaksi langsung; (2) Explaining,
reviewing, and restructuring, merupakan upaya interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam rangka peserta
didik menjelaskan strategi
yang digunakan dalam membantu peserta didik lain (explaining), tahapan
menggunakan panca indera seperti mengobservasi, mendengar, mengajukan pertanyaan, dan kemudian dilanjutkan dengan pemaknaan terhadap perilaku peserta didik (reviewing),
dan upaya menyediakan konteks bermakna dengan penyederhanaan masalah dan melakukan refleksi terhadap makna dari pembelajaran
yang didapatkan; (3)�
Developing Conceptual Thinking, pada tahap
ini scaffolding ditandai
dengan pengembangan alat atau menarik
generalisasi dari konsep suatu wacana
(Kusmaryono & Wijayanti, 2020).
Model Project Based Learning
Pembelajaran dengan model project based learning (Pjbl)
merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan
output atau hasil produk dengan projek
yang dilakukan bersama. Upaya menghasilkan produk dilakukan dari hasil kolaborasi
dan kerjasama antar peserta didik dari
proses awal pembuatan sampai hasil akhir
produk atau karya tersebut diselesaikan (Ardianti et al., 2017). Model PjBL
ini memiliki beberapa keunggulan yang dapat menjadi pertimbangan
pendidik dalam mengimplementasikannya di kelas. Keunggulan tersebut meliputi kemudahan dalam memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta didik untuk mampu
menyelesaikan permasalahan dari projek yang dikerjakan. Dengan demikian, pada penerapan model PjBL tersebut dibutuhkan
peran guru sebagai pengarah dan pengelola kegiatan belajar (fasilitator) agar mampu menghidupkan proses diskusi, pemecahan masalah, pengembangan keterampilan dan pengetahuan, serta memberikan pengalaman belajar bermakna (Efstratia, 2014).
Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa model project based
learning memiliki banyak
manfaat dalam meningkatkan berbagai keterampilan ataupun kemampuan kognitif. Hal ini sebagaimana (Liawati et al., 2018) yang menyatakan bahwa penerapan model PjBL mampu meningkatkan
kemampuan komunikasi. Model
PjBL juga bermanfaat dalam meningkatkan kinerja dan prestasi belajar (Mulyadi, 2016). Selain itu,
penelitian menurut (Maulana, 2020) �menyatakan
bahwa penerapan PjBL dalam pembelajaran
juga mampu meningkatkan kemandirian peserta didik. Relevan dengan pendapat �Brigili
dalam Ravitz, 2021 bahwa pembelajaran dengan PjBL mampu
menumbuhkan kreativitas dalam menemukan hal baru. Hal ini
karena dalam model PjBL peserta didik
secara mandiri melakukan eksplorasi dengan berbagai kreativitas inovasi dalam memecahkan permasalahan atau penuntasan suatu projek. Adapun sintak (langkah-langkah) PjBL yang dapat diimpelentasikan di kelas meliputi : (1) guru menentukan pertanyaan, (2) peserta didik merencanakan
produk, (3) peserta didik menyusun jadwal penyelesaian produk, (4) proses pembuatan produk, (5) peserta didik mempresentasikan hasil produk, dan (6) guru dan peserta didik melakukan
refleksi serta evaluasi dari proses PjBL (Faizah, 2015). �Dengan demikian, proses pembelajaran melalui project
based learning diharapkan mampu
menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik
dengan eksplorasi, melakukan penafsiran (interpretasi), dan menyimpulkan secara mandiri atas pengalaman belajar dalam mengumpulkan
informasi (S et
al., 2021).
Apabila melihat korelasi dengan kurikulum merdeka yang mengedepankan pengalaman belajar peserta didik secara mandiri
maka pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek ini dapat
menjadi salah satu langkah konkret yang dapat diimplementasikan. Hal ini karena dalam
PjBL kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan hanya dalam satu
pertemuan. Artinya, terdapat beberapa langkah-langkah atau pertemuan secara kontinu dari mulai
perencanaan awal, penyelesaian masalah, hingga tahap akhir
berupa hasil produk (proyek).
Implementasi Scaffolding �dan
PjBL dalam Pembelajaran Sosiologi
Mata pelajaran rumpun-rumpun ilmu sosial sejatinya
mengutamakan pengalaman belajar bermakna dalam prosesnya. Hal ini karena dalam
rumpun ilmu sosial, peserta didik diharapkan mampu menghubungkan pembelajaran dengan realita kehidupan di lingkungan sekitarnya. Artinya, peserta didik diarahkan untuk mampu berpikir
kritis, mampu menghubungkan dengan realita kehidupan, dan memiliki kemampuan abad 21 lainnya (kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi). Begitupun dengan pembelajaran sosiologi yang berorientasi kepada capaian keterampilan peserta didik untuk mampu
beradaptasi secara baik di lingkungan sosialnya.
Capaian pembelajaran tersebut dapat diwujudkan dengan menerapkan metode atau model yang mampu meningkatkan motivasi dan mengakomodir berbagai keterampilan dalam prosesnya. (tambahin alasan
kurang minat belajar sosiologi). Penerapan scaffolding dan project
based learning dapat dipadukan dalam proses pembelajaran sosiologi. Apabila diimplementasikan dalam pembelajaran, maka guru dapat menerapkan sintak dari model project based learning yakni (1) guru menentukan pertanyaan, (2) peserta didik merencanakan produk, (3) peserta didik menyusun jadwal penyelesaian produk, (4) proses pembuatan produk, (5) peserta didik mempresentasikan hasil produk, dan (6) guru dan peserta didik melakukan
refleksi serta evaluasi dari proses PjBL (Faizah, 2015). Pada
proses pelaksanaan PjBL, tahap (1) dan (2) dapat dipadukan dengan tahap scaffolding yang pertama yakni Environmental provisions dengan
memungkinkan tidak adanya campur tangan
guru terhadap peserta didik seperti interaksi
langsung untuk melakukan observasi awal. Kemudian, pada langkah (3) dan (4) guru dapat memberikan scaffolding (bantuan)
berupa diskusi atau menanyakan kendala yang dihadapi oleh peserta didik. Pada langkah ketiga tersebut, guru dapat memadukan tahap kedua dari scaffolding yakni explaining, reviewing, and restructuring. Hal ini karena pada langkah tersebut sudah terdapat interaksi antara peserta didik dan guru yakni dengan proses menjelaskan, mengajukan pertanyaan, dan refleksi terhadap pembelajaran bermakna. Adapun pada langkah ke (5) guru dapat mengurangi bantuan (scaffolding)
tersebut agar peserta didik mampu mencapai
kemandirian dan mengaktifkan
keterampilan lain seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Terakhir, pada langkah (6) guru dapat menerapkan tahap scaffolding yang
ketiga yakni Developing
Conceptual Thinking, pada tahap ini scaffolding dengan melakukan generalisasi terhadap pembelajaran dan alat atau produk
yang telah dihasilkan.
Kesimpulan
Pembelajaran sosiologi dapat dipadukan dengan teknik scaffolding dan project
based learning dalam prosesnya. Scaffolding dapat
diberikan pada proses berjalannya
sintak pembelajaran pada PjBL sehingga kedua
hal ini dapat
mengoptimalkan kemandirian belajar serta meningkatkan
keterampilan abad 21 lainnya seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan berpikir kritis.
BIBLIOGRAFI
Anindya Fajarini. (2018). Pembelajaran IPS
Berbasis Problem Based Learning (PBL) Dengan Scaffolding Untuk Siswa SMP/ Mts. Tarbiyatuna,
2(2), 19�30.
Ardianti, S. D., Pratiwi, I. A., & Kanzunnudin, M.
(2017). IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING (Pjbl) BERPENDEKATAN SCIENCE
EDUTAINMENT TERHADAP KREATIVITAS PESERTA DIDIK. Refleksi Edukatika : Jurnal
Ilmiah Kependidikan, 7(2), 145�150.
Https://Doi.Org/10.24176/Re.V7i2.1225
Buchari, A. (2018). PERAN GURU DALAM PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN. 12, 106�124.
Castelli, D. M., & Beighle, A. (2007). The
Physical Education Teacher As School Activity Director. Journal Of Physical
Education, Recreation & Dance, 78(5), 25�28.
Https://Doi.Org/10.1080/07303084.2007.10598020
Efstratia, D. (2014). Experiential Education Through Project
Based Learning. Procedia - Social And Behavioral Sciences, 152,
1256�1260. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2014.09.362
Faizah, U. (2015). Penerapan Pendekatan
Saintifik Melalui Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Ketrampilan
Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Iv Sd Negeri Seworan, Wonosegoro. Scholaria :
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(1), 24. Https://Doi.Org/10.24246/J.Scholaria.2015.V5.I1.P24-38
Kartiningrum, E. D. (2015). Panduan Penyusunan
Studi Literatur. Lembaga
Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat Politeknik Kesehatan Majapahit,
Mojokerto, 1-9.
Kusmaryono, I., & Wijayanti, D. (2020). Tinjauan
Sistematis: Strategis Scaffolding Pada Pembelajaran Matematika. Phenomenon :
Jurnal Pendidikan MIPA, 10(1), 102�117.
Https://Doi.Org/10.21580/Phen.2020.10.1.6114
Liawati, L., Handayani, S., & Rahayu, D. L.
(2018). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (Pjbl) PADA
KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN DASAR PENGAWETAN PADA OLAHAN SUSU SEGAR. Edufortech,
2(2). Https://Doi.Org/10.17509/Edufortech.V2i2.12441
Marginson, S., & Dang, T. K. A. (2017). Vygotsky�s
Sociocultural Theory In The Context Of Globalization. Asia Pacific Journal Of
Education, 37(1), 116�129.
Https://Doi.Org/10.1080/02188791.2016.1216827
Maulana. (2020). PENERAPAN MODEL PROJECT BASED
LEARNING BERBASIS STEM PADA PEMBELAJARAN FISIKA SIAPKAN KEMANDIRIAN BELAJAR
PESERTA DIDIK The Implementation Of STEM-Based Project Based Learning In Physic
Learning. Jurnal Teknodik, 24, 37�48.
Mulyadi, E. (2016). Penerapan Model Project Based
Learning Untuk Meningkatan Kinerja Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMK. Jurnal
Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan, 22(4), 385.
Https://Doi.Org/10.21831/Jptk.V22i4.7836
Mustofa, H., Jazeri, M., Mu�awanah, E., Setyowati, E.,
& Wijayanto, A. (2021). Strategi Pembelajaran Scaffolding Dalam Membentuk
Kemandirian Belajar Siswa. Jurnal Al Fatih, 1(1), 42�52.
Nurhayati, E. (2016). Penerapan Scaffolding Untuk
Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. JP3M (Jurnal Penelitian
Pendidikan Dan Pengajaran Matematika), 2(2), 107�112.
Https://Jurnal.Unsil.Ac.Id/Index.Php/Jp3m/Article/View/Eli22
Nurhayati, E. (2017). Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian
Kemandirian Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pengajaran
Matematika, 3(1), 21�26.
Ravi, S. S. (2015). Philosophical And Sociological
Bases Of Education. PHI Learning.
Rusilowati, A., Taufiq, M., & Astuti, B. (2019). Jurnal
Profesi Keguruan. Jurnal Profesi Keguruan, 5(1), 15�22.
S, N. R., Efgivia, M. G., & Herawati. (2021). Monograf
Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Motivasi Belajar. Penerbit
Widina. Https://Www.Ptonline.Com/Articles/How-To-Get-Better-Mfi-Results
Suprihatin, E., & Rosita, D. (2020). Penerapan
Teknik Scaffolding Sebagai Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Anak Usia 5-6
Tahun Di Tk Kristen Kadasituru Terpadu. EDULEAD: Journal Of Christian
Education And Leadership, 1(1), 34�55. Https://Doi.Org/10.47530/Edulead.V1i1.17
Van De Pol, J., Volman, M., Oort, F., & Beishuizen,
J. (2015). The Effects Of Scaffolding In The Classroom: Support Contingency And
Student Independent Working Time In Relation To Student Achievement, Task
Effort And Appreciation Of Support. Instructional Science, 43(5),
615�641. Https://Doi.Org/10.1007/S11251-015-9351-Z
Wulandari, S., & Hayati, I. (2022). Studi
Literatur : Peran Questioning Sebagai Scaffolding Dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Pedagogik Matematika, 5(2), 43�52.
Yunaida, H., & Rosita, T. (2018). OUTBOUND
BERBASIS KARAKTER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Di TK
Aisyiyah 6 Kota Bandung). Comm-Edu, 1(1), 30�37.
Yunipiyanto, Trisaningsih, & Pujiati. (2020). Jurnal
Studi Sosial Vol 8, No 1 (2020). Jurnal Studi Sosial, 8(1), 1�15.
������
Copyright holder: Rizki Amaliya, Safhirah Wulandah, Achmad Hufad, Eko Sulistiono (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |