Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2023
HUBUNGAN ANTARA PROTECTION MOTIVATION DAN
PERILAKU SHARENTING DI KALANGAN ORANG TUA
Devira Ayusta Putri, Dicky Chresthover
Pelupessy
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok,
Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Perilaku sharenting
adalah perilaku orang tua membagikan informasi detail anak dalam bentuk
foto, video, atau post di media sosial yang dapat memunculkan dampak
negatif bagi anak, sehingga dapat disebut sebagai perilaku non-protektif.
Berdasarkan Protection Motivation Theory (PMT), perilaku protektif
dimotivasi oleh threat appraisal (threat severity, intrinsic
rewards, extrinsic rewards) dan coping appraisal (self-efficacy,
response efficacy, response cost). Penelitian ini bertujuan untuk
melihat apakah faktor-faktor PMT berhubungan secara signifikan dengan perilaku sharenting
di kalangan orang tua. Survei daring dilakukan pada orang tua yang sering
membagikan konten anak di media sosial dan sebanyak 67 data terkumpul. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa threat severity berkorelasi negatif
secara signifikan dengan perilaku sharenting, sementara intrinsic
rewards dan extrinsic rewards berkorelasi positif secara signifikan
dengan perilaku sharenting. Self-efficacy, response efficacy,
dan response cost tidak ditemukan berkorelasi dengan perilaku sharenting.
Hasil penelitian ini kemudian didiskusikan lebih lanjut berdasarkan penelitian
sebelumnya serta bagaimana aplikasinya untuk penelitian di masa mendantang.
Kata Kunci: sharenting,
media sosial, perilaku protektif, Protection Motivation Theory.
Abstract
Sharenting
is a behavior when parents share detailed information about their children in
the forms of photos, videos, or posts on social media that can cause negative
effects on children, which can be considered as a non-protective behavior.
According to Protection Motivation Theory (PMT), protective behaviors are
motivated by threat appraisal (threat severity, intrinsic rewards, extrinsic
rewards) and coping appraisal (self-efficacy, response efficacy, response cost).
This study aims to examine the relationship between PMT constructs and
sharenting among parents. An online survey was conducted among parents who
often post about their children on social media and 67 data were collected. The
results indicated that threat severity was negatively correlated with
sharenting, meanwhile intrinsic rewards and extrinsic rewards were positively
correlated with sharenting. Self-efficacy, response efficacy, and response cost
were not found associated with sharenting.
The results were discussed further based on previous studies
and future applications.
Keywords:
sharenting, social media, protective behavior, Protection Motivation Theory
Pendahuluan
Internet telah menjadi
bagian yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat Indonesia. Laporan
�Digital 2021� yang dirilis oleh kolaborasi antara Hootsuite dan We Are Social
menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia tahun 2021 telah mencapai angka
202,6 juta jiwa, meningkat sebanyak 15,5 persen dibandingkan dengan tahun 2020
(Riyanto, 2021). Hasil laporan tersebut juga menunjukkan bahwa aktivitas
internet yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah
penggunaan media sosial dengan rata-rata waktu penggunaan selama tiga jam empat
belas menit dalam satu hari (Stephanie, 2021). Jumlah pengguna media sosial di
Indonesia mencapai angkat 170 juta jiwa atau setara dengan 61,8 persen total
populasi di Indonesia (Stephanie, 2021).
Penggunaan media
sosial yang tinggi ini kemudian memunculkan berbagai fenomena baru, salah
satunya adalah sharenting. Sharenting merupakan aktivitas orang
tua membagikan detail mengenai kehidupan anak mereka secara daring (Steinberg,
2017). Definisi lain menjelaskan bahwa sharenting adalah perilaku orang
tua membagikan informasi detail mengenai anak mereka dalam bentuk foto, video,
atau post di media sosial yang termasuk ke dalam pelanggaran privasi
anak (Brosch, 2018). �
Banyak dari orang
tua merasa bahwa membagikan foto atau informasi anak lainnya di internet tidak
memiliki risiko (Kopecky dkk., 2020). Padahal, perilaku sharenting dapat
membawa banyak dampak negatif kepada anak, terutama anak di bawah umur. Orang
tua membagikan informasi mengenai anak mereka tanpa persetujuan atau consent
dari anak sehingga melanggar privasi anak (Kopecky dkk., 2020). Informasi mengenai
anak yang dibagikan orang tua baik dalam bentuk foto wajah, nama lengkap,
lokasi, maupun informasi lainnya berisiko untuk dieksploitasi di masa depan
untuk penghinaan atau cyberbullying (Kopecky, 2019, dalam Kopecky dkk., 2020).
Sharenting juga memiliki risiko membuat anak menjadi sasaran yang mudah
atas penculikan, pencurian identitas (Minkus, Liu, & Ross, 2015), menjadi
sasaran pedofil (Williams-Ceci dkk., 2021), serta dapat mempengaruhi hubungan
orang tua dengan anak (Ouvrein & Verswijvel, 2019). Risiko-risiko tersebut
menunjukkan bahwa perilaku sharenting sebaiknya dikurangi oleh orang tua
karena dapat memberikan dampak negatif pada anak.
Hasil-hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan beberapa faktor yang berhubungan dengan sharenting.
Salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku sharenting
berhubungan dengan adanya pengaruh dari teman sesama orang tua (peer
influence) (Ranzini, Newlands, & Lutz, 2020), adiksi internet serta
rendahnya self-control (Hinojo-Lucena dkk., 2020). Sementara itu, Dobrila
(2021) menjelaskan bahwa salah satu penyebab orang tua melakukan sharenting adalah
ketidaktahuan orang tua mengenai risiko dari lingkungan daring. Penelitian lain
juga menunjukkan bahwa rendahnya kesadaran atas risiko dari sharenting
juga berhubungan dengan perilaku sharenting (Briazu, Floccia, &
Hanoch, 2021). Hal ini
menunjukkan bahwa rendahnya kesadaran akan risiko dari sharenting dapat
menjadi salah satu faktor penting orang tua dalam melakukan perilaku sharenting.
Protection Motivation
Theory (PMT)
Berdasarkan Protection
Motivation Theory (PMT), penilaian risiko atau ancaman (threat appraisal)
dan coping (coping appraisal) adalah faktor yang mempengaruhi
perilaku protektif (Rogers, 1975).�
Perilaku protektif dalam konteks daring adalah tindakan berbasis
komputer yang dilakukan oleh individu untuk menjaga informasi pribadi mereka (Milne,
Labrecque, & Cromer, 2009). Dalam konteks ini, sharenting termasuk
ke dalam bentuk perilaku yang tidak protektif, sebab orang tua tidak menjaga
informasi pribadi anak mereka.
Berdasarkan PMT, threat
appraisal terbagi menjadi beberapa faktor, yakni (1) severity atau
seberapa berbahaya risiko (van Bavel dkk., 2019), susceptibility
atau seberapa mungkin risiko terjadi, serta rewards yang berkaitan
dengan tingkah laku maladaptif
(Tsai dkk., 2016). Sementara itu, coping
appraisal terdiri dari tiga faktor, antara lain (1) self-efficacy
atau kepercayaan individu bahwa dirinya dapat melakukan perilaku protektif, (2)
response efficacy atau kepercayaan atas efektivitas perilaku protektif,
dan (3) response cost atau biaya (cost) yang harus dikeluarkan
untuk melakukan perilaku protektif (Tsai dkk., 2016).
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor protection motivation berhubungan
dengan perilaku protektif daring. PMT mengasumsikan bahwa semakin tinggi
persepsi severity dan susceptibility seseorang, maka semakin
tinggi kemungkinan orang tersebut untuk melakukan perilaku protektif. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Boerman, Kruikemeier, dan Borgesius (2021) yang
menunjukkan bahwa perceived severity memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap perilaku protektif secara daring. Hasil serupa juga
ditemukan pada penelitian lain, di mana perceived threats berhubungan
secara negatif dengan perilaku self-disclosure yang dianggap tidak
protektif (Meier dkk., 2020). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa perceived
severity berhubungan secara negatif dengan perilaku daring yang
tidak protektif. Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis pertama dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Perceived severity
berhubungan negatif secara signifikan dengan perilaku sharenting.
Faktor lain dari
PMT yang diteliti adalah rewards, baik intrinsik maupun ekstrinsik.
Dalam beberapa penelitian sebelumnya, faktor ini juga disebut sebagai perceived
benefit. Hasil penelitian Meier dkk.
(2020) menunjukkan bahwa perceived benefit berhubungan
positif dengan self-disclosure. Penelitian serupa juga menunjukkan bahwa
perceived benefit berhubungan positif secara signifikan dengan information
disclosure (Salleh dkk., 2012). Berdasarkan hasil-hasil tersebut, hipotesis
selanjutnya dalam penelitian ini adalah:
H2: Intrinsic rewards berhubungan
positif secara signifikan dengan perilaku sharenting.
H3: Extrinsic rewards berhubungan
positif secara signifikan dengan perilaku sharenting.
Berdasarkan PMT,
individu yang merasa bahwa mereka dapat melakukan perilaku protektif dan merasa
perilaku tersebut efektif dalam mencegah atau menghindari risiko akan lebih
termotivasi untuk melakukan perilaku protektif tersebut (Rogers, 1983, dalam
Norman dkk., 2015; Meier dkk., 2020). Akan tetapi, individu yang merasa bahwa
perilaku protektif membutuhkan banyak usaha cenderung kurang termotivasi untuk
melakukan perilaku protektif (Meier dkk., 2020). Berdasarkan penjelasan
tersebut, hipotesis selanjutnya dalam penelitian ini antara lain:
H4: Self-efficacy berhubungan
negatif secara signifikan dengan perilaku sharenting.
H5: Response efficacy berhubungan
negatif secara signifikan dengan perilaku sharenting.
H6: Response Cost berhubungan
positif secara signifikan perilaku sharenting.
Meski sudah ada
penelitian yang melihat hubungan protection motivation dengan perilaku self-disclosure
secara daring, namun penelitian yang melihat hubungan protection
motivation dengan perilaku sharenting secara spesifik masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah protection motivation berhubungan
dengan perilaku sharenting serta faktor protection
motivation mana saja yang memiliki korelasi dengan perilaku sharenting orang
tua.
Metode Penelitian
Partisipan
Partisipan dalam
studi ini didapat dengan menggunakan teknik non-probability sampling.
Karakteristik partisipan yang ditentukan dalam penelitian ini adalah orang tua
yang memiliki anak usia 0-13 tahun, pernah atau sering membagikan konten anak
mereka di media sosial, serta berdomisili di Jabodetabek. Rentang usia anak
ditentukan sesuai dengan batas minimal usia pembuatan akun di berbagai media
sosial, yakni 13 tahun (Harper, 2020). Rentang usia ini dipilih dengan asumsi
bahwa anak berusia
0-13 tahun belum memiliki media sosial sendiri, sehingga orang tua adalah pihak
yang bertanggung jawab atas informasi anak yang
tersebar di internet. Partisipan direkrut secara daring
melalui sebaran di media sosial seperti WhatsApp dan Instagram. Sebanyak 77
partisipan mengisi kuesioner, namun hanya 67 data yang bisa diolah.
Pengumpulan Data
Studi ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan uji korelasional untuk menjawab hipotesis penelitian.
Seluruh partisipan telah menyatakan kesediaannya untuk mengikuti penelitian
dengan mengisi informed consent di bagian awal kuesioner. Kuesioner
penelitian terdiri dari empat bagian, yakni informed consent, data diri
partisipan, gambaran perilaku sharenting, dan kuesioner Protection
Motivation Theory (PMT).
Sharenting
didefinisikan sebagai perilaku orang tua membagikan informasi detail mengenai
anaknya dalam bentuk foto, video, atau post di media sosial kepada
publik yang melanggar privasi anak (Brosch, 2018). Variabel ini diukur berdasarkan
frekuensi membagikan konten anak di media sosial dalam seminggu dan dijawab
dengan pilihan mulai dari �kurang dari seminggu sekali�, �seminggu sekali�,
�seminggu tiga kali�, �seminggu lima kali�, dan �setiap hari�.
Protection Motivation
Theory (PMT) merupakan teori yang
menggambarkan bagaimana dan kenapa individu memutuskan untuk melakukan protective
behavior (Rogers, 1975). Variabel PMT diukur dengan kuesioner Protection
Motivation Theory dalam konteks membagikan informasi personal secara daring
yang digunakan oleh Marett, McNab, dan Harris (2011). Alat ukur ini kemudian
diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia
dan disesuaikan dalam konteks sharenting.
Kuesioner ini terdiri dari 17 item yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu threat
appraisal dan coping appraisal. Threat appraisal terdiri dari
threat severity, intrinsic rewards, dan extrinsic rewards;
sedangkan coping appraisal yang terdiri dari self-efficacy, response
efficacy, dan response cost. Threat severity diukur menggunakan
empat item, intrinsic rewards diukur menggunakan enam item (4 favorable
item dan 2 unfavorable item), sedangkan extrinsic rewards diukur
menggunakan tiga item. Self-efficacy diukur dengan dua item, sedangkan response
efficacy dan response cost masing-masing diukur menggunakan satu
item. Seluruh item tersebut diukur menggunakan skala Likert dari 1 (Sangat Tidak
Setuju) hingga 4 (Sangat Setuju).
Uji reliabilitas alat ukur dilakukan
dengan menggunakan Cronbach�s alpha. Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan
koefisien Cronbach�s alpha sebesar 0.736 pada subskala threat
severity, 0,899 pada subskala intrinsic rewards, 0,852 pada subskala
extrinsic rewards, dan 0,693 pada subskala self-efficacy. Menurut
Ursachi, Horodnic, dan Zait (2015), koefisien Cronbach�s alpha yang dapat
diterima adalah koefisien yang berkisar dari 0,6 hingga 0,7, sedangkan nilai Cronbach�s
alpha yang tergolong baik adalah yang berkisar antara 0,8 hingga 0,95. Penjelasan
tersebut menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
terbukti reliabel dalam mengukur protection motivation.
Prosedur
Kuesioner
penelitian dibagikan secara daring melalui sebaran di media sosial seperti Instagram
dan Whatsapp menggunakan Google Form. Proses pengambilan data dilakukan selama
sebulan lebih mulai dari tanggal 5 April 2022 hingga 9 Mei 2022. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengisi kuesioner adalah selama 15-20 menit. Data yang didapat
dari survei ini kemudian diolah dengan menggunakan software IBM SPSS
Versi 24.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Partisipan.
Dari 67 partisipan
yang didapat dalam studi ini, sebanyak 56 partisipan merupakan perempuan
(83,6%), dan 11 partisipan merupakan laki-laki (16,4%). Partisipan penelitian
ini memiliki rentang usia antara 22�55 tahun (M = 38,46; SD = 8,475) dan
kebanyakan memiliki latar belakang pendidikan S1, yakni sebanyak 43 partisipan (64,2%).
Sebagian besar dari partisipan berprofesi sebagai guru (31,3%), ibu rumah
tangga (26,9%), dan karyawan swasta (25,54%).
Korelasi antara Protection
Motivation dan Perilaku Sharenting
Berdasarkan hasil uji
korelasi (Tabel 1), dapat diketahui bahwa threat severity berkorelasi
negatif secara signifikan dengan perilaku sharenting (r (67) = -0,340; p
< 0,01). Hasil ini membuktikan bahwa H1 dapat diterima. Intrinsic rewards
ditemukan berkorelasi positif secara signifikan dengan perilaku sharenting
(r (67) = 0,261; p < 0,05) dan membuktikan H2 dapat diterima. Selain
itu, extrinsic rewards juga berkorelasi positifi secara signifikan
dengan perilaku sharenting (r (67) = 0,367; p < 0,01) sehingga
membuktikan H3 dapat diterima.
Hasil analisis
menunjukkan bahwa self-efficacy (r (67) = 0,083; p > 0,05), response
efficacy (r (67) = -0,154; p > 0,05), dan response cost (r (67) =
0,028; p > 0,05) tidak berkorelasi secara signifikan dengan perilaku sharenting.
Hasil ini menunjukkan bahwa H4, H5, dan H6 tidak bisa dibuktikan.
Tabel 1
Hasil Korelasi Protection
Motivation dan Sharenting
Variabel |
n |
M |
SD |
r |
Sharenting |
67 |
1,72 |
1,165 |
1 |
Threat Severity |
67 |
12,33 |
2,055 |
-0,340** |
Intrinsic Rewards |
67 |
14,99 |
3,475 |
0,261* |
Extrinsic Rewards |
67 |
5,90 |
1,597 |
0,367** |
Self-efficacy |
67 |
6,07 |
1,005 |
0,083 |
Response Efficacy |
67 |
3,24 |
0,630 |
-0,154 |
Response Cost |
67 |
2,66 |
0,708 |
-0,028 |
*p<0,05
**p<0,01
Pembahasan
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa threat severity berhubungan
negatif secara signifikan dengan perilaku sharenting. Hasil ini sesuai
dengan temuan bahwa perceived severity berhubungan secara negatif dengan
perilaku self-disclosure daring (Meier dkk., 2020). Hasil penelitian
lain juga menunjukkan bahwa severity berkorelasi positif secara
signifikan dengan perilaku protektif daring (Boerman dkk., 2021). Temuan ini sesuai
dengan PMT yang membuktikan bahwa semakin tinggi perceived severity individu,
maka semakin rendah perilaku maladaptif mereka.
Intrinsic rewards dan
extrinsic rewards juga ditemukan berkorelasi positif secara signifikan
dengan perilaku sharenting. Hasil ini sesuai dengan temuan penelitian
sebelumnya yang menunjukkan bahwa perceived benefit berhubungan positif
dengan perilaku self-disclosure daring (Salleh dkk., 2012; Meier dkk.,
2020). Sesuai dengan PMT, semakin tinggi rewards yang berhubungan dengan
perilaku maladaptif, maka semakin tinggi kecenderungan individu untuk melakukan
perilaku maladaptif tersebut.
Self-efficacy,
response efficacy, dan response cost tidak ditemukan berhubungan
secara signifikan dengan perilaku sharenting. Hasil ini menunjukkan
bahwa seluruh faktor pada coping appraisal tidak berhubungan dengan
perilaku sharenting. Hal ini berbeda dengan temuan Boerman dkk. (2021)
yang memperlihatkan bahwa self-efficacy dan response cost berkorelasi
positif secara signifikan dengan perilaku protektif daring, sesuai dengan PMT.
Kendati demikian, temuan
ini serupa dengan penelitian Marett, McNab, dan Harris (2011) yang
memperlihatkan bahwa ketiga faktor coping appraisal tidak berhubungan
dengan intensi perilaku protektif daring. Hal ini dapat terjadi karena adanya
perubahan kemampuan pengguna internet yang semakin meningkat dari segi keamanan
informasi (Menard, Bott, & Crossler, 2017). Selain itu, individu juga
mungkin memiliki intensi rendah untuk melakukan perilaku protektif karena
merasa cukup percaya diri untuk melindungi diri
mereka
dalam konteks daring (Tsai dkk., 2016). Individu yang merasa percaya diri dapat
melindungi diri mereka mungkin juga dapat kehilangan motivasi untuk mengurangi self-disclosure
(Meier dkk., 2020).
Temuan dalam
penelitian ini menambahkan bukti ilmiah bahwa threat appraisal dalam PMT
merupakan faktor yang berhubungan secara signifikan dengan perilaku sharenting
orang tua. Hal ini dapat memperkaya literatur mengenai perilaku sharenting
yang masih sangat terbatas, terutama di Indonesia. Selain itu, hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan landasan untuk penelitian selanjutnya
serta dapat dipertimbangkan untuk membuat intervensi terkait perilaku sharenting
di masa depan.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, threat severity ditemukan berkorelasi
negatif secara signifikan dengan perilaku sharenting, sedangkan intrinsic
rewards dan extrinsic rewards berkorelasi positif secara signifikan.
Artinya, semakin tinggi threat appraisal orang tua, maka semakin rendah
perilaku sharenting mereka. Sedangkan semakin tinggi intrinsic
rewards dan extrinsic rewards orang tua, maka semakin rendah
perilaku sharenting mereka. Sementara itu, self-efficacy, response
efficacy, dan response cost tidak berkorelasi secara signifikan
dengan perilaku sharenting.
Penelitian ini memiliki
beberapa limitasi yang dapat diperbaiki untuk penelitian selanjutnya. Pertama,
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan self-report, sehingga sulit
untuk menghindari adanya bias informasi. Oleh karena itu, penelitian
selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode tambahan seperti wawancara dan observasi
agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Kedua, penelitian ini juga dilakukan
secara daring, sehingga peneliti tidak dapat memastikan kondisi partisipan saat
mengisi kuesioner penelitian.
Ketiga, penelitian
ini bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor protection
motivation dengan perilaku sharenting, sehingga tidak bisa menjelaskan
bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap perilaku sharenting.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis pengaruh dari
faktor-faktor protection motivation. Selain itu, penelitian selanjutnya
juga dapat memberikan manipulasi yang dapat meningkatkan persepsi risiko partisipan
untuk melihat bagaimana proses kognitif partisipan berdasarkan PMT dan
pengaruhnya terhadap perilaku sharenting mereka.
BIBLIOGRAFI
Boerman,
S. C., Kruikemeier, S., Borgesius, F. J. Z. (2021). Exploring motivations for
online privacy protection behavior: Insights from panel data. Communication
Research, 48(7), 953�977.
Brosch,
A. (2018). Sharenting: Why do parents violate their children�s privacy? The
New Educational Review, 54(4), 75-85.
Briazu,
R. A., Floccia, C., & Hanoch, Y. (2021). Facebook sharenting in mothers of
young children: The risks are worth it but only for some. Technology, Mind,
and Behavior, 2(4), 1-11.
Davis, M.M., Clark, S.J., Singer, D.C., Matos-Moreno, A., Kauffman,
A.D., & Hale, K. (2015). Parents on social media: Likes and dislikes of
sharenting. C. S. Mott Children�s Hospital National Poll on Children�s
Health, 23(2).
Dobrila,
M. C. (2021). Online education during pandemic: Sharenting vs. children�s right
to their own image and education. Revista Romaneasca pentru Educatie
Multidimensionala, 13(1), 431-446.
Harper,
P. (2020). Child�s play: How old do you have to be for Snapchat, Facebook, Instagram
accounts? Social media age restrictions explained.
Hersh,
M. L. (2001). Is COPPA a cop out? The child online privacy protection act as
proof that parents, not government, should be protecting children�s interests
on the internet. Fordham Urban Law Journal, 18(6), 1831�1878.
Hinojo-Lucena,
F-J., Aznar-Diaz, I., Caceres-Reche, M-P., Trujillo-Torres, J-M.,
Romero-Rodriguez, J-M. (2020). Sharenting: Internet addiction, self-control and
online photos of underage children. Media Education Research Journal, 28(63),
93-103.
Kopecky,
K., Szotkowski, R., Aznar-Diaz, I., Romero-Rodriguez, J. (2020). The phenomenon
of sharenting and its risks in the online environment. Experiences from Czech
Republic and Spain. Children and Youth Services Review, 110, 1-6.
Meier, Y., Kyewski, E., Schawerl, J., Kramer, N. C. (2020). Applying
protection motivation theory to predict Facebook users� withdrawal and
disclosure intentions. SM Society �20, 21�29.
Menard, P., Bott, G. J., & Crossler, R. E. (2017). User motivations
in protecting information security: Protection motivation theory versus
self-determination theory. Journal of Management Information Systems, 34(4),
1203ss�1230.
Milne, G. R., Labrecque, L. I., & Cromer, C. (2009). Toward an
understanding of the online consumer�s risky behavior and protection practices.
The Journal of Consumer Affairs, 43(3), 449-473.
Minkus,
T., Liu, K., & Ross, K. W. (2015). Children seen but not heard. In Proceedings
of the 24th international Conference on world wide web - WWW 15, 776�786.
Norman, P., Boer, H., Seydel, E. R., & Mullan, B. (2015). Protection
motivation theory. In M. Conner & P. Norman (Eds.), Predicting and
Changing Health Behavior: Research and Practice with Social Cognition Models (pp.
70-106). New York: Open University Press.
Ouvrein,
G., & Verswijvel, K. (2019). Sharenting: Parental adoration or public
humiliation? A focus group study on adolescents� experiences with sharenting
against the background of their own impression management. Children and
Youth Services Review, 99, 319�327.
Ranzini,
G., Newlands, G., & Lutz, C. (2020). Sharenting, peer influence, and
privacy concerns: A study on the instagram-sharing behaviors of parents in the
United Kingdom. Social Media + Society, 1-13.
Riyanto,
G. P. (2021). Jumlah pengguna internet Indonesia 2021 tembus 202 juta.
Rogers, R. W. (1975). A protection motivation
theory of fear appeals and attitude change. The Journal of Psychology, 91(1),
93�114.
Salleh,
N., Hussein, R., Mohamed, N., Karim, N. S. A., Ahlan, A. R., &
Aditiawarman, U. (2012). Examining information disclosure behavior on social
network sites using protection motivation theory, trust, and risk. Journal
of Internet Social Networking & Virtual Communities, 1�11.
Steinberg,
S. B. (2017). Children�s privacy in the age of social media. Emory Law
Journal, 66(839), 839-884.
Stephanie,
C. (2021). Berapa lama orang Indonesia akses internet dan medsos setiap
hari?
Tsai,
H. S., Jiang, M., Alhabash, S., LaRose, R., Rifon, N. J., Cotten, S. R. (2016).
Understanding online safety behaviors: A protection motivation theory
perspective. Computers & Security, 1�40
Ursachi,
G., Horodnic, I. A., & Zait, A. (2015). How reliable are measurement
scales? External factors with indirect influence on reliability estimators. Procedia
Economics and Finance, 20, 679 � 686.
van
Bavel, R., Rodriguez-Priego, N., Vila, J., & Briggs, P. (2019). Using
protection motivation theory in the design of nudges to improve online security
behavior. International Journal of Human-Computer Studies, 123, 29�39.
Williams-Ceci, S., Grose, G. E., Pinch, A. C., Kizilcec,
R. F., & Lewis Jr., N. A. (2021). Combating sharenting: Interventions to
alter parents� attitude toward posting about their children online. Computers
in Human Behavior, 125, 1�10.
Devira
Ayusta Putri, Dicky Chresthover Pelupessy (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |