Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 10, Oktober 2022
ANALISIS RISIKO K3 PADA PROSES
PENERIMAAN, PENIMBUNAN, DAN PENYALURAN BBMP DI PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS X
MENGGUNAKAN METODE HIRADC
Pandu
Wijaya
Teknik Lingkungan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Perusahaan Minyak dan Gas X merupakan jaringan layanan bahan bakar aviasi domestik yang mengelola bahan bakar minyak penerbangan (BBMP) jenis Avtur Jet A1 mulai dari proses penerimaan, penimbunan, dan penyaluran. Dalam alur prosesnya, setiap proses mempunyai potensi bahaya dan risiko. Oleh karena itu, sesuai dengan prinsip manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja, perlu dilakukan analisa risiko pada proses tersebut untuk dapat mengetahui potensi bahaya dan risiko sehingga pekerjaan yang dilakukan di perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Analisis risiko dilakukan dengan menggunakan metode HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control). Metode ini terdiri dari identifikasi bahaya yang dilakukan dengan melakukan observasi pada setiap proses penerimaan, penimbunan, dan penyaluran BBMP di perusahaan, penilaian risiko dilakukan dengan menentukan indikator kemungkinan berdasarkan data kejadian, dan penentuan pengendalian dilakukan dengan menggunakan hierarki pengendalian risiko. Berdasarkan hasil penilaian risiko menunjukkan bahwa terdapat 9 bahaya pada proses penerimaan, 11 bahaya pada proses penimbunan, dan 24 bahaya pada proses penyaluran. Penilaian risiko menunjukkan bahwa terdapar 3 risiko dengan tingkat risiko rendah, 13 risiko dengan tingkat risiko rendah ke sedang, 13 risiko dengan tingkat risiko sedang, 9 risiko dengan tingkat risiko sedang ke tinggi, dan 6 risiko dengan tingkat risiko tinggi. Pengendalian yang dilakukan antara lain eliminasi, substitusi, enginering control, admisnistrasi, dan alat pelindung diri (APD).
Kata
kunci: Perusahaan
Minyak dan Gas, Analisis Risiko, HIRADC.
Abstract
Oil and Gas Company X is a
domestic aviation fuel service network that manages Avtur Jet A1 aviation fuel
starting from the receiving, storage and distribution process. In the process
flow, each process has potential hazards and risks. Therefore, in accordance
with the principles of occupational safety and health risk management, it is
necessary to carry out a risk analysis on the process to be able to identify
potential hazards and risks so that the work carried out in the company can run
smoothly. Risk analysis was carried out using the HIRADC (Hazard Identification
Risk Assessment and Determining Control) method. This method consists of
identifying hazards by observing each process of receiving, stockpiling and
distributing BBMP in the company, risk assessment is carried out by determining
possible indicators based on incident data, and determining controls is carried
out using a risk control hierarchy. Based on the results of the risk
assessment, it shows that there are 9 hazards in the receiving process, 11
hazards in the storage process, and 24 hazards in the distribution process. The
risk assessment shows that there are 3 risks with a low risk level, 13 risks
with a low to moderate risk level, 13 risks with a moderate risk level, 9 risks
with a moderate to high risk level, and 6 risks with a high level of risk.
Controls carried out include elimination, substitution, engineering control,
administration, and personal protective equipment (PPE).
Keywords:
Oil and
Gas Company, Risk Analysis, HIRADC.
Pendahuluan
Transportasi memegang peranan penting dalam menunjang dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat (Kadarisman et al., 2016). Salah satu transportasi yang diminati saat ini adalah transportasi udara karena dirasa lebih efektif dan efisien dalam hal waktu tempuh dibandingkan transportasi darat dan laut (Putri et al., 2023). Pada tahun 2022, PT Angkasa Pura I mencatat pergerakan pesawat udara sebanyak 552.778, dimana naik sebesar 36% yang sebelumnya pada tahun 2021 sebanyak 408.008. Sejalan dengan hal tersebut peningkatan jadwal penerbangan juga berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan bahan bakar pesawat (Sabur, 2019).
Dampak yang ditimbulkan tidak hanya jumlah bahan bakar yang meningkat akan tetapi juga beban kerja yang dialami pekerja (Nofianti & Koesyanto, 2019). Pekerja dituntut untuk bekerja lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan (Utaminingtias et al., 2016). Hal ini tentunya dapat meningkatkan risiko akan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suparwo et al., 2019).
Jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia terus meningkat dalam lima tahun terakhir (Rangkang et al., 2021). BPJS Ketenagakerjaan mencatat pada tahun 2017 terdapat kasus kecelakaan kerja sebanyak 123.040 kasus dan pada tahun 2021 sebanyak 234.270 kasus. Jumlah tersebut naik sebesar 190% (Mustafa & Putra, 2022).
Perusahaan Minyak dan Gas X merupakan jaringan layanan bahan bakar
aviasi domestik yang mengelola bahan bakar minyak penerbangan jenis Avtur Jet
A1 (Aziz & Laut, 2018). Perusahaan ini merupakan tempat yang berbahaya dan membutuhkan
penanganan khusus dalam hal desain, konstruksi, instalasi, operasi, dan pemeliharaan
setiap komponennya sehingga aman dan tidak menyebabkan insiden yang tidak
diinginkan. Insiden pada industri minyak dan gas merupakan insiden yang jarang
terjadi akan tetapi memiliki risiko yang masif jika tidak dikendalikan dengan
baik
Maka dari itu, perlu dilakukan pengendalian risiko yang ada di perusahaan. Pengendalian risiko dilakukan dengan cara mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko, dan kemudian menentukan pengendalian risiko yang ada (Urrohmah & Riandadari, 2019). Metode analisis risiko yang digunakan adalah Hazard� Identification, Risk Assessment, and Determining Control (HIRADC) karena HIRADC adalah salah satu persyaratan OHSAS 18001:2007 klausal 4.3.1 dan ISO 14001:2004 (Handoko & Rahardjo, 2017). Pada clause 4.3.1 menyebutkan bahwa suatu organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. HIRADC merupakan elemen penting dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja karena berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya yang digunakan untuk menentukan objektif dan rencana keselamatan dan kesehatan kerja (Laksana et al., 2018).
Metode
Penelitian
Objek penelitian dilakukan pada Perusahaan Minyak dan Gas X. Adapun bagian yang diteliti adalah bagian terkait proses penerimaan, penimbunan dan pengiriman bahan bakar minyak penerbangan (BBMP) jenis Avtur Jet A1. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan pada tahap Hazard Identification/Identifikasi Bahaya dan Determining Control/Penentuan Pengendalian dimana semua bahaya yang ada pada proses penerimaan, poenimbunan, dan penyaluran diidentifikasi. Sedangkan metode kuantitatif digunakan pada tahap Risk Assessment/Penilaian Pisiko menentukan tingkat risiko. Data yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dengan cara observasi secara langsung dan wawancara kepada pekerja. Penilaian risiko yang dilakukan mengikuti pedoman pada AS/NZS 4360:2004 dimana terdapat matriks konsekuensi dan matriks kemungkinan.
Matriks konsekuensi� dan matriks kemungkinan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1
Matriks
Konsekuensi
Konsekuensi |
Indikator |
|
1 |
Catastropic |
Kematian lebih dari 1
orang/Kehilangan total/biaya perbaikan >75 Milyar |
2 |
Significant |
Kematian tunggal/cacat
permanen/Kehilangan sebagian asset/biaya perbaikan 15 - 75 Milyar |
3 |
Moderate |
Cacat tidak permanen/Kerusakan
asset/biaya perbaikan 1,5 - 15 Milyar |
4 |
Minor |
Perawatan medis/Gangguan pada
alat/biaya perbaikan 150 juta - 1,5 Milyar |
5 |
Insignificant |
P3K/Tidak ada gangguan pada
alat/biaya perbaikan <150 Juta |
Tabel 2
Matriks
Kemungkinan
Kemungkinan |
Indikator |
|
1 |
Almost |
Pernah terjadi lebih dari 1 kali
setiap tahunnya di lokasi operasi |
2 |
Likely |
Pernah terjadi lebih dari 1 kali
selama masa hidup operasi di lokasi operasi |
3 |
Possible |
Pernah terjadi lebih dari 1 kali
pada industri migas |
4 |
Unlikely |
Pernah terjadi 1 kali pada industri
migas |
5 |
Rare |
Tidak pernah terdengar di industri
migas |
����������� Kemudian dari konsekuensi dan kemungkinan didapat nilai/tingkat risiko dengan dengan menggunakan matriks tingkat risiko. Matriks tingkat risiko dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Matriks Tingkat
Risiko
Konsekuensi |
5 (Catastropic) |
5 |
10 |
15 |
20 |
25 |
4 (Significant) |
4 |
8 |
12 |
16 |
20 |
|
3 (Moderate) |
3 |
6 |
9 |
12 |
15 |
|
2 (Minor) |
2 |
4 |
6 |
8 |
10 |
|
1 (Insignificant) |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|
Level Risiko |
1
(rare) |
2
(unlikely) |
3
(moderate) |
4 (likely) |
5
(almost) |
|
Kemungkinan |
����������� Pengendalian risiko yang digunakan sesuai dengan hirarki pengendalian risiko mulai dari eliminasi, substitusi, kontrol teknis, kontrol administrasi, dan alat pelindung diri (Widiastuti et al., 2019).
Hasil dan
Pembahasan
����������� Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan melakukan observasi secara langsung di lokasi perusahaan dan dilakukan wawancara kepada petugas di divisi penerimaan, divisi penimbunan, divisi penyaluran, dan divisi HSSE (Health Safety Security Environment) terkait dengan proses penerimaan, penimbunan, penyaluran, dan pengendalian risiko yang ada di perusahaan. Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada proses penerimaan BBMP dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Identifikasi
Bahaya dan Penilaian Risiko Proses Penerimaan BBMP
Kode |
Deskripsi
Kegiatan |
Deskripsi
Bahaya |
Kemungkinan |
Konsekuensi |
Nilai |
Tingkat Risiko |
|
|
|
||||||||
RSP1 |
Pemeriksaan Jalur
Penerimaan |
Terjatuh/terpeleset
diarea jalur penerimaan karena beberapa area tidak rata |
4 |
1 |
4 |
Rendah ke Sedang |
||
RSC2 |
Penerimaan produk |
Offspec produk saat
pencampuran batch baru didalam tangki timbun |
4 |
2 |
8 |
Sedang |
||
RSC3 |
Pengambilan Sampel |
Kebakaran pada saat
melakukan pengurasan setelah melakukan pengambilan sampel |
2 |
4 |
8 |
Sedang |
||
RSC4 |
Pengambilan Sampel |
Terkena percikan BBMP
saat melakukan visual check |
4 |
2 |
8 |
Sedang |
||
RSP5 |
Penerimaan drum avtur
kosong |
Terjepit atau tertimpa
drum saat menurunkan drum dari� mobil
menggunakan tangan/forklift |
2 |
3 |
6 |
Sedang |
||
RSP6 |
Penimbunan Drum avtur
kosong |
Terjepit atau tertimpa
drum saat menumpuk/menata drum menggunakan tangan/forklift |
2 |
3 |
6 |
Sedang |
||
RHC7 |
Pengambilan Sampel |
Gangguan pernafasan
akibat Uap BBMP terhirup saat melakukan pengambilan sampel |
4 |
2 |
8 |
Sedang |
||
RHE8 |
Pengambilan Sampel |
Cidera otot saat
mengangkut hasil turasan dengan ember 15 L menuju drain tank |
2 |
2 |
4 |
Rendah ke Sedang |
||
RHC9 |
Pengambilan Sampel |
Gangguan pernafasan
akibat Uap BBMP terhirup dari hasil turasan saat QC |
2 |
2 |
4 |
Rendah ke Sedang |
Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada proses penimbunan BBMP dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Identifikasi
Bahaya dan Penilaian Risiko Proses Penimbunan BBMP
Kode |
Deskripsi
Kegiatan |
Deskripsi
Bahaya |
Kemungkinan |
Konsekuensi |
Nilai |
Tingkat Risiko |
|
|
SSC1 |
Pencampuran batch minyak
baru |
Kebakaran
karena luber akibat sensor tidak berfungsi |
2 |
5 |
10 |
Sedang
ke Tinggi |
||
SSF2 |
Pengukuran level cairan
minyak |
Terjatuh saat naik/turun
di tangga tangki timbun karena tidak memanfaatkan safety handrail |
2 |
4 |
8 |
Sedang |
||
SSF3 |
Pengukuran level cairan
minyak |
Terpeleset/terjatuh saat
berada di atas tangki timbun karena licin |
3 |
4 |
12 |
Sedang ke Tinggi |
||
SSF4 |
Pengukuran level cairan
minyak |
Tersandung/terjatuh saat
berada di atas tangki timbun karena permukaan tangki tidak rata |
4 |
4 |
16 |
Tinggi |
||
SSF5 |
Pengukuran level cairan
minyak |
Terjepit/tertimpa saat
buka tutup tangki manual lifting |
2 |
1 |
2 |
Rendah |
||
SSC6 |
Pemeriksaan mutu produk |
Ledakan/kebakaran karena
luber saat melakukan QC di tangki timbun |
4 |
5 |
20 |
Tinggi |
||
SSC7 |
Pemeriksaan mutu produk |
Iritasi karena terkena
percikan saat melakukan visual check pada saat QC |
2 |
2 |
4 |
Rendah ke Sedang |
||
SSC8 |
Settling time |
Kebakaran karena bocor
pada gasket pepipaan pada tangki timbun |
2 |
5 |
10 |
Sedang ke Tinggi |
||
SHC9 |
Pengukuran level cairan
minyak |
Gangguan pernafasan
karena menghirup uap hidrokarbon dari tangki timbun |
4 |
2 |
8 |
Sedang |
||
SHE10 |
Pengambilan Sampel |
Cidera otot saat
handling hasil turasan dengan ember 15 L |
4 |
2 |
8 |
Sedang |
||
SHC11 |
Pengambilan Sampel |
Gangguan pernapasan
karena mengirup uap hidrokarbon dari BBMP turasan |
1 |
2 |
2 |
Rendah |
Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada proses penyaluran BBMP dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6
Identifikasi
Bahaya dan Penilaian Risiko Proses Penyaluran BBMP
Kode |
Deskripsi
Kegiatan |
Deskripsi
Bahaya |
Kemungkinan |
Konsekuensi |
Nilai |
Tingkat Risiko |
|
|
DSP1 |
Memasuki kabin mobil |
Terjatuh saat naik turun
kabin refueller |
2 |
1 |
2 |
Rendah |
||
DSP2 |
Buka Tutup Kerangan
Tangki dan Jalur Pipa Penyaluran. |
Tersandung saat
membuka/menutup valve pada area penyaluran |
4 |
1 |
4 |
Rendah ke Sedang |
||
DSP3 |
Parking dan settling
time refueller |
Tabrakan di aera filling
shed saat manuver |
3 |
5 |
15 |
Tinggi |
||
DSP4 |
Connect dan disconenct
bottom loader |
Kebakaran karena
tumpahan minyak sisa bottom loading |
2 |
5 |
10 |
Sedang ke Tinggi |
||
DSP5 |
Connect dan disconenct
bottom loader |
Kebakaran karena bottom
loading tertarik dan terlepas |
2 |
5 |
10 |
Sedang ke Tinggi |
||
DSP6 |
Start & Stop
Pemompaan Product |
Tersengat arus listrik
dari pompa produk elektromotor |
4 |
4 |
16 |
Tinggi |
||
DSP7 |
Transfer Produk |
Kebakaran karena listrik
statis dijalur pipa dan filling shed |
4 |
5 |
20 |
Tinggi |
||
DSP8 |
Transfer Produk |
Kebakaran karena
overpressure yang mengakibatkan bottom loader terlepas |
2 |
5 |
10 |
Sedang ke Tinggi |
||
DSP9 |
Transfer Produk |
Kebakaran karena luber
akibar high lever sensor pada mobil tangki tidak berfungsi |
2 |
5 |
10 |
Sedang ke Tinggi |
||
DSP10 |
Pengukuran tinggi cairan
refueller |
Terjatuh saat menaiki
tangga pada mobil tangki |
2 |
2 |
4 |
Rendah ke Sedang |
||
DSP11 |
Pengukuran tinggi cairan
refueller |
Terjatuh pada saat
melakukan dipping di atas mobil tangki |
4 |
2 |
8 |
Sedang |
||
DSP12 |
Pemberangkatan dan
Penempatan Kendaraan Pengisian. |
Tabrakan dengan
kendaraan lain saat keluar area menuju bandara/service road |
2 |
5 |
10 |
Sedang ke Tinggi |
||
DSP13 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Cidera pekerja dan
kerusakan sarpras karena kabel bonding belum terlepas saat refueller
meninggalkan pesawat |
2 |
1 |
2 |
Rendah |
||
DSP14 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Tersengat arus listrik
dari pompa produk elektromotor saat pengisian di pesawat |
2 |
3 |
6 |
Sedang |
||
DSP15 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Terjatuh dari tangga
saat melakukan pengisian karena tangga bergeser terkena angin |
2 |
2 |
4 |
Rendah ke Sedang |
||
DSC16 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Kebakaran karena pit
coupling tertabrak oleh kendaraan lain di bandara |
2 |
5 |
10 |
Sedang ke Tinggi |
||
DSP17 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Iritasi kulit karena
terpapar zat kimia karena bottom loader tertarik dan terlepas saat melakukan
pengisian di mobil refueller |
2 |
2 |
4 |
Rendah ke Sedang |
||
DSC18 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Iritasi kulit karena
terpapar zat kimia akibat kebocoran karena adaptor pecah |
2 |
2 |
4 |
Rendah ke Sedang |
||
DSC19 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Iritasi kulit akibat
terpapar zat kimia akibat pit coupling tertabrak oleh kendaraan lain |
2 |
2 |
4 |
Rendah ke Sedang |
||
DHC20 |
Transfer Produk |
Gangguan pernapasan
akibat Uap BBMP terhirup dari mobil refueller dan hidrant saat melakukan
pengisian |
4 |
2 |
8 |
Sedang |
||
DHE21 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Cidera otot karena
manual handling saat memasang bottom loading |
4 |
2 |
8 |
Sedang |
||
DHP22 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Gangguan pendengaran
akibat Paparan bising pompa produk |
4 |
2 |
8 |
Sedang |
||
DHC23 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Gangguan pernafasan
akibat terpapar uap hidrokarbon saat melakukan pengisian |
2 |
2 |
4 |
Rendah ke Sedang |
||
DHE24 |
Pengisian BBMP di
Pesawat |
Cidera otot saat
menghubungkan bonding kabel mobil dan pesawat |
2 |
2 |
4 |
Rendah ke Sedang |
����������� Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada proses penerimaan BBMP didapat bahwa dari 9 risiko yang teridentifikasi terdapat 3 risiko dengan tingkat rendah ke sedang, dan 6 risiko dengan tingkat sedang. 3 risiko dengan tingkat rendah ke sedang ini antara lain risiko terjatuh/terpeleset, risiko cidera otot, dan risiko gangguan pernafasan. Sedangkan 6 risiko dengan tingkat risiko sedang ini antara lain produk offspec, kebakaran, iritasi, terjepit/tertimpa drum, dan gangguan pernafasan saat melakukan pengambilan sampel. Pada proses penimbunan BBMP didapat bahwa dari 11 risiko yang teridentifikasi terdapat 1 risiko tingkat rendah, 2 risiko tingkat rendah ke sedang, 2 risiko tingkat sedang, 3 risiko tingkat sedang ke tinggi, dan 3 risiko tingkat tinggi. 1 risiko dengan tingkat rendah ini adalah risiko terjepit tutup tangki pada saat melakukan dipping di tangki timbun. 2 risiko tingkat rendah ke sedang adalah iritasi karena percikan saat visual check dan gangguan pernafasan karena menghirup BBMP hasil turasan. 2 risiko dengan tingkat sedang ini adalah terjatuh saat naik/turun tangki timbun dan cidera otot saat pengangkuran BBMP hasil turasan. 3 risiko dengan tingkat sedang ke tinggi antara lain risiko kebakaran karena luber, terpeleset/terjatuh saat berada diatas tangki timbun, dan kebakaran karena kebocoran gasket pada perpipaan. 3 risiko dengan tingkat tinggi antara lain tersandung/terjatuh saat berada di atas tangki timbun karena permukaan tidak rata, ledakan/kebakaran saat melakukan quality control di area tangki timbun, dan risiko gangguan pernafasan karean menghirup uap BBMP dari tingki timbun saat melakukan dipping. Pada proses penyaluran BBMP didapat 24 risiko teridentifikasi yang terdiri dari 2 risiko dengan tingkat risiko rendah, 8 risiko dengan tingkat risiko rendah ke sedang, 5 risiko dengan tingkat risiko sedang, 6 risiko dengan tingkat risiko sedang ke tinggi, dan 3 risiko dengan tingkat risiko tinggi. 2 risiko rendah adalah risiko risiko terjatuh dari kabin mobil refueller dan risiko cidera karena terkena kabel bonding. 8 risiko tingkat rendah ke sedang antara lain risiko tersandung/terjatuh di area penyaluran, risiko terjatuh saat menaiki tangga mobil tangki, risiko terjatuh dari tangga saat melakukan pengisian di pesawat, risiko iritasi kulit karena terpapar BBMP, risiko gangguan pernafasan, dan risiko cidera otot saat memasang/melepas kabel bonding pada pesawat. 5 risiko dengan tingkat sedang antara lain risiko terjatuh saat melakukan dipping di atas mobil tangki, risiko tersengat arus listrik dari pompa produk, risiko gangguan pernafasan, risiko cidera otot saat memasang/melepas bottom loading, dan risiko gangguan pendengaran karena suara bising pompa produk. 6 risiko dengan tingkat sedang ke rendah antara lain risiko kebakaran karena tumpahan minyak yang disebabkan karena sisa minyak/kerusakan alat/kecelakaan dan risiko tabrakan dengan pengendara lain di area service road bandara. 3 risiko dengan tingkat tinggi antara lain tabrakan di area filling shed, tersengat arus listrik pompa produk, dan kebakaran karena listrik statis di area perpipaan.
����������� Berdasarkan identifikasi bahayadan penilaian risiko kemudian dilakukan penentuan pengendalian/determining control yang merupakan tahap ketiga dari HIRADC. Penetapan pengendalian dilakukan sesuai dengan hierarki pengendalian risiko yang dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Hierarki Pengendalian Risiko
����������� Penentuan pengendalian risiko ini bertujuan untuk memberikan tindak lanjut dari bahaya dan nilai risiko yang telah ditetapkan. Pengendalian risiko yang ada di Perusahaan Minyak dan Gas X didapatkan dengan cara wawancara kepada divisi HSSE. Dari hasil wawancara terkait dengan pengendalian risiko yang ada di perusahan didapat beberapa upaya pengendalian risiko berdasar hierarki pengendalian. Pengendalian dengan eliminasi dilakukan dengan menghilangkan proses penerimaan menggunakan mobil bridger/tangki dimana pada saat ini penerimaan dilakukan dengan hanya menggunakan sistem perpipaan. Pengendalian dengan substitusi dilakukan dengan cara menganti valve/katup pada perpipaan dari yang awalnya memerlukan pembukaan dan penutupan secara manual dengan diputar, saat ini telah diganti dengan menggunakan Motor Operated Valve (MOV) dimana pembukaan/penutupan dilakukan menggunakan mesin. Substitusi juga dilakukan pada pengecekan kualitas dan kuantitas BBMP yang dulunya dilakukan secara manual sekarang diganti menggunakan sensor-sensor dan pada penanganan drum yang telah dilakukan menggunakan forklift yang sebelumnya dilakukan secara manual. Pengendalian dengan engineering control dilakukan dengan pemasangan wind sock, penangkal petir, rambu/marka jalan, kabel bonding, perawatan sarana dan prasarana, dan melakukan zoning pada area operasi. Pengendalian secara administrasi dilakukan dengan melakukan medical check up (MCU), melakukan kontrol jam kerja, melakukan pelatihan kerja, permit to work, dan menerapkan standar operasional prosedur (SOP). Pengendalian dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) dilakukan dengan menggunakan APD sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti penggunaan baju safety, sepatu safety, sarung tangan, pelindung telinga dan mata, dan topi/helm (Solichin et al., 2014).
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 44 bahaya teridentifikasi pada proses penerimaan, penimbunan, dan penyaluran BBMP di Perusahaan Minyak dan Gas X. Penilaian risiko menunjukkan bahwa terdapat 3 risiko tingkat rendah, 13 risiko tingkat rendah ke sedang, 13 risiko sedang, 9 risiko sedang ke tinggi, dan 6 risiko tinggi. Pengendalian risiko yang telah dilakukan untuk mengendalikan risiko yang ada adalah eliminasi, substitusi, engineering control, administrasi, dan alat pelindung diri (APD).�
BIBLIOGRAFI
Aziz,
M., & Laut, D. T. T. (2018). Model Perencanaan Distribusi Bahan Bakar
Avtur: Studi Kasus Pulau Bali. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Handoko,
J. C., & Rahardjo, J. (2017). Perancangan Hazard Identification, Risk
Assessment, And Determining Control (HIRADC) di Schneider Electric Cikarang. Jurnal
Titra, 5(2), 159�164.
Kadarisman,
M., Gunawan, A., & Ismiyati, I. (2016). Kebijakan Manajemen Transportasi
darat dan dampaknya terhadap perekonomian masyarakat di Kota Depok. Jurnal
Manajemen Transportasi & Logistik, 3(1), 41�58.
https://doi.org/10.54324/j.mtl.v3i1.140
Laksana,
V. E., Kosasih, W., & Doaly, C. O. (2018). Analisis Potensi Bahaya Menggunakan
Metode HIRADC sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja (Studi Kasus: PT.
Supreme cable Manufacturing & Commerce). Seminar Nasional Teknologi Dan
Sains III.
Mustafa,
M. Z., & Putra, A. D. M. (2022). Analisis Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Konstruksi di Kota Semarang.
Universitas Islam Sultan Agung.
Nofianti,
D. W., & Koesyanto, H. (2019). Masa kerja, beban kerja, konsumsi air minum
dan status kesehatan dengan regangan panas pada pekerja area kerja. HIGEIA
(Journal of Public Health Research and Development), 3(4), 524�533.
Putri,
N. P. E. N., Budiartha, I. N. P., & Putra, I. M. A. M. (2023). Pengaturan
Hukum Badan Usaha Bandar Udara Terhadap Penumpang dan Barang Bawaan. Jurnal
Analogi Hukum, 5(1), 28�33.
Rangkang,
J. R. C., Mautang, T., & Paturusi, A. (2021). Hubungan Antara Pelaksanaan
Program Kesehatan Keselamatan Kerja Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada PT
Cahaya Nataan di Ratahan 2020. PHYSICAL: Jurnal Ilmu Kesehatan Olahraga,
2(1), 123�130.
Sabur,
F. (2019). Pengaruh Pergerakan Pesawat Komersial Terhadap Pergerakan Penumpang
di Bandara Blimbingsari Banyuwangi. Airman: Jurnal Teknik Dan Keselamatan
Transportasi, 2(1), 12�29.
Solichin,
S., Endarto, F. E. W., & Ariwinanti, D. (2014). Penerapan personal
protective equipment (alat pelindung diri) pada laboratorium pengelasan. Jurnal
Teknik Mesin, 22(1).
Suparwo,
A., Suhendi, H., & Shobary, M. N. (2019). Pengelolaan Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada UMKM Bandung Indo Garmen. Jurnal Abdimas BSI:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 10�20.
Urrohmah,
D. S., & Riandadari, D. (2019). Identifikasi Bahaya Dengan Metode Hazard
Identification, Risk Assessment and Risk Control (Hirarc) Dalam Upaya
Memperkecil Risiko Kecelakaan Kerja Di Pt. Pal Indonesia. Jurnal Pendidikan
Teknik Mesin, 8(1), 34�40.
Utaminingtias,
W., Ishartono, I., & Hidayat, E. N. (2016). Coping Stres Karyawan Dalam
Menghadapi Stres Kerja. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 3(2).
Widiastuti,
R., Prasetyo, P. E., & Erwinda, M. (2019). Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Risiko Untuk Mengendalikan Risiko Bahaya di UPT Laboratorium Terpadu
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Industrial Engineering Journal of The
University of Sarjanawiyata Tamansiswa, 3(2).
Copyright holder: Pandu
Wijaya (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |