Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 12, Desember 2022

 

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA ALAM PULAU PANIKI DI DESA KULU KEC.WORI KAB. MINAHASA UTARA

 

Sicilia Selvy Panelewen, Margaretha N. Warokka, Rolina Emmy Manggopa

Politeknik Negeri Manado

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sampai sejauh mana potensi yang dimiliki oleh objek wisata Pulau Paniki dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakatDesa Kulu disamping pendapatan masyarakat setempat sebagai nelayan. Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah, menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif. Penelitian diskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang perencanaan pariwisata sehingga potensi dan pengembangan objek wisata alam di Desa Kulu, Kecamatan Wori dapat dijalankan sesuai karakteristik pariwisata dan kunjungan wisatawan ditingkatkan. Dimana metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kesatu melalui wawancara yaitu kepada Perangkat Desa, dan pelaku bisnis usaha wisata. Kedua, observasi, metode pengumpulan data yang dipakai selain metode wawancara adalah metode observasi, dimana langsung turun lapangan mengobservasi keberadaan potensi dan pengembangan objek wisata serta wisatawan di daerah ini. Ketiga, dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di objek wisata Pulau Paniki di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, Pulau Paniki memiliki daya tarik dan potensi wisata yang beragam, Ada beberapa konsep pengembangan pariwisata yang dapat diwujudkan oleh pengelola, perintah, dan masyarakat Desa Kulu dalam memajukan wisata Pulau. Berdasarkan analisis SWOT terhadap objek wisata Pulau Paniki diketahui keunggulannya adalah pemandangan indah dengan jejeran hutan mangrove dipinggir pantai disertai pasir putih yang timbul pada saat nyare merupakan salah satu faktor penunjang untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Banyak strategi yang dapat digunakan dalam upaya pengembangan objek wisata Pulau Paniki yang berada di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, salah satunya adalah menerapkan Model Communitty Based Tourism (CBT).

 

Kata kunci: Strategi, Pengembangan, Wisata

 

Abstract

This study aims to see to what extent the potential possessed by the Paniki Island tourist attraction can provide additional income for the people of Kulu Village in addition to the income of the local community as fishermen. The method used in this study is to use a descriptive method that is qualitative. Discriptive research is carried out to get an idea of tourism planning so that the potential and development of natural attractions in Kulu Village, Wori District can be carried out according to tourism characteristics and tourist visits are increased. Where the data collection methods used in this study are as follows: One through interviews, namely to village officials, and tourism business actors. Second, observation, the data collection method used in addition to the interview method is the observation method, which directly goes down the field to observe the existence of potential and development of tourist attractions and tourists in this area. Third, documentation. Based on research conducted at Paniki Island tourist attractions in Kulu Village, Wori District, North Minahasa Regency, Paniki Island has diverse attractions and tourism potentials, there are several tourism development concepts that can be realized by the managers, orders, and people of Kulu Village in advancing Island tourism. Based on the SWOT analysis of paniki island tourist attractions, it is known that its advantage is the beautiful scenery with a line of mangrove forests on the edge of the beach accompanied by white sand that arises at the time of nyare is one of the supporting factors to attract tourists to visit. There are many strategies that can be used in efforts to develop Paniki Island tourist attractions located in Kulu Village, Wori District, North Minahasa Regency, one of which is to apply the Communitty Based Tourism (CBT) Model. Keywords: Strategy, Development, Tourism

 

Keywords: Strategy, Development, Tourism

 

Pendahuluan

����������� Minat utama wisatawan datang ke suatu destinasi pariwisata di dorong oleh daya tarik dari objek itu sendiri (Kartika, Indrianty, & Yuliani, 2017). Daya tarik wisata dapat berupa kekayaan seperti adat istiadat, peninggalan sejarah dan purbakala, kesenian, monumen, upacara-upacara, serta peristiwa budaya lainnya (Sari, 2018).

����������� Keanekaragaman budaya, suku dan agama yang didukung oleh sifat yang rahma dari penduduknya merupakan salah satu potensi yang sangat besar dalam meningkatkan kemajuan pariwisata yang ada di Indonesia (Rahman, 2018). Salah satu adalah melalui program yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu lewat pembangunan Destinasi Super Prioritas yang dikenal sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selain Borobudur, Danau Toba, Likupang, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang (Mesra, Surya, & Saragih, n.d.).

����������� Dengan adanya Program ini, desa-desa yang memiliki potensi wisata yang lokasinya berada disekitar Kawasan Ekonomi Khusus mulai berbenah atau berlomba-lomba untuk mengembangkan potensi wisata yang ada didesanya, salah satunya Desa Kulu. Objek wisata andalan yang berada di Desa Kulu adalah Pulau Paniki yang muncul pada saat air surut berupa atoll atau pantai pasir putih yang panjang sehingga menarik perhatian para pengunjung.

����������� Suatu daerah yang sering didatangi karena keindahan, keunikan dan tidak dijumpai di daerah lain adalah merupakan potensi dan sebuah modal dalam pengembangan pariwisata (Suweta, 2020). Alam yang masih asri bila ditambah dengan segala fasilitas yang memenuhi kebutuhan wisatawan dapat menjadikan daerah itu sebagai suatu tempat kunjungan favorit bagi wisatawan.

����������� Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Mengko & Sambeka, 2020) menegaskan bahwa Pulau Paniki memiliki banyak Potensi dan dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk memajukan dan merumuskan strategi pengembangan dalam pengelolaan objek untuk menarik minat dan kunjungan wisatawan.

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul �Strategi Pengembangan Objek Wisata Pulau Paniki di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara�.

 

Metode Penelitian

����������� Obyek penelitian adalahPulau Paniki� yang terletak di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Menurut (Iting, 2021) obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang ilmiah, atau natural setting. Artinya tidak ada satupun yang berubah, pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada diobyek, dan setelah keluar dari obyek tidak berubah.

����������� Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (Pramiyati, Jayanta, & Yulnelly, 2017). Data diperoleh melalui observasi langsung ke lokasi penelitian dan wawancara dengan aparat desa, pengelola objek wisata, masyarakat dan pelaku usaha yang berkaitan atau menunjang kegiatan Objek Wisata Pulau Paniki (Data, n.d.).

����������� Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Wawancara bersifat semi terstruktur, yaitu menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya menurut (HALIM, NUGROHO, & HUTABARAT, 2019). Dari penggunaan teknik ini diharapkan peneliti dapat menggali informasi yang lebih dalam dari nara sumber.

����������� Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi, infrastruktur pendukung dan model stategi pengembangan apa yang tepat untuk meningkatkan daya tarik obyek terhadap tingkat kunjungan wisatawan. Dan tahapan dalam penelitian ini adalah:

1.     Mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh Objek Wisata Pulau Paniki

2.     Menentukan konsep pengembangan pariwisata

3.     Melakukan analisis SWOT

4.     Menetapkan model strategi pengembangan yang tepat untuk digunakan.������������

 

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

����������� Desa Kulu berada di Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, Desa ini pertama kali didirikan. pada tahun 1915 dan diresmiskan menjadi sebuah desa secara administrasi pada tanggal 28 Oktober 1926. Kebanyakan penduduk dari Desa Kulu berasal dari Kepulauan Siau dan Sangier dengan jumlah penduduk sebesar 1106 jiwa yang terdiri dari 382 KK (Mayangsari, Muin, & Siahaan, 2017).

����������� Luas Desa Kulu sebesar 447 Ha yang terbagi atas 8 dusun atau jaga dengan mata pencaharian utama adalah nelayan dan Bertani. Selain itu, ada yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil dan bekerja sebagai karyawan dibeberapa perusahaan yang berada di wilayah sekitar Desa Kulu (Rau, Kusen, & Paruntu, 2013).

Peta Kulu, Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1

Map Lokasi Desa Kulu

 

Wisata Pulau Paniki

����������� Keindahan alam Pulau Paniki sangat memukau dan memanjakan mata bagi pengunjung, seperti pesona keindahan laut dengan pasir putih yang menawan ditengah-tengah lautan yang luas (pasir ini akan muncul apabila air surut) dan keindahan hutan mangrove yang membentuk kelokan sepanjang jalan menuju ke Pulau Paniki menambah daya tarik dan keunikan yang dimiliki oleh pulau paniki.

Pesona alam Pulau Paniki dan hutan Mangrove yang menyimpan banyak manfaat bagi kehidupan ekosistem maupun masyarakat di Desa Kulu mengakibatkan banyak desa di sekitar objek wisata Pulau Paniki mengklaimnya sebagai milik mereka. Secara geografis wilayah Pulau Paniki merupakan bagian dari Desa Kulu. Pulau Paniki bisa di akses selain dari dermaga utama yang berada di desa Kulu, bisa juga melalui desa Maliambao dan Palaes dengan rute memutar. Adapun biaya yang dikenakan adalah sebesar Rp. 25.000 dengan menggunakan perahu kecil karena jarak ke Pulau Paniki bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 10 menit.

Gambar 2 memperlihatkan pemandangan Pulau Paniki

Potensi Pulau Paniki

����������� Daya tarik yang dimiliki Pulau Paniki beragam, diantaranya daerah wisata bahari yang terdapat diatas maupun dibawah laut dan wisata alam. Daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Paniki sebagian besar didominasi oleh hutan Mangrove dan wilayah pantai berpasir putih. Tidak semua pantai memiliki pasir putih seperti yang ada di Pulau Paniki yang hanya bisa dilihat pada saat nyare atau air surut. Aktivitas yang dapat dilakukan di Pulau Paniki kebanyakan adalah berenang, mencari kerang, menyelam, snorkelling, dan water sport.

����������� Selain keindahan laut, hamparan hutan mangrove yang luas terbentang sepanjang Pulau Paniki juga menarik untuk ditelusuri dengan perahu rute memutar kearah Desa Maliambao yang memiliki hutan mangrove terbesar dibandingkan dengan desa lainnya. Dalam perjalanan menuju Pulau Paniki dari desa Maliambao wisatawan akan menikmati pemandangan hutan mangrove yang menyerupai terowongan hutan yang terbentuk secara alami. Wisatawan akan merasa seperti berada di suatu daerah tertentu tanpa ada ujungnya disebabkan besarnya kawasan hutan mangrove menuju ke objek wisata Pulau Paniki.

Konsep Pengembangan Pariwisata

����������� Pengembangan objek wisata merupakan pedoman dan acuan yang akan dijabarkan ke dalam strategi dan rencana pengembangan pariwisata sehingga dapat diimplementasikan dengan tepat dalam bentuk program dan kegiatan. Hal ini harus dilaksanakan secara komprehensif dan dapat merangkum semua komponen yang dirumuskan dalam sasaran pembangunan pariwisata.

����������� Terdapat lima konsep pengembangan pariwisata yang dapat diberdayakan olehpengelola, pemerintah, masyarakat, dan pihak lain yang terkait dalam memajukan wisata Pulau Paniki, antara lain:

1.     Konsep pengembangan daya tarik wisata

2.     Konsep pengembangan amenitas atau fasilitas pariwisata

3.     Konsep pengembangan Aksesbilitas

4.     Konsep pengembangan prasarana lingkungan, dan

5.     Konsep pemberdayaan masyarakat.

����������� Pengembangan penduduk lokal dapat didasarkan atas lima kriteria utama, yaitu:

a.     Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal.

b.     Meningkatkan pendapatan dan sekaligus menditribusikannya secara merata kepada penduduk lokal.

c.     Harus berfokus pada pengembangan UMKM dengan daya serap tenaga kerja dan berorientasi pada teknologi secara tepat guna.

d.     Mengembangkan semangat untuk maju dan berkoalisi secara kooperatif, dan

e.     Memanfaatkan kemajuan pariwisata secara berkesinambungan dan seoptimal mungkin sebagai penyumbang tradisi budaya dengan dampak seminimal mungkin.

Analisis SWOT

����������� Berdasarkan pengamatan langsung, wawancara dan observasi peneliti ke lapangan dalam hal ini objek wisata alam Pulau Paniki, dapat diperoleh Analisis SWOT (Bismala & Handayani, 2014) sebagai berikut:

Tabel 1. Tabel Analisis SWOT Objek Wisata Pulau Paniki di Desa Kulu

Lingkungan Internal

Lingkungan Eksternal

Strenght (Kekuatan):

1.     Memiliki pemandangan wisata yang indah.

2.     Lokasi wisata terdapat gazebo untuk bernaung.

3.     Aman sebagai lokasi wisata.

4.     Memiliki 2 dermaga yaitu dermaga depan dengan lahan parker yang luas dan dermaga belakang tidak ada akses parkir.

5.     Tersedianya kapal pada saat dibutuhkan dengan biaya murah.

6.     Jalan aspal menuju dermaga.

7.     Banyak tempat untuk berfoto, dan memungkinkan untuk melakukan atraksi seperti, menyelam, berenang, memancing, memungut kerrang, melakukan water sport pada saat air surut.

8.     Jaringan internet dan telekomunikasi yang baik (untuk Xl dan Simpati).

9.     Lokasi sekitar wisata dan dipulau bersih.

 

Opportunity (Peluang) :

1.     Akses jalan utama menuju Desa Kulu sangat baik dan lebar.

2.     Jarak yang dekat dengan bandara dan Kota Manado.

3.     Tersedianya jalur destinasi wisata internasional dengan dekatnya lokasi Pulau Paniki dengan Likupang sebagai daerah KEK.

4.     Minat masyarakat untuk berpariwisata sangat tinggi.

 

Weaknesses (Kelemahan):

1.     Kurangnya sarana dan prasana (toilet).

2.     Promosi atau pemasaran yang kurang, kebanyakan hanya melalui video yang diupload oleh pengunjung.

3.     Sumber air dan listrik belum memadai.

4.     Kurangnya penjualan untuk kios air minum dan tidak adanya penjualan souvenir.

5.     Tidak tersedianya industry pendukung objek wisata berupa kerajinan tangan.

6.     Kurangnya campur tangan masyarakat Desa Kulu mengelola objek wisata Pulau Paniki secara lebih baik dan profesional.

7.     Tidak ada tempat untuk menginap

8.     Kurangnya transportasi menuju ke Desa Kulu.

 

Treats (Ancaman) :

1.     Adanya objek wisata yang lebih baik dengan fasilitas lengkap dan spot berfoto lebih banyak.

2.     Dekat dengan objek wisata unggulan Likupang sebagai daerah KEK (Pulau Lihaga dan Wisata Mangrove Desa Budo).

3.     Akses jalan ke lokasi wisata yang berbukit-bukit menyebabkan kemungkinan longsor.

4.     Jarak tempuh yang lebih dari 1 jam menuju ke Desa Kulu, Kecamatan Wori.

5.     Kunjungan wisatawan yang dipengaruhi oleh kegiatan masyarakat yang gemar minum alkohol.

Model Strategi Pengembangan Objek Wisata Pulau Paniki di Desa Kulu

����������� Banyak strategi yang dapat digunakan dalam upaya pengembangan objek wisata Pulau Paniki yang berada di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, salah satunya adalah menerapkan Model Communitty Based Tourism (CBT) (Okazaki, 2008).

����������� Konsep ini menjelaskan bagaimana peranan dan pemberdayaan masyarakat (komunitas setempat) yang berada di lokasi tujuan (destinasi) wisata melalui kegiatan usaha kepariwisataan. Secara konseptual prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga manfaat yang diperoleh sebesar-besarnya diperuntukkan bagi masyarakat. Sasaran utama pengembangan kepariwisataan haruslah meningkatkan kesejahteraan masyarakat (setempat).

����������� Dalam hal ini pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi masyarakat, harus meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga diri, dan terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan masyarakat dimaknai sebagai suatu upaya untuk menguatkan power (daya) atau empowering dari golongan masyarakat yang powerless (tidak berdaya), biasanya mereka yang tergolong ke dalam masyarakat yang marjinal.

����������� Untuk mendukung program pengembangan kepariwisataan ada beberapa pihak yang memiliki peran dan terlibat secara lansung dalam kegiatan kepariwisataan, yaitu:

Gambar 3

Pemangku Kepentingan dalam Pariwisata (Ariyani, Fauzi, & Umar, 2020)

 

����������� Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa peran masyarakat dalam pelaksanaan kepariwisataan sangatlah besar dan perlu untuk diseimbangkan dengan peranan pemerintah maupun swasta. Kenyataannya yang terjadi peranan masyarakat masih sangat kecil bila dibandingkan dengan peranan permerintah dan swasta. Penyebabnya adalah kurangnya atau lemahnya akses yang mereka miliki kepada sumber daya (resources) pariwisata yang ada dalam proses pengambilan keputusan.

����������� Pariwisata harus mampu memberikan manfaat dalam bentuk pendapatan dan peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar Objek Wisata Pulau Paniki, yakni masyarakat yang berada di Desa Kulu tentunya. Untuk mewujudkan keberhasilan dari pengembangan destinasi pariwisata sebagai upaya untuk menata kawasan, dan kondisi obyek wisata, serta menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana pariwisata. Hal ini dapat dipenuhi oleh pemerintah Desa Kulu melalui:

a.     Pengelolaanretribusi objek wisata berupa pembayaran upah pungut kepada kelompokpemungut retribusi di objek wisata.

b.     Penyediaansarana transportasi menuju ke Desa Kulu (bis), penyediaan perahu yang sudah dimodifikasi dengan fitur-fitur yang menarik dan dilengkapi dengan fasilitas pendukung lainnya, seperti: pelampung dan pancing.

c.     Penyediaan fasilitas pendukung, seperti toilet, rumah makan, lahan untuk yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk berjualan souvenir, dan lainnya.

����������� Model pengembangan CBT sebagai strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara dirumuskan melalui forum antara masyarakat setempat dengan pemerintah disajikan pada Gambar.

 

Gambar 4

Potensi Pariwisata untuk Pengembangan CBT di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara

����������� Pada prosesnya, terdapat berbagai halangan dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata dengan model CBT di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, yaitu:

1.     Sumberdana yang tidak mencukupi,

2.     Kurangnyakualitas sumber daya manusia di bidang pengembangan,

3.     Kekurangsiapanmasyarakat dalam menanggapi pentingnya pengembangan pariwisata disebabkan Sebagian besar masyarakat hidup sebagai petani dan nelayan. Akibatnya inovasi dan kreasi dari pihak masyarakat terkait pengembangan pariwisata tidak optimal,

4.     Dukungandari pihak swasta atau pengusaha wisata juga masih minim, khususnya investor yang mau mengembangkan potensi CBT di Desa Kulu untuk menunjang destinasi wisata Pulau Paniki.

����������� Pengembangan CBT di Desa Kulu akan bermanfaat untuk menciptakan kesempatan kerja, mengurangi tingkat kemiskinan, pelestarian lingkungan dan budaya setempat sehingga akan dapat memberdayakan ekonomi masyarakat. Model pengembangan CBT sebagai strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal di Desa Kulu dirumuskan berdasarkan permasalahan yang ada dan akan sukses apabila semua komponen tersedia dan mendapat dukungan dari pemerintah dan pihak swasta dalam hal ini sebagai investor. Dukungan ini dapat berupa kerja sama dalam bentuk program dan regulasi, modal usaha, kemitraan, maupun keterlibatan masyarakat dan infrastruktur.

 

Kesimpulan

����������� Berdasarkan penelitian yang dilakukan di objek wisata Pulau Paniki di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Pulau Paniki memiliki daya tarik dan potensi wisata yang beragam, diantaranya daerah wisata bahari yang terdapat diatas maupun dibawah laut dan wisata alam. Wisata bahari merupakan daya tarik wisata yang mendominasi hampir seluruh wilayah Desa Kulu, Desa Palaes dan Desa Maliambao. Keindahan laut, pasir putih yang timbul pada saat air surut (nyare menurut masyarakat setempat) dan hutan mangrove yang terbentang sepanjang dermaga menuju Pulau Paniki sangat menakjubkan dan memanjakan mata. Ada beberapa konsep pengembangan pariwisata yang dapat diwujudkan oleh pengelola, perintah, dan masyarakat Desa Kulu dalam memajukan wisata Pulau Paniki antara lain: (1) konsep pengembangan daya tarik wisata, (2) konsep pengembangan amenitas atau fasilitas pariwisata, (3) konsep pengembangan Aksesbilitas, (4) konsep pengembangan prasarana lingkungan, dan (5) Konsep pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan analisis SWOT terhadap objek wisata Pulau Paniki diketahui keunggulannya adalah pemandangan indah dengan jejeran hutan mangrove dipinggir pantai disertai pasir putih yang timbul pada saat nyare merupakan salah satu faktor penunjang untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Disamping itu, untuk memajukan objek wisata Pulau Paniki di Desa Kulu harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, serta sumber daya yang menunjang agar harapan untuk menjadi salah satu objek wisata yang memiliki daya saing dapat terwujud. Banyak strategi yang dapat digunakan dalam upaya pengembangan objek wisata Pulau Paniki yang berada di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, salah satunya adalah menerapkan Model Communitty Based Tourism (CBT). Konsep ini menjelaskan bagaimana peranan dan pemberdayaan masyarakat (komunitas setempat) yang berada di lokasi tujuan (destinasi) wisata melalui kegiatan usaha kepariwisataan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Ariyani, Nafiah, Fauzi, Akhmad, & Umar, Farhat. (2020). Model hubungan aktor pemangku kepentingan dalam pengembangan potensi pariwisata Kedung Ombo. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 23(2), 357�378.

 

Bismala, Lila, & Handayani, Susi. (2014). Model manajemen umkm berbasis analisis swot. Prosiding Seminar Nasional PB3I ITM.

 

Data, Sumber. (n.d.). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer. Sumber Data Primer.

 

HALIM, CHRISSYCA, NUGROHO, NGAJUDIN, & HUTABARAT, FAUZI AKBAR MAULANA. (2019). Analisis Komunikasi Di PT. Asuransi Buana Independent Medan. Jurnal Ilmiah Simantek, 3(1).

 

Iting, Andi. (2021). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kreativitas Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Anugrah Kecamatan Palakka Kabupaten Bone. EDUCHILD (Journal of Early Childhood Education), 1(1), 81�95.

 

Kartika, Titing, Indrianty, Septy, & Yuliani, Sonya Putri. (2017). Pengaruh Daya Tarik Wisata Pantai Gandoriah terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan di Kota Pariaman. Jurnal Sains Terapan Pariwisata, 2(3), 287�299.

 

Mayangsari, Dian, Muin, Sudirman, & Siahaan, Sarma. (2017). Persepsi masyarakat terhadap keberadaan objek ekowisata mangrove di desa pasir kecamatan mempawah hilir kabupaten mempawah. Jurnal Hutan Lestari, 5(3).

 

Mengko, Seska Meily Hermin, & Sambeka, Vesty Like. (2020). Identifikasi Potensi Objek Wisata Pulau Paniki di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. HOSPITALITY AND TOURISM, 3(2).

 

Mesra, B., Surya, Elfitra Desy, & Saragih, Megasari Gusandra. (n.d.). PARIWISATA SUPER PRIORITAS DANAU TOBA.

 

Okazaki, Etsuko. (2008). A community-based tourism model: Its conception and use. Journal of Sustainable Tourism, 16(5), 511�529.

 

Pramiyati, Titin, Jayanta, Jayanta, & Yulnelly, Yulnelly. (2017). Peran Data Primer Pada Pembentukan Skema Konseptual Yang Faktual (Studi Kasus: Skema Konseptual Basisdata Simbumil). Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer, 8(2), 679�686.

 

Rahman, Syamsul. (2018). Membangun pertanian dan pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Deepublish.

 

Rau, Arnol R., Kusen, Janny D., & Paruntu, Carolus P. (2013). Struktur Komunitas Moluska di Vegetasi Mangrove Desa Kulu, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis, 1(2), 44�50.

 

Sari, Anggraeni Wulan. (2018). Pengembangan objek wisata budaya/religi makam Sunan Drajat Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Studi Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan). UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945.

 

Suweta, I. Made. (2020). Kebudayaan Bali Dalam Konteks Pengembangan Pariwisata Budaya. Cultoure: Jurnal Ilmiah Pariwisata Budaya Hindu, 1(1), 1�14.

������

Copyright holder:

Sicilia Selvy Panelewen, Margaretha N. Warokka, Rolina Emmy Manggopa (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: