Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
12, Desember 2022
STRATEGI PENGEMBANGAN
OBJEK WISATA ALAM PULAU PANIKI DI DESA KULU KEC.WORI KAB. MINAHASA UTARA
Sicilia Selvy Panelewen, Margaretha N. Warokka, Rolina Emmy Manggopa
Politeknik Negeri Manado
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sampai sejauh mana potensi yang dimiliki oleh objek wisata Pulau Paniki dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat� Desa Kulu disamping pendapatan masyarakat setempat sebagai nelayan. Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah, menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif. Penelitian diskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang perencanaan pariwisata sehingga potensi dan pengembangan objek wisata alam di Desa Kulu, Kecamatan Wori dapat dijalankan sesuai karakteristik pariwisata dan kunjungan wisatawan ditingkatkan. Dimana metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kesatu melalui wawancara yaitu kepada Perangkat Desa, dan pelaku bisnis usaha wisata. Kedua, observasi, metode pengumpulan data yang dipakai selain metode wawancara adalah metode observasi, dimana langsung turun lapangan mengobservasi keberadaan potensi dan pengembangan objek wisata serta wisatawan di daerah ini. Ketiga, dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di objek wisata Pulau Paniki di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, Pulau Paniki memiliki daya tarik dan potensi wisata yang beragam, Ada beberapa konsep pengembangan pariwisata yang dapat diwujudkan oleh pengelola, perintah, dan masyarakat Desa Kulu dalam memajukan wisata Pulau. Berdasarkan analisis SWOT terhadap objek wisata Pulau Paniki diketahui keunggulannya adalah pemandangan indah dengan jejeran hutan mangrove dipinggir pantai disertai pasir putih yang timbul pada saat nyare merupakan salah satu faktor penunjang untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Banyak strategi yang dapat digunakan dalam upaya pengembangan objek wisata Pulau Paniki yang berada di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, salah satunya adalah menerapkan Model Communitty Based Tourism (CBT).
Kata kunci: Strategi, Pengembangan, Wisata
Abstract
This study aims to see to what
extent the potential possessed by the Paniki Island
tourist attraction can provide additional income for the people of Kulu Village in addition to the income of the local
community as fishermen. The method used in this study is to use a descriptive
method that is qualitative. Discriptive research is
carried out to get an idea of tourism planning so that the potential and
development of natural attractions in Kulu Village, Wori District can be carried out according to tourism
characteristics and tourist visits are increased. Where the data collection methods
used in this study are as follows: One through interviews, namely to village
officials, and tourism business actors. Second, observation, the data
collection method used in addition to the interview method is the observation
method, which directly goes down the field to observe the existence of
potential and development of tourist attractions and tourists in this area.
Third, documentation. Based on research conducted at Paniki
Island tourist attractions in Kulu Village, Wori District, North Minahasa
Regency, Paniki Island has diverse attractions and
tourism potentials, there are several tourism development concepts that can be
realized by the managers, orders, and people of Kulu
Village in advancing Island tourism. Based on the SWOT analysis of paniki island tourist attractions, it is known that its
advantage is the beautiful scenery with a line of mangrove forests on the edge
of the beach accompanied by white sand that arises at the time of nyare is one of the supporting factors to attract tourists to
visit. There are many strategies that can be used in efforts to develop Paniki Island tourist attractions located in Kulu Village, Wori District,
North Minahasa Regency, one of which is to apply the Communitty Based Tourism (CBT) Model. Keywords: Strategy,
Development, Tourism
Keywords:
Strategy, Development, Tourism
Pendahuluan
����������� Minat utama wisatawan datang ke suatu destinasi pariwisata di dorong oleh daya tarik dari objek itu sendiri (Kartika, Indrianty, & Yuliani, 2017). Daya tarik wisata dapat berupa kekayaan seperti adat istiadat, peninggalan sejarah dan purbakala, kesenian, monumen, upacara-upacara, serta peristiwa budaya lainnya (Sari, 2018).
����������� Keanekaragaman budaya, suku dan agama yang didukung oleh sifat yang rahma dari penduduknya merupakan salah satu potensi yang sangat besar dalam meningkatkan kemajuan pariwisata yang ada di Indonesia (Rahman, 2018). Salah satu adalah melalui program yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu lewat pembangunan Destinasi Super Prioritas yang dikenal sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selain Borobudur, Danau Toba, Likupang, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang (Mesra, Surya, & Saragih, n.d.).
����������� Dengan adanya Program ini, desa-desa yang memiliki potensi wisata yang lokasinya berada disekitar Kawasan Ekonomi Khusus mulai berbenah atau berlomba-lomba untuk mengembangkan potensi wisata yang ada didesanya, salah satunya Desa Kulu. Objek wisata andalan yang berada di Desa Kulu adalah Pulau Paniki yang muncul pada saat air surut berupa atoll atau pantai pasir putih yang panjang sehingga menarik perhatian para pengunjung.
����������� Suatu daerah yang sering didatangi karena keindahan, keunikan dan tidak dijumpai di daerah lain adalah merupakan potensi dan sebuah modal dalam pengembangan pariwisata (Suweta, 2020). Alam yang masih asri bila ditambah dengan segala fasilitas yang memenuhi kebutuhan wisatawan dapat menjadikan daerah itu sebagai suatu tempat kunjungan favorit bagi wisatawan.
����������� Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Mengko & Sambeka, 2020) menegaskan bahwa Pulau Paniki memiliki banyak Potensi dan dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk memajukan dan merumuskan strategi pengembangan dalam pengelolaan objek untuk menarik minat dan kunjungan wisatawan.
Dari uraian
diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul �Strategi Pengembangan Objek Wisata Pulau
Paniki di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara�.
Metode Penelitian
����������� Obyek penelitian adalah �Pulau Paniki� yang terletak di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Menurut (Iting, 2021) obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang ilmiah, atau natural setting.
Artinya tidak ada satupun yang berubah, pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada diobyek, dan setelah keluar dari obyek tidak
berubah.
����������� Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (Pramiyati, Jayanta, & Yulnelly, 2017). Data diperoleh melalui observasi langsung ke lokasi
penelitian dan wawancara dengan aparat desa,
pengelola objek wisata, masyarakat dan pelaku usaha yang berkaitan atau menunjang kegiatan Objek Wisata Pulau
Paniki (Data, n.d.).
����������� Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Wawancara bersifat semi terstruktur, yaitu menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya menurut (HALIM, NUGROHO, & HUTABARAT, 2019). Dari penggunaan teknik
ini diharapkan peneliti dapat menggali informasi yang lebih dalam dari
nara sumber.
����������� Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui potensi, infrastruktur pendukung dan model stategi pengembangan apa yang tepat untuk meningkatkan
daya tarik obyek terhadap tingkat kunjungan wisatawan. Dan tahapan dalam penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi potensi
yang dimiliki oleh Objek Wisata Pulau Paniki
2.
Menentukan konsep
pengembangan pariwisata
3.
Melakukan analisis SWOT
4.
Menetapkan model strategi pengembangan yang tepat untuk digunakan.������������
Hasil dan Pembahasan
Gambaran
Umum Lokasi Penelitian
����������� Desa Kulu berada di Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, Desa ini pertama
kali didirikan. pada tahun
1915 dan diresmiskan menjadi
sebuah desa secara administrasi pada tanggal 28 Oktober 1926. Kebanyakan penduduk dari Desa Kulu
berasal dari Kepulauan Siau dan Sangier dengan jumlah penduduk sebesar 1106 jiwa yang terdiri dari 382 KK (Mayangsari, Muin, &
Siahaan, 2017).
����������� Luas Desa Kulu sebesar 447 Ha yang terbagi atas 8 dusun atau jaga dengan mata pencaharian
utama adalah nelayan dan Bertani. Selain itu, ada yang berprofesi
sebagai pegawai negeri sipil dan bekerja sebagai karyawan dibeberapa perusahaan yang berada di wilayah sekitar Desa Kulu (Rau, Kusen, & Paruntu,
2013).
Gambar 1
Map Lokasi Desa Kulu
Wisata Pulau Paniki
����������� Keindahan alam Pulau Paniki
sangat memukau dan memanjakan
mata bagi pengunjung, seperti pesona keindahan laut dengan pasir
putih yang menawan ditengah-tengah lautan yang luas (pasir ini
akan muncul apabila air surut) dan keindahan hutan mangrove yang membentuk kelokan sepanjang jalan menuju ke Pulau
Paniki menambah daya tarik dan keunikan yang dimiliki oleh pulau paniki.
Pesona alam Pulau Paniki dan hutan Mangrove yang menyimpan banyak manfaat bagi kehidupan ekosistem maupun masyarakat di Desa Kulu mengakibatkan banyak desa di sekitar objek wisata
Pulau Paniki mengklaimnya sebagai milik mereka. Secara
geografis wilayah Pulau Paniki merupakan bagian dari Desa
Kulu. Pulau Paniki bisa di akses selain dari
dermaga utama yang berada di desa Kulu, bisa juga melalui desa Maliambao
dan Palaes dengan rute memutar. Adapun biaya yang dikenakan adalah sebesar Rp. 25.000 dengan menggunakan perahu kecil karena
jarak ke Pulau Paniki bisa
ditempuh dalam waktu kurang lebih
10 menit.
Gambar 2 memperlihatkan pemandangan Pulau Paniki
2. Konsep pengembangan amenitas atau fasilitas pariwisata
3. Konsep pengembangan Aksesbilitas
4. Konsep pengembangan prasarana lingkungan, dan
5. Konsep pemberdayaan masyarakat.
����������� Pengembangan
penduduk lokal dapat didasarkan atas lima kriteria utama, yaitu:
a. Memajukan tingkat hidup masyarakat
sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal.
b. Meningkatkan pendapatan dan sekaligus menditribusikannya secara merata kepada penduduk
lokal.
c. Harus
berfokus pada pengembangan
UMKM dengan daya serap tenaga kerja
dan berorientasi pada teknologi
secara tepat guna.
d. Mengembangkan semangat untuk maju dan berkoalisi secara kooperatif, dan
e. Memanfaatkan kemajuan pariwisata secara berkesinambungan dan seoptimal mungkin sebagai penyumbang tradisi budaya dengan dampak seminimal
mungkin.
����������� Berdasarkan
pengamatan langsung, wawancara dan observasi peneliti ke lapangan
dalam hal ini objek wisata
alam Pulau Paniki, dapat diperoleh
Analisis SWOT (Bismala & Handayani, 2014) sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel Analisis SWOT
Objek Wisata Pulau Paniki di Desa Kulu
Lingkungan Internal |
Lingkungan Eksternal |
Strenght (Kekuatan): 1. Memiliki pemandangan
wisata yang indah. 2. Lokasi wisata
terdapat gazebo untuk bernaung. 3. Aman sebagai
lokasi wisata. 4. Memiliki 2 dermaga
yaitu dermaga depan dengan lahan parker yang luas dan dermaga belakang tidak ada akses
parkir. 5. Tersedianya kapal
pada saat dibutuhkan dengan biaya murah. 6. Jalan aspal
menuju dermaga. 7. Banyak tempat
untuk berfoto, dan memungkinkan untuk melakukan atraksi seperti, menyelam, berenang, memancing, memungut kerrang, melakukan water
sport pada saat air surut. 8. Jaringan internet dan telekomunikasi
yang baik (untuk Xl dan Simpati). 9. Lokasi sekitar
wisata dan dipulau bersih. |
Opportunity
(Peluang) : 1. Akses jalan utama menuju Desa Kulu sangat baik dan lebar. 2. Jarak yang dekat
dengan bandara dan Kota
Manado. 3. Tersedianya jalur destinasi wisata internasional dengan dekatnya lokasi Pulau Paniki dengan Likupang sebagai daerah KEK. 4. Minat masyarakat
untuk berpariwisata
sangat tinggi. |
Weaknesses
(Kelemahan): 1. Kurangnya sarana
dan prasana (toilet). 2. Promosi atau pemasaran yang kurang, kebanyakan hanya melalui video yang diupload
oleh pengunjung. 3. Sumber air dan listrik
belum memadai. 4. Kurangnya penjualan
untuk kios air minum dan tidak adanya penjualan souvenir. 5. Tidak tersedianya
industry pendukung objek wisata berupa kerajinan tangan. 6. Kurangnya campur
tangan masyarakat Desa Kulu mengelola
objek wisata Pulau Paniki secara lebih baik dan profesional. 7. Tidak ada tempat untuk menginap 8. Kurangnya transportasi
menuju ke Desa Kulu. |
Treats
(Ancaman) : 1. Adanya objek wisata yang lebih baik dengan fasilitas
lengkap dan spot berfoto lebih banyak. 2. Dekat dengan
objek wisata unggulan Likupang sebagai daerah KEK (Pulau Lihaga dan Wisata Mangrove Desa Budo). 3. Akses jalan ke lokasi wisata
yang berbukit-bukit menyebabkan
kemungkinan longsor. 4. Jarak tempuh
yang lebih dari 1 jam menuju ke Desa
Kulu, Kecamatan Wori. 5. Kunjungan wisatawan
yang dipengaruhi oleh kegiatan
masyarakat yang gemar minum alkohol. |
Gambar 3
Pemangku Kepentingan
dalam Pariwisata (Ariyani, Fauzi, & Umar, 2020)
����������� Pariwisata harus
mampu memberikan manfaat dalam bentuk
pendapatan dan peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar Objek Wisata Pulau
Paniki, yakni masyarakat yang berada di Desa Kulu tentunya.
Untuk mewujudkan keberhasilan dari pengembangan destinasi pariwisata sebagai upaya untuk menata
kawasan, dan kondisi obyek wisata, serta
menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana pariwisata. Hal ini dapat dipenuhi oleh pemerintah Desa Kulu melalui:
a.
Pengelolaan�retribusi objek wisata berupa pembayaran
upah pungut kepada kelompok� pemungut
retribusi di objek wisata.
b.
Penyediaan�sarana transportasi menuju ke Desa
Kulu (bis), penyediaan perahu yang sudah dimodifikasi dengan fitur-fitur yang menarik dan dilengkapi dengan fasilitas pendukung lainnya, seperti: pelampung dan pancing.
c.
Penyediaan fasilitas pendukung,
seperti toilet, rumah makan, lahan untuk
yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk berjualan souvenir, dan lainnya.
Gambar 4
Potensi Pariwisata untuk Pengembangan CBT di Desa Kulu Kecamatan
Wori Kabupaten Minahasa Utara
����������� Pada prosesnya,
terdapat berbagai halangan dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata dengan model CBT di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, yaitu:
1.
Sumber�dana yang tidak mencukupi,
2.
Kurangnya�kualitas sumber daya manusia di bidang pengembangan,
3.
Kekurangsiapan�masyarakat dalam menanggapi pentingnya pengembangan pariwisata disebabkan Sebagian besar masyarakat hidup sebagai petani dan nelayan. Akibatnya inovasi dan kreasi dari pihak masyarakat
terkait pengembangan pariwisata tidak optimal,
4. Dukungan�dari pihak swasta
atau pengusaha wisata juga masih minim, khususnya investor yang mau mengembangkan potensi CBT di Desa Kulu untuk
menunjang destinasi wisata Pulau Paniki.
Kesimpulan
����������� Berdasarkan penelitian yang dilakukan di objek wisata Pulau Paniki di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Pulau Paniki memiliki daya tarik dan potensi wisata yang beragam, diantaranya daerah wisata bahari yang terdapat diatas maupun dibawah laut dan wisata alam. Wisata bahari
merupakan daya tarik wisata yang mendominasi hampir seluruh wilayah Desa Kulu, Desa Palaes dan Desa Maliambao. Keindahan laut, pasir putih yang timbul pada saat air surut (nyare menurut
masyarakat setempat) dan hutan mangrove yang terbentang sepanjang dermaga menuju Pulau Paniki sangat menakjubkan
dan memanjakan mata. Ada beberapa konsep pengembangan pariwisata yang dapat diwujudkan oleh pengelola, perintah, dan masyarakat Desa Kulu dalam memajukan wisata Pulau Paniki antara lain: (1) konsep pengembangan daya tarik wisata, (2) konsep pengembangan amenitas atau fasilitas pariwisata, (3) konsep pengembangan Aksesbilitas, (4) konsep pengembangan prasarana lingkungan, dan (5) Konsep pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan analisis
SWOT terhadap objek wisata Pulau Paniki diketahui keunggulannya adalah pemandangan indah dengan jejeran
hutan mangrove dipinggir pantai disertai pasir putih yang timbul pada saat nyare merupakan
salah satu faktor penunjang untuk menarik minat
wisatawan untuk berkunjung. Disamping itu, untuk memajukan
objek wisata Pulau Paniki di Desa Kulu harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, serta sumber daya yang menunjang agar harapan untuk menjadi salah
satu objek wisata yang memiliki daya saing dapat terwujud.
Banyak strategi yang dapat digunakan dalam upaya pengembangan
objek wisata Pulau Paniki yang berada di Desa Kulu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara, salah satunya adalah
menerapkan Model Communitty Based Tourism (CBT). Konsep ini menjelaskan bagaimana peranan dan pemberdayaan masyarakat (komunitas setempat) yang berada di lokasi tujuan (destinasi) wisata melalui kegiatan usaha kepariwisataan.
BIBLIOGRAFI
Ariyani, Nafiah, Fauzi, Akhmad, &
Umar, Farhat. (2020). Model hubungan aktor pemangku kepentingan dalam
pengembangan potensi pariwisata Kedung Ombo. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 23(2),
357�378.
Bismala, Lila, & Handayani, Susi.
(2014). Model manajemen umkm berbasis analisis swot. Prosiding Seminar
Nasional PB3I ITM.
Data, Sumber. (n.d.). Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer. Sumber Data Primer.
HALIM, CHRISSYCA, NUGROHO, NGAJUDIN, &
HUTABARAT, FAUZI AKBAR MAULANA. (2019). Analisis Komunikasi Di PT. Asuransi
Buana Independent Medan. Jurnal Ilmiah Simantek, 3(1).
Iting, Andi. (2021). Upaya Guru Dalam
Meningkatkan Kreativitas Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Anak Usia Dini di
Taman Kanak-Kanak Anugrah Kecamatan Palakka Kabupaten Bone. EDUCHILD
(Journal of Early Childhood Education), 1(1), 81�95.
Kartika, Titing, Indrianty, Septy, &
Yuliani, Sonya Putri. (2017). Pengaruh Daya Tarik Wisata Pantai Gandoriah
terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan di Kota Pariaman. Jurnal Sains Terapan
Pariwisata, 2(3), 287�299.
Mayangsari, Dian, Muin, Sudirman, &
Siahaan, Sarma. (2017). Persepsi masyarakat terhadap keberadaan objek ekowisata
mangrove di desa pasir kecamatan mempawah hilir kabupaten mempawah. Jurnal
Hutan Lestari, 5(3).
Mengko, Seska Meily Hermin, & Sambeka,
Vesty Like. (2020). Identifikasi Potensi Objek Wisata Pulau Paniki di Desa Kulu
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. HOSPITALITY AND TOURISM, 3(2).
Mesra, B., Surya, Elfitra Desy, &
Saragih, Megasari Gusandra. (n.d.). PARIWISATA SUPER PRIORITAS DANAU TOBA.
Okazaki, Etsuko. (2008). A community-based
tourism model: Its conception and use. Journal of Sustainable Tourism, 16(5),
511�529.
Pramiyati, Titin, Jayanta, Jayanta, &
Yulnelly, Yulnelly. (2017). Peran Data Primer Pada Pembentukan Skema Konseptual
Yang Faktual (Studi Kasus: Skema Konseptual Basisdata Simbumil). Simetris:
Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer, 8(2), 679�686.
Rahman, Syamsul. (2018). Membangun
pertanian dan pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Deepublish.
Rau, Arnol R., Kusen, Janny D., &
Paruntu, Carolus P. (2013). Struktur Komunitas Moluska di Vegetasi Mangrove
Desa Kulu, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Pesisir Dan Laut
Tropis, 1(2), 44�50.
Sari, Anggraeni Wulan. (2018). Pengembangan
objek wisata budaya/religi makam Sunan Drajat Dalam Meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (Studi Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan).
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945.
Suweta, I. Made. (2020). Kebudayaan Bali
Dalam Konteks Pengembangan Pariwisata Budaya. Cultoure: Jurnal Ilmiah
Pariwisata Budaya Hindu, 1(1), 1�14.
������
Copyright holder: Sicilia
Selvy Panelewen, Margaretha
N. Warokka, Rolina Emmy Manggopa (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |