Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
2, Februari 2023
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN PENAMPILAN MENGAJAR
Ali Hasan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi kerja dengan Penampilan Mengajar. Hipotesis yang diuji adalah: (1) Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan penampilan mengajar, (2) Terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan penampilan mengajar, (3) Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan penampilan mengajar.� Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Populasi adalah seluruh guru SD di Kecamatan gabus Wetan, Kabupaten Indramayu. Sampel diambil dengan teknik proporsional random sampling. Untuk menghitung validitas instrumen penelitian, menggunakan rumus Pearson Product Moment dan untuk menghitung reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil uji coba instrumen adalah sebagai berikut: kepemimpinan kepala sekolah mempunyai Inn = 0.98, motivasi kerja Inn 0,98 dan penampilan mengajar Inn = 0,97. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan penampilan mengajar. (2) Terdapat hubungan positif antara motivasi kerja guru terhadap penampilan mengajarnya. (3) Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan penampilan mengajar.� Dari hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama memberikan sumbangan yang berarti terhadap penampilan mengajar.
Kata kunci: Kepemimpinan, Motivasi Kinerja Guru, Penampilan Mengajar.
Abstract
This study
aims to determine
the relationship between
Principal Leadership and
Work Motivation with
Teaching Performance. The
hypotheses tested are: (1)
There is a positive relationship between the
principal's leadership and teaching performance,
(2) There is a positive relationship between
the motivation to excel and the
appearance of teaching, (3)
There is a
positive relationship between
the principal's leadership and
work motivation together
with the appearance
of teaching. This
research was conducted
by survey method. The
population is all
elementary school teachers
in Gabus
Wetan Subdistrict, Indramayu
Regency. Samples were
taken by proportional
random sampling technique. To
calculate the validity of the
research instrument, use
the Pearson Product Moment
formula and to calculate
reliability using
the Alpha Cronbach
formula. The results
of the instrument
trial were as
follows: the principal's leadership
had Inn = 0.98,
Inn's work
motivation 0.98
and Inn's teaching performance
= 0.97. The
results of the study
concluded that (1) There is
a positive relationship
between the principal's leadership and
teaching performance. (2) There is
a positive relationship
between a teacher's
work motivation and
his teaching performance. (3) There is
a positive relationship
between the principal's leadership and
work motivation together
with teaching performance. From
the results of the study, it
can be stated
that the leadership of the principal
and the motivation of
the teacher's work both
individually and
jointly contribute significantly
to the appearance
of teaching.
Keywords: Leadership, Teacher
Performance Motivation, Teaching
Appearance.
Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, selain manfaat bagi kehidupan manusia perubahan tersebut juga membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat (Prim Masrokan Mutohar, Jani, & MM, 2020). Agar mampu bersaing maka peningkatan kualitas manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien, salah satu modal serta usaha untuk meningkatkan kualitas adalah melalui jalur pendidikan (Warisno, 2019).
Jalur pendidikan diharapkan mampu mewujudkan manusia pembangunan yang dapat membangun manusia Indonesia seutuhnya, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Sirait, 2017).
Melalui jalur pendidikan inilah salah satu modal yang baik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang pluralis. Dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional tersebut diatas, tenaga kependidikan dalam hal ini guru sebagai salah satu ujung tombak mencerdaskan kehidupan bangsa, bertugas untuk melaksanakan kegiatan pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT. Pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan profesinya (Farikh, 2016).
Tantangan-tantangan yang harus diperhitungkan pada masa yang akan datang adalah adanya perubahan yang cukup mendasar pada berbagai sektor yaitu perubahan dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi, teknologi kekuatan menjadi teknologi canggih, ekonomi nasional menjadi ekonomi global, sentralisasi menjadi desentralisasi, bantuan kelembagaan menjadi bantuan yang saling tergantung, hierarki menjadi jaringan kerja. Tantangan yang kian hari semakin banyak tersebut jelas akan mempengaruhi dunia pendidikan umumnya dan dunia kepemimpinan kepala sekolah pada khususnya (Nasution, 2016). Fakta menunjukkan bahwa banyak sekolah-sekolah yang terpaksa harus ditutup dimana penyebabnya bukan hanya berhasilnya keluarga berencana dan mulai berkuranganya anak usia sekolah, tetapi juga disebabkan kesalahan manajemen sekolah sehingga masyarakat kurang menyukai sekolah tersebut.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin dalam mengelola sebuah lembaga pendidikan akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah. Selain ia dituntut memiliki kepemimpinan dengan segala aspeknya juga diharuskan mampu melaksanakan manajemen sekolah yang semestinya (Hasanah, 2020). Antara kepemimpinan dan manajerial kepala sekolah sering tidak dapat dipisahkan. Kepemimpinan akan menjiwai manajer dalam melaksanakan tugasnya. Tugas kepala sekolah sering dirumuskan sebagai EMASLIM, yaitu educator (pendidik), manager, administrator, supervisor, leader (pemimpin), inovator (pencipta) dan motivator (pendorong). Kepemimpinan kepala sekolah pada satuan pendidikan dalam mewujudkan tujuannya akan dapat tercapai dengan baik apabila ia mendapat dukungan dari rekan kerjanya terutama guru (pendidik), bahkan dapat dikatakan bahwa aktualisasi kepemimpinan kepala sekolah terdapat pada kinerja guru dalam melaksanakan tugas memberikan bimbingan belajar kepada siswa (Hijrawan, 2019).
Guru yang memiliki motivasi kerja dalam menekuni pekerjaan akan memberikan penampilan mengajar yang maksimal bagi guru, hal tersebut diindikasikan bahwa guru yang mempunyai motivasi kerja mampu mempersiapkan diri untuk menjadi sumber daya manusia pendidik yang siaga menghadapi kepemimpinan perubahan alam globalisasi. Menurut (Am, 2011) dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, mengatakan bahwa; guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan yang harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam hal ini guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan� (transfer of knowledge), akan tetapi juga sebagai pendidik yang mentransfer nilai-nilai (transfer of value) dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. "Dalam kondisi bagaimanapun guru dituntut mampu melaksanakan kinerjanya sebagai tenaga kependidikan yang memiliki motivasi kerja yang tinggi� (Saifullah, 2020).
Kinerja guru sangat dipengaruhi oleh kegiatan belajar mengajar setiap hari, dan kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kepemimpinan kepala sekolah. Guru sebagai pelaku terdepan dalam pelaksanaan pendidikan berperan sebagai subyek dalam melaksanakan kurikulum, proses belajar mengajar, termasuk evaluasi, pengelolaan, administrasi, pembinaan serta hubungan dengan masyarakat (Susilo & Sarkowi, 2018). Oleh karena itu, permasalahan ini perlu dikaji lebih mendalam melalui suatu penelitian. Sedangkan hasil belajar yang diharapkan dari pendidikan adalah terciptanya warga negara yang baik, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kualitas pengajaran, diduga berhubungan dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan kinerja guru, terutama motivasi kerja guru dan kepemimpinan kepala sekolah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus perhatian adalah kinerja guru karena kinerja guru merupakan faktor utama dalam menentukan kualitas guru (Russamsi, Hadian, & Nurlaeli, 2020).
Identifikasi masalah di atas, sangat luas ruang lingkupnya dalam hal factor penentu guru sebagai pengajar. Agar pembahasan lebih mendalam dan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu adanya pembatasan masalah. Untuk itu maka penelitian ini dibatasi pada beberapa variabel saja, yakni variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja guru.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru SD Negeri di Kecamatan Gabus Wetan Kabupaten Indramayu.
Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat membantu para pengelola pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SD Negeri yang ada di Kecamatan Gabus Wetan Kabupaten Indramayu, sebanyak 32 sekolah negeri. Penelitian memerlukan waktu selama tiga bulan, yakni bulan, Juni 2002 sampai dengan bulan Agustus 2002. Dalam penelitian tentang "Hubungan Kepemimpinan kepala sekolah dan Motivasi kerja Guru dengan Kinerja guru penulis menggunakan metode Deskriptif survai. Disamping metode deskriptif dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan studi kepustakaan, yang merupakan cara untuk memperoleh data dan informasi melalui sumber tertulis (Febrilyani, 2019). Populasi pada penelitian ini adalah guru SD Negeri di Kecamatan Gabuswetan, Indramayu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Gabuswetan, Kabupaten Indramayu, terdapat 32 SD Negeri dengan jumlah guru terbanyak 248 orang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 20% dari jumlah populasi yaitu 20%X248=49.6. untuk mengumpulkan data mengenai kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja guru digunakan instrument yang dikembangkan dalam bentuk kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang terperinci dan lengkap serta berisi pertanyaan tentang fakta-fakta yang dianggap dikuasai oleh responden. Terdapat tiga instrument penelitian, yaitu instrument kepemimpinan kepala sekolah, instrument kerja guru dan instrument kinerja guru. Teknik analisis data dilakukan dalam dua bagian yakni analisis deskriprif dan analisis inferensial.
Hasil dan Pembahasan
A. Deskripsi
Data
Data yang dijadikan dasar deskripsi hasil penelitian ini adalah skor kepemimpinan kepala sekolah (X₁), motivasi kerja guru(X₂) dan kinerja guru(Y). Data diolah dengan menggunakan teknik statistik deskriptif yang terdiri dari harga rata-rata, simpangan baku, modus, median dan distribusi frekuensi yang disertai grafik histogram dari ketiga variabel penelitian di atas.
1.
Kinerja
guru
Variabel
kinerja guru diukur dengan skala model Likert, berdasarkan hasil penelitian
skor yang diperoleh responden dari variabel kinerja guru yang disajikan dalam
deskripsi statistik sebagai berikut:
Tabel 1
Deskripsi Statistik Variabel Kinerja Guru (Y)
N |
Valid |
50 |
|
Missing |
0 |
Mean |
|
110.9400 |
Std. Error of Mean |
|
1.5798 |
Median |
|
112.0000 |
Mode |
|
120.00 |
Std. Deviation |
|
11.1710 |
Variance |
|
124.7922 |
Range |
|
48.00 |
Minimum |
|
85.00 |
Maximum |
|
133.00 |
Sum |
|
5547.00 |
A Multiple mode exist. The smallest value
is shown
Pencapaian skor terendah pada skor teoritik adalah 29 dan skor tertinggi 145. pada tabel di atas menunjukan bahwa skor empirik untuk variabel kinerja guru, skor tertinggi adalah 133 dan skor terendahnya 85. Sedangkan skor rata-rata terbesar 110.94, median sebesar 112, modus sebesar 120, simpangan baku sebesar 11.1710.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Data Variabel Kinerja Guru (Y)
Nomor |
Kelas Interval |
Frekuensi Absolut |
Frekuensi Relatif (dalam %) |
1 |
85-91 |
3 |
6 |
2 |
92-98 |
3 |
6 |
3 |
99-105 |
8 |
16 |
4 |
106-112 |
13 |
26 |
5 |
113-119 |
11 |
22 |
6 |
120-126 |
9 |
18 |
7 |
127-133 |
3 |
6 |
|
Jumlah |
50 |
100 |
2. Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian skor yang diperoleh responden dari variable kepemimpinan kepala sekolah pada guru SD Negeri di Kecamatan Gabus Wetan Kabupaten Indramayu disajikan dalam tabel deskripsi statistik berikut :
Tabel 3
Deskripsi Statistik Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X₁)
N |
Valid |
50 |
|
Missing |
0 |
Mean |
|
104.3400 |
Std. Error of Mean |
|
1.5760 |
Median |
|
104.5000 |
Mode |
|
98.00 |
Std. Deviation |
|
11.1440 |
Variance |
|
124.1882 |
Range |
|
48.00 |
Minimum |
|
81.00 |
Maximum |
|
129.00 |
Sum |
|
5217.00 |
A Multiple mode exist. The smallest value
is shown
Pencapaian skor terendah pada skor teoritik adalah 27 dan skor tertinggi 135. Pada tabel di atas menunjukan bahwa skor empirik untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah, skor tertinggi adalah 129 dan skor terendahnya 81. Sedangkan skor rata-rata sebesar 104.34, median sebesar 104.5, modus sebesar 98.0, simpangan baku sebesar 11.144.
3. Motivasi Kinerja Guru
Tabel 4
Deskripsi Statistik Variabel Motivasi Kerja Guru (X2)
N |
Valid |
50 |
|
Missing |
0 |
Mean |
|
107.8600 |
Std. Error of Mean |
|
2.0360 |
Median |
|
108.5000 |
Mode |
|
105.00 |
Std. Deviation |
|
14.3967 |
Variance |
|
207.2657 |
Range |
|
55.00 |
Minimum |
|
80.00 |
Maximum |
|
135.00 |
Sum |
|
5393.00 |
Pencapaian skor terendah pada skor teoritik adalah 28 dan skor tertinggi 140. Pada tabel di atas menunjukan bahwa skor empirik untuk variabel motivasi kerja guru, skor tertinggi adalah 135 dan skor terendahnya 80. Skor rata-rata setiap responden adalah 107.86 dengan rata-rata simpangan (standard deviation) adalah 14.3967,median sebesar 108.5, modus sebesar 105. Hal ini menunjukan bahwa pada umumnya responden memiliki motivasi kerja yang cukup baik.
B. Pengujian Persyaratan Statistik
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu diadakan pengujian persyaratan analisis untuk variabel X₁, X₂ dan Y. Pengujian persyaratan yang dimaksud adalah uji kenormalan,uji kehomogenan dan Uji kelinieran. Sedangkan Uji Indenpedensi kedua variable bebas tidak dilakukan karena kedua variable bebas tersebut diasumsikan telah independen.
1.
Uji
Kenormalan/Uji Normalitas
a. Uji
Normalitas Variabel Kinerja Guru (Y)
Tabel 5
Untuk Menghitung
Normalitas Variabel Kinerja Guru (Y)
Test Statistics
|
Kinerja Guru |
Chi-Square |
13.440 |
df |
25 |
Asymp. Sig. |
.971 |
Menentukan
normalitas dari variable Y dengan menghitung nilai X2 (Chi Kuadrat),
berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh X2 = 13.440 dengan
derajat kebebasan (dk) = 25, sedangkan X2 0.95 = dari table dengan
dk = 25 adalah 37.652 sehingga X2 hitung <X2 tabel.
Ini berarti variable Y berdistribusi normal.
b. Uji
Normalitas Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Tabel 6
Untuk menghitung
Normalitas Variabel Kepemimpinan (X1)
Observed |
Expected |
Residual |
|
81,00 |
1 |
1,9 |
-0,9 |
82,00 |
1 |
1,9 |
-0,9 |
87,00 |
1 |
1,9 |
-0.9 |
88,00 |
2 |
l.9 |
0,1 |
90,00 |
3 |
1,9 |
1,1 |
94,00 |
1 |
1,9 |
-0,9 |
95,00 |
2 |
1,9 |
0,1 |
97,00 |
2 |
1,9 |
0,1 |
98,00 |
4 |
1,9 |
2,1 |
100,00 |
2 |
1,9 |
0,1 |
102,00 |
2 |
1,9 |
0,1 |
104,00 |
4 |
1,9 |
2,1 |
105,00 |
3 |
1,9 |
1,1 |
106,00 |
2 |
1,9 |
0,1 |
107,00 |
1 |
1,9 |
-0,9 |
108,00 |
1 |
1,9 |
-0,9 |
109,00 |
2 |
1,9 |
0,1 |
110,00 |
2 |
1,9 |
0,1 |
112,00 |
1 |
1,9 |
-0,9 |
114,00 |
1 |
1,9 |
-0,9 |
115,00 |
3 |
1,9 |
1,1 |
116,00 |
1 |
1,9 |
0,9 |
117,00 |
2 |
1,9 |
0,1 |
118,00 |
3 |
1,9 |
1,1 |
122,00 |
1 |
1,9 |
-0,9 |
125,00 |
1 |
1,9 |
-0,9 |
129,00 |
1 |
1,9 |
-0,9 |
Total |
50 |
|
Test Statistics
|
Kinerja Guru |
Chi-Square |
12,640 |
df |
26 |
Asymp. Sig. |
.987 |
Menentukan normalitas
dari variabel X₁ dengan menghitung nilai X2 (Chi Kuadrat), berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh X2= 12.640 dengan derajat
kebebasan (dk) = 26, sedangkan
X2 0.95 = dari tabel dengan
dk= 26 adalah 38.885 sehingga
X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel. Ini berarti variabel X₁, berdistribusi normal.
2.
Uji
Linearitas
a.
Uji
Linearitas Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X₁) Terhadap Kinerja� Guru (Y)
Tabel 7
Untuk Menguji
Linearitas Antara Variable (X₁) dan (Y)
ANOVA
Model |
Sum
of Squares |
df |
Mean
Square |
F |
Sig |
1 Regression Residual Total |
5991,186 |
1 |
5991,186 |
2326,036 |
0,000 |
123,634 |
48 |
2,576 |
|
|
|
6114,820 |
49 |
|
|
|
Predictors (constant), Kepemimpinan Kepsek
Dependent Variable
: Kinerja Guru
Dari table didapat fhitung = 2326,036
sedangkan ftabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 48 dan pada
taraf signifikansi 5% adalah 4,04, ternyata:
fhitung
> ftabel
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa
pernyataan lineraritas terpenuhi atau model persamaan regresi linear dapat
diterima. Dengan demikian berarti terdapat hubungan secara linear antara
X₁ terhadap Y.
Tabel
8
Untuk
Menguji Signifikasi Koefisiensi Regresi
|
|
Unstandardized Coefficients |
|
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
Model |
|
B |
Std.Error |
Beta |
|
|
1 |
(Constant) |
7,409 |
2,159 |
|
3,432 |
0,001 |
|
Kepemimpinan Kepsek |
0.992 |
0,021 |
0,990 |
48,229 |
0,000 |
a. Dependent Variable : Kinerja guru
Dari tabel 8diperoleh
t hitung = 3.432, sedangkan pada tabel dengan taraf signifikansi 5% ternyata thitung
> ttabel, ini berarti konstanta mempunyai pengaruh yang
signifikan.
Dari tabel 8
diperoleh t hitung = 48.229, sedangkan pada tabel dengan taraf signifikansi 5%, t hitung > t tabels
ini berarti koefisien variabel X₁ mempunyai pengaruh yang signifikan. Sehingga diperoleh persamaan regresi linier sebagai
berikut:
Y=7.409 +0.992 X₁
b. Uji Linearitas Antara
Motivasi Kerja Guru (X2) Dengan Kinerja Guru (Y)
Tabel
9
Untuk
Menguji Linearitas Antara Variable (X2) Dan (Y)
ANOVA
Model |
Sum
of Squares |
df |
Mean
Square |
F |
Sig |
|
1 |
Regression Residual Total |
6046,856 67.964 6114,820 |
1 48 49 |
6046,856 1,416 |
4270,602 |
0,000 |
Predictors (constant), Motivasi Kerja
Dependent Variable
: Kinerja Guru
Dari table didapat
fhitung = 4270,602 sedangkan ftabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 48 dan pada taraf signifikansi 5% adalah 4,04, ternyata:
fhitung
> ftabel
Dari hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa pernyataan lineraritas terpenuhi atau model persamaan regresi linear dapat diterima. Dengan demikian berarti terdapat hubungan secara linear antara X2 terhadap Y.
Tabel
10
Untuk
Menguji Signifikasi Koefisiensi Regresi
Model |
Unstandardized Coefficients |
|
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
95%
Coefficient Interval For B |
|
|
B |
Std. Error |
Beta |
|
|
|
Upper Bound |
||
1 |
(Constant) |
27.713 |
1,285 |
|
21,573 |
0,000 |
|
30,296 |
|
Motivasi Kerja |
0.772 |
0,021 |
0,994 |
65,350 |
0,000 |
|
0,795 |
Dependent Variabel : Kinerja guru
Dari tabel diatas diperoleh t hitung = 21,573,
sedangkan pada tabel dengan taraf signifikansi 5% ternyata thitung >
ttabel, ini berarti konstanta mempunyai pengaruh yang signifikan.
Untuk menentukan keberartian koefisien motivasi (X2)
diperoleh t hitung = 65,35, sedangkan pada table dengen taraf signifikansi 5% ,
ternyata t hitung > t tabels, ini berarti koefisien
variable X2 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Y. Sehingga diperoleh persamaan regresi linear sebagai
berikut:
Y=27.713
+0.772 X2
c. Uji Linearitas Antara
Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Variabel Motovasi
Kerja Guru (X2) Dengan Kinerja Guru (Y)
Tabel 11
Untuk Menguji
Linearitas Antara Variable X1 , X2 dengan Y
Model |
Sum
of Squares |
df |
Mean
Square |
F |
Sig |
|
1 |
Regression Residual |
6059,992 |
2 |
3029,961 |
2594,031 |
0,000 |
54,898 |
47 |
1,168 |
|
|
||
Total |
6114,820 |
49 |
|
|
|
Predictors (constant), Kepemimpinan Kepsek, Motivasi
Kerja����������� Dependent Variable :
Kinerja Guru
Dari table didapat
fhitung = 2594,031 sedangkan ftabel dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 47 dan pada taraf signifikansi 5% adalah 3,19, ternyata:
fhitung > ftabel
Dari hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa pernyataan lineraritas terpenuhi atau model persamaan regresi linear dapat diterima. Dengan demikian berarti terdapat hubungan secara linear antara X1 dan X2 secara
Bersama- sama terhadap Y.
�Tabel
12
Untuk
Menguji Keberartian Koefisien Regresi
|
|
Unstandardized Coefficients |
|
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
95% Coefficient Interval For B |
|
|
||||||||
Model |
|
B |
Std. Error |
Beta |
|
|
|
Upper Bound |
|||||||||
1 |
(Constant) |
21,083 |
2,300 |
|
9,166 |
0,000 |
16,456 |
25,711 |
|||||||||
|
Kepemimpinan |
0,539 |
0,070 |
0,695 |
7,671 |
0,000 |
0,398 |
0,681 |
|||||||||
|
Motivasi Kerja |
0,304 |
0,091 |
0,030 |
3,345 |
0,002 |
0,121 |
0,486 |
|||||||||
Dependent Variabel : Kinerja guru
Dari tabel diatas diperoleh t hitung = 9.166,
sedangkan pada tabel dengan
taraf signifikansi 5%, ternyata t hitung
> t tabel, Ini berarti konstanta mempunyai pengaruh yang
signifikan.
3.
Pengujian
Hipotesis
Penelitian ini mengajukan tiga hipotesis yang perlu
diuji secara empirik. Ketiga hipotesis
tersebut adalah dugaan sementara tentang hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah (X₁) dan Motivasi
kerja guru (X₂) baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama terhadap kinerja guru(Y). Adapun hasil pengujian dari ketiga hipotesis itu
adalah sebagai berikut :
a. Hubungan
Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X₁) Dengan Kinerja
guru(Y)
Tabel
13
Untuk
Menguji Hubungan Antara Variabel X1 dengan Y
|
|
Kepemimpinan
Kepsek |
Kinerja Guru |
Kepemimpinan Kepsek |
Pearson Correlation |
1,000 |
0,990 |
|
Sig, (2-tailed) |
|
0,000 |
|
N |
50 |
50 |
Kinerja Guru |
Pearson Correlation |
0,990 |
1,000 |
|
Sig, (2-tailed) |
0,000 |
|
|
N |
50 |
50 |
Note: Correlation is significant at the 0,05
level (2-tailed)
Jadi jika kepemimpinan kepala sekolah makin baik
maka kinerja guru akan cenderung
semakin baik pula dan sebaliknya. Kekuatan hubungan tersebut dinyatakan oleh adanya kontribusi kepemimpinan
kepala sekolah terhadap kinerja guru
melalui koefisien determinasi r� [0.990]�= 0.9801 atau 98%. Hal ini berarti 98%
kinerja guru dapat terjelaskan oleh kepemimpinan kepala sekolah melalui
hubungan linier :
Y
= 7.409 +0.992 X₁
b.
Hubungan
Antara Motivasi Kerja Guru (X2) Dengan Kinerja Guru (Y)
Tabel
14
Untuk
Menguji Hubungan Antara Variabel X2 dengan Y
|
|
Kepemimpinan Kepsek |
Kinerja Guru |
Kepemimpinan Kepsek |
Pearson Correlation |
1,000 |
0,994 |
|
Sig, (2-tailed) |
|
0,000 |
|
N |
50 |
50 |
Kinerja Guru |
Pearson Correlation |
0,994 |
1,000 |
|
Sig, (2-tailed) |
0,000 |
|
|
N |
50 |
50 |
Note: Correlation is significant
at the 0,05 level (2-tailed)
Jadi jika motivasi kerja guru makin baik maka kinerja
guru akan cenderung semakin baik pula dan sebaliknya. Kekuatan hubungan
tersebut dinyatakan oleh adanya kontribusi motivasi kerja guru terhadap kinerja
guru melalui koefisien determinasi r� [0.994]�= 0.988 atau 98,8%. Hal ini
berarti 98,8% kinerja guru dapat terjelaskan oleh kepemimpinan kepala sekolah
motivasi kinerja melalui hubungan linier :
Y
= 27.713 +0.772 X2
c. Hubungan Antara Variabel
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Motivasi Kerja Guru (X2)
Tabel
14
Untuk
Menguji Hubungan Antara Variabel X2 dengan X2
|
|
Kepemimpinan
Kepsek |
Kinerja
Guru |
|
Kepemimpinan Kepsek |
Pearson Correlation |
1,000 |
0,988 |
|
|
Sig, (2-tailed) |
|
0,000 |
|
|
N |
50 |
50 |
|
Kinerja Guru |
Pearson
Correlation |
0,988 |
1,000 |
|
|
Sig,
(2-tailed) |
0,000 |
|
|
|
N |
50 |
50 |
Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang
signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru
sebesar 0.988. Jadi jika kepemimpinan kepala sekolah� makin baik maka motivasi kerja guru akan
cenderung semakin baik pula dan sebaliknya.
d. Hubungan Antara Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
dan Motivasi Kerja Guru (X2)
dengan Kinerja Guru (Y)
Hipotesis ketiga yakni, terdapat hubungan antara
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara� bersama-sama dengan kinerja guru. Berdasarkan
hasil perhitungan t hitung dibandingkan dengan t tabel, untuk taraf
signifikansi 5% dan dk=n-2 = 48, maka diperoleh t tabel = 2.021. Hal ini
berarti 98,74% kinerja guru dapat terjelaskan oleh kepemimpinan kepala sekolah
dan motivasi berprestasi guru melalui hubungan linier.
Y= 21,083 + 0,539 X1 + 0,304 X2
4. Analisis Korelasi Parsial
Hasil analisi menunjukan bila variable X2 yang
dikendalikan maka diperoleh koefisien korelasi parsial sebesar Ry.1.2 0.4693
dan bila X₁ yang dikendalikan, maka diperoleh koefisien parsial sebesar
Ry.2.1-0.7288. Artinya koefisien korelasi parsial antara X1,
dengan Y jika X₂ dikendalikan dan koefisien korelasi parsial antara
X₂ dengan Y jika X, dikendalikan ,kedua-duanya tidak dapat diabaikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan meskipun dilakukan pengontrolan atau
pengendalian terhadap variabel X₁ atau X₂ tetap mempunyai hubungan
yang berarti dengan kinerja guru.
5.
Pembahasan
Hasil Penelitian
Hasil penelitian
mengenai pengujian ketiga hipotesis penelitian dilakukan dari segi hasil
analisis deskriptif yang berdasarkan skor rata-rata jawaban responden dari setiap variabel
dan hasil analisis korelasi antar variable berdasarkan persamaan regresinya.
a.
Hasil
Analisis Deskriptif Skor Rata-Rata Jawaban Responden
Berdasarkan analisis deskriptif di atas secara
keseluruhan rata-rata skor
jawaban responden terhadap
variabel Kepemimpinan kepala sekolah adalah 104.34 atau 77,29 % dari skor
idealnya. Variabel motivasi kerja guru (X₂) adalah 107.86 atau 77,04%
dari skor idealnya dan variable kinerja guru (Y) adalah 110,94 atau 76,51% dari
skor idealnya.
Data ini
dapat ditafsirkan sebagai tingkat atau taraf perkembangan
ketiga variabel tersebut dengan kriteria sebagai berikut:
90%-100%����� =
sangat tinggi
80%-89%������� =
tinggi
70% -79%������ =
cukup tinggi
60% -69%������ =
sedang
50% -59%������ =
rendah
40% kebawah = sangat rendah
Memperhatikan data dan kriteria tersebut diatas,
ternyata kepemimpinankepala sekolah, motivasi kerja guru maupun kinerja guru
ketiga-tiganya berada pada taraf cukup
tinggi yakni sekitar (70% -79%).
Untuk lebih mudah, dapat dilihat pada table sebagai
berikut :
Tabel 15
Rata � Rata Skor
Jawaban Responden Pada Setiap Variabel
Variabel |
Rata-Rata |
Prosentase |
Kesimpulan |
Kepemimpinan Kepala Sekolah |
104,34 |
77,29 |
Cukup Tinggi |
Motivasi Kerja Guru |
107,86 |
77,04 |
Cukup Tinggi |
Kinerja Guru |
110,94 |
76,51 |
Cukup Tinggi |
Dari tabel
15, dapat dijelaskan bahwa; pertama, kepemimpinan kepala sekolah menurut guru tergolong baik artinya pola tindakan
kepala sekolah dalam melakukan bimbingan ,bantuan maupun pengawasan terhadap guru untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan
hasil belajar siswa telah sesuai
dengan kebutuhan guru dan situasi serta kondisi
sekolah baik dari segi hubungan
manusiawi, manajerial maupun teknis. Kedua, motivasi kerja guru tergolong cukup tinggi artinya
guru telah berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kerjanya. Ketiga, Kinerja guru
juga baik artinya kinerja yang ditampilkan guru dimuka kelas mulai
dari merencanakan, melaksanakan dan mengevalusi pembelajaran sudah baik menurut kinerja
yang di tetapkan.
b.
Hasil
Analisis Korelasi Antar Variabel
Pertama, hasil pengujian hipotesis tentang hubungan
antara kepemimpinan kepala sekolah dengan Kinerja guru berpola linear,mempunyai
arah positip dan signifikan serta memiliki koefesien korelasi r =
0.990 dan koefisien determinasi
7= 0.9801. Ini berarti
kepemimpinan kepala sekolah memberikan konstribusi sebesar
98.01 % terhadap meningkat atau menurunnya kinerja guru di kelas, yang dijelaskan oleh persamaan regresi Ŷ = 7.409
+0.992 X₁. Sisanya ditentukan oleh Adanya
hubungan fungsional yang berarti ini membuktikan bahwa kerangka berpikir yang dikemukakan di atas telah
sejalan dengan teori-teori pada
Bab II (Deskripsi Teoritis).
Dengan demikian
untuk meningkatkan kinerja guru, kepala sekolah harus memperagakan
kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan guru dan kondisi serta situasi
sekolah. Kedua, hasil pengujian hipotesis tentang hubungan antara motivasi kerja guru dengan Kinerja guruberpola
linier, mempunyai arah positif dan signifikan serta memiliki koefisien korelasi r = 0.994 dan kcefesien determinasi r=0.9880, ini berarti motivasi
kerja guru memberikan konstribusi sebesar 98.80 % terhadap meningkat atau menurunnya kinerja guru di kelas yang dijelaskan oleh persamaan regresi Ŷ = 27.713 + 0..772
X₂. Sisanya ditentukan
oleh faktor lain. Adanya hubungan fungsional yang berarti antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru menunjukkan bahwa guru selalu berkeinginan melakukan sesuatu yang terbaik, mempunyai harapan untuk sukses, memiliki
tanggung jawab pribadi, memiliki semangat kerja yang tinggi dan berorientasi ke masa depan.
Keinginan untuk bekerja lebih baik
yang mengacu pada standar keunggulan dan berkaitan dengan prestasi kerja sendiri maupun
orang lain. Memacu guru untuk
bekerja lebih giat dan tekun. Motivasi kerja sebagai faktor internal merupakan modal utama untuk mencapai kepuasan kerja. Guru yang memiliki motivasi kerja tinggi memperlihatkan
tanggung jawab pribadi serta rasa percaya yang tinggi serta menyadari bahwa dengan kemampuan
yang dimilikinya dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan penuh tanggung jawab, karena ia
merasa pekerjaan bermakna dan memiliki diri target atau tujuan.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian (Alshmemri,
Shahwan-Akl, & Maude, 2017), (Casey, 2014), (Wood, 2015) yang kesemuanya
menyimpulkan bahwa motivasi kerja guru yang tinggi akan muncul
bila pekerjaannya bermakna, memiliki tujuan, berharga, memiliki kontrol yang wajar memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan kerja, memberikan pengalaman dan tanggung jawab pribadi serta hasil
kepadanya.
Adanya hubungan
antara motivasi kerja guru dengan kinerja gurunya menunjukkan bahwa ada kesesuaian dengan teori yang dikemukakan dalam kajian pustaka pada Bab II serta kerangka berfikir yang telah diajukan. Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa untuk meningkatkan
kinerja guru agar lebih baik, maka motivasi
kerjanya perlu diperhatikan. Dalam hal ini kepala
sekolah selaku atasan langsung dari guru harus dapat memupuk dan memelihara motivasi kerja guru agar tetap tinggi.
Ketiga, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa antara kepemimpinan
kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama dengan kinerja guru juga berpola linear, mempunyai arah positif dan signifikan serta memiliki koefisien korelasi ganda R = 0.9937 dan koefisien determinasi R� =
0.9874. Ini berarti kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara Bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 98.74 % terhadap meningkat atau menurunnya kinerja guru di kelas.
Bila dibandingkan
dengan koefisien determinasi masing-masing variable bebas
(X₁ dan X2) terhadap variabel
terikat (Y), tampak terhadap perbedaan. Dalam hal ini Kinerja gurulebih baik, bila didukung
oleh kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan motivasi kerja guru itu sendiri juga baik dibandingkan dengan hanya salah satu saja yang baik. kekuatan hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama dengan Kinerja guru terjelaskan
oleh persamaan regresi Y =
21.083 +0.539 X₁ + 0.304 X₂.
Temuan ini telah memberikan dukungan pendapat (Gibson, 2007) yang mengemukakan
bahwa penampilan merupakan fungsi perkalian antara motivation (M)
dan ability (A) atau kemampuan.
Kepemimpinan kepala sekolah diartikan sebagai upaya meningkatkan
kinerja guru, kepala sekolah dituntut dapat mewujudkan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dan berupaya memupuk motivasi kerja guru agar tetap tinggi.
Kesimpulan
Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru yang dijelaskan dengan koefisien korelasi sebesar 0,990 dan kontribusi kepemimpinan kepala sekolah sebesar 98.01 % melalui persamaan Y= 7.409 + 0,992 X₁. Hal ini berarti meningkat
atau menurunnya satu unit kepemimpinan kepala sekolah akan diikuti kenaikan
atau penurunan kinerja guru rata-rata sebesar
0,992. Terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kinerja guru yang dijelaskan dengan koefisien korelasi sebesar 0,994 dan kontribusi motivasi kerja sebesar 98.80 % melalui Y= 27.713
+0,772 X₂. Hal ini berarti
meningkat atau menurunnya satu unit motivasi kerja guru akan diikuti kenaikan
atau penurunan kinerja guru rata-rata sebesar
0,772.
Secara bersama-sama terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru yang dijelaskan dengan korelasi ganda sebesar 0,9937. Kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru bersama-sama dengan Kinerja guru sebesar 98.74 % melalui persamaan regresi Y = 21,083 +
0,539 X₁ + 0,304 X₂. Kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama memberikan konribusi yang berarti terhadap penampilan mengajar. Dilihat dari kontribusi
yang diberikan oleh kepemimpinan
kepala sekolah 98.01 % dan motivasi kerja guru 98,80 % terhadap penampilan mengajar, maka kontribusi yang lebih diberikan oleh motivasi kerja guru, walaupun perbedaannya relatif kecil.
Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru apabila variabel motivasi kerja guru dikontrol ternyata masih cukup kuat yang dijelaskan oleh koefisien korelasi parsial sebesar 0,4693. Hasil analisis deskriptif rata-rata skor untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah 104,34 atau sama dengan 77.29 % dari skor idealnya.
Rata-rata skor untuk variabel motivasi kerja guru 107.86 atau sama dengan 77.04 % dari skor idealnya.
BIBLIOGRAFI
Alshmemri, Mohammed, Shahwan-Akl, Lina, & Maude,
Phillip. (2017). Herzberg�s two-factor theory. Life Science Journal, 14(5),
12�16.
Am, Sardiman. (2011). Interaksi dan
motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Casey, Rickey Jon. (2014). An Empirical
Study of the Hackman and Oldham Model of Motivation In Nicaragua, Guatemala,
Mexico, Costa Rica, Belize, Honduras, El Salvador and the United States. Journal
for Excellence in Business & Education, 3(2).
Farikh, Amin. (2016). Kesiapan Guru Madrasah
di Kota Semarang Dalam Menghadapi Pelaksanaan Ppg. Wahana Akademika: Jurnal
Studi Islam Dan Sosial, 2(1), 1�19.
Febrilyani, Gita. (2019). Tanggung Jawab
Dokter Atas Kelalaian Dalam Diagnosa Penyakit Yang Mengakibatkan Kerugian Bagi
Pasien Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Jo Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. bandung:
Fakultas Hukum Unpas.
Gibson, James L. (2007). Organisasi dan
manajemen, perilaku, struktur, proses, terjemahan: Djoerban wahid. Erlangga.
Jakarta.
Hasanah, Siti Muawanatul. (2020).
Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran di era pandemi
covid 19. INCARE, International Journal of Educational Resources, 1(3),
256�279.
Hijrawan, Radia. (2019). Kepemimpinan
Kepala Sekolah Pada Satuan Pendidikan Islam Dalam Upaya Meningkatkan
Profesionalisme Guru. Jurnal Kepemimpinan Dan Pengurusan Sekolah, 4(1),
69�82.
Nasution, Efrizal. (2016). Problematika
pendidikan di Indonesia. Mediasi, 8(1).
Prim Masrokan Mutohar, M. Pd, Jani, H.,
& MM, M. Pd. (2020). Mutu dan Daya Saing Pendidikan Tinggi: Tinjauan
Kepemimpinan, Layanan, Budaya Akademik, dan Kinerja. Penerbit CAHAYA ABADI.
Russamsi, Yunus, Hadian, Hanhan, &
Nurlaeli, Acep. (2020). Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan peningkatan
profesional guru terhadap kinerja guru di masa pandemi Covid-19. MANAGERE:
Indonesian Journal of Educational Management, 2(3), 244�255.
Saifullah, Saifullah. (2020). Determinasi
Motivasi dan Kinerja Guru Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kompetensi
Profesional Guru (Studi Kasus di SMAN Negeri 1 Kota Bima) Literature Review
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial,
1(2), 600�621.
Sirait, Sheilla Chairunnisyah. (2017).
Tanggung Jawab Pemerintah Untuk Memberikan Pendidikan Kepada Anak Terlantar
Dalam Perspektif Undang-Undang Perlindungan Anak. De Lega Lata: Jurnal Ilmu
Hukum, 2(1), 158�182.
Susilo, Agus, & Sarkowi, Sarkowi.
(2018). Peran Guru Sejarah Abad 21 dalam Menghadapi Tantangan Arus Globalisasi.
Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah, 2(1), 43�50.
Warisno, Andi. (2019). Pengembangan sumber
daya manusia dalam peningkatan mutu lulusan pada lembaga pendidikan islam di
kabupaten. Riayah: Jurnal Sosial Dan Keagamaan, 3(02), 99�113.
Wood, Van R. (2015). Organizational
Commitment and International Competitiveness. Proceedings of the 1989
Academy of Marketing Science (AMS) Annual Conference, 132�137. Springer.
Copyright holder: Ali
Hasan (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |