Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
8, No.2, Februari 2023
ANALISIS PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR PARIWISATA DI
KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL (KSPN) RUPAT,
KABUPATEN BENGKALIS, PROVINSI RIAU
Baiq Rizky Fatmasari, Agustian Harahap, Amelya Navratilova, Isabella
Andjanie, Lintang Annisa
Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Rupat merupakan salah satu dari 16 pulau
utama di Kabupaten Bengkalis, Riau, yang memiliki potensi wisata yang luar biasa sehingga
ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional melalui Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011. Namun, setelah hampir lebih dari satu
dekade ditetapkan menjadi salah satu kawasan strategis, perkembangan pariwisata di Pulau Rupat belum
menunjukkan pertumbuhan
yang siginifikan. Tujuan utama penilitian ini adalah untuk
menganalisis perkembangan
dan ketersediaan infrastruktur
pariwisata yang dapat menggambarkan penyebab sektor pariwisata yang kurang berkembang di KSPN Pulau Rupat. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis berrdasarkan review
literature terhadap data sekunder
yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Hasil dari analisis menunjukkan
infrastruktur pariwisata di
Pulau Rupat yang mencakup aksesibilitas, prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata masih belum memadai untuk mendukung
kegiataan sektor pariwisata baik dari segi ketersediannya
maupun kondisi yang ada.
Kata Kunci: aksesibilitas; fasilitas pariwisata; fasilitas umum; infrastruktur pariwisata; prasarana umum; pulau rupat
Abstract
Rupat is one of the 16
main islands in Bengkalis Regency, Riau, which has
extraordinary tourism potential so that it was designated as a National Tourism
Strategic Area through Government Regulation Number 50 of 2011. Strategically,
tourism development on Rupat Island has not shown
significant growth. The main purpose of this research is to analyze
the development and availability of tourism infrastructure that can describe
the causes of the underdeveloped tourism sector in Rupat
Island. The research method used in this study is a qualitative descriptive
method using analysis based on a literature review of secondary data collected
from various sources. The results of the analysis show that the tourism
infrastructure on Rupat Island which includes
accessibility, public infrastructure, public facilities, and tourism facilities
is still inadequate to support tourism sector activities both in terms of
availability and existing conditions.
Keywords: accessibility; public
facilities; public infrastructure; rupat island;
tourism facilities; tourism infrastructure
Pendahuluan
Pulau Rupat merupakan
salah satu dari 16 pulau utama di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, dimana pantai dengan hamparan
pasir putih sepanjang 17 kilometer
mulai dari desa Teluk Rhu,
Tanjung Samak (Rupat Utara) sampai dengan Sungai Cingam (Rupat) ini sering
juga disebut sebagai pulau harapan oleh masyarakat setempat. Pulau Rupat memiliki
luas wilayah 1.524 km dan terdiri
dari 2 kecamatan yaitu Rupat dan Rupat Utara. Pulau Rupat merupakan salah satu pulau terluar
Indonesia yang berbatasan langsung
dengan Malaysia dan berhadapan
dengan perairan internasional yang sangat ramai, yaitu selat Malaka
sehingga menjadikan posisinya sangat strategis. Pada tahun 2011 Rupat terpilih menjadi salah satu dari 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional. Ditetapkan
nya Rupat menjadi salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional tentunya bukan tanpa alasan yang jelas. Potensi wisata bahari yang luar biasa menjadikan
Pulau Rupat sebagai destinasi wisata yang seharusnya layak dibanggakan. Adapun potensi wisata yang ada di Pulau Rupat
anatara lain:
Tabel 1
Potensi Daya Tarik Wisata Pulau Rupat
No |
Nama Daya Tarik Wisata |
Jenis |
Lokasi |
1. |
Pantai Pesona |
Wisata alam |
Rupat Utara |
2. |
Pantai tanjung lapin |
Wisata alam |
Desa Tanjung Punak Kecamatan Rupat Utara |
3. |
Pantai Pasir Putih |
Wisata alam |
Rupat utara |
|
Pantai tanjong Punak |
Wisata alam |
Rupat utara |
4. |
Pulau beting aceh |
Wisata alam |
Rupat utara |
5. |
Pantai makeruh |
Wisata alam |
Rupat utara |
6. |
Pantai Ketapang |
Wisata alam |
Desa Sungai Cingam, Pulau Rupat, Kecamatan Rupat |
7. |
Hutan mangrove |
Wisata alam |
Rupat utara |
8. |
Tarian KAT suku akit |
Wisata Budaya |
Rupat utara |
9. |
Makam putri Sembilan |
Wisata Budaya |
Rupat utara |
10. |
Mandi safar |
Wisata Buatan |
Rupat utara |
11. |
Festival Pantai rupat |
Wisata Buatan |
Rupat utara |
�Sumber : RIPPARKAB Bengkalis Tahun 2020
Dengan keindahan dan ragam
potensi wisata yang ada di Pulau Rupat
serta terpilihnya Rupat menjadi salah satu KSPN tidak serta merta membuat
sektor pariwisata di Pulau Rupat berkembang.
Hal tersebut tergambarkan dari jumlah wisatawan
yang berkunjung ke pulau rupat masih
tergolong rendah, dimana pada Tahun 2021 jumlah kunjungan hanya sebesar 31.695 orang. (Sumber
: data dinas pariwisata,
kebudayaan, kepemudaan dan olahraga Kabupaten Bengkali) Rendahnya jumlah kunjungan wisatawan disuatu kawasan wisata dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengembangan infrastruktur pariwisata yang belum maksimal. Sejumlah penelitian empiris menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur menjadi determinan utama dalam menarik
wisatawan (Gearing, Swart, & Var,
1974); McElroy, 2003; (Seetanah et al., 2011). (Ritchie & Crouch,
2003) mengemukakan bahwa kesan pertama
kunjungan wisatawan mempengaruhi tingkat jumlah pengunjung dikawasan tersebut dan dalam hal ini
ketersediaan infrastruktur
yang memadai menjadi salah satu faktor penting
untuk membentuk pengalaman wisatawan yang berkunjung pada suatu kawasan wisata. Hal ini membuat peran
infrastruktur menjadi
sangat penting karena dengan pengembangan infrastruktur dan sistem infrastruktur yang tersedia, akan dapat mendorong
perkembangan sektor pariwisata. Oleh karean itu, diperlukan penelitian tentang perkembangan dan ketersediaan infrastruktur yang dapat menjelaskan gambaran penyebab sektor pariwisata yang kurang berkembang di KSPN Pulau Rupat.
Infrastruktur merupakan salah satu komponen penting
dalam pembangunan pariwisata. Stone dalam (Kodoatie, 2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi
pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.� Bila dikaitkan dengan pariwisata, dimana menurut UU No. 10 Tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah, maka infrastruktur pariwisata dapat didefinisikan sebagai faslitas dan prasarana yang berfungsi untuk mendukung dan memberikan pelayanan kepada wisatawan sehingga kegiatan pariwisata dapat berjalan dengan baik.
(Ritchie & Crouch,
2003) dalam bukunya yang berjudul �The
Competitive Destination (A Sustainable Tourism Perspective)� mengatakan bahwa sebuah destinasi wisata akan memiliki
daya saing yang unggul apabila memiliki infrastruktur yang baik. Prideaux (2009) mengungkapkan bahwa
suatu kawasan perlu mengembangkan berbagai infastruktur yang mempengaruhi wisatawan seperti layanan penerbangan, jaringan air bersih, pasokan listrrik konsisten, fasilitas kesehatan dengan standar yang tinggi, fasilitas keamanan dan keselamatan pengunjung, staf dengan standar layanan yang tinggi dan akses internet serta teknologi komunikasi seluler. Oleh karean itu, infrastruktur yang memiliki daya saing
harus memberikan kondisi yang efektif dan efisien bagi wisatawan
dalam melakukan aktivitas wisata dengan menciptakan pelayanan dan fasilitas yang terpercaya, bersih, aman, dan sebagainya. Hal ini membuat pembangunan
infrastruktur menjadi isu utama yang harus dibenahi oleh destinasi - destinasi yang bercita-cita mengembangkan destinasi pariwisata berdaya saing internasional.
Dalam Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2011, disebutkan
bahwa arah pembangunan kepariwisataan nasional dalam pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) meliputi : (i) Perwilayahan Pembangunan DPN;
(ii) Pembangunan Daya Tarik Wisata;
(iii) Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata;
(iv) Pembangunan Prasarana Umum,
Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata; (v) Pemberdayaan Masyarakat melalui Kepariwisataan; dan (vi) pengembangan
investasi di bidang pariwisata. Hal ini berarti pengembangan infrastruktur yang mencakup aksesibilitas, prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata menjadi salah satu komponen utama
yang diprioritaskan dalam pembangunan pariwisata Indonesia.
Hal ini sejalan dengan pernyataan (Abdullah, Razak, &
Jaafar, 2014) yang menjelaskan bahwa pembangunan dan penyediaan infrastruktur pariwisata dipandang sebagai prasyarat untuk menjadi tujuan
wisata populer, dimana destinasi wisata yang menarik tidak hanya mengandalkan
sumber daya alamnya, tetapi juga infrastruktur dan fasilitas yang tersedia. Selain itu, ketersediaan infrastruktur juga akan mendukung pertumbuhan usaha � usaha pariwsata
disekitar kawasan daya tarik wisata
baik oleh masyarakat lokal maupun investor dari luar.� Dalam penelittian yang dilakukan oleh (Lerner & Haber, 2001) juga menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur dianggap sebagai salah satu faktor kunci dalam
mengembangkan usaha pariwisata. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh Jovanovic dan Ivana (2016) juga menyimpulkan bahwa tingkat pembangunan
infrastruktur pariwisata
yang lebih tinggi dapat berkontribusi pada peningkatan efisiensi produksi dan distribusi layanan pariwisata, dan dalam beberapa kasus berkontribusi pada peningkatan pasokan layanan pariwisata di destinasi wisata terpencil.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif menggunakan analisis perbandingan kondisi objek penelitian
dengan kondisi ideal yang diharapkan berdasarkan review
literature. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terselidiki (Nazir, 2014).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang dikumpulkan dari berbagai sumber antara lain Dinas Pariwisata,Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Bengkalis, Badan Pusat Statistik, dan dinas terkait lainnya. Data tersebut dianalisis sesuai fokus penelitian yang mengacu pada kondisi dan ketersediaan infrastruktur di Pulau Rupat, Kab. Bengkalis, yang mecankup: aksesibilitas (jaringan jalan dan transportasi); prasarana umum (jaringan listrik, air bersih, dan telekomunikasi); fasilitas umum (fasilitas kesehatan, keamanan, perbankan, perdagangan, dan peribadatan); dan fasilitas pariwisata (fasilitas akomodasi, makan dan minum, serta penunjang wisata). Fokus penelitian ini sesuai dengan komponen infrastruktur yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011, dimana komponen infrastruktur tersebut merupakan bagian dari arah pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional.
Hasil
dan Pembahasan
A. Aksesibilitas
1. Jaringan Jalan
Jaringan jalan dalam
pariwisata merupakan prasarana transportasi yang berfungsi menghubungkan daerah asal wisatawan
dengan dearah tujuan wisata. Selain itu jaringan
jalan juga menghubungkan antar daya tarik
wisata yang berada didalam maupun diluar suatu kawasan
wisata sehingga kondisi jaringan jalan suatu wilayah akan berpengaruh terhadap kelancaran dan kemudahan serta waktu tempuh wisatawan
dalam menjangkau suatu daya tarik
wisata. Kondisi jaringan jalan yang buruk merupakan salah satu permasalahan yang ada di Pulau Rupat.
Seperti terlihat pada Tabel 2, kondisi permukaan jalan darat di sebagian besar ruas jalan
di Pulau Rupat belum berjenis aspal atau beton,
bahkan ada yang masih berupa jalan
tanah. Kondisi jaringan jalan yang buruk tersebut akan mengurungkan niat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata
Pulau Rupat.
Tabel 2
Ruas Jalan Utama
di Pulau Rupat
Ruas
Jalan |
Jenis Permukaan
Jalan |
Panjang
Jalan |
Tanjung Kapal - Batu Panjang |
Beton Standar |
15 km |
Sukarjo Mesim � Kadur |
Beron Rigit |
42.7 km |
Terkul - Sukarjo Mesim |
Diperkeras (kerikil, batu, dll) |
13 km |
Kadur Tanjung Punak |
Diperkeras (kerikil, batu, dll) |
7 km |
Pangkalan Nyirih � Sukadamai |
Diperkeras (kerikil, batu, dll) |
62 km |
Titi Akar - Muara Sungai Simpur |
Tanah |
11 km |
Sumber : Dinas Pariwisata,Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Bengkalis
2. Transportasi
Transportasi merupakan salah satu kompenen terpenting
dalam infrastruktur pariwisata. Mitchniak (2015), menyatakan
infrastruktur dan aksesibilitas
transportasi merupakan prasyarat penting dalam pembangunan ekonomi daerah dan juga menjadi faktor yang mempengaruhi wisatawan dalam menentukan daerah tujuan wisata.
Wisatawan semakin mudah untuk bepergian
dan berkunjung kesuatu destinasi wisata karena tersedianya berbagai moda transportasi.
Secara umum moda transportasi dapat dibagi menjadi
tiga kategori yaitu transportasi darat, laut dan udara.
Pulau Rupat yang berbatasan dengan perairan Kota Dumai di sebelah barat menjadikan kota ini sebagai
pusat transit terhadap akses menuju Pulau
Rupat. Hal ini memberikan wisatawan beberapa kemudahan pilihan transportasi menuju Pulau Rupat.
Kota Dumai sendiri mempunyai Terminal Dumai yang merupakan terminal Tipe A, dimana terdapat 8 Agen Travel yang melayani trayek Kota Dumai � Rupat Utara. Pembangunan jalan tol Pekanbaru � Dumai yang telah beroperasi sejak akhir September 2020 menjadi
salah satu bentuk kemudahan aksesibilitas jalan darat yang dapat menjangkau target wisatawan dari Kota Pekanbaru. Untuk moda transportasi laut, terdapat Pelabuhan Dumai yang menghubungkan ke Pelabuhan Batu Panjang di Kecamatan
Rupat dan Pelabuhan Tanjung
Medang di Kecamatan Rupat Utara. Selain itu, sarana pelabuhan
rakyat ditemui hampir di semua desa pesisir Pulau
Rupat. Transportasi laut dari Pelabuhan Dumai ke Pelabuhan Batu Panjang menggunakan Kapal Roro dengan jadwal tetap
setiap harinya dan waktu tempuh � 30 menit. Dari Pelabuhan Batu Panjang wisatawan
dapat melanjutkan perjalanan melalui jalur darat selama
� 3 jam jika ingin menuju kawasan wisata yang ada di Kecamatan Rupat Utara. Pilihan lebih mudah
disediakan dengan kapal speed boat dari
Pelabuhan Dumai langsung menuju Pelabuhan Tanjung Medang dengan waktu
tempuh sekitar 3 jam. Aksesibilitas dari sisi transportasi udara di Pulau Rupat masih bertumpu
pada pengoperasian Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru.
Dari bandara yang ada, wisatawan harus melanjutkan perjalanan melalui jalur darat
ke Kota Dumai dan lanjut dengan jalur
laut ke Pulau
Rupat.
B. Prasarana Umum
1.
Jaringan Listrik
Ketersediaan jaringan suplai listrik di Pulau Rupat masih
tergolong memadai, dimana berdasarkan data dari RIPPARKAB Kab. Bengkalis Tahun 2020 menyebutkan bahwa Pulau Rupat memiliki
daya mampu hingga 10 MW dan beban puncak 6.6 MW sehingga terdapat surplus daya sebesar 3.4 MW.� Adanya surplus daya yang tergolong besar ini merupakan bukti
bahwa pengembangan Pulau Rupat sebagai
suatu kawasan industri pariwisata belum benar � benar
dilakukan dan usaha � usaha pariwisata belum banyak berkembang.�� Hal ini tentunya juga merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan fasilitas atau usaha pariwisata
dalam mendukung Pulau Rupat sebagai
salah satu Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional.
2.
Jaringan Air Bersih
Air bersih merupakan hal yang sangat krusial bukan hanya untuk
kepentingan kegiatan wisata tetapi untuk
kebutuhan dasar masyarakat Pulau Rupat juga. Sarana air bersih
yang disediakan oleh pemerintah
belum dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat Pulau Rupat. Pada umumnya sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat di Pulau Rupat adalah air hujan dan air tanah dimana infrastruktur penampungan air hujan biasanya dimiliki langsung oleh penduduk. Berdasarkan hasil penelitian (Rosmiatin, 2018), menyimpulkan bahwa untuk mempermudah
kebutuhan air bagi masyarakat dan pengunjung, pemerintahan kecamatan berupaya mensingkronkan dengan pihak pusat
melalui pembangunan Program
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS) di setiap desa, akan tetapi PAMSIMAS yang dibangun tidak terawat dengan baik.
3.
Jaringan Telekomunikasi
Berdasarkan data dari BPS Kab. Bengkalis tahun 2021, jaringan prasarana telekomunikasi di Pulau Rupat dilengkapi
dengan 31 menara telepon seluluer yang tersebar di seluruh desa yang ada di kawasan ini. Namun,
jaringan telokumikasi tersebut belum cukup baik dalam
memberikan layanan komunikasi kepada masyarakat. Dimana sesuai dengan data dari BPS Kab. Bengkalis tahun 2021, masih terdapat beberapa desa di Pulau Rupat
yang masih memakai jenis sinyal seluler
ataupun layanan internet
3G. Desa atau kawasan yang sudah memiliki sinyal seluler 4G juga memiliki hambatan akibat kekuatan sinyal yang masih lemah. Peran infrastruktur telekomunikasi sangatlah penting dalam memberikan kemudahan akses dan pelayanan informasi bagi masyarakat maupun wisatawan. Dengan keterbatasan akses jaringan telekomunikasi di Pulau Rupat akan berdampak
pada kegiatan ekonomi dan efektivitas promosi pariwisata yang pada saat sekarang ini sangat tergantung pada media internet.
4.
Faislitas Umum
Fasilitas umum merupakan
fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum guna mendukung
masyarakat dalam kegiatannya sehari � hari. Selain digunakan
oleh masyarakat setempat, fasilitas umum ini juga akan mendukung
aktivitas wisatawan saat berwisata di Pulau Rupat. Jenis
fasilitas umum pendukung pariwisata terdiri dari fasilitas
kesehatan, fasilitas keamanan, fasilitas perbankan, fasilitas perdagangan, dan fasilitas peribadatan.
Pulau Rupat merupakan
salah satu pulau terluar Indonesia sehingga fasilitas umum yang tersedia juga terbatas dan kurang memadai. Fasilitas kesehatan yang tersedia di Pulau Rupat hanya didukung
oleh dua buah Puskesmas
yang terletak di kecamatan Rupat dan Rupat Utara. Keberadaan Rumah sakit hanya terdapat
diluar Pulau Rupat yaitu RSUD Kota Dumai dan RSUD Kab. Bengkalis yang mana membutuhkan waktu lebih untuk
mencapai rumah sakit tersebut. Untuk fasilitas perbankan, hanya terdapat Bank Kepri Riau dan Bank
BRI yang beroperasional. Keberadaan
ATM di sekitar daya tarik wisata juga tidak ada yang mengakibatkan wisatawan harus mempersiapkan uang yang cukup ketika mengunjungi
kawasan wisata Pulau Rupat.
Sarana ibadah yang
terdapat terdapat di Pulau Rupat menggambarkan
keragaman agama yang dianut
oleh masyarakat yaitu ada gereja, wihara,
musholla dan masjid. Tempat-tempat
ibadah ini umumnya dalam keadaan sangat baik dan juga sudah terdapat Masjid Raya yang dapat dikategorikan cukup besar. Sementara itu, fasilitas perdagangan seperti komplek pertokoan, pasar umum dan pasar desa juga tersedia di Pulau Rupat.
Ketersediaan fasilitas keamanan di Pulau Rupat tergolong tidak memadai bahkan
bisa dibilang tidak ada. Berdasarkan
data dari BPS Kab. Bengkalis tahun 2021, sama sekali tidak
terdapat rambu � rambu dan jalur evakuasi bencana serta sistem peringatan
dini bencana alam di Pulau Rupat.
Mengingat keamanan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi niat kunjungan wisatawan maka penyediaan fasilitas keamanan sangatlah penting dikawasan wisata.
C. Fasilitas Pariwisata
1.
Fasilitas Akomodasi
Yang dimaksud dengan akomodasi adalah sarana untuk menyediakan
jasa pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa
lainnya, sedangkan klasifikasi dan manajemen pengelolaanya dapat dibedakan sesuai dengan tingkat standar dan kualitasnya seperti: hotel bintang & non bintang, hotel melati, penginapan (losmen), guest
house, dan apartemen yang memiliki
pangsa pasar tersendiri (Isdarmanto, 2017). Dengan adanya
fasilitas akomodasi maka wisatawan dapat menginap dan menghabiskan waktunya lebih lama di suatu kawasan wisata. Hal ini membuat wisatawan
dapat mengeksplorasi tempat ataupun daya tarik wisata
lebih banyak. Selain itu, manfaat
ekonomi juga akan lebih dirasakan karena pengeluaran wisatawan akan semakin besar akibat
waktu yang dihabiskan dalam aktivitas wisata lebih lama.
Ketersediaan akomodasi di Pulau Rupat masih
tergolong minim, dimana berdasarkan data dari BPS Kabupaten Bengkalis pada tahun 2021, jumlah akomodasi di Kecamatan Rupat dan Rupat Utara hanya berjumlah 23 penginapan. Jenis akomodasi tersebut berupa hotel non bintang seperti wisma dan homestay dengan standar dan pelayanan yang terbatas. Minimnya kualitas dan jenis akomodasi yang ditawarkan dapat mengakibatkan wisatawan tidak mau berlama
� lama berwisata dan bahkan
menurunkan keinginan untuk berwisata di Pulau Rupat.
Tabel 3
Jumlah Akomodasi di Pulau Rupat
Tahun 2017 � 2021
Tahun |
Hotel
Bintang |
Hotel
Non Bintang |
2017 |
- |
15 |
2018 |
- |
15 |
2019 |
- |
17 |
2020 |
- |
18 |
2021 |
- |
23 |
������������������������������������ Sumber :
BPS Kab. Bengkalis, 2017 -
2021
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
pembangunan fasilitas penginapan bagi wisawatawan dari tahun 2017 hingga 2021 terjadi peningkatan pada sisi hotel non bintang. Namun peningkatan jumlah akomodasi yang ada masih tergolong
belum signifikan, terutama peningkatan yang terjadi hanya pada sisi jenis hotel non bintang saja. Pembangunan hotel bintang di Pulau Rupat belum ada
sama sekali, dimana hal ini
mengindikasikan belum adanya usaha pemerintah
dalam menarik dan merangkul pihak swasta ataupun investor dalam menanamkan modalnya dikawasan wisata Pulau Rupat.
Mengingat bahwa kawasan wisata Pulau Rupat memiliki
potensi pariwisata yang cukup besar untuk
dikembangankan, mulai dari potensi wisata
alam pesisir yang indah disekitar kawasan wisata hingga potensi budaya yang masih melekat di dikehidupan masyarakat sekitar.
2. Fasilitas Makan dan Minum
Menurut (Soekresno,
2001), Restoran
adalah suatu usaha komersial yang menyediakan jasa pelayanan makan dan minum bagi umum
dan dikelola secara
professional. Dari tabel 4 dapat
dilihat bahwa fasilitas makan dan minum yang ada di kawasan wisata Pulau Rupat masih
tergolong kurang, terutama di Kecamatan Lipat Utara yang sebagian besar daya tarik
wisata berada di kawasan wisata ini. Kurangnya ketersediaan jasa makanan dan minuman ini tentunya akan
berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada wisatawan yang datang. Penyediaan fasilitas jasa makan dan minum sangat dibutuhkan oleh kawasan wisata karena pada hakikatnya setiap wisatawan dalam perjalanan dan kegiatan wisatanya harus terjamin kebutuhan makan dan minumnya. Selain sebagai fasilitas pendukung kegiatan wisata, penyediaan fasilitas makanan dan minuman juga bisa menjadi suatu
daya tarik yang dapat menarik wisatawan
untuk berkunjung. Penyediaan restoran atau rumah makan
yang menawarkan makanan khas dan tradisional setempat menjadi daya tarik wisata
bagi pengunjung yang ingin merasakan wisata kuliner suatu daerah.
Tabel 4
Jumlah Fasilitas Makan dan Minum
di Pulau Rupat Tahun
2022
Fasilitas Makan dan Minum |
Kecamatan Rupat |
Kecamatan Rupat Utara |
Restoran |
1 |
- |
Rumah Makan |
6 |
3 |
Warung Makan |
12 |
1 |
Caf� |
2 |
- |
Kedai Makan dan Minum |
1 |
4 |
������������������ Sumber : Dinas Pariwisata,Kebudayaan, Kepemudaan
dan Olah Raga
������������������ Kabupaten
Bengkalis
3. Fasilitas Penunjang Wisata
Keberadaan fasilitas penunjang wisata seperti agen perjalanan
wisata, usaha hiburan dan rekreasi, souvenir
shop, pusat informasi pariwisata, hingga papan informasi wisata belum memadai
di kawasan wisata Pulau Rupat. Kurangnya
atau tidak memadainya fasilitas penunjang wisata yang ada di Pulau Rupat
dapat berdampak pada sepinya pengunjung. Tidak dapat pungkiri
bahwa walaupun fasilitas tersebut bukan faktor utama
yang menjadi penentu wisatawan berkunjung, namun kurangnya ketersediaan fasilitas penunjang tersebut akan mengganggu kenyamanan dan kemudahan wisatawan untuk mengunjungi Pulau Rupat.
Tabel 5
Analisis Ketersediaan Insfrastruktur
Pariwisata di Pulau Rupat
Infrastruktur Pariwisata |
Komponen |
Ketersediaan |
Indikator |
Aksesibilitas |
Jaringan Jalan |
Belum Memadai |
Dari 150,7 km jalan utama di Pulau Rupat, hanya 57,7 km jalan yang berjenis beton, sisanya merupakan jalan dengan jenis permukaan kerikil/batu dan tanah |
|
Transportasi |
Memadai |
Terdapat 8 Agen
Travel yang melayani transportasi
darat Kota Dumai � Rupat Utara |
|
|
|
Terdapat 2 pelabuhan
di Pulau Rupat (Batu
Panjang dan Tanjung Medang)
yang terhubung dengan
Pelabuhan Dumai |
|
|
|
Pilihan transportasi
laut menggunakan Kapal Roro dengan jadwal tetap setiap hari dan speed boat |
|
|
|
Bandara Internasional
Sultan Syarif Kasim II dengan
waktu tempuh kurang lebih 2 jam |
Prasarana Umum |
Jaringan Listrik |
Memadai |
Memiliki daya
mampu hingga 10 MW dan beban puncak hanya 6.6 MW sehingga terdapat surplus 3.4 yang bisa dimanfaatkan |
|
Jaringan Air Bersih |
Belum Memadai |
Sumber air masyarakat
berasal dari air hujan dan air tanah |
|
|
|
Program Penyediaan
Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) tidak terawat dengan baik |
|
Jaringan Telekomunikasi |
Belum Memadai |
Terdapat 31 menara
telepon seluler tapi sebagian masih berupa sinyal seluler 3G |
|
|
|
Jenis sinyal
selulur 4G memiliki kekuatan sinyal yang lemah |
Fasilitas
Umum |
Fasilitas Kesehatan |
Belum Memadai |
Hanya terdapat
2 Puskesmas |
|
|
|
Rumah Sakit hanya terdapat di luar Pulau Rupat |
|
Fasilitas Keamanan |
Belum Memadai |
Tidak terdapat
rambu � rambu dan jalur evakuasi bencana |
|
|
|
Tidak tersedia
sistem peringatan dini bencana alam |
|
Fasilitas Perbankan |
Belum Memadai |
Hanya terdapat
2 bank yang beroperasional (Bank Kepri Riau dan BRI) |
|
|
|
Tidak tersedia
ATM di sekitar daya tarik wisata |
|
Fasilitas Perdagangan |
Memadai |
Terdapat komplek
pertokoan, pasar umum dan
pasar desa |
|
Fasilitas Peribadatan |
Memadai |
Terdapat gereja,
wihara, musholla, masjid |
Fasilitas
Pariwisata |
Fasilitas Akomodasi |
Belum Memadai |
Hanya tersedia
23 jenis akomodasi dengan kategori hotel non bintang |
|
Fasilitas Makan
dan Minum |
Belum Memadai |
Jumlah restoran
yang terbatas terutama kategori restoran dan rumah makan |
|
Fasilitas Penunjang
Wisata |
Belum Memadai |
Tidak tersedia
agen perjalanan wisata, usaha hiburan dan rekreasi, souvenir
shop, pusat informasi pariwisata |
|
|
|
Papan informasi
wisata yang tidak layak |
Sumber : Hasil Olahan
Penulis (2022)
Dengan belum memadainya
ketersediaan infrastruktur pariwisata di Pulau Rupat menunjukkan progres pengembangan KSPN Rupat yang tergolong lambat. Terlebih penunjukkan Pulau Rupat sebagai KSPN telah ditetapkan sejak satu dekade
yang lalu melalui Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011. Permasalahan ketersediaan infrastruktur pariwisata di Pulau Rupat juga disebabkan oleh belum rampungnya dokumen strategis perencanaan yang terdiri dari dokumen
Feasability Study (FS), dokumen master plan, dan dokumen
Detail Engineering Design (DED) yang diperlukan
dalam usulan penyediaan infrastruktur. Hal ini juga disebabkan oleh keterlamabatan terbitnya Peraturan Daerah yang mengatur tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Bengkalis dimana baru tersedia pada tahun 2020. Terbatasnya ketersediaan infrastruktur ini tentunya bukan
hanya menjadi tanggung jawab Dinas Pariwisata,Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Bengkalis saja sebagai pengelola
dan penggerak sektor pariwisata di Pulau Rupat, tetapi seluruh
sektor lembaga pemerintah baik ditingkat Kabupaten Bengkalis, maupun Provinsi Riau dan Kementerian Indonesia.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka solusi kebijakan
pengelolaan dan pengembangan
pariwisata tidak dapat dilepaskan dari berbagai aspek
multi sektoral yang secara substantif terkait bagi wilayah Pulau Rupat. Perbaikan dan integrasi di segala sektor merupakan kunci keberhasilan pengembangan pariwisata di KSPN Rupat. Selain pemenuhan
infrastruktur baik sarana dan prasarana di bidang pariwisata, perbaikan kualitas dan kuantitas di segala sektor yang terkait dengan aktivitas pariwisata juga harus dilakukan sehingga pembangunan kepariwisataan Pulau Rupat bukan
hanya untuk kepentingan sektor pariwisata saja, melainkan lebih kepada kepentingan yang lebih besar yaitu
pengembangan wilayah dan masyarakat
Pulau Rupat. Dengan penyediaan dan perbaikan infrastruktur secara keseluruhan di Pulau Rupat akan
mendukung keberhasilan pembangunan kepariwisataan dan mempunyai daya saing pariwisata yang lebih kompetetitif. Hal ini tentunya akan
berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau
Rupat yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat Pulau Rupat, Kabupaten
Bengkalis dan Provinsi
Riau.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pembahasan dapat diketahui bahwa secara keseluruhan infrastruktur pariwisata di KSPN Rupat masih jauh
dari kata memadai untuk mendukung kegiatan sektor pariwisata baik dari segi ketersediaan
maupun kondisi yang sudah ada. Kurangnya
atau tidak memadainya infrastruktur yang ada di tempat wisata,
dapat berdampak pada sepinya pengunjung. Salah satu cara untuk
memperbaiki kualitas dari destinasi wisata ialah menyediakan
infrastruktur pariwisata
yang lengkap untuk seluruh wisatawan. Peran dan tanggung jawab lembaga pemerintah teruatama pemerintah daerah Kabupaten Bengkalis dan Provinsi Riau merupakan andil utama dalam menyediakan
infrastruktur pariwisata di
Pulau Rupat baik untuk kepentingan
masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke Pulau
Rupat. Selain itu, ketersediaan infrastruktur pariwisata memungkinkan pariwisata untuk berkembang, sehingga harus ada rencana strategis
dan manajemen pengelolaan
yang baik dari Pemerintah Kabupaten Bengkalis agar KSPN Rupat dapat memberikan fasilitas dan pelayanan yang efektif terhadap aktivitas wisatawan. Infrastruktur pariwisata inilah yang nantinya dapat mendukung terciptanya kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan bagi para wisatawan saat mengunjungi kawasan wisata Pulau Rupat.
(BPS), Badan Pusat Statistik. (2022a). Kabupaten
Bengkalis Dalam Angka 2022. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis. Google Scholar
(BPS), Badan Pusat Statistik. (2022b). Kecamatan
Rupat Dalam Angka 2022. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis. Google Scholar
(BPS), Badan Pusat Statistik. (2022c). Kecamatan
Rupat Utara Dalam Angka 2022. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis. Google Scholar
Abdullah, Shardy, Razak, Arman Abdul, &
Jaafar, Mastura. (2014). Public tourism infrastructure: challenges in the
development and maintenance activities. SHS Web of Conferences, 12,
1096. EDP Sciences. Google Scholar
Gearing, Charles E., Swart, William W.,
& Var, Turgut. (1974). Establishing a measure of touristic attractiveness. Journal
of Travel Research, 12(4), 1�8. Google Scholar
Indonesia, Presiden Republik. (2012). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Google Scholar
Isdarmanto, Isdarmanto. (2017). Dasar
Dasar Kepariwisataan Dan Pengelolaan Destinasi Wisata. Gebang Media Aksara:
Yogyakarta. Google Scholar
Jovanovi�, Sonja, & Ivana, ILI�.
(2016). Infrastructure as important determinant of tourism development in the
countries of Southeast Europe. Ecoforum Journal, 5(1). Google Scholar
Kodoatie, Robert J. (2003). Manajemen
dan Rekayasa infrastruktur. Pustaka Pelajar. Google Scholar
Lerner, Miri, & Haber, Sigal. (2001).
Performance factors of small tourism ventures: The interface of tourism,
entrepreneurship and the environment. Journal of Business Venturing, 16(1),
77�100. Google Scholar
McElroy, Jerome L. (2003). Tourism
development in small islands across the world. Geografiska Annaler: Series
B, Human Geography, 85(4), 231�242. Google Scholar
Michniak, Daniel. (2015). Main problems of
transport infrastructure development in Slovakia and effects on regional
development. Geographia Polonica, 88(1), 21�39. Google Scholar
Nazir, Moh. (2014). Metode Penelitian Cet.
9. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor. Google Scholar
Pariwisata, Dinas. (2020). Kebudayaan,Kepemudaan,
dan Olahraga Kabupaten Bengkalis. Google Scholar
Răbonţu, C. I., & Vasile, M.
(2012). The evolution of romanian tourism in terms of economic instability. Annals
of the �Constantin Br�ncuşi� University of T�rgu Jiu, Economy Series,
(2). Google Scholar
Ritchie, J. R. Brent, & Crouch,
Geoffrey Ian. (2003). The competitive destination: A sustainable tourism
perspective. Cabi. Google Scholar
Rosmiatin. (2018). Analisis Program
Pembangunan Pulau Terluar Indonesia (Studi Pesisir Utara Pulau Rupat Kabupaten
Bengkalis). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Get
Citation. Google Scholar
Seetanah, Boopen, Juwaheer, Thanika Devi,
Lamport, Matthew John, Rojid, Sawkut, Sannassee, Raja Vinesh, & Subadar,
Agathee U. (2011). Does infrastructure matter in tourism development? University
of Mauritius Research Journal, 17, 89�108. Google Scholar
Soekresno. (2001). Manajemen Food &
Baverage Service Hotel. Jakarta: Gramedia. Google Scholar
Copyright holder: Baiq Rizky Fatmasari, Agustian Harahap, Amelya Navratilova, Isabella Andjanie, Lintang Annisa (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |