Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 2, Februari
2023
ANALISIS KEMAMPUAN
LITERASI MATEMATIK MELALUI THINK-TALK-WRITE
(TTW) BERBANTUAN GEOGEBRA DITINJAU DARI SELF EFFICACY PESERTA DIDIK KELAS VI
Fitri Nur Azizah, Budi Waluya, Lusi
Rachmiazasi Masduki
Program Pasca Sarjana, Universitas Terbuka
Universitas Negeri Semarang
Universitas Terbuka
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Kemampuan literasi matematik merupakan salah satu kemampuan dalam pembelajaran matematika yang sangat penting dimiliki oleh seorang peserta didik. Namun faktanya tingkat kemampuan literasi matematik peserta didik khsususnya dalam pembelajaran matematika masih tergolong rendah sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang berkualitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kualitas pembelajaran dan menganalisis kemampuan literasi matematik peserta didik ditinjau dari self efficacy pada kelas yang menggunakan model Think-Talk-Write (TTW) berbantuan� Geogebra. Penelitian ini menggunakan metode campuran tipe sequential exploratory. Prosedur dalam penelitian ini� terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Sampel dalam penelitian ini siswa kelas IVA SDN Kemantran 01 sebagai kelas eksperimen dan siswa� kelas IVB SDN Kemantran 01 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian terdiri dari soal tes kemampuan literasi matematik, angket self efficacy, dan perangkat pembelajaran. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara terhadap subjek penelitian, angket/observasi dan dokumentasi. Sedangkan data kuantitatif dikumpulkan dengan melakukan tes kemampuan literasi matematik. Hasil penelitian menunjukan rata-rata nilai validitas perangkat pembelajaran mencapai 89,50% (sangat baik), rata-rata nilai praktikalitas 92,71% (sangat baik) dan rata-rata keterlaksanaan pembelajaran mencapai� 90,98% (sangat baik).
Kata Kunci: Kemampuan Literasi Matematik, Think-Talk-Write (TTW), Geogebra, Self Efficacy
Abstract
Mathematical
literacy ability is one of the abilities in mathematics learning that is very
important for a student. However, the fact is that the level of mathematical
literacy ability of students, especially in mathematics learning, is still
relatively low so that quality learning
is needed. The purpose of this study was to test the quality of learning and
analyze the mathematical literacy ability of students in terms of self-efficacy
in classes using the Geogebra-assisted Think-Talk-Write (TTW) model. This study
used a mixed method of sequential exploratory type. The procedure in this study
consists of planning, implementing, and assessing. The samples in this study
were IVA grade students of SDN Kemantran 01 as an experimental class and IVB
students of SDN Kemantran 01 as a control class. The research instrument
consists of mathematical literacy test questions, self-efficacy questionnaires,
and learning tools. Qualitative data collection was carried out by interviews
with research subjects, questionnaires / observations and documentation.
Meanwhile, quantitative data is collected by conducting a mathematical literacy
test. The results showed that the average validity value of learning devices
reached 89.50% (very good), the average practicality score was 92.71% (very
good) and the average learning implementation reached 90.98% (very good).
Keywords:�Mathematical
Literacy Ability, Think-Talk-Write (TTW),
Geogebra, Self Efficacy
Pendahuluan
Pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang membentuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, seperti yang dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1. Selanjutnya pada pasal 3 dijelaskan fungsi Pendidikan Nasional yaitu : �Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab� (UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Pasal, 2003).
Menurut
BSNP (2006:146) dalam (Ulya et al., 2019), tujuan pembelajaran matematika adalah (1)
mengaplikasikan konsep atau algoritma, (2) menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan. Di Amerika Serikat, NCTM (Pak et al., 2020)�
merumuskan lima tujuan yang harus dicapai oleh seluruh peserta didik dalam
pembelajaran matematika, yaitu �become mathematical problem solvers,
communicate knowledge, reason mathematically, learn to value mathematics, and
become confident in one�s ability to do mathematics�. Di China,
pembelajaran matematika mengedepankan kemampuan pemecahan masalah, penalaran,
komunikasi (aspek intelektual), dan penghargaan terhadap matematika (aspek
non-intelektual) sebagai unsur keberhasilan pembelajaran matematika (Boud et al., 2016).
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib
diharapkan tidak hanya membekali peserta didik dengan kemampuan untuk mengunakan
perhitungan atau rumus dalam mengerjakan soal tes saja akan tetapi juga mampu
melibatkan kemampuan bernalar dan analitisnya dalam memecahkan masalah
sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pandangan NCTM (National Council of
Teaching Mathematics) yang menjadikan problem solving (Pemecahan
Masalah), reasoning and proof (Penalaran dan Pembuktian), communication
(Komunikasi) dan representation (Penyajian) sebagai standar proses pada
pembelajaran matematika (Innovation, 2007). Tuntutan kemampuan peserta didik dalam matematika tidak
sekedar memiliki kemampuan berhitung saja, akan tetapi kemampuan bernalar yang
logis dan kritis dalam pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini tidak semata-mata
masalah yang berupa soal rutin akan tetapi lebih kepada permasalahan yang
dihadapi sehari-hari. Kemampuan matematis yang demikian dikenal sebagai
kemampuan literasi matematika. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Programme
for International Student Assessment (PISA), kemampuan literasi matematika
peserta didik di Indonesia masih rendah. Indonesia berada di bawah rata-rata
internasional. Tidak hanya itu, mayoritas peserta didik hanya dapat
menyelesaikan masalah dibawah level 2 (SAING, n.d.). Melihat fakta terebut, kemampuan literasi matematik
peserta didik di Indonesia masih perlu untuk ditingkatkan. Dalam rangka
meningkatkan kemampuan literasi matematika ini, guru, pemerintah maupun
pemerhati pendidikan perlu memahami terlebih dahulu apa itu literasi
matematika. Tidak hanya itu, perlu disadari pula mengapa literasi matematika
ini perlu menjadi perhatian dalam pembelajaran matematika. Dengan pemahaman
akan dua hal ini diharapkan dapat memberikan arahan bagaimana strategi yang
dapat digunakan untuk meningkatkannya melalui pendidikan matematika (Xu et al., 2007).
Faktor lain yang dapat digunakan untuk menyukseskan tujuan
pembelajaran matematika yaitu soft skill.
Soft skill� (Hendriana et al., 2018) adalah
keterampilan seseorang yang berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya
sendiri (intrapersonal skills) yang
mampu mengembangkan kinerja secara maksimal.
Salah satu soft skill yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik yaitu self efficacy. Istilah self efficacy mengacu pada keyakinan
seseorang atau keyakinan individu pada kemampuannya sendiri untuk melakukan
tugas tertentu (Soemantri et al., 2018). Self efficacy merupakan
salah satu kemampuan bawaan yang telah dimiliki individu dan dapat membantu
seseorang untuk berkomunikasi dengan lingkungannya (Zetriuslita, 2020). Self efficacy
dapat dibentuk melalui hubungan antara karakteristik pribadi, pola perilaku,
dan faktor lingkungan (Ogbonnaya, 2020).
Kenyataan di SDN Kemantran 01 didapatkan beberapa
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika yaitu (1)pembelajaran
yang biasanya dilakukan masih berpusat pada guru, pelaksanaan pembelajaran
tersebut tidak sesuai dengan yang dianjurkan K13 yaitu peserta didik aktif
dalam pembelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator; (2) kurangnya
penyampaian tentang tujuan dan konsep dari pembelajaran yang akan dilaksanakan
membuat peserta didik kurang termotivasi untuk mempelajari matematika; (3)
hasil belajar/nilai ulangan harian matematika materi �Lingkaran� masih jauh di
bawah KKM, kesalahan peserta didik dalam mengerjakan soal tentang lingkaran
disebabkan karena peserta didik belum mampu menentukan bagian-bagian
lingkaran (communication), menentukan ukuran dari bagian-bagian
lingkaran terutama jika berbentuk sketsa atau gambar (representation),
serta belum mampu menentukan operasi hitung yang tepat untuk digunakan terutama
pada soal cerita yang berhubungan dengan lingkaran (using Simbolic and Operation),
kemampuan peserta didik dalam mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika
masih perlu dioptimalkan karena peserta didik masih
banyak yang keliru dalam membuat kalimat matematika (mathematization),
peserta didik juga belum mampu merencanakan dan memunculkan ide penyelesaian
dalam menentukan luas dan keliling dan keliling lingkaran serta kemudian
memvisualisasikan dalam bentuk jawaban (devising strategies for solving problem),
peserta didik juga belum mampu membuat sketsa lingkaran yang tepat menggunakan
alat matematika berdasarkan soal cerita yang disajikan (using mathematics tool) serta belum mampu membuat
kesimpulan atas jawaban yang telah diperolehnya (reasoning and argument). Hal ini terbukti
dengan banyaknya peserta didik ketika mengerjakan soal cerita yang berhubungan
dengan lingkaran keliru menentukan jari-jari serta diameter, sketsa yang dibuat
tidak sesuai dengan soal cerita yang disajikan, keliru menggunakan rumus luas
dan keliling lingkaran, salah memasukan angka pada rumus, tidak mampu
menganalisis yang diketahui, ditanyakan, menentukan rumus yang digunakan serta
tidak bisa membuat kesimpulan jawaban yang diminta pada soal. Hal tersebut
menunjukan bahwa kemampuan literasi matematik peserta didik di SDN Kemantran 01
masih sangat rendah dan perlu ditingkatkan.
Geometri adalah salah satu materi yang masih sulit untuk
dipelajari oleh peserta didik (Suherman, 2020). Materi geometri pada kelas VI yang sulit untuk dipelajari
peserta didik yaitu materi tentang �Lingkaran�. Faktor yang mempengaruhi
kesulitan peserta didik yaitu kurang menguasai materi prasyarat dan kesalahan
dalam menyelesaikan masalah. Kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan lingkaran yaitu pada tahap persiapan
peserta didik tidak menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan dalam
soal, pada tahap inkubasi terjadi kesalahan dalam pemahaman dalam mengubah soal
cerita menjadi kalimat matematika serta membuat sketsa berdasarkan ukuran yang
tersaji pada soal, pada tahap iluminasi misalnya peserta didik salah dalam
menggunakan cara atau rumus untuk menyelesaikan masalah, dan pada tahap
verifikasi sebagian besar peserta didik tidak memeriksa kembali hasil jawaban
yang sudah didapatkan.
Hasil
wawancara dengan peserta didik tentang �Lingkaran� menunjukkan bahwa peserta
didik kurang menyukai pembelajaran matematika karena materi yang disampaikan
sulit dipahami, terdapat banyak rumus yang membingungkan, peserta didik tidak
bisa menghitung dengan baik (terutama jika ada bilangan pecahan yang dalam hal
ini adalah kemampuan prasyarat yang harus dimiliki peserta didik) dan
pembelajaran yang dilakukan kurang menarik dan membosankan. Peserta didik tidak
percaya diri dan tidak yakin dalam menyelesaikan soal dan takut salah dalam
menuliskan jawaban. Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas membuat peserta
didik merasa bosan untuk belajar yang menyebabkan peserta didik lambat dalam
menguasai materi pembelajaran. Upaya untuk menghilangkan kebosanan peserta
didik dalam belajar dapat menerapkan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan
pengamatan dan praktek langsung di dalam kelas. Hal tersebut membuat peserta
didik lebih mudah untuk mengingat konsep yang ditemukan sendiri. Selain itu
untuk meningkatkan semangat belajar peserta didik diperlukan inovasi
pembelajaran dengan memanfaatkan salah satu media digital yaitu media Geogebra.
Sebagai upaya untuk menghadapi masalah yang sudah
berlarut-larut tersebut maka diperlukan adanya perubahan dalam sistem kegiatan
pembelajaran. Peningkatan kualitas sistem kegiatan pembelajaran ditandai dengan
pemilihan model pembelajaran, media, atau bahan ajar yang tepat. Penelitian ini
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-write (TTW) berbantuan Geogebra.
Hasil tes diagnostik tentang
indikator-indikator kemampuan literasi matematik pada materi� �Lingkaran� dengan menggunakan tes tertulis
berbentuk uraian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi matematik peserta
didik di kelas VI SD Negeri Kemantran 01 pada materi �Lingkaran� masih rendah
yang dibuktikan dengan 80% (38 dari 47 anak) nilai ulangan peserta didik masih
di bawah KKM pada kompetensi dasar yang akan dicapai, sehingga
perlu adanya usaha yang dilakukan guru untuk dapat meningkatkan kemampuan
literasi matematik peserta didik. Masalah lain juga ditemukan peneliti pada
saat pembelajaran yaitu peserta didik kurang tertarik terhadap pembelajaran
matematika, karena matematika itu dianggap sulit dan membosankan dan juga
gurunya dianggap menyeramkan (killer). Oleh
karena itu, diperlukan pembaharuan dalam proses pembelajaran matematika,
seperti pemilihan model pembelajaran yang tepat dan juga menggunakan alat bantu
yang membuat peserta didik lebih tertarik untuk belajar, tidak mudah bosan, dan
yang terutama peserta didik memiliki kesepatan yang lebih banyak dalam memahami
materi yang dipelajari. Salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TTW dengan bantuan media pembelajaran
yang berbaur komputer. Ada banyak media pembelajaran yang berbaur komputer
digunakan untuk membantu dalam proses pembelajaran, seperti Geogebra, virtual, LMS, wingeom, dan lain
sebagainya. Semuanya itu digunakan untuk membantu dalam proses pembelajaran
matematika, terkhusus dalam mempermudah menggambar.
Media yang saya pilih adalah Geogebra karena penggunaanya lebih
sederhana dan lebih mudah dipahami daripada perangkat lunak lainnya. (Septian, 2020) mengatakan bahwa melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, para guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan� kebutuhan dan tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write memiliki kelebihan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran melalui kegiatan berpikir, berdiskusi dan membagi ide dengan
temannya sebelum menulis (Heryanto et al., 2021). Sehingga ide-ide dari peserta didik bisa dikembangkan
secara optimal dalam menyelesaikan masalah yang dihadapai pada saat proses
pembelajaran di kelas. Untuk mengatur proses pembelajaran di kelas, guru harus
memberikan arahan yang jelas kepada peserta didik dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan pada model pembelajaran TTW.
Geogebra adalah software dinamis untuk pembelajaran
matematika yang lebih efektif, efisien, dan menyenangkan bagi guru dan peserta
didik, serta memiliki fitur 2D dan 3D (Klemer, 2020). Dengan menggunakan Geogebra,
materi yang disajikan dapat disampaikan dengan baik, karena dengan adanya
gambar visualisasi yang dinamis dapat menarik perhatian peserta didik dalam
pembelajaran lingkaran. Guru tidak perlu lagi menggambar daerah-daerahnya di
papan tulis yang dapat memakan waktu yang mengakibatkan peserta didik hanya
mencatat dan hanya mendapatkan sedikit contoh, sehingga peserta didik tidak
memiliki kesempatan bertanya dan memahami konsep yang dikarenakan proses
pembelajaran terjadi satu arah.
Dengan demikian pembelajaran TTW dengan berbantuan Geogebra diharapkan dapat menjadi lebih
efektif, lebih mudah, lebih menyenangkan dan menarik perhatian peserta didik
untuk belajar memahami konsep peserta didik mengenai materi tersebut. Proses
pembelajaran dengan media pembelajaran yaitu komputer mampu meningkatkan
pembelajaran seperti yang dikatakan Saton (2011) dalam (Lestari, 2020).
Komputer dalam pembelajaran
matematika di Jepang dapat meningkatkan efektifitas belajar peserta didik
karena komputer dapat membantu visualisasi bangun-bangun geometri, menghitung
bilangan dengan cepat dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika.
Begitu bermanfaatnya
penggunaan komputer sebagai media dalam pembelajaran. Namun, penggunaan media
komputer di sekolah-sekolah masih belum dioptimalkan khususnya di
sekolah-sekolah di Kabupaten Tegal. Hal ini terjadi karena banyak guru yang
tidak meluangkan waktunya untuk belajar software
komputer yang berhubungan dengan pembelajaran matematika dan kemampuan guru
dalam menggunakan komputer masih kurang.
Skenario pembelajaran model TTW berbantuan Geogebara menyajikan sebuah pembelajaran di mana peserta didik
memperhatikan sebuah ilustrasi dalam aplikasi Geogebra kemudian peserta didik menganalisis materi yang disajikan
dalam Geogebra sehingga peserta harus
mampu berfikir (Think), kemudian
mendiskusikannya dengan teman kelompoknya dengan menyampaikan pendapatnya
sendiri (Talk) dan menyajikannya
dalam bentuk tulisan yang dalam hal ini menulis kembali di buku berpetak (Write). Kegiatan ini akan membuat
peserta didik lebih aktif dan memacu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
literasi matematiknya.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
campuran (mix method) yaitu kombinasi
antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode campuran (mix method) merupakan pendekatan
penelitian yang melibatkan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif,
penggabungan dua bentuk data, dan penggunaan rancangan berbeda, serta
melibatkan asumsi-asumsi filosofis dan kerangka kerja teoritis (Creswell, 2016). Penggunaan desain
penelitian ini maka akan didapatkan data yang lebih akurat. Tipe mix method �yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Sequential
Eksploratory. Sequential Eksploratory dipilih karena penelitian ini
dimulai dengan mengeksplorasi data kualitatif dan analisis serta kemudian
menggunakan temuan pada penelitian kuantitatif (Creswell, 2016). Penelitian
kuantitatif dalam penelitian ini digunakan sebagai data penunjang untuk
menganalisis kemampuan literasi matematik berdasarkan tingkat self efficacy. Sedangkan penelitian
kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan
literasi matematik yang ditinjau dari self
efficacy pada pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-TalkWrite berbantuan Geogebra. Penelitian ini diawali dengan
mengumpulkan dan mengolah data kualitatif kemudiaan diakhiri dengan pengumpulan
data kuantitatif.
Data kualitatif menggunakan sumber data yang dipilih dari kelas eksperimen menggunakan teknik pengambilan sampel secara Multi Stage Random Sampling. Multistage random sampling merupakan pengembangan dari simple cluster sampling. Pada simple cluster sampling, letak keacakan tidak dilakukan langsung pada unit sampling, namum dilakukan pada gugus (cluster) dimana unit sampling tersebut berada. Proses penarikan sampel dengan menggunakan metode simple cluster sampling terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap pemilihan cluster dari unit sampling dan tahap kedua yaitu tahap penarikan unit sampling dari cluster yang telah ditentukan pada tahap pertama. Apabila populasinya heterogen dan berukuran besar, maka penarikan sampel dengan menggunakan metode simple cluster sampling sampling akan menghasilkan sampel yang kurang representatif.
Hal ini karena, apabila populasinya heterogen
dan berukuran besar, sekalipun penarikan sampel dilakukan dalam dua tahap.
Namun karena keheterogenannya akan mengakibatkan pada tahap pertama pun akan
tetap menghasilkan cluster yang heterogen. Oleh karena itu, untuk populasi
yang heterogen dan berukuran besar akan tepat apabila proses penarikan
sampelnya dilakukan dalam beberapa tahap, sehingga dapat menghasilkan
gugus-gugus (cluster-cluster) yang lebih homogen dibandingkan dengan
gugus-gugus (cluster-cluster) yang dihasilkan pada simple cluster
sampling. Pada populasi yang heterogen dan berukuran besar agar diperoleh
sampel yang representatif, maka proses penarikan sampelnya dapat dilakukan
dalam beberapa tahap dengan alurnya yaitu pada tiap tahapan yang dilakukan
adalah pemilihan gugus-gugus (cluster-cluster) sampai tahap dimana
diperoleh gugus (cluster) yang homogen. Apabila telah diperoleh gugus (cluster)
yang homogen, pada tahap selanjutnya yang dilakukan yaitu penarikan unit
sampling dari tiap gugus (cluster) yang homogen tersebut sehingga
diperoleh sampel. Proses penarikan sampel dengan beberapa tahap seperti yang
telah dikemukakan di atas dinamakan multistage random sampling. �(Bean, 1975). Pemilihan subjek
penelitian ini didasarkan pada tingkat kemampuan literasi matematik ditinjau
dari self efficacy kemampuan literasi
matematik peserta didik yang akan diamati kemampuan literasi matematiknya
melalui lembar jawabannya dan melakukan wawancara selama penelitian
berlangsung.
Hasil dan Pembahasan
Pembelajaran yang berkualitas yaitu apabila serangkaian
kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan pencapaian kompetensi peserta didik (Hightower et al., 2011). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan
pencapaian kompetensi peserta didik yang telah diukur dari hasil tes kemampuan
literasi matematik pesera didik akhir yang diujikan melalui uji hipotesis.
Tiga domain untuk mengukur kualitas pembelajaran yaitu Planning and preparation (perencanaan
dan persiapan) yaitu berhubungan dengan perangkat pembelajaran yang dibuat
sebelum pembelajaran, Classroom
environment (lingkungan kelas) yang berhubungan dengan keterlaksanaan
pembelajaran, dan Professional
responsibilities (tanggung jawab profesional) yang berhubungan dengan
evaluasi hasil pembelajaran yang telah dilakukan (Danielson, 2013). Pembelajaran dikatakan berkualitas jika perangkat yang
dibuat adalah valid, keterlaksanaan pembelajaran minimal baik, dan evaluasi
atau hasil pembelajaran sesuai dengan skor minimal yang telah ditetapkan. Pada
penelitian ini, ke tiga domain tersebut telah terpenuhi sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
Untuk lebih jelasnya, berikut
adalah pembahasan tentang kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh
peneliti.
Tahap perencanaan dalam penelitian ini yaitu peneliti
membuat perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Perangkat
pembelajaran yang dibuat oleh peneliti dan digunakan dalam pembelajaran matematika
Model Think-Talk-Write (TTW) berbantuan Geogebra adalah valid dan
layak digunakan dalam proses pembelajaran selama penelitian berlangsung.
Berdasarkan penilaian dari validator ahli terhadap perangkat pembelajaran
diperoleh rata-rata nilai 4,44 untuk silabus, rata-rata nilai untuk RPP yaitu
4,58; rata-rata nilai untuk bahan ajar adalah 4,33; rata-rata nilai untuk LKPD
yaitu 4,45 serta rata-rata nilai 4,70 untuk soal tes literasi matematik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai dari validator ahli terhadap
seluruh perangkat pembelajaran termasuk dalam kategori �Sangat Baik�. Butir
soal tes kemamampuan literasi matematik peserta didik juga telah lolos uji
validitas, reliabelitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
Mengukur kualitas pembelajaran
model Think-Talk-Write
(TTW) berbantuan Geogebra
juga berdasarkan hasil observasi terhadap keterlaksanaan
proses pembelajaran dapat disimpulkan bahwa kemampuan peneliti dalam mengelola
pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW) berbantuan Geogebra dalam
kategori �Sangat Baik� atau berkualitas, hal ini terbukti dari pelaksanaan
pembelajaran tiap pertemuan mengalami peningkatan yang baik mulai dari
pertemuan kedua sampai dengan pertemuan ke empat dibanding dengan pertemuan
pertama. Hasil dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan
sebanyak 7 kali pertemuan dan telah terjadi peningkatan rata-rata persentase
nilai keterlaksanaan pembelajaran. Rata-rata persentase pada pertemuan pertama yaitu
sebesar 87%, pada pertemuan kedua sebesar 88%, pada pertemuan ke tiga dan ke
empat yaitu sebesar 89% dan 92%, pada pertemuan ke lima sebesar 95%, pertemuan
ke enam sebesar 98% dan pertemuan ke tujuh sebesar 100%. Tingkat keberhasilan mencapai hingga 100% pada
pertemuan terakhir. Hal ini disebabkan karena peserta didik dan guru sudah
dapat menyesuaikan diri dengan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
berbantuan Geogebra yang baru diterapkan. Secara keseluruhan peneliti
telah melaksanakan rangkaian kegiatan pembelajaran dengan sebelumnya melakukan
refleksi terhadap kekurangan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Sehingga tiap pertemuan memperlihatkan peningkatan ketercapaian seluruh aspek
yang diamati karena peserta didik maupun peneliti sudah dapat menyesuaikan diri
dengan proses pembelajaran yang baru.
Mengukur kualitas
pembelajaran juga dilakukan melalui pengamatan atau angket respon peserta
didik. Berdasarkan
hasil angket respon peserta didik terhadap pembelajaran dapat disimpulkan bahwa
respon peserta didik terhadap pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW)
berbantuan Geogebra dalam kategori �Sangat Baik� atau berkualitas. Hal
ini terlihat dari rata-rata peserta didik pada angket respon peserta didik
mengalami peningkatan dari mulai pertemuan pertama hingga pertemuan ketujuh,
hal ini dikarenakan adanya ketertarikan dengan model pembelajaran yang guru
gunakan serta peserta didik sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang
digunakan.
Peserta didik memiliki semangat untuk terus percaya diri dan yakin mampu
menyelesaikan masalah matematika.
Hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW) berbantuan Geogebra pada materi �Lingkaran� telah mencapai KKM sebesar 75.
Kemampuan literasi matematik peserta didik diuji menggunakan tes kemampuan
literasi peserta didik yang telah dilakukan validasi dan uji coba soal tes
serta telah dilakukan uji prasyarat terhadap data yang telah diperoleh dari
hasil tes yang telah dilakukan. Tes kemampuan literasi matematik peserta didik
diberikan dipertemuan ke delapan. Hasil rata-rata dapat
dilihat dari hasil analisis data akhir (nilai post test) dengan
menggunakan uji t di mana thitung
> ttabel yang artinya dapat disimpulkan bahwa rata-rata
kemampuan literasi matematik peserta didik dengan pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW) berbantuan Geogebra pada materi
�Lingkaran� telah mencapai lebih dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu
sebesar 75.
Hasil belajar peserta didik yang berkaitan dengan
kemampuan literasi matematik yaitu mengenai proporsi ketuntasan klasikal. Hasil
analisis terhadap data proporsi ketuntasan klasikal terhadap kemampuan literasi
matematik peserta didik dengan pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW)
berbantuan Geogebra telah melampaui 75%. Hal ini dapat dilihat melalui
uji z di mana mendapatkan
hasil zhitung sebesar 2.28733 > 0.6736. Karena zhitung
> dari ztabel maka H0 ditolak yang artinya proporsi ketuntasan peserta didik dalam pembelajaran model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write
(TTW) berbantuan Geogebra �(kelas eksperimen) proporsinya telah melampaui
75%.
Hasil
belajar peserta didik juga didasarkan pada rata-rata kemampuan literasi peserta
didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata pada kelas
eksperimen yaitu sebesar 86.85 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 74.15. Hasil analisis data
rata-rata peserta didik dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kemampuan
literasi matematik peserta didik pada kelas yang menggunakan� pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW) berbantuan Geogebra
lebih baik dari nilai rata-rata kemampuan literasi matematik pada kelas yang
menggunakan� pembelajaran model Think-Talk-Write
(TTW) tanpa berbantuan Geogebra.
Pada uji beda rata-rata kemampuan literasi matematik peserta didik, peneliti
menggunakan SPSS 25 yaitu Independent Sample T-Test. Dari uji tersebut
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.002 < 0.05 sehingga H0
ditolak yang artinya nilai rata-rata kemampuan literasi matematik peserta didik
pada kelas yang menggunakan pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW) berbantuan Geogebra
lebih dari nilai rata-rata kemampuan literasi matematik peserta didik Think-Talk-Write
(TTW) tanpa berbantuan Geogebra.
Hasil
analisis data proporsi ketuntasan peserta didik pada kelas yang menggunakan
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) berbantuan Geogebra lebih baik dari pada kelas yang menggunakan pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW) tanpa berbantuan Geogebra. Hal ini
dibuktikan melalui uji z di mana diperoleh nilai z sebesar 1.98795 > 0.6736 sehingga H0
ditolak artinya dapat disimpulkan bahwa proporsi ketuntasan kemampuan
literasi matematik peserta didik pada kelas yang
menggunakan pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) berbantuan Geogebra lebih besar dari pada proporsi ketuntasan kemampuan literasi matematik
peserta didik pada kelas yang menggunakan pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW) tanpa berbantuan Geogebra.
Berdasarkan
pembahasan di atas menunjukan bahwa pembelajaran model Think-Talk-Write (TTW) berbantuan
Geogebra dapat meningkatkan kemampuan literasi matematik peserta didik. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Eko Setio Pambudi Wibowo, S.Pd., Gr.
(0401518064) Muhammad Agung Mufti Naruma, S.Pd. (0401518072) Mahasiswa
Pendidikan Matematika Pps Unnes 2018 yang berjudul �Upaya
Meningkatkan Komunikasi Matematis Peserta Didik Kelas VII Smp N 1 Sokaraja
Dengan Menggunakan Strategi Think Talk
Write � di mana strategi
tersebut dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa.
Hasil dari uji kelinearan regresi untuk melihat apakah model merupakan regresi linear ataukah non linear dan apakah ada pengaruh antara self efficacy terhadap kemampuan literasi matematik peserta didik. Hasil analisis data menggunakan bantuan program SPSS 25 dalam uji regresi linear diperoleh Fhitung sebesar 25.551. Melalui� tabel distribusi F diperoleh Fhitung > F(a)(1*n-2) di mana F(a)(1.n-2) didapat dari daftar distribusi F dengan dk pembilang = 1 dan dk penyebut = n-2 (23 � 2 = 21) dengan a = 0.05 adalah sebesar 4.32. Karena Fhitung > Ftabel sehingga H0 ditolak, jadi model merupakan regresi linear, untuk model regresinya dapat ditulis Ŷ = 50.402 + 0.381X. Hasil pada bantuan SPSS 25 dalam uji regresi linear sederhana pada tabel anova diperoleh t hitung sebesar 5.055 > t tabel (0.025;21) 2.080 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variable self efficacy berpengaruh terhadap variable kemampuan literasi matematik peserta didik secara signifikan.
Pada
penelitian ini terlihat bahwa variable self efficacy berpengaruh
terhadap variable kemampuan literasi matematik peserta didik secara signifikan.
Penelitian tentang self efficacy ini juga pernah dilakukan oleh Yusi Tustyaningsih dengan judul
penelitian �Hubungan Self Efficacy Dengan Kemampuan Literasi Matematika
Siswa Kelas XI SMK PGRI 1 Kediri�. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusi
Tustyaningsih tersebut dapat disimpulkan bahwa
data penelitian ini normal dan linier (hasilnya sama dengan yang diperoleh
peneliti sekarang).
Berikut ini adalah penjelasan
kemampuan literasi matematik peserta didik ditinjau dari self efficacy
yang dimilikinya.
Peserta
didik yang memiliki self efficacy tinggi ternyata juga memiliki
kemampuan literasi matematik yang sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hasil
wawancara serta jawaban peserta didik dari tiap-tiap indikator yang terdapat
pada kemampuan literasi
matematik peserta didik. Seluruh
indikator literasi matematik dapat dikuasai dengan baik. Peserta didik yang
mempunyai kemampuan literasi matematik yang ditinjau dari self efficacy
dalam kategori tinggi mampu dengan baik menyelesaikan permasalahan yang
diberikan, dimana peserta didik mampu menerangkan, menjelaskan, memberikan
gagasan serta menggunakan strategi yang tepat sehingga penyelesaian yang
diberikan atas permasalahan tersebut sangat mudah dipahami dan dimengerti. Dari
hasil wawancara peserta didik juga mampu menerangkan serta menjelaskan secara
lisan proses atau langkah-langkah dalam menyelesaikan permasalahan yang
diberikan dengan strategi yang dia gunakan sendiri. Rasa percaya diri dan
keyakinan yang baik juga membantu peserta didik dengan kategori self
efficacy tinggi dalam menjelaskan penyelesaian yang peserta didik berikan
untuk menjawab permasalahan yang ada pada soal tes literasi matematik. Peserta
didik juga sangat aktif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran di
kelas dan juga aktif dalam menggunakan alat matematika yaitu dalam hal ini
aplikasi geogebra, kertas berpetak dan passer atau jangka.
Peserta
didik yang mempunyai self efficacy dalam kategori sedang memiliki
kemampuan literasi matematik yang baik, dimana peserta didik yang memiliki self
efficacy sedang mampu menyelesaikan permasalahan juga memberikan penjelasan
dan gagasan� dari jawaban atas
permasalahan yang terjadi pada tiap indikator dalam soal tes kemampuan literasi matematik peserta didik. Peserta didik
juga mampu mengubah soal uraian dalam kalimat matematika walaupun masih ada
yang keliru. Peserta didik dengan kategori self efficacy sedang sudah
mampu menjelaskan permasalahan yang terdapat pada soal matematika yang
diberikan namun terkadang peserta didik dengan tingkat self efficacy
sedang masih kurang tepat dalam memberikan kesimpulan atas penyelesaian yang
diberikan, hal ini terjadi dari penjelasan hasil wawancara bahwa peserta didik
masih mengalami kebingungan dalam membuat kesimpulan dan kurang yakin akan
jawaban yang diperolehnya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Peserta
didik dengan kategori tingkat self efficacy sedang juga kurang mahir
dalam menggunakan alat matematika yaitu aplikasi geogebra dan kertas
berpetak. Hal ini terlihat dari hasil lingkaran dan bagian-bagiannya yang tidak
lengkap dan tidak sempurna baik pada aplikasi geogebra maupun pada
kertas berpetak.
Peserta
didik yang mempunyai self efficacy rendah memiliki kemampuan literasi
matematik yang kurang baik, dimana peserta didik yang mempunyai self
efficacy rendah dapat menyelesaikan permasalahan pada tiap indikator dalam
soal kemampuan literasi matematik namun ada beberapa kendala dalam penyelesaiannya,
di mana kurangnya gagasan atau penjelasan serta kepercayaan diri atau keyakinan
yang rendah dalam mencari jawaban yang benar dan tepat. Dapat dikatakan bahwa dari ketujuh indikator
kemampuan literasi matematik, sekitar enam atau lima indikator yang kurang
baik. Peserta didik dalam kategori self efficacy rendah juga kurang
mampu dalam menjelaskan permasalahan yang terjadi dalam soal matematika yang
diberikan. Hal ini diakibatkan karena peserta didik tidak focus, tidak tenang
dan gugup dalam mengerjakan soal. Hasil wawancara dengan peserta didik dengan
kategori self efficacy rendah menunjukan bahwa peserta didik dengan self
efficacy rendah tidak mampu menjelaskan penyelesaian masalah hanya sebatas
penggunaan rumus tanpa menjelaskan langkah-langkahnya dalam penyelesaiannya,
peserta didik juga hanya memberikan penjelasan yang kurang dimengerti sehingga
jawaban yang diberikan kurang jelas untuk menjawab permasalahan matematika.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yusi Tustyaningsih dengan judul penelitian �Hubungan Self Efficacy Dengan Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas XI SMK PGRI 1 Kediri� didapatkan hasil penelitian dengan kesimpulan bahwa apabila siswa memiliki tingkat self efficacy yang tinggi, maka kemampuan matematika siswa tersebut tinggi pula, begitupun sebaliknya, apabila siswa memiliki tingkat self efficacy yang rendah, maka kemampuan matematika siswa tersebut rendah pula. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti (Septyani, 2020).
Kesimpulan
Pembelajaran
Matematika Model Think-Talk-Write
(TTW) Berbantuan Geogebra berkualitas dalam membentuk kemampuan
literasi matematik peserta didik yang ditinjau dari self efficacy yang
dimiliki oleh peserta didik. Peneliti juga menemukan bahwa self efficacy yang dimiliki peserta didik berpengaruh positif secara signifikan
terhadap kemampuan literasi matematik peserta didik tersebut.
BIBLIOGRAFI
Bean, J. A. (1975). Distribution And Properties Of
Variance Estimators For Complex Multistage Probability Samples; An Empirical
Distribution.
Boud, D., Keogh, R., Walker, D., Reinhart, C., Wyatt,
T., Vygotsky, L., Dewey, J., Young, M. G., Malisius, E., & Dueck, P.,
Utech, J. L., Maghuyop, A. Z., Sebastien, B., Team, T. E., Education, D. Of,
Furco, A., Innotech, Perin, D., Hare, R., Piaget, J., Zeidenberg, M., � Dewy,
J. (2016). Curriculum Development In Vocational And Technical Education:
Planning, Content, And Implementation. Brooklyn, Ny:Workforce Strategy
Center.
Creswell, J. W. (2016). Reflections On The Mmira The
Future Of Mixed Methods Task Force Report. In Journal Of Mixed Methods
Research (Vol. 10, Issue 3, Pp. 215�219). Sage Publications Sage Ca: Los
Angeles, Ca.
Danielson, C. (2013). The Framework For Teaching
Evaluation Instrument. The Danielson Group.
Heryanto, N., Komar, O., & Sukmana, C. (2021).
Penyelenggaraan Pelatihan Blended Learning Pada Pembelajaran Di Rumah Pintar
Nurul Falah Kota Bandung. Abdimas Siliwangi. Https://Journal.Ikipsiliwangi.Ac.Id/Index.Php/Abdimas-Siliwangi/Article/View/6253
Hightower, A., Delgado, R., Lloyd, S., Wittenstein,
R., Sellers, K., & Swanson, C. (2011). Improving Student Learning By
Supporting Quality Teaching : Key Issues, Effective Strategies (Issue
December). Editorial Project In Education, Inc.
Innovation, C. For E. R. And. (2007). Giving
Knowledge For Free:The Emergence Of Open Educational Resources.
Organisation For Economic Cooperation And Development (Oecd).
Klemer, A. (2020). Origami And Geogebra Activities
Contribute To Geometric Thinking In Second Graders. Eurasia Journal Of
Mathematics, Science And Technology Education, 16(11). Https://Doi.Org/10.29333/Ejmste/8537
Lestari, H. P. (2020). Development Of
Geogebra-Assisted Student Worksheet For Transformational Geometry Learning. In Journal
Of Physics: Conference Series (Vol. 1581, Issue 1). Https://Doi.Org/10.1088/1742-6596/1581/1/012005
Ogbonnaya, U. I. (2020). The Efficacy Of
Geogebra-Assisted Instruction On Students� Drawing And Interpretations Of
Linear Functions. International Journal Of Learning, Teaching And
Educational Research, 19(9), 1�14. Https://Doi.Org/10.26803/Ijlter.19.9.1
Pak, N. I., Bidaibekov, E. Y., Oshanova, N. T., &
Bukanova, A. K. (2020). Development Of Methodical System Of" History Of
Informatics" Course In Pedagogical Universities. European Proceedings Of
Social And Behavioural Sciences Epsbs, 994�1002.
Uu No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pada Pasal, Kemendiknas (2003).
Saing, D. (N.D.). Laporan Kegiatan Program Pengabdian
Kepada Masyarakat (Ppm). In Staffnew.Uny.Ac.Id.
Http://Staffnew.Uny.Ac.Id/Upload/198810132015041004/Pengabdian/Laporan
Akhir Ppm 2018 Pelatihan Penyusunan Butir Soal Berstandar Pisa Pada Aspek
Higher Order Thinking Skills Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Menghadapi
Pemetaan Kualitas Pendidikan Inte
Septian, A. (2020). Somatic, Auditory, Visualization,
Intellectually Learning Assisted By Geogebra To Improve Student�s Mathematical
Representation Skills. In Journal Of Physics: Conference Series (Vol.
1657, Issue 1). Https://Doi.Org/10.1088/1742-6596/1657/1/012023
Septyani, A. (2020). Hubungan Antara Lingkungan
Keluarga Dan Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Produktif Siswa Kelas Xi Smk Negeri 34 Jakarta. Journal Of Electrical
Vocational Education And Technology, 5(1), 21�26.
Soemantri, D., Mccoll, G., & Dodds, A. (2018).
Measuring Medical Students� Reflection On Their Learning: Modification And
Validation Of The Motivated Strategies For Learning Questionnaire (Mslq). Bmc
Medical Education. Https://Doi.Org/10.1186/S12909-018-1384-Y
Suherman. (2020). Improving Higher Order Thinking
Skills (Hots) With Project Based Learning (Pjbl) Model Assisted By Geogebra. In
Journal Of Physics: Conference Series (Vol. 1467, Issue 1). Https://Doi.Org/10.1088/1742-6596/1467/1/012027
Ulya, M. R., Isnarto, I., Rochmad, R., & Wardono,
W. (2019). Efektivitas Pembelajaran Flipped Classroom Dengan Pendekatan
Matematika Realistik Indonesia Terhadap Kemampuan Representasi Ditinjau Dari
Self-Efficacy. Prisma, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2,
116�123.
Xu, Q., Chen, J., Xie, Z., Liu, J., Zheng, G., &
Wang, Y. (2007). Total Innovation Management: A Novel Paradigm Of Innovation
Management In The 21st Century. Journal Of Technology Transfer. Https://Doi.Org/10.1007/S10961-006-9007-X
Zetriuslita. (2020). The Increasing Self-Efficacy And
Self-Regulated Through Geogebra Based Teaching Reviewed From Initial
Mathematical Ability (Ima) Level. International Journal Of Instruction, 14(1),
587�598. Https://Doi.Org/10.29333/Iji.2021.14135a
Copyright holder: Fitri
Nur Azizah, Stefanus Budi Waluya, Lusi Rachmiazasi Masduki (2023) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |