Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
2, Februari 2023
ANALISIS
JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI TRAKTOR RODA DUA DI
KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA
Rony Rahmat Hidayat Hasibuan, Sri Wahyuni, Ernita Arif
Universitas Andalas, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Pembangunan di sektor pertanian terus meningkat khususnya pada tanaman pangan menuju inovasi teknologi dalam membantu usaha petani dalam penggunaa inovasi traktor roda dua. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jaringan komunikasi petani dalam penggunaan traktor roda dua di kabupaten Mandailing Natal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan Stratified Random Sampling sebanyak 103 orang dari 5 kelompok tani dan teknik pengumpulan data melalui wawancara langsung dan dianalisis dengan analisis sosiometri, analisis jaringan komunikasi menggunakan aplikasi UCINET-8 dan SmartPLS. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa sosiogram aktor jaringan komunikasi petani desa Pidoli yang berperan sebagai Star dalam kelompoknya adalah aktor GM, AN, MK, KD, AM, MH, NS, dan SW, aktor-aktor tersebut merupakan Star dalam 5 kelompok tani yang dijadikan sebagai responden. Kelompok Tani di Desa Pidoli Dolok dan Lombang, selain berperan sebagai Star, mereka juga berperan sebagai Bridge dalam memberikan informasi kepada petani lain.
Kata kunci: karakteristik petani, karakteristik usahatani, jaringan komunikasi, sosiometri, traktor roda dua.
Abstract
Development in the agricultural
sector continues to increase, especially in food crops towards technological innovation
in assisting farmers' businesses in the use of two-wheeled tractor innovations.
This study aims to analyze the communication network of farmers in the use of
two-wheeled tractors in Mandailing Natal district.
The method used in this study is a quantitative descriptive method using
Stratified Random Sampling of 103 people from 5 farmer groups and data
collection techniques through direct interviews and analyzed by sociometric
analysis, communication network analysis using the UCINET-8 and SmartPLS applications. The results of this study explained
that the sociograms of the communication network actors of Pidoli
village farmers who played the role of Star in their group were GM, AN, MK, KD,
AM, MH, NS, and SW actors, these actors were Stars in 5 farmer groups who were
used as respondents. The Farmer Group in Pidoli Dolok and Lombang Villages, in
addition to playing the role of Star, they also act as Bridges in providing
information to other farmers.
Keywords: characteristics of farmers,
characteristics of farming, communication networks, sociometry, two-wheeled
tractors
Pendahuluan
Pembangunan didalam sektor pertanian khusunya
pertanian tanaman pangan dari tahun ketahun akan terus terjadi peningkatan
untuk memelihara keberlanjutan pangan masyarakat di Indonesia. Dengan
keberlanjutan pangan masyarakat di Indonesia akan menaikkan pendapatan dari
masyarakat dan memperbaiki gizi melalui penganekaragaman jenis bahan pangan.
Pengembangan subsektor tumbuhan pangan mempunyai arti yang strategis, mencakup
sumber kebutuhan pokok kehidupan nasional terutama bahan pangan yang menopang
kehidupan masyarakat lebih dari 60% pelaku usaha tani di Indonesia. Sesuai
dengan perspektif ekonomi, subsektor tanaman pangan masih memberikan sumbangan
yang nyata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, yaitu terdiri dari
penyerapan tenaga kerja pada pedesaan, pendapatan pertanian, petanian juga
menjadi penyumbang bagi devisa negara (Statistik, 2015).
Sebelum adanya penerapan teknologi pertanian
masyarakat melewati proses Adopsi teknologi. Penggunaan inovasi teknologi
pertanian merupakan salah satu indikator dalam keberhasilan suatu kegiatan
didalam penyuluhan (Damanik et al.,
2019). Penggunaan teknologi yang baru di dalam bidang
pertanian memiliki pengaruh yang sangat besar dalam bidang pertanian khusunya di Negara
Indonesia yang masyarakatnya mayoritas merupakan petani (Adinugraha, 2022). Penggunaan Traktor Roda Dua adalah
kegiatan penerapan teknologi hasil penelitian atau penemuan baru oleh para
ilmuwan. Penerapan didalam teknologi tersebut bisa diterima atau ditolak oleh
para petani (Siffana, Romadi, & Gunawan, 2021). Kecepatan seseorang dalam menggunakan
teknologi traktor roda dua ditentukan oleh beberapa hal diantaranya umur,
pendidikan petani, pengalaman dalam usaha tani dan keberanian dalam menghadapi
resiko dan kosmpolitan dalam menajalankan usaha taninya (Mutmainnah P, 2020).
Teknologi pertanian yang sudah diterapkan oleh
petani di Indonesia dalam usaha taninya adalah traktor roda dua. Teknologi
Traktor Roda Dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) merupakan
mesin pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan lain-lain
pekerjaan pertanian dengan alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasang di
bagian belakang mesin (Mukhtari, 2018). Traktor roda dua memiliki 5 komponen utama
yaitu: 1) motor listrik, 2) bracket motor dengan titik sambung, 3) rumah gigi
transmisi dengan titik sambung, 4) titik pemasangan belakang dan 5) tuas
kontrol roda dua dengan setir mobil (Dhafir, Mandang,
Hermawan, & Syuaib, 2019).
Gambar 1
Petani yang Menggunakan Traktor
Roda Dua di Kab. Madina
Dalam meningkatkan kemampuan petani dalam
penggunaan alat dan mesin pertanian, pemerintah telah mengkoordinir konsep UPJA
(Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian/ALSINTANI). UPJA Merupakan salah
satu bentuk bisnis mekanisasi pertanian yang dikembangkan untuk mendorong
peningkatan produksi padi dan kesempatan kerja masyarakat pedesaaan. Penggunaan
traktor di Indonesia telah mencapai 84.664 buah dan sebagian besar petani yang
didaerah Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara sudah menggunakan
traktor roda dua dalam mengolah lahan (Pebrianto,
Andasuryani, & Fahmy, 2020).
Dari hasil survei pendahuluan yang dilaksanakan
dilapangan dan di Dinas Pertanian Kabupaten Mandailing Natal jumlah traktor
roda dua yang sudah dioperasikan oleh petani sebanyak 127 buah seperti pada
tabel 1. Beberapa faktor yang mempengaruhi petani dalam menggunakan teknologi
traktor roda dua diantaranya persaingan kerja pertanian dengan industri,
berkurangnya tenaga kerja manusia, biaya pengolahan lahan dengan menggunakan
traktor roda dua lebih murah dan traktor roda dua mudah ditemukan dilokasi (Mulatsih, 2018).
�
Tabel 1. Ketersediaan
Traktor Roda Dua di Kab. Madina
No. |
Tahun |
Ketersediaan Traktor |
1. |
2016 |
30 |
2. |
2017 |
50 |
3. |
2018 |
29 |
4. |
2019 |
14 |
5. |
2020 |
4 |
Jumlah Ketersediaan Traktor |
127 |
Wilayah Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing
Natal Salah satu daerah yang memiliki produksi padi yang tinggi yang telah
mengembangkan traktor roda dua. Menurut data Dinas Pertanian Kabupaten
Mandailing Natal bidang Sarana dan Prasarana (2021) ketersediaan teknologi traktor roda dua
di kecamatan panyabungan sebanyak 24 unit. Pendekatan penerapan dalam traktor
roda dua telah terjadi di Kecamatan Panyabungan melalui jaringan komunikasi
petani dilingkungan internal dan eksternal kelompok tani. Peran pemuka
masyarakat dan pemerintah setempat masih mendominasi proses komunikasi dalam
penggunaan teknologi baru. Dalam hal ini, peran jaringan komunikasi di
Kecamatan Panyabungan terlihat signifikaan karena terkait dengan struktur
sosial yang ada dilingkungan petani.
Dalam jaringan komunikasi, penerapan teknologi
inovatif untuk pengembangan traktor roda dua memegang peranan yang sangat penting,
karena dalam jaringan komunikasi tersebut petani dapat memperoleh informasi
tentang kegunaan dan manfaat usaha tani padi. Rogers dan Kincaid (1981) mengemukakan pada jaringan komunikasi
akan tergambar individu yang mempunyai peranan khusus seperti, 1). pemuka
pendapat, 2). perantara, 3). jembatan, 4). pencilan dalam kelompok. Dalam
jaringan komunikasi terdapat beberapa struktural yang dapat diukur pada tingkat
kelompok tani yakni: 1). outdegree centrality, 2). indegree centrality, 3).
closness centrality dan 4). betweness centrality.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah
dilaksanakan dalam pengembangan traktor roda dua di Kecamatan Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal yaitu masyarakat petani masih lambat dalam
menggunakan teknologi traktor roda dua. Petani di Kecamatan Panyabungan masih
sulit dalam memperoleh informasi yang lengkap seputar teknologi traktor roda
dua dan juga tentang pemanfaatan teknologi traktor roda dua baik diperoleh dari
lingkungnannya maupun kelompok tani sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi
jaringan komunikasi terkait dengan komunikasi yang terjalin antara individu
dengan individu lain, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok sesuai
dengan pihak luar karakteristik sosial, karakteristik usaha tani, dan
karakteritik jaringan komunikasi dalam penggunaan traktor roda dua.
Metode Penelitian
����������� Penelitian
ini sudah dilaksanakan di Sumatera Utara dengan
lokasi penelitian di Desa Pidoli Kecanatan
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Lokasi penelitian
ini dipilih dengan sengaja (Purposive
Sampling) dengan alasan
pemilihannya:1) Masyarakat Desa Pidoli
merupakan berprofesi sebagai petani, 2) Luas lahan yang dikelola di Desa Pidoli Luas dibandingkan Desa yang lain yang ada di Kecamatan Panyabungan dan 3) Masyarakat Desa
Pidoli dalam Mengolah lahan untuk tanam sudah
menggunakan traktor roda dua di dalam pengolahannya. Penelitian Ini sudah dilaksanakan
dari Bulan Desember 2021 sampai dengan Bulan Januari
2022. Jenis Penelitian yang akan dilaksanakan di dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif (Mardikanto, 2010). Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif yang menekankan pada kajian tentang hubungan variabel dan pengujian hipotesis didalam penelitian ini.
Populasi didalam penelitian
ini merupakan petani yang sudah menggunakan traktor roda dua di Kabupaten Mandailing Natal. Dari 17 Kecamatan
yang ada di Kabupaten Mandailing Natal hanya 14 Kecamatan yang sudah menerapkan traktor roda dua dalam pengelolaan usaha dan 14 Kecamatan inilah yang menjadi populasi didalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan Statisfied Random
Sampling, Tahap 1 dilakukan
identifikasi pengguna traktor roda dua terbanyak di masing- masing Kecamatan,
Tahap 2 dilakukan pemilihan pada Kecanatan yang memiliki pengguna traktor roda dua terbanyak, Tahap 3 dilakukan pemilihan pada Kecamatan terpilih untuk selanjutnya ditetapkan Desa berdasarkan luas lahan. Berdasarkan luas lahan Desa
yang terpilih adalah Desa Pidoli dengan
total petani berjumlah 450
yang tersebar dalam 25 kelompok tani. Tahap 4 akan dipilih
5 kelompok tani secara Random Sampling, kelompok terpilih akan diambil
secara Sensus. Menurut Mardikanto (2010) populasi yang homogen dapat diambil
dalam jumlah yang kecil dalam kelompok
tersebut. Adapun 5 kelompok
tani adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Kelompok
Tani yang Terpilih Sebagai Responden
No. |
Kelompok Tani |
Desa |
Jumlah Petani |
1. |
Satahi |
Pidoli Dolok |
21 Orang |
2. |
Sahata |
Pidoli Dolok |
21 Orang |
3. |
Sepakat |
Pidoli Dolok |
16 Orang |
4. |
Willem Iskander |
Pidoli Lombang |
30 Orang |
5. |
Biara Dagang |
Pidoli Lombang |
15 Orang |
Jumlah |
|
|
103
Orang |
Data tersebut didapatkan
dari wawancara terhadap informan-informan petani padi sawah yang menggunakan traktor roda dua dalam pembukaan lahan, pihak-pihak yang terkait, Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Mandailing Natal, petugas
BP3K Kabupaten Mandailing
Natal, wawancara, observasi,
dan diskusi langsung dengan responden yang ada di lokasi penelitian.
Data sekunder juga diperoleh
dari arsip dokumen dari BP3K di Kabupaten Mandailing Natal. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yakni metode penelitian
yang menggunakan kuesioner
yang dibagikan kepada responden untuk mendapatkan data-data dilapangan (Singarimbun, 1995).
Hasil dan Pembahasan
Desa Pidoli Lombang terletak di Jl. Willem Iskandar, Pidoli Lombang Merupakan Salah Satu desa yang berada di tengah Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Akses Untuk menuju Pidoli Lombang Tersebut Tidaklah Terlalu sulit Karna letaknya yang strategis dan mudah dicari. Desa Pidoli Lombang yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Sipolu-Polu pada sebelah Utara. Berbatasan langsung dengan Desa Parbangunan sebelah Selatan. Desa Pidoli Dolok Bersebalahan Langsung dengan Pidoli Lombang dibagian Barat dan Panyabungan Barat disebelah Timur Desa Pidoli Lombang.
Desa Pidoli Lombang �memiliki luas lahan yang sangat luas Penggunaan lahan yang di desa Pidoli Lombang dapat Dilihat padat Tabel 12. Dengan luas lahan yang dimiliki daerah Pidoli Lombang rata-rata mata pencaharian masyarakat disana sebagian besar merupakan petani. sebagian masyarakat di Pidoli Lombang ini mengolah lahannya sendiri sebagian lagi masyarakatnya mengolah yang bukan lahannya tetapi berada di daerah tersebut. Tetapi Masyarakat Pidoli Lombang Juga ada yang bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil, Pedagang dan Lain-lain. untuk lebih jelasanya mata pencaharaian masyarakat Desa Pidoli Lombang disajikan pada Tabel 12.
���������������������������������������
No. |
Jenis Penggunaan Lahan |
Luas Lahan |
Persentase (%) |
1. |
Permukiman |
40 |
2.17 |
2. |
Sawah Irigasi |
250 |
13.56 |
3. |
Sawah Tadah
Hujan |
50 |
2.9 |
4. |
Lain Lain |
1504 |
81.56 |
Sumber Kantor Desa Pidoli Lombang, 2020
Pada Tabel 12. Dilihat data penggunaan lahan di Pidoli Lombang penggunaan lahan untuk permukiman masyarakat sebesar 40 Ha dengan persentase 2.17%. Penggunaan Lahan Untuk sawah irigasi sebesar 250 Ha dengan persentase 13.56% sedangkan penggunaan lahan Untuk Sawah Tadah Hujan sebesar 50 Ha dengan persentase 2.9% dan penggunaan lahan untuk keperluan lainnya sebesar 1504 dengan persentase 81.56%.
No. |
Mata Pencaharian |
Jumlah Orang |
1. |
Petani |
411 Orang |
2. |
Pedagang |
102 Orang |
3. |
Tukang
Batu |
97 Orang |
4. |
PNS |
32 Orang |
5. |
Perangkat Desa |
27 Orang |
Sumber: Kantor Kepala Desa Pidoli lombang, 2020
Tabel 13 menenunjukan mata pencaharian oleh masyarakat Pidoli Lombang dimana yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 411 orang, pedagang sebanyak 102 orang, tukang batu sebanyak 97 orang, sedangakan PNS sebanyak 32 Orang dan Perangakat Desa sebanyak 27 Orang.
Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa mata pencaharian masyarakat yang paling banyak di Desa Pidoli Dolok Merupakan Petani dengan jumlah 122 orang. Sedangakan pedagang sebanyak 34 orang, kuli bangunan 28 orang, wiraswasta 68 orang dan yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil Sebnayak 31 0rang.
No. |
Mata Pencaharian |
Jumlah orang |
1. |
Petani |
122 Orang |
2. |
Pedagang |
34 Orang |
3. |
Kuli Bangunan |
28 Orang |
4. |
Wiraswasta |
68 Orang |
5. |
PNS |
31 Orang |
Sumber: Kantor Kepala Desa Pidoli Dolok, 2020
Penduduk digolongkan kedalam beberapa kategori yaitu sangat produktif, produktif dan kurang produktif, petani yang memiliki umur (25-40) dikategorikan kepada sangat produktif, umur (41-55) dikategorikan kepada produktif dan umur (>55) dikategorikan kepada kurang produktif (Mansur & Sutarto, 2015). Umur merupakan salah satu faktor sosial yang mempengaruhi suatu aktifitas seseorang dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Sesuai dengan pembahasan pada penelitian yang dilaksanakan oleh Gunawan (2022) mengatakan bahwa semakin muda umur seorang petani semakin banyak pula petani ingin mengetahui informasi yang terbaru tentang usahatani. Maka dari itu umur merupakan salah satu karakteristik yang harus diketahui. Petani yang memiliki umur sangat produktif mempunyai kemampuan dalam mengelola dan mengupayakan usaha taninya agar mendapatkan hasil yang bagus, petani dengan umur sangat produktif juga cepat dalam mengadopsi inovasi yang sudah diterapkan di daerah tersebut, petani ini masih memiliki tanggungan yang perlu dibiayai oleh kepala keluarga sehingga dapat diasumsikan mereka �memiliki semangat yang besar dalam berusaha tani melaksanakan dimana rentang umur sangat produktif adalah (25-40 tahun) sebanyak 18 orang dengan persentase 17.5%.
Menurut Gani (2022) semakin muda umur petani biasanya mempunyai semangat yang tinggi tentang apa yang belum mereka ketahui dan mereka akan mencari informasi tentang usahatani. Sesuai dengan hasil penelitian Rahardjo (2020) menyebutkan rendahnya petani yang berusia muda diperlukan dalam regenerasi petani untuk keberlangsungan dalam budidaya kakao. Jenjang usia manusia memperlihatkan seberapa banyak pengalaman telah dialaminya, serta pengetahuan yang dimilkinya dan dipraktekkan dalam aktivitas kehidupannya. Umur ikut mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak tentang apa yang dikerjakan berkaitan dalam pembangunan pertanian. Usia anggota kelompok tani mengaitkannya dengan perilaku, petani yang berumur lebih tua akan berbeda dengan tindakannya, lebih bijaksana dan arif, penuh perhitungan dalam berindak dibandingkan dengan anggota kelompok tani yang lebih muda (Timur & Gianawati15, 2015).
Tabel 15. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Petani
No. |
Karakterisitik petani |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase (%) |
1 |
Umur |
Sangat
Produktif |
18 |
17.5 |
|
|
Produktif |
47 |
45.6 |
|
|
Kurang Produktif |
38 |
36.9 |
2 |
Pendidikan |
Rendah |
32 |
31.1 |
|
|
Sedang |
64 |
62.1 |
|
|
Tinggi |
7 |
6.8 |
No |
Karakterisitik petani |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase (%) |
3 |
Pengalaman Bertani |
Berpengalaman |
30 |
29.1 |
|
|
Sangat Berpengalaman |
45 |
43.7 |
|
|
Tinggi Pengalaman |
28 |
27.2 |
4 |
Jumlah Keluarga |
Rendah |
19 |
18.4 |
|
|
Sedang |
47 |
45.6 |
|
|
Tinggi |
37 |
35.9 |
5 |
Tingkat kosmopolitan |
Rendah |
34 |
33.0 |
|
|
Sedang |
6 |
5.8 |
|
|
Tinggi |
63 |
61.2 |
Karakteritik usahatani merupakan variabel yang diluar karakteristik petani yang berpengaruh terhadap kepada usahatani petani. Karakteristik usahatani ada empat subvariabel yang diukur diantaranya adalah sebagai berikut: 1). Luas pengelolaan lahan (Ha), 2). Produksi padi (kg/ton), 3). Biaya pengelolaah lahan (Rp) dan 4). Harga Jual Gabah (Rp) (Sukanata & Yuniati, 2016). Persentase karakteristik usaha tani dapat dilihat pada Tabel 16.
Luas lahan merupakan aset yang dimiliki oleh petani yang dapat mempengaruhi total produksi dan akan mempengaruhi aspek ekonomi nantinya, luas lahan akan berpengaruh terhadap produksi dari usahatani. Lahan merupakan modal alam bagi petani didalam menjalankan usahataninya. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting didalam pengembangan usahatani. Ketersediaan lahan yang terbatas akan berdampak pada pengembangan usahatani dan pendapatan petani juga. Lahan merupakan aset utama dari petani sebagai mode penggerak dalam menjalankan usahataninya. Petani yang mengelola lahan dengan luasan (0-5000 m) sebanyak 97 orang dengan persentase 94.2%. Sedangkan petani yang mengelola luas lahan dengan luasan (5001-1 Ha) sebanyak 6 orang dengan persentase 5.8% dan tidak ada petani yang mengelola lebih dari 1 Ha.
Pada saat wawancara dilihat petani yang �memiliki luas lahan dibawah 5000 m merupakan petani kecil dan sudah berumur lanjut sedangkan petani yang memiliki luasan lahan untuk dikelola diatas 5000 m sampai dengan 1 Ha merupakan petani yang masih berumur produktif dan juga berumur sangat produktif. Luas lahan yang dikelola oleh petani semakin kecil dikarenakan adanya sistem warisan oleh masyarakat pedesaan dan tingkat pertumbuhan penduduk tiap tahun semakin meningkat. Status lahan pada desa Pidoli merupakan lahan milik sendiri tetapi masih ada petani yang belum memiliki lahan di desa Pidoli tersebut tetapi mereka menyewa lahan tersebut dengan membayar sewa atau produksi dari padi yang didapatkan dibagi 2 atau diabagi 3.
Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Usahatani
No |
Karakterisitik Usaha
tani |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase (%) |
1 |
Luas Pengelolaan lahan |
Sempit |
97 |
94.2 |
|
|
Sedang |
6 |
5.8 |
|
|
Luas |
0 |
0 |
2 |
Produktivitas Padi |
Rendah |
5 |
4.9 |
|
|
Sedang |
87 |
84.5 |
|
|
Tinggi |
11 |
10.7 |
3 |
Biaya pengelolaan Usahatani |
Rendah |
46 |
44.7 |
|
|
Sedang |
48 |
46.6 |
|
|
Tinggi |
9 |
8.7 |
4 |
Harga Jual Gabah |
Rendah |
5 |
4.9 |
|
|
Sedang |
88 |
85.4 |
|
|
Tinggi |
10 |
9.7 |
Berdasarkan tabel diatas diketahui kegiatan usaha tani mayoritas luas pengelolaan lahan adalah sempit sebanyak 97 responden (94,2%). Kemudian produksi padi oleh petani rendah 87 atau (84,5%). Biaya pengelolaan lahan pada umumnya sedang sebanyak 48 orang (46,6%) dan tingkat jual gabah mayoritas sedang sebanyak 88 orang (85,4%).
Jaringan komunikasi yang terbentuk menggambarkan pola interaksi yang terjalin antara individu didalam sebuah kelompok. Proses terbentuknya sebuah jaringan komunikasi yang ada didalam kelompok tersebut melalui interaksi yang dilakukan oleh para petani anggota kelompok dengan sesama anggota kelompok dan juga orang yang berada diluar kelompoknya dengan tujuan memenuhi kebutuhan informasi mengenai penggunaan traktor roda dua di lingkungan petani di Desa Pidoli. Pola interaksi antara petani tersebut menunjukkan perilaku komunikasi mereka dalam memberi dan menerima serta menyebarluaskan informasi. Analisis terhadap jaringan komunikasi akan memberikan gambaran siapa saja yang terjangkau oleh informasi, bagaimana informasi terdistribusi kesemua anggota kelompok dan struktur jaringan komunikasi yang terbentuk.
Tabel 17. Kode
Anggota Klik dalam Jaringan Komunikasi Petani Di Desa Pidoli
No |
Nama Kelompok |
Jumlah Anggota |
Kode Anggota |
1. |
Satahi |
21 |
AH,MB,NB,SN,NH,EL,RB,SA,RL.KD.M K.HL,PG,AL,MH,LS,ST,RS,PA, MW,NI |
2. |
Sahata |
21 |
PD,GZ,BF,NH,AP,BR,SP,IF,SS,MI, EW,RS,SA,RN,SB,DH,SF,SD,AS,SB, GM |
3. |
Sepakat |
16 |
HN,MB,RD,LM,MR,RS,ZK,KH,AM,AN, DL,SB,RN,EH,NR,MS |
4. |
Willem Iskander |
30 |
AN,RL,MB,IP,SW,BR,AM,HR,AM, EN,AR,BN,ND,HN,RM,FJ,MY,RH, KS,EW,PA,CP,BS,FM,LB,LN,DL,CY, SD,SA |
5. |
Biara Dagang |
15 |
TL,AS,PL,AK,MS,RN,BM,AR,SA,MI,NH �,KS,SS,PN,TS�������������������������������������� |
Klik merupakan subsistem dimana anggota klik sebagaimana petani berinteraksi lebih aktif dengan anggota lainnya sesuai dengan pengkodean yang telah ditentukan. Ketua kelompok tani dipilih melalui musyawarah kemudian didapatkan mufakat siapa yang akan menjadi ketua kelompok taninya. Untuk menjadi ketua kelompok tani sangat dipengaruhi oleh sistem sosial yang ada, dari segi ekonomi ketua kelompok tani lebih mapan dan mampu berinteraksi dalam lingkungan sosialnya. Dari 5 kelompok tani dengan 103 anggota setelah dilakukan pengkodean terdapat jumlah anggota kelompok tani sebanyak pada kelompok tani satahi sebanyak 21 orang, sahata sebanyak 21 orang, sepakat sebanyak 16 orang, willem iskander 30 oran dan kelompok tani biara dagang 15 orang.
Sejalan dengan hasil penelitian Kusumastuti (2019) menyebutkan hasil penelitian pada sosiogram menunjukkan bahwa yang berperan sebagai liason yaitu merupakan individu yang menghubungkan dua klik yang berbeda tapi dia tidak termasuk anggota dari dua klik yang dihubungkan, adalah anggota pegawai dari BPP mekanisasi pertanian dan Dinas Pertanian Kabupaten Mandailing Natal. penyuluh pertanian yang berada di Desa Pidoli sering mencoba terlebih dahulu teknologi yang akan dicobakan kepada petani. Kegiatan tersebut dapat berupa praktek yang dilaksanakan oleh penyuluhan pertanian maupun demonstrasi yang dilaksanakan melalui pelatihan dan sosialisasi. Pada gambar sosiogram jaringan komunikasi petani di Desa Pidoli mencari informasi pertanian kepada lembaga- lembaga pemerintah yang ada di Desa Pidoli Kecamatan Panyabungan. Dengan terbentuknya sosiogram jaringan komunikasi lebih mudah bagi penyuluh dalam menemukan aktor yang berperan sebagai star untuk dihubungi dalam memberikan informasi tentang penggunaan traktor roda dua dan lebih cepat juga informasi tersalurkan kepada petani yang ada di Desa Pidoli Dolok dan Pidoli Lombang.
Analisis jaringan komunikasi berfungsi untuk mengidentifikasi peranan komunikasi khusus yang diperankan poleh aktor didalam jaringan yaitu berfungsi sebagai opinion leader, bridges, hubs, gate keeper, dan isolate (Eriyanto, 2014). Analisis jaringan komunikasi ini menggambarkan posisi anggota didalam jaringan siapa anggota yang berperan dalam memberikan informasi kepada anggota lainnya dan penghubung anggota lainnya.
Jaringan komunikasi pada pengelolaan menggunakan analisis jaringan utuh dengan unit yang dianalisis merupakan aktor dari setiap kelompok yang ada, dan melihat semua aktor yang ada di dalam jaringan tersebut. Pertanyaan yang sering ditanyakan adalah siapa aktor (Node) yang menonjol atau paling menentukan didalam jaringan. Aktor siapa yang paling menonjol didalam kelompok disebut dengan centrality. Centrality merupakan orang yang memiliki kekuasaan dan paling menonjol dalam jaringan, bagaimana posisi aktor dalam keseluruhan jaringan dan melihat seberapa sentral aktor tersebut (Yusriyah, Sudaryanto, & Fatoni, 2020).
a. Tingkat Sentralitas (Degree Centrality)
Degree Centality menunjukkan popularitas aktor dalam sebuah jaringan komunikasi. Degree merupakan jumlah link dari dan kearah aktor. Penelitian ini �memiliki arah dalam jaringan. Degree ini berupa indegree dan outdegree. Semakin tinggi nilai centrality semakin baik pulaa node.
��������������������������������������������������� Tabel 18
Hasil Outdegree dan Indegree Centrality pada Jaringan Komunikasi Interpersonal Petani
Derajat Sentralitas |
Kelompok Tani |
Aktor |
Nilai Outdegree Centrality |
Status |
OutDegree Centrality |
Satahi |
MK |
0.255 |
Ketua Kelompok Tani |
|
|
AH |
0.131 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
MB |
0.83 |
Anggota Kelompok Tani |
|
Sahata |
IF |
0.76 |
Ketua Kelompok Tani |
|
|
RS |
0.74 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
MI |
0.69 |
Anggota Kelompok Tani |
|
Sepakat |
KH |
0.76 |
Ketua Kelompok Tani |
|
|
AS |
0.74 |
Anggota Kelompok
Tani |
|
|
MB |
0.55 |
Anggota Kelompok Tani |
|
Willem Iskander |
NS |
0.207 |
Ketua Kelompok Tani |
|
|
MB |
0.200 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
SW |
0.166 |
Anggota Kelompok Tani |
|
BiaraDagang |
PL |
0.76 |
Anggota Kelompok
Tani |
|
|
KH |
0.69 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
PD |
0.55 |
Ketua Kelompok
Tani |
Derajat Sentralitas |
Kelompok Tani |
Aktor |
Nilai Indegree Centrality |
Status |
Indegree Centrality |
Satahi |
MB |
0.69 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
SA |
0.62 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
MK |
0.55 |
Ketua Kelompok Tani |
|
Sahata |
SP |
0.69 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
SD |
0.62 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
MI |
0.55 |
Ketua Kelompok Tani |
|
Sepakat |
KH |
0.113 |
Ketua Kelompok Tani |
|
|
HN |
0.62 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
LM |
0.55 |
Anggota Kelompok Tani |
|
Willem Iskander |
NS |
0.62 |
Ketua Kelompok Tani |
|
|
MH |
0.55 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
EN |
0.55 |
Anggota Kelompok Tani |
|
Biara Dagang |
PN |
0.62 |
Ketua Kelompok Tani |
|
|
AP |
0.55 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
AS |
0.55 |
Anggota Kelompok Tani |
b. Tingkat kedekatan
(Closeness Centrality)
Analisis selanjutnya yaitu melakukan penghitungan skor dalam mengidentifikasi aktor yang berperan sebagai bridges yaitu aktor yang menjadi perekat dalam suatu jaringan karena memiliki kemampuan untuk mengirim atau menerima pesan tanpa harus melalui aktor dalam jaringan. Penentuan aktor yang berperan sebagai bridges dilakukan dengan menghitung clossnes centrality. Clossness centrality memperlihatkan seberapa dekat aktor dengan semua aktor dalam jaringan (Eriyanto, 2014). Closness centrality atau sentralitas kedekatan digunakan untuk mengukur aktor mana yang paling cepat dalam menjangkau semua aktor lain dalam jaringan, baik secara langsung ataupun tidak langsung (hanya sebagai perantara).
Tabel 19
Hasil Closness
Centrality Jaringan Komunikasi Interpersonal Petani
Derajat Sentralitas |
Kelompok Tani |
Aktor |
Nilai Clossnes Centrality |
Status |
|
Satahi |
MK |
2.01 |
Ketua Kelompok Tani |
|
|
EL |
1.8 |
Anggota Kelompok Tani |
|
Sahata |
GM |
2.02 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
IP |
1.94 |
Anggota Kelompok Tani |
|
Sepakat |
KH |
1.96 |
Ketua Kelompok Tani |
Clossnes Centrality |
|
EH |
1.92 |
Anggota Kelompok Tani |
|
Willem Iskander |
NS |
1.97 |
Ketua Kelompok Tani |
|
BD |
1.94 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
Biara Dagang |
AK |
1.95 |
Anggota Kelompok Tani |
|
PN |
0.69 |
Ketua Kelompok Tani |
c.
Tingkat Keperantaraan (Betweness Centrality)
Analisis yang selanjutnya dilakukan dalam jaringan komunikasi adalah Betweness Centrality ini dilakukan untuk melakukan penghitungan dan untuk mengidentifikasikan aktor yang berperan sebagai brokers atau gate kepeers yaitu aktor yang menjadi perantara dari hubungan dengan hubungan aktor lainnya. Sehingga memiliki kemampuan dalam mengontrol arus informasi dalam jaringan dengan menyaring informasi yang masuk sebelum disebarluaskan informasi tersebut kepada aktor lainnya. Penentuan aktor yang berperan sebagai brokers atau gate kepeers dilakukan dengan menghitung nilai betweness centrality. Betweness centrality menggambarkan posisi seorang aktor sebagai perantara hubungan didalam jaringan komunikasi (Eriyanto,2014). Sentralitas keperentaraan digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktor yang menempati posisi sebagai jalur terpendek diantara dua aktor lainnya. Pada jaringan komunikasi, betweness centrality sangat penting untuk diketahui karena berkaitan dengan kemampuan aktor dalam mengatur arus informasi dari satu aktor ke aktor lainnya, dalam mengatur arah informasi yang diterimanya apakah ditahan atau diteruskan kepada aktor lainnya.
Hasil Betweness
Centrality Jaringan
Komunikasi
Interpersonal Petani
Derajat Sentralitas |
Kelompok Tani |
Aktor |
Nilai Betweness Centrality |
Status |
|
Satahi |
MK |
4.55 |
Ketua Kelompok Tani |
|
|
RB |
2.01 |
Anggota Kelompok Tani |
|
Sahata |
GM |
8.82 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
IF |
1.71 |
Ketua Kelompok Tani |
Betweness Centrality |
Sepakat |
KH |
7.27 |
Ketua Kelompok Tani |
|
MR |
1.51 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
Willem Iskander |
NS |
8.72 |
Ketua Kelompok Tani |
|
SW |
5.79 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
Biara Dagang |
KH |
3.27 |
Anggota Kelompok Tani |
|
|
MI |
1.69 |
Anggota Kelompok Tani |
1. Pengaruh Karakteristik Petani Terhadap Jaringan
Komunikasi Petani
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel, dimana dua variabel adalah variabel bebas (independent variabel) yaitu Karakteristik petani, karakteristik usaha tani, variabel terikat (dependent variable) yaitu jaringan komunikasi. Dengan menggunakan SmartPLS ini bertujuan agar dapat memecahkan masalah hubungan dari variabel independent dan variabel dependen. Kondisi karakteristik petani dilihat pengaruhnya terhadap jaringan komunikasi. Terlihat pada Tabel 21. Hasil analisis pengaruh karakteristik petani terhadap jaringan komunikasi. Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output path coeficient.
|
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T
Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Karakteristik Petani
-> Jaringan Komunikasi |
0.201 |
0.199 |
0.087 |
2.316 |
0.010 |
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa hubungan variabel Karakteristik Petani terhadap variabel Jaringan Komunikasi menunjukkan nilai estimasi sebesar 0,201 (positif) artinya variabel Karakteristik Petani memberikan pengaruh positif sebesar 0,201 terhadap Jaringan Komunikasi. Kemudian nilai p- values sebesar 0,010< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Karakteristik Petani berpengaruh positif signifikan terhadap Jaringan Komunikasi.
Karaktersitik usaha tani yaitu: pengelolaan lahan usahatani, produksi padi, biaya pengelolaan usahatani dan harga jual gabah mempunyai kaitan dengan jaringan komunikasi. Diduga adanya pengaruh terhadap jaringan komunikasi petani Di Desa Pidoli. Adanya hubungan keduanya ditentukan oleh karakteristik usahatani dengan jaringan komunikasi petani yang terjalin di Desa Pidoli. Hasil dari analisis regresi dari pengaruh aspek-aspek Karakteritik usahatani terhadap aspek-aspek jaringan komunikasi dapat dilihat pada Tabel 22. Pengaruh Karakteristik Usahatani Terhadap Jaringan Komunikasi Petani Di Desa Pidoli. Dilihat Pada Tabel 22. Hasil dari analisis pengaruh karakteristik usahatani terhadap jaringan komunikasi.
Hasil Analisis Karakteristik Usahatani Terhadap Jaringan Komunikasi
Variabel |
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T
Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Karakteristik Usaha Tani
-> Jaringan Komunikasi |
0.478 |
0.478 |
0.086 |
5.550 |
0.000 |
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa hubungan variabel Karakteristik Usahatani terhadap Jaringan Komunikasi menunjukkan nilai estimasi sebesar 0,478 (positif) artinya variabel Karakteristik Usahatani memberikan pengaruh positif sebesar 0,478 terhadap Jaringan Komunikasi. Kemudian nilai p-values sebesar 0,000< 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Karakteristik Usahatani berpengaruh positif signifikan terhadap Jaringan Komunikasi.
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel, dimana dua variabel adalah variabel bebas (independent variabel) yaitu Karakteristik petani, karakteristik usahatani, variabel terikat (dependent variable) yaitu jaringan komunikasi. Dengan menggunakan SmartPLS ini bertujuan agar dapat memecahkan masalah hubungan dari variabel independent dan variabel dependen. Kondisi karakteristik petani dilihat pengaruhnya terhadap jaringan komunikasi. Terlihat pada Tabel 23. Hasil analisis pengaruh karakteristik petani dan karakteristik usahatani terhadap jaringan komunikasi petani.
Tabel 23
Hasil Analisis Karakteristik Petani dan Usahatani Terhadap Jaringan Komunikasi
Variabel |
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T
Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Karakteristik
Petani dan Karakteristik Usaha Tani -> �Jaringan Komunikasi |
0.340 |
0.339 |
0.087 |
3.933 |
0.005 |
Berdasarkan pengujian hipotesis pengaruh total diatas dapat dijelaskan sebagai berikut. Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa hubungan variabel Karakteristik Petani dan Karakteristik Usahatani terhadap variabel Jaringan Komunikasi menunjukkan nilai estimasi sebesar 0,340 (positif) artinya variabel Karakteristik Petani dan Karakteristik Usahatani memberikan pengaruh positif sebesar 0,340 terhadap Jaringan Komunikasi. Kemudian nilai p-values sebesar
0,005< 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa Karakteristik Petani dan Karakteristik Usahatani berpengaruh positif signifikan terhadap Jaringan Komunikasi. Sejalan dengan yang dibahas oleh Kusumastuti (2019) menyebutkan semakin produktif umur
petani maka semakin sering petani tersebut dalam menjalin jaringan komunikasi dalam hal mencari informasi baik dalam kelompoknya maupun keluar kelompoknya.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Desa Pidoli Tentang
Jaringan Komunikasi Petani dapat disimpulkan
bahwa Jaringan komunikasi petani Desa Pidoli aktor
yang berperan sebagai star dalam kelompoknya adalah aktor GM, AN, MK, KD, AM,
MH, NS dan SW, aktor ini merupakan star dalam 5 kelompok tani yang ada di Desa Pidoli
Dolok dan Lombang selain aktor ini
berperan sebagai star mereka juga berperan sebagai bridge dalam memberikan informasi kepada petani lainnya.
Beberapa faktor yang berpengaruh positif signifikan terhadap jaringan komunikasi ialah umur, pendidikan
formal, pengalaman berusahatani,
jumlah anggota keluarga dan tingkat kosmopolitan berpengaruh signifikan terhadap jaringan komunikasi di Desa Pidoli. Luas Pengelolaan Usahatani, Produksi Padi, Biaya Pengelolaan Usahatani dan Harga Jual Gabah Berpengaruh Signifikan Terhadap Jaringan Komunikasi Petani Di Desa Pidoli.
BIBLIOGRAFI
Adinugraha, Hendri Hermawan. (2022). Dampak Alat
Pertanian Modern Padi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Batang. RISTEK:
Jurnal Riset, Inovasi Dan Teknologi Kabupaten Batang, 6(2), 52�61.
Anggraeni, Rini, Sumbodo, B. Tresno,
Dewandini, Sri Kuning R., & PJ, Brandon Perdana. (2021). Analisis Usahatani
Anggur Ninel di Dusun Plumbungan Kalurahan Sumbermulyo Kapanewon Bambanglipuro
Kabupaten Bantul. Prosiding Seminar Nasional.
Bissyafaati, Khoirulina. (2020). Analisis
pengembangan produk kerajinan Cor Kuningan di Desa Bejijong Kecamatan Trowulan
Kabupaten Mojokerto dalam persepektif Pembangunan Ekonomi Perdesaan. UIN
Sunan Ampel Surabaya.
Damanik, Rosenty, Sirait, Monalisa Br,
Yolanda, Suci, Ketaren, Ensunaria, Sinaga, Indra Prianto, & Harahap,
Mawaddah. (2019). Diagnosa Penyakit Kulit pada Anjing dengan Algoritma
Multilayer Perceptron. Jurnal Mahajana Informasi, 4(2), 50�56.
Deliar, Anastasia Alfiony, Liviani, Melisa,
Az-Zahra, Maulida Fitria Zia, & Musyarofah, Raden Siti Aura. (2022). Analisis
Jaringan dan Aktor# Jokowi3Periode di Media Sosial Twitter Menggunakan Social
Network Analysis. JCommsci-Journal of Media and Communication Science, 5(3),
154�169.
Dhafir, Muhammad, Mandang, Tineke,
Hermawan, Wawan, & Syuaib, Muhammad Faiz. (2019). Desain ergonomis sistem
penggandengan trailer pada traktor roda dua. Jurnal Keteknikan Pertanian,
7(1), 99�106.
Eriyanto, Eriyanto. (2014). Kompetensi
Manajerial Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru. LISAN AL-HAL:
Jurnal Pengembangan Pemikiran Dan Kebudayaan, 8(2), 349�366.
Fangohoi, Latarus, Makabori, Yohanes Yan,
& Ataribaba, Yuliana. (2022). Karakteristik dan tingkat partisipasi petani
di Desa Tonongrejo, Jawa Timur. Agromix, 13(1), 104�111.
Gani, Eva Afriana, Nuraeni, Nuraeni, &
Aminah, Aminah. (2022). Pemberdayaan dan Peran Kelompok Tani Dalam Usahatani
Padi Sawah di Kabupaten Bone. AGROTEK: Jurnal Ilmiah Ilmu Pertanian, 6(2),
94�106.
Gunawan, Gunawan, Tomy, Jhon, &
Nurmedika, Nurmedika. (2022). Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Padi
Sawah Sistem Tabela dan Tapin di Desa Bangkir Kecamatan Dampal Selatan
Kabupaten Toli-Toli. AGROTEKBIS: E-JURNAL ILMU PERTANIAN, 10(4),
365�374.
Jamaluddin, Jamaluddin, Syam, Husain,
Lestari, Nunik, & Rizal, Muhammad. (2019). Alat dan mesin Pertanian.
Kusumastuti, Retno Dyah, Wicaksono, Agung,
& Priliantini, Anjang. (2019). Jaringan Komunikasi Dalam Meningkatkan
Produktivitas Pelapak (Studi Kasus Pada Komunitas Bukalapak Wilayah Jakarta). Jurnal
Penelitian Komunikasi Dan Opini Publik, 23(1).
Managanta, Andri Amaliel, Sumardjo, D.
Sadono, & Tjitropranoto, P. (2018). Kemandirian petani dalam meningkatkan
produktivitas usahatani kakao di Provinsi Sulawesi Tengah. IPB (Bogor
Agricultural University).
Mansur, Yuda Hidayat, & Sutarto,
Endriatmo. (2015). Socio-agrarian Conditions of Paddy Field in Sukabumi City. Sodality:
Jurnal Sosiologi Pedesaan, 3(1).
Mardikanto, T. (2010). Metodologi
Penelitian dan Evaluasi Agribisnis. Solo: Program Studi Agribisnis UNS.
Mukhtari, Wildan. (2018). Penggunaan
Teknologi Pertanian dan Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Padi di
Gampong Lam Alu Cut Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. UIN Ar-Raniry
Banda Aceh.
Mulatsih, Sri. (2018). Peran aktor dan
pemangku kepentingan bidang alsintan dalam proses penyusunan kebijakan SNI. Jurnal
Standardisasi, 18(1), 71�82.
Mutmainnah P, Mutmainnah P. (2020). Dampak
Kredit BRI Unit Leppangang terhadap Produktivitas Pertanian (Analisis Ekonomi
Islam). IAIN Parepare.
Pebrianto, Saddam, Andasuryani,
Andasuryani, & Fahmy, Khandra. (2020). Sistem Informasi Alat dan Mesin
Pertanian Berbasis Aplikasi Android Di Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas, 24(2), 98�106.
Rahardjo, Mudjia. (2017). Studi kasus
dalam penelitian kualitatif: konsep dan prosedurnya.
Rogers, Everett M., & Kincaid, D.
Lawrence. (1981). Communication networks: Toward a new paradigm for research.
Free Press.
Sari, Deli Purnama. (2019). Pengaruh
Biaya Produksi dan Harga Jual Terhadap Tingkat Keuntungan Home Industry Kripik
Menurut Persepektif Ekonomi Islam (Studi Pada Home Indusrty Kripik Pisang Di
Kecamatan Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan). UIN Raden Intan Lampung.
Siffana, Iklil, Romadi, Ugik, &
Gunawan, Gunawan. (2021). Efektivitas Program Pembangunan PSP terhadap Etos
Kerja Petani Desa Ngadisuko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Jurnal
Penyuluhan, 17(2), 177�193.
Singarimbun, Masri. (1995). Effendi.(1995)
Metode Penelitian Survei. Jakarta: Penerbit LP3ES.
Statistik, Badan Pusat. (2015). Inflasi. Diunduh
Pada Tanggal, 3.
Sukanata, I. Ketut, & Yuniati, Angie.
(2016). Hubungan karakteristik dan motivasi petani dengan kinerja kelompok
tani. Agrijati Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian, 28(1).
Suryadi, Tatang, Fangohoi, Latarus, &
Tuahuns, Djamaluddin. (2017). Factors Which Affecting Farmers in Sales The
Harvest Paddy to The Middlemen In Lajuk Village, Gondangwetan, Pasuruan. AGRIEKSTENSIA:
Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian, 16(2), 350�357.
Timur, Wuluhan Kabupaten Jember Propinsi
Jawa, & Gianawati15, Nur Dyah. (2015). Strategi dan Makna Bertahan Hidup
Perempuan Pedesaan Etnis Madura dan Jawa (Kajian pada Perempuan Pedesaan etnis
Madura di Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo dan etnis Jawa di Desa Tanjungrejo
Kecamatan. Gender Dan Kemiskinan Di Indonesia, 159.
Vinelly, Devia Agum. (2018). Peran Penyuluh
Dalam Proses Adopsi Inovasi Pemanfaatan Rice Transplanter Pada Kelompok Tani
Rantai Agung Desa Banaran Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun (Doctoral
dissertation, Universitas Brawijaya). Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Yusriyah, Kiayati, Sudaryanto, Sudaryanto,
& Fatoni, Ahmad. (2020). Analisis Peringkat Halaman (PageRank) pada
Jaringan Komunikasi dengan Hashtag# IbuKotaBaru di Twitter. Promedia (Public
Relation Dan Media Komunikasi), 6(2).
Zaman, Nur, Mahyati, Mahyati, Arti, Inti
Mulyo, Sitorus, Efbertias, Zainuddin, Asniwati, Destryana, R. Amilia, A�yunin,
Nur Arifah Qurota, Syah, Ikrar Taruna, Amruddin, Amruddin, & Siregar, Emi
Inayah Sari. (2022). Pengantar Teknologi Pertanian. Yayasan Kita
Menulis.
Copyright holder: Rony Rahmat Hidayat
Hasibuan, Sri Wahyuni, Ernita Arif (2023) |
First publication right: Romu Rahmat
Hidayat: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |