Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia �p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 8, No. 2, Februari
2023
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH
SEKTOR KESEHATAN, PENGGUNA KB, PENDIDIKAN WANITA, DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN
KERJA WANITA TERHADAP FERTILITAS DI INDONESIA TAHUN 1980-2020
Juhdah Nafilah, Fitri Amalia�
Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Kepadatan penduduk di Indonesia yang setiap tahunnya semakin bertambah tanpa diikuti dengan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) yang lebih baik dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan penduduk Indonesia itu sendiri. Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan angka fertilitas, maka pemerintah dapat melakukan pengeluaran anggaran dalam sektor kesehatan dan menetapkan kebijakan yaitu penggunaan KB (Keluarga Berencana), serta meningkatkan pendidikan wanita sehingga banyak wanita yang lebih memilih untuk bekerja dan dapat menurunkan jumlah fertilitas yang ada.� Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, penggunaan KB(Keluarga Berencana), pendidikan wanita, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita terhadap fertilitas di Indonesia pada tahun 1980-2020. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik analisis menggunakan analisis regresi linear berganda dengan software eviews. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa Pengeluaran Anggaran Pemerintah sektor kesehatan, penggunaan KB, pendidikan wanita dan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) wanita secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penurunan fertilitas di Indonesia pada tahun 1980-2020.
Kata kunci: Pendidikan Wanita, Pengeluaran Pemerintah sektor Kesehatan, Pengguna KB, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan.
Abstract
The population density in Indonesia which is increasing
every year without being followed by an increase in better human resources
(Human Resources) will affect economic growth and the welfare of the Indonesian
population itself. To reduce the rate of population growth and increase
fertility rates, the government can make budget expenditures in the health
sector and establish policies, namely the use of KB (Family Planning), as well
as increasing women's education so that many women prefer to work and can
reduce the number of existing fertility. This study aims to determine the
effect of government spending on the health sector, use of family planning
(KB), women's education, and women's labor force participation rate (TPAK) on
fertility in Indonesia in 1980-2020. The type of this research is quantitative
research with analytical techniques using multiple linear regression analysis
with software eviews. The results of this study indicate that government budget
expenditures for the health sector, use of family planning, women's education
and women's TPAK (Labor Force Participation Rate) partially negative affect the
decline in fertility in Indonesia in 1980-2020.
Keywords: �Contraception,
female labor force participation rates, fertility rates, public health
expenditure, women�s education
Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk merupakan dasar dari pembangunan (Mahendra,
2016) Dalam nilai-nilai universal, warga merupakan subjek dan tujuan pembangunan
serta� dapat menikmati hasil� pembangunan untuk dirinya sendiri. Kaitannya
dengan peran penduduk� adalah kualitas
yang perlu ditingkatkan dengan pencapaian beberapa sumber daya yang unik
dan� keluarga inti yang berkualitas.
(Rahmi,
2020) Populasi dunia berkembang pesat, menggandakan ledakan populasi.
Terlihat� ketimpangan� distribusi penduduk� negara berkembang dan negara maju, serta
penurunan pertumbuhan penduduk di negara berkembang merupakan langkah yang
sangat penting dalam mempercepat laju pembangunan ekonomi (Sukirno,
2016)
(BPS,
n.d.) Penduduk Indonesia masih cukup tinggi kepadatannya. Hal ini terlihat
pada jumlah penduduk Indonesia sebesar 270,2 juta pada tahun 2020, meningkat
32,56 juta dibandingkan� tahun 2010. Laju
pertumbuhan penduduk dari 2010 hingga 2020 adalah 1,25%, lebih lambat dari
periode 2000 hingga 2010. 1,49%
Untuk meningkatkan pembangunan dan mengatasi masalah
kependudukan seperti jumlah penduduk, komposisi dan distribusi. Solusi yang
dapat dilakukan dalam upaya mengontrol populasi. Pengendalian kelahiran adalah
sesuatu yang dapat dikendalikan oleh penduduk. Tentang bentuk pengelolaan
kependudukan lainnya, seperti mortalitas (kematian) dan migrasi (migrasi).
(Rahmayeni, 2016) Kelahiran merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur
hasil reproduksi wanita dari data statistik angka kelahiran. Dengan �������� bertambahnya jumlah kelahiran, demikian
pula jumlah penduduk. Kesuburan yang tinggi mempengaruhi kehidupan sosial dan
ekonomi penduduk.
Tujuan pengendalian pertumbuhan penduduk adalah untuk meminimalisir
kekhawatiran tentang ketidakstabilan sumber daya alam untuk memenuhi
permintaan. Jika kita tidak mengekang pertumbuhan penduduk, sumber daya alam
yang tersedia akan habis setiap tahun, dan orang-orang akan menderita
kekurangan pangan dan kesejahteraan yang berkurang.
Persalinan bila dimanfaatkan secara ekonomis, dapat
modal awal pembangunan yang diuntungkan berupa sumber daya manusia yang
berkualitas, yang merupakan unsur penting dalam proses produksi. Kondisi ini
menguntungkan bagi negara industri, namun�
tidak berlaku bagi negara berkembang yang kualitas sumber daya
manusianya belum baik (Larasati et al., 2019).
Indonesia termasuk negara berkembang dan masih
menghadapi banyak masalah seperti masalah kependudukan dengan jumlah penduduk
yang banyak dan ketimpangan penduduk. Kualitas penduduk yang buruk tercermin
dari rendahnya pendidikan dan pengeluaran rumah tangga.�����������
(Mahendra, 2016) Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan penduduk adalah
angka fertilitas, yang direpresentasikan dengan nilai TFR (Total Fertility
Rate). Ada dua pendekatan untuk mengukur tingkat kesuburan yaitu kinerja
tahunan dan riwayat reproduksi, masing-masing dengan kekuatan dan kelemahannya
sendiri. TFR merupakan salah satu teknik yang masuk dalam pendekatan yearly
performance.
Peningkatan penduduk dapat dilihat dari angka
kelahiran total pada suatu negara. Seperti di Indonesia, dimana TFR (Total
Fertility Rate) yang masih fluktuatif. Jika angka kelahiran terus meningkat
maka akan menyebabkan pertambahan jumlah penduduk yang dapat menyebabkan
munculnya masalah baru.
Saat ini, Indonesia sedang mengupayakan menurunkan
angka fertilitas yang diduga menjadi salah satu penyebab penghambat proses
pembangunan. Perencanaan pembangunan ekonomi dan sosial memperhitungkan jumlah
penduduk, yang merupakan persyaratan minimum dari proses perencanaan
pembangunan.
Indonesia merupakan salah satu negara terpadat di
dunia, dan Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India dan Amerika
Serikat (Wendy, 2020). Hakikat pembangunan ekonomi di suatu negara adalah dilihat
dari kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Untuk mewujudkannya, pemerintah
bisa melakukan beberapa hal melalui kuasa yang dimiliki dalam mengatur
distribusi sumber daya secara adil dan wajar kepada masyarakat.
(Siregar, 2022) Melalui peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor
kesehatan dapat memberi efek dalam keputusan fertilitas dimana dapat menurunkan
jumlah anak dalam rumah tangga, karena adanya biaya yang ditanggung pemerintah
dalam jaminan kesehatan. Di negara Jepang dan Eropa melakukan simulasi
menurunkan fertilitas melalui pengeluaran pemerintah khusus anak, melebihi
biaya fiskal jangka panjang dengan menaikkan pajak.
(Raharja, 2017) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan, seperti
anggaran pemerintah di sektor kesehatan, penggunaan alat kontrasepsi, dan
pendidikan ibu. Selain itu, pengeluaran pemerintah sektor kesehatan merupakan
salah satu faktor yang dapat menghambat peningkatan fertilitas karena tingginya
kualitas pendidikan dan kualitas hidup anak.
Faktor lain yang mempengaruhi persalinan adalah
penggunaan kontrasepsi pada pasangan. Sejak tahun 1968, Pemerintah Indonesia
telah membentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang dipimpin oleh
Menteri Kesejahteraan Rakyat yang mempunyai misi untuk menurunkan fertilitas
melalui program KB yang merupakan bagian dari Program Pembangunan Nasional.
Kami bertujuan untuk meningkatkan populasi dengan menekan angka kelahiran (BPS, 2019).
Menurut Malthus, pertumbuhan penduduk dibatasi dengan
mengurangi kelahiran, yaitu dengan menggunakan alat kontrasepsi. Dan menurut
Ronald Freedman intermediate variable sangat
erat kaitannya dengan norma dan sosial, maka perilaku seseorang akan
dipengaruhi oleh norma yang ada (Mahendra, 2019).
(Ladimar, 2016) Indonesia sebagai negara berkembang masih menghadapi masalah
kependudukan dengan jumlah penduduk yang besar, ketimpangan penduduk dan
kualitas yang buruk, yang diwujudkan dengan kemiskinan yang tinggi, pendidikan
yang rendah dan harapan yang rendah.
Berkenaan dengan pendidikan, persalinan juga
dipengaruhi oleh pendidikan orang tua. Ini juga penting, dan pendidikan yang
lebih baik untuk ibu umumnya mengarah pada pendidikan yang lebih baik untuk
anak-anak (Larasati et al., 2019). Semakin tinggi pendidikan, semakin lambat
pernikahan dan semakin lambat angka kelahiran. Perempuan dan laki-laki yang
berpendidikan lebih tahu tentang resiko serta tanggung jawab atas persalinan
dan pencegahannya.
Semakin baik dan tinggi pendidikan, semakin baik dan
lebih konseptual keputusan keluarga. Sang ibu memilih untuk menunda
kehamilannya sebagai persiapan untuk memiliki bayi. Dan ketika keputusan dibuat
untuk kepentingan anak, kualitas yang ditawarkan sangat baik dan diperhitungkan.
Kedua pasangan merawat anak-anak mereka dan memahami pentingnya dan dampak
melahirkan bagi kehidupan negara dan keluarganya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis
tertarik untuk menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap tingkat
fertilitas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara fertilitas dengan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, pengguna KB
(Keluarga Berencana) pendidikan wanita dan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja) wanita di Indonesia.
Metode Penelitian
Data dalam penelitian ini
bersifat kuantitatif dan diperoleh dari sumber eksternal berupa data sekunder.
Data diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dokumen pemerintah, publikasi
ilmiah seperti majalah, studi kepustakaan, dan referensi nasional dan
internasional.
Jenis data yang digunakan adalah data time series, yaitu
data yang terdiri dari objek-objek yang mencakup beberapa periode waktu (Winarno,
2015). Durasi penelitian ini mencakup data tahunan dari tahun 1980 hingga 2020
dengan tujuan mendeteksi fluktuasi data.
1. Data
Sekunder
Untuk data sekunder yang diperoleh dari suatu lembaga, orang lain, atau
perantara seperti� dokumen lain yang
diterbitkan (Sugiyono, 2018). Keuntungan dari data sekunder adalah membutuhkan
waktu yang lebih sedikit untuk mengambil data dan tidak memerlukan banyak
usaha. Namun, keakuratan data tersebut rendah dan akan mempengaruhi hasil
penelitian selanjutnya.
2. Studi
Pustaka
Metode penelitian sastra dilakukan dengan mengumpulkan informasi
melalui buku, website, majalah dan berbagai literatur terkait lainnya.
Penelitian ini menggunakan alasan untuk menganalisis kasus.
1.
Model Regresi Linear Berganda
Berdasarkan penjelasan mengenai keterkaitan antar variabel sebelumnya,
dapat dilihat model regresi dalam penelitian ini berupa:
Fit ������ = α + β1PKESit
+ β2PKBit + β3PEND + β4TPAK +
eit
Keterangan:
Fit������� ��
: Fertilitas di Indonesia
PKESit����������� ��
: Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan di Indonesia
PKBit� �� : Penggunaan
Alat Kontrasepsi di Indonesia
PENDit� : Pendidikan Wanita di Indonesia
TPAKit� : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita
di Indonesia
Α�������� : Konstanta
β1,
β2, β3 β4: �Koefisien Regresi
eit������� : error terms
2.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Menurut (Ghozali, 2012)
uji normalitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel pengganggu (ui) didistribusikan secara normal atau tidak. Hasil dari
uji normalitas dapat dilihat melalui grafik distribusi dan analisis
statistiknya apakah data terdistribusi normal melalui nilai probabilitas yang
tertera.
Penggunaan grafik distribusi ini merupakan cara yang paling sederhana untuk melakukan uji normalitas. Cara ini dilakukan karena bentuk data yang terdistribusi secara normal akan mengikuti pola distribusi normal di mana bentuk grafiknya mengikuti bentuk lonceng. Kemudian untuk analisis statistik dapat menggunakan analisis tingkat kemiringan kurva dibandingkan dengan indikatornya.
Uji Autokorelasi
Menurut (Nachrowi &
Usman, 2008) uji autokorelasi adalah uji korelasi pada titik-titik yang dekat
dengan data, yaitu pada potongan melintang. Uji autokorelasi menggambarkan
korelasi yang terjadi antar time series, apakah terdapat hubungan pembentuk
pola tertentu antara data penelitian tahun ini dengan data penelitian tahun
sebelumnya. Uji autokorelasi selanjutnya berfokus pada dua data survei
berdasarkan time series yang digunakan. Cara untuk menentukan apakah studi
(Marchal & Wathen,
2014) autokorelasi adalah dengan melihat nilai DW (DurbinWatson). Kriterianya
adalah jika nilai DW > dU maka tidak ada autokorelasi negatif dalam
penelitian dan nilai DW < dU. Untuk dU, penelitian ini tidak memiliki
autokorelasi positif. Nilai dU sendiri dapat diperoleh dari tabel DurbinWatson.
Uji Multikolinearitas
Menurut (Ghozali, 2012)
), uji multikolinearitas adalah pengujian untuk melihat ada tidaknya hubungan
atau korelasi antar variabel bebas dari suatu model regresi. Jika ada hubungan
antara variabel bebas penelitian dan model regresi yang digunakan tidak sesuai,
maka hubungan antar variabel harus dihindari. Anda dapat mengetahui apakah ada
korelasi antara variabel independen dengan melihat toleransi Variance Expansion
Factor (VIF). Semakin rendah toleransi, semakin tinggi nilai VIF (karena VIF =
1 / toleransi). Jika toleransi > 0,8 maka terjadi multikolinearitas pada
variabel bebas penelitian.
Uji Heteroskedastisitas
Menurut (Ghozali, 2012)
uji varians heterogen adalah pengujian untuk melihat ada tidaknya ketidaksamaan
varians antara residu pengamatan suatu model regresi dengan model regresi
lainnya. Untuk melihat apakah ada varians yang tidak seragam, lihat grafik
grafik antara nilai prediksi variabel dependen.
Selain itu, uji Glejser
menawarkan kemungkinan untuk mendeteksi multikolinearitas. Uji Glejser
dilakukan dengan meregresi nilai absolut dari residu variabel bebas. Jika
variabel independen signifikan secara statistik dan mempengaruhi variabel
dependen, ada tanda-tanda varians heterogen dan sebaliknya.
3.
Uji Signifikansi
Untuk
menganalisis metode One Least Square (OLS), uji t-statistik, uji F, dan
koefisien determinasi digunakan untuk menentukan hipotesis atau pengaruh antar variabel
menurut signifikansi signifikansinya (Gujarati, 2012) berikut pengertian dari metode uji signifikansi, yaitu :Uji t-Statistik� (Uji Signifikansi Parsial)
(Marchal & Wathen,
2014)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh parsial variabel independen
(masing-masing variabel) terhadap variabel dependen. Uji-t dilakukan dengan
membandingkan t-number masing-masing variabel dengan t-tabel dengan ketentuan
sebagai berikut:
H0 : β = 0, maka tidak ada pengaruh positif dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
H1 : β > 0, maka ada pengaruh positif dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
Menurut (Marchal & Wathen,
2014)
tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji-t adalah 95% atau taraf
signifikansi 5% (α = 0,05) dan 90% atau taraf signifikansi 10% (α =
0,1).
1) Jika
t hitung > t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya semua variabel
bebas memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel terikat.
2) Dalam
hal t hitung & lt ;, t-tabel, H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F-statistik)
Menurut
(Marchal & Wathen, 2014) uji F dilakukan untuk menentukan apakah semua
variabel independen mempengaruhi variabel dependen pada waktu yang sama
(bersama-sama). Metode yang digunakan adalah membandingkan F-number yang
dihitung pada kondisi berikut dengan F-tabel.
H0 : β = 0, maka tidak ada pengaruh signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama- sama).
H1 : β > 0, maka ada hubungan yang signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama- sama).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau tingkat
signifikansi 5% (α = 0,05), yang dapat disimpulkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Jika
F hitung > F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, variabel
independen datang bersama-sama. Pengaruh yang signifikan untuk variabel
terikat.
2) Untuk
F-hitung & lt;Untuk F tabel, H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya variabel
bebas tidak bersatu dan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Koefisien Determinasi R2
Koefisien
determinasi merupakan indikator penting dan harus dipertimbangkan saat
melakukan analisis regresi. Nilai koefisien determinasi dapat memberikan
informasi apakah model regresi yang diestimasi sudah sesuai. Dengan kata lain,
koefisien determinan dapat mengukur seberapa dekat garis regresi yang diestimasi
dengan data yang sebenarnya.
Menurut
(Marchal & Wathen,
2014)
nilai koefisien determinasi (goodness of fit) mencerminkan seberapa besar
variasi� variabel dependen (Y) dapat
dijelaskan oleh variabel independen (X). Koefisien determinasi disebut R2.
Ketika R2 = 0,� variasi� variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh
variabel independen sama sekali.
Sementara
(Nachrowi & Usman,
2008)
jika R2 = 1,� variasi total variabel
dependen� dapat dijelaskan oleh variabel
independen. Jika R2 = 1,� semua stasiun
yang berbeda pada garis regresi atau taksiran berada pada garis yang� sama dengan garis, menurut data aktual. Semakin
tinggi nilai R2 maka semakin besar pengaruh fluktuasi variabel independen
terhadap variabel independen. Rentang nilai untuk R2 adalah 0 hingga 1.
4.
Operasional Variabel Penelitian
Tabel
1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel |
Definisi |
Satuan |
Sumber |
Fertilitas |
Hasil reproduksi nyata
dari seorang atau sekelompok wanita. untuk mengukur fertilitas dilihat dari angka
kelahiran total di Indonesia. |
Persentase |
World Bank |
Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan |
Penggunaan uang atau
sumberdaya suatu negara untuk membiayai suatu kegiatan negara atau pemerintah
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan. Alokasi anggaran kesehatan 5% dari
belanja negara. |
Persentase |
World Bank |
Pengguna KB |
Pasangan usia subur yang
suami/istrinya sedang memakai atau |
Persentase |
World Bank |
Pendidikan Wanita |
Pembelajaran pengetahuan,
keterampilan dan kebiasaan bagi seorang wanita yang akan diturunkan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, penelitian dan pelatihan
untuk mengukur Pendidikan dilihat dari Rata-rata lama sekolah wanita |
Persentase |
World Bank |
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita |
Jumlah wanita yang
bekerja sesuai dengan penduduk usia kerja (15th ke atas) |
Persentase |
World Bank |
*) sumber data diolah oleh peneliti
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Uji Asumsi Klasik
a. Uji
Normalitas
Pelaksanaan uji
normalitas bertujuan untuk melihat kenormalan suatu distribusi data.
Tabel
2
Uji Normalitas
Pada tabel hasil di atas
diketahui bahwa nilai Jarque Bera
Probability adalah 0,436061 > 0,05 yang dapat diartikan bahwa penelitian
ini berdistribusi normal.
b. Uji
Heteriskedastisitas
Dalam sebuah penelitian, residual dari suatu pengamatan dengan pengamatan
lainnya harus homoskedastisitas atau harus sama. Meregresikan variabel bebas
dengan variabel terikat ialah cara pada Uji Breusch Pagan Godfrey untuk
mengetahui apakah terdapat heteroskedastitas atau tidak dalam penelitian ini.
Tabel
3
Uji Heteriskedastisitas
Heteroskedasticity Test:
Breusch-Pagan-Godfrey |
||||
F-statistic |
1.331173 |
Prob. F(4,36) |
0.2772 |
|
Obs*R-squared |
5.282855 |
Prob. Chi-Square(4) |
0.2595 |
|
Scaled explained SS |
3.172741 |
Prob. Chi-Square(4) |
0.5293 |
|
Test Equation: |
|
|
|
|
Dependent Variable: RESID^2 |
|
|
||
Method: Least Squares |
|
|
||
Date: 03/19/22�� Time: 15:57 |
|
|
||
Sample: 1980 2020 |
|
|
||
Included observations: 41 |
|
|
||
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
C |
0.169091 |
0.089699 |
1.885090 |
0.0675 |
PKES |
-0.035572 |
0.031567 |
-1.126854 |
0.2673 |
KB |
-6.16E-06 |
1.09E-05 |
-0.562687 |
0.5771 |
PEND |
0.000681 |
0.001074 |
0.634268 |
0.5299 |
TPAK |
-5.87E-06 |
2.72E-05 |
-0.216035 |
0.8302 |
R-squared |
0.128850 |
Mean dependent var |
0.039276 |
|
Adjusted R-squared |
0.032056 |
S.D. dependent var |
0.049633 |
|
S.E. of regression |
0.048831 |
Akaike info criterion |
-3.087073 |
|
Sum squared resid |
0.085839 |
Schwarz criterion |
-2.878101 |
|
Log likelihood |
68.28500 |
Hannan-Quinn criter. |
-3.010977 |
|
F-statistic |
1.331173 |
Durbin-Watson stat |
1.202671 |
|
Prob(F-statistic) |
0.277152 |
|
|
|
Dari hasil output di atas dapat dilihat bahwa nilai Obs*R Squared pada
bagian Prob Chi Square (4) nilainya sebesar 0,2595 > 0,05. Apabila hasil
Prob Chi Square lebih kecil dari 5% maka akan terdapat heteroskedastisitas
dalam model penelitian ini. Namun, pada penelitian ini nilai Prob Chi Square
> 5% maka tidak ada gejala heteroskedastisitas dalam model regresi.
c. Uji
Autokorelasi
Untuk melihat terjadinya korelasi atau tidaknya data tahun sebelumnya
dengan tahun saat ini yang membentuk pola tertentu dapat dilakukan dengan
menggunakan pengecekan autokolerasi melalui Uji Durbin Watson.
Tabel
4
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: |
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
F-statistic |
2.677817 |
Prob. F(2,34) |
0.0832 |
|
Obs*R-squared |
5.579404 |
Prob. Chi-Square(2) |
0.0614 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Test Equation: |
|
|
|
|
Dependent Variable: RESID |
|
|
||
Method: Least Squares |
|
|
||
Date: 03/19/22�� Time: 15:56 |
|
|
||
Sample: 1980 2020 |
|
|
||
Included observations: 41 |
|
|
||
Presample missing value lagged residuals set
to zero. |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C |
0.057426 |
0.387684 |
0.148125 |
0.8831 |
PKES |
-0.067669 |
0.135214 |
-0.500454 |
0.6200 |
KB |
5.22E-05 |
5.08E-05 |
1.027558 |
0.3114 |
PEND |
0.001022 |
0.004481 |
0.228020 |
0.8210 |
TPAK |
-4.78E-05 |
0.000117 |
-0.409299 |
0.6849 |
RESID(-1) |
0.437938 |
0.192729 |
2.272298 |
0.0295 |
RESID(-2) |
-0.062140 |
0.179619 |
-0.345956 |
0.7315 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared |
0.136083 |
Mean dependent var |
2.65E-16 |
|
Adjusted R-squared |
-0.016373 |
S.D. dependent var |
0.200643 |
|
S.E. of regression |
0.202279 |
Akaike info criterion |
-0.204085 |
|
Sum squared resid |
1.391172 |
Schwarz criterion |
0.088476 |
|
Log likelihood |
11.18375 |
Hannan-Quinn criter. |
-0.097551 |
|
F-statistic |
0.892606 |
Durbin-Watson stat |
1.812935 |
|
Prob(F-statistic) |
0.511293 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dalam model regresi ini dapat dilihat bahwa nilai Prob Chi Square (2)
0,0614 > 0,05 maka tidak terdapat autokolerasi dalam penelitian ini.� Kita juga dapat mengetahui atau melihat
autokolerasi dengan melihat nilai Durbin Watson pada tabel berikut sebesar 1,812935.
Kemudian kita bandingkan dengan nilai tabel dengan cara melihat variabel
bebas dan jumlah data atau sampel yang kita gunakan.� Dalam pemelitian ini penulis menggunakan (k ;
N) = ( 4 ; 41). Didapatkan dL sebesar 1,2958 dan dU sebesar 1,7205. Hal ini
menunjukkan kriteria dU< DW < 4 � dU atau 1,7205 < 1,81293 < 2,2795
maka dapat kita simpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat masalah
autokolerasi.
d. Uji Multokoleniaritas
Melihat dari besarnya nilai VIF dilakukan sebagai upaya dalam melihat ada
atau tidaknya hubungan antarvariabel bebas dalam sebuah penelitian atau biasa
dikenal dengan uji multikoleniaritas.
Tabel 5.
Uji Multokoleniaritas
|
|||
Date:
03/19/22�� Time: 15:59 |
|
||
Sample:
1980 2020 |
|
||
Included
observations: 41 |
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Coefficient |
Uncentered |
Centered |
Variable |
Variance |
VIF |
VIF |
|
|
|
|
|
|
|
|
C |
0.150938 |
138.3491 |
NA |
PKES |
0.018694 |
98.92018 |
3.744214 |
KB |
2.25E-09 |
57.04650 |
2.263305 |
PEND |
2.16E-05 |
5.662407 |
2.894281 |
TPAK |
1.39E-08 |
184.3193 |
1.665551 |
|
|
|
|
|
|
|
|
Hasil dari regresi ini adalah nilai Centered VIF pada pengeluaran
pemerintah sector kesehatan (PKES), pengguna Keluarga Berencana (KB), pendidikan
(PEND), dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita (TPAK) kurang dari 10.
Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat
masalah multikoleniaritas.
2. Hasil
Uji Signifikansi
Sebelum menginterpretasi hasil uji signifikansi, perlu diketahui bahwa
model regresi yang didapat dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan
eviews. Model tersebut dapat diketahui melalui tabel dibawah ini.
Tabel
6
Hasil Analisis Linear Berganda
Dependent Variable: FRT |
|
|
||
Method: Least Squares |
|
|
||
Date: 03/19/22�� Time: 15:50 |
|
|
||
Sample: 1980 2020 |
|
|
||
Included observations: 41 |
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Variable |
Coefficient |
Std. Error |
t-Statistic |
Prob. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C |
7.764296 |
0.388507 |
19.98494 |
0.0000 |
PKES |
-0.541410 |
0.136725 |
-3.959857 |
0.0003 |
KB |
-0.000130 |
4.74E-05 |
-2.739821 |
0.0095 |
PEND |
-0.010789 |
0.004650 |
-2.320159 |
0.0261 |
TPAK |
-0.000747 |
0.000118 |
-6.346116 |
0.0000 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R-squared |
0.892955 |
Mean dependent var |
2.858049 |
|
Adjusted R-squared |
0.881061 |
S.D. dependent var |
0.613255 |
|
S.E. of regression |
0.211496 |
Akaike info criterion |
-0.155368 |
|
Sum squared resid |
1.610307 |
Schwarz criterion |
0.053605 |
|
Log likelihood |
8.185035 |
Hannan-Quinn criter. |
-0.079271 |
|
F-statistic |
75.07662 |
Durbin-Watson stat |
1.232382 |
|
Prob(F-statistic) |
0.000000 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan hasil regresi di atas, model persamaan yang didapat adalah
sebagai berikut:
FRTit
��= ���� 7,764296
� 0,541410PKESit � 0,000130KBit � 0,010789PENDit
�
����������������������� 0,000747TPAKit
- eit
Konstanta sebesar 7,764296 menggambarkan nilai fertilitas apabila
variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, pengguna KB, pendidikan
wanita, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita nilainya sebesar
nol.
Interpretasi variabel-variabel independen terhadap variabel dependen
adalah apabila pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan meningkat sebanyak
1% maka akan mengurangi fertilitas sebesar 54,14%.
������� Apabila pengguna KB
meningkat sebesar 1% maka akan mengurangi angka fertilitas sebesar 0,1%.
Apabila pendidikan wanita meningkat sebesar 1% maka akan mengurangi jumlah
fertilitas sebesar 1%. Apabila ada peningkatan dalam partisipasi kerja wanita
sebesar 1% maka akan mengurangi jumlah fertilitas sebesar 0,7%.
a. Uji
T-statistik
Dalam upaya melihat apakah variabel bebas pada penelitian ini berpengaruh
pada variabel terikatnya secara parsial, maka uji t-statistik dilakukan dengan
membandingkan hasil nilai prob dengan α senilai 0,05.
1) Nilai
prob variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan (PKES) adalah 0,0003
(0,0003 < 0,05). H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dinyatakan variabel PKES berpengaruh terhadap variabel fertilitas. Pengeluaran
pemerintah berpengaruh secara parsial terhadap peningkatan dan penurunan
fertilitas pada tahun 1980-2020.
2) Nilai
prob variabel pengguna Keluarga Berencana (KB) adalah 0,0095 (0,0095 <
0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima dan dinyatakan
bahwa variabel pengguna KB berpengaruh pada variabel fertilitas. Pengguna KB
berpengaruh secara parsial terhadap peningkatan dan penurunan fertilitas pada
tahun 1980-2020.
3) Nilai
prob variabel pendidikan wanita (PEND) adalah 0,0261 (0,0261 < 0,05). Maka
dinyatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa variabel pendidikan wanita berpengaruh terhadap variabel
fertilitas. Pendidikan wanita berpengaruh secara parsial terhadap peningkatan
dan penurunan fertilitas pada tahun 1980-2020.
4) Nilai
prob variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja wanita (TPAK) adalah sebesar
0,0000 (0,0000 < 0,05 ). Dapat dinyatakan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima, maka variabel TPAK berpengaruh terhadap variabel fertilitas.
Maka tingkat partisipasi angkatan kerja wanita berpengaruh secara parsial
terhadap peningkatan dan penurunan fertilitas pada tahun 1980-2020.
b. Uji
F-statistik
Selain menganalisis secara parsial (secara individu), dilakukan pula uji
untuk mengetahui pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara variabel
independen dengan variabel dependen.
�� Dapat dilihat dalam tabel regresi
linear berganda pada Prob (F-statistic) dimana p-value < a (0, 000000 <
0, 05) dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Maka variabel pengeluaran pemerintah dalam sektor kesehatan, pengguna KB,
Pendidikan wanita, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel fertilitas pada tahun
1980-2020.
c. Uji
Koefisien Determinansi (adjusted R2)
Pada tabel regresi linear berganda terlihat bahwa Adjusted R Square
(Adjusted R2) bernilai 0,881. Dimana nilai ini menyatakan bahwa 88,1% variabel
fertilitas dapat dijelaskan oleh variabel pengeluaran pemerintah pada sektor
kesehatan, pengguna KB, Pendidikan wanita, dan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) wanita. Sedangkan 11,9% sisanya dapat dijelaskan oleh variabel
lain diluar penelitian.
1.
Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan terhadap Fertilitas di Indonesia
Penelitian ini menjelaskan bahwa
secara parsial variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap fertilitas di Indonesia. Hasil
penelitian ini menerangkan bahwa apabila pengeluaran pemerintah terhadap sektor
kesehatan meningkat dan dialokasikan dengan baik, maka akan mempengaruhi
penurunan angka fertilitas di Indonesia.
Hasil penelitian ini bertolak
belakang dengan penelitian Tatsuya OMORI (2015) dimana pengeluaran pemerintah
sektor kesehatan di Jepang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
peningkatan fertilitas, karena anggaran kesehatan yang disediakan untuk lansia
akan membuat masyarakat Jepang tidak perlu khawatir untuk menambah anak (Omori, 2015).
2.
Pengaruh
Pengguna Keluarga Berencana (KB) terhadap Fertilitas di ��Indonesia
Hasil penelitian ini menjeleskan
bahwa secara parsial variabel penggunaan Keluarga Berencana (KB) berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap fertilitas di Indonesia. Berpengaruhnya
penggunaan KB terhadap fertilitas dapat dijelaskan bahwa ketika pemerintah
memberlakukan kebijakan penggunaan KB untuk menurunkan fertilitas dengan cara
menunda kehamilan dan membatasi angka kelahiran lewat program penggunaan KB.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ferry Hadiyanto (2017) yang mengungkapkan bahwa
faktor penggunaan KB jangka pendek berpengaruh pada masyarakat kota dan alat
kontrasepsi jangka panjang dipilih oleh wanita yang semakin bertambah
usianya(Hadiyanto, 2017)
Hasil penelitian ini mengartikan
bahwa semakin tinggi atau banyaknya partisipasi wanita yang menggunakan KB maka
akan memiliki pengaruh pada penurunan fertilitas di Indonesia. Dengan adanya
partisipasi penggunaan KB yang massif maka akan semakin berkurang angka
fertilitas di Indonesia.
3.
Pengaruh
Pendidikan Wanita terhadap Fertilitas di Indonesia
Pendidikan wanita merupakan pondasi
awal dalam penurunan fertilitas di Indoensia. Dimana ketika wanita memiliki
pendidikan yang lebih baik, maka akan memiliki wawasan yang lebih luas sehingga
mereka akan lebih memilih untuk berkerja dulu dan memunda pernikahan.
Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa variabel pendidikan wanita secara parsial berpengaruh secara negatif dan
signiifikan terhadap fertilitas di Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Mahendra (2017) dimana pendidikan wanita berpengatuh negatif
dan signifikan terhadap fertilitas.
Hasil penelitian ini mengartikan
bahwa semakin tinggi pendidikan wanita di Indonesia akan mempengaruhi penurunan
fertilitas yang ada. Penjelasan terkait penelitian ini adalah wanita yang
memperoleh kesempatan pendidikan tidak hanya didaerah perkotaan namun juga
wanita di pedesaan, dimana wanita yang memiliki pendidikan tinggi umumnya
memiliki umur perkawinan pertama yang tinggi dan pada akhirnya berpengaruh
terhadap jumlah anak yang dilahirkan akan menjadi lebih sedikit (Sinaga et al., 2017)
4. Pengaruh
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan terhadap Fertilitas di
Indonesia
Sejak tahun 1960 sampai saat ini, partisipasi wanita dalam pasar tenaga
kerja mengalami peningkatan secara dramatis di negara maju dan juga negara
berkembang, jika pada zaman dahulu
wanita yang bekerja dianggap tabu dan bertentangan dengan norma, maka saat ini dianggap
hal biasa.
Hal ini didorong oleh perkembangan pembangunan, dimana memajukan
teknologi dan pengetahuan serta informasi-informasi baru. Total angkatan kerja
perempuan saat ini menunjukkan bajwa sudah semakin banyak perempuan yang
menghabiskan waktunya diluar untuk bekerja dibandingkan hanya berdiam diri
dirumah (Andri Harsoyo, 2018).
Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa variabel Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) Perempuan secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap fertilitas di Indonesia pada tahun 1980-2020. Hasil penelitian ini
menerangkan bahwa apabila TPAK perempuan meningkat akan mempengaruhi penurunan
angka fertilitas di Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor kesehatan secara parsial
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap Fertilitas di Indonesia pada
tahun 1980-2020. Semakin tinggi pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan
akan mengurangi jumlah fertilitas yang ada di Indonesia. Sementara itu,
penggunaan Keluarga Berencana (KB) secara parsial berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap fertilitas di Indonesia pada tahun 1980-2020. Semakin besar
penggunaan KB yang telah disediakan pemerintah dengan tujuan mengurangi
fertilitas di Indonesia. Pendidikan wanita berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap fertilitas di Indonesia pada tahun 1980-2020. Dimana
semakin tinggi wanita mengenyam pendidikan maka semakin terbuka pemikirannya
dalam memikirkan berkeluarga sehingga pernikahan akan tertunda dan penurunan
angka fertilitas di Indonesia. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap fertilitas di Indonesia pada
tahun 1980-2020. Semakin tinggi pendidikan wanita maka akan tinggi pula
partisipasi wanita di pasar tenaga kerja sehingga dapat menurunkan angka
fertilitas di Indonesia. Dengan demikian, pengeluaran pemerintah sektor
kesehatan, pengguna KB (Keluarga Berencana), pendidikan wanita, TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja) wanita secara simultan berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap fertilitas di Indonesia pada tahun 1980-2020
BIBLIOGRAFI
�Adhikari, A., Sigurdsson, T., Topiwala, M. A., & Gordon, J. A. (2010).
Cross-correlation of instantaneous amplitudes of field potential oscillations:
A straightforward method to estimate the directionality and lag between brain
areas. Journal of Neuroscience Methods, 191(2), 191�200.
https://doi.org/10.1016/j.jneumeth.2010.06.019
Ainy, H., Nurrochmah, S., & Katmawanti, S. (2019).
Hubungan Antara Fertilitas, Mortalitas, Dan Migrasi Dengan Laju Pertumbuhan
Penduduk. Preventia : The Indonesian Journal of Public Health, 4(1), 15.
https://doi.org/10.17977/um044v4i1p15-22
Alam, S. A., & P�rtner, C. C. (2018). Income
shocks, contraceptive use, and timing of fertility. Journal of Development
Economics, 131, 96�103. https://doi.org/10.1016/j.jdeveco.2017.10.007
Andri Harsoyo, E. S. (2018). Pengaruh fertilitas
terhadap partisipasi tenaga kerja perempuan. Jurnal Ekonomi Kuanntitatif
Terapan, 11. https://ojs.unud.ac.id/index.php/jekt/article/view/32711
Bank, W. (n.d.). Angka Partisipasi Murni Sd Lkpr.
Bank, W. (2020). Pengeluaran Rumah Tangga.
https://www.bps.go.id/subject/5/konsumsi-dan-pengeluaran.html
Bank, W. (2021a). contaceptive pravalence (p. 4).
Bank, W. (2021b). fertility rate total (p. 4).
Bappenas. (2010). BERENCANA BAGI MASYARAKAT
PRASEJAHTERA / KPS DAN KELUARGA. Bappenas.
Bappenas. (2017). Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019.
1�198.
https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/evaluasi-paruh-waktu-rpjmn-2015-2019/
Boldrin, M., De Nardi, M., & Jones, L. E. (2005).
Fertility and Social Security. Cambridge.Org.
https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-demographic-economics/article/fertility-and-social-security/4FA674742794BC43650452A21CBD1C0D%0Ahttp://www.nber.org/papers/w11146
Bongaarts, J. (2017). The effect of contraception on
fertility: Is sub-Saharan Africa different? Demographic Research, 37(1),
129�146. https://doi.org/10.4054/DemRes.2017.37.6
BPS. (n.d.).
jumlah-penduduk-indonesia-bertambah-32-juta-pulau-jawa-terbanyak-kirVmfN79F.
2021.
BPS. (2019). BPS. BPS.
Gani, I. & Amalia, S. (2018). Alat Analisis Data (P
Chiristian, Ed). Alat Analisis Data (P Chiristian, Ed) Revisi, 14(1), 29.
Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate
dengan Program IBM SPSS. Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. (2012). Basic Econometrics (4th Edition)
(4th ed.). McGraw-Hill.
Hadiyanto, F. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Fertilitas. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, 22(1), 34�42.
Haryanto. (2019). Pengertian Pendidikan. Universal
Pendidikan, april 2017, 8�22.
https://unpendidikan.blogspot.com/2019/02/pengertian-pendidikan.html
Jatmiko, Y. A., & Wahyuni, S. (2019). Determinan
Fertilitas Di Indonesia Hasil Sdki 2017. Euclid, 6(1), 95.
https://doi.org/10.33603/e.v6i1.1516
Kalwij, A. (2010). Fertility in Western Europe *.
Access, 47(2), 503�519.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
anak. (2019). Pr o f i l e r e mp u ON. Profil Perempuan Indonesia.
Kementrian kesehatan. (2020). Profil Kesehatan
Indonesia 2019. Kementrian Kesehatan.
Keuangan, K. (2021). Anggaran Kesehatan 2010-2022.
Direktorat Penyusunan APBN.
http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/Dataset/Details/1008
Ladimar, K. (2016). Analisis Tingkat Fertilitas di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.
Larasati, D., Idris, I., & Anis, A. (2019).
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Rumah Tangga Terhadap Fertilitas Di
Sumatera Barat. Jurnal Ecogen, 1(3), 648. https://doi.org/10.24036/jmpe.v1i3.5111
Maharrani, A. (2021, April). Survei BPS: Peserta KB di
Indonesia terus menurun. Lokadata.
https://lokadata.id/artikel/survei-bps-peserta-kb-di-indonesia-terus-menurun
Mahendra, A. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Fertilitas di Indonesia Timur. Jrak, 3(2), 223�242.
http://103.76.21.184/index.php/JRAK/article/download/448/478
Mahendra, A. (2019). Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Fertilitas di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan,
3(2), 223�242.
Mahsunah, D. (2013). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk,
Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Jurnal
Pendidikan Ekonomi (JUPE), 1(3), 1�17.
Marchal, W. G., & Wathen, S. A. (2014).
Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi (15th ed.). Salemba Empat.
Mayer, K. B., & Coale, A. J. (1961). Demographic
and Economic Change in Developed Countries: A Conference of the
Universities-National Bureau Committee for Economic Research. American
Sociological Review, 26(3), 496. https://doi.org/10.2307/2090707
Nachrowi, & Usman, H. (2008). Pendekatan Populer
dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Universitas
Indonesia.
Omori, T. (2015). Public health expenditure , social
security , and fertility. 1992, 1�16.
Raharja, M. B. (2017). Fertilitas Menurut Etnis Di
Indonesia : Analisis Data Sensus Penduduk 2010 ( Fertility By Ethnicity
in Indonesia : Analysis of 2010 Indonesian Population Census ). Jurnal
Kependudukan Indonesia, 12(1), 69�78.
Rahmayeni, Z. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Fertilitas Pasangan Usia Subur Peserta KB Di Kelurahan Aur Kuning Kecamatan Aur
Birugo Tigo Baleh. Majalah Ilmiah, 23(2), 30�38.
Rahmi, N. A. (2020). Pengaruh Faktor Demografi Dan
Non� Demografi Terhadap Tingkat
Fertilitas Di� Indonesia. 1�9.
Santoso, S., Hamzah, A., & Syrchalad, N. (2013).
Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota Sektor Kesehatan Dan
Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Aceh. Jurnal
Magister Ilmu Ekonomi, 1(4), 76�88.
Sinaga, L., Hardiani, H., & Prihanto, P. H. (2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada
Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari). Jurnal Paradigma
Ekonomika, 12(1), 41�48. https://doi.org/10.22437/paradigma.v12i1.3933
SIREGAR, O. K. (2022). Kebijakan Fiskal Dan Fertilitas
Di Indonesia. http://dx.doi.org/10.31237/osf.io/rhw4z
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Alfabeta.
Sukirno, S. (2016). Makro Ekonomi Teori Pengantar (24th
ed.). PT Raja Grafindo Persada.
Tjaja, R. P. (2000). Wanita Bekerja Implikasi Sosial.
Wanita Bekerja Implikasi Sosial, No. 20 jun(20), 1�6.
Todaro, M. P. (2000). pembangunan ekonomi dunia ke tiga
(4th ed.). Erlangga.
Wahab, A., Junaidi, & Edi, J. K. (2018).
Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas wanita pekerja pada rumah tangga
miskin di Kabupaten Muaro Jambi ( Study Kasus Desa Tantan Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi ). E-Jurnal Ekonomi Sumberdaya Dan Lingkungan, 7(3),
124�131.
Wendy, S. (2020). Universitas bung hatta padang. IV(3),
1�11.
Westoff, C. (1990). Rates and Fertility Intentions
Reproductive. International Family Planning Perspectives, 16(3), 84�89.
Widarti, D. (1998). Determinants of labour force
participation by married women: the case of Jakarta. Bulletin of Indonesian
Economic Studies, 34(2), 93�120. https://doi.org/10.1080/00074919812331337350
Copyright holder: Nama Author (2023) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |