Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 2, Februari
2023
PENTINGNYA VAKSINASI INFLUENZA RUTIN: SEBUAH PELAJARAN DARI DATA EVOLUSI VIRUS H3N2 DI INDONESIA TAHUN 2005-2019
Giovani Anggasta, Erick Sidarta
Fakultas Kedokteran, Universitas Tarumanagara, Indonesia
Departemen Biologi, Universitas Tarumanagara, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Virus H3N2 menyebabkan terjadinya salah satu pandemi sejak kemunculannya pada tahun 1968 yang mengakibatkan lebih dari satu juta kematian di seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh adanya evolusi virus, di mana pada evolusi tersebut terjadi perubahan pada gen hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) sebagai dua glikoprotein permukaan yang berperan penting sebagai target utama dari sistem imun pejamu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya melakukan vaksinasi influenza rutin yang dibuktikan dari data evolusi virus H3N2 di Indonesia dengan melihat perubahan HA NA dan efeknya terhadap antigenisitas, di mana antigenisitas mempengaruhi kemampuan antibodi untuk mengenali virus influenza yang telah bermutasi. Terdapat 133 data HA dan 130 NA yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian yang dikumpulkan dari bank data GISAID, lalu diolah dengan metode in silico dengan pembuatan pohon filogenetik menggunakan software MEGA-X dan prediksi antigenisitas menggunakan server IEDB dan Vaxijen 2.0. Pada penelitian ini terdapat evolusi pada gen HA dan NA dari virus H3N2 di Indonesia dari tahun 2005 sampai 2019 yang mengakibatkan munculnya berbagai varian epitop yang berbeda dari epitop sekuens ancestor. Di mana terdapat penurunan antigenisitas pada data gen HA dan NA tahun 2019 jika dibandingkan dengan sekuens ancestor. Penelitian ini membuktikan bahwa penting untuk melakukan vaksinasi influenza secara berkala yang dibuktikan dari adanya evolusi virus H3N2� berdasarkan adanya perubahan pada HA dan NA yang mengakibatkan adanya penurunan antigenisitas, sehingga memungkinkan virus masih terus berevolusi.
Kata kunci: Vaksin, Influenza, H3N2, Evolusi, Hemaglutinin, Neuraminidase, Antigenisitas
Abstract
Abstracts are made in two languages, English
and Bahasa Indonesia. Abstract more about background, purpose, up to, the
results of research, and manai research. Abstract contains up to 250 words,
single write spaces with italics (Italics) for English abstracts. Below the
abstract are listed keywords consisting of six words, where the first word is
again the forward. Abstract in Indonesian can be a translation of an English
translation. Tiff editor for abstract syncing for reasons of abstract content.
Keywords: At least 3 words and a maximum of 6 words,
(first word; second word; third word)
Pendahuluan
Virus
influenza merupakan salah satu dari sekian banyak virus yang sangat infeksius (Syakhsiyah, 2021). Berdasarkan pernyataan dari (WHO, 2019), terdapat sekitar 250.000 hingga 500.000 kematian karena
infeksi virus ini setiap tahunnya di seluruh dunia. Influenza juga menjadi
masalah kesehatan yang cukup serius dikarenakan dapat menyebabkan epidemi
tahunan ataupun berpotensi menimbulkan pandemi secara global (Rasmaniar et al., 2020).
Virus
influenza terbagi menjadi tiga tipe, yaitu virus influenza A, virus influenza B
dan virus influenza C, di mana yang paling banyak menimbulkan virulensi maupun
manifestasi penyakit yang parah adalah virus influenza tipe A (Garjito, 2013). Hal ini dikarenakan virus influenza tipe A memiliki
banyak subtipe yang dibedakan berdasarkan hemaglutinin (HA) dan neuraminidase
(NA) sebagai glikoprotein permukaan pada virus ini, di mana kedua komponen
tersebut merupakan antigen yang berperan penting dalam proses pengenalan
terhadap sistem imun (Zoa, 2014).
Salah
satu subtipe yang pernah menimbulkan terjadinya epidemi dan pandemi, yaitu
subtipe H3N2 (Santoso & Sidarta,
2021). Sejak tahun 1968, subtipe ini mulai bersirkulasi pada populasi
manusia, di mana virus ini terus melakukan evolusi untuk melarikan diri dari
pengenalan sistem imun pejamu, sehingga dapat menjaga kemampuannya dalam
berfungsi dan tetap hidup (Frisca & Yusriani,
2020). Evolusi virus tersebut terjadi melalui antigenic shift dan antigenic
drift (Firmansyah et al., 2022).
Pada
antigenic shift, terjadi perubahan skala besar dari virus, di mana hal
tersebut terjadi ketika terdapat dua subtipe virus yang berbeda menginfeksi sel
pejamu yang sama, sehingga terjadi genetic re-assortment yang
memunculkan subtipe baru dari virus tersebut, di mana subtipe baru ini dapat
mengakibatkan terjadinya pandemi. Sedangkan pada antigenic drift, virus
mengalami perubahan secara progresif pada urutan nukleotidanya, sehingga
terjadi perubahan pada protein permukaan virus (Srihanto, Asmara, &
Wibowo, 2015). Baik antigenic shift maupun antigenic drift, keduanya
menimbulkan dampak pada kemampuan antibodi dalam mengenali virus (Ni Luh Putu Indi Dharmayanti,
Hartawan, & Hewajuli, 2016).
Vaksin
virus influenza yang diberikan setiap tahunnya dapat mengurangi risiko
terjadinya morbiditas dan mortalitas, namun hal tersebut tergantung seberapa
cocok strain pada vaksin yang digunakan dengan strain virus yang
sedang beredar (Tim Penulis, 2019). Hal ini mendasari pentingnya melakukan vaksin influenza
secara rutin setiap tahunnya sesuai rekomendasi WHO (Astuti, 2020).
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya melakukan vaksinasi influenza rutin
yang dibuktikan dari data evolusi virus H3N2 di Indonesia dengan melihat
perubahan HA dan NA serta efeknya terhadap antigenisitas, di mana antigenisitas
mempengaruhi kemampuan antibodi dalam mengenali virus influenza yang telah
bermutasi (Susilo et al., 2022). Namun melakukan eksperimental mengenai hal tersebut
dianggap sangat rumit, sehingga terdapat metode baru untuk memprediksi
antigenisitas dengan cara yang dianggap lebih praktis, yaitu dengan metode
analisa bioinformatika atau metode in silico (Afifudin,
2021).
Metode Penelitian
Pengumpulan Sampel
Sampel
pada penelitian ini dikumpulkan dari bank data Global Initiative on Sharing
All Influenza Data (GISAID) sebanyak 133 data HA dan 130 data NA, di mana
kriteria inklusi untuk data sekunder tersebut yaitu sampel merupakan data
genetik virus influenza A subtipe H3N2 berupa sekuens gen HA dan NA yang
lengkap, berasal dari Indonesia dan berada pada rentang isolasi tahun 2005
sampai tahun 2019. Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini, yaitu
sampel memiliki sekuens yang tidak lengkap atau parsial, berasal dari orang
asing atau turis yang datang ke Indonesia dan tidak memiliki data tahun
isolasi.
Analisa Evolusi
Hasil
analisa evolusi sekuens HA dan NA dari virus H3N2 berupa pohon filogenetik yang
dianalisa dengan software Molecular Evolutionary Genetic Analysis (MEGA-X),
di mana dilakukan alignment terlebih dahulu dengan ClustalW dan Muscle.
Pohon filogenetik dikonstruksi dengan algoritma Maximum Likelihood dengan
model substitusi nukleotida General Time Reversible (GTR) dan bootstrap
1000 kali replikasi untuk menguji pohon yang dibentuk.
Prediksi Antigenisitas
Prediksi
antigenisitas pada predicted ancestor sekuens HA dan NA dari virus H3N2
menggunakan server Immune Epitope Database (IEDB) dengan membandingkan
empat algoritma pada server tersebut, yaitu Bepipred linear epitope
prediction analysis, Emini surface accessibility prediction, Chou
and Fasman beta turn prediction dan Karplus and Schulz flaxibility
prediction. Hasil yang overlap pada keempat algoritma tersebut diuji
dengan server Vaxijen 2.0 untuk menampilkan antigenicity score dari
peptida predicted antigen, di mana threshold untuk antigenicity
score virus adalah 0,4.
Hasil dan Pembahasan
Analisa Evolusi Sekuens HA
dan NA dari Virus H3N2
Hasil
analisa evolusi gen HA dan NA dari virus H3N2 berupa pohon filogenetik yang
ditunjukkan pada Gambar 1 untuk gen HA dan pada Gambar 2 untuk gen NA. Kedua
pohon tersebut bersifat unrooted, sehingga berdasarkan metode outgroup
rooting diasumsikan bahwa data BM714/2008 merupakan predicted ancestor
pada kedua gen tersebut.
Pada
pohon filogenetik gen HA, kelompok yang dimulai dari tahun 2014 hingga 2019
diperkirakan masih mengalami evolusi. Sedangkan pada pohon filogenetik NA, yang
diperkirakan masih mengalami evolusi adalah pada kelompok tahun 2010 sampai
2019. Hal ini membuktikan bahwa hingga tahun 2019, masih terjadi evolusi pada
gen HA dan NA dari virus H3N2.
Prediksi Antigenisitas
Sekuens HA dan NA dari Virus H3N2
Variasi
gen HA dan NA dari virus H3N2 yang muncul akibat adanya mutasi terutama pada
daerah epitop mengakibatkan perubahan pada antigenisitas yang ditunjukkan pada
Tabel 1 untuk gen HA dan Tabel 2 untuk gen NA. Perubahan antigenisitas yang
terjadi dideskripsikan berdasarkan peningkatan ataupun penurunan antigenicity
score dari varian epitop yang dibandingkan dengan sekuens ancestor.
Hasil prediksi antigenisitas hingga data tahun 2019, baik pada gen HA dan NA
menunjukkan bahwa terdapat penurunan antigenicity score.
Tabel 1
Pengaruh Evolusi Virus H3N2 terhadap Perubahan HA dan
Efeknya terhadap Antigenisitas
Posisi |
Epitop Antigen Ancestor (2008) |
Tahun Mutasi |
Mutasi |
Varian Epitop |
Antigenicity Score |
Antigenisitas |
136-143 |
FNNESFNW |
2008 |
138 N-S |
FNSESFNW |
1,2474 |
Turun |
2008 |
140 S-N |
FNNENFNW |
2,1947 |
Naik |
||
2017 |
137 N-K |
FKNESFNW |
1,8857 |
Naik |
||
2017 |
138 N-D |
FNDESFNW |
1,5809 |
Naik |
||
2017 |
137 N-K dan 138 N-D |
FKDESFNW |
1,9891 |
Naik |
||
221-227 |
STKRSQQ |
2009 |
227 Q-R |
STKRSQR |
1,1009 |
Naik |
2009 |
225 S-I |
STKRIQQ |
0,1152 |
Non Antigen |
||
2010 |
225 S-N |
STKRNQQ |
1,1106 |
Naik |
||
401-408 |
IGKTNEFK |
2008 |
403 K-R |
IGRTNEKF |
1,9368 |
Naik |
473-480 |
ENAEDMGN |
- |
- |
- |
- |
- |
496-505 |
SIRNGTYDHD |
2010 |
505 D-N |
SIRNGTYDHN |
1,2695 |
Naik |
2010 |
499 N-M |
SIRMGTYDHD |
1,2637 |
Naik |
||
2012 |
503 D-N |
SIRNGTYNHD |
0,8429 |
Turun |
||
2017 |
500 G-E |
SIRNETYDHD |
0,8487 |
Turun |
||
2017 |
500 G-E dan 505 D-N |
SIRNETYDHN |
0,9287 |
Turun |
Threshold = 0,4
Penelitian
ini menjelaskan bahwa sejak tahun 2005 hingga tahun 2019 terjadi evolusi pada
gen HA dan NA dari virus H3N2 yang ditunjukkan dari polimorfisme kedua gen HA
dan NA dalam kurun waktu tersebut berupa antigenic drift. Pernyataan ini
sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh J.D. Allen dan T.M. Ross (2018) yang menyatakan bahwa evolusi pada gen HA dan NA dari
virus H3N2 terjadi terus-menerus dengan tujuan untuk menghindar dari sistem
imun pejamu dengan cara merubah antigenisitas dari HA dan NA secara berkala
melalui antigenic drift.
Banyaknya
variasi gen HA dan NA yang muncul pada penelitian ini disebabkan karena adanya
mutasi pada basa nukleotida yang mengakibatkan substitusi asam amino yang
menyusun gen HA dan NA. Pernyataan ini didukung oleh penelitian oleh Yunus (2017), di mana mutasi yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan
sifat pada gen HA dan NA. Namun berdasarkan penelitian oleh Miraj (2022), terdapat juga mutasi dari basa nukleotida yang tidak
mengakibatkan perubahan pada asam amino. Hal ini bergantung pada variasi kodon
yang menyusun asam amino, di mana pada umumnya satu jenis asam amino memiliki
lebih dari satu variasi kodon, sehingga jika mutasi basa nukleotida yang
terjadi masih menghasilnkan susunan kodon yang ada pada golongan yang sama,
maka asam amino tidak akan berubah (Cikita, 2016).
Prediksi
antigenisitas pada sekuens ancestor gen HA dan NA dari virus H3N2 pada
penelitian ini mereferensi pada metode yang digunakan pada penelitian oleh M.
Hasan dalam mendesain vaksin virus influenza A subtipe H7N9. Di mana pada
penelitian ini hasilnya adalah masing-masih lima peptida pada gen HA dan NA
yang diprediksi sebagai antigen ataupun daerah epitope (Hasan et al., 2019).
Penelitian
ini menjelaskan bahwa perubahan pada HA dan NA memberikan pengaruh terhadap
perubahan antigenisitas. Hal ini juga tertulis pada penelitian oleh Y. Suzuki
bahwa variasi gen HA dan NA dari virus H3N2 yang muncul akibat adanya mutasi
terutama pada daerah epitop dapat mengakibatkan perubahan pada antigenisitas (NLPI Dharmayanti, Diwyanto,
& Bahri, 2012). Namun perubahan antigenisitas dapat memungkinkan terjadi dua efek yang
saling bertolak belakang, di mana pada antigenisitas yang meningkat, antigen
dari virus H3N2 dapat lebih mudah dikenali oleh sistem imun. Sedangkan pada
mutasi yang mengakibatkan menurunnya antigenisitas atau merubah antigen menjadi
non antigen akan membantu virus untuk melarikan diri dari sistem imun pejamu (Detty Afriyanti et al., 2022). Adanya penurunan antigenisitas yang terjadi pada gen HA
dan NA pada data tahun 2019 dalam penelitian ini tidak menutupi kemungkinan
dapat mengakibatkan terjadinya epidemi pada masa yang akan datang.
Penelitian
ini berperan penting dalam bidang kesehatan karena diperoleh informasi mengenai
virus H3N2 yang pernah menyebabkan pandemi, juga informasi mengenai evolusi
dari virus tersebut, sehingga dapat menjadi bukti bahwa penting untuk melakukan
vaksinasi influenza rutin setiap tahunnya. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa terdapat kesempatan untuk mempersiapkan vaksin atau terapi sebelum
terjadi epidemi atau pandemi pada masa yang akan dating (Soegijanto, 2016).
Kesimpulan
Evolusi
virus H3N2 mengakibatkan terjadinya polimorfisme hemaglutinin (HA) dan
neuraminidase (NA) di Indonesia dari tahun 2005 hingga 2019. Hal ini disebabkan
oleh adanya mutasi RNA atau basa nukleotida yang memberikan pengaruh terhadap
perubahan asam amino yang menyusun komponen HA dan NA, di mana perubahan pada
HA dan NA menimbulkan efek pada antigenisitas, berupa antigenicity score� yang meningkat, menurun ataupun berubah
menjadi non antigen. Penurunan antigenisitas terjadi pada tahun 2019, baik pada
gen HA dan gen NA.
BIBLIOGRAFI
Afifudin, Fahmi Alief. (2021). Pemetaan epitope sel
t pengkode protein spike sars-cov-2 menggunakan pendekatan immunoinformatika
sebagai kandidat vaksin self-amplifying rna (Sarana). Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Allen, James D., & Ross, Ted M. (2018). H3N2
influenza viruses in humans: Viral mechanisms, evolution, and evaluation. Human
Vaccines & Immunotherapeutics, 14(8), 1840�1847.
Astuti, Astuti. (2020). Peran Aplikasi Seluler
terhadap Peningkatan Informasi Imunisasi Anak Bagi Orang Tua: Studi Literatur. JKEP,
5(2), 101�113.
Cikita, Pangerapan Meiranty. (2016). Analisis In
Silico Variasi Sekuens Gen Non-Struktural 3 (Ns3) Virus Dengue Serotipe 2 di
Indonesia. PHARMACON, 5(1).
Detty Afriyanti, S., ST, S., Keb, M., Astuti, Wuri
Widi, Yunola, Satra, ST, S., Anggraini, Helni, ST, S., Megawati, S., &
Setyani, Rizka Ayu. (2022). Buku Ajar Asuhan Kehamilan S1 Kebidanan Jilid I.
Mahakarya Citra Utama Group.
Dharmayanti, Ni Luh Putu Indi, Hartawan, Risza, &
Hewajuli, Dyah Ayu. (2016). Pengembangan sejumlah primer untuk reverse
transcriptase polymerase chain reaction guna melacak virus flu burung di
Indonesia. Jurnal Veteriner Juni, 17(2), 183�196.
Dharmayanti, NLPI, Diwyanto, Kusuma, & Bahri,
Sjamsul. (2012). Mewaspadai perkembangan Avian influenza (AI) dan Keragaman
Genetik Virus AI/H5N1 di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian, 5(2),
124�141.
Firmansyah, Yohanes, Destra, Edwin, Martin, Juvenius,
Kusumawati, Natasha Fiorentina, Michael, Michael, & Suwarna, Nancy. (2022).
Virus: Evolusi, Genetika, Drift dan Shift Antigen. Jurnal Riset Rumpun Ilmu
Kedokteran (JURRIKE), 1(2), 94�105.
Frisca, Dewi Yunadi, & Yusriani, Yusriani. (2020).
Masa-Masa Covid-19 Mengenal dan Penanganan dari berbagai Persepektif
Kesehatan. CV AA RIZKY.
Garjito, Triwibowo Ambar. (2013). Virus Avian
Influenza H5n1: Biologi Molekuler dan Potensi Penularannya ke Unggas dan
Manusia. Vektora: Jurnal Vektor Dan Reservoir Penyakit, 5(2), 81�94.
Hasan, Mahmudul, Ghosh, Progga Paromita, Azim, Kazi
Faizul, Mukta, Shamsunnahar, Abir, Ruhshan Ahmed, Nahar, Jannatun, & Khan,
Mohammad Mehedi Hasan. (2019). Reverse vaccinology approach to design a novel
multi-epitope subunit vaccine against avian influenza A (H7N9) virus. Microbial
Pathogenesis, 130, 19�37.
Miraj, N. N., Sumantri, C., Murtini, S., & Ulupi,
N. (2022). Keragaman Gen BG1 sebagai Kandidat Gen Penciri Ketahanan Penyakit
pada Calon Galur Ayam IPB-D2. Jurnal Ilmu Produksi Dan Teknologi Hasil
Peternakan, 10(3), 144�151.
Rasmaniar, Rasmaniar, Mahawati, Eni, Laksmini, Puji,
Trisnadewi, Ni Wayan, Unsunnidhal, Lalu, Siregar, Deborah, Pakpahan, Martina,
Supinganto, Agus, & Sari, Mila. (2020). Surveilans Kesehatan Masyarakat.
Yayasan Kita Menulis.
Santoso, Alvian Rendy, & Sidarta, Erick. (2021).
Pengaruh evolusi virus H3N2 pada perubahan hemaglutinin, neuraminidase dan
efeknya terhadap Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas II di Indonesia
pada tahun 2005-2019. Tarumanagara Medical Journal, 3(2), 220�229.
Soegijanto, Soegeng. (2016). Aspek Imunologi
Imunisasi. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis Dan Infeksi Di Indonesia Jilid 6,
6, 205.
Srihanto, Eko Agus, Asmara, Widya, & Wibowo,
Michael Haryadi. (2015). Analisis Molekuler Filogenetik Dan Struktur Antigenic
Virus Avian Influenza Subtipe H5n1 Isolat Lampung Tahun 2008-2013. Jurnal
Kedokteran Hewan-Indonesian Journal of Veterinary Sciences, 9(1).
Susilo, Adityo, Jasirwan, Chyntia Olivia Maurine,
Wafa, Syahidatul, Maria, Suzy, Rajabto, Wulyo, Muradi, Akhmadu, Fachriza, Ihza,
Putri, Myranda Zahrah, & Gabriella, Stacy. (2022). Mutasi dan Varian
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia, 9(1), 59�81.
Syakhsiyah, Ika Nurnaila. (2021). Optimalisasi
peran mahasiswa pendidikan dokter UIN Malang dalam upaya edukasi COVID-19 di
Lawang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Tim Penulis, Prodi Sarjana Terapan Kebidanan. (2019). Modul
teori 2; asuhan kebidanan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah.
WHO. (2019). Antibiotic resistance threats in the
United States. Centers for Disease Control and Prevention.
https://doi.org/CS239559-B
Yunus, Ahmad, Hartati, Sri, & Brojokusumo, Raden
Dirgori Kuneng. (2017). Performance of Mentik Wangi rice generation M1 from the
results of gamma ray irradiation. Agrosains: Jurnal Penelitian Agronomi,
19(1), 6�14.
Zoa, Jurnal Hemera. (2014). Mikrobiologi dan
Parasitologi (MP01-MP28). Hemera Zoa.
Copyright holder: Nama Author (Tahun
Terbit) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |
�������������������������������������������������������������� ��������