Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 5, Mei
2023
ANALISIS EFEKTIFITAS
BIOHOLE MELALUI DISTRIBUSI MIKROBA �������������������������������������SECARA REAL TIME PADA TANAH INSEPTISOL
Nugroho Widiasmadi
Universitas Wahid Hasyim
Semarang
Email: [email protected]
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengontrol kesehatan dan kesuburan tanah
secara alami. Penelitian ini dilakukan pada lahan inseptisol yang
dimanfaatkan untuk perkebunan dengan mengamati pola sebaran tingkat konduktifitas Electrolit tiap kedalaman tanah melalui aktivitas
mikroba. Dimana penyebarannya melalui dua jenis biohole, yaitu biohole horizontal dan vertikal. Penelitian ini mengamati dalam periode waktu melalui sensor mikrokontroler terhadap perubahan perparameter tanah seperti : tingkat keasaman tanah, laju infiltrasi, tingkat konduktivitas elektrolit dan tingkat porositas yang diamati dari tingkat laju infiltrasi tanah. Menggunakan metode simulasi dengan dua (2) jenis biohole, maka dapat dilihat peningkatan EC di setiap kedalaman pada periode waktu tertentu. Metode ini menggunakan teknologi Smart Biosoildam (Biodam) yang dapat disimulasikan menyamai dengan proses sebenarnya (real
time). Dari pengamatan grafik
dan standar EC terlihat bahwa kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara pada zona pertumbuhan akar dapat dijadikan
informasi untuk menetapkan jadwal dan pola sebaran tanam baik pada masa pertumbuhan vegetatif maupun masa pertumbuhan generatif. Sehingga dapat diketahui jarak tanam dan jarak biohole yang efektif agar mampu memberikan nutrisi pada masa vegetatif dan generatif. Penyebaran nutrisi dapat dipantau melalui sensor yang mengubah parameter analog pada mikro
prosesor menjadi informasi digital yang dikirimkan
melalui wifi secara real
time. Simulasi kesuburan tanah pantai pasir
berdasarkan jumlah populasi mikroba = 108/cfu.
Variabel 1 : Nilai kesuburan tanah dari nilai electrolyte
conductivity/EC pada kedalaman 26 cm dari 450 uS/cm menjadi 1138
uS/cm pada hari ke 35 dan dari 1138 uS /
cm turun menjadi 990 uS / cm pada hari ke 40. Varibale 2 : Nilai kesuburan tanah dari nilai konduktivitas elektrolit / EC pada kedalaman 24 cm dari 450 uS
/ cm hingga 868 uS / cm pada hari ke 35 &
dari 868 uS / cm turun menjadi 742 uS/cm pada hari ke-40.
Kata Kunci : biohole
, biohole horizontal, biohole
vertikal, biosoildam , infiltrasi keasaman tanah, konduktivitas elektrolit,� mikroba, mikrokontroler , inseptisol.
Abstract
This study
aims to control the health and fertility of the soil naturally. This research
was conducted on inseptisol land
used for plantations by observing the distribution pattern of the electrolyte
conductivity level at each soil depth through microbial activity. Where the
spread is through two types of bioholes, namely
horizontal and vertical bioholes. This study observed
over a period of time through a microcontroller sensor the changes in soil
parameters such as: soil acidity level, infiltration rate, electrolyte
conductivity level and porosity level observed from the soil infiltration rate.
Using the simulation method with two (2) types of bioholes,
it can be seen the increase in EC at each depth at a certain time period. This
method uses Smart Biosoildam (Biodam)
technology which can be simulated to match the actual process (real time). From
graphic observations and EC standards, it can be seen that the ability of the
soil to provide nutrients in the root growth zone can be used as information to
determine the schedule and distribution pattern of planting both during the
vegetative growth period and the generative growth period. So that it can be
known the effective planting distance and biohole
distance in order to be able to provide nutrients during the vegetative and
generative periods. The distribution of nutrients can be monitored through
sensors that convert analog parameters on the microprocessor into digital
information that is sent via wifi in real time.
Simulation of sandy beach soil fertility based on the number of microbial
population = 108/cfu. Variable 1: Soil fertility
value of electrolyte conductivity/EC value at a depth of 26 cm from 450 uS/cm to 1138 uS/cm on day 35 and
from 1138 uS/cm down to 990 uS/cm
on day 40. Varibale 2: Soil fertility values
from electrolyte conductivity / EC values at a
depth of 24 cm from 450 uS / cm to 868 uS / cm on day 35 & from 868 uS
/ cm down to 742 uS/cm on day 40.
Keywords: biohole, horizontal biohole,
vertical biohole, biosoildam,
soil acidity infiltration, electrolyte conductivity, microbe, microcontroller, inspetisol.
Penurunan daya dukung lahan saat ini banyak diakibatkan pemakaian pupuk
dan pestisidia anorgnik secara berlebihan atau tidak terkontrol (Widiasmadi,
2022). Agen hayati (pupuk hayati)
diperlukan untuk mendukung konservasi tanah dan air. Namun,
sejauh ini belum ada pengukuran sistem monitoring & assessment budidaya
pertanian secara berkala,
berkesinambungan, dan
informasi parameter tanah secara langsung (real-time). Oleh karena itu,
diperlukan sistem informasi yang
akurat mengenai parameter tanah untuk
mencapai target panen.
Infiltrasi adalah proses air yang mengalir ke dalam tanah yang umumnya
berasal dari curah hujan, sedangkan
laju infiltrasi adalah jumlah air yang masuk ke dalam tanah
per satuan waktu (Irawan,
2016). Proses ini merupakan bagian yang sangat penting dari siklus
hidrologi yang dapat mempengaruhi jumlah
air yang ada di permukaan tanah. Air di permukaan tanah akan masuk ke dalam
tanah kemudian mengalir
ke sungai (Sunjoto,
1988). Tidak semua air
permukaan mengalir ke dalam tanah,
tetapi sebagian air tetap berada di lapisan tanah atas untuk selanjutnya
diuapkan kembali ke atmosfer melalui
permukaan tanah atau penguapan tanah (Suliyati,
2016).
Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah untuk menyerap air dalam
jumlah besar ke dalam tanah dan
dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme di dalam tanah (Widiasmadi
& Suwarno, 2022). Kapasitas
infiltrasi yang besar dapat
mengurangi limpasan permukaan. Pori-pori tanah yang mengecil, umumnya disebabkan oleh pemadatan tanah, dapat menyebabkan
penurunan infiltrasi. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh pencemaran tanah (Widiasmadi, 2023a) akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan
yang juga mengeraskan tanah.
Smart-Biosoildam merupakan pengembangan teknologi Biodam yang melibatkan
aktivitas mikroba dalam meningkatkan
laju infiltrasi yang terukur,
terkendali sebagai respon atau tanggapan yang dapat dilihat
secara langsung (real time). Aktivitas biologi tanah melalui peran mikroba sebagai agen pengurai biomassa dan
konservasi tanah menjadi
informasi penting bagi upaya konservasi tanah dalam
mendukung ketahanan pangan
yang sehat (Widiasmadi,
2020). Pengembangan tersebut telah menggunakan mikrokontroler
dimana secara efektif dapat memantau aktivitas agen tersebut melalui parameter
konduktivitas elektrolit sebagai
input analog dari sensor EC yang tertanam di dalam tanah dan selanjutnya
diubah menjadi informasi digital oleh mikrokontroler (Widiasmadi, 2022).
Penelitian dilakukan
di lahan pesisir yang selama
puluhan tahun menjadi sumber mata pencaharian masyarakat Desa Pasir ��Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. Pengelolaan lahan ini tidak memiliki wawasan terhadap konservasi
tanah dan air, dimana petani
menggunakan pupuk kimia & pestisida secara berlebihan yang terakumulasi dalam lapisan pasir pantai ini, sehingga telah
mengasamkan media tanam dan menurunkan hasil panen. Penelitian yang berlangsung pada Januari - Juli 2021 ini bertujuan untuk mengembalikan daya dukung lahan pantai samas.
Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah : Mikrokontroler Arduino
UNO,Wifi ESP8266, Sensor parameter tanah : Suhu (T) DS18B20,
Kelembaban (M) V1.2, Electrolit Conductivity (EC) G14 PE, Acidity pH)
Tipe SEN0161-V2 , LCD modul HD44780 controller, Biohole sebagai Injector untuk Biosoildam, Biofertilizer
Mikrobia Alfafaa MA-11, red union straw sebagai
sarang mikroba , Abney level, , Double Ring Infiltrometer, Erlemeyer,
penggaris, Stop watch, ember plastik, tally sheet,
gelas ukur, skala mikro , hidrometer dan air.
Untuk menentukan koordinat amatan (plot) dan
sensor, penelitian ini menggunakan sebaran sampling
pada berbagai jarak: 1,5; 2; 3 meter dari pusat
Biohole dengan diameter 1 meter sebagai pusat penyebaran radial agen hayati Mikroba
Alfaafa MA-11 melalui
proses injeksi air. Laju infiltrasi dan distribusi agen biologis secara radial radial dapat dikontrol secara real-time
melalui sensor pengukuran dengan parameter: EC/ion
garam (makronutrien), pH, kelembaban dan suhu tanah. Sebagai kontrol berkala, laju infiltrasi dengan Double Ring Infiltrometer pada
variabel jarak dari pusat Biohole
diukur secara manual.
Selanjutnya,
sampel tanah juga diambil untuk dianalisis karakteristiknya,
seperti tekstur tanah, kandungan bahan organik dan bulk density (Douglas,
1988).
|
|
Gambar 2
Distributiom & Biohole Structure
Distribution Biohole -Biohole Structure & Humus Land
Perhitungan
Debit Hantaran
Model Smartbiosoildam menggunakan debit limpasan sebagai
media distribusi untuk penyebaran
agen hayati melalui inlet/inflow Biohole sebagai
pusat penyebaran populasi mikroba dengan interflow
air. Perhitungan debit limpasan sebagai
dasar rumus Inflow Biosoildam memerlukan tahapan sebagai berikut:
melakukan analisis curah hujan, menghitung luas daerah tangkapan air, dan menganalisis lapisan tanah/batuan.
Struktur biosoildam dapat dibuat dengan lubang-lubang pada lapisan tanah tanpa atau menggunakan pipa air/pipa
dengan lapisan berlubang yang memungkinkan mikroba
menyebar secara radial. Kita dapat menghitung debit yang
masuk ke dalam biohole sebagai fungsi dari karakteristik daerah tangkapan
dengan rumus rasional:
Q = 0,278 CIA����������������������������������������������������������������������������������������������������������� (1)
dimana C adalah nilai
koefisien limpasan, I adalah curah hujan dan A adalah luas (Sunjoto, 2011). Berdasarkan rumus tersebut, Tabel tersebut menyajikan hasil debit limpasan. Infiltration
Penyebaran mikroba sebagai
agen pengurai biomassa
dapat dikendalikan melalui
perhitungan laju infiltrasi pada radius titik dari Biohole
sebagai pusat penyebaran mikroba. dengan menggunakan metode Horton� (Widiasmadi, 2023a).
Horton mengamati bahwa infiltrasi dimulai
dari nilai standar
fo dan menurun secara eksponensial ke kondisi konstan fc.
Salah satu persamaan infiltrasi paling awal yang dikembangkan oleh Horton
adalah:
f(t) = fc +
(fo � fc)e-kt��������������������������������������������������� (2)
di
mana :
k adalah reduksi konstan
ke dimensi [T -1] atau laju infiltrasi menurun konstan. fo adalah kapasitas
laju infiltrasi pada awal pengukuran.
fc
adalah kapasitas infiltrasi konstan yang tergantung pada jenis tanah.
Parameter fo dan fc diperoleh dari pengukuran lapangan menggunakan
infiltrometer cincin ganda. Parameter
fo dan fc merupakan fungsi dari jenis dan tutupan tanah. Tanah berpasir atau berkerikil nilainya tinggi, sedangkan
tanah lempung gundul nilainya kecil, dan untuk permukaan tanah berumput (gambut) nilainya meningkat (Widiasmadi, 2023b).
Data perhitungan infiltrasi hasil pengukuran pada 15 menit pertama, 15 menit kedua,
15 menit ketiga
dan 15 menit keempat pada masing-masing jarak dari pusat Biohole
dikonversikan dalam satuan cm/jam
dengan rumus sebagai berikut:
Laju infiltrasi = (ΔH/t x 60)���������������������������������������������� (3)
dimana: H =
penurunan ketinggian (cm) dalam selang waktu tertentu, T = selang waktu yang dibutuhkan air dalam H untuk masuk ke dalam tanah (menit) (Huang
& Shan, 1997). Pengamatan ini dilakukan setiap 3 hari sekali selama satu bulan.
Analisis ini menggunakan agens hayati MA-11 yang telah diuji oleh Laboratorium Mikrobiologi Universitas Gadjah Mada berdasarkan standar
Peraturan Menteri: No 70/Permentan/SR.140/10 2011, meliputi:
Tabel 2.1
Analisa Kandungan Microba
No |
Population Analysis |
Result |
No |
Population Analysis |
Result |
1 |
Total of Micobes |
18,48 x 108cfu |
8 |
Ure-Amonium-Nitrat Decomposer |
Positive |
2 |
Selulotik Micobes |
1,39 x 108cfu |
9 |
Patogenity for plants |
Negative |
3 |
Proteolitik Micobes |
1,32 x 108cfu |
10 |
Contaminant E-Coly
& Salmonella |
Negative |
4 |
Amilolitik Micobes |
7,72 x 108cfu |
11 |
Hg |
2,71 ppb |
5 |
N Fixtation Micobes |
2,2 x 108cfu |
12 |
Cd |
<0,01 mg/l |
6 |
Phosfat Micobes |
1,44 x 108cfu |
13 |
Pb |
<0,01 mg/l |
7 |
Acidity |
3,89 |
14 |
As |
<0,01 ppm |
( Nugroho Widiasmadi, 2019)
Aplikasi di Biosoildam adalah
mengkonsentrasikan mikroba ke dalam "media populasi", sebagai sumber
kondisioner tanah untuk meningkatkan laju infiltrasi dan memulihkan kesuburan alam.
Media Tanah Inseptisol
Tanah inceptisol ini merupakan tanah yang termasuk dalam kategori tanah aluvial. Tanah inceptisol ini merupakan suatu
jenis tanah muda yang juga termasuk ke dalam jenis
tanah mineral. Sedangkan
yang dimaksud tanah mineral
merupakan tanah yang memiliki kandungan bahan organik kurang
dari 20% atau memiliki lapisan bahan organik yang ketebalannya kurang dari 30 cm sehingga membuat tekstur tanahnya menjadi ringan.
Setiap jenis tanah mempunya karakteristik masing- masing, dan yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena adanya karateristik yang berbeda-
beda inilah timbul jenis- jenis tanah. Begitu pula dengan tanah inceptisol.
Tanah inceptisol merupakan tanah yang mempunyai cici- ciri atau karalteristik
sebagai berikut:
1.
Memiliki solum tanah
yang agak tebal, yakni sekitar 1 hingga 2 meter
2.
Tanahnya berwarna
hitam atau kelabu hingga coklat
tua
3.
Tekstur tanahnya
berdebu, lempung debu, dan bahkan lempung
4.
Memiliki struktur
tanah yang remah berkonsistensi gembur, memiliki pH 5,0 hingga 7,0
5.
Memiliki bahan
organik sekitar 10% sampai 30%
6.
Mengandung unsur
hara yang sedang hingga tinggi
7.
Memiliki produktivitas
tanah dari sedang hingga tinggi
Itulah beberapa karakteristik yang yang dimiliki oleh tanah inceptisol. Karakteristik ini cukup membedakan tanah ini dengan tanah yang lainnya. Dengan karakteristik yang dimiliki, maka jenis tanaman yang dapat tumbuh pun adalah jenis- jenis tanaman tertentu.
Figure 4
Inseptisol Soil Layers
Tingat keasaman tanah adalah salah satu parameter yang digunakan untuk
mengamati tingkat kesuburan tanah
dan kemampuan mikroba berkembang. Banyaknya unsur hara yang terkandung dalam tanah merupakan indikator tingkat kesuburan tanah akibat adanya aktivitas agen hayati dalam
menguraikan biomassa. Faktor penting yang mempengaruhi penyerapan unsur
hara (EC) oleh akar tanaman adalah derajat keasaman
tanah (pH tanah),
suhu (T) dan kelembaban (M). Tingkat Keasaman
Tanah (pH) sangat mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Boardman & Skrove, 1966).
Aktivitas mikroba sebagai penyumbang nutrisi tanah
dari hasil dekomposisi biomassa dapat dikontrol melalui
tingkat salinitas larutan
nutrisi yang dinyatakan melalui konduktivitas serta parameter lain sebagai input analog. Konduktivitas dapat diukur dengan menggunakan EC, Elektrokonduktivitas
atau aliran konduktivitas elektrik(EC) yang merupakan kepadatan nutrisi dalam larutan. Semakin
pekat larutan, semakin
besar pengiriman arus listrik dari kation (+) dan anion (-) ke anoda dan katoda EC meter. Dengan
demikian, itu menghasilkan EC yang lebih tinggi. Satuan
pengukuran EC adalah mS/cm (millisiemens) (John
et al., 2005)
Penelitian ini menggunakan sistem transmisi data
ESP8266 dengan firmware dan AT Command set
yang dapat diprogram dengan Arduino. Modul ESP8266 adalah sistem on-chip yang
dapat dihubungkan ke
jaringan WIFI (Wasisto,
2018). Selain itu, beberapa pin
berfungsi sebagai GPIO (General
Port Input Output)
untuk mengakses sensor
parameter ground ini yang terhubung ke Arduino, sehingga
sistem dapat terhubung ke Wifi (Widiasmadi
& Suwarno, 2022). Dengan demikian, kita dapat memproses input analog dari berbagai parameter
tanah menjadi informasi
digital dan memprosesnya melalui web.
Hujan Rancangan
Rancangan intensitas curah hujan ditentukan dengan menggunakan data curah
hujan dari Stasiun Semarang
tahun 2007-2018 Analisis statistik
dilakukan untuk menentukan tipe sebaran yang
digunakan, yang dalam penelitian ini adalah Log Person III. Pengecekan
distribusi peluang hujan dapat diterima atau tidak dihitung
dengan menggunakan uji Chi
Square dan uji Kolmogorov Smirnov (Nugroho Widiasmadi Dr. 2021b). Selanjutnya, intensitas hujan rencana dihitung
dengan menggunakan rumus mononobe.
Debit rencana yang digunakan
sebagai media penyebaran mikroba MA-11 menggunakan intensitas curah hujan selama 1 jam karena diperkirakan durasi curah hujan paling
dominan di daerah penelitian adalah 1 jam (Widiasmadi, 2020). Koefisien
limpasan untuk berbagai koefisien
aliran permukaan adalah 0,70-0,95 (Suliyati,
2016), sedangkan
dalam penelitian ini kami menggunakan nilai koefisien aliran terkecil
yaitu 0,70. Debit rencana memiliki
daerah tangkapan air yang bervariasi, antara 9 m2 sampai dengan 110 m2 dengan hubungan yang
proporsional. Semakin besar plot, semakin besar debit rencana yang dihasilkan sebagai inflow biohole. Kedalaman Biohole di daerah penelitian pada kala ulang 25 tahun
berkisar antara 0,80 m
sampai 1,50 m. Volume penyerapan akan menentukan kapasitas maksimum air yang terkandung dalam Biohole. Semakin besar volume Biohole, semakin besar wadah airnya (Widiasmadi, 2023a).
a)
Biohole Type Vertikal
menggunakan dinding alami dengan diameter 0,3 m dan
kedalaman 0,8 m dengan daerah
penyerapan (retarding basin) seluas 36 m2.
Bahan organik dari limbah jerami
bawang merah dipadatkan digunakan sebagai sarang populasi mikroba (nest microbe). Kapasitas volume Biohole untuk dimensi
tersebut adalah 0,157 m3, dan debit kala ulang 25 tahun =
0,0000841 m3/detik, akan terisi penuh dalam waktu sekitar 15 sampai 20 menit.
b)
Biohole Type Horizontal menggunakan dinding alami dengan
diameter 0,25 m dan kedalaman 0,4 m
dengan daerah penyerapan (retarding basin)
seluas 36 m2. Bahan organik dari limbah jerami bawang merah dipadatkan digunakan sebagai sarang populasi
mikroba (nest microbe).Bagian atasnya dilapisi dengan batuan diamater 2 cm setebal 5 cm yang berfungsi sebagai media pemecah energi air hujan.
Sehingga ketika diisi cairan organik bahan organik tetap stabil untuk menjaga penyebaran radial mikroba (Nugroho
Widiasmadi, 2020). Kapasitas volume
Biohole untuk dimensi tersebut adalah 0,125 m3, dan debit kala ulang
25 tahun = 0,0000841 m3/detik, akan terisi penuh dalam waktu sekitar 15 sampai 20 menit.
Simulasi kesuburan tanah Grumosol menggunakan 2 tipe biohole
yaitu :
a. Varibale 1 = menggunakan
Biohole tipe vertikal diameter 30 cm kedalaman 80 cm dengan populasi mikroba 108/cfu,
pencatatan parameter tanah dilakukan setiap 5 hari sekali selama 60 hari pada setiap kedalaman 10 cm.
b. Varibale 2 = menggunakan
Biohole tipe horizontal diameter 25 cm kedalaman 40 cm dengan Populasi Mikroba 108/cfu,
pencatatan parameter tanah dilakukan setiap 5 hari sekali selama 60 hari pada setiap kedalaman 10 cm.
����������� Kondisi hara awal sebelum simulasi nilai kesuburan tanah dengan parameter
Electrolyte Conductivity (EC) adalah 446 uS/cm, dengan jarak 3 meter dari pusat Biohole. Dari satu titik untuk setiap kedalaman 10 cm, nilai EC
diukur hingga kedalaman 90 cm, yang diamati secara real time setiap 5 hari sebagai
berikut :
A.
Observasi Biohole Vertical adalah:
1. Nilai EC kedalaman
10 cm
� 350 uS/cm ke 617 uS/cm
pada hari ke 35
� 617 uS/cm turun 452
uS/cm pada hari ke-40
� 452 uS/cm turun 386 uS/cm
pada hari ke-50
� 386 uS/cm turun 373 uS/cm
pada hari ke-60
2. Nilai EC kedalaman
26 cm
� 350 uS/cm naik 1038 uS/cm pada hari ke 35
� 1038uS/cm turun 790
uS/cm hari ke-40
� 790 uS/cm turun 718 uS/cm pada hari ke-50
� 718 uS/cm turun 680 uS/cm
pada hari ke-60
3. Nilai EC kedalaman
40 cm
� 350 uS/cm naik 916 uS/cm pada hari ke 35
� 916uS/cm turun 799
uS/cm hari ke-40
� 799 uS/cm turun 681 uS/cm
pada hari ke-50
� 681 uS/cm turun 614 uS/cm pada hari ke-60
4. Nilai EC kedalaman
60 cm
� 350 uS/cm naik 767 uS/cm pada hari ke 35
� 767 uS/cm turun 628 uS/cm
pada hari ke-40
� 628 uS/cm turun 544 uS/cm hari
ke-50
� 544 uS/cm
turun 497 uS/cm
pada hari ke-60
5. Nilai EC kedalaman
74 cm
� 350 uS/cm naik 379 uS/cm pada hari ke 35
� 379 uS/cm turun 430 uS/cm
pada hari ke-40
� 439 uS/cm turun 409 uS/cm
pada hari ke-50
�
409
uS/cm turun 500 uS/cm pada hari ke-60
1.
Nilai EC kedalaman 10 cm
� 350 uS/cm naik 548 uS/cm hari ke 35
� 348 uS/cm turun 392
uS/cm hari ke-40
� 392 uS/cm turun
373 uS/cm hari ke-45
� 373 uS/cm turun
368 uS/cm hari ke-60
2.
Nilai EC kedalaman 24 cm
� 350 uS/cm naik 768 uS/cm
hari ke 35
� 768 uS/cm turun
642 uS/cm hari ke-40
� 642 uS/cm turun
584 uS/cm hari ke-45
� 584 uS/cm turun 424 uS/cm hari ke-60
3.
Nilai EC kedalaman 30 cm
� 350 uS/cm naik 638 uS/cm
hari ke 35
� 638 uS/cm turun
600 uS/cm hari ke-40
� 600 uS/cm turun
450 uS/cm hari ke-45
� 450 uS/cm turun
400 uS/cm hari ke-60
4.
Nilai EC kedalaman 40 cm
� 350 uS/cm naik 362 uS/cm
hari ke 35
� 362 uS/cm turun
483 uS/cm hari ke-40
� 483 uS/cm turun
363 uS/cm hari ke-45
� 363 uS/cm turun
358 uS/cm hari ke-60
Kesimpulan
����������� Pada lapisan inseptisol yang memiliki
porositas cukup besar, kecepatan kenaikan nilai EC cukup besar sehingga pada hari ke-35 telah mencapai nilai EC maksimum, Namun juga mengalami penurunan yang cepat
dimana setelah mencapai nilai EC pada titik
puncak grafik cenderung menurun tajam hingga batas nilai EC awal. Sehingga pola grafik pada lapisan pasir
menunjukkan perubahan nilai EC cukup dinamis yaitu cepat naik kemudian turun dengan cepat. Pola ini menunjukkan sifat pasir yang sangat baik
sebagai katalis atau media pengangkutan/penyebaran
mikroba, tetapi sangat buruk sebagai media penahan perkembangan akar, sehingga pemberian bahan organik
sebagai perekat (pengikat) sangat penting.
Perlu dilakukan pengujian material pasir sebagai
bahan pengisi (filler) dan media angkut pada
tanah-tanah yang mempunyai ketahanan simpan yang baik tetapi memiliki
daya sebar yang rendah seperti
lempung, inceptisol dll
Boardman, C. R., &
Skrove, J. (1966). Distribution in fracture permeability of a granitic rock
mass following a contained nuclear explosion. Journal of Petroleum
Technology, 18(05), 619�623.
Douglas, M. G. (1988). Integrating conservation into
farming systems: the Malawi experience.
Huang, Z., & Shan, L. (1997). Action of Rainwater use on
soil and water conservation and suistanable development of Agricukture. Bulletin
of Soil and Watr Conserv, 17(1), 45�48.
Irawan, T. (2016). Infiltrasi pada berbagai tegakan hutan
di arboretum Universitas Lampung.
John, M., Pannell, D., & Kingwell, R. (2005). Climate
change and the economics of farm management in the face of land degradation:
Dryland salinity in Western Australia. Canadian Journal of Agricultural
Economics/Revue Canadienne d�agroeconomie, 53(4), 443�459.
Suliyati, T. (2016). Penataan Drainase Perkotaan Berbasis
Budaya Dalam Upaya Penanganan Banjir di Kota Semarang. Humanika, 19(1),
59�69.
Sunjoto, S. (1988). Optimasi Sumur Resapan Air Hujan Sebagai
Salah Satu Usaha Pencegahan Instrusi Air Laut. Yogyakarta: Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.
Sunjoto, S. (2011). Teknik Drainase Pro-Air. Yogyakarta:
Fakultas Teknik UGM.
Wasisto, S. (2018). Aplikasi Internet of Things (IoT)
dengan Arduino & Android: Penerbit Deepublish Yogyakarta.
Widiasmadi, N. (2020). Analisa Elektrolit Konduktifitas &
Keasaman Tanah Secara Real Time Menggunakan Smart Biosoildam. Prosiding
Seminar Nasional NCIET, 1(1), 11�24.
Widiasmadi, N. (2022). Teknologi Smart Biosoildam untuk
Analisa EC & PH Tanah sebagai Usaha Peningkatan Daya Dukung Lahan. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(5), 2558�2567.
Widiasmadi, N. (2023a). Analisis Efektifitas Biohole melalui
Distribusi Mikroba pada Setiap Kedalaman Secara Real Time pada Tanah Andosol. Journal
on Education, 5(3), 9815�9826.
Widiasmadi, N. (2023b). OPTIMASI EC PADA TANAH CLAY UNTUK
LAHAN BAWANG MERAH MELALUI SIMULASI POPULASI MIKROBA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI
SMART BIOSOILDAM. Jurnal Cahaya Mandalika, 4(2), 86�95.
Widiasmadi, N., & Suwarno, D. (2022). Biohole
Effectiveness Analysis Through The Distribution Pattern of Microbes at Each
Depth In Real Time On Coastal Sand. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
P, 7(6-8�22), 1�18.
Copyright
holder: Nugroho Widiasmadi
(2023) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |