Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 2, Februari 2023
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SOSIOEKONOMI DENGAN PEMAHAMAN
AKAN STROKE PADA KARYAWAN DI UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA BARAT
Fathiyah, Djung
Lilya Wati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Indonesia
Email : [email protected], [email protected]
Abstrak
Stroke merupakan
penyakit pada pembuluh darah di otak. Salah satu penyebab angka
stroke masih tinggi ialah kurangnya tingkat pemahaman akan stroke. Tingkat sosioekonomi
seperti tingkat pendidikan dan pendapatan dapat memengaruhi pemahaman akan stroke seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara tingkat sosioekonomi yaitu tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan pemahaman akan stroke pada karyawan di Universitas Tarumanagara
Jakarta Barat. Metodologi Penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan metode cross-sectional
di Universitas Tarumanagara Jakarta Barat pada bulan Maret hingga
Mei 2022. Sampel diambil
dengan teknik non probability sampling.
Tingkat sosioekonomi diperoleh
dengan menanyakan tingkat pendidikan terakhir dan tingkat pendapatan per bulan menurut UMR Provinsi DKI Jakarta 2021. Pemahaman
akan stroke didapatkan menggunakan kuesioner pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko dan peringatan gejala stroke. Hubungan antara tingkat sosioekonomi dengan pemahaman akan stroke dianalisis dengan uji
Fisher�s exact. Hasil Penelitian didapatkan tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan bermakna dengan pemahaman akan stroke dengan p
0,591 dan pada tingkat pendapatan
memiliki hubungan yang bermakna pada pemahaman akan stroke dengan p 0,014, dan PR 0,108.
Kesimpulan dari penelitian ini
didapatkan pada tingkat sosioekonomi bahwa tidak adanya hubungan
antara tingkat pendidikan dengan pemahaman akan stroke dan adanya hubungan bermakna pada tingkat pendapatan dengan pemahaman akan stroke pada karyawan di Universitas Tarumanagara
Jakarta Barat.
Kata Kunci: stroke, pemahaman
akan stroke, tingkat sosioekonomi, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan
Abstract
Stroke is a disease of
the blood vessels in the brain. One of the causes of the high stroke rate is
the lack of knowledge of stroke. Socioeconomic levels such as education level
and income can influence a person's knowledge of stroke. This study aims to
find a relationship between socioeconomic level, namely education level and
income level with understanding of stroke in employees at Tarumanagara
University, West Jakarta. The research methodology used is an analytical study
with a cross-sectional method at Tarumanagara
University, West Jakarta from March to May 2022. The sample was taken using a
non-probability sampling technique. Socioeconomic level was obtained by asking
the latest education level and monthly income level according to the 2021 DKI
Jakarta Provincial UMR. Knowledge of stroke was obtained using a public knowledge
questionnaire about risk factors and warning signs of stroke. The relationship
between socioeconomic level and knowledge of stroke was analyzed using Fisher's
exact test. The results showed that education level did not have a significant
relationship with knowledge of stroke with p 0.591 and income level had a
significant relationship with knowledge of stroke with p 0.014, PR 0.22. The
conclusion from this study was obtained at the socioeconomic level that there
was no relationship between education level and knowledge of stroke and there
was a significant relationship between income level and knowledge of stroke
among employees at Tarumanagara University, West
Jakarta.
Keywords: stroke, knowledge of
stroke, socioeconomic level, education level, income level.
Pendahuluan
Stroke merupakan
penyakit pada pembuluh darah di otak. Menurut WHO (World Health Organization), stroke adalah suatu keadaaan
ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat yang berupa defisit neurologik fokal dan global yang dapat memberat dan berlangsung selama 24 jam atau lebih dan/atau dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular (Prayoga
et al., 2017).
Stroke merupakan
penyebab kematian kedua dan penyebab disabilitas ketiga di dunia. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan
hasil Riskesdas tahun 2018 dibandingkan tahun 2013 mengalami peningkatan dari 7% menjadi 10,9%. Stroke menjadi penyebab kematian di dunia dengan
6,2 juta kematian pada
2015, meningkat 830.000 sejak
tahun 2000. Sementara
stroke terus tumbuh di seluruh dunia, stroke ini menurun pada orang dengan pendapatan
tinggi dan meningkat pada
orang yang kurang memiliki akses ke perawatan
medis karena berpendapatan rendah. Berdasarkan kelompok jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan memiliki proporsi kejadian stroke yang sama.
Sebagian besar penduduk
yang terkena stroke memiliki
pendidikan tamat Sekolah Dasar (SD) sekitar 29,5%
dan yang terendah sekitar
7,2% dengan berpendidikan tamat
Diploma 1-Diploma 3 (D1-D3)/Perguruan Tinggi. Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan memiliki prevalensi lebih tinggi, yaitu
63,9% dibandingkan yang tinggal
di daerah pedesaan, yang
mana sama seperti penyakit tidak menular lainnya (Mutiarasari,
2019; Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Tingkat sosial
ekonomi merupakan posisi individu atau kelompok dalam masyarakat, yang mencakup berbagai faktor seperti pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan status
social (Bray
et al., 2018). Berdasarkan
data yang ada, tingkat sosial ekonomi salah satu faktornya yaitu tingkat pendidikan
berhubungan dengan kejadian
stroke di Indonesia. Masih banyak masyarakat
di Indonesia yang belum mengetahui tentang stroke dan menyebabkan seseorang terkena penyakit ini. Terlambatnya
penanganan kasus stroke di
Indonesia dikarenakan masyarakat
belum mengetahui tanda-tanda
dini serangan stroke (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Belum banyak
penelitian yang membahas tingkat
sosial ekonomi seperti tingkat pendapatan memiliki hubungan dengan stroke karena penduduk yang tinggal di perkotaan memiliki prevalensi kejadian stroke yang tinggi (Sambeka
et al., 2018).
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat sosial ekonomi termasuk tingkat pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan dengan pemahaman akan stroke di masyarakat. Diadakannya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memahami hal-hal mengenai stroke baik tanda-tanda dini serangan dan faktor risiko dari
stroke sehingga dapat mencegah terjadinya stroke dan dapat menangani kejadian stroke (Setianingsih
et al., 2019).
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan
pendekatan potong lintang (Rahman
et al., 2016). Penelitian ini dilakukan di Universitas Tarumanagara Jakarta Barat. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Januari 2022 sampai Mei 2022. Sampel pada
penelitian ini merupakan karyawan yang bekerja di
Universitas Tarumanagara yang memenuhi
kriteria inklusi. Besar sampel penelitian yang diperlukan pada penelitian ini adalah 86 sampel. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel non probabilitas. Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner �Hubungan Pengetahuan Keluarga dan Perilaku Keluarga pada Penanganan Awal Kejadian Stroke�. Pengumpulan
data pada penelitian ini dengan data primer yang diperoleh secara langsung dari responden.
Penelitian ini menggunakan
uji statistik Fisher�s Exact dengan aplikasi SPSS Versi 26.
Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini, usia responden penelitian berada di antara 17 sampai 57 tahun dengan nilai tengah 37,5 tahun. Hal ini dapat merujuk dari
Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia Tahun 2020 bahwa
usia produktif di Indonesia
di rentang 15 tahun sampai dengan 65 tahun (Sumardiani,
2020). Usia
pada penelitian ini dikelompokkan
menurut kelompok usia Departemen Kesehatan RI 2009
dan didapatkan pada responden
usia 46 tahun sampai dengan 55 tahun memiliki pemahaman yang baik sebanyak 31 orang dibandingkan kelompok usia yang lain (Amin
& Juniati, 2017). Berdasarkan
penelitian ini, jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu
79 orang (70,5%) daripada perempuan
yaitu 33 orang (29,5%). Hal ini
juga sesuai dengan data di Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia bahwa jenis kelamin laki-laki
lebih banyak dibandingkan perempuan (Soeryadi
et al., 2017).
Tabel 1
Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik |
Jumlah (%) |
Median (IQR) |
Usia (tahun) 1.
17 - 25 2.
26 - 35 3.
36 - 45 4.
46 - 55 5.
> 55 |
2 (20,7%) 26 (23,3%) 26 (23,3%) 35 (30,9%) 2 (1,8%) |
37,5 (21) |
Jenis Kelamin 1.
Laki-laki 2.
Perempuan |
79 (70,5%) 33 (29,5%) |
|
Tingkat Pendidikan 1.
Tidak Sekolah � SMP 2.
SMA � Perguruan Tinggi |
15 (13,4%) 97 (86,6%) |
|
Tingkat Pendapatan 1.
> UMR/Rp 4.000.000,- 2.
< UMR/Rp 4.000.000,- |
44 (39,3%) 68 (60,7%) |
|
Tingkat Pemahaman akan Stroke 1. Paham 2. Tidak Paham |
105 (93,8%) 7 (6,3%) |
|
Berdasarkan tingkat pendidikan,
pada penelitian ini tingkat
pendidikan terakhir responden penelitian yang terbanyak
yaitu SMA hingga Perguruan Tinggi baik dari D1 sampai dengan S3 sebanyak 97 orang (86,6%). Tingkat pendidikan
pada responden penelitian ini
sedikit berbeda, karena pada pengelompokan tingkat pendidikan pada
penelitian yang dilakukan oleh Ahmed Kharbach, et al., yaitu illiterate, Primary School, Secondary School
dan University bahwa responden penelitian terbanyak memiliki tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi (Kharbach et al., 2020).
Berdasarkan tingkat pendapatan,
pada penelitian ini responden
penelitian paling banyak memiliki
tingkat pendapatan kurang dari UMR atau kurang dari Rp 4.000.000,- yang berdasarkan UMR Provinsi DKI
Jakarta tahun 2021 yaitu sebanyak 68 orang (60,7%). Hal ini
juga menyerupai penelitian yang dilakukan
Ramirez Moreno, et al., bahwa pada penelitiannya didapatkan responden penelitian dengan jumlah
terbanyak memiliki tingkat pendapatan dibawah UMR di Spanyol (Ram�rez-Moreno et al., 2016).
Pada persebaran jenis
kelamin terhadap tingkat pendidikan didapatkan baik pada jenis kelamin laki-laki
maupun perempuan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu SMA hingga Perguruan Tinggi dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu
69 orang (71,7%) dibandingkan perempuan
yaitu 28 orang (28,9%).
Gambar 1
Persebaran Jenis Kelamin terhadap Tingkat
Pendidikan
Pada penelitian ini dilakukan analisis gambaran antara usia dengan tingkat pemahaman akan stroke pada responden penelitian. Didapatkan bahwa responden penelitian dengan
rentang usia 46 tahun sampai 55 tahun memiliki pemahaman yang baik, sekitar 31 orang (27,9%). Hal ini
berbeda pada penelitian yang dilakukan
oleh Novida Rizky Wardhani, et al., pada penelitiannya
didapatkan bahwa usia antara 40 sampai 50 tahun memiliki pemahaman akan stroke yang kurang baik.(Wardhani &
Martini, 2014) Meskipun pada penelitian
yang dilakukan oleh Novida Rizky Wardhani, et al., dan
penelitian ini memiliki jumlah responden penelitian terbanyak dengan rentang usia di atas 40 tahun.
Tabel
2
Gambaran Usia terhadap Pemahaman akan Stroke
Tingkat Pemahaman akan Stroke |
Usia |
Total |
||||
17�25 (%) |
26�35 (%) |
36�45 (%) |
46�55 (%) |
> 55 (%) |
||
22 (21,2%) |
26 (25%) |
24 (23,2%) |
31 (29,7%) |
2 (2%) |
105 |
|
Tidak Paham |
1 (14,3%) |
0 (0%) |
2 (28,6%) |
4 (57,2%) |
0 (0%) |
7 |
Total |
23 |
26 |
26 |
35 |
2 |
112 |
Penelitian ini dilakukan
pula analisis gambaran antara jenis kelamin
dengan pemahaman akan
stroke. Menurut beberapa
penelitian didapatkan jenis
kelamin perempuan memiliki pemahaman yang baik akan stroke dibandingkan jenis kelamin laki-laki.(Kharbach et
al., 2020; Ram�rez-Moreno et al., 2016) Namun, pada penelitian ini didapatkan.jenis kelamin laki-laki memiliki pemahaman yang baik dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 74 orang (70,5%). Hal ini
juga disebabkan karena pada
penelitian ini didapatkan responden jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan. Didapatkan pula
pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu SMA hingga Perguruan Tinggi dibandingkan perempuan.
Tabel 3
Gambaran Jenis Kelamin terhadap
Pemahaman akan Stroke
Tingkat Pemahaman akan Stroke |
Jenis Kelamin |
Total |
|
Laki-Laki (%) |
Perempuan (%) |
||
Paham |
74 (70,5%) |
31 (29,5%) |
105 |
Tidak Paham |
5 (71,4%) |
2 (28,6%) |
7 |
Total |
79 |
33 |
112 |
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat sosioekonomi yaitu tingkat pendidikan
dan pendapatan dengan pemahaman
akan stroke yang dimiliki karyawan di Universitas Tarumanagara
Jakarta Barat. Pengelompokan tingkat
pendidikan pada penelitian ini
dibagi menjadi dua, yaitu Tidak Sekolah
sampai SMP dan SMA sampai Perguruan Tinggi karena berdasarkan Badan Pusat Statistik
tenaga kerja terbanyak memiliki tingkat pendidikan SMA sehingga pada penelitian ini dibagi di atas sama dengan SMA dan di bawah SMA.(Tenaga
Kerja, 2022)
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak adanya hubungan
antara tingkat pendidikan dengan pemahaman akan stroke pada karyawan. Hal ini dilihat dari
nilai p value
> 0,05 yang artinya H0 diterima
dan H1 ditolak. Dengan nilai
risiko prevalensi 0,22 (PR < 1) yang artinya hubungan antara tingkat pedapatan dengan pemahaman akan stroke bersifat faktor protektif atau faktor yang menguntungkan. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Reani Zulfa bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemahaman akan stroke.(Zulfa, 2012) Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya kesadaran seseorang akan pemahaman stroke seperti faktor risiko dan gejala awal pada stroke. Pemahaman stroke juga dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor, salah satunya adanya riwayat stroke dalam keluarga sehingga membuat seseorang memiliki pemahaman akan stroke yang lebih baik.
Tabel 4
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemahaman akan stroke
Tingkat Pemahaman akan Stroke |
Tingkat Pendidikan |
p |
PR |
|
Tidak Sekolah � SMP |
SMA � Perguruan Tinggi |
|||
Tidak Paham |
0 |
7 |
0,591 |
0,01 |
Paham |
15 |
90 |
Pada penelitian ini juga dilakukan pada tingkat pendapatan karyawan. Tingkat pendapatan ini diambil dari besarnya
nilai UMR (Upah Minimum Rerata) DKI Jakarta 2021 sebesar
Rp 4.000.000,- (Gubernur DKI Jakarta, 2020). Didapatkan bahwa adanya hubungan
antara pada tingkat pendapatan dengan pemahaman akan stroke (p value
< 0,05). Hasil penelitian ini sedikit
berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ramirez Moreno, et al., karena pada penelitiannya menggunakan uji statistik yang berbeda tetapi didapatkan bahwa tingkat pendapatan
berhubungan dengan pemahaman
yang baik (Ram�rez-Moreno et al., 2016). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pendapatan berdasarkan UMR memiliki pemahaman akan stroke yang baik.
Dari keseluruhan penelitian ini didapatkan bahwa pada tingkat sosioekonomi bisa memiliki hubungan maupun tidak berhubungan
dengan pemahaman yang di miliki
oleh karyawan di Universitas Tarumanagara.
Hal ini dilihat dari tingkat pendidikan
yang tidak berhubungan
dengan pemahaman akan
stroke meskipun jumlah responden yang tingkat pendidikan tinggi memiliki pemahaman akan stroke yang baik. Pada tingkat pendapatan adanya hubungan antara tingkat pendapatan dengan pemahaman akan stroke. Hasil yang didapatkan
berbalikan kemungkinan karena pada penelitian ini tingkat pemahaman akan stroke tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan saja. Beberapa hal yang dapat memengaruhi pemahaman akan stroke, salah satunya ialah adanya riwayat
stroke dalam keluarga sehingga seseorang dapat paham akan
stroke baik faktor risiko maupun gejala
awal stroke.
Tabel 5
Hubungan Antara Tingkat
Pendapatan Dengan Pemahaman
Akan Stroke
Tingkat Pemahaman akan Stroke |
Tingkat Pendapatan |
p |
PR |
|
< UMR/Rp 4.000.000,- |
> UMR/Rp 4.000.000,- |
|||
Tidak Paham |
1 |
6 |
0,014 |
0,22 |
Paham |
67 |
38 |
Kesimpulan
Hasil penelitian dari 112 responden penelitian bahwa tingkat sosioekonomi yang berdasarkan pada tingkat pendidikan dan pendapatan didapatkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemahaman akan stroke pada karyawan di
Universitas Tarumanagara. Pada tingkat
pendapatan didapatkan adanya hubungan bermakna pada tingkat pendapatan dengan pemahaman akan stroke pada karyawan di
Universitas Tarumanagara Jakarta Barat. Penelitian ini juga didapatkan bahwa usia 46 tahun
sampai dengan 55 tahun memiliki pemahaman yang baik dibandingkan dengan rentang usia lainnya.
Diharapkan agar para karyawan tetap memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terkait pemahaman akan stroke baik faktor risiko dan gejala awal stroke untuk mencegah terjadinya stroke dan dapat mengetahui lebih dahulu jika terjadi
stroke sehingga dapat ditangani lebih cepat. Selalu menjaga
pola hidup yang sehat dan kontrol kesehatan untuk menghindari terjadi stroke sehingga dapat menurunkan angka kejadian stroke pada karyawan di
Universitas Tarumanagara.
BIBLIOGRAFI
Amin, M. Al, & Juniati, D. (2017).
Klasifikasi kelompok umur manusia. MATHunesa, 2(6), 34.
Bray, B. D., Paley, L., Hoffman, A., James,
M., Gompertz, P., Wolfe, C. D. A., Hemingway, H., & Rudd, A. G. (2018).
Socioeconomic disparities in first stroke incidence, quality of care, and
survival: a nationwide registry-based cohort study of 44 million adults in
England. The Lancet Public Health, 3(4), e185�e193.
https://doi.org/10.1016/S2468-2667(18)30030-6
Gubernur DKI Jakarta. (2020). Peraturan
Guberbur DKI Jakarta nomor 103 tahun 2020 tentang Upah Minimum Provinsi Tahun
2021 (pp. 1�3).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
(2018). Hasil Utama Riskesdas. In Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Kharbach, A., Obtel, M., Achbani, A., &
Bouchriti, Y. (2020). Level of Knowledge on Stroke and Associated Factors :
A Cross-Sectional Study at Primary Health Care Centers in Morocco. 86(1),
1�13.
Mutiarasari, D. (2019). Ischemic stroke:
symptoms, risk factors, and prevention. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah
Kedokteran Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 6(1), 60�73.
Prayoga, M., Fibriani, A. R., &
Lestari, N. (2017). Perbedaan tingkat defisit neurologis pada stroke iskemik
lesi hemisfer kiri dan kanan. Biomedika, 8(2).
Rahman, M. T. S. A., Kaunang, T. M. D.,
& Elim, C. (2016). Hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan
kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP.
Prof. Dr. RD Kandou Manado. E-CliniC, 4(1).
Ram�rez-Moreno, J. M., Alonso-Gonz�lez, R.,
Peral Pacheco, D., Mill�n-Nu�ez, M. V., Roa-Montero, A., Constantino-Silva, A.
B., & Aguirre-S�nchez, J. J. (2016). Effect of socioeconomic level on
knowledge of stroke in the general population: A social inequality gradient. Neurolog�a
(English Edition), 31(1), 24�32.
https://doi.org/10.1016/j.nrleng.2015.11.002
Sambeka, R., Kalesaran, A. F. C., &
Asrifuddin, A. (2018). Hubungan Kualitas Tidur dengan Hipertensi pada Lansia di
Desa Tambun Kecamatan Likupang Barat Tahun 2018. KESMAS, 7(3).
Setianingsih, S., Darwati, L. E., &
Prasetya, H. A. (2019). Study Deskriptif Penanganan Pre-Hospital Stroke Life
Support Pada Keluarga. Jurnal Perawat Indonesia, 3(1), 55�64.
Soeryadi, A., Gesal, J., & Sengkey, L.
S. (2017). Gambaran Faktor Risiko Penderita Osteoartritis Lutut di Instalasi
Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado Periode Januari�Juni 2017. E-CliniC,
5(2).
Sumardiani, L. (2020). Gambaran Pengetahuan
Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Selama Kehamilan Di Klinik Romauli. Elisabeth
Health Jurnal, 5(1), 90�103.Tenaga Kerja. (2022).
Wardhani, N. R., & Martini, S. (2014).
Faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang stroke pada pekerja
institusi pendidikan tinggi. Universitas Airlangga, 2, 13�23.
Zulfa, R. (2012). Hubungan Tingkat Faktor
Risiko Dengan Pengetahuan Stroke Pada Kelompok Usia di Atas 35 Tahun di RW 09
Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012. UIN Syarif
Hidayatullah, 32�33.
������
Copyright holder: Fathiyah, Djung
Lilya Wati (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed
under: |