Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 2, Februari
2023
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA
SEKOLAH, KEPUASAN KERJA GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SDN
SE-KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN TABALONG
Fitrianti
Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Kinerja guru merupakan hasil kerja yang
dicapai seseorang guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya. Kepemimpinan transformasional dirasakan cocok untuk memperngaruhi
guru meningkatkan kepuasan bekerja dan membangun motivasi kerja guru yang baik.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh secara langsung dan tidak
langsung antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah, kepuasan kerja
dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SDN Se-Kecamatan Tanjung Kabupaten
Tabalong. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode cross sectional dan
menggunakan teknik korelasi (correlation
research).� Populasi penelitian
sebanyak 218 guru dari 33 sekolah dan diambil 141 responden sebagai sampel
penelitian dengan teknik random sampling. Pengumpulan data menggunakan intrumen
kuesioner dan analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji asumsi klasik,
analisis regresi linier berganda dan analisis jalur (path analysis). Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa nilai koefisien regresi variabel adalah angka
positif seperti kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan
kinerja 0,203, kepuasan Kerja
sebesar 0,319, kepuasan kerja dengan kinerja sebesar 0,201, kepemimpinan
transformasional kepala Sekolah dengan motivasi kerja sebesar 0,399, motivasi
Kerja dengan kinerja guru sebesar 0,111, kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dengan kepuasan kinerja guru melalui kepuasan kerja sebesar 0,064,
kepemimpinan transformasional kepala Sekolah dengan kinerja guru melalui motivasi kerja guru sebesar
0,044. Kesimpulan penelitian ini
adalah terdapat hubungan langsung yang signifikan kepemimpinan
transformasional kepala sekolah,
kepuasan kerja dan motivasi dengan kinerja guru. Terdapat hubungan tidak
langsung kepemimpinan transformasional melalui kepuasan kerja dan motivasi
kerja guru SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.
Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional,
Kepuasan, Motivasi, Kinerja Guru.
Abstract
Teacher performance is the work achieved by a
teacher in carrying out the tasks assigned to him. Transformational leadership
is felt to be suitable for influencing teachers to increase work satisfaction
and build good teacher work motivation. The purpose of this study was to
analyze the direct and indirect effect of the principal's transformational
leadership, job satisfaction and work motivation on the performance of SDN
teachers in Tanjung Subdistrict, Tabalong Regency. This research is
quantitative with cross sectional method and using correlation technique
(correlation research). The research population was 218 teachers from 33
schools and 141 respondents were taken as research samples with random sampling
technique. Data collection using a questionnaire instrument and data analysis
using descriptive analysis, classical assumption test, multiple linear
regression analysis and path analysis. The results of this study indicate that
the value of the variable regression coefficient is a positive number such as
transformational leadership of school principals with a performance of 0.203,
job satisfaction of 0.319, job satisfaction with performance of 0.201,
transformational leadership of principals with work motivation of 0.399, work
motivation with teacher performance of 0.111 , transformational leadership of
principals with teacher performance satisfaction through job satisfaction of
0.064, transformational leadership of principals with teacher performance
through teacher work motivation of 0.044. The conclusion of this study is that
there is a significant direct relationship between the principal's
transformational leadership, job satisfaction and motivation with teacher
performance. There is an indirect relationship of transformational leadership
through job satisfaction and work motivation of SDN teachers in Tanjung
Subdistrict, Tabalong Regency.
Keywords :�� Transformational Leadership, Satisfaction, Motivation, Teacher Performance
Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai faktor yang menunjang, terhadap peningkatan kualitas pendidikan (Saat, 2015). Pemerintah mengusahakan pendidikan mulai dari pendidikan taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi untuk menjawab tujuan yang tersurat pada pembukaan undang-undang 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa (Shofa, 2020).
Tujuan pendidikan yang harus dicapai adalah tujuan yang berakar dari budaya bangsa Indonesia dan sesuai dengan dasar negara seperti tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab 1 pasal 1 ayat (2) menyebutkan �Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945�. Pernyataan ini mengadung arti bahwa semua aspek yang terdapat dalam system pendidikan nasioal akan mencerminkan aktivitas yang dijiwai oleh Pancasila dan UUD 1945 dan berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia (Khunaifi & Matlani, 2019).
Menurut Hakim (2012) menyatakan bahwa �Indonesia menghadapi tantangan persaingan bangsa di era global yang menuntut peningkatan kualitas dan produktivitas manusia terdidik�. Berdasarkan pernyataan tersebut maka salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan sehingga kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, kualitas sumber daya manusia ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan.
Sekolah merupakan sarana penunjang pemberi
pendidikan bagi masyarakat untuk menjadi sumber daya manusia yang lebih baik dan berpendidikan. Moeheriono
(2012) berpendapat bahwa sekolah secara umum adalah
sebuah masyarakat kecil yang menjadi wahana pengembangan peserta didik di mana
aktivitas di dalamnya adalah proses pelayanan jasa. Sekolah mempersiapkan anak
didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, meningkatkan
ketakwaan kepada Tuhan yang maha Esa agar selanjutnya mampu membekali diri
menuju ke arah pendidikan yang lebih tinggi sebagai bekal hidup di masyarakat.
Kualitas
pendidikan di Indonesia ini telah menjadi perhatian dari berbagai kalangan,
baik kalangan pemerintah, pihak pendidikan maupun masyarakat. Rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia juga tercermin dari daya saing di tingkat internasional
(Lailatussaadah, 2015). Daya saing Indonesia menurut
World Economic Forum (2017),
berada di level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya saing sesama
negara ASEAN seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura pada
urutan ke-7.
Hasil
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) 2020 di Kecamatan Tabalong memfokuskan menuju sumber daya manusia
berkualitas dengan meningkatkan pendidikan yang bermutu (Alwi & Suhendra, 2020). Pembelajaran bermutu adalah kemampuan baik secara teknis maupun
secara� profesional dari pengelola dalam
proses belajar. Pengertian mutu proses pembelajaran mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu melibatkan
input seperti siswa, guru, metode, kurikulum, sarana, lingkungan dan
pengelolaan pembelajaran yang baik. Hal ini sesuai pendapat Bararah (2020) proses pembelajaran bermutu itu dapat
berjalan dengan baik bila komponen yang ada dalam sekolah tersebut digunakan
semaksimal mungkin. Komponen sekolah tersebut di antaranya kepala sekolah,
guru, staf, kurikulum, sarana prasarana serta tujuan pembelajaran, dana,
manajemen dan evaluasi. Bermutu bukan hanya pandai saja tetapi juga
memenuhi syarat kualitatif yang dituntut dari
Ditinjau dari segi operasional pendidikan, guru penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya, dengan kata lain guru yag menentukan kualitas proses dan hasil pendidikan terletak pada kinerja guru dalam melakukan proses pembelajaran. Kinerja guru yang optimal merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai prestasi. Sedangkan Suriansyah (2014) menegaskan sebagai berikut. �Performance relates to what teachers do in the classroom and how that affects student learning� maksudnya kinerja bertalian erat dengan apa yang guru lakukan di dalam kelas dan bagaimana hal itu berpengaruh terhadap kegiatan belajar peserta didik.
Kinerja guru bagi sekolah merupakan
suatu hal yang penting, karena dapat menunjukkan adanya keberhasilan sekolah
dalam mencapai tujuan. Kinerja guru menunjukkan seberapa jauh hal-hal apa yang
telah diperbuat guru dapat memenuhi dan memuaskan masyarakat sebagai penguna
jasa. Kinerja guru merupakan salah satu fakta penentu keberhasilan setiap upaya
pendidikan (Indriawati,
Maulida, Erni, & Putri, 2023). Itulah sebabnya, setiap adanya
motivasi pendidikan khususnya dalam peningkatan sumber daya manusia yang
dihasilkan guru menjadi sangat penting. Memang banyak usaha pembaharuan yang
telah dilakukan seperti kurikulum, metode, pembinaan dan penyuluhan, akan
tetapi itu semua belum bisa meningkatkan kinerja guru secara maksimal.
Berdasarkan hasil observasi awal sekitar bulan Oktober sampai November 2018 melalui pengamatan dan beberapa data kepala sekolah SDN di Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong, terlihat tingkat kinerja guru masih perlu ditingkatkan. Masih banyak guru yang belum melaksanakan tugas dan fungsinya dengan ketentuan yang berlaku dan tuntutan profesi yang sesungguhnya guru masih memiliki kecenderungan menempatkan diri pada posisi sebagai pengajar semata dan mengabaikan tugasnya dalam mendidik dan melatih peserta didik. Guru terkesan melaksanakan tugasnya secara asal-asalan, tidak mengikuti rambu-rambu proses pembelajaran yang sebenarnya seperti tidak membuat perencanaan pembelajaran walaupun dibuat tapi terdapat ketidaksesuaian antara praktik dengan teori pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran guru juga jarang menggunakan media pembelajaran, karena hanya mengunakan metode ceramah tidak menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan inovatif. Sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, terbatas hanya untuk kewajiban saja. Keadaan ini menggambarkan belum semua guru dapat melaksanakan syarat-syarat profesi keguruan dengan baik, dan belum semua guru dapat menjalankan kode etik guru yang telah dirumuskan.
Berbagai permasalahan yang masih dapat dirasakan yang mengakibatkan
kinerja guru diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang
atau diperharui. Menurut Siagian (2018) dunia pendidikan tidak akan mengalami perubahan apapun sepanjang para
dosen dan guru tidak mau berubah, tidak adaptif dan antisipatif terhadap
perubahan. Perubahan tersebut
dapat dimulai dari pembinaan dan peningkatan kinerja guru.
Seharusnya guru mampu menampilkan kinerja yang baik yang dapat dilihat dari kemampuan dalam menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif agar pembelajaran yang dilaksanakan tidak membosankan dan mempermudah siswa dalam menerima pembelaran, untuk itu guru harus mampu mengelola sumber yang ada, dari mulai menyusun perencanaan pembelajaran seperti metode dan strategi nantinya akan digunakan, menyiapkan media belajar dan merancang sistem evaluasi, melaksanakan pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Membangun kinerja guru tersebut diperlukan profesionalisme guru yang terlihat dari kompetensi dimiliki guru (Adnan, 2017).
Usaha untuk menciptakan kinerja guru yang profesional, pemerintah telah membuat aturan persyaratan untuk menjadi guru. Dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Namun dalam kenyataannya masih sedikit guru yang memenuhi syarat tersebut. Selanjutnya pada Pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa guru sebagai tenaga profesional dalam pendidikan harus memiliki 4 kompetensi yaitu (Wulandari & Hendriani, 2021); (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial dan (4) kompetensi profesional. Pasal lainnya adalah pasal 11, ayat (1) menyebutkan bahwa sertifikat pendidik sebagaimana pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memiliki persyaratan 4 kompetensi tersebut di atas dan pada Bab IV pasal 20 (a) tentang guru dan dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru. Dalam penelitian ini, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional menjadi fokus dalam penilaian kinerja guru. Peraturan Menteri Negara RB dan PAN Nomor 16 Tahun 2009, Penilaian Kinerja Guru adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap poin dari aktivitas kewajiban utama guru dengan tujuan bimbingan kepangkatan, karir dan jabatan.
Kinerja guru tersebut dapat dilihat dari proses kerja atau hasil kerja menggunakan penilaian kinerja yang tentunya tiap sekolah memiliki sejumlah penilaian kinerja guru. Pengukuran kinerja guru sehubungan dengan tugas utama ditandai dengan kemampuan guru dalam menyusun program pelajaran atau praktek dalam bentuk satuan pelajaran (SP), menyajikan program tersebut, melaksanakan evaluasi belajar atau praktek, melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar dan praktek, dan menyusun serta melaksanakan perbaikan dan pengayaan, serta disiplin dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aslamiah (2019) menyimpulkan sasaran penilaian kinerja guru, meliputi bidang kegiatan pendidikan, proses pembelajaran atau bimbingan, pengembangan profesi, dan penunjang proses pembelajaran. Selain itu penelitian penelitian Kholijah (2018) dalam kesimpulan penelitiannya menyebutkan guru profesional mampu menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Alhabsyi (2022) kepala sekolah sedikitnya mempunyai peran dan fungsi seperti edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Dari pendapat tersebut �tugas kepala sekolah yang begitu banyak, maka seorang kepala sekolah dituntut memiliki strategi yang tepat dalam meningkatkan kompetensi guru, karena kepala sekolah salah satu faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru, maka perlu kompetensi kepemimpinan dalam proses memimpin para guru dan memengaruhi guru tersebut untuk mencapai tujuan.
Marhan (2017) peran penting kepemimpinan transformasional dalam membina profesionalisme guru seharusnya memiliki implikasi bahwa kepemimpinan sekolah perlu mengalihkan perhatian dari sekedar melakukan pembinaan administratif menjadi pembinaan profesional dengan pusat perhatian pada peningkatan kinerja guru di sekolah. Sebagai pemimpin tranasformasional yang tangguh, pimpinan sekolah harus memiliki harapan yang tinggi pada kualitas kinerja guru dan siswa, mengobservasi guru mengajar serta memberikan balikan kepada guru dalam memperbaiki masalah-masalah pembelajaran. Oleh karena itu seorang pemimpin pembelajaran sekolah perlu memiliki konsep dan strategi kepemimpinan, supervisi pembelajaran, dan motivasi guru
Kepala sekolah dengan kepemimpinan transformasional seharusnya mampu �mencurahkan perhatiannya kepada persoalan-persoalan yang dihadapi para guru dan mampu memenuhi keinginan juga kebutuhan dalam mengembangkan kinerja guru dengan cara memberikan motivasi dan dorongan untuk mencapai tujuannya (Maulana, 2020). Menurut Bakhtiar (2019) kepemimpinan transformasional merupakan model kepemimpinan bagi seorang pemimpin yang cenderung untuk memberikan motivasi kepada bawahan untuk bekerja lebih baik serta lebih menekankan pada perilaku untuk membantu transformasi antara individu dengan organisasi. Model ini juga sangat membantu organisasi dari pimpinan terhadap bawahan agar mereka mampu mencapai tujuan organisasi serta dapat terus melakukan perbaikan.
Kepemimpinan
transformasional diharapkan sesuai dengan keinginan organisasi dan keinginan
bawahan akan mendorong peningkatan kerja bagi guru, karena kinerja yang baik
akan dapat menunjang pencapaian sasaran dan tujuan pendidikan. Kepemimpinan
transformasional mampu memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan
sesuai dengan situasi, diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan
profesional yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan
pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan. Kepemimpinan transformasional kepala
sekolah di yakini akan mengarahkan pada kinerja superior dalam organisasi yang
sedang menghadapi tuntutan pembaharuan dan perubahan. Bass and Avolio dalam
teorinya menyebutkan seorang pemimpin dapat metransformasikan bawahannya
melalui empat cara yang disebut Empat I: 1) Idealized
influence (charisma), 2) Intellectual
stimulation, 3) Individualized
consideration, 4)Inspiration
motivation. (Zacher,
Pearce, Rooney, & McKenna, 2014).
Beberapa hasil penelitian yang menyebutkan eratnya hubungan kepemimpinan transformasional dengan kinerja guru Aslamiah dan Rasidah (2014) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional dapat menginspirasi kepercayaan, loyalitas dan rasa kagum dari para guru, sehingga guru berusaha untuk terus meningkatkan kinerjanya demi kepentingan sekolah. Selanjutnya penelitian dilakukan Widhiastuti (2013), menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional dengan menitik beratkan pada dorongan dalam pemenuhan dan pembinaan perilaku lewat supervisi untuk membantu guru memperbaiki kinerjanya, sehingga kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja guru.
Selain
faktor kepemimpinan kepala sekolah, kepuasan kerja guru juga memengaruhi
kinerja guru, karena guru sebagai makhluk sosial dalam bekerja juga
mengharapkan kepuasan dalam bekerja seperti guru dapat diterima (acceptable) dan dihargai oleh sesama guru,
guru juga akan lebih berbahagia apabila dapat menerima dan membantu guru lain (Wahjosumidjo, 2013). Jadi kepuasan kerja seorang guru bisa
berhubungan erat dengan hasil kinerja guru.
Luthans (Danim,
2014) menyataan bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan emosi yang senang atau emosi
positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang.
Semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan dan sistem
nilai individu, semakin tinggi tingkat kepuasan yang didapat. Demikian pula
sebaliknya, semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang tidak sesuai dengan
keinginan dan sistem nilai individu, semakin rendah tingkat kepuasan yang
didapat. Sedangakan menurut Suwatno dan Priansa (2013) menjelaskan kepuasan kerja dapat ditinjau dari dua
sisi, dari sisi guru, kepuasan
kerja akan memunculkan perasaan menyenangkan dalam bekerja, sedangkan dari sisi
organisasi, kepuasan kerja akan meningkatkan kinerja dalam
memajukan tujuan organisasi, seperti loyalitas
guru terhadap tempat bekerja, sikap dan tingkah laku dalam bekerja.
Robbins dan Judge (2013) menggambarkan empat respon karyawan
terhadap pekerjaan. Empat respon tersebut adalah keluar (exit), yaitu mengarah pada meninggalkan organisasi atau
mengundurkan diri. Menyuarakan (voice),
yaitu memberikakan saran untuk perbaikan pada perusahaan. Mengabaikan (neglect), yaitu membiarkan keadaan
semakin buruk seperti sering absen atau sering melakukan kesalahan. Kesetiaan (loyality), yaitu menunggu secara pasif
sampai keadaan menjadi lebih baik. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang
tinggi memiliki perasaan-perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara
seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang
pekerjaan tersebut. Orang yang merasa puas menganggap kepuasan sebagai suatu
rasa senang dan sejahtera karena dapat mencapai suatu tujuan atau sasaran.
Kepuasan
kerja dapat ditinjau dari dua sisi, dari sisi karyawan, kepuasan kerja akan memunculkan
perasaan menyenangkan dalam bekerja, sedangkan dari sisi perusahaan, kepuasan
kerja akan meningkatkan produktivitas, perbaikan sikap dan tingkah laku
karyawan dalam memberikan pelayanan prima (Suwatno & Priansa, 2013).
Beberapa
penelitian terdahulu Puspitasari (2021), Ditasari
(2022) menunjukkan
bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Sedangkan
hasil penelitian Yanti (2021) menunjukan kepemimpinan transformasional dan kepuasan
kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
Selanjutnya Sholikhah (2022) hasil penelitiannya menunjukan bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh
langsung terhadap kinerja dan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kinerja
guru, diketahui hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa motivasi
merupakan variabel intervening yang signifikan dalam hubungan antara kepuasan
kerja dan kinerja.
Faktor selanjutnya yang juga mempengarui kinerja guru adalah motivasi kerja, karena pada dasarnya motivasi
merupakan dorongan dari dalam dan dari luar diri seseorang untuk mengerjakan
tugas-tugasnya. Sudarmanto (2013) menjelaskan bahwa motivasi
merupakan hal yang penting karena motivasi dapat menjadi penyebab, penyalur,
maupun pendukung dari prilaku seseorang sehingga orang tersebut berkeinginan
untuk bekerja keras dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal. Pentingnya
memotivasi para guru dalam sebuah organisasi pendidikan, membuat organisasi
pendidik
benar-benar memikirkan bagaimana cara memotivasi guru dengan benar. Motivasi bisa diartikan
sebuah motif untuk melakukan sebuah kegiatan. Jadi bisa dikatakan semua guru dalam bekerja
mempunyai maksud atau motif dalam melakukan hal apapun.
Setiap tindakan manusia mempunyai suatu
tujuan atau motivasi baik itu disadari maupuan tidak disadari yang dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan yang bersangkutan. Demikian pula setiap pekerjaan atau
kegiatan guru mempunyai suatu motivasi mengharapkn penghasilan atau gaji,
kepuasan pribadi dari hasil karyanya, peningkatan status, penghargaan dari
rekan kerja, dari pimpinan kepala sekolah dan lain-lain. Guru dalam bekerja
tidak hanya mengejar penghasilan saja tetapi juga mengharapkan bahwa dalam
bekerja dia dapat diterima dan dihargai oleh sesama guru, diapun juga akan
lebih berbahagia apabila dapat menerima dan membantu guru lain (Suriansyah
& Aslamiah, 2012).
Eratnya
hubungan motivasi terhadap peningkatan kinerja guru dibuktikan oleh penelitian
Rasyidah (2019) hasil penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh positif dari
kepemimpinan terhadap motivasi guru, artinya semakin baik kepemimpinan, maka motivasi
guru akan semakin tinggi. Hasil penelitian lainnya Bahrudin (2019) hasil penelitian
kinerja guru dipengaruhi motivasi dalam bekerja. Sedangkan penelitian Ditasari (2022) menemukan motivasi kerja tidak signifikan terhadap
kinerja guru dan �Hidayat
(2019) menemukan motivasi kerja berpengaruh
tidak signifikan terhadap kinerja pegawai. Perbedaan hasil penelitian ini
disebabkan oleh keragaman dalam pengukuran motivasi kerja maupun kinerja
pegawai, obyek yang dikaji dan metode penelitian yang digunakan.
Berdasarkan uraian di
atas maka akan dilakukan penelitian lebih mendalam dengan
judul �Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah,
Kepuasan Kerja Guru dan Motivasi Kerja Guru terhadap Kinerja Guru di SDN
Se-Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode koresional (Sugiyono,
2013). Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian eksplanatory, yaitu menguji hubungan antar variabel
yang dihipotesiskan. Penelitian ini mencoba
mengungkapkan sebab-akibat (causal atau explanatory)
dalam bentuk hubungan antara hubungan varibel bebas (independent) atau variabel mempengaruhi yaitu variabel
kepemimpinan transformasional (X1) dengan
varibel terikat (dependen) atau
variabel dipengaruhi yaitu variabel kinerja guru (Y). pada penelitian ini juga terdapat variabel mediasi (intervening) atau variabel penengah
yaitu kepuasan kerja (Z1) dan �variabel motivasi
kerja (Z2). Semua variabel ini diformulasikan dalam bentuk
analisis jalur (path analysis) baik
bersifat langsung maupun tidak langsung.
Analisis
jalur penelitian ini dapat digambarkan rancangan penelitian
sebagai berikut:
Gambar Diagram Hubungan Variabel X1,
Z1, Z2 dan Y
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh guru SDN
se-Kecamatan Tanjung
sebanyak 218 orang
dari 33 sekolah. Besaran
sampel yang diteliti dapat digunakan teknik yaitu Random Sampling menggunakan rumus �Slovin
(Azwar, 2013:71) sebagai berikut:
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2 = presesi (ditetapkan 5% atau 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%)�
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
n� =� �
n� =� �
n� =� �
n� = 141
responden
������� Untuk menentukan jumlah sampel pada
masing-masing sekolah dilakukan teknik random
sampling yaitu:
Sampel = x
total sampel
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah Angket/kuesioner dan dokumentasi
(Sugiyono, 2013).
Hasil dan Pembahasan
A. Gambaran
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Kepuasan Kerja Guru, Motivasi
Kerja Guru dan Kinerja Guru di SDN Se-Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong
1.
Gambaran
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Hasil
analisis deskriptif persentase penelitian menunjukan bahwa tingkat kepemimpinan
transformasional kepala sekolah di SDN wilayah Kecamatan Tanjung Kabupaten
Tabalong mayoritas hanya termasuk dalam kategori sedang yaitu 78 reponden
dengan persentase yaitu 55,32% dan hasil jawaban responden yang termasuk
katagori tinggi sebesar 78 responden atau 44,68%.
2.
Gambaran
Kepuasan Kerja Guru
Berdasarkan
hasil deskripsi tentang variabel kepuasan kerja guru dapat diketahui tingkat
kepuasan kerja guru SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong yang termasuk
dalam kategori tinggi sebesar 61 responden dengan persentase 43,26%. Sedangkan
untuk hasil jawaban responden tingkat kepuasan kerja katagori sedang sebesar 80
responden dengan persentase 56,74% dan tidak ada responden termasuk katagori
rendah. Berdasarkan perhitungan dan tabel di atas maka dapat disimpulkan
kepuasan kerja guru di SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong dalan
penelitian ini mayoritas memiliki kepuasan katagori sedang.
3.
Gambaran
Motivasi Kerja Guru
Hasil
gambaran tingkat motivasi kerja guru SDN di Wilayah Kecamatan Tanjung Kabupaten
Tabalong dengan katagori tinggi sebanyak 56 responden dengan persentase 39,72%,
sedangkan katagori sedang sebanyak 85 responden atau 60,28%. Berdasarkan
perhitungan dan tabel di atas maka dapat disimpulkan motivasi kerja yang
dimiliki guru SDN di Wilayah Wilayah Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong
berada pada katagori sedang dengan persentase 60,28%.
4.
Gambaran
Kinerja Guru
Hasil
analisis deskriptif persentase penelitian menunjukan bahwa tingkat kinerja guru
di SDN di Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong termasuk dalam kategori tinggi
sebanyak 54 responden dengan persentase yaitu 38,30%. Selain itu, kinerja guru
dengan katagori sedang sebanyak 87 responden atau 61,70%. Hal ini menggambarkan
bahwa secara keseluruhan mayoritas guru mempunyai kinerja katagori sedang.
Walaupun guru merasa telah bekerja sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh
sekolah dan sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa �Kompetensi guru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi�,
tapi kinerja guru banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam diri
mapun luar diri mereka, sehingga mempengaruhi hasil kerja guru.
B. Hubungan
Langsung Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru SDN
Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong
Berdasarkan
hasil interpretasi analisis, terlihat adanya hubungan positif yang signifikan
variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru SDN
Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong. Hal ini dibuktikan beberapa hasil
pengujian seperti nilai koefisien hasil regresi yaitu 0,203 yang berarti apabila variabel
kepemimpinan transformasional kepala sekolah meningkat 1 poin maka kinerja guru
akan meningkat sebesar 0,203 poin. Jadi semakin baik kepemimpinan
transformasional kepala sekolah akan menambah atau meningkatkan kinerja guru.�
Hal ini juga sesuai interprestasi uji-t dapat diketahui nilai Sig.
sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai
THitung sebesar 4,870 > 1,656 (Ttabel), artinya
terdapat hubungan positif secara langsung kepemimpinan transformasional kepala
sekolah terhadap kinerja guru.
Hubungan
kepemimpinan transformasional dengan kinerja ini juga relevan dengan penelitian
terdahulu yaitu Kuang dan Chiou (2015), Kornoti Eli (2015), Risambesy
(2015), Hermawan (2018), Shafie
Baghersalimi (2016), Abimbola (2017), Rathore et al (2018), menyatakan bahwa
kepemimpinan transformasional berhubungan kinerja. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan hasil penelitian Aslamiah (2018)
menyimpulkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
transformasional dan kinerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan Selat Kabupaten
Kapuas. Hermawan (2018) dalam kesimpulannya juga sependapat bahwa terdapat
hubungan kepemimpinan transformasional dengan kinerja guru di SMK swasta Kota
Banjarbaru dengan nilai koefisien regesi sebesar 0,511. Penelitian Tiara (2020)
Ada hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja
guru Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Labuan Amas Selatan dengan nilai
koefisien regesi sebesar 0,656.
Kepemimpinan
transformasional menurut �Bass (Usman, 2013:318) mendefinisikan kepemimpinan
transformasional didasarkan pada hubungan dan hubungan pemimpin dengan pengikut
atau bawahan. Para pengikut merasa percaya, mengagumi, loyal dan menghormati
pemimpin, serta memiliki komitmen dan motivasi yang tinggi untuk berprestasi
dan berkinerja yang lebih tinggi�. Unsur kepemimpinan transformasional kepala
sekolah adalah hubungan yang dimilikinya dan kemampuan menggunakan hubungan
tersebut serta akibat hubungan itu bagi orang yang hendak dihubungani yaitu
para guru, pegawai, dan warga sekolah lainnya.
Berdasarkan
indikator penelitian diwujudkan melalui teori Bass dan Avolio (Suriansyah
dan Aslamiah, 2012:124) mengemukakan bahwa proses transformasional dapat terlihat
dari sejumlah pola perilaku kepemimpinan seperti attribute charisma (kharisma),
idealized influence (inspirasi komunikasi), inspirational motivation (memotivasi
dengan memberikan inspirasi), intellectual stimulation (stimulasi
intelektual) dan individual consideration
(kepekaan individu). Pengelolaaan fungsi kepemimpinan kepala sekolah tersebut dapat
memberikan hubungan terhadap kinerja guru, dengan demikian keberhasilan tujuan
pendidikan akan mudah tercapai.
C. Hubungan
Langsung Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dengan Kepuasan Kerja
Guru SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong
Berdasarkan interpretasi uji hipotesis, terlihat
adanya hubungan positif yang signifikan variabel kepemimpinan transformasional
kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru SDN Kecamatan Kabupaten Tabalong.
Hal ini terlihat dari Persamaan
struktur regresi tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien kepemimpinan
transformasional sebesar 0,319, yang berarti apabila kepemimpinan
transformasional meningkat 1 poin maka kepuasan kerja guru akan meningkat
sebesar 0,319 poin. Nilai koefisien bernilai positif artinya hubungan regresi
kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja berdampak positif
Penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian James Grifith (2015) Relation of Principal transformasional leadership to school staff job
satisfaction,staff turnover, and school performance. Risambesy
(2017) �The influence of transformation
leadership style, motivation, burnout, toward job satisfaction and employee
performance�. Hasturmadi. (2018).
Pengaruh�� Kepemimpinan
Transformasional,�� Motivasi,�� Kompensasi��
dan�� Kepuasan Kerja�� terhadap��
Prestasi�� Kerja�� Pegawai Kecamatan Jumantono Kabupaten
Karangayar� dan hasil
penelitian Efrilya (2018) �Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Kerja
dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 2 Kampar�. Masing-masing
menyimpulkan bahwa adanya hubungan kepemimpinan transformasional dengan
kepuasan kerja.
Hal ini
memberikan gambaran bahwa kepimpinan transformasional yang telah dijalankan,
telah memberikan efek yang positif terhadap kepuasan guru didalam bekerja.
Menurut Schemerhorn (Anoraga, 2013:109), tinggi rendahnya kepuasan kerja juga
disebabkan oleh beberapa aspek, seperti pekerjaan itu sendiri, penyelia
(supervisi), teman sekerja, promosi, serta upah atau gaji. Kepuasan kerja juga
dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kebijakan kompensasi, keamanan
kerja, kondisi kerja, hubungan dengan atasan, promosi dan pengembangan karir,
gaya kepemimpinan, bekerja dalam tim, karyawan itu sendiri (Dessler, 2013:125).
Berdasarkan
hasil kuesioner terlihat dari jawaban responden tingkat kepuasan kerja para
guru di SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong sebagian besar termasuk
katagori sedang sebesar 80 responden dengan persentase 56,74% dan 61 responden
dengan persentase 43,26% memiliki kepuasan kerja katagori tinggi. Hal ii juga
terlihat dari 2 sub variabel kepuasan kerja yang rata-ratanya termasuk katagori
tinggi seperti kepuasan guru atas pekerjaan itu sendiri (Work it Self) dengan
skor nilai rata-rata adalah 3,14. Para guru yang memiliki kepuasan kerja tinggi
terhadap pekerjaannya seperti para guru beranggapan profesi guru merupakan
pekerjaan diimpikan dan menarik, profesi guru dapat terus menambah pengetahuan
dimiliki, memiliki tanggung jawab besar atas keberhasilan siswa. Guru yang mempunyai kemampuannya dalam memenuhi
tuntutan pekerjaan akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan
tersebut dan lebih memungkinkan untuk mencapai kepuasan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Roben dan Judge
(2009:119) mengemukakan �pada umumnya individu menyukai pekerjaan yang memberi
mereka peluang untuk menggunakan kemampuan keterampilan, serta memberi beragam
tugas, kebebasan dan umpan balik tentang seberapa baik kerja mereka�. Luthan
(2013:142) mengemukakan �The content of
the work itself is a major source of satisfaction�.
D. Hubungan
Langsung Kepuasan Kerja Guru Dengan Kinerja Guru SDN Kecamatan Tanjung
Kabupaten Tabalong.
Berdasarkan
hasil uji regresi, terlihat adanya hubungan yang positif antara variabel kepuasan
kerja dengan kinerja guru SDN Kecamatan Tanjung Tabalong. Hal ini terlihat dari
nilai koefisien regresi variabel kepuasan kerja sebesar 0,201, yang berarti
apabila variabel kepuasan kerja meningkat 1 poin maka kinerja guru akan
meningkat sebesar 0,201 poin. Jadi semakin tinggi kepuasan kerja guru akan
menambah atau meningkatkan kinerja guru.
Hasil
ini sesuai dengan penelitian Greenberg & Baron (2014) yang berjudul
�Job Satisfaction and Teachers
Performance An Emperical Study at Higher Learning Institution�. Shulman
(2016) �The Effect of Job Satisfaction on
teacher�s Performance in high school graduates Of Pakistan � A Case Study of
Research�� on�� teaching��
mathematics. Hasil penelitiannya sama-sama menyimpulkan bahwa
kepuasan kerja akan mempengaruhi dari kinerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ermasari (2018) dan
Nadzirun (2020) menyimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan prediktor kinerja,
karena kepuasan kerja mempunyai korelasi moderat dengan kinerja. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya kepuasan kerja guru akan
berpengaruh terhadap kinerja.
E. Hubungan
Langsung� Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja guru SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten
Tabalong
Berdasarkan
interpretasi uji analisis koefisien terlihat adanya hubungan yang signifikan
variabel kepemimpinan transformasional terhadap motivasi guru SDN Kecamatan
Tanjung Kabupaten Tabalong. Hal ini dibuktikan beberapa hasil pengujian seperti
nilai koefisien hasil regresi yaitu 0,399 menunjukan nilai positif dapat
diartikan, adanya peningkatan sebesar 0,399 dari motivasi guru setiap kenaikan
satu-satuan dari variabel kepemimpinan transformasional.� Dilihat dari hasil uji-t dapat diketahui
nilai Sig. sebesar 0,001 < 0,05 dan 3,361 > 1,656, hal ini menunjukkan
adanya pengaruh positif dari kepemimpinan transformasional terhadap motivasi
guru, artinya semakin baik kepemimpinan transformasional, maka motivasi guru
akan semakin tinggi.
Hasil penelitian ini didukung penelitian Kumalasari (2019) yang berjudul �Pengaruh Kepemimpinan Tarnsformasional Kepala Sekolah Terhadap Morivasi Kerja Guru Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Bina Amal Semarang� menyatakan bahwa kepemimpinan transfromasional kepala sekolah berpengaruh positif terhadap motivasi kerja guru. Mustafa and Norasmah. (2020). �The Effect of Principal Managerial Skills and Work Motivation on Teacher�s Work Performance in Pekanbaru Senior High Schools, Riau Province, Indonesia� menyimpulkan ada pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional dan motivasi guru. Hasil penelitian lainnya yang sejalan seperti Darmawan (2021), Inayatillah (2021), Ruslan (2020) dalam kesimpulannya terlihat adanya hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap peningkatan motivasi guru.
Hasil
distribusi frekuensi diketahui tingkat kepemimpinan
transformasional kepala sekolah di SDN wilayah Kecamatan Tanjung Kabupaten
Tabalong mayoritas hanya termasuk dalam kategori sedang yaitu 78 reponden
dengan persentase yaitu 55,32%, sedangkan distribusi frekuensi tingkat motivasi guru di SDN
Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong mayoritas para responden sudah memiliki
motivasi katagori sedang dengan nilai persentase 60,28%. Berdasarkan hasil ini
dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan transformasional masih perlu adanya
peningkatan agar menjadi lebih baik lagi, terutama peran kepala sekolah dalam
membirkan motivasi inspirasi kepala sekolah (inspirational motivation) yang dari hasil kuesioner hanya
menunjukan nilai rata-rata 2,90 termasuk nilai kecil. Menurut Wahjosumidjo (2013)
salah satu kompetensi penting yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan
transformasional adalah kemampuan untuk dapat memotivasi bawahannya. Kepala
sekolah berperan sebagai motivator baik kepada bawahan dan lingkungan
sekitarnya.
F. Hubungan
Langsung Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten
Tabalong
Berdasarkan
interpretasi uji hipotesis, terlihat adanya pengaruh yang signifikan variabel
motivasi terhadap kinerja guru SDN di Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong. Hal
ini terlihat dari nilai koefisien regresi variabel motivasi kerja guru sebesar
0,111, yang berarti apabila variabel motivasi kerja guru meningkat 1 poin maka
kinerja guru akan meningkat sebesar 0,111 poin. Jadi semakin baik motivasi
kerja guru akan menambah atau meningkatkan kinerja guru.� Dilihat dari hasil uji-t dapat diketahui
nilai Sig. sebesar 0,000 < 0,05 dan 3,969 > 1,656, hal ini menunjukkan
adanya hubungan positif dari motivasi terhadap kinerja guru, artinya semakin
tinggi motivasi guru dalam bekerja, maka kinerja guru akan semakin baik.
Indikator
pengukuran variabel motivasi kerja pada penelitian ini merujuk pada teori hirarki
kebutuhan Abraham Maslow (Barnawi
& Arifin, 2014) meliputi kebutuhan fisiologis (phisiological needs), kebutuhan akan
rasa aman (safety needs), kebutuhan
sosial (affilation needs), kebutuhan
akan penghargaan (esteem needs),
kebutuhan aktualisasi diri (self
actualization). Pentingnya mengkaji pengaruh motivasi kerja terhadap
kinerga guru di SDN di Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong pada penelitian ini
didasarkan pada teori Robbins (2015) menjelaskan guru dengan motivasi kuat
akan melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh atau bekerja keras sehingga
kinerjanya terus meningkat.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilihat dari hasil jawaban responden, terlihat motivasi
yang dimiliki guru SDN di Wilayah Wilayah Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong
berada pada katagori sedang dengan persentase 60,28% dan tingkat kinerja guru
SDN di Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong berada pada katagori sedang, yaitu
dengan persentase 61,70%.
G. Hubungan
tidak Langsung Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah melalui Kepuasan
Kerja Dengan Kinerja Guru SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.
Perhitungan
besarnya nilai hubungan tak langsung variabel kepemimpinan transformasional
dengan kinerja guru melalui variabel kepuasan kerja adalah dengan melihat hasil
perkalian path 2 dengan path 3 yaitu 0,319 x 0,201 = 0,064. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa nilai positif, artinya terdapat hubungan tidak langsung yang
positif dari kepemimpinan transformasional melalui kepuasan kerja dengan
kinerja guru di SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong walaupun intervening
variabel kepuasan kerja tidak mampu memperkuat hubungan langsung kepemimpinan
transformasional dengan kinerja guru, karena hubungan tidak langsung hanya
sebesar 0,064 < 0,203 nilai koefisien hubungan langsung kepemimpinan transformasional
dengan kinerja guru.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Bass (Suriansyah & Aslamiah, 2012) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional yang baik mampu� menciptakan kondisi kerja yang nyaman dan mampu memenuhi keinginan bawahannya sehingga bawahan akan merasakan kepuasan dalam bekerja dan merasakan kepuasan atas kepemimpinan yang diterapkan sehingga berupaya untuk mencapai prestasi kerja yang lebih tinggi dan berkualitas sebagai timbal balik atas kepuasan kerja yang dirasakan. Selanjutnya Bass mengatakan bahwa membuat kepuasan kerja dengan jalan menselaraskan keinginan pimpinan dengan keinginan dan kebutuhan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yaitu prestasi siswa dan ini hanya dapat dilakukan dengan kepemimpinan pembelajaran.
H. Hubungan
tidak Langsung Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah melalui Motivasi
Kerja Dengan Kinerja Guru SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.
Perhitungan
besarnya nilai koefisien hubungan tak langsung variabel kepemimpinan
transformasional melalui motivasi kerja dengan kinerja guru di SDN Kecamatan
Tanjung Kabupaten Tabalong adalah dengan melihat hasil perkalian nilai
koefisien path 4 dengan koefisien path 5 yaitu 0,399 x 0,111 = 0,044. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa nilai positif, walaupun intervening variabel
motivasi kerja tidak mampu memperkuat hubungan langsung kepemimpinan
transformasional dengan kinerja guru, karena hubungan tidak langsung
kepemimpinan trnsformasional terhadap kinerja melalui motivasi kerja hanya
sebesar 0,044 < 0,203 dari nilai koefisien hubungan langsung kepemimpinan
transformasional terhadap kinerja guru. Artinya terdapat pengaruh
mediasi (pengaruh tidak langsung) kepemimpinan
transformasional terhadap kinerja melalui motivasi kerja pada guru SDN
Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.
Hasil penelitian ini didukung penelitian Aslamiah (2018). the Relationship between
Tranformational Leadership and Work Motivation with Teacher's Performance of
Public Elementary School in South Banjarmasin pada analisis jalur, terdapat pengaruh
mediasi/intervening motivasi kerja dalam memperkuat hubungan
kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru. Hasil
penelitian lainnya Kusrini. (2018). Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional, Iklim
Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Banjarmasin.menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
tidak langsung kepemimpinan transformasional melalui motivasi kerja terhadap
kinerja guru.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari
penelitian ini adalah: 1) Kepemimpinan transformasional kepala sekolah, kepuasan kerja guru,
motivasi kerja guru dan kinerja guru termasuk dalam kategori sedang. 2) Terdapat hubungan
langsung kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru SDN
Se-Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.
3) Terdapat hubungan langsung kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru SDN Se-Kecamatan
Tanjung Kabupaten Tabalong. 4) Terdapat hubungan langsung kepuasan kerja dengan kinerja SDN
Se-Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.
5) Terdapat hubungan langsung kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dengan motivasi kerja guru SDN Se-Kecamatan
Tanjung Kabupaten Tabalong. 6) Terdapat hubungan langsung motivasi kerja
guru dengan kinerja guru
SDN Se-Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong. 7) Terdapat hubungan tidak langsung kepemimpinan
transformasional kepala sekolah melalui kepuasan kerja guru dengan kinerja guru
SDN Se-Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong. 8) Terdapat hubungan tidak
langsung kepemimpinan transformasional kepala sekolah melalui motivasi kerja
guru dengan kinerja guru SDN Se-Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.
Adnan, Mohammad. (2017). Urgensi penerapan metode
paikem bagi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama islam. CENDEKIA:
Jurnal Studi Keislaman, 3(1), 133�150.
Alhabsyi, Firdiansyah, Pettalongi, Sagaf S., &
Wandi, Wandi. (2022). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kinerja Guru. Jurnal Integrasi Manajemen Pendidikan, 1(1), 11�19.
Alwi, Arfian, & Suhendra, Indra. (2020). Pengaruh
disiplin kerja dan beban kerja terhadap kinerja pegawai dengan kepuasan kerja
sebagai variabel intervening (studi kasus pada Bappeda Provinsi Banten). Jurnal
Riset Bisnis Dan Manajemen Tirtayasa, 3(1), 72�93.
Aslamiah, Aslamiah. (2018). Peer Review: The
Relationship Between Tranformational Leadership And Work Motivation With
Teacher�s Performance Of Public Elementary School In South Banjarmasin
District, Indonesia.
Aslamiah, Aslamiah. (2019). Teachers Organizational
Commitment in Elementary School: A Study in Banjarmasin Indonesia. The Open
Psychology Journal, 12(1), 1�6.
Bakhtiar, Bakhtiar. (2019). Kategori Kepemimpinan
Transformational. At-Ta�dib: Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam,
38�47.
Bararah, Isnawardatul. (2020). Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Jurnal
MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 10(2), 351�370.
Barnawi & Arifin, M. (2014). Pengembangan
Keprofesionalan berkelanjutan bagi Guru. Yogyakarta: Gava Media.
Danim, Sudarwan. (2014). New Vision of School
Management, From Bureaucracy Unit to Academic Institution. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Darmawan, Akhmad, Bagis, Fatmah, & Anggraini,
Intan Anggun Puspita. (2021). Pengaruh Locus of Control, Kepemimpinan
Transformasional dan Spiritual At Work Terhadap Kinerja Karyawan. BISNIS:
Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam, 9(2), 301�318.
Ditasari, Rollis Ayu, Aziz, Ahmad Nur, Zahri, Rihan
Mustafa, & Sari, Erma Wulan. (2022). Pendampingan Pemberdayaan Pelatihan
Memasak Kue bagi Ibu-ibu PKK di Desa Gentong, Kec. Paron, Kab. Ngawi. Jurnal
Pengabdian Masyarakat" Wiryakarya", 1(02).
Gap, Global Gender. (2017). World economic forum. Cologny/Geneva.
Hakim, Dhikrul. (2012). Pengembangan Pendidikan
Kewirausahaan Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan
Karakter Bangsa. Prosiding Seminas Competitive Advantage, 1(2).
Hidayat, Alim. (2019). Pengaruh budaya organisasi dan
motivasi kerja terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Jurnal
Ilmiah Ekbank, 2(1).
Inayatillah, Inayatillah. (2021). Moderasi Beragama di
Kalangan Milenial Peluang, Tantangan, Kompleksitas dan Tawaran Solusi. Tazkir:
Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman, 7(1), 123�142.
Indriawati, Prita, Maulida, Nurliani, Erni, Dias
Nursita, & Putri, Wanda Haditiya. (2023). Kinerja Guru dalam Mutu
Pendidikan di SMAN 02 Balikpapan. Jurnal Penelitian, Pendidikan Dan
Pengajaran: JPPP, 3(3), 204�215.
Kholijah, Siti. (2018). Peran kepala desa dalam
merealisasikan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri di desa laut
Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
Khunaifi, Aan Yusuf, & Matlani, Matlani. (2019).
Analisis Kritis Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Jurnal Ilmiah
Iqra�, 13(2), 81�102.
Lailatussaadah, Lailatussaadah. (2015). Upaya
peningkatan kinerja guru. Intelektualita, 3(1).
Marhan, Marhan. (2017). Upaya Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 4
Pagaralam. Al-Bahtsu: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 2(1).
Maulana, Roby Irzal. (2020). Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional, Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasional Terhadap
Organizational Citizenship Behavior PT Sinergi. Jurnal Ecodemica, 4(2).
Moeheriono, Edi, & Si, Dr M. (2012). Pengukuran
kinerja berbasis kompetensi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Puspitasari, Diya Kasih, & Kusrini, Dwi Endah.
(2021). Pengaruh Motivasi Intrinsik Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational
Citizenship Behavior. Pattimura Proceeding: Conference of Science and
Technology, 471�476.
Rasidah, Aslamiah. (2014). Kontribusi Kepemimpinan
Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi Terhadap Akreditasi Sekolah pada Sekolah
Dasar Di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Paradigma, 9(1).
Rasyidah, Siti Ema. (2019). Analisis implikasi
Program Kelompok Tanggung Renteng (TR) KSPPS Muamalah Berkah Sejahtera (MBS)
Surabaya terhadap kesejahteraan keluarga anggota Tahun 2019. UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Robbins, Stephen P., & Judge, Timothy A. (2015).
Perilaku Organisasi Edisi Keenam Belas. Diterjemahkan Oleh Ratna Saraswati
Dan Febriella Sirait. Jakarta: Salembah Empat.
Ruslan, Ruslan. (2020). Pengaruh Kepemimpinan dalam
Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kantor Camat Binuang Kabupaten Polewali Mandar.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Saat, Sulaiman. (2015). Faktor-faktor determinan dalam
pendidikan (studi tentang makna dan kedudukannya dalam pendidikan). Al-TA�DIB:
Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8(2), 1�17.
Shofa, Abdul Miud Aris. (2020). Sejarah Panjang
Pendidikan Karakter di Indonesia Pada Era Proklamasi Kemerdekaan Sampai Era
Reformasi. Jurnal Rontal Keilmuan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 6(1),
73�90.
Sholikhah, Chusnul Izha Rahmatus, & Frianto, Agus.
(2022). Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan Tiara Supermarket. Jurnal Ilmu
Manajemen, 10(1), 291�301.
Siagian, Sondang P. (2018). Teori motivasi dan
aplikasinya. Rineka Cipta.
Sudarmanto, Agus. (2013). Pembuatan Alat Laboratorium
Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Untuk Praktikum
Osilasi Cairan Dan Ayunan Matematis Secara Digital. Jurnal Phenomenon Jurnal
Pendidikan MIPA UIN Walisongo, 3(1), 5�16.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. In Bandung: Alfabeta.
Suriansyah, Ahmad. (2014). Hubungan budaya sekolah,
komunikasi, dan komitmen kerja terhadap kinerja guru sekolah dasar negeri. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 33(3).
Suriansyah, Ahmad, & Aslamiah, Aslamiah. (2012). Menuju
kepala sekolah efektif dari teoritis ke praktis. Rumah Pengetahuan.
Suwatno, S., & Priansa, Donni Juni. (2013).
Manajemen SDM Dalam Organisasi Publik dan Bisnis, cetakan ketiga. Alfabeta.
Bandung.
Wahjosumidjo, W. (2013). Kepemimpinan kepala
sekolah. PT Rajagrafindo Persada.
Widiastuti, Widiastuti. (2013). Analisis SWOT
Keragaman Budaya Indonesia. Jurnal Ilmiah Widya, 1(1), 8�14.
Wulandari, Ratna Sari, & Hendriani, Wiwin. (2021).
Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Inklusi di Indonesia (Suatu Pendekatan
Systematic Review). Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian
Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 7(1),
143�157.
Yanti, Dyah Agustin Widhi, & Mursidi, Mursidi.
(2021). Pengaruh kepemimpinan transformasional dan kompetensi terhadap kinerja
karyawan. Jurnal Manajemen Strategi Dan Aplikasi Bisnis, 4(1), 23�34.
Zacher, Hannes, Pearce, Liane K., Rooney, David, &
McKenna, Bernard. (2014). Leaders� personal wisdom and leader�member exchange
quality: The role of individualized consideration. Journal of Business
Ethics, 121, 171�187.
Copyright holder: Fitrianti (2023) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |