Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No.2, Februari 2023

 

THEOSPRENEURSHIP DAN CRISTOPRENEURHIP SEBAGAI MODEL ENTERPRENEUR AWAM KATEKIS

 

Veronika Mbae

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini untuk mengetahui sejauhmana motivasi berwirausaha calon awam katekis melalui mata kuliah kewirausahaan. Adapun yang melatarbelakangi penelitian ini adalah banyaknya pengangguran akibat jumlah dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tetapi tidak dibarengi dengan peningkatan lapangan kerja. Kewirausahaan memiliki potensi untuk mengatasi masalah tersebut. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan model deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman calon awam katekis sudah sangat baik tentang konsep kewirausahaan, faktor pendukung dan penghambat kegiatan berwirausaha, manfaat berwirausaha dan pentingnya penerapan mata kuliah kewirausahaan tetapi motivasi untuk berwirausaha masih rendah. Dari permasalahan yang diuraikan dan faktor penghambat yang ada, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan terus memberikan motivasi, merangsang jiwa kewirausahaan dengan menyelenggarakan seminar-seminar enterpreneur dan pelatihan kewirausahaan.

 

Kata Kunci: Kewirausahaan, Motivasi Berwirausaha dan Mata kuliah Kewirausahaan

 

Abstract

The focus of this research is to determine the extent of entrepreneurial motivation of students through entrepreneurship courses.The background of this research is the large number of unemployed due to the increasing number and growth of the population but not accompanied by an increase in employment. Entrepreneurship has the potential to overcome these problems. The method used is a qualitative method with a descriptive model. Data collection techniques through observation, interviews and documentation. While data analysis techniques are done by collecting data, reducing data, presenting data and drawing conclusions. The results showed that the understanding of prospective lay catechists is very good about the concept of entrepreneurship, supporting factors and inhibiting entrepreneurial activities, the benefits of entrepreneurship and the importance of the application of entrepreneurship courses but the motivation for entrepreneurship is still low. From the problems described and the existing inhibiting factors, the efforts that can be made are to continue to provide motivation, stimulate the entrepreneurial spirit by organising entrepreneurial seminars and entrepreneurship training.

 

Keywords: Entrepreneurship, Entrepreneurial Motivation and Entrepreneurship Course

 

Pendahuluan

Pengangguran merupakan masalah serius di Indonesia yang hingga saat ini masih sulit diatasi. Penyebabnya karena jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, tidak disertai bertambahnya lapangan kerja. Tingkat pengangguran terdidik yang berstatus sarjanapun terus meningkat di setiap tahunnya. Ditambah dengan rendahnya motivasi generasi muda Indonesia dalam berwirausaha. Salah satu solusi yang ditempuh untuk mengatasi pengangguran di Indonesia adalah dengan menciptakan wirausaha. Berwirausaha dapat membantu pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan baru. Pendidikan kewirausahaan diterapkan di perguruan tinggi sebagai upaya menciptakan wirausaha-wirausaha muda berstatus sarjana yang berkompeten untuk ikut membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran. Pendidikan kewirausahaan tidak hanya memberikan landasan teoritis mengenai konsep kewirausahaan tetapi perlu membentuk sikap, perilaku, dan pola pikir (mindset) seorang wirausaha.

Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupan Agung Kupang sejak diterapkannya kurikulum baru KKNI telah memasukan kewirausahaan sebagai salah satu mata kuliah. Hal ini agar sejalan dengan visi lembaga yaitu menjadi lembaga pendidikan tinggi keagamaan katolik yang unggul dan kompetitif di era global. Tidak hanya menghasilkan awam katekis yang berwawasan pendidik yang profesional, tetapi juga memiliki jiwa dan perilaku yang berwawasan global. Selain menjadi Pendidik, Peneliti dan Penyuluh juga menjadi Wirausahawan yang kreatif, edukatif dalam bidang usaha produktif. Para awam katekis diharapkan menjadi pioner dalam berbagai bidang kehidupan termasuk bidang perekonomian. Namun, tidak sedikit para lulusan dari perguruan tersebut justru menambah jumlah barisan para seeker/pencari kerja.

 

Metode Penelitian

������ Model dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model deskriptif. Fokus penelitian adalah untuk mengetahui sejauhmana motivasi berwirausaha calon awam katekis. Informan pada penelitian tersebut terdiri dari mahasiswa (calon awam katekis), dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan dan pengusaha.

������ Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data dilakukan dengan cara mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

 

Hasil dan Pembahasan

Masalahpengangguran merupakan tantangan bagi bangsa dan persoalan sosial kemanusian yang cukup kompleks. Untuk memahami realitas ini secara lebih komprehensif dan holistik selain studi lapangan tentu diperlukan studi dari berbagai kajian literatur dan disiplin ilmu. Akan tetapi karena karya ilmiah tersebut ditulis dalam kerangka teologi sebagaimana kekhasan dari Fakultas Teologi, maka tulisan tersebut perlu ditatapkan dengan kajian alkitabiah, landasan teologis dan landasan pastoral.

����������� Berdasarkan tema yang penulis dalami maka tulisan ini akan bertolak dari berbagai literatur mengenai konsep kewirausahaan, karakteristik berwirausaha, faktor penghambat dan pendukung berwirausaha, aspek-aspek motivasi berwirausaha dan pentingnya penerapan mata kuliah kewirausahaan. Selanjutnya pendasaran Alkitabiah tentang konsep Teopreneurship pada Perjanjian Lama dan Cristopreneurship pada Perjanjian Baru. Landasan teologis dari dokumen Gaudium et Spes. Art. 34 tentang Nilai Kegiatan Manusia. Sedangkan landasan pastoral yang mendasari tulisan tersebut dari Centesimus Annus Art. 31 tentang Manusia sebagai Makhluk Imago Dei dan Laborem Exercens Art. 25 tentang Kerja Manusia.

Kewirausahaan/Entrepreneur

Konsepkewirausahaan/entrepreneurmenurut Subijanto adalah jiwa, semangat, sikap, perilaku dan potensi kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, (Subijanto, 2012: 454-455).

MenurutRambat Lupiyoadi (2007) wirausaha adalah orang yang kreatif, inovatif dan mampu mewujudkan sesuatu demi meningkatkan kesejahteraan diri, masyarakat dan lingkungannya. Seorang wirausaha tidak pernah lupa memikirkan kesejahteraan masyarakat sehingga selalu berfikir kritis untuk selalu berinovasi menciptakan produk untuk masyarakat. Seorang wirausaha yang visioner selalu melihat peluang, mengejar kesuksesan dan tidak pernah berhenti belajar. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik pedagang, pengusaha, karyawan swasta maupun pemerintahan. Siapa saja yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup, itulah yang disebut sebagai wirausaha, (Soeparman Soemahamidjaja dalam Rusdiana, 2014).

Berdasarkanpenjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru, memiliki manfaat bagi diri sendiri dan orang lain serta mampu menghadapi masalah dengan memanfaatkan peluang. Esensi kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.

Karakteristik Berwirausaha

Karakteristik wirausahawan yang sukses menurut Musselman (1989:155) dalam (Suryana, 2002:15),diantaranya: Kemampuan berinovatif, toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity), keinginan untuk berprestasi, kemampuan perencanaan realistis, kepemimpinan terorientasi kepada tujuan, obyektivitas, tanggung jawab pribadi, kemampuan beradaptasi, kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator, tegas dan yakin pada kemampuan sendiri.

Faktor Pendukung Dan Penghambat Berwirausaha

Menurut Zimmerer (Suryana, 2002:44-45) ada beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam menjalankan kewirausahaan.

Faktor Penghambat

Faktor-faktorpenghambat dalam berwirausaha antara lain: tidak kompeten dalam manajerial, kurang pengalaman, lemahnya kendali keuangan, gagal mengembangkan perencanaan strategis, pertumbuhan tak terkendali, pengendalian persediaan dan ketidakmampuan membuat transisi kewirausahaan.

Faktor Pendukung

���� ������ Faktor-faktorpendukung dalamberwirausaha antara lain: memiliki kreativitas, selalu berinovasi, dan memunculkan peluang ide baru dalam berbisnis, memiliki pengetahuan dan kompetensi kewirausahaan, berani bermimpi, berani mencoba dan berani gagal, dapat membaca peluang pasar, mampu memanage keuangan, mengambil inspirasi dari mega wirausaha, berjiwa honesty (jujur) dan lucky (keberuntungan).

Aspek-Aspek Motivasi Berwirausaha

Aspek-aspek motivasi berwirausaha antaralain:

1.   Kemandirian, merupakan kemampuan berdiri sendiri yang ditafsirkan secara kritis dan dinamis bukan berarti harus bekerja sendiri tanpa berhubungan atau bekerjasama dengan siapapun.

2.   Inovatif, merupakan kemampuan seorang pengusaha untuk mempunyai mentalitas kewirausahaan yang menilai tinggi orientasi ke depan, menilai tinggi hasrat untuk menemukan ide-ide baru, berorientasi pada hasil karya dan menilai tinggi kemampuan, disiplin dan bertanggungjawab disertai dengan hasrat untuk berprestasi pada bidangnya.

3.   Menanggung resiko, yaitu kemampuan individu untuk menghadapi segala tantangan dan kemungkinan yang akan terjadi dengan penuh perhitungan, seperti persaingan, naik turunnya harga, barang tidak laku dan sebagainya.Hidayati dan Suparno, 2012: 2170)

Dari beberapa pemaparan oleh para ahli di atas penulis menarik kesimpulan bahwa aspek-aspek motivasi berwirausaha adalah hasrat untuk berprestasi, kemauan menghadapi resiko, locus of control internal, efikasi diri, kemandirian, dan penetapan tujuan.

 

PentingnyaPenerapan Matakuliah Kewirausahaan

Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya, (Suryana, 2002:7). Secara epistimologis, kewirausahaan pada prinsipnya merupakan suatu kemampuan berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, motivator, tujuan, siasat/strategi dan kiat-kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Sebelumnya kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir (entrepreneurship are born not made), sehingga kewirausahaan tidak dapat diajarkan atau dipelajari. Kini seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi enterpreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Untuk menjadi wirausaha perlu memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang ditekuninya, (Suryana, 2002:7).

Menurut Agus Wibowo (2011:76), adadua cara menanamkan mental kewirausahaan kepada para mahasiswa di kampus, yaitupertama,dengan mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan ke dalam kurikulum. Dalam kurikulum, karakter keilmuan kewirausahaan sebaiknya didesain untuk mengetahui (to know), melakukan (to do), dan menjadi (to be) entrepreneur. Tujuan pendidikan to know dan to do terintegrasi di dalam kurikulum program studi, terdistribusi di dalam berbagai mata kuliah keilmuan. Perguruan Tinggi menyediakan mata kuliah kewirausahaan yang ditujukan untuk bekal motivasi dan pembentukan sikap mental wirausaha. Untuk tujuan to be entrepreneur, diberikan dalam pelatihan keterampilan bisnis praktis. Kedua, aktivitas ekstrakurikuler mahasiswa perlu dikemas secarasistemik dan diarahkan untuk membangun motivasi dan sikap mental wirausaha. Pembinaan mahasiswa dalam berbagai kegiatan minat dan bakat, keilmuan, kesejahteraan atau keorganisasian hendaknya juga diarahkan untuk memberikan keterampilan berwirausaha. Keberhasilan pendidikan kewirausahaan tidak mungkin diraih dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan. Secara umum keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi kegagalan tanpa kehilangan semangat. Dalam konteks ini keberhasilan merupakan output ataupun hasil yang didapat dari suatu pembelajaran yaitu pendidikan kewirausahaan.

Keberhasilanseorang wirausaha biasanya erat kaitannya dengan hal-hal berikut, jujur, disiplin, berani dan dapat menerapkan prinsip manajemen dengan baik. Sedangkan hal-hal yang menyebabkan kegagalan antara lain, tidak ada perencanaan yang matang, bakat yang tidak cocok, kurang pengalaman, tidak mempunyai semangat berwirausaha, kurangnya modal, lemahnya pemasaran, dan tidak mempunyai etos kerja yang tinggi. Sehingga dalam proses pendidikan kewirausahaan mahasiswa diberikan motivasi agar mempunyai jiwa kewirausahaan.

Kriteriakeberhasilan pendidikan kewirausahaan, adalah memiliki kemandirian yang tinggi, memiliki kreatifitas yang tinggi, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, memiliki karakter kepemimpinan yang tinggi, memiliki keterampilan/skill berwirausaha, memahami konsep-konsep kewirausahaan dan memiliki karakter pekerja keras. Menurut Churchill dalam Rambat Lupyoadi (2007), pendidikan sangat penting bagi keberhasilan wirausaha. Kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah karena lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun, juga tidak menganggap remeh arti pengalaman bagi seorang wirausaha. Baginya kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalaman lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan berwirausaha.���

Menurut Soeharto Prawirokusumo dalam Daryanto (2012:4), pendidikan kewirausahaan perlu diajarkan sebagai disiplin ilmu tersendiri yang independen, karena:

1.   Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.

2.   Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu venture start-up dan venture-growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan��� manajemen umum yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.

3.   Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek tersendiri,yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

4.   Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusahadan pemerataan pendapatan.

Landasan Biblis, Teologis dan Pastoral Tentang Kewirausahaan

Landasan Biblis

Konsep utama yang menjadi temuan dalam kajian ini adalah Theospreneurship dan Christopreneurship. Kata Theospreneurship untuk pertama kali disimbolkan dalam dunia entrepreneurship. Theospreneurship dimaknai sebagai daya cipta, kreativitas-inovatif dan Christopreneurship sebagai model/teladan Christian Entrepreneurship. Menggabungkan kata �theos� dan �entrepreneurship� untuk memaknai fenomena entrepreneurship seringdianggap bertentangan karena menggabungkan antara yang Teologis dan Praxis. Kata �Theos� sering dianggap sebagai wilayah yang sakral/suci, berkaitan dengan nama Tuhan sang Pencipta, haltabuuntuk dibicarakan dalam konteks ekonomi, jual beli ataupun hal keuangan(Julianto, 2017:158).�Entrepreneurship� bersifat pendorong untuk mencipta gagasan, mengembangkan kreativitas dan inovasi sehingga terjadi perubahan baik secara evolusioner maupun revolusioner. Sering dianggap berorientasi profit/bisnis, berkaitan dengan uang dan jual beli. Dua kata ini sangat kontradiksi; yang satu bersifat curiga terhadap kreativitas, yang lain bersifat spirit yang memotivasi orang untuk mengembangkan kreativitas,(Julianto,2017:159).

Secaraterminologi entrepreneurtidakdisebutkan atau dibahassecaraeksplisitdalamalkitab. Namun, dapat kita temukanbentuk pengorganisasiankewirausahaan, prinsip manajerialyang sederhana. Kitab Sucitelah menggambarkan Tuhan sebagai Kreator dan Inovator. Oleh karena itu, berwirausaha berartiberefleksi atas konteks ciptaan Tuhan.

 

Teopreneur: Allah sebagai Figur Enterpreneur

������ Berwirausaha bearti merefleksikankonteks penciptaandunia.�Apa yang ada pada kita yang telah Tuhan ciptakan, itulah yang akan menjadi modal dan model berwirausaha.� Manusia pertama mempersembahkan kepada Tuhan, apayang ia miliki berdasarkankonteks pekerjaan mereka. BegitujugaKain dan Habel dalam memberikan persembahan (terlepas dari hak prerogatif Allah yang berhak memilih persembahan siapa yang diterima), ternyata mereka memberikan persembahan berdasarkanhasil kerja dariprofesimereka masing-masing yaitu sebagai petani dan peternak(Kej.4:2-5).

Kisahpenciptaan sebagai dasar dari kewirausahaan menempatkan TUHAN sebagai seorang enterpreneur/wirausaha. Allah sebagai figur enterpreneur/wirausaha menjadi model kita berwirausaha. Dalam kisah penciptaan Allah digambarkan sebagai pekerja yang ulet. Namun, bekerja dalam konteks kisah Kejadian adalah hukuman bagi manusia karena jatuh dalam dosa. Manusia yang berdosa harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kej. 3:17). Meski demikian, sejak awal penciptaan Allah telah menunjukkan bahwa bekerja bukan sekadar hukuman, bekerja harus dilihat sebagaiirama hidup� Allah. Kita perlu menyadari bahwa proses penciptaan tidak pernah berhenti. Allah senantiasa menciptakan hal baru setiap harinya (Ratapan 3:3).

Dalamkisah penciptaan disebutkanAllah sebagai�BARA� yaituDia yangmenjadikan/ menciptakan. Allah menciptakan dunia dengan prinsip �Creatio Ex Nihilo�. Hal inilahyang menunjukkan kreativitas Allah yang luar biasa, yaitu bekerja �Out of the box� membuat semua dari yang tidak adamenjadi ada. Manusia tidak mungkin melakukan hal yang sama sepertiAllah lakukan, namun pemahaman tentang �BARA� mendorong manusia untuk aktifterlibat dalam proses penciptaan selanjutnya. Manusia dipanggil untuk memahami bahwa bekerja adalah berkreasi, mendulang kreativitas demi mencapaikesempurnaan. Denganmeneladani Allah sebagai sumber iman dari enterpreneur/wirausahadi dunia, (Julianto, 2017:74).

Perjanjianlama menggambarkan Allah sebagai tukang periuk. Bekerja sebagai tukang periuk menggambarkan Allah sebagai pekerja keras, teliti, dan kreatif. ��Engkaulah Bapa Kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami semua adalah buatan tanganMu� (Yes.64:8). Allah membentuk manusia dari tanah liat lalu memberikan napas kehidupan. Ini mau menunjukkan daya kreasi dan seni Allah. Allahpun menghendaki penciptaNya untuk memiliki daya kreasi dan seni dalam mengelolah alam dan kehidupan ini. Manusia diciptakan sangat sempurna. Kesempurnaan manusia terlihat dari proses penciptaan Allah (Yer.18:1-17). Allah si tukang periuk telah mendesain dengan sangat teliti, terbukti betapa manusia adalah makhluk yang sangat detail terdiri dari kesatuan tubuh-jiwa-roh. Tubuh manusia sangat khas, tidak terduplikasi pada tubuh yang lain. Hal itu menunjukkan bahwa setiap ada manusia yang baru selalu ada kreativitas yang baru pula. Kesempurnaan ciptaan menunjukkan proses kerja keras dan luar biasa berat. Berdasar pemahaman diatas, penulis melihat bahwa Allah adalah figur enterpreneur/wirausaha yang tangguh.

Ciri-cirienterpreneurshipAllah:

1.   Ruach Elohim� melayang-layang, (Kejadian 1:1), menunjukkan ethos kerja Allah. Dalam pendekatan antropomorfisme layak disebut �Allah yang dinamis/tidak tinggal diam� Allah yang giat bekerja. Karya-karya-Nya yang dinamis dan inovatif (menggambarkan sifat dan kegiatan Allah) dapat dilihat seperti; pembentuk/pembuat periuk, perancang, pengusaha, pemberi mandat dan mitra umat-Nya dalam mengelola serta mengusahakan sumber daya yang diciptakan-Nya.

2.   Konsep penciptaan �creatio ex nihilo� menunjukkan kreativitas Allah yang visioner. Melihat yang tidak ada harus diadakan demi masa depan yang semakin baik.

3.   Allah memberi teladan tentang manajemen kerja yang baik. Hal ini terlihat pada tataurutan penciptaan darihari pertama sampai terakhir. Seorang enterpreneur adalah seorangyangmempunyai kecakapan penatalayanan/manajerialsupaya dapat melakukan kewirausahaan yang digelutinyadengan maksimal.

4.   Etos kerja keras Allah yang luar biasa, terencana dan tertata dibuktikan dalamkisah penciptaan selama enam hari kerja.

5.   Allah melakukan proses evaluasi dan refleksi. SetelahmelaksanakankerjaAllah melakukan pengamatan untuk memastikan �semua baik�(Kej.1:10;12;18;25;31).

6.   Bagian menarik dari enterpreneurship Allah adalah pengaturan ritme kerja dengan memberi diri istirahat yaitu dengan pengaturan hari �sabat�. �Ketika hari ketujuh Allah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu� (Kej.2:2-3).

DefinisiTheopreneurship berdasarkan kejadian 1:28 adalah pendayagunaan talenta untuk mengelola sumber daya yang diberikan oleh Tuhan. Allah digambarkan sebagai Creator-Pencipta (Kej. 1: 21, 27; 2:2-3).Allah menciptakan bumi dan segala isinya termasuk manusia. Allah digambarkan sebagai seorang pekerja. Karena Allah sebagai pekerja maka, Dia menghendaki agar umat manusia menghargai apaun pekerjaan itu.

Lihat, telah Kutunjuk Bezale el bin uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, untuk berbuat berbagai macam rancangan�(Kel. 31:2-6).

KaryaTuhan melalui Roh Kudus, memampukan manusia sebagai co-creator untuk beraktivitas dengan kreatif dan inovatif. Setiap manusia telah diberi keahlian oleh Allah untuk merancang dan membangun dunia, mengusahakan, memelihara dan mengembangkan segala yang ada sebagai bentuk pertanggungjawabannya atas mandat Allah. Hal ini dimulai dari hati sebagai pusat batin untuk membangun komunikasi pribadi dengan Allah.

 

 

Christopreneur: Melihat Sisi Enterpreneur Kristus

Berikutbeberapa catatan penting tentang Yesus Kristus dan lifestyle-Nya sebagai entrepreneur:

1)  Kristus sebagaiManusia dibesarkan oleh keluarga pekerja keras. Sebagaianak Yusuf dan Maria yang berprofesi sebagai tukang kayu, Yesus tentu tumbuh dengan jiwa pekerja keras. Hal ini menggambarkanbahwasebelum memulai karya-Nya didepanpublik(yang dilakukan setelah usia 30an) Yesus dididik dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga pekerja keras. Tukang kayu adalah profesi yang secara material di bawah rata-rata pada kontekszaman itu(setaradengan pekerjaanpenjala ikan dan petani kecil) yang membawa konsekuensi hidup denganbekerja sangat keras. Kondisi pertumbuhan Yesus baik fisik dan psikis terkonstruksi sebagai hard worker/pekerja keras. Hal inilah yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi enterpreneur. Yesus memilikibakat dan berjiwaenterpreneur.

2)  Cerita Kanak-Kanak Yesus di Bait Allah (Luk 2:41-51). Hal itu menggambarkanbahwa pertumbuhan yang dialami oleh Yesus adalah pertumbuhan seorang anak yang berimbang, bukan hanya secara fisik dan mental tetapisecara spiritual. Di mana dalam kisah tersebut, Lukas menceritakan pada umur 12 tahun Yesus terpisah dari orang tuanya saat perayaan Paskah dan bertemu dengan para ahli Taurat dan Imam di Bait Allah. Para Ahli Taurat dan imam sangat heran dengan kecakapan-Nya yang luar biasa. Penulis melihat bahwa peristiwa ini menunjukan bahwaYesus mempunyai kecakapan, kemandirian, kreativitas dan inovasi luarbiasa. Halinilah yang dibutuhkan oleh seorang enterpreneur.

3)  Cerita-cerita yang menunjukan bahwa Yesus mempunyai jiwa enterpreneur:

a. Perjamuan Kana (Yoh. 2:1-11), bukan sekadar cerita mujizat air menjadi anggur, melainkan juga menggambarkan bahwa kehadiran Yesus dalam perjamuan perkawinan di dusun Kana menekankan tentang prinsipright decition at wrong situation�. Yesus sedang mengajarkan tentang bagaimana memainkan kecakapan pengambilan keputusan.

b. Cerita tentang Yesus yang memberi makan 5000 orang (Mat 14:13-21; Mrk 6:32-34; Luk 9:10-17; Yoh 8:1-15) menggambarkan kepekaan Yesus terhadap situasi yang terjadi, keberanian mengambil tindakan yang beresiko. Dalam perikope tersebut terjadi mujizat dengan memakai 5 roti dan dua ikan. Selain berbagi sebagaimana yang diajarkan oleh seorang anak kecil, kisah ini juga berbicara tentang banyak hal sehubungan dengan jiwa kewirausahaan:

Memulai dari apa yang ada, yaitu dengan memakai lima roti dan dua ikan.

       Memaknai kesediaan sebagai modal yang besar, kesediaan untuk memberi meskipun yang dipunyai sedikit.

       Mengajarkan pengorganisasian dalam sebuah kegiatan, konsekuensi memberi makan 5000 orang tersebut adalah dengan menata dan mengorganisasikan mereka sehingga tidak terjadi kekacauan.

       Yesus mengajarkan tentang pentingnya memanfaatkan sumber daya dengan efektif dan efisien. Sehingga pada saat terakhir terkumpul modal dari mujizat baru �12 keranjang�. Hal ini dimaknai perlunya kegiatan �fundraising� dalam kehidupan, (Julianto, 2017:22).

Landasan Teologis

Gaudium Et SpesArtikel 34

Konstitusipastoral Gaudium et Spes menegaskan bahwa sebagai ciptaan Allah yang sempurna, manusia mempunyai tanggungjawab mengurus dunia ini apapun jenis pekerjaannya. Apapun jenispekerjaan, semuanya merupakan partisipasi dalam kerja Allah. Pekerjaan seorang wirausahawan/pengusaha pun merupakan wujud dari partisipasi manusia dalam karya Sang Pencipta. �Dimanapun laki-laki dan perempuan menunaikan tugas-tugasnya dengan setia, memang dengan tepat mereka berpandangan bahwa mereka mengembangkan karya Sang Pencipta, ikut memenuhi kepentingan sesama saudara, dan menyumbangkan kegiatan mereka pribadi demi terlaksananya rencana Ilahi dalam sejarah�.

Landasan Pastoral

Centesimus AnnusArtikel 31

Manusia adalahmakhluk pekerja. Sebagai makhluk Imago Deimanusiameneladani sifat Allah yang pekerja keras. Manusia bekerja untukmemenuhi kebutuhan material dan non material. Melaluipekerjaan manusia dapat mengaktualisasikan diri dan memaksimalkan kemampuannya. Karena diciptakan secitra denganAllah maka manusia diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengolah alam demi pemenuhan kebutuhan hidupnya(CE. Art.31).

Laborem Exercens Artikel 25

Kerja manusia merupakan wujud/bentuk partisipasi manusiadalam karya Allah. Sabda pewahyuan Allah secara mendalam ditandai dengankebenaran fundamental bahwa manusia yangdiciptakan menurut gambar Allah, berpartisipasi dalam kegiatan Sang Penciptanyamelalui pekerjaannya.Dalam batas-batas kemampuan manusiawi, manusia dapatmelanjutkan kegiatan penciptaan dan menyempurnakannya melalui kemajuan, penemuan sumber-sumber dan nilai-nilai yang terkandung dalam keseluruhan ciptaan (LE Art.25).

Secara teologis dapat dipahami bahwa entrepreneur merupakan salah satu usaha kerjayang dikehendaki Tuhan. Umat perlu didorong untuk mengembangkan potensi,kreativitas dan inovasinya dalam mengubah berbagai kesulitan yang dihadapi untuk menjadi peluang. DalamKej 1:27 dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri. Tujuannya adalah agar manusia berpartisipasi dalam karya-Nya. Berpartisipasi dalam karyanya berarti mengembangkan segala yang ada di muka bumi.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia bekerja untuk berpartisipasi bersama Allah mengembangkan apa yang sudah ada. Allah telah bekerja menciptakan dunia dan segala isinya kemudian diserahkan kepada manusia untuk memeliharanya (Kej 1:1-2:3). Maka sebagai ciptaan manusia tidak melulu memelihara tetapi bekerja mengembangkannya. Manusia sebagai co-creator Allah. Manusia menjadi patner Allah dalam mengolah alam untuk menghasilkan sesuatu untuk pemenuhan kebutuhan hidup sendiri dan untuk kebaikan bersama (bonum comune).

 

Hasil Penelitian

a.     Gambaran Umum Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupan AgungKupang

Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupan Agung Kupang (STIPAS KAK) merupakan lembaga pendidikan tinggi swasta Katolik. Sekolah Tinggi yang bernaung dibawah Yayasan Swastisari Keuskupan Agung Kupang tersebut diselenggarakan sejak tahun 2001. Perguruan tinggi tersebut terbentuk di tengah situasi krisis multi dimensi yang melanda negeri ini. Krisis pendidikan nilai (iman dan moral) menjadi keprihatinan dasar dan mendorong para tokoh untuk mendirikannya. Oleh karena itu, kehadiran dan keberadaannya sungguh menjadi wujud tanggungjawab Gereja Keuskupan Agung Kupang dalam menjawabi tantangan zaman yang kian berubah-ubah. Pada tahun 2019 status Program Studi telah terakreditasi berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi No.SK: 1515/SK/BAN �PT/Akred/S /V/2019 dengan peringkat Akreditasi B. Mahasiswa yang menempuh pendidikan di lembaga tersebut berasal dari berbagai latar belakang suku, adat dan budaya.

a.   Karakteristik Sumber Data

Penelitian dilakukan dengan informan sebanyak 15 (lima belas) orang. Peneliti mengambil data dari 15 (lima belas) orang informan. Karakteristik informan menurut jenis kelamin, usia dan status/tugas sangat variatif sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis

Kelamin, Usia dan Status/Tugas

No.

Nama

Kelompok Menurut

Jenis Kelamin

Usia

Status/tugas

1

MW

P

20

Mahasiswa

2

MTM

P

21

Mahasiswa

3

GN

L

24

Mahasiswa

4

AM

P

23

Mahasiswa

5

MGML

P

22

Mahasiswa

6

MKBL

P

22

Mahasiswa

7

ML

P

26

Mahasiswa

8

AE

P

25

Mahasiswa

9

PTIF

P

25

Mahasiswa

10

EBO

P

23

Mahasiswa

11

ATW

P

22

Mahasiswa

12

MIN

P

21

Mahasiswa

13

JUS

P

21

Mahasiswa

14

AM

L

45

Wirausahawan

15

MHLN

P

35

Dosen

Sumber: Hasil Data Penelitian 2018

Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara serta pengolahan data yang dilakukan peneliti terhadap 15 informan berkaitan dengan rumusan masalah perihal pemahaman mahasiswa tentang konsep kewirausahaan, faktor pendukung dan penghambat kewirausahaan serta upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi berwirausaha, maka peneliti menguraikannya sebagai berikut:

1.       Gambaran Pemahaman Tentang Kewirausahaan

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap 15 informan dalam hubungan dengan rumusan masalah, pertama tentang pemahaman mahasiswa tentang konsep kewirausahaan. Peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman para mahasiswa dan dua narasumber pendukung tentang kewirausahaan cukup baik dan eksplisit bahwa kewirausahaan adalah selain sekedar sebagai disiplin ilmu juga sebuah kegiatan dimana seseorang memanfaatkan segala kemampuan dan kreatifitasnya untuk berinovasi menciptakan sesuatu yang baru dari segala sumber daya yang ada ke sesuatu yang lebih berdayaguna untuk meraih keuntungan, dan kesuksesan bagi dirinya dan orang lain. Peneliti menemukan bahwa setiap informan menyadari bahwa melalui mata kuliah kewirausahaan merekapun akhirnya mempelajari, mengetahui dan menemukan banyak hal yang berkaitan dengan kewirausahaan. Dengan mempelajari kewirausahaan mereka termotivasi untuk segera melaksanakan kegiatan kewirausahaan, memacu mereka untuk terus belajar, inovatif, mengembangkan kreativitas hingga pada akhirnya bisa secara mandiri mengembangkan sebuah usaha dengan melibatkan berbagai sumber daya baik pengetahuan, pengalaman, keterampilan mengatur sistem kerja dan pengelolaan keuangan. Hal ini sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh Agus Wibowo (2011) dalam bukunya Pendidikan Kewirausahaan (Konsep dan Strategi) bahwa Perguruan Tinggi menyediakan mata kuliah kewirausahaan untuk to know, to do, yang ditujukan untuk bekal motivasi dan pembentukan sikap mental to be entrepreneur. Keberhasilan berwirausaha merupakan output dari suatu pembelajaran yaitu pendidikan kewirausahaan.

2.     Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Berwirausaha serta Upaya Meningkatkan Motivasi Berwirausaha

Adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat yang menyebabkan rendahnya motivasi berwirausaha dikalangan mahasiswa-mahasiswi adalah sebagai berikut: 1) Faktor Pendukung. Dalam wawancara dengan kelima belas informan peneliti mengetahui bahwa kesuksesan dalam berwirausaha ditentukan oleh beberapa faktor berikut yakni tingginya motivasi, memiliki karakter yang kuat, memiliki modal yang cukup, memiliki pengetahuan dan pengalaman manajemen yang baik, ketepatan dalam menangkap peluang usaha, ketepatan menetapkan waktu dan lokus usaha. Sebagaimana ditegaskan oleh Zimmerer (Suryana, 2002) dalam bukunya tentang kewirausahaan bahwa sukses dalam berwirausaha tidak diperoleh secara tiba-tiba dan instan atau secara kebetulan, tetapi dengan perencanaan, memiliki visi, misi, kerja keras, memiliki kreativitas, selalu berinovasi, dan memunculkan peluang ide baru dalam berbisnis, memiliki pengetahuan dan kompetensi kewirausahaan, berani bermimpi, berani mencoba dan berani gagal, dapat membaca peluang pasar, mampu memanage keuangan, mengambil inspirasi dari mega wirausaha, berjiwa honesty (jujur) dan lucky (keberuntungan). 2) Faktor penghambat. Selain keberhasilan, seorang wirausahawan juga selalu dibayangi oleh potensi kegagalan yang akan memperlihatkan lebih banyak pelajaran dibandingkan sekadar kesuksesan. Menurut Zimmerer (Suryana, 2002) ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang wirausahawan gagal dalam menjalankan usahanya yaitu tidak kompeten dalam manajerial, kurang pengalaman, lemahnya kendali keuangan, gagal mengembangkan perencanaan strategis, pertumbuhan tak terkendali, pengendalian persediaan dan ketidakmampuan membuat transisi kewirausahaan.

Sedangkan hasil temuan penelitidalam wawancara bahwa hambatan kewirausahan juga disebabkan kemalasan, tidak mau mengambil resiko, tidak ada kemauan dari dalam diri, ketakutan akan mengalami kegagalan, keterbatasan modal, rendahnya sumber daya manusia, tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan kewirausahaan, kurang tepat menangkap peluang sekaligus salah memilih tempat untuk membuka usaha serta sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. 3) Upaya Meningkatkan Motivasi Berwirausaha. Melihat betapa pentingnya kegiatan kewirausahaan, maka perlu ada upaya untuk meningkatkan motivasi berwirausaha. Adapun upaya-upaya itu antara lain; memberikan motivasi secara terus menerus kepada kalangan mahasiswa-masiswi bahwa bergerak dibidang kewirausahaan karena itu cukup membantu perekonomian keluarga, kesempatan untuk mengendalikan nasib dan perubahan hidup yang lebih baik, merangsang semangat kewirausahaan mereka dengan mengadakan seminar-seminar yang berbicara tentang hal terkait dengan pembicaranya adalah orang-orang yang sudah sukses di bidang kewirausahaan hingga mengadakan pelatihan-pelatihan kewirausahaan.

Catatan Kritis

Kewirausahaan (entrepreneur) merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari kelompok wirausahawan ini. �Tidak ada bangsa yang sejahtera dan dihargai bangsa lain tanpa kemajuan ekonomi. Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai jika ada spirit kewirausahaan, yang kuat dari warga bangsanya�. Oleh karena itu, pemberian dorongan dan motivasi kepada kalangan generasi muda para mahasiswa-mahasiswi untuk mencintai dan menghargai pekerjaan apapun sebagai bentuk tanggungjawab atas kehidupannya, hendaknya terus dilakukan. Tidak ada kata tidak mampu, karya Tuhan melalui Roh Kuduslah, akan memampukan manusia sebagai co-creator untuk beraktivitas dengan kreatif dan inovatif. �Apa yang ada pada kita yang telah Tuhan ciptakan, itulah yang akan menjadi modal dan model berwirausaha� (Kej.4:2-5). Setiap manusia telah diberi keahlian oleh Allah untuk merancang dan membangun dunia, mengusahakan, memelihara dan mengembangkan segala yang ada sebagai bentuk tanggungjawab atas mandat dari Allah sendiri. Dengan demikian sangat disayangkan apabila seseorang yang sudah dibekali dengan berbagai pengetahuan tidak mau mengembangkan talenta yang Tuhan berikan, tidak mau mengolah sumber daya alam yang Tuhan berikan. Maka setiap awam katekis selain memiliki bekal pengetahuan sebagai agen pastoral juga harus memiliki jiwa dan semangat kewirausahaan agar mampu hidup mandiri, bebas secara finansial dan sejahtera. Dengan demikian dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai awam katekis di tengah masyarakat dalam situasi dan kondisi apapun.

 

Kesimpulan

Para calon awam katekis memiliki konsep pemahaman yang baik tentang kewirausahaan. Mereka memahami bahwa kewirausahaan merupakan kegiatan yang melibatkan kreativitas, kemampuan dan inovasi untuk mengolah sumber daya yang ada ke sesuatu yang lebih berdaya guna demi memperoleh keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain; kewirausahaan cukup menjanjikan karena apabila dijalankan dengan sungguh-sungguh akan meraih kesuskesan.

Ketersediaan modal, pengalaman dan keterampilan; berani menanggung resiko; tingginya motivasi; memiliki karakter yang kuat; memiliki modal yang cukup; memiliki pengetahuan dan pengalaman manajemen yang baik; ketepatan dalam menangkap peluang usaha sekaligus ketepatan menetapkan waktu dan lokus usaha.

Kemalasan; takut mengambil resiko; tidak ada kemauan dari dalam diri; ketakutan mengalami kegagalan; keterbatasan modal; rendahnya sumber daya manusia; kurang tepat menangkap peluang dan salah memilih tempat untuk membuka usaha serta sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berwirausaha. Memberikan motivasi, merangsang semangat kewirausahaan mereka dengan mengadakan seminar-seminar serta mengadakan pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Berikut beberapa saran yang dapat diberikan, mahasiswasebaiknya memiliki motivasi berwirausaha yang tinggi untuk berkiprah dalam dunia usaha. Menyeimbangkan materi perkuliahan dengan program pelatihan kewirausahaan. Menyediakan tenaga pendidik atau dosen yang memiliki jiwa wirausaha yang berkonsentrasi pada bidang kewirausahaan, sehingga dalam proses pembelajaran nilai-nilai jiwa wirausaha akan tergambar jelas dan terwujud dalam praktiknya.

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

Alma, Buchari. (2005). Buku Kewirausahaan. Penerbit ALFABETA, Bandung. Google Scholar

 

Antonio, J.M.L. & Marjan, G. (eds). (2008). Teaching Psychology of Entrepreneurship. Madrid: Librer�a UNED. Google Scholar

 

Asmani, Jamal Ma�mur. (2011). Sekolah Entrepreneur! Harmoni. Google Scholar

 

Basrowi, B. (2011). Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia. Google Scholar

 

Bergant, Dianne, & Karris, Robert J. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Kanisius. Google Scholar

 

Daryanto. (2012). Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta: Gava Media. Google Scholar

 

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Tim Penyusun: Dendy Sugono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

 

Febriyanto, M. M. (2015). Strategi Peningkatan Kewirausahaan Bagi Mahasiswa Di Pendidikan Tinggi. Jurnal Bisnis Darmajaya, 1(1), 105�114. Google Scholar

 

Hardawiryana.R. (2004). Ajaran Sosial Gereja. Bogor: Grafika Merdi Yuana. Google Scholar

 

Hidayati, Dwi Istikhomah. (2012). Hubungan Antara Kematangan Vokasional dengan Motivasi Berwirausaha pada Siswa SMK. Google Scholar

 

Julianto, Simon. (2017). Kewirausahaan Jemaat: Sebuah Alternatif Berteologi. WASKITA, Jurnal Studi Agama Dan Masyarakat, 151�183. Google Scholar

 

Kasmir, Dkk. (2006). Kewirausahaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta, Indonesia. Google Scholar

 

Alkitab (2004). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

 

Longenecker, Justin G. (2001). Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil, Buku 1. Google Scholar

 

Lupiyodi, Rambat. (1998). Wawasan kewirausahaan. Jakarta, Lembaga Penerbit FE-UI. Google Scholar

 

Nasional, Departemen Pendidikan. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. cet. Ke-4. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. H, 1510. Google Scholar

 

Paulus II, Yohanes. (2003). Penerj. R. Hardawiryana, Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor.

 

Poewardarminto, WJS. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

 

Rosmiati, Rosmiati, Junias, Donny Teguh Santosa, & Munawar, Munawar. (2015). Sikap, motivasi, dan minat berwirausaha mahasiswa. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 17(1), 21�30. Google Scholar

 

Rusdiana, H. A. (2014). Kewirausahaan Teori & Praktik. Bandung: CV. Pustaka Setia Sugirhartono Dkk.(2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.Suryana.(2013). Kewirausahaan. Google Scholar

 

Sadirman, A. M. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. Google Scholar

 

Saiman, Leonardus. (2009). Kewirausahaan: teori, praktik, dan kasus-kasus. Jakarta: Salemba Empat. Google Scholar

 

Santoso, Djoko. (2013). Modul Pembelajaran KewirausaSantoso, Djoko. Modul Pembelajaran Kewirausahaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.haan. Google Scholar

 

Sardiman, Arief M. (2020). Interaksi & motivasi belajar mengajar. Google Scholar

 

Soeryanto, Eddy. (2009). Entrepreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Penerbit: Elex Media Komputindo, Jakarta, 8(5), 96�104. Google Scholar

 

Sondang, P. Siagian. (2004). Teori motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Google Scholar

 

Steers, Richard M. Dan Peters T. (1991). Motivation And Behavior. New York: McGraw-Hill International Edition. Google Scholar

 

Subijanto. (2012). Analisis Kebijakan Pendidikan Kewirausahaan. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 18(2). Google Scholar

 

Sugihartono, Dkk, Harahap, Farida, Setiawati, Farida Agus, & Nurhayati, Siti Rohmah. (2007). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY press. Google Scholar

 

Sugiyono, M. P. P., & Kuantitatif, P. (2009). Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta. Cet. Vii. Google Scholar

 

Ten Napel Henk.(2012). Kamus Teologi, Cetakan 12. Jakarta: Gunung Mulia.

 

Wibowo, Agus. (2011). Pendidikan Kewirausahaan (konsep dan strategi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Google Scholar

 

Wiratno, Siswo. (2012). Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di pendidikan tinggi. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 18(4), 454�466. Google Scholar

Copyright holder:

Veronika Mbae (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: