Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 3, Maret 2023

 

KAJIAN PENERAPAN LANGGAM ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA PUSAT KULINER PIK JAKARTA

 

Avatara Rito Aripin, Adibah Nurul Yunisya

Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, UPN �Veteran� Jawa Timur

Dosen Program Studi Arsitektur, UPN �Veteran� Jawa Timur

E-mail : [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Potensi kuliner Indonesia meningkat setiap tahunnya, ditandai dengan adanya inflasi pada sektor usaha dan pariwisata kuliner tertutama di daerah ibu kota Jakarta. Penyediaan berbagai jenis makanan dan minuman tersebut akan memberikan dampak bagi perekonomian lokal, kebudayaan, dan penciptaan pembangunan berkelanjutan. Dengan adanya pusat kuliner Pantjoran PIK sebagai ikon baru untuk ibukota Jakarta untuk membuat industri kuliner di sekitar PIK menjadi maju dan menciptakan identitas baru untuk daerah PIK. Akibat bangunan pusat kuliner pantjoran PIK menciptakan sebuah kesenjangan konsep antara arsitektur neo vernakular pada area kuliner dan arsitektur kontemporer ruko kulinernya, sehingga penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan pemahaman serta mengetahui tentang penerapan langgam arsitektur neo vernakular pada bangunan area pantjoran PIK Jakarta. Selain itu juga mendapat pengetahuan lain seputar ragam bentuk dan tampilan arsitektur neo vernakular yang ada. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemahaman tentang bentuk bangunan masa kini yang diminati dapat menjadi daya tarik bagi para penggunanya yang dapat mengikuti perubahan zaman. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang selanjutnya dianalisis deskriptif dengan melakukan observasi dan berfokus pada elemen-elemen pembentuk arsitektur neo vernakular pada bangunan pusat kuliner kuliner.

 

Kata-Kunci: arsitektur neo vernakuler; arsitektur kontemporer; kawasan perkotaan; modern; pusat kuliner.

 

Abstract

Indonesia's culinary had potential increases every year, marked by inflation in the business sector and culinary tourism, especially in the capital city of Jakarta. The provision of various types of food and beverages will have an impact on the local economy, culture, and the creation of sustainable development. With the existence of the PIK Pantjoran culinary center as a new icon for the capital city of Jakarta to make the culinary industry around PIK progress and create a new identity for the PIK area. As a result, the PIK pantjoran culinary center building creates a conceptual gap between the neo vernacular architecture in the culinary area and the contemporary architecture of the culinary shophouses, so this study aims to gain an understanding and to know about the application of neo vernacular architectural styles in buildings in the pantjoran area of ​​PIK Jakarta. Besides that, they also get other knowledge about the various forms and appearances of existing neo-vernacular architecture. This is done to facilitate an understanding of the shape of the current building that is of interest to its users who can keep up with the changing times. The method used is a qualitative descriptive method with a case study approach which is then analyzed descriptively by observing and focusing on the elements that make up the neo vernacular architecture in the culinary center building.

 

Keywords: contemporary architecture; culinary center; modern; neo-vernacular architecture; urban areas� �

 

Pendahuluan

�Pada zaman ini, perkembangan pada pusat kuliner di Indonesia semakin maju. Potensi kuliner Indonesia meningkat setiap tahunnya, ditandai dengan adanya inflasi pada sektor usaha dan pariwisata kuliner (Badan Pusat Statistik, 2013). Pusat kuliner adalah sebagai salah satu destinasi yang sering dicari dan dikunjungi oleh wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. Bagi para pebisnis yang ingin membuka usaha, membuat pusat kuliner adalah salah satu usaha yang memiliki peluang sangat besar sehingga, pertumbuhan suatu wilayah perkotaan dapat berkembang karena dipengaruh oleh ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang terdapat pada wilayah tersebut (Maharani, 2022). Dalam hal ini, Kuliner juga memainkan peran penting dalam memperkenalkan rasa dan tradisi yang berbeda kepada turis dan wisatawan (Nasution, Kusumoriny, & Sitepu, 2022). Penyediaan berbagai jenis makanan dan minuman tersebut akan memberikan dampak bagi perekonomian lokal, kebudayaan, dan penciptaan pembangunan berkelanjutan (Irawati, Lestari, & Kesuma, 2022). Dengan inisiatif produk kuliner lokal dapat memberikan multi-benefit karena produk-produk tersebut menawarkan pengalaman wisata yang unik antara konsumen dan produsen secara langsung. Dan juga menyatakan bahwa industri kuliner merupakan komponen yang penting dari industri pariwisata, dan culinary experience memberikan pengalaman penting bagi para wisatawan (Rita, 2017). Industri kuliner sendiri memiliki beragam bentuk, dari mulai bisnis restoran yang memiliki unsur produk dan jasa, hingga penciptaan yang berfokus pada produk olahan makanan dan minuman yang menjadi ciri khas suatu daerah. ����������

Buku yang berjudul �Eating Architecture� arsitektur makanan umumnya menerapkan seni kuliner dalam produksi ruang dengan meliputi : layar pada meja merupakan sebuah sistem arsitektural melalui suatu tempat, status dan fungsi, Makan adalah penataan makanan di atas meja dapat merusak stabilitas pada arsitektural (Hulu, 2021), Jejak merupakan alas meja yang kotor dimana alas tersebut dapat menjadi saksi dari penataan makanan yang kurang tepat, dan Tata letak rencana jejak berubah menjadi rencana tata letak dari kekacauan di atas meja makan.

Di daerah ibu kota Jakarta juga telah memiliki salah satu pusat kuliner baru dan �terbesar di Indonesia yang memiliki konsep rancangan arsitektural yang menarik ,yaitu Pusat Kuliner Pantjoran di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Pusat kuliner ini menerapkan langgam china town dengan dasar karakteristik arsitektur neo-vernakular, Dapat di temukan dengan banyaknya bentuk-bentuk �yang sangat modern namun dalam penerapan-nya masih menggunakan konsep lama dari daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern (Ririn, 2022).

�Setiap tempat memiliki keunikannya tersendiri yang di dalamnya mengandung karakter tertentu di lingkungannya. Karakter ini terdiri dari benda padat yang mengandung bahan material, bentuk, warna, tekstur serta nilai-nilai budaya yang tidak tampak (Sudarwani, 2016).

Dengan adanya pusat kuliner Pantjoran PIK menjadi bangunan pendukung dalam area perumahaan pantai indah kapuk 1 dan pantai indah kapuk 2. Selain sebagai pusat kuliner pada area PIK juga sebagai ikon baru untuk ibukota Jakarta di bawah naungan developer Agung Sedayu dan Salim group membuat industri kuliner di sekitar PIK menjadi maju dan menciptakan identitas baru untuk daerah PIK dengan dominan konsep arsitektur neo-vernakular. Hal ini menjadikan identitas budaya dan urban desain dapat saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Identitas dijadikan sebagai elemen terpenting dalam memperkuat suatu tempat (Atika & Poedjioetami, 2022). Dan Identitas kuliner yang memiliki kenangan dan unik juga adalah sebuah aset yang sangat diperlukan untuk membuat destinasi wisata kuliner yang sukses (Sahabudin, 2021).

Konsep arsitektur neo vernakular tradisional Tiongkok pada pantjoran PIK menyesuaikan dengan prinsip arsitektur vernakular. Prinsip arsitektur neo vernakular yang diterapkan pada bangunan antara lain (Betari, 2021), Selalu menggunakan atap bubungan, atap bubungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan, 2) Batu bata dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal, 3) Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal, kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan dan 5) Warna-warna yang kuat dan kontras.

Penerapan perpaduan konsep arsitektur neo vernakular dengan arsitektur tradisional tiongkok memiliki keunikan arsitektur tradisional tionghoa ,yakni penggunaan kayu sebagai material konstruksi utama (Syafarini, 2021). Menurut David G. Khol dalam bukunya menuliskan ciri khas arsitektur Tionghoa di Asia Tenggara adalah sebagai berikut: �halaman utama, elemen-elemen struktural yang terbuka (yang terkadang disertai dengan ornamen ragam hias disekitar dinding dan langit-langit), penekanan pada bentuk atap yang khas, penggunaan warna yang khas (Fauziah Nasution, 2022).

Akibat bangunan pusat kuliner pantjoran PIK menciptakan sebuah kesenjangan konsep antara arsitektur neo vernakular pada area kuliner dan arsitektur kontemporer ruko kulinernya, sehingga penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan pemahaman serta mengetahui tentang penerapan langgam arsitektur neo vernakular pada bangunan area pantjoran PIK Jakarta. Selain itu juga mendapat pengetahuan lain seputar ragam bentuk dan tampilan arsitektur neo vernakular yang ada. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemahaman tentang bentuk bangunan masa kini yang diminati dapat menjadi daya tarik bagi para penggunanya yang dapat mengikuti perubahan zaman (Putri, 2022).

 

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode ini mendeskripsikan berbagai pembahasan melalui narasi dan dilengkapi dengan foto-foto atau gambar-gambar pendukung narasi (Hanifah, 2021). Pengumpulan data diperoleh dari studi literatur review yang bersumber pada e-literatur dan observasi dengan mengumpulkan data atau keterangan didapatkan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki (Nurasih, 2021).

Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dengan melakukan observasi langsung ke objek dan wawancara dengan manajemen objek untuk memperoleh data umum objek (Sugiyanto, Holiawati, Ruhiyat, Marjohan, & Waryanto, 2021). Observasi berfokus pada elemen-elemen pembentuk arsitektur neo vernakular pada bangunan pusat kuliner pantjoran PIK. Data selanjutnya diproses melalui proses reduksi data sebelum dilakukan verifikasi dan penyajian data.

 

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Pantjoran PIK

Golf Island PIK adalah sebuah kawasan yang baru diresmikan pada 20 november 2020 lalu, yang dikembangkan oleh pengembang Agung sedayu Group & Golf Island Group. Golf Island PIK memiliki zona kawasan ,yakni : perumahan (residential), pertokoan (street shop), dan pusat kuliner (central kuliner).

Pusat kuliner golf island PIK memiliki nama � Pantjoran PIK �, yang terletak di pesisir jakarta utara dengan luas 5500 m�. Kawasan ini terdiri dari zona pusat kuliner sendiri ,yakni Pantjoran PIK dengan langgam arsitektur neo vernakular china-town yang menjadikan bangunan memiliki karakter yang kuat dibandingkan kawasan kuliner.

Analisis Pusat Kuliner dengan Prinsip Arsitektur Neo Vernakular

�Pusat kuliner pada pantjoran PIK memiliki langgam arsitektur yang menarik berupa perpaduan antara langgam neo vernakular dengan arsitektur tradisional tiongkok pada beberapa bangunan akan dianalisis dengan konsep arsitektur vernakular(Zikri, 2012)

Selanjutnya, untuk mencari kesesuaian penerapan prinsip arsitektur neo vernakular dengan bangunan pantjoran PIK, sehingga nanti bisa disimpulkan hasil dari analisis pada tahap berikutnya. Analisis dilakukan berdasarkan prinsip arsitektur kontemporer menurut Schirmbeck (1988), sebagai berikut:

 

Tabel 1

Analisa Studi Kasus

Variabel

Studi Kasus

Penerapan

Pusat Kuliner Pantjoran PIK

Penggunaan Atap Bubungan

Bangunan area kuliner menggunakan arsitektur neo-vernakuler dengan jenis tradisional tiongkok yang di tandai dengan atap bukit gantung yang memiliki dua lereng yang lurus dan menjorok (Khol, 1984).

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 4. Tampak burung area kuliner (sumber: dokumen pribadi)

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 5. Tampak malamarea kuliner (sumber: pilar.id)

Fungsi dari atap bukit gantung adalah mengolah sistem drainase air hujan dari atap lebih baik dikarenakan kombinasi garis, lekukan, dan atap yang terbalik meningkatkan luas permukaan atap dan juga menambahkan estetika khusus pada arsitekturnya (Khol, 1984).

Elemen arsitektur neo-vernakuler pada atap bangunan ini� adalah konsep minimalis material yang terbuat dari teknologi lebih modern berupa genteng beton yang memiliki fungsi Tahan cuaca dan tidak mudah retak dan lapuk dan juga terdapat lampur LED di area genteng (Zikri, 2012).

Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal

Bentuk Pintu

Terdapat beberapa bentuk jendela yang dominan karakter langgam arsitektur tradisional tiongkok, tetapi juga terdapat beberapa bangunan yang telah direnovasi oleh tenant.

 

A

 

 

 

 


Gambar 6. Tampak belakang restoran (sumber: dokumen pribadi)

Pada gambar diatas, awal langgam bangunannya adalah perpaduan antara arsitektur kontemporer dengan tiongkok tradisional lalu diubah menjadi langgam neo colonial yang tetap terikat dengan prinsip kontemporer.

Penerapan prinsip kontemporer Pada jendela A menggunakan jendela jalusi yang berfungsi untuk mendapatkan sirkulasi udara yang �lebih baik dan banyak. Dan terpentnig material yang digunakan adalah alumunium dengan cat hijau.

Jendela

Jendela yang digunakan pada gambar dibawah ini tetap menerapkan arsitektur tiongkok tradisional (Khol, 1984).

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 7. Tampak belakang restoran (sumber: dokumen pribadi)

Penerapan jendela didominasi oleh langgam tiongkok tradisional menggunakan material yang kontemporer ,yakni berupa aluminium yang sengaja dirancang menggunakan kaca mati karena untuk ruangan in-door sehingga hanya menggunakan pendingin ruangan buatan berupa kipas angin dan air conditioner.

Pintu

1.                        

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 8. Tampak depan restoran

(sumber: dokumen pribadi)

 

 

 

 

 

 

 

2.                        

 

 

 

 


Gambar 9. Tampak depan restoran

(sumber: dokumen pribadi)

 

3.                        

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 10. Tampak depan restoran (sumber: dokumen pribadi)

 

4.                        

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 11. Tampak depan restoran (sumber: dokumen pribadi)

 

Pusat kuliner Pantjoran PIK memiliki jenis-jenis pintu arsitektur tradisional tiongkok, hal ini terjadi akibat renovasi yang dilakukan oleh tenant.

1.                  Pada jenis pintu pertama menggunakan material aluminium dengan kaca buram, penggunaan kaca buram agar lebih kuat dibandingkan dengan kertas buram pada zaman dahulu. Dan menggunakan pintu ganda ,yakni berupa glass-door sehingga tampak pintu hanya sebagai aksen arsitektur tiongkok tradisional.

2.                  Pada jenis pintu kedua menggunakan panel pintu persegi dengam material kayu solid, serta terdapat banyak penggunaan kaca pada panel pintu untuk menerima cahaya alami.

3.                  Pada jenis pintu ketiga memiliki keunikan karena aksen warna coklat yang memberikan aksen kayu untuk menyelaraskan kolom beton dengan konsep perkayuan yang dipakai pada arsitektur tradisional tiongkok, cara ini digunakan pada prinsip kontemporer dengan penerapan kolom beton modern yang jauh lebih kuat dari pada kolom dari kayu jati, konsep perwarnaan ini juga terpakai pada pintu ini dengan kusen yang terbuat dari material aluminium.

4.                  Pada pintu ke-4 menggunakan glass door yang memberikan keuntungan bagi para tenan untuk menunjukkan produk yang ingin mereka jual ke konsumen.

Bentuk Ornamen

 

1.            

 

 

 

 

 


Gambar 12. Lampu pejalan kaki

(sumber: dokumen pribadi)

2.            

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 12. Lampu taman

(sumber: dokumen pribadi).

3.            

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 13. Lampion

(sumber: dokumen pribadi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 14. Area terbuka

(sumber: dokumen pribadi)

 

1.                  Ornamen pada gambar pertama adalah lampu pejalan kaki yang dapat di temukan sepanjang area pusat kuliner pantjoran PIK dan terbuat dari material besi sebagai tiang dan aluminium.

2.                  Ornamen taman berupa penutup lampu taman yang terbuat dari aluminium dengan corak tiongkok tradisional.

3.                  Pada gambar disamping adalah area pedagang kaki lima ornamen terpasang adalah lampu lampion (Khol, 1984)

4.                  Pada pusat kuliner pantjoran PIK terdapat area terbuka tanpa dinding ruangan dan hanya memiliki kolom beton dan atap, pada area ini terdapat ornament elektrikal lampu lampion, terdapat ornament pagar pengaman (railing) karena perbedaan elevasi dan juga terdapat lampu tanam pada dinding berupa led lights (Khol, 1984).

 

 

Penggunaan Batu Bata

 

Gambar 15. Dinding Outlet

(sumber: dokumen pribadi)

Salah satu bahan bangunan yang sangat familiar dan sangat umum pada aristektur neo vernacular dengan tradisional tiongkok umum digunakan sebagai bahan konstruksi lokal untuk �tembok dan elemen rumah lainnya (Khol, 1984).

 

Warna-warna yang kuat dan kontras.

 

 

Gambar 16. Restoran

(sumber: dokumen pribadi)

 

 

Warna merah dari pandar cahaya lampion memiliki makna filosofis suatu simbol pengharapan keberuntungan, rezeki, dan kebahagiaan (Liu & Suo, 2000:57). Dan warna cokelat keemasan pada kolom, ornamen, railing dan frame jendela Warna emas menjadi warna perlambangan kemakmuran dan kemegahan serta kesuksesan pada masyarakat Tiongkok. (Xing Phing, 2007)

 

Kawasan Ruko Pusat Kuliner

 

Gambar 15. Area Terbuka (Sumber: Dokumen Pribadi)

 

Pada Pantjoran PIK terdapat area pertokoan ruko kuliner yang didominasi produk yang dijual adalah kuliner. Dengan langgam kontemporer yang sangat kuat ditandai dengan penggunaan kaca yang cukup banyak, warna yang dipakai cukup industrial.

 

Gambar 16. Area terbuka (sumber: dokumen pribadi).

 

Perbedaan langgam yang signifikan ini memberikan dampak pada harmonisasi� arsitektural kontemporer karena langgam yang diterapkan pada area kuliner pantjoran PIK lebih condong ke arstitektur tradisional tiongkok, tetapi dibalik ke-tidakharmonisasian langgam pantjoran PIK menjadi daya tarik baru di kota jakarta, hal ini terjadi karena langgam yang diterapkan pada area kuliner berbeda karena dan terkesan menjadi ikonik baru di PIK. Dengan konsep tradisional tiongkok memberikan lingkungan dan atmosfer yang berbeda untuk wisatawan, sehingga Pantjoran PIK menjadi tempat wisata baru yang dapat meningkatkan parwisata di Indonesia.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pusat Kuliner Pantjoran PIK sudah bisa disebut menerapkan langgam arsitektur neo vernakular. Pantjoran PIK dapat memenuhi 4 dari prinsip arsitektur neo vernakular. Sebagai penerapan arsitektur neo vernacular masa kini, Pantjoran PIK banyak menerapkan material yang berwarna kontras seperti merah, kuning dan emas. Ketimpangan konsep kontemporer pada ruko kuliner pantjoran mengakibatkan kesenjangan yang cukup menganggu visual dari keindahan arsitektur area kuliner disamping itu ketidak-selarasan langgam pantjoran PIK menjadi daya tarik baru bagi kota jakarta.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan. Baik kepada pihak pengelolah pusat kuliner Pantjoran PIK , dosen pembimbing dan semua yang telah mendukung penulis sehingga penelitian dan penulisan dapat berjalan dengan baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 











BIBLIOGRAFI

 

Atika, Firdha Ayu, & Poedjioetami, Esty. (2022). Creative Placemaking Pada Ruang Terbuka Publik Wisata Bangunan Cagar Budaya, Untuk Memperkuat Karakter Dan Identitas Tempat. Pawon: Jurnal Arsitektur, 6(1), 133�148.

 

Badan Pusat Statistik. (2013). Badan Pusat Statistik. Retrieved from https://www.bps.go.id/

 

Betari, Kana Putri Jaya. (2021). Penerapan Konsep Arsitektur Neo Vernakular Pada Kantor Bupati Pidie. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Dan Perencanaan, 5(1), 26�30.

 

Hanifah, Diah Fitri. (2021). implementasi metode berkisah dalam menumbuhkan minat belajar santri di madrasah diniyah �ar-rohman� dsn. lobang, mlilir, dolopo, madiun. IAIN Ponorogo.

 

Hulu, Nizo. (2021). Perancangan Hotel Resort Skala Internasional di Desa Tureloto Kecamatan Lahewa Kabupaten Nias Utara Tema: Neo Vernakular Arsitektur Nias Utara. Kumpulan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Sains Dan Tekhnologi, 1(1), 412.

 

Irawati, Novi, Lestari, Heni Dwi, & Kesuma, Wahyu Puja. (2022). Upaya Penguatan Nilai Kearifan Lokal Desa Wisata Nglanggeran Gunung Kidul Secara Berkelanjutan. Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah, 16(2), 81�91.

 

Maharani, Putri Diah. (2022). Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Dan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

 

Nasution, Fauziah. (2022). Sejarah Kebangkitan Lembaga Pendidikan Islam Nonformal: Majelis Taklim Di Kota Padangsidimpuan (1901-2020). Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

 

Nasution, Sukma Septian, Kusumoriny, Laksmy Ady, & Sitepu, Setiana Sri Wahyuni. (n.d.). English For Tourism Untuk Pedagang di Kawasan Pantai Bandulu Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Jual Beli. Journal of Community Research and Service, 6(2), 163�171.

 

Nurasih, Enung. (2021). Analisis Perkembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Sebelum Dan Sesudah Memperoleh Pembiayaan Murabahah Dari BMT NU Sejahtera Jatibarang. IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

 

Putri, Dewa Ayu Putu Adhiya Garini. (2022). Green Tourism Sebagai Kunci Pariwisata Berkelanjutan. Pariwisata Nusantara, 49.

 

RIRIN, AMELIA PUTRI. (2022). Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural Melalui Penanaman Sikap Pluralis Pada Masa Pandemi COVID-19 (Study di SMAN 3 Bandarlampung. UIN Raden Intan Lampung.

 

Sahabudin, Arfah. (2021). Local Culinary Entrepreneurship As The Development Of Regional Gastronomy And Urban Tourism. Jurnal Khazanah Intelektual, 5(3), 1229�1250.

 

Sugiyanto, Sugiyanto, Holiawati, Holiawati, Ruhiyat, Endang, Marjohan, Masno, & Waryanto, Hendro. (2021). Manajemen Persediaan Dalam Meningkatkan Laba Dimasa Pademi Covid-19 Studi Empiris Pada Ukm Dibawah Naungan Disperindag Dan Koperasi Kabupaten Purwakarta. Abdi Laksana: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 262�272.

 

Syafarini, Faqih Noor. (2021). Perancangan Art Centre di Pangkalpinang Sebagai Upaya Meningkatkan Kebudayaan Bangka Belitung.

 

Copyright holder:

Avatara Rito Aripin, Adibah Nurul Yunisya (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: