Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
3, Maret 2023
FORMULASI GEL KOMBINASI EKSTRAK BAWANG PUTIH �(Allium
sativum L.) DAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona
muricata L.)
SEBAGAI ANTIBAKTERI PENYEBAB JERAWAT
Hafadhoh
Arvyna, Agung Eru Wibowo
Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila, Jakarta
Email: [email protected] , [email protected]
Abstrak
Daun sirsak (Annona
muricata L.)
dan bawang putih (Allium
sativum L.) secara tradisional
diketahui dapat digunakan untuk mengobati jerawat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan formulasi dan uji aktivitas antibakteri penyebab jerawat dari sediaan gel kombinasi ekstrak etanol daun sirsak
dan bawang putih.Tahapan penelitian ini meliputi determinasi tanaman, pembuatan ekstrak, pemeriksaan ekstrak (organoleptik, pH, uji skrining fitokimia), pengujian aktivitas ekstrak �dan formulasi sediaan gel. Formulasi sediaan gel dibuat menggunakan carbophol 940, trietanolamin, metil paraben, propilen glicol, natrium metabisulfit. Tiga Formulasi gel yang dihasilkan (F1, FII, FIII) dievaluasi
organoleptik, homogenitas,
pH, daya sebar,viskositas,
dan aktivitas anti bakteri,
serta uji keamanan formulasi terhadap hewan uji. Uji stabilitas pendahuluan dilakukan selama 1 bulan pada suhu kamar (25�) dan suhu panas (40�C). Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa sediaan gel formula III lebih baik dibandingkan
formula I dan II. Sediaan gel formula III dengan kombinasi ekstrak daun sirsak� dan ekstrak bawang putih (3:1) menunjukkan warna sediaan hijau tua,
homogen, viskositas 102000
cps, kemampuan menyebar
2433,71 mm2, pH 5,17, dan mempunyai aktivitas anti mikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan� diameter daya hambat
Kata kunci: Ekstrak bawang putih, ekstrak daun sirsak, antibakteri penyebab jerawat, sediaan gel
Abstract
Soursop leaves (Annona muricata
L.) and garlic (Allium sativum L.) are traditionally known to be used to treat acne.
This study aims to formulate and test the antibacterial activity of acne-causing
from a combination gel preparation of ethanol extract of soursop leaves and garlic.
The stages of this study include plant determination, extract making, extract examination
(organoleptic, pH, phytochemical screening test), extract activity testing and gel
preparation formulation. Gel preparation formulations are prepared using carbophol 940, triethanolamine, methyl paraben, propylene glycol,
sodium metabisulfite. The three resulting gel formulations (F1, FII, FIII) were
evaluated organoleptic, homogeneity, pH, dispersality,
viscosity, and anti-bacterial activity, as well as formulation safety tests on test
animals. Preliminary stability tests were conducted for 1 month at room
temperature (25�) and hot temperature (40�C). Based on this research, it is known
that formula III gel preparations are better than formulas I and II. The formula
III gel preparation with a combination of soursop leaf extract and garlic extract
(3:1) showed a dark green dosage color, homogeneous, viscosity 102000 cps, spreading
ability 2433.71 mm2, pH 5.17, and had anti-microbial activity against Staphylococcus
aureus bacteria with an inhibitory power diameter of 3.33 mm and activity on Propionibacterium
acnes with an inhibitory power diameter of 3.67 mm. Formula III gel preparations
do not cause irritation to test animals.
Keywords:
Garlic extract, soursop leaf extract,
antibacterial causes of acne, gel preparations
Pendahuluan
����������� Bawang
putih (Allium
sativum L.) adalah
tanaman dari genus Allium
yang mempunyai senyawa aktif seperti sativine,
allicin, Allyl sulfide, Alkyl propyl disulphide,
Allyl vynil suphoxide, Allistatin, Garlicin, dan Alkyl Thiodulphinate (PALUPI, 2016). Ada banyak
khasiat atau manfaat dari bawang
putih, diantaranya adalah mencegah kanker, antiradang, antibakteri, antifungal, menyembuhkan
penyakit kulit, membersihkan jerawat, mengontrol berat badan, dan melancarkan peredaran darah. Efektivitas bawang putih dalam
menghambat dan membunuh bakteri disebabkan oleh diallydisulphide (DADS) dan diallytrisulphide
(DATS) yang dihasilkan oleh alisin.
Senyawa tersebut bekerja dengan mereduksi sistein dalam tubuh bakteri
yang kemudian ikatan disulfida dalam protein akan terganggu (Wang et al.,
2011). Ekstrak bawang putih mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium
acnes dengan konsentrasi
hambat minimum sebesar
312,0 �g/ml, dan ekstrak bawang
putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus sebesar 78,0 �g/ml (Niyomkam et
al., 2010).
���� ������ Selain bawang putih,
salah satu tanaman yang secara tradisional digunakan untuk mengobati jerawat adalah daun sirsak
(Annona muricata L.) (RIMALA, 2019). Analisis kimia dari ekstrak daun
sirsak yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, menunjukkan hasil bahwa adanya
metabolit sekunder antara lain, tanin, steroid, kardiak glikosida, dll. Ekstrak daun
sirsak memiliki efek antibakteri pada beberapa strain bakteri seperti Staphylococcus
aureus, Escheichia coli, Proteus vulgaris,
Streptococcus pyrogenes, Bacillus subtilis,
Salmonella typhimurium, Klebsiela pneumonia, dan Enterobacter aerogenes (Kim et al., 1998). Hasil pengujian
konsentrasi hambat minimum
yang dilakukan (Yulianti et
al., 2015) ekstrak daun sirsak memiliki
kemampuan menghambat pertumbuhan Propionibacteriun
acne pada konsentrasi 1% b/v, sedangkan
hasil uji konsentrasi hambat minimum yang dilakukan (Mulyanti et
al., 2015) menunjukkan
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 3% b/v. Kandungan asetogenin pada daun sirsak dapat juga dimanfaatkan untuk mengobati penyakit kulit yang disebabkan oleh beberapa bakteri seperti Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acnes (Kim et al., 1998). Dalam bentuk tunggal, ekstrak daun sirsak
(Annona muricata L.) dan ekstrak bawang putih (Allium sativum
L.) telah
diketahui mempunyai aktivitas antibakteri. Dengan di kombinasikan, kedua ekstrak tersebut
diharapkan dapat memberikan efek sinergi dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus dan bisa lebih baik
dari senyawa sintetik antibakteri yang beredar dipasaran.
����������� Penelitian ini dengan mengembangkan sediaan gel anti jerawat dengan bahan aktif kombinasi ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dan ekstrak bawang putih (Allium sativum L) menjadi sediaan gel yang stabil secara fisik dan kimia serta memiliki efektifitas, dan menentukan konsentrasi ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dan ekstrak bawang putih (Allium sativum L) yang mempunyai daya hambat terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus penyebab jerawat.
Metode Penelitian
Bahan
yang digunakan adalah Bawang putih� (Allium sativum L.), Daun sirsak (Annona muricata L), Carbophol 940,
Triaethanolamine, Propilen glikol, Methyl paraben, Natrium metabisulfit,
Aquadest, Pereaksi-pereaksi untuk�
skrining fitokimia, Bakteri uji yang digunakan pada penelitian ini
adalah kultur Propionibacterium acne dan
Staphylococcus aureus. Tahapan penelitian ini
meliputi determinasi tanaman, pembuatan ekstrak, pemeriksaan ekstrak (organoleptik, pH, uji skrining fitokimia), pengujian aktivitas ekstrak �dan formulasi sediaan gel. Formulasi sediaan gel dibuat menggunakan carbophol 940, trietanolamin, metil paraben, propilen glicol, natrium metabisulfit.
Tiga Formulasi gel yang dihasilkan (F1, FII, FIII) dievaluasi
organoleptik, homogenitas,
pH, daya sebar,viskositas,
dan aktivitas anti bakteri,
serta uji keamanan formulasi terhadap hewan uji. Uji stabilitas pendahuluan dilakukan selama 1 bulan pada suhu kamar (25�) dan suhu panas
(40�C).
Hasil
dan Pembahasan
Uji� Aktifitas� Antibakteri�
Ekstrak Bawang Putih Dan�
Ekstrak� Daun� Sirsak Terhadap� Bakteri Propionibacterium� acnes �Dan Staphylococcus� aureus��������
Pengujian
aktivitas ekstrak� bawang putih dalam 100
mg/5ml dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80%,�
ekstrak� daun sirsak dalam 100
mg/5ml� dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 100%.
Konsentrasi kombinasi� ekstrak dibuat 3
kombinasi dengan perbandingan. Kombinasi 1 dengan 25% (daun sirsak) : 20%
(bawang putih),� kombinasi 2 dengan� 50% (daun sirsak) : 20% (bawang putih). Konsentrasi
kombinasi ekstrak bawang putih dan ekstrak daun sirsak digunakan dalam
formulasi sediaan gel adalah 100 mg dalam 5 mL DMSO untuk� masing-masing konsentrasi ekstrak, daun
sirsak konsentrasi 25% sebagai� �X�� dan 20% untuk bawang putih sebagai �Y�.
Konsentrasi ekstrak daun sirsak dan ekstrak bawang putih digunakan dalam
formulasi sediaan gel , untuk formula 1 adalah�
X:Y, formula 2 adalah� 2X:Y, dan
formula 3 adalah� 3X:Y.��
Dalam penelitian ini digunakan media
MHA dan dilakukan metode pengujian difusi agar untuk mengetahui aktivitas anti
bakteri penyebab jerawat (Nurhayati et al., 2020). Mikroba uji dicampurkan dengan
media MHA sebanyak 20 ml� dituangkan ke
dalam cawan Petri� dan� dimasukkan masing � masing� bakteri sebanyak 200 �l sehingga membentuk
lempeng agar. Pada lempeng agar dilubangi alat sumuran sehingga membentuk daerah
sumuran.� Setiap sumuran di masukkan� konsentrasi ekstrak. Setelah proses inkubasi
dilakukan� pengukuran diameter daya
hambat berupa zona bening disekitar daerah sumuran yang menunjukan penghambatan
pertumbuhan mikroba. Menurut (Wibowo,
2002) cara mengukur zona hambat dilakukan
dengan mengukur secara garis lurus tengah zona hambat atau diukur dari tepi
kanan sampai tepi kiri zona hambat yang terbentuk. Menurut (Ngajow
et al., 2013) dalam penelitian yang dilakukan menyebutkan
bahwa dikatagorikan kekuatan daya antibakterinya berdasarkan penggolongan.
Tabel 1
Formula sediaan
gel bawang putih dan daun sirsak
FORMULA |
B |
I |
II |
III |
Ekstrak�daun
sirsak |
0 |
X |
2X |
3X |
Ekstrak�bawang
putih |
0 |
Y |
Y |
Y |
Carbophol��940 |
2 |
2 |
2 |
�2 |
Trietanolamin |
2,25 |
2,25 |
2,25 |
2,25 |
Propilen�glikol |
15,0 |
15,0 |
15,0 |
15,0 |
Metil�paraben |
0,25 |
0,25 |
0,25 |
0,25 |
Natrium metabisulfit |
0,5 |
0,5 |
0,5 |
0,5 |
Aquadest� ad�ml |
� ad100 |
� ad100 |
� ad100 |
� ad100 |
Evaluasi Formula
Uji
organoleptik pada penelitian ini untuk mengamati adanya perubahan� dalam penerapan mutu sediaan farmasi (Lamusu, 2018). Hasil uji
organoleptis� dapat dilihat pada Tabel
V.3. Hasil uji karakteristik fisik ekstrak bawang putih dan ekstrak daun sirsak
keduanya mempunyai ekstrak yang hampir sama yaitu cairan kental dan khas
aromatis, sedangkan ekstrak bawang putih berwarna coklat, dan ekstrak daun
sirsak berwarna hijau tua pekat.
Hasil
pemeriksaan pH menunjukkan semua ekstrak mempunyai pH berada pada rentang
normal yang diperbolehkan untuk kulit yaitu 4,5-6,5. Pada ekstrak bawang putih
pH 4,93 dan ekstrak daun sirsak 5,22 masih aman dan tidak mengiritasi
kulit.�
Hasil� pada kedua ekstrak dalam pemeriksaan kadar
air yaitu 19,57% dan 11,87%. Penetapan kadar air bertujuan untuk memberikan
batasan minimal atau rentang besarnya�
kandungan air dalam ekstrak, karena dapat mempengaruhi kualitas ekstrak,
dimana jumlah air yang tinggi menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur, yang
dapat merusak senyawa yang terkandung dalam ekstrak. Hasil kadar air kedua
ekstrak tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan karena melampaui batas
maksimal yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 10%.
Penetapan
susut pengeringan bertujuan untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang
besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Hasil penetapan susut
pengeringan adalah sebesar 23,07 untuk bawang putih dan 23,71 untuk daun
sirsak. Besarnya susut pengeringan menunjukkan banyaknya senyawa yang hilang
pada saat penguapan, tidak hanya air tetapi juga minyak atsiri dan senyawa lain
yang mudah menguap.
Kadar abu
menunjukan bahwa ion-ion logam pada simplisia sebesar 2,84% untuk bawang putih
dan 1,31% untuk daun sirsak. Hasil kadar abu ke dua ekstrak� memenuhi syarat Materia Medika Indonesia (Depkes, 1995), yaitu bawang putih tidak lebih dari 3% dan daun sirsak
tidak lebih dari 6%. Penentuan kadar abu untuk memberikan gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak.� Ion logam yang
banyak dapat mengganggu stabilitas fisik sediaan sehingga pada sediaan
ditambahkan bahan chelating agent yaitu natrium metabisulfit sebagai pengikat
ion-ion logam (Jayanti & Widiasa, 2016).
Kadar abu
tak larut asam ekstrak bawang putih yaitu 0,04% dan ekstrak daun sirsak� 0,03%. Hasil kadar abu tak larut asam ke dua
ekstrak� memenuhi syarat Materia Medika
Indonesia yaitu bawang putih tidak lebih dari 1% dan daun sirsak tidak lebih
dari 1,5%. Penetapan kadar abu tak larut asam untuk mengetahui sisa abu tak
larut asam berupa logam-logam berat (Ditjen, 1995).�
Kadar sari
larut air dan kadar sari larut alkohol menunjukan bahwa dalam ekstrak
terkandung senyawa-senyawa organik yang bersifat polar (larut dalam air dan
etanol) (Febrianti et al., 2019). Dari hasil
pengujian jumlah senyawa polar yang dapat terlarut dalam air, lebih besar dari
pada jumlah senyawa kurang polar (semi polar maupun non polar) yang dapat
terlarut dalam etanol.�
Data yang
diperoleh pada tabel memperlihatkan bahwa ekstrak bawang putih mengandung
senyawa flavanoid, dan alkaloid. Sedangkan ekstrak daun sirsak mengandung senyawa
alkaloid, flavonoid, steroid, dan�
tannin.
Evaluasi gel
kombinasi ekstrak bawang putih dan ekstrak daun sirsak meliputi pemeriksaan
fisik dan kimia yaitu: organoleptik, homogenitas, kemampuan menyebar,
viskositas, pH dan uji aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak kombinasi
bawang putih dan daun sirsak.
Uji aktivitas
antibakteri yang dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes pada ekstrak bawang putih dan ekstrak daun sirsak menghasilkan
daya hambat kategori lemah sedang (3-
Hasil evaluasi
sediaan gel menunjukkan : (i). Uji organoleptik
menunjukkan adanya perbedaan warna pada formula I,
II, dan III, (ii). Sediaan gel menunjukkan
Homogenitas yang baik pada semua formula, (iii). Sediaan gel
menunjukkan� daya
sebar yang memenuhi persyaratan, (iv). Viskositas sediaan gel berkisar
102000-124000 cps, dan (v). Nilai pH sediaan gel berkisar 5,17-6,21. Hasil uji stabilitas
pendahuluan menunjukkan penyimpanan suhu kamar tidak menunjukkan
adanya perubahan organoleptis, pH dan daya sebar, sedangkan penyimpanan� pada suhu tinggi (40�C) menunjukkan adanya perubahan pH dan daya sebar sediaan
gel.
Kesimpulan
Uji
aktivitas antibakteri yang dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium
acnes pada ekstrak bawang putih dan ekstrak daun sirsak menghasilkan daya
hambat kategori lemah sedang (3-7 mm). Hasil uji aktivitas antibakteri
kombinasi ekstrak bawang putih dan ekstrak daun sirsak memberikan hasil ddh
yang lebih rendah dibandingkan ekstrak tunggal. Uji terhadap bakteri
Staphylococcus aureus kombinasi kombinasi ekstrak daun sirsak dan ekstrak
bawang putih (1:1) memberikan ddh 1,56 mm, kombinasi (2:1) memberikan ddh 3,01
mm, dan kombinasi (3:1) memberikan ddh 4,19 mm. Sedangkan pada bakteri
Propionibacterium acnes kombinasi (1:1) memberikan ddh 1,28 mm, kombinasi (2:1)
memberikan ddh 2,68 mm, kombinasi (3:1) memberikan ddh 3,96 mm. Kombinasi
ekstrak bawang putih dan ekstrak daun sirsak dapat di formulasikan menjadi
sediaan gel memenuhi syarat mutu, fisika, kimia, dan keamanan dengan tidak
menimbulkan iritasi pada kulit, serta efektif sebagai anti bakteri penyebab
jerawat. Formula III dengan konsentrasi kombinasi ekstrak daun sirsak dan
ekstrak bawang putih 3:1 memberikan hasil terbaik, berwarna hijau tua, homogen,
viskositas 102000 cps, kemampuan menyebar 2433,71 mm2, pH 5,17, dan mempunyai
aktivitas mikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter daerah
hambat 3,33 mm dan Propionibacterium acnes dengan diameter daerah hambat 3,67
mm.
BIBLIOGRAFI
Depkes, R. I. (1995). Materia Medika
Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal, 319325.
Ditjen, P. O. M. (1995). Materia Medika
Indonesia, Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
103�113.
Febrianti, D. R., Mahrita, M., Ariani, N.,
Putra, A. M. P., & Noorcahyati, N. (2019). Uji Kadar Sari Larut Air Dan
Kadar Sari Larut Etanol Daun Kumpai Mahung (Eupathorium inulifolium HB &K).
Jurnal Pharmascience, 6(2), 19�24.
Jayanti, R. D., & Widiasa, I. N.
(2016). Fouling dan Cleaning Membran Reverse Osmosis Tekanan Rendah untuk
Aplikasi Daur Ulang Air Limbah Domestik. Seminar Nasional Teknik Kimia
Kejuangan, 2.
Kim, G., Zeng, L., Alali, F., Rogers, L.
L., Wu, F.-E., McLaughlin, J. L., & Sastrodihardjo, S. (1998). Two new
mono-tetrahydrofuran ring acetogenins, annomuricin E and muricapentocin, from
the leaves of Annona muricata. Journal of Natural Products, 61(4),
432�436. https://doi.org/10.1021/np970534m
Lamusu, D. (2018). Uji organoleptik
jalangkote ubi jalar ungu (ipomoea batatas l) sebagai upaya diversifikasi
pangan. Jurnal Pengolahan Pangan, 3(1), 9�15.
Mulyanti, D., Rismawati, E., Maulana, I.
T., Febriani, D., & Dewi, Y. N. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) pada Bakteri Propionibacterium acnes,
Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Prosiding SNaPP:
Kesehatan (Kedokteran, Kebidanan, Keperawatan, Farmasi, Psikologi), 1(1),
325�330.
Ngajow, M., Abidjulu, J., & Kamu, V. S.
(2013). Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang matoa (Pometia pinnata)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Jurnal Mipa, 2(2),
128�132. https://doi.org/10.35799/jm.2.2.2013.3121
Niyomkam, P., Kaewbumrung, S., Kaewnpparat,
S., & Panichayupakaranant, P. (2010). Antibacterial activity of Thai herbal
extracts on acne involved microorganism. Pharmaceutical Biology, 48(4),
375�380. https://doi.org/10.3109/13880200903150443
Nurhayati, L. S., Yahdiyani, N., &
Hidayatulloh, A. (2020). Perbandingan pengujian aktivitas antibakteri starter
yogurt dengan metode difusi sumuran dan metode difusi cakram. Jurnal
Teknologi Hasil Peternakan, 1(2), 41�46.
PALUPI, H. V. (2016). Daya Anti Mikroba
Air Perasan Bawang Putih (Allium Sativum) Terhadap Streptococcus Pneumonia.
University of Muhammadiyah Malang.
RIMALA, M. (2019). Formulasi Sediaan Gel
Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Dan Daun Kemangi
(Ocimum Americanum L.) Sebagai Antibakteri Penyebab Jerawat (Propionibacterium
Acne Dan Staphylococcus Aureus). Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Wang, J., Cao, Y., Wang, C., & Sun, B.
(2011). Low‐frequency and low‐intensity ultrasound accelerates
alliinase‐catalysed synthesis of allicin in freshly crushed garlic. Journal
of the Science of Food and Agriculture, 91(10), 1766�1772.
Wibowo, M. S. (2002). Penetapan Potensi
Antibiotik Secara Mikrobiologi. ITB Bandung.
Yulianti, R., Abdassah, M., Abdulah, R.,
& Surachman, E. (2015). Gel kombinasi ekstrak daun sirsak dan daun jambu
biji sebagai obat anti jerawat. Universitas Padjajaran, Sumedang, 7(3).
Copyright holder: Hafadhoh Arvyna, Agung Eru Wibowo (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |