Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
3, Maret 2023
PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND
ASSOCIATION, BRAND ENGAGEMENT TERHADAP BRAND LOYALTY DAN REPURCHASE INTENTION
MELALUI KONTEN AKUN INSTAGRAM OFFICIAL WAFER TANGO
Gregorius Rivaldo, Amia Luthfia, Arisa Maharani Melati
Dewi, Z. Hidayat, Lia Octavia, Muhammad Aras
Fakultas Komunikasi, Bina Nusantara University
Email: [email protected]
Abstrak
Dengan perkembangan media sosial saat ini, Instagram menjadi salah satu media sosial yang paling banyak digunakan. Dengan pertumbuhan pengguna Instagram, fitur pembuatan kontennya memberikan peluang bagi banyak
produsen dan perusahaan untuk memasarkan produk mereka. Salah satu perusahaan yang membangun brand mereka melalui Instagram adalah Wafer
Tango. Wafer Tango menggunakan Instagram untuk membangun konten pemasaran mereka serta mempromosikan
item baru yang dikembangkan.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah niat pelanggan untuk membeli kembali
Wafer Tango ditimbulkan oleh loyalitas
merek mereka yang dipengaruhi oleh kesadaran merek, asosiasi merek dan kualitas produk melalui konten Instagram. Model teoritis
yang disajikan dalam penelitian ini meliputi 4 hipotesis dan akan diuji menggunakan
Structural Equation Model. Sampel dalam
penelitian ini adalah 398 responden yang merupakan pengguna Instagram dan memiliki akun di Instagram serta mengikuti akun Instagram resmi Wafer Tango.
Kuesioner dirancang untuk mengumpulkan informasi dari calon pembeli pisau
cukur Gillette Mach 3 Turbo berdasarkan
iklan YouTube. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kesadaran merek dan keterlibatan merek berpengaruh positif terhadap niat beli
ulang melalui loyalitas merek, sedangkan asosiasi merek tidak berpengaruh
terhadap niat beli ulang melalui
loyalitas merek. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah konten
Instagram Wafer Tango memberikan loyalitas
yang tinggi kepada
followers Instagramnya yang akan
selalu membeli produk Wafer Tango
Kata kunci: brand awareness, brand association, brand engagement, brand loyalty, repurchase intention
Abstract
With the current state of social media growth, Instagram is one of the most used social media. With the growth of Instagram users, its content creating features gave an opportunitiy for many manufacturers and companies to market their products. One of the companies that build their brand through Instagram is Wafer Tango. Wafer Tango uses Instagram to build their marketing content as well as promoting new developed item. The issues raised in this study is to determine whether or not the customer�s intention to repurchase of Wafer Tango inflicted by their brand loyalty inmfluenced by brand awareness, brand association and product quality through Instagram content. The theoretical model presented in this study includes 4 hypotheses and to be tested using Structural Equation Model. The sample in this study were 398 respondents who are an Instagram user and possess an account in Instagram and follows Wafer Tango official Instagram account. A questionnaire is designed to gather information from prospective buyers of Gillette Mach 3 Turbo razor based on the YouTube ad. Results of the analysis showed that brand awareness and brand engagement have positive effect on repurchase intention through brand loyalty, while brand association have no effect on repurchase intention through brand loyalty. The conclusion of this study is that Wafer Tango Instagram content provides high loyalty to their Instagram followers which will always buy Wafer Tango products
Keywords: brand awareness, brand association, brand engagement, brand loyalty,
repurchase intention
Pendahuluan
Dalam kehidupan manusia, kebutuhan sehari � hari seperti makanan, minuman dan hal kebersihan bersifat esensial. Manusia memenuhi kebutuhan tersebut dengan membeli produk � produk yang memenuhi kebutuhan mereka, maka dari itu produk yang dicari harus selalu tersedia setiap saat. (Maslow, 1943) menjabarkan kebutuhan manusia dipecah menjadi lima yaitu Physiological needs, Safety needs, Belongingness and Love needs, Esteem needs, dan Self-actualization.Lima kebutuhan manusia dikategorisasikan berdasarkan tingkat kepentingan seperti pada gambar 1.1 berikut:
Gambar 1
Maslow�s
Hierarchy of Need
Gambar 1 menunjukkan bahwa basic needs (kebutuhan yang paling dasar) adalah Physiological needs dan Safety needs. Maslow menyatakan bahwa individu harus memenuhi kebutuhan yang paling dasar dari hirarki untuk bisa memenuhi kebutuhan paling atas (Maslow, 1943). Physiological needs merupakan kebutuhan biologis yang diperlukan untuk bertahan hidup seperti makanan, minuman dan kebersihan, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka manusia tidak dapat berfungsi dengan optimal, sehingga kebutuhan lainnya yang berada diatas tingkat Physiological needs tidak akan terpenuhi (Lester, 2013).
FMCG (Fast Moving Consumer Goods) merupakan produk yang terjual dengan cepat karena harga yang relatif murah (Kenton, 2020). FMCG memiliki industri tersendiri dengan kontribusi terhadap ekonomi negara yang cukup besarProduk yang masuk kedalam kategori FMCG memiliki umur simpan (shelf life) yang pendek, terutama dikarenakan cepat habis dibeli oleh pelanggan atau telah mencapai kadaluarsa sehingga bersifat perishable, serta dijual dengan jumlah yang besar (Kenton, 2020). Industri FMCG mengalami perkembangan yang dinamis selama tiga tahun terakhir terutama pada Asia Pasifik, dapat dilihat dari gambar 1.2 sebagai berikut:
Gambar 2
FMCG Market Dynamics di Asia Pasifik
Berdasarkan gambar 2, pertumbuhan ekonomi dalam industri FMCG bersifat dinamis. Peningkatan industri diukur pada dua variabel yaitu volume dan value. Volume mengukur total jumlah produk yang telah dibeli oleh konsumen dengan menggunakan pengukuran metrik yang spesifik atas dasar kategori produk seperti gramasi untuk produk padat dan liter untuk produk cair, sedangkan Value mengukur dalam nominal uang yang telah dikeluarkan oleh pelanggan dalam konsumsi produk (Yoo, 2020). Indonesia merupakan negara di asia pasifik yang memiliki penduduk sebesar 267.7 juta penduduk (Data Commons, 2020). Industri FMCG dalam Indonesia menjadi contributor utama dalam pengeluaran untuk basic necessities (kebutuhan dasar) termasuk telekomunikasi dan makanan segar, gambar 1.3 menunjukkan trend tersebut:
Gambar 3
Household Spending
Contribution di Indonesia
Berdasarkan gambar 3, pengeluaran penduduk Indonesia terhadap FMCG dan makanan mengalami pertumbuhan dimana FMCG bertumbuh sebesar 2% (10% � 12%) dan makanan bertumbuh sebesar 2% (20% � 22%). FMCG mengalami peningkatan dalam pengeluaran penduduk Indonesia bersamaan dengan kebutuhan makanan dimana tabungan dan pinjaman mengalami penurunan. Dengan pertumbuhan FMCG maka banyak perusahaan FMCG yang mengambil kesempatan ini untuk meningkatkan performa dan penjualan perusahaan masing � masing, dan untuk bertumbuh maka aktifitas pemasaran harus diolah dan disusun sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Seluruh strategi diatas digunakan oleh perusahaan FMCG hingga hari ini karena strategi diatas merupakan hal yang esensial agar produk tetap hidup dalam pasar. Aktifitas marketing yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatan kesadaran dan kehadiran brand tersebut di pasar, hal ini dapat dilaksanakan dengan meningkatan awareness serta memperkuat association dari brand melalui berbagai aktifitas pemasaran. Brand awareness merupakan potensi informasi dan ide dari sebuah merk untuk dapat diingat oleh konsumen (Bilgili & Ozkul, 2015). Brand association memberikan alasan kepada konsumen untuk membeli sebuah produk sesuai dengan keinginan dan preferensi mereka (Bilgili dan Ozkul, 2015). Dengan kegiatan branding yang sudah berjalan, sebuah merk juga harus memiliki komunikasi dengan konsumen sehingga meningkatkan based engagement. Brand engagement merupakan hubungan antara konsumen dan merek yang diperkuat dari waktu ke waktu dan menciptakan relasi yang saling menghargai (Ismail et al., 2020). Sebuah perusahaan yang meningkatkan brand engagement mengalami peningkatan omset sebesar 23% (Vita Kumar et al., 2010).
Salah satu FMCG yang rutin meningkatkan brand awareness dan brand association terhadap produk mereka serta memiliki product quality yang bagus adalah Orang Tua Group. OT (Orang Tua) Group merupakan group perusahaan yang bergerak pada bidang FMCG seperti makanan, minuman dan personal care. Berdiri pada tahun 1948. OT Group mulai masuk industri consumer goods pada tahun 1984 dan pada tahun 2004 OT group telah memiliki unit usaha di bidang makanan (wafer, biskuit, coklat, permen), minuman (ready to drink, minuman kesehatan) dan perawatan diri (oral care, sabun cuci tangan, sabun mandi, hand sanitizer) (OT, 2020). Salah satu produk unggulan OT Group adalah Wafer Tango yang merupakan salah satu brand terkuat OT Group, berkontribusi sebesar 30% dari seluruh sales OT Group (Dwijayanto, 2017). Strategi yang digunakan oleh OT Group dalam memasarkan produk Wafer Tango bertujuan meningkatkan brand awareness serta memperkuat brand association mereka di pasar untuk konsumen.
Gambar 4
Contoh aktifitas branding Wafer Tango dalam
meningkatkan brand
awareness untuk produk baru
Berdasarkan gambar 4, Produk Wafer Tango sedang menjalankan kampanye memasarkan produk wafer dengan varian rasa yang baru. Dapat dilihat bahwa hal ini bertujuan untuk meningkatkan awareness terhadap produk baru sehingga konsumen dapat mengetauhi adanya produk dengan varian rasa yang baru oleh Wafer Tango.
Gambar 5
Kolaborasi Brand Wafer Tango dengan
Brand Rubylicious dalam bentuk apparel
Dari gambar 5, Wafer Tango mengadakan kolaborasi dengan salah satu brand apparel di Indonesia yaitu Rubylicious. Kolaborasi ini menitikberatkan design wafer pada baju � baju yang didesign dan dijual oleh Coconut Island sehingga meningkatkan brand awareness serta brand association terhadap milennial.
Gambar 6
Konten Instagram
Brand Wafer Tango mengundang konsumen
untuk berinteraksi dan terlibat
Dari gambar 6 diatas, konten Instagram Wafer Tango mengajak konsumen untuk berinteraksi dan terlibat dalam bentuk teka � teki atau puzzle sehingga brand engagement konsumen terhadap merk Wafer Tango meningkat terhadap konsumen. Konten marketing pada platform Instagram tidak hanya sekedar menciptakan foto atau video tetapi konten yang diciptakan harus relevan dan teteap mengingatkan konsumen terhadap brand, memberikan rasa asosiasi yang relevan dengan target market brand serta melibatkan interaksi dengan konsumen sehingga tercipta brand loyalty yang mengakibatkan konsumen untuk membeli kembali produk dari brand tersebut sehingga merebut pangsa pasar industri tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin melihat apakah brand awareness, brand association dan brand engagement mempengaruhi persepsi konsumen terhadap sebuah produk sehingga dapat meningkatkan brand loyalty yang mempengaruhi repurchase intention produk Wafer Tango.
Metode Penelitian
Peneliti menggunakan paradigma Positivism yang merupakan paradigm atau pandangan dimana sebuah teori memiliki asumsi yang absolut berdasarkan hasil data empiris (Littlejohn & Foss, 2010). Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif karena penelitian dilakukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasarkan pada paradigm postpositivism dengan mengukur sebuah data statistikal yang digunakan untuk mengukur hasil hipotesa dari sebuah penelitian (Gunawan, 2022). Peneliti menggunakan jenis penelitian Eksplanatif dimana mencari hubungan sebab akibat dari beberapa variabel yang akan diteliti (Setiawaty, 2015).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian descriptive.
Penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian
yang mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan karakteristik maupun sifat pasar serta perilaku konsumen. Penelitian ini menggunakan metode survei, dimana metode ini meneliti
sampling unit dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner disusun secara rapi dan terstruktur, kemudian diberikan kepada sample dari sebuah populasi guna mendapatkan informasi spesifik dari responden (Birks &
Malhotra, 2012). Penelitian
ini secara umum akan meneliti
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi purchase
intention terhadap Brand Equity, Promotion
Activities dan Brand Alliance dari brand Wafer
Tango. Adapun variabel yang digunakan
adalah Brand
Equity, Promotion Activities, Brand Alliance dan purchase intention.
Penentuan target populasi sangatlah penting dalam penelitian ini agar hasil yang didapat lebih akurat. Menurut (Birks & Malhotra, 2012) populasi adalah gabungan atau sekumpulan elemen yang memiliki serangkaian karakteristik tertentu, yang terdiri dari alam semesta lalu ditetapkan untuk menjadi objek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah pengguna media sosial Instagram. Sample unit adalah suatu dasar yang mengandung unsur-unsur dari populasi yang akan dijadikan sampel (Filieri, Chen, & Lal Dey, 2017). Sample unit yang digunakan pada penelitian ini adalah pengguna media sosial Instagram yang merupakan follower akun Instagram Wafer Tango . (Birks & Malhotra, 2012) menyatakan bahwa time frame mengacu pada jangka waktu yang dibutuhkan peneliti untuk mengumpulkan data hingga mengolahnya. Pada penelitian ini, time frame yang dibutuhkan yaitu semester 2 2022
Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengambilan sampel non-probability sampling technique, dimana tidak semua bagian dari populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel, tetapi responden ditentukan berdasarkan karakteristik atau kriteria sesuai dengan kebutuhan penulis (Birks & Malhotra, 2012). Untuk teknik yang digunakan adalah purposive/judgmental technique sampling yakni sample unit dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan penulis (Birks & Malhotra, 2012). Alasan menggunakan purposive/judgemental technique sampling pada proses pengambilan sampel dikarenakan penelitian ini memiliki syarat kriteria yaitu memiliki akun Instagram, merupakan follower akun Instagram Wafer Tango, dan pernah membeli produk Wafer Tango.
Faktor analisis digunakan
untuk melihat ada atau tidaknya
korelasi antar indikator dan untuk melihat apakah indikator tersebut bisa mewakili sebuah
variabel latent.
Faktor analisis juga menunjukkan data yang telah didapat tergolong valid dan reliabel atau tidak,
teknik faktor analisis juga dapat mengidentifikasi apakah indikator dari setiap variabel menjadi satu kesatuan
atau mereka memiliki persepsi yang berbeda (Malhotra & Grover, 1998). �Akan dilakukan beberapa jenis uji untuk mengukur validitas dari data yang sudah dikumpulkan seperti uji validitas, uji reliabilitas. lalu dilakukan metode analisis data dengan structural
equation model, kecocokan keseluruhan
model (overall of fit). kecocokan model pengukuran (measurement model fit).
Hasil dan Pembahasan
Untuk mengetahui respon atas penyataan yang diajukan kepada para responden, maka penulis mengidentifikasi rata-rata jawaban responden terhadap masing-masing penyataan dengan menggunakan skala interval. Berikut ini adalah tabel pembagian interval:
Tabel 1
Skala Interval Lima Kategori
Interval |
Kategori |
1,00 < a ≤ 1.80 |
Sangat Tidak Setuju |
1.80 < a ≤ 2.60 |
Tidak Setuju |
2.60 < a ≤ 3.40 |
Cukup |
3.40 < a ≤ 4.20 |
Setuju |
4.20 < a ≤ 5.00 |
Sangat Setuju |
Berikut ini adalah tanggapan responden atas variabel Brand Awareness yang dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2
Penilaian Responden
Terhadap Variabel Brand Awareness
No |
Indikator |
Measurement |
Frekuensi Skor Jawaban |
Mean |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|
|||
1 |
(BRA1) |
Saya mengetahui ada merk Wafer Tango di Instagram karena konten mereka |
���� 5 |
16 |
21 |
149 |
209 |
4.35 |
2 |
(BRA2) |
Saat saya memikirkan produk wafer, merk Wafer Tango merupakan salah satu merk yang terlintas di pikiran saya |
2 |
9 |
105 |
157 |
127 |
3.99 |
3 |
(BRA3) |
Saya merasa sangat akrab dan dekat� dengan merk Wafer Tango di Instagram |
3 |
13 |
115 |
193 |
76 |
3.82 |
4 |
(BRA4) |
Saya tahu seperti apa bentuk produk Wafer Tango dari Instagram |
3 |
16 |
115 |
218 |
48 |
3.73 |
5 |
(BRA5) |
Saya dapat mengenali Wafer Tango diantara merk wafer lainnya di Instagram |
8 |
20 |
107 |
216 |
49 |
3.70 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2022
Berdasarkan data pada tabel diatas, responden paling banyak menjawab pada kategori skala interval 4 yang artinya setuju dengan pertanyaan brand awareness pada kuisioner yang disebar oleh peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa merk Wafer Tango di Instagram sudah diketahui dan mudah dikenali oleh konsumen dan pengguna media sosial Instagram. Responden juga setuju bahwa merk Wafer Tango mudah dikenali diantara merk Wafer lainnya di Instagram.
Brand Association
Berikut ini adalah tanggapan responden atas variabel Brand Awareness yang dapat dilihat pada tabel 3:
Tabel 3
Penilaian Responden
Terhadap Variabel Brand Association
No |
Indikator |
Measurement |
Frekuensi Skor Jawaban |
Mean |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|
|||
1 |
(BAS1) |
Dibandingkan dengan merk wafer lainnya, merk Wafer Tango memiliki citra yang sangat unik di Instagram |
�� 7 |
21 |
152 |
174 |
46 |
3.58 |
2 |
(BAS2) |
Saya menghormati dan mengagumi orang yang menyukai konten merk Wafer Tango di Instagram |
3 |
14 |
176 |
192 |
15 |
3.51 |
3 |
(BAS3) |
Saya menyukai citra merk Wafer Tango di Instagram |
0 |
12 |
142 |
216 |
30 |
3.66 |
4 |
(BAS4) |
Beberapa karateristik merk Wafer Tango di Instagram dengan cepat muncul dalam benak saya |
1 |
15 |
147 |
207 |
30 |
3.62 |
5 |
(BAS5) |
Saya dapat mengingat dengan cepat simbol atau logo merk Wafer Tango di Instagram |
1 |
14 |
144 |
219 |
22 |
3.62 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2022
Berdasarkan data pada tabel diatas, responden paling banyak menjawab pada kategori skala interval 4 yang artinya setuju dengan pertanyaan brand association pada kuisioner yang disebar oleh peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa merk Wafer Tango di Instagram terasosiasi dengan konsumen baik dari sikap maupun karakteristik brand Wafer Tango tersebut. Responden juga setuju bahwa merk Wafer Tango mudah dikenali diantara merk Wafer lainnya di Instagram.
Brand Engagement
Berikut ini adalah tanggapan responden atas variabel Brand Engagement yang dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4
Penilaian Responden
Terhadap Variabel Brand Engagement
No |
Indikator |
Measurement |
Frekuensi Skor Jawaban |
Mean |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
||||
1 |
(BRE1) |
Saya sering memikirkan merk Wafer Tango ketika menggunakan Instagram |
�� 6 |
12 |
98 |
189 |
95 |
4.005 |
2 |
(BRE2) |
Dengan menyaksikan/menonton konten Instagram merk Wafer Tango mendorong ketertarikan saya untuk lebih memahami merk tersebut |
4 |
14 |
87 |
196 |
99 |
4.095 |
3 |
(BRE3) |
Menggunakan Instagram dan melihat konten merk Wafer Tango membuat saya senang |
0 |
0 |
126 |
161 |
113 |
3.99 |
4 |
(BRE4) |
Akun Wafer Tango di Instagram adalah salah satu merk dengan konten yang sering saya lihat |
0 |
0 |
111 |
181 |
108 |
4.069 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2022
Berdasarkan data pada tabel diatas, responden paling banyak menjawab pada kategori skala interval 4 yang artinya setuju dengan pertanyaan brand engagement pada kuisioner yang disebar oleh peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna Instagram sering dan suka berinteraksi dengan merk Wafer Tango dengan tujuan untuk lebih memahami dan berinteraksi dengan merk Wafer Tango. Responden juga setuju bahwa konten Instagram Wafer Tango mudah ditemukan dalam feed mereka dibandingkan merk lain.
Brand Loyalty
Berikut ini adalah tanggapan responden atas variabel Brand Engagement yang dapat dilihat pada tabel 5:
Tabel 5
Penilaian Responden
Terhadap Variabel Brand Loyalty
No |
Indikator |
Measurement |
Frekuensi Skor Jawaban |
Mean |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
||||
1 |
(BLY1) |
Karena konten Instagram Wafer Tango, Saya akan rekomendasi merk Wafer Tango kepada teman � teman saya |
�� 3 |
9 |
108 |
200 |
80 |
4.005 |
2 |
(BLY2) |
Saya berkomitmen dan akan selalu menyukai konten Wafer Tango di Instagram daripada merk wafer lain |
4 |
11 |
106 |
207 |
72 |
4.095 |
3 |
(BLY3) |
Saya akan selalu setia dengan merk Wafer Tango |
7 |
13 |
100 |
189 |
91 |
3.99 |
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2022
Berdasarkan data pada tabel diatas, responden paling banyak menjawab pada kategori skala interval 4 yang artinya setuju dengan pertanyaan brand loyalty pada kuisioner yang disebar oleh peneliti. Hal ini menunjukkan pengguna Instagram yang mengikuti akun Instagram Wafer Tango setia dan tidak akan memilih merk lain selain merk Wafer Tango. Berdasarkan jawaban responden kesetiaan tersebut juga dicerminkan dengan merekomendasikan merk Wafer Tango kepada teman � teman mereka.
Repurchase Intention
Berikut ini adalah tanggapan responden atas variabel Brand Engagement yang dapat dilihat pada tabel 6:
Tabel 6
Penilaian Responden
Terhadap Variabel Repurchase Intention
No |
Indikator |
Measurement |
Frekuensi Skor Jawaban |
Mean |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
||||
1 |
(RPI1) |
Saya berantisipasi untuk membeli produk Wafer Tango di masa depan |
�� 0 |
29 |
108 |
209 |
54 |
4.005 |
2 |
(RPI2) |
Kemungkinan besar saya akan membeli kembali produk Wafer Tango di masa depan |
0 |
25 |
113 |
198 |
64 |
4.095 |
3 |
(RPI3) |
Di masa depan, saya berharap untuk tetap membeli produk Wafer Tango |
8 |
22 |
90 |
235 |
45 |
3.99 |
Berdasarkan data pada tabel diatas, responden paling banyak menjawab pada kategori skala interval 4 yang artinya setuju dengan pertanyaan repurchase intention pada kuisioner yang disebar oleh peneliti. Hal ini menunjukkan pengguna Instagram yang mengikuti akun Instagram Wafer Tango kemungkinan besar akan membeli lagi produk Wafer Tango di masa mendatang. Hasil kuesioner juga menyatakan bahwa responden akan membeli kembali produk Wafer Tango jika ada kesempatan dalam melakukan hal tersebut.
Sebelum melakukan pengambilan data besar, peneliti terlebih dahulu melakukan uji pretest terhadap 30 responden. Dalam uji instrumen yang terdiri atas uji validitas dan uji reliabilitas, peneliti menggunakan perangkat lunak SPSS Version 25 untuk memudahkan proses pengolahan data. Berikut ini adalah hasil dari uji tersebut yang dirangkum kedalam table 8 dan tabel 9
Uji Validitas
data Pretest
Tabel 7
Hasil Uji Validitas Pretest
No. |
Variabel |
Kode Measurement |
KMO |
Sig. |
MSA |
Factor Loading |
Uji Validitas |
KMO ≥ 0.5 |
Sig. < 0.05 |
MSA ≥ 0.5 |
FL ≥ 0.5 |
Valid/Tidak Valid |
|||
1. |
Brand Awareness |
BRA1 |
0,575 |
0,006 |
0,525 |
0,593 |
Valid |
BRA2 |
0,730 |
0,570 |
Valid |
||||
BRA3 |
0,577 |
0,736 |
Valid |
||||
BRA4 |
0,548 |
0,757 |
Valid |
||||
|
|
BRA5 |
|
|
0,572 |
0,654 |
Valid |
2. |
Brand Assocation |
BAS1 |
0,669 |
0,015 |
0,669 |
0,718 |
Valid |
BAS2 |
0,675 |
0,581 |
Valid |
||||
BAS3 |
0,710 |
0,757 |
Valid |
||||
BAS4 |
0,655 |
0,693 |
Valid |
||||
|
|
BAS5 |
|
|
0,616 |
0,537 |
Valid |
3. |
Brand Engagement |
BRE1 |
0,692 |
0,002 |
0,698 |
0,752 |
Valid |
BRE2 |
0,697 |
0,758 |
Valid |
||||
BRE3 |
0,683 |
0,720 |
Valid |
||||
|
|
BRE4 |
|
|
0,687 |
0,700 |
Valid |
4. |
Brand Loyaty |
BLY1 |
0,686 |
0,000 |
0,770 |
0,785 |
Valid |
BLY2 |
0,654 |
0,862 |
Valid |
||||
|
|
BLY3 |
|
|
0,662 |
0,855 |
Valid |
5. |
Repurchase Intention |
RPI1 |
0,599 |
0,000 |
0,588 |
0,881 |
Valid |
RPI2 |
0,711 |
0,758 |
Valid |
||||
RPI3 |
0,560 |
0,940 |
Valid |
Sumber: Hasil Pengolahan
Data Primer, 2022
Berdasarkan hasil uji validitas dari tabel 4.8, menunjukkan bahwa seluruh indikator memiliki nilai standard factor loadings diatas 0,5 sehingga seluruh indikator tersebut dapat dinyatakan valid karena telah memenuhi syarat sebagai berikut: KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) ≥ 0.50, Sig. ≤ 0.05, MSA (Measures of Sampling Adequacy) ≥ 0.50, dan Factor Loading ≥ 0.50 (Farrell & Rudd, 2009).
Uji Reliabilitas
Data Pretest
Tabel 8
Hasil Uji Reliabilitas Pretest
No. |
Variabel |
Kode Measurement |
Cronbach's Alpha |
Uji Reliabilitas |
Cronbach's Alpha ≥ 0.6 |
||||
1. |
Brand Awareness |
BRA1 |
0,947 |
Reliabel |
BRA2 |
0,950 |
Reliabel |
||
BRA3 |
0,950 |
Reliabel |
||
BRA4 |
0,950 |
Reliabel |
||
|
|
BRA5 |
0,950 |
Reliabel |
2. |
Brand Assocation |
BAS1 |
0,953 |
Reliabel |
BAS2 |
0,953 |
Reliabel |
||
BAS3 |
0,952 |
Reliabel |
||
BAS4 |
0,952 |
Reliabel |
||
|
|
BAS5 |
0,952 |
Reliabel |
3. |
Brand Engagement |
BRE1 |
0,950 |
Reliabel |
BRE2 |
0,950 |
Reliabel |
||
BRE3 |
0,955 |
Reliabel |
||
|
|
BRE4 |
0,955 |
Reliabel |
4. |
Brand Loyaty |
BLY1 |
0,950 |
Reliabel |
BLY2 |
0,950 |
Reliabel |
||
|
|
BLY3 |
0,950 |
Reliabel |
5. |
Repurchase Intention |
RPI1 |
0,952 |
Reliabel |
RPI2 |
0,952 |
Reliabel |
||
RPI3 |
0,950 |
Reliabel |
Sumber: Hasil Pengolahan
Data Primer, 2022
Berdasarkan data yang terpapar pada tabel 4.9, semua variabel dinyatakan reliabel karena koefisien reliabilitas atau yang ditunjukkan oleh nilai cronbach�s alpha menunjukkan angka ≥ 0.6 (Soetanto, 2017). Maka dari itu penelitian ini layak untuk dilanjutkan.
Pada penelitian ini, untuk melakukan perhitungan dalam menganalisis data SEM penulis menggunakan perangkat lunak yang bernama Lisrel Version 8.80. Program ini dapat mempermudah penulis dalam menguji keterkaitan antar variabel. Hasil perhitungan SEM dengan menggunakan perangkat Lisrel Version 8.80 terdapat pada lampiran. Pada analisis SEM, evaluasi terhadap tingkat kecocokan data dengan model dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu uji kecocokan data dengan model dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu uji kecocokan keseluruhan model, uji model pengukuran, dan uji model struktural (Hair Jr, Black, Babin, & Anderson, 2010).
Hasil Analisis Kecocokan
Keseluruhan Model
Tahapan pertama
adalah dengan melakukan uji kecocokan keseluruhan model, yang bertujuan
untuk mengevaluasisecara umum derajat kecocokan
atau Goodness of Fit (GOF) antara
data dengan model penelitian
(Hair Jr et
al., 2010). Berikut
ini adalah hasil uji kecocokan keseluruhan model menggunakan Lisrel version 8.8.
Tabel 9
Hasil
Analisis Goodness
of Fit Seluruh Model
Ukuran Goodness
of Fit (GOF) |
Tingkat
Kecocokan yang Bisa Diterima |
Kriteria
Uji |
Absolute Fit Indices |
||
Root
Mean Square Error of Approximation
(RMSEA) |
0.037 |
Good
Fit |
Incremental Fit Measure |
||
Comparative
Fit Index (CFI) |
1.00 |
Good
Fit |
Parsimonius
Fit Measure |
||
Parsimonius Normed Fit Index
(PNFI) |
0.85 |
Good
Fit |
Normed Fit Measure |
||
Normed
Fit Index (NFI) |
0.99 |
Good
Fit |
Incremental Fit Measure |
||
Incremental
Fit Index (IFI) |
1.00 |
Good
Fit |
Goodness of Fit Measure |
||
Goodness
of Fit Index (GFI) |
1.00 |
Good
Fit |
Berdasarkan hasil uji yang terpapar pada
tabel 4.10,
dapat dilihat bahwa seluruh kriteria
GOF menunjukkan kecocokan baik (good
fit), sehingga dapat disimpulkan bahwa kecocokan model secara keseluruhan adalah baik. Maka
dari itu, penelitian ini layak untuk dilanjutkan.
Hasil Analisis
Model Pengukuran
Pada uji model pengukuran, diukur validitas model pengukuran dan realibilitas model pengukuran. Validitas diukur berdasarkan nilai standardized loading factor di mana menurut (Van Dierendonck & Nuijten, 2011), suatu variabel dapat dikatakan valid apabila nilai standardized loading factor ≥ 0,50. Sedangkan untuk uji realibilitas, digunakan kriteria nilai AVE ≥ 0,50 dan CR ≥ 0,70 (Subkoviak, 1976). Untuk mengukur realibilitas dalam SEM dapat digunakan reliabilitas komposit (composit reliability measure) dan ukuran ekstrak varian (variance extracted measure) dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
Berikut ini
adalah paparan path diagram yang
dihasilkan oleh Lisrel Version 8.8 dari
total keseluruhan data yang berjumlah 400 responden.
Gambar 4
Path
Diagram Standarized Solution
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2022
Gambar 5
Path
Diagram T-Values
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2022
Berdasarkan
kedua gambar path diagram diatas,
penulis menjabarkan hasil uji validitas dari keseluruhan data yang berjumlah 400 responden dan ditunjukan pada tabel 10 berikut ini:
Tabel 10
Uji Validitas Keseluruhan Data
No. |
Variabel |
Kode Measurement |
Standard Factor Loading |
T-Values |
Kesimpulan Validitas |
FL ≥ 0.5 |
≥ 1.96 |
||||
1. |
Brand
Awareness |
BRA1 |
0,79 |
18.45 |
Valid |
BRA2 |
0,77 |
17.80 |
Valid |
||
BRA3 |
0,78 |
17.96 |
Valid |
||
BRA4 |
0,71 |
15.67 |
Valid |
||
BRA5 |
0,72 |
16.13 |
Valid |
||
2. |
Brand
Association |
BAS1 |
0,74 |
16.83 |
Valid |
BAS2 |
0,75 |
17.06 |
Valid |
||
BAS3 |
0,68 |
14.96 |
Valid |
||
BAS4 |
0,72 |
16.08 |
Valid |
||
BAS5 |
0,73 |
16.42 |
Valid |
||
3. |
Brand
Engagement |
BRE1 |
0,70 |
15.53 |
Valid |
BRE2 |
0,69 |
15.02 |
Valid |
||
BRE3 |
0,75 |
16.80 |
Valid |
||
BRE4 |
0,75 |
16.80 |
Valid |
||
4. |
Brand
Loyalty |
BLY1 |
0,72 |
** |
Valid |
BLY2 |
0,75 |
14.32 |
Valid |
||
BLY3 |
0,80 |
15.31 |
Valid |
||
5. |
Repurchase
Intention |
RPI1 |
0,71 |
** |
Valid |
RPI2 |
0,77 |
14.37 |
Valid |
||
RPI3 |
0,80 |
14.81 |
Valid |
*SLF
= Standardized Loading Factors.
Target SLF ≥ 0.70 atau 0.50
**
= Ditetapkan secara default oleh
LISREL, nilai-t tidak diestimasi. Target nilai t ≥ 1.96
Tabel 10 menyatakan bahwa seluruh variabel penelitian telah memenuhi syarat, dikarenakan memiliki nilai factor loading ≥ 0.5 dan memiliki nilai-t ≥ 1.96. Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa validitas seluruh variabel teramati terhadap variabel latennya adalah baik.
Hasil Uji Reliabilitas Keseluruhan Data
Penelitian ini
menggunakan dua cara untuk mengukur reliabilitas yakni, ukuran reliabilitas
komposit (composite reliability measure) dimana nilai construct
reliability ≥ 0.7 dan ukuran ekstrak varian (varian extracted
measure) dimana nilai extracted variance ≥ 0.5.
Tabel 11
Kesimpulan
dan Analisis Reliabilitas
Variabel |
CR ≥ 0.70 |
VE ≥ 0.50 |
Kesimpulan Reliabilitas |
Brand Awareness |
0.869 |
0.570 |
Reliabel |
Brand Association |
0.847 |
0.527 |
Reliabel |
Brand Engagement |
0.813 |
0.521 |
Reliabel |
Brand Loyalty |
0.799 |
0.571 |
Reliabel |
Repurchase Intention |
0.806 |
0.581 |
Reliabel |
Dari tabel
11 semua nilai construct
reliability (CR) lebih besar
dari 0.7, dan semua nilai variance extracted (VE)
lebih dari 0.5, sehingga semua
variabel
layak untuk
digunakan pada penelitian selanjutnya.
Hasil
Analisis Model Struktural
Model struktural memiliki tujuan
untuk memperlihatkan keterkaitan antar
variabel yang sesuai dengan model
penelitian. Berdasarkan hasil
perhitungan SEM dengan menggunakan Lisrel
Version 8.80 yang terdapat pada lampiran. Pada penelitian ini,
ketika hendak menentukan kriteria pengujian model struktural, maka perlu
dilakukan perbandingan antara nilai t-value dengan t-tabel.
Hasil Analisis Model Struktural
Hipotesis |
Path |
Estimasi |
Nilai t-value |
Nilai t-tabel |
Kesimpulan |
1 |
Brand
Awareness → Brand
Loyalty |
0.26 |
2.58 |
1.96 |
Data mendukung H1 |
2 |
Brand
Association→ Brand
Loyalty |
0.03 |
0.19 |
1.96 |
Data tidak
mendukung H2 |
3 |
Brand Engagement→Brand
Loyalty |
0.67 |
4.08 |
1.96 |
Data mendukung
H3 |
4 |
Brand Loyalty→ Repurchase Intention |
0.95 |
13.00 |
1.96 |
Data mendukung
H4 |
����������� Pada hasil perhitungan model struktural untuk hipotesis satu, menunjukkan nilai t-value sebesar 2.58, nilai tersebut lebih besar dari pada nilai t-tabel sebesar 1.96, maka secara signifikan data pada penelitian ini mendukung pernyataan bahwa terdapat pengaruh positif antara Brand Awareness terhadap Brand Loyalty. Hipotesis satu ingin menguji pengaruh Brand Awareness terhadap Brand Loyalty. Maka dari itu hipotesis penelitian (H1) tertulis sebagai berikut:
H1:
�� Brand
Awareness memiliki pengaruh
positif terhadap Brand Loyalty
��������� Hasil uji model struktural menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara brand
awareness terhadap brand loyalty. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh (Bilgin, 2018) dimana Hal yang membantu konsumen untuk membedakan merk dari sebuah produk diantara
para kompetitor, memfasilitasi
diferensiasi antar merk
yang kompetitif ditunjukan dari merk Wafer Tango. (Aldhama, 2022) juga menyatakan bahwa brand awareness memberikan
pengaruh positif terhadap brand loyalty.Maka
dari itu, dapat dipastikan bahwa brand awareness memiliki
pengaruh yang positif terhadap brand loyalty.
Pengaruh
Brand Association terhadap
Brand Loyalty
����������� Pada hasil perhitungan model struktural untuk hipotesis dua, menunjukkan nilai t-value sebesar 0.19, nilai tersebut lebih kecil dari pada nilai t-tabel sebesar 1.96, maka secara signifikan data pada penelitian ini tidak mendukung penyataan bahwa terdapat pengaruh positif antara Brand Association dengan Brand Loyalty. Hipotesis dua ingin menguji pengaruh Brand Association terhadap Brand Loyalty. Maka dari itu, hipotesis penelitian (H2) tertulis sebagai berikut:
H2:����� Brand
Association tidak memiliki pengaruh
terhadap Advertising
Value.
Hasil uji model struktural menunjukkan bahwa brand association tidak
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap brand
loyalty. Hal tersebut sesuai
dengan temuan atas studi yang dilakukan oleh Aaker dalam (Sinha & Verma, 2020) dimana brand
association adalah informasi
tentang merk yang terdapat dalam benak konsumen
baik positif ataupun negatif, yang terhubung kepada pikiran atau memori
konsumen. Dalam hal ini informasi
yang didapatkan oleh konsumen
terhadap sebuah merk tidak menentukan bahwa konsumen akan setia terhadap
sebuah merk.
Pengaruh Brand Engagement terhadap Brand Loyalty
����������� Pada hasil perhitungan model struktural untuk hipotesis tiga, menunjukkan nilai t-value sebesar 4.08, nilai tersebut lebih besar dari pada nilai t-tabel sebesar 1.96, maka secara signifikan data pada penelitian ini, mendukung penyataan bahwa terdapat pengaruh negatif antara Brand Engagement terhadap Brand Loyalty. Hipotesis tiga ingin menguji pengaruh Brand Engagement terhadap Brand Loyalty. Maka dari itu hipotesis penelitian (H3) tertulis sebagai berikut:
H3:����� Brand
Engagement memiliki pengaruh
positif terhadap Brand Loyalty.
��������� Hasil uji model struktural menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara brand engagement terhadap brand loyalty. Hal ini dikarenakan sebuah merk memiliki sifat kognitif, afektif dan perilaku yang tertanam dalam sebuah interaksi dengan konsumen tertentu yang menghibur dan dapat menarik perhatian pelanggan sehingga memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas terhadap merk (Jitender Kumar & Nayak, 2019). Ismail et al. (2019) juga menyatakan bahwa brand engagement memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat brand loyalty sebuah merk.
Pengaruh Brand Loyalty terhadap Repurchase Intention
����������� Pada hasil perhitungan model struktural untuk hipotesis empat menunjukkan nilai t-value sebesar 13.00. Nilai tersebut lebih besar dari pada nilai�� t-tabel sebesar 1.96, maka secara signifikan data pada penelitian ini mendukung penyataan bahwa terdapat pengaruh positif antara Brand Loyalty terhadap Repurchase Intention. Maka dari itu hipotesis penelitian (H4) tertulis sebagai berikut:
H4:����� Brand
Loyalty memiliki pengaruh
positif terhadap Repurchase Intention
Hasil uji model struktural menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara brand loyalty terhadap repurchase Intention. Hal ini dikemukakan melalui (Pee, Jiang, & Klein, 2018) dimana mereka menyatakan bahwa brand loyalty memberikan pengaruh kepada niat konsumen untuk membeli sebuah produk atau layanan tertentu berulang kali. Penelitian dari (Filieri et al., 2017) juga memberikan pernyataan bahwa brand loyalty memiliki pengaruh yang positif terhadap repurchase intention dari pelanggan akan sebuah produk atau jasa. Maka dari itu dapat dikonfirmasi bahwa brand loyalty memiliki pengaruh yang positif terhadap repurchase Intention.
Kesimpulan
Hasil analisis data
dengan menggunakan Structural Equation
Modeling (SEM) menunjukkan data pada penelitian ini semuanya memiliki
kecocokan dengan model penelitian yang diajukan dan untuk model pengukuran
seluruh indikator memiliki kriteria yang valid dan memiliki reliabilitas atau
konsistensi pengukuran yang acceptable. Melalui model, tingkat Goodness of
Fit juga telah dicapai oleh
setiap variable. Maka hasil data penelitian valid dan reliabel sehingga penelitian dapat dilanjutkan.
Dari
empat variable independent, yang berpengaruh
adalah variable Branf Awareness dan Brand
Engagement secara signfikan
pada Brand Loyalty yang juga berpengaruh signifikan pada Repurchase Intention.Variable Brand Association tidak memiliki pengaruh terhadap Brand
Loyalty sehingga hasil
uji Hipotesis tidak didukung oleh hasil penelitian untuk variable teresebut.
Brand Awareness memiliki pengaruh positif
terhadap Brand Loyalty
Hal ini menunjukan jika pengguna Instagram
mengenal merk Wafer Tango melalui konten Instagram
merk dan setia terhadap
merk Wafer Tango. Brand Association tidak memiliki pengaruh
terhadap Brand Loyalty.
Hal ini menunjukan jika pengguna Instagram tidak memiliki kesetiaan kepada merk meski memiliki rasa relevansi dan terasosiasi dengan konten Instagram Wafer Tango.Brand Engagement
memiliki pengaruh positif terhadap Brand
Loyalty. Hal ini menunjukkan jika pengguna Instagram berinteraksi dengan merk Wafer
Tango sehingga menimbulkan
rasa kesetiaan terhadap
merk Wafer Tango.Brand
Loyalty memiliki pengaruh positif
terhadap Repurchase Intention.
Hal ini menunjukkan jika kesetiaan pada merk Wafer Tango akan meyakinkan konsumen untuk selalu membeli
dan mengonsumsi produk
Wafer Tango dan bukan merk wafer yang lain.
BIBLIOGRAFI
Aldhama, Muhammad Daffa. (2022). Pengaruh
Brand Experience, Brand Commitment, Brand Trust, Dan Brand Image Terhadap Brand
Loyalty Pada Pengguna Smartphone Samsung Di Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Bilgili, Bilsen, & Ozkul, Emrah.
(2015). Brand awareness, brand personality, brand loyalty and consumer
satisfaction relations in brand positioning strategies (A Torku brand sample). Journal
of Global Strategic Management| Volume, 9(2), 10�20460.
Bilgin, Yusuf. (2018). The effect of social
media marketing activities on brand awareness, brand image and brand loyalty. Business
& Management Studies: An International Journal, 6(1), 128�148.
https://doi.org/10.15295/bmij.v6i1.229
Birks, David F., & Malhotra, Naresh K.
(2012). Marketing Research: an applied approach. Pearson Education UK
England.
Farrell, Andrew M., & Rudd, John M.
(2009). Factor analysis and discriminant validity: A brief review of some
practical issues. Anzmac.
Filieri, Raffaele, Chen, Wenshin, & Lal
Dey, Bidit. (2017). The importance of enhancing, maintaining and saving face in
smartphone repurchase intentions of Chinese early adopters: an exploratory
study. Information Technology & People, 30(3), 629�652.
https://doi.org/10.1108/ITP-09-2015-0230
Gunawan, Imam. (2022). Metode Penelitian
Kualitatif: teori dan praktik. Bumi Aksara.
Hair Jr, J. F., Black, W. C., Babin, B. J.,
& Anderson, R. E. (2010). Multivariate Data Analysis: A Global
Perspective, Prentice Hall and Pearson, Upper Saddle River, NJ.
Kenton, Will. (2020). Why Fast-Moving
Consumer Goods Matter. Investopedia, Https://Www. Investopedia.
Com/Terms/f/Fastmoving-Consumer-Goods-Fmcg. Asp.
Kumar, Jitender, & Nayak, Jogendra
Kumar. (2019). Brand engagement without brand ownership: a case of non-brand
owner community members. Journal of Product & Brand Management.
Kumar, Vita, Aksoy, Lerzan, Donkers, Bas,
Venkatesan, Rajkumar, Wiesel, Thorsten, & Tillmanns, Sebastian. (2010).
Undervalued or overvalued customers: Capturing total customer engagement value.
Journal of Service Research, 13(3), 297�310.
Lester, David. (2013). Measuring Maslow�s
hierarchy of needs. Psychological Reports, 113(1), 15�17.
Littlejohn, Stephen W., & Foss, Karen
A. (2010). Theories of human communication. Waveland press.
Malhotra, Manoj K., & Grover, Varun.
(1998). An assessment of survey research in POM: from constructs to theory. Journal
of Operations Management, 16(4), 407�425.
https://doi.org/10.1016/S0272-6963(98)00021-7
Maslow, Abraham Harold. (1943). A theory of
human motivation. Psychological Review, 50(4), 370.
Pee, Loo Geok, Jiang, James, & Klein,
Gary. (2018). Signaling effect of website usability on repurchase intention. International
Journal of Information Management, 39, 228�241.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2017.12.010
Setiawaty, Melisa. (2015). Penggunaan Maudy
Koesnaedi Sebagai Celebrity Endorser Dalam Iklan Televisi L�oreal Fall Repair
3x Terhadap Brand Image L�oreal Di Surabaya. Jurnal E-Komunikasi, 3(1).
Sinha, Somesh Kumar, & Verma, Priyanka.
(2020). Impact of sales promotion�s benefits on perceived value: does product
category moderate the results? Journal of Retailing and Consumer Services,
52, 101887.
Soetanto, Jeffrey. (2017). Pengaruh
kepercayaan, kemudahan, kualitas informasi dan persepsi resiko terhadap
keputusan pembelian melalui Situs Jejaring Sosial di Semarang. Unika
Soegijapranata Semarang.
Subkoviak, Michael J. (1976). Estimating
reliability from a single administration of a criterion-referenced test. Journal
of Educational Measurement, 265�276.
Van Dierendonck, Dirk, & Nuijten, Inge.
(2011). The servant leadership survey: Development and validation of a
multidimensional measure. Journal of Business and Psychology, 26,
249�267. https://doi.org/10.1007/s10869-010-9194-1
Yoo, Jungmin. (2020). The effects of
perceived quality of augmented reality in mobile commerce�An application of the
information systems success model. Informatics, 7(2), 14. MDPI.
Copyright holder: Gregorius Rivaldo, Amia Luthfia, Arisa Maharani Melati Dewi, Z. Hidayat, Lia Octavia,
Muhammad Aras (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |