Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
4, Maret 2023
KAJIAN TERHADAP MANAJEMEN
RISIKO KELELAHAN PENGEMUDI ALAT BERAT PADA INDUSTRI PERTAMBANGAN
Sandi Bayu Perwira, Rida Zuraida,
Abdullah Nabil, Alterson Kalay
Universitas Bina Nusantara Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Permasalahan kelelahan kerja terjadi di berbagai sektor industri, tak
terkecuali pada industri pertambangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi tingkat kelelahan pada pengemudi alat berat yang bekerja selama 12
jam berdasarkan parameter kelelahan subjektif, membuat model kelelahan operator yang dipengaruhi oleh speed dan
productivity, serta menentukan tingkat risiko kelelahan yang ada saat ini di
industri pertambangan berdasarkan sistem kelelahan manajemen di perusahaan
tambang. Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif. Lokasi penelitian di
perusahaan pertambangan pada PT. Pamapersada Nusantara. Waktu penelitian tahun
2022. Partisipan pada penelitian adalah 43 operator alat berat Dump yang
mengoperasikan unit Truck Komatsu HD785. Pengukuran kelelahan subyektif diukur
dengan Karolinska Sleepness Scale (KSS) dan Fatigue-Visual Analogue Scale
(F-VAS). Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan regresi linear
berganda. Hasil penelitian menunujukkan bahwa secara umum berdasarkan grafik
nilai KSS dan F-VAS seiring berjalannya waktu tingkat kelelahan operator akan
semakin meningkat dan mencapai puncak kelelahan pada waktu sesaat sebelum rest
time (12:00). Setelah istirahat tingkat kelelahan akan menurun dan seiring
berjalannya waktu sampai dengan akhir shift maka tingkat kelelahan akan kembali
naik. Sementara itu untuk kecepatan dan produktivitas, seiring berjalannya
waktu nilai kecepatan dan produktivitas akan menurun dan kembali meningkat saat
menjelang akhir shift. Model hubungan Speed dan Produktivitas dengan KSS dan
F-VAS ini bisa bersifat negatif atau positif untuk waktu yang berbeda dalam
satu hari kerja. Adapun manajemen risiko dari kelelahan kerja adalah dengan
melakukan mitigasi risiko, antara lain Pengurangan kemungkinan risiko (risk
likehood reduction), berbagi risiko (risk-sharing) atau penyebaran risiko
(spreading risk); dan transfer risiko (risk transfer).
Kata Kunci: kelelahan
kerja; karolinska
sleepness scale; fatigue-visual
analogue scale; mitigasi
risiko kelelahan
Abstract
Work fatigue problems occur in various
industrial sectors, including the mining industry. Starting from these
problems, the formulation of this research is: (1) How is the level of employee
fatigue before duty, while on duty, and after finishing duty based on
subjective fatigue parameters? (2) How is the employee fatigue model affected
by speed and productivity? (3) What is the current level of fatigue risk based
on the fatigue management system in the mining company? This research approach
is quantitative. The research location is in a mining company at PT.
Pamapersada Nusantara. The research time is 2022. The research population is
the 43 operator of the Komatsu HD785 Dump Truck. Measurement of subjective
fatigue was measured by the Karolinska Sleepness Scale (KSS) and Fatigue-Visual
Analogue Scale (F-VAS). Data analysis techniques are descriptive analysis and
multiple linear regression. The results of the study show that in general,
based on the graph of the KSS and F-VAS values, over time the level of employee
fatigue will increase and reach the peak of fatigue just before rest time
(12:00). After resting the level of fatigue will decrease and over time until
the end of the shift, the level of fatigue will rise.. This model of the
relationship between Speed and Productivity with KSS and F- VAS can be negative
or positive for different times of the day. The risk management of work burnout
is risk mitigation, including risk likelihood reduction, risk-sharing or risk-
spreading; and risk transfer.
Keywords:
work
fatigue; karolinska sleepness scale (KSS); fatigue-visual analogue scale (F-VAS); fatigue risk mitigation
Pendahuluan
Sektor industri pertambangan
merupakan sektor pekerjaan dengan resiko yang tinggi. Setiap tahunnya
kecelakaan di aktivitas penambangan cukup banyak terjadi di Indonesia.
Aktivitas di perusahaan pertambangan didominasi oleh aktivitas mengemudikan
alat berat yang merupakan aktivitas utama dari perusahaan pertambangan. Dari
aktivitas tersebut memiliki riwayat kecelakaan berat yang cukup tinggi,
beberapa diantaranya bahkan berujung pada kematian pekerja atau pengemudi alat
berat. Dari data yang dikeluarkan oleh National Safety Council pada tahun 2020,
sektor industri pertambangan merupakan sektor dengan fatality rate tertinggi ke
2 di dunia pada tahun 2018 seperti terlihat pada gambar 1 (Irawan & Perindustrian,
2020).
Gambar 1
Rasio Kematian Yang Dapat Dicegah Dari Berbagai Sektor Industri
Sumber: Deaths reflect National Safety Council (NSC)
analysis of data from
the Bureau of Labor Statistics (BLS) Census of
Fatal Occupational Injuries (CFOI) (Cox & Kassem, 2014)
Dalam dunia perindustrian, terutama tambang batubara ada banyak
aspek permasalahan yang terjadi, salah satunya adalah kecelakaan kerja yang sering terjadi (Djatmiko, 2016). Data kecelakaan kerja di sektor pertambangan terus meningkat, termasuk di industri tambang batubara, selama tahun 2019 terjadinya 24 kasus kecelakaan kerja yang menewaskan 24 pekerja (Laporan ESDM 2019) (Saleh & Wahyu, 2019). Kecelakaan kerja disebabkan oleh tindakan yang membahayakan atau akibat keadaan
yang berbahaya (Irzal, 2016). Terdapat dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe
human act) dan kondisi yang berbahaya
(unsafe conditions). Dari data statistik 80%- 85% kecelakaan kerja disebabkan oleh perilaku atau kesalahan manusia itu sendiri.
Data statistik International Labour
Office terdapat 1,1 juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan
kerja akibat pekerjaan (ILO, 2013). Dari 147.000 kasus kecelakaan terdapat 2.575 diantaranya berujung pada kematian (Detik News, 2018) dan
4.678 lainnya mengalami cacat.
Menurut Williamson, fatigue adalah
dorongan secara biologis untuk istirahat dalam rangka memulihkan diri, fatigue atau kelelahan kerja berakibat pada penurunan
dalam kapasitas dan daya tahan dalam bekerja (Nugroho et al., 2016). Penyebab fatigue
diakibatkan oleh hal yang monoton dan terus berulang terus menerus, adanya
instesitas atau durasi pekerjaan yang berlebihan, lingkungan sekitar tempat
bekerja; termasuk pencahayaan dan kebisingan, permasalahan mental seperti
tanggung jawab, kekuatiran dan konflik-konflik dalam pekerjaan maupun luar
pekerjaan, dan penyakit atau nutrisi yang kurang. Fatigue atau kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang sebabnya adalah persyaratan psikis. Kelelahan kerja ditandai oleh penurunan kesiagaan dan perasaan lelah yang
merupakan gejala subyektif. Istilah kelelahan menunjukan kondisi yang
berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan
efisensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Penyebab
kelelahan umum adalah monoton, intensitas, dan lamanya kerja mental dan fisik,
keadaan lingkungan (Damopoli
et al., 2016).
Mengemudikan alat berat merupakan
aktivitas utama yang ada di Pertambangan khususnya batu bara. Di Kalimantan
Timur sendiri terdapat banyak sekali perusahaan batu bara dengan lapangan kerja
sebanyak 1,7 juta orang (Ramdani,
2013). Dari data tersebut
sebagian besarnya merupakan operator yang bekerja dengan mengoperasikan alat
berat secara terus menerus sepanjang aktivitas pekerjaannya dalam kondisi
monoton dan terus menerus mulai dari awal sampai dengan akhir shift yang biasa
dilakukan dalam waktu 12 jam kerja. Operator sendiri mengoperasikan unit yang
berbeda dengan load aktivitas yang
berbeda pula. Ada yang mengoperasikan alat loader
(backhoe, shovel, wheel loader)
yang memiliki karakter pekerjaan lebih banyak diam dalam satu lokasi kerja
dengan aktivitas monoton memindahkan tanah. Jenis alat lain adalah Dozer yang
memiliki karakter pekerjaan maju dan mundur dalam jarak tertentu dengan
aktivitas yang terlokalisasi di area tertentu saja. Aktivitas lain yang
memiliki resiko tinggi adalah mengoperasikan dump truck yang memiliki mobilitas tinggi dan konsentrasi penuh
untuk menjalankan unit truck dari lokasi loading poin menuju dumping poin di
area tambang.
Penelitian ini ditujukan untuk
mengevaluasi tingkat kelelahan pekerja yang berada di Industri pertambangan di
Indonesia. Saat ini pekerja tambang memiliki waktu kerja yang lebih panjang,
yaitu (12 jam) dibandingkan pekerja pada industri lainnya (8jam).
Karena kegiatan pertambangan
biasanya dilakukan secara berkelanjutan dan membutuhkan waktu yang lama,
pekerja diharuskan untuk tetap terjaga
(Arif, 2016). Manajemen risiko
kelelahan dilakukan pada operator yang berada di area pertambangan dengan
menggunakan fatigue-visual analogue scale (F-VAS), karolinska sleepiness scale (KSS). Pendeteksian kelelahan dilakukan dengan menggunakan data pengukuran dari parameter pengukuran subjektif
pada saat awal sebelum bekerja, saat melakukan aktifitas pekerjaan, dan setelah
melakukan aktifitas pekerjaan.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk mengetahui tingkat kelelahan pekerja tambang yang bekerja
selama 12 jam penuh. Selain itu, sebagai alat pendukung dari data yang
dibutuhkan, digunakan pula alat ukur denyut jantung dan tools untuk mengukur
penilaian kelelahan secara subjektif seperti Karolinska sleepiness Scale (KSS)dan Fatigue-visual analogue scale
(F-VAS) (Gharagozlou et al., 2015). Untuk melakukan penelitian ini perlu dilakukan beberapa tahapan
pendukung. Secara umum, tahapan penelitian yang dilakukan digambarkan dalam
diagram berikut ini:
Gambar 2
Tahapan Penelitian
����������������
����������������
1. Tahapan Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi
terhadap tingkat kelelahan pekerja tambang. Disamping itu, dapat juga dilakukan
evaluasi subjektif dari tingkat kelelahan yang dilakukannya sepanjang shift
kerja. Hal ini menunjukan kemampuan fisiologis tubuh manusia dalam mendeteksi
kelelahan yang dialami. Proses penelitian ini dapat dibagi menjadi tiga bagian
besar, dimulai dari tahap pendahuluan, yang meliputi pemilihan topik, studi
literatur, perumusan masalah dan penentuan tujuan penelitian. Tahap kedua
adalah tahap studi lapangan. Pada tahap ini akan dilakukan pengambilan data
responden, dengan responden yang sesuai kriteria yang ditetapkan sebelumnya.
Hasil dari pengambilan data ini bersifat kuantitatif dan kualitatif yang akan
digunakan pada tahap ketiga, yaitu tahap analisis dan penarikan kesimpulan.
2. Perumusan Masalah
Setelah menentukan topik penelitian dan melakukan
studi literatur yang berkaitan dengan topik penelitian, langkah selanjutnya
yang dilakukan adalah melakukan perumusan masalah. Perumusan masalah ini
dilakukan dengan memperhatikan kondisi yang ada saat ini, khususnya mengenai
isu kelelahan kerja yang banyak berkembang di industri. Kelelahan kerja ini
biasanya sulit dideteksi oleh pekerja itu sendiri. Padahal apabila pekerja
tersebut bekerja dalam kondisi kelelahan, maka pekerja tersebut akan cenderung
melakukan kesalahan dalam proses dan hasil kerja dan bahkan dapat berimbas pada
terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Dalam penelitian ini akan menganalisa
bagaimana tingkat kelelahan yang dialami oleh karyawan sebelum bertugas, saat
bertugas, dan selesai bertugas berdasarkan parameter subjektif. Selain itu akan
dianalisa pula terkait dengan model kelelahan karyawan yang dipengaruhi oleh
durasi, shift kerja, dan tingkat kelelahan awal sebelum bertugas.
Perusahaan pertambangan sendiri telah melakukan
program pencegahan kecelakaan kerja seperti mempersiapkan rest area, melakukan
cek kebugaran, serta memastikan kecukupan jumlah jam tidur sebelum bekerja
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan karena kelelahan.
Untuk itu, dibutuhkan evaluasi yang dapat mengukur tingkat kelelahan yang
dialami oleh pekerja dalam melakukan aktifitas mengemudikan alat berat yang
cenderung monoton selama 12 jam, sehingga program yang dilakukan dapat tepat
waktu dan sasaran berdasarkan tingkat risiko kelelahan untuk akhirnya dapat
mengefektifkan program yang ada, maka perlu dilakukannya kajian mengenai
tingkat kelelahan yang dialami oleh operator alat berat di industri
pertambangan tersebut menggunakan alat ukur yang sesuai dengan jenis kerjanya.
Adapun alat ukur yang akan digunakan adalah kombilasi dari pengukuran subjektif
dan pengukuran objektif yang dalam penelitian ini dipilih menggunakan Karolinska Sleepiness Scale (KSS), dan Fatigue- Visual Analog Scale (F-VAS).
3. Penetapan Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, diperoleh
tujuan yang akan dicapai dari penelitian, yaitu mengevaluasi tingkat kelelahan
pekerja tambang. Disamping itu, menarik pula untuk dikaji mengenai hubungan
antara beberapa alat ukur subjektif dan objektif terhadap tingkat kelelahan
pekerja. Hal lain yang akan didapatkan adalah ditemukannya waktu kritis yang
memiliki tingkat kelelahan tertinggi dari operator alat berat, sehingga program
yang dijalankan oleh perusahaan dapat lebih tepat sasaran. Dengan tercapainya
tujuan penelitian ini, maka permasalahan yang ada dapat diselesaikan.
4. Persiapan Pengambilan Data
Dalam tahap persiapan pengambilan data responden,
perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat menunjang berjalannya pengambilan
data ini. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain materi, ruangan,
responden dan alat ukur yang akan digunakan. Untuk persiapan responden, dapat
dilihat pada penjelasan sub bab selanjutnya. Sedangkan, untuk hal lainnya akan
dijelaskan pada penjelasan berikut:
1. Tempat Pengambilan Data
Penelitian ini dilakukan dengan melakukam pengukuran
di unit Alat Berat di PT. Pamapersada Nusantara tempat karyawan
bertugas/bekerja. Jenis alat berat yang diukur adalah jenis Dump Truck Komatsu HD785 standard dan
telah dinyatakan layak pakai oleh Comissioner perusahaan setempat.
2. Persiapan
pengumpulan data dan Jenis Perlakuan
Untuk pengumpulan data, disiapkan dokumen berupa
form pengambilan data dan �form data
responden. Form data yang diperlukan untuk mendukung penelitian dapat dilihat
pada bagian lampiran.
Setiap responden akan menggunakan smart watch Mi
Band 3 1 hari sebelumnya untuk dilakukan pengukuran jumlah jam tidur sebelum
bekerja. Setelah itu akan dilakukan pengukuran Karolinska sleepiness scale (KSS), Fatigue-visual analogue scale
(F-VAS), dengan waktu masing-masing di tiap awal shift (sebelum bekerja
pukul 06:00), termin ke 2 (sebelum istirahat pukul 9:00-12:00), setelah
istirahat (Pukul 13:00), sebelum pulang (Pukul 15:00-17:00), dan akhir shift
(Pukul 18:00).
3. Menyiapkan Alat
Ukur Dan Perlengkapan Percobaan
�Ada beberapa
peralatan yang disiapkan, yaitu :
� Form KSS
� Form F-VAS
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Hasil Pengambilan
Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara langsung di
dalam unit dengan observasi langsung kepada karyawan yang bertugas di unit dump
truck Komatsu HD785 di perusahaan pertambangan di area Bengalon-Kutai Timur.
Gambar 3
Pengambilan
Observasi Data lapangan
�� Sumber:
(Pengumpulan data, 2022)
Penelitian dilakukan kepada 43 operator yang
sedang mengoperasikan kendaraan, dari data yang diperoleh hasil seperti
ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 1
Hasil Pengambilan Data VAS & KSS
No Responden |
KSS (Y1) |
VAS (Y2) |
||||||||
07.00 |
09.00-12.00 |
13.00 |
15.00-16.00 |
17.00 |
07.00 |
09.00-12.00 |
13.00 |
15.00-16.00 |
17.00 |
|
1 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
2 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
3 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
4 |
10 |
6 |
3 |
4 |
4 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
7 |
6 |
6 |
5 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
2 |
7 |
6 |
6 |
6 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
7 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
8 |
1 |
3 |
4 |
1 |
1 |
0 |
4 |
5 |
1 |
0 |
9 |
1 |
4 |
1 |
1 |
1 |
0 |
4 |
0 |
0 |
0 |
10 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
11 |
1 |
3 |
2 |
2 |
2 |
1 |
5 |
4 |
3 |
4 |
12 |
1 |
2 |
3 |
3 |
3 |
1 |
2 |
3 |
3 |
3 |
13 |
1 |
2 |
3 |
3 |
3 |
1 |
2 |
4 |
4 |
4 |
14 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
15 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
16 |
1 |
3 |
4 |
2 |
2 |
0 |
2 |
3 |
1 |
2 |
17 |
1 |
5 |
6 |
4 |
3 |
0 |
5 |
4 |
5 |
0 |
18 |
1 |
3 |
3 |
4 |
3 |
0 |
4 |
5 |
7 |
5 |
19 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
20 |
1 |
3 |
4 |
6 |
3 |
1 |
3 |
4 |
4 |
3 |
21 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
22 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
23 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
24 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
25 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
26 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
27 |
1 |
2 |
3 |
4 |
3 |
0 |
3 |
3 |
4 |
3 |
28 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
29 |
1 |
3 |
4 |
2 |
2 |
0 |
3 |
4 |
2 |
2 |
30 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
31 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
32 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
33 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
34 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
6 |
3 |
3 |
3 |
35 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
36 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
37 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
7 |
6 |
6 |
38 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
39 |
1 |
2 |
6 |
3 |
3 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
40 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
41 |
2 |
3 |
4 |
3 |
3 |
2 |
3 |
4 |
3 |
3 |
42 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
43 |
1 |
2 |
6 |
3 |
4 |
1 |
3 |
2 |
1 |
2 |
Tabel 2
Hasil Pengambilan Data Speed (Km/H) & Productivity
(BCM/H.Km)
No Responden |
SPEED (X1) |
prodty_HD(X2) |
||||||||
07.00 |
09.00-12.00 |
13.00 |
15.00-16.00 |
17.00 |
07.00 |
09.00-12.00 |
13.00 |
15.00-16.00 |
17.00 |
|
1 |
23,53 |
23,45 |
20,34 |
22,02 |
22,26 |
233,614 |
163,577 |
297,619 |
223,511 |
210,162 |
2 |
21,03 |
22,05 |
23,08 |
22,13 |
23,13 |
235,25 |
145,071 |
203,883 |
227,881 |
211,725 |
3 |
21,6 |
23,46 |
20,45 |
20,75 |
21,55 |
179,104 |
177,069 |
195,387 |
133,346 |
230,769 |
4 |
20,65 |
22,05 |
22,09 |
22,05 |
22,93 |
223,625 |
163,577 |
207,06 |
179,255 |
173,93 |
5 |
21,02 |
16,49 |
21,99 |
21,52 |
21,89 |
242,494 |
177,069 |
204,513 |
221,91 |
202,079 |
6 |
22,84 |
21,65 |
21,74 |
22,39 |
22,93 |
227,766 |
140,456 |
174,62 |
176,681 |
201,239 |
7 |
23,5 |
17,64 |
21,81 |
22,3 |
23,39 |
233,731 |
158,557 |
234,899 |
192,212 |
156,6 |
8 |
21,54 |
16,62 |
22,06 |
22,13 |
22,54 |
207,692 |
142,308 |
207,692 |
230,769 |
230,769 |
9 |
21,3 |
22,73 |
19,87 |
22,66 |
23,62 |
230,769 |
148,077 |
115,385 |
221,965 |
230,769 |
10 |
21,59 |
21,71 |
23,09 |
10,96 |
22,69 |
206,044 |
123,572 |
245,902 |
196,59 |
163,934 |
11 |
21,61 |
16,47 |
20,40 |
22,9 |
23,73 |
206,044 |
154,533 |
174,18 |
227,881 |
235,483 |
12 |
21,11 |
21,72 |
21,95 |
22,36 |
23,68 |
242,494 |
151,559 |
72,7483 |
178,022 |
177,829 |
13 |
22,16 |
21,71 |
21,63 |
22,85 |
23,04 |
229,508 |
174,18 |
131,148 |
216,028 |
206,988 |
14 |
20,87 |
22,08 |
21,47 |
22,83 |
23,39 |
175 |
169,034 |
214,773 |
183,434 |
151,136 |
15 |
21,26 |
22,31 |
22,10 |
22,23 |
22,32 |
111,92 |
124,978 |
226,102 |
230,769 |
235,483 |
16 |
21,93 |
22,54 |
20,43 |
21,76 |
22,91 |
250 |
187,5 |
216,667 |
235,442 |
233,333 |
17 |
21,53 |
22,60 |
22,06 |
21,86 |
22,32 |
206,044 |
174,18 |
164,835 |
227,881 |
236,64 |
18 |
21,1 |
16,47 |
21,43 |
22,2 |
22,71 |
214,286 |
199,58 |
214,286 |
230,769 |
210,162 |
19 |
21,36 |
22,58 |
22,53 |
22,25 |
21,83 |
223,362 |
154,891 |
239,316 |
218,22 |
215,385 |
20 |
21,97 |
22,34 |
21,12 |
22,65 |
23,38 |
202,079 |
181,871 |
40,0155 |
223,511 |
210,162 |
21 |
23,36 |
22,27 |
21,91 |
21,63 |
23,01 |
226,328 |
242,738 |
214,286 |
191,887 |
146,966 |
22 |
24,11 |
23,47 |
21,82 |
21,64 |
22,7 |
242,494 |
143,476 |
178,571 |
183,434 |
267,036 |
23 |
21,82 |
22,88 |
21,71 |
22,35 |
21,15 |
206,044 |
154,533 |
164,835 |
230,769 |
253,593 |
24 |
23,39 |
23,81 |
21,63 |
21,34 |
21,8 |
267,857 |
199,58 |
297,619 |
229,023 |
214,286 |
25 |
21,83 |
22,49 |
21,58 |
22,6 |
22,54 |
235,075 |
225,87 |
203,883 |
191,887 |
204,918 |
26 |
21,78 |
22,68 |
22,66 |
22,86 |
23,39 |
214,286 |
208,475 |
214,286 |
260,04 |
176,577 |
27 |
23,39 |
22,68 |
22,06 |
21,8 |
22,49 |
206,044 |
174,18 |
203,883 |
230,769 |
210,162 |
28 |
22,3 |
22,92 |
21,66 |
22,56 |
21,94 |
156,6 |
154,642 |
46,9799 |
137,815 |
181,159 |
29 |
21,89 |
10,82 |
20,56 |
23,04 |
21,94 |
195,749 |
121,365 |
156,6 |
215,796 |
211,409 |
30 |
22,22 |
23,23 |
21,72 |
21,37 |
22,78 |
244,233 |
134,328 |
122,117 |
97,6933 |
203,528 |
31 |
21,26 |
23,21 |
21,54 |
22,9 |
23,28 |
165,648 |
208,475 |
245,902 |
191,887 |
236,64 |
32 |
21,54 |
16,96 |
21,34 |
22,7 |
24,25 |
216,83 |
134,449 |
159,009 |
160,01 |
101,187 |
33 |
20,8 |
21,85 |
21,27 |
22,5 |
23,15 |
218,662 |
142,972 |
92,511 |
138,558 |
235,483 |
34 |
22,26 |
23,04 |
22,06 |
22,42 |
22,1 |
200 |
152,674 |
153,846 |
223,511 |
204,918 |
35 |
22,71 |
22,66 |
22,14 |
22,7 |
22,38 |
229,508 |
208,475 |
98,3607 |
179,044 |
204,918 |
36 |
21,66 |
22,78 |
21,87 |
20,98 |
23,13 |
222,087 |
138,804 |
245,902 |
192,212 |
220,908 |
37 |
21,45 |
21,92 |
20,98 |
22,1 |
21,97 |
218,655 |
157,158 |
203,883 |
223,511 |
267,036 |
38 |
21,35 |
11,51 |
21,29 |
22,24 |
21,65 |
171,429 |
148,214 |
178,571 |
192,177 |
214,286 |
39 |
21,53 |
17,22 |
24,59 |
21,5 |
21,34 |
253,247 |
178,654 |
198,781 |
262,059 |
278,293 |
40 |
21,14 |
16,80 |
21,49 |
11,7 |
21 |
233,731 |
56,9801 |
217,865 |
191,887 |
200 |
41 |
21,72 |
21,23 |
21,58 |
22,44 |
23,82 |
214,286 |
242,738 |
297,619 |
155,7 |
192,308 |
42 |
22,04 |
16,48 |
21,59 |
10,08 |
22,66 |
234,818 |
176,113 |
121,457 |
224,721 |
242,915 |
43 |
21,93 |
22,24 |
21,89 |
10,59 |
23,28 |
216,049 |
171,225 |
146,914 |
222,557 |
224,691 |
B. Pembahasan
1.
Pembahasan Tingkat Kelelahan Karyawan
Secara
teoritis terdapat tiga buah faktor penyebab kelelahan yaitu Time on Task, Time of Day, dan Task Related Factors (Pribadi, 2015). Penelitian ini mengkaji kelelahan dalam
kaitannya dengan pekerjaan, atau kelelahan di tempat kerja. Kelelahan di tempat
kerja berarti termasuk kategori Task Related Factors, yang meliputi kelelahan
karena faktor waktu tugas (time on task
factors) maupun faktor beban kerja (workload
related factors).
Di
antara kedua faktor penyebab kelelahan kerja tersebut (time on task factors; dan workload
related factors), fokus penelitian ini lebih berhubungan dengan kelelahan
dalam konteks faktor waktu tugas (time on
task factors). Hal ini dikarenakan penelitian ini dilakukan terhadap tipe
karyawan dengan job-desk yang sama
(yakni operator alat berat) namun diuji dengan waktu kerja yang berbeda-beda
pada konteks satu hari kerja. Waktu yang berbeda-beda dalam penelitian ini
meliputi lima pembagian waktu kerja dalam satu hari kerja, yakni: (1) Waktu
awal kerja (jam 07.00), (2) Waktu sebelum istirahat pertama (09.00-12.00). (3)
Setelah istirahat siang atau istirahat pertama (jam 13.00)), karena istierahat
siang atau istirahat pertama berlangsung antara jam 12.00- 13.00). Kemudian (4)
pertengahan saat istirahat kedua atau istirahat ashar (15.00-16.00). Adapun (5)
adalah waktu akhir shift, yakni jam 17.00.
Indikator
utama kelelahan kerja yang diukur dalam penelitian ini adalah indikator
kelelahan subyektif, Berarti kelelahan yang dimaksud lebih sebagai kelelahan
berdasarkan persepsi dari karyawan bersangkutan. Itulah sebabnya pengukuran
kelelahan ini menggunakan pengukuran subyektif, yang dalam hal ini menggunakan
Karolinska Sleepness Scale (KSS) dan Fatigue-Visual Analogue Scale (F-VAS).
KSS merupakan skala untuk mengukur tingkat kantuk secara subyektif. Pengukuran
KSS dengan Skala Likert 1-9 (1=Amat sangat terjaga/waspada penuh atau extremly
alert, 9=sangat mengantuk atau very
sleepy) (Kaida et
al., 2006). F-VAS merupakan sebuah respon skala
psikometrik yang dapat digunakan dalam kuesioner dan merupakan instrumen
pengukuran dalam karakteristik subyektif, menggunakan Skala Likert 1-10
(1=Sangat segar, 1-=Sangat mengantuk) (Reips
& Funke, 2008).
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat kelelahan para operator alat
berat yang bekerja di area Bengalon-Kutai Timur-Kalimantan Timur relatif
rendah. Hasil penguukuran tingkat kelelahan dengan proksi Karolinska Sleepness Scale (KSS) dan Fatigue-Visual Analogue Scale (F-VAS) menghasilkan angka pada Skala
Likert yang tidak jauh berbeda. Pengkuran KSS menunjukkan nilai rata-rata
mengantuk adalah 3,0186 yang berarti berada pada skala ketiga, yakni terjaga
(keadaan waspada). Skala 3 ini menunjukkan keadaan yang sehat dan bugar serta
tetap peka terhadap respon yang terjadi selama kegiatan kerja berlangsung.
Demikian juga dengan penguikuran tingkat kelelahan dengan menggunakan F-VAS.
Pengukuran F-VAS menemukan bahwa nilai rata-rata F- VAS para operator alat
berat tersebut adalah 2,349. Berarti kelelahan yang dirasakan operator alat
berat itu masih relatif sangat rendah karena masih berkisar antara skala 2
lebih sedikit. Jika dibandingkan tingkat kelelahan operator alat berat itu pada
lima waktu kerja harian (awal shift, sebelum istirahat 1, saat istirahat siang,
pertengahan istirahat 2, dan akhir shift), tampak terjadi kecenderungan yang
sama maupun berbeda di antara pengukuran KSS dan F-VAS. Puncak mengantuk pada
hasil pengukuran KSS terjadi pada saat istirahat (jam 12.00-13.00), sedangkan
puncak mengantuk pada hasil pengukuran F- VAS terjadi lebih cepat, yakni
sebelum istirahat 1 (jam 09.00-12.00). Berarti terdapat perbedaan antara hasil
pengukuran KSS dan F-VAS mengenai timing terjadinya puncak. mengantuk. Namun di
antara pengukuran KSS dan F-VAS tersebut terdapat persamaan pada timing kedua
terendah pada tingkat mengantuk (yang berarti mendekati titik paling amat
terjaga/KSS, atau mendekati titik sangat segar/F-VAS), yakni pada saat
pertengahan istirahat 2. Setelah periode istrahat 3, baik dengan pengukuran KSS
maupun F-VAS, tingkat kelelahan sama-sama meningkat lagi. Hasil pengukuran yang
searah antara KSS dan F-VAS jika dilihat dari timing jam kerja, maka pada awal shift
untuk kedua pengukuran sama-sama menyimpulkan sebagai titik kantuk paling
rendah.
2.
Model Kelelahan Karyawan
Apabila
model kelelahan karyawan yang menjalankan fungsi sebagai operator alat berat dihubungkan
dengan variabel speed dan produktivitas, maka akan diperoleh beberapa penemuan
bahwa. Pertama, pengruh Speed secara parsial kepada KSS maupun F-VAS relatif
kecil dan tidak signifikan. Itu berlaku untuk kelima waktu pengukuran (awal
shift, sebelum istirahat 1, saat istirahat siang, pertengahan istirahat 2, dan
akhir shift). Pengaruh Speed kepada KSS berbeda-beda arah pengaruhnya di antara
kelima waktu pengukuran. Speed berpengaruh positif pada KSS pada awal shift,
dan pada saat istirahat siang. Namun Speed berpengaruh negatif terhadap KSS
pada waktu sebelum istirahat (jam 11.00-12.00), pada pertengahan istirahat 2,
dan pada akhir shift. Begitu pula pengaruh Speed kepada F-VAS berbeda-beda arah
pengaruhnya di antara kelima waktu pengukuran (awal shift, sebelum istirahat 1,
saat istirahat siang, pertengahan istirahat 2, dan akhir shift). Speed
berpengaruh positif pada F-VAS pada awal shift, dan pada saat istirahat kedua.
Namun Speed berpengaruh negatif terhadap F-VAS pada saat istirahat siang, dan pada
akhir shift. Berarti secara umum pengaruh Speed secara parsial terhadap KSS dan
F-VAS lebih seimbang antara arah positif dan negatif, dengan arah pengaruh
negatif lebih banyak sedikit daripada arah pemgaruh positif.
Produktivitas
secara parsial kepada KSS maupun F-VAS relatif kecil dan tidak signifikan. Itu
berlaku untuk kelima waktu pengukuran (awal shift, sebelum istirahat 1, saat istirahat siang, pertengahan istirahat 2, dan
akhir shift). Pengaruh Produktivitas kepada KSS berbeda-beda arah pengaruhnya
di antara kelima waktu pengukuran. Produktivitas berpengaruh positif pada KSS
hanya pada saat istirahat siang. Sementara pada keempat waktu lainnya,
Produktivitas berpengaruh negatif pada KSS. Demikian juga pengaruh
Produktivitas terhadap F-VAS berbeda-beda arah pengaruhnya di antara kelima
waktu pengukuran (awal shift, sebelum istirahat 1, saat istirahat siang,
pertengahan istirahat 2, dan akhir shift). Produktivitas berpengaruh positif
pada F-VAS pada awal shift. Sedangkan pada keempat waktu lainnya, Produktivitas
berpengaruh negatif pada F-VAS. Berarti secara umum pengaruh Produktivitas
secara parsial terhadap KSS dan F-VAS pada umumnya negatif.
Dengan
demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa pengaruh Speed dan Produktivitas
secara parsial terhadap KSS dan F-VAS memiliki dua arah pengaruh, yaknmi
positif dan negatif. Haanya jika dibandingkan antara kecenderungan pengaruh
negatif dan positif, maka kecenderungan pengaruh negatif lebih kuat daripada
pengaruh positif. Berdasarkan pembuktian pengaruh Speed dan Produktivitas
secara parsial terhadap KSS dan F-VAS tersebut, maka dapat diusulkan mengenai
model hubungan Speed dan Produktivitas dengan KSS dan F-VAS ini bnisa bersifat
negatif atau positif untuk waktu yang berbeda dalam satu hari kerja.
3.
Manajemen Risiko Kelelahan
Berdasarkan
pola kelelahan yang ditemukan dalam penelitian, maka perusahaan pertambangan
dapat membuat penyesuaian-penyesuaian terkait tingkat risiko kelelahan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelelahan para operator pada kerja
hariannya cenderung fluktuatif di antara lima waktu yang diukur, baik diukur
dengan metode KSS maupun F-VAS. Puncak-puncak kelelahan operator alat berat ini
dapat menjadi perhatian perusahaan agar dapat dimitgasi segala kemungkinan
risikonya.
Beberapa
hal yang saat ini telah dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mitigasi dan
preventif kelelahan telah dilakukan antara lain :
a) Pelaksanaan pengecekkan kecukupan tidur di
awal shift
b) Pelaksanaan cek kebugaran di setelah rest
time
c) Pengkondisian tempat istirahat operator
dengan minimasi cahaya yang masuk serta temperatur <280C
d) Campaign pada jalan dan jalur yang
dilewati oleh operator
e) Pembuatan rooster kerja dengan pola 6 pagi
� 2 off - 6 malam-2 off
f)
Pelaksanaan fatigue awareness kepada
seluruh pekerja
g) Pemasangan fatigue alarm yang menyala setiap 3-5 menit di dalam unit
Merujuk
pada (Adiyoso,
2018) mengenai mitigsi risiko, maka dalam memitigasi risiko
yang kemungkinan diakibatkan kelelahan kerja, bisa dilakukan beberapa macam
mitigasi. Pertama, Pengurangan kemungkinan risiko (risk likehood reduction). Hal ini
berarti mitigasi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kondisi mengantuk saat
kerja, yakni dengan mengurangi kemungkinannya.
Berarti ada mekanisme penyeleksian untuk operator alat berat, apakah ia bisa
atau tidak bekerja hari itu jika kondisinya tidak memungkinkan seperti ia
kurang tidur, kurang sehat, dan lain-lain.
Kedua,
berbagi risiko (risk-sharing) atau
penyebaran risiko (spreading risk) (Pribadi,
2015). Hal ini bisa dilakukan dengan penggantian sementara
operator alat berat itu pada jam tertentu, yakni pada puncak kelelahan.
Ketiga,
transfer risiko (risk transfer),
yakni memindahkan risiko kepada pihak lain. Pihak manajemen perusahaan misalnya bisa memindahkan
risiko kecelekaan kerja akibat kelelahan dengan mengasuransikan masalah K-3
kepada pihak asuransi, sehingga jika terjadi kecelakaan kerja, maka pihak
asuransi akan menanggung akibat kecelakaan kerja tersebut (Labombang,
2011).
Tabel
3
Tabel Contoh Pilihan Mitigasi Risiko
Mitigasi
Risiko |
No |
Opsional |
risk likehood reduction |
1 |
Melakukan deklarasi kesiapan kerja awal
shift |
2 |
Mengganti Operator yang
fatigue saat awal shift
dengan operator yang siap untuk bekerja |
|
3 |
Melakukan wake
up call melalui radio komunikasi |
|
4 |
Melakukan streching terhadap operator di jam puncak fatigue (sebelum istirahat) |
|
risk-sharing |
1 |
Penggantian operator saat jam kritis |
2 |
Mengatur pola operasi operator bergantian |
|
3 |
Melakukan pendampingan dengan
instruktur atau operator lain di dalam unit |
|
risk transfer |
1 |
Mendistribusikan risiko
ke asuransi |
2 |
Menunjuk subcontraktor untuk operasional tertentu |
Kesimpulan
Beradasarkan
hasil penelitian dan dengan memperhatikan rumusan masalah, maka dapat
disimpulkan bahwa: 1) Secara umum tingkat kelelahan para operator alat
berat yang bekerja di area Bengalon-Kutai Timur-Kalimantan Timur relatif
rendah. Jika dibandingkan tingkat kelelahan operator alat berat itu pada lima
waktu kerja harian (awal shift, sebelum istirahat 1, saat istirahat siang,
pertengahan istirahat 2, dan akhir shift), tampak terjadi kecenderungan yang
sama maupun berbeda di antara pengukuran KSS dan F-VAS. Puncak mengantuk pada
hasil pengukuran KSS terjadi pada saat istirahat (jam 12.00-13.00), sedangkan
puncak mengantuk pada hasil pengukuran F-VAS terjadi lebih cepat, yakni sebelum
istirahat 1 (jam 09.00-12.00). Berarti terdapat perbedaan antara hasil
pengukuran KSS dan F-VAS mengenai timing terjadinya puncak mengantuk. Namun di
antara pengukuran KSS dan F-VAS tersebut terdapat persamaan pada timing kedua
terendah pada tingkat mengantuk (yang berarti mendekati titik paling amat
terjaga/KSS, atau mendekati titik sangat segar/F-VAS), yakni pada saat
pertengahan istirahat 2. Setelah periode istrahat 3, baik dengan pengukuran KSS
maupun F-VAS, tingkat kelelahan sama-sama meningkat lagi. Hasil pengukuran yang
searah antara KSS dan F-VAS jika dilihat dari timing jam kerja, maka pada awal
shift untuk kedua pengukuran sama-sama menyimpulkan sebagai titik kantuk paling
rendah.
2) Apabila model kelelahan karyawan yang menjalankan fungsi sebagai operator
alat berat dihubungkan dengan variabel speed
dan produktivitas, maka akan diperoleh kesimpulan bahwa. Pertama, pengruh Speed dan produktivitas secara parsial
kepada KSS maupun F-VAS relatif kecil dan tidak signifikan. 3) Berdasarkan
pola kelelahan yang ditemukan dalam penelitian, maka perusahaan pertambangan
dapat membuat penyesuaian-penyesuaian terkait tingkat risiko kelelahan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelelahan para operator pada kerja
hariannya cenderung fluktuatif di antara lima waktu yang diukur, baik diukur
dengan metode KSS maupun F-VAS. Puncak-puncak kelelahan operator alat berat ini
dapat menjadi perhatian perusahaan agar dapat dimitgasi segala kemungkinan
risikonya. Mitigasi risiko tersebut bisa berupa penyesuaian shift, atau
penyesuaian waktu istirahat, dan lain-lain.
Adiyoso, W. (2018). Manajemen bencana:
Pengantar dan isu-isu strategis. Bumi Aksara.
Arif, I. I. (2016). Geoteknik Tambang.
Gramedia Pustaka Utama.
Cox, D., & Kassem, R. (2014). Off the
Record: The National Security Council, Drone Killings, and Historical
Accountability. Yale J. on Reg., 31, 363.
Damopoli, M. L., Josephus, J., & Ratag,
T. B. (2016). Hubungan Antara Umur dan Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja
pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Pelabuhan Samudera Bitung. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Djatmiko, R. D. (2016). Keselamatan dan
kesehatan kerja. Deepublish.
Gharagozlou, F., Saraji, G. N., Mazloumi,
A., Nahvi, A., Nasrabadi, A. M., Foroushani, A. R., Kheradmand, A. A., Ashouri,
M., & Samavati, M. (2015). Detecting driver mental fatigue based on EEG
alpha power changes during simulated driving. Iranian Journal of Public
Health, 44(12), 1693.
ILO. (2013). Kesinambungan Daya Saing
dan Tanggung Jawab Perusahaan (SCORE). Jakarta: ILO.
Irawan, D., & Perindustrian, K. D.
(2020). Industri Produk Tekstil (Apd) Jawa Timur Meningkat Di Tengah Pandemi
Covid-19. Merdeka Berpikir: Catatan Harian Pandemi Covid-19, 111.
Irzal, M. (2016). Dasar-dasar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Jakarta: Kencana.
Kaida, K., Takahashi, M., �kerstedt, T.,
Nakata, A., Otsuka, Y., Haratani, T., & Fukasawa, K. (2006). Validation of
the Karolinska sleepiness scale against performance and EEG variables. Clinical
Neurophysiology, 117(7), 1574�1581.
Labombang, M. (2011). Manajemen risiko
dalam proyek konstruksi. SMARTek, 9(1).
Nugroho, S. T., Anggorowati, A., &
Johan, A. (2016). Pengaruh Intervensi Teknik Relaksasi Lima Jari Terhadap
Fatigue Klien Ca Mammae di RS Tugurejo Semarang. Faculty of Medicine.
Pribadi, E. M. (2015). Esensi Global
Warming Terhadap Kognisi Masyarakat Indonesia (Studi Kasus di 8 Kota di
Indonesia). Proceeding Seminar Nasional Dan Kongres PEI 2015, I�1.
Ramdani, A. R. (2013). Analisis Tingkat
Risiko Keselamatan Kerja Pada Kegiatan Penambangan Batubara Di Bagian Mining
Operation PT. Thiess Contractors Indonesia Sangatta Mine Project, Kalimantan
Timur Tahun 2013.
Reips, U.-D., & Funke, F. (2008).
Interval-level measurement with visual analogue scales in Internet-based
research: VAS Generator. Behavior Research Methods, 40(3),
699�704.
Saleh, L. M., & Wahyu, A. (2019). K3
pertambangan kajian keselamatan dan kesehatan kerja sektor pertambangan.
Deepublish.
Copyright holder: Sandi Bayu Perwira, Rida Zuraida, Abdullah
Nabil, Alterson Kalay (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |