Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia� p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
3, Maret 2023
ANALISIS DAN PERANCANGAN ENTERPRISE
ARCHITECTURE MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF ADM PADA FUNGSI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN STRATEGIS DI PT INDUSTRI
TELEKOMUNIKASI INDONESIA
Resienno
Ismi Azhary
Fakultas Rekayasa Industri,
Universitas Telkom
Email : [email protected]
Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Industri Telekomunikasi Indonesia atau disingkat PT INTI (Persero) merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang industri telekomunikasi. Dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan berpedoman kepada rencana
strategis yang selaras dengan tujuan perusahaan. Dalam hirarkinya, segala aspek
mengenai kebutuhan strategis perusahaan ditugaskan kepada Fungsi Perencanaan
dan Pengendalian Strategis yang berada dalam naungan Divisi Sekretaris Perusahaan & Perencanaan Strategis,
Pengembangan Bisnis. Dalam melaksanakan proses bisnisnya yang terkait dengan
dokumen strategis perusahaan, Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis
belum mempunyai sebuah sistem terintegrasi sehingga masih terdapat beberapa
kendala yang dihadapi seperti adanya redundansi dan inkonsistensi data, risiko
kehilangan data, serta data yang belum terintegrasi antar unit kerja. Untuk
itu dibutuhkan strategi dalam mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan
enterprise architecture didukung oleh framework TOGAF ADM dengan
perancangan pada tahap preliminary phase, architecture vision, business
architecture, data architecture, application architecture, technology
architecture, opportunities and solutions, dan migration planning.
Penelitian ini menghasilkan perancangan enterprise architecture target
berupa pengembangan sistem informasi terintegrasi guna memenuhi kebutuhan
bisnis dan data yang didukung infrastruktur teknologi informasi. Perancangan enterprise
architecture tertuang dalam blueprint dan IT roadmap sebagai
hasil akhir dari penelitian yang diharapkan dapat membantu penyelesaian masalah
pada Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis PT INTI (Persero).
Kata kunci��: Enterprise Architecture, TOGAF ADM, Fungsi
Perencanaan dan Pengendalian Strategis
The
Company (Persero) PT Industri
Telekomunikasi Indonesia or abbreviated as PT INTI (Persero) is a company
engaged in the telecommunications industry. In carrying out its operational
activities, the company is guided by a strategic plan that is in line with the
company's goals. In the hierarchy, all aspects of the company's strategic needs
are assigned to the Strategic Planning and Control Function under the auspices
of the Corporate Secretary & Strategic Planning, Business Development
Division. In carrying out its business processes related to the company's
strategic documents, the Strategic Planning and Control Function does not yet
have an integrated system there are still several obstacles faced such as data
redundancy and inconsistency, the risk of data loss, and data that has not
integrated between work units. For this reason, a strategy is necessary to
overcome these problems by implementing an enterprise architecture supported by
the TOGAF ADM framework with designs at
the preliminary phase, architecture vision, business architecture, data
architecture, application architecture, technology architecture, opportunities
and solutions, and migration planning. This research resulted in the design of
enterprise architecture targets that develop an integrated information system
to meet business and data needs supported by an information technology
infrastructure. The design of enterprise architecture made an output there are the blueprint and IT
roadmap as the final result of the research which is hoped to help solve
problems in the Strategic Planning and Control Function of PT INTI
(Persero).
Keywords: Enterprise Architecture, TOGAF ADM, Strategic
Planning and Control Function
Pada era modern saat ini teknologi
informasi telah berkembang dengan sangat pesat. Hal
ini dapat dilihat dari informasi yang sudah semakin mudah diperoleh, sudah semakin bervariasi
bentuknya dan semakin banyak pula kegunaannya (Azzahroo & Estiningrum, 2021). Teknologi informasi berperan penting dalam memperbaiki
kinerja suatu organisasi (Paranoan et al., 2019). Penggunaannya tidak hanya sebagai proses otomatisasi
terhadap akses informasi, tetapi juga menciptakan akurasi, kecepatan, dan kelengkapan
sebuah sistem yang terintegrasi sehingga proses
organisasi yang terjadi akan lebih efisien, measurable, dan fleksibel (Junirianto & Kurniadin, 2020). Melalui
perkembangannya yang pesat, tentunya berbanding lurus dengan tantangan dan
permasalahan yang dihadapi.
Tidak jarang penyelesaian tantangan dan permasalahan
di bidang teknologi informasi hanya mengandalkan kecanggihan pada sebuah sistem
tanpa melihat dan menganalisis lebih jauh apakah sistem tersebut sudah sejalan
dengan kebutuhan jangka panjang perusahaan (Kusnadi & Adi, 2021).
Dengan strategi yang tepat, teknologi informasi mampu membantu perusahaan untuk
mengambil keputusan yang tepat untuk keberhasilan perusahaan (Ashshidiqy & Ali, 2019).
Salah satu faktor untuk mencapai strategi tersebut
adalah dengan menyelaraskan teknologi informasi dengan strategi dan kebutuhan proses
bisnis sehingga objective dan goal perusahaan dapat tercapai (Sidik & Hasugian, 2016).
Dengan adanya penyelarasan ini proses bisnis akan berjalan lebih efektif dan
efisien, memungkinkan adanya pengurangan biaya operasional, dan kesempatan
untuk menjalankan strategi baru perusahaan. Namun penyelarasan ini merupakan
tantangan yang berat bagi sebuah perusahaan salah satunya bagi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Industri Telekomunikasi Indonesia atau disingkat PT INTI (Persero)
(Salsabila, 2021).
PT INTI (Persero) adalah sebuah
Badan Usaha Milik Negara BUMN yang berada di bawah Badan Pengelola Industri Strategis
atau BPIS yang bergerak dalam bidang peralatan telekomunikasi (Sampurno, 2021). Salah satu fungsi atau bidang yang terdapat pada PT
INTI (Persero) adalah Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis yang berada
dalam naungan Divisi Sekretaris Perusahaan & Perencanaan Strategis,
Pengembangan Bisnis. Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis melaksanakan
proses bisnis terkait dengan perencanaan, kontrol dan review strategis.
Dalam menjalankan proses bisnisnya, Fungsi Perencanaan
dan Pengendalian Strategis sudah dibantu oleh penerapan sistem digital
yaitu dengan penggunaan aplikasi berbasis desktop seperti Microsoft
Office (Microsoft Word dan Microsoft Excel) serta penggunaan
aplikasi penyimpanan berbasis cloud
berupa OneDrive (Ismail
& Lawanda, 2020). Penggunaan Microsoft Office (Microsoft
Word dan Microsoft Excel) berguna untuk membantu aktivitas bisnis
terkait pengolahan dokumen. Sedangkan penggunaan Onedrive adalah sebagai
media penyimpanan data dan sharing data antar unit kerja (Rifani, 2020).
Meskipun dalam pelaksanaan proses bisnisnya sudah
terdigitalisasi, namun pada kenyataannya hal tersebut belum mampu untuk membuat
proses bisnis berjalan lebih optimal. Hal tersebut dikarenakan belum
terdapatnya sebuah sistem yang terintegrasi sehingga masih terdapat peluang
risiko yang muncul seperti redundansi data dan inkonsistensi data dikarenakan
data yang sama disimpan di beberapa lokasi penyimpanan yang dapat menimbulkan
inkonsistensi data dimana terdapat format yang berbeda dalam data yang sama serta
risiko kehilangan data dikarenakan tidak adanya database. Selain itu,
masih terdapat aktivitas bisnis yang tidak tercakup oleh sistem yaitu aktivitas
request atau permintaan dokumen sehingga tidak terdapat integrasi antar
data dan antar unit kerja. Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan struktural
salah satunya adalah dengan menerapkan enterprise architecture (Anggraini
et al., 2020).
Enterprise architecture adalah
prinsip-prinsip, metode, dan model yang digunakan dalam perancangan dan
realisasi dari sebuah struktur organisasi perusahaan, proses bisnis,
sistem informasi dan infrastruktur (Utomo, 2014).
Dengan mengimplementasikan enterprise
architecture memungkinkan sebuah perusahaan mencapai tujuan bisnis utama dengan
memaksimalkan proses manajemen teknologi informasi dengan kebutuhan perusahaan seperti
mengelola kompleksitas perusahaan, menyediakan integrasi dan standarisasi proses
dan sistem, hingga menganalisis kondisi existing perusahaan untuk mengidentifikasi
bagian mana yang harus diperbaiki dari kondisi tersebut. Enteprise
architecture ditunjang oleh penggunaan framework. Salah satu framework
enterprise architecture yang umum digunakan yaitu TOGAF. The Open Group
Architecture Framework (TOGAF) adalah arsitektur yang
menyediakan
method dan tools untuk membangun, mengelola dan
mengimplementasikan serta pemeliharaan
arsitektur enterprise (Mindrayasa et al., 2015). Framework TOGAF dalam perancangan enterprise
architecture akan memberikan hasil yang konsisten, mencerminkan kebutuhan stakeholder,
memberikan best practices, dan dapat memberikan gambaran untuk
kebutuhan saat ini maupun yang akan datang.
Dengan menerapkan enterprise architecture pada Fungsi
Perencanaan dan Pengendalian Strategis maka peluang risiko yang muncul dalam
proses bisnis dapat diminimalisir karena didukung oleh sistem yang terintegrasi
serta ditunjang oleh penggunaan teknologi yang sesuai (Novianti & Syahid, 2016).
Berdasarkan
latar belakang yang telah didefinisikan, rumusan masalah yang mendasari penelitian
ini yaitu : (1) Bagaimana analisis kondisi enterprise architecture existing
pada Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis di PT INTI (Persero)?
(2) Bagaimana rancangan blueprint
enterprise architecture menggunakan framework TOGAF ADM pada Fungsi
Perencanaan dan Pengendalian Strategis pada PT INTI (Persero)?
Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Menganalisis dan memodelkan kondisi enterprise architecture existing
pada Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis di PT INTI (Persero). (2) Merancang
kerangka model berupa blueprint enterprise architecture menggunakan
framework TOGAF ADM pada Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis
pada PT INTI (Persero).
Penelitian
ini dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut : (1) Penelitian ini
diharapkan dapat menambah pemahaman dan wawasan penulis mengenai hal yang
berhubungan dengan enteprise architecture khususnya yang menggunakan framework
TOGAF ADM. (2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat
sistem informasi atau aplikasi berdasarkan rancangan enterprise architecture
yang telah dibuat. (3) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi untuk penelitian maupun keilmuan sejenisnya di masa yang akan datang.
Model
konseptual diharapkan dapat
mengembangkan artefak sistem informasi dengan memetakan
arahan yang jelas dan terperinci terkait bagian-bagian yang akan menjadi poin
penelitian serta membantu
proses penyelesaian masalah dari awal hingga akhir penelitian (Siyoto & Sodik,
2015). Model konseptual dibagi menjadi tiga elemen yaitu environment, IS
research, dan knowledge base yang mempunyai dua arah yaitu relevance
(sesuai dengan fakta di lapangan) dan rigor (pengetahuan) (Hevner et al., 2004).
Konsep Enterprise
Architecture, konsep dasar tentang Enterprise Architecture akan dijelaskan, termasuk mengenai definisi, manfaat, tujuan,
dan model referensi yang akan digunakan dalam analisis dan perancangan
enterprise architecture pada PT Industri Telekomunikasi Indonesia.
Framework
TOGAF ADM: Pada tahap ini, akan dijelaskan tentang framework TOGAF ADM yang
akan digunakan sebagai panduan dalam melakukan analisis dan perancangan
enterprise architecture di PT Industri Telekomunikasi Indonesia. Framework ini
terdiri dari 9 fase yang mencakup seluruh siklus hidup enterprise architecture.
Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis: Pada tahap
ini, akan dijelaskan tentang fungsi perencanaan dan pengendalian strategis yang
merupakan fokus analisis dan perancangan enterprise architecture di PT Industri
Telekomunikasi Indonesia. Fungsi ini meliputi aspek-aspek seperti visi, misi,
strategi, arsitektur bisnis, arsitektur aplikasi, arsitektur data, dan
arsitektur teknologi informasi.
Analisis Enterprise
Architecture: Pada tahap ini, akan dilakukan analisis terhadap aspek-aspek yang
telah disebutkan pada tahap sebelumnya, dengan menggunakan framework TOGAF ADM sebagai panduan. Analisis ini meliputi
analisis gap, analisis kebutuhan, analisis arsitektur bisnis, analisis
arsitektur aplikasi, analisis arsitektur data, dan analisis arsitektur teknologi
informasi.
Perancangan Enterprise
Architecture: Pada tahap ini, akan dilakukan perancangan enterprise
architecture yang meliputi aspek-aspek yang telah disebutkan pada tahap
sebelumnya, dengan menggunakan framework TOGAF ADM sebagai panduan. Perancangan
ini meliputi perancangan arsitektur bisnis, perancangan arsitektur aplikasi,
perancangan arsitektur data, dan perancangan arsitektur teknologi informasi.
Dengan menggunakan
model konseptual tersebut, peneliti dapat melakukan analisis dan perancangan
enterprise architecture yang sistematis dan terstruktur pada fungsi perencanaan
dan pengendalian strategis di PT Industri Telekomunikasi Indonesia, sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam mengelola perusahaan secara keseluruhan.
Pada tahap pengumpulan data, penulis membutuhkan
sumber data sebagai bahan dasar penelitian yang didukung dengan penggunaan teknik pengumpulan data
penelitian.
Tahap
pengolahan data atau pengembangan artefak dilakukan setelah tahap pengumpulan
data. Pada pengolahan data ini terdapat empat tahap yang disusun secara
sistematis dan komprehensif yaitu tahap inisiasi atau persiapan, tahap
identifikasi, tahap analisis dan perancangan, serta tahap kesimpulan dan saran.
Metode Evaluasi
Metode evaluasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah dengan melakukan validasi dan verifikasi kepada stakeholder terkait
di PT INTI (Persero) yaitu Manager Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis mengenai hasil
perancangan enterprise architecture yang telah dibuat. Validasi dan
verifikasi dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh stakeholder
terkait. Evaluasi menghasilkan Surat Pernyataan dan Verifikasi yang dapat
dilihat pada bagian lampiran penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif. Metode kualitatif merupakan
metode penelitian yang menitikberatkan pada analisis proses sehingga
menghasilkan hasil penelitian yang lebih komprehensif. Pada penelitian ini, metode
kualitatif menjadi dasar dalam proses pengumpulan dan pengidentifikasian data. Pada
penelitian ini, metode kualitatif juga mendasari teknik pengumpulan data yaitu melalui
wawancara dan studi literatur. Dengan menggunakan metode kualitatif maka
penulis lebih memahami detail data terkait permasalahan Fungsi Perencanaan dan
Pengendalian Strategis PT INTI (Persero). Selain itu, penulis berpedoman pada alur
penelitian terdahulu sehingga mendapatkan data atau informasi yang lebih luas,
benar, dan terpercaya
Sebelum memasuki fase A pada
framework TOGAF ADM, perlu adanya tahap persiapan untuk merancang sebuah
arsitektur yang lebih dikenal dengan fase preliminary. Preliminary
phase merupakan fase pendahuluan yang bertujuan untuk mendefinisikan
prinsip-prinsip arsitektur yang dibutuhkan perusahaan untuk pengembangan fase arsitektur
bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi.
Prinsip-prinsip tersebut digunakan sebagai pondasi awal untuk memenuhi
kebutuhan (requirement) perusahaan dan pengelolaan enterprise
architecture kedepannya. Di antara artefak yang dihasilkan pada fase ini
adalah principle catalog.
Principle catalog merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase preliminary phase yang berisi
prinsip-prinsip yang dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya
dalam lingkup domain arsitektur bisnis, data, aplikasi, dan teknologi. Pada
setiap domain arsitektur terdapat penjabaran masing-masing prinsip yang berguna
dalam perancangan enterprise architecture pada tahap berikutnya.
Architecture Vision merupakan fase A atau fase
awal dalam TOGAF ADM. Fase ini menitikberatkan pada pendefinisian ruang
lingkup, pengidentifikasian stakeholder, pembuatan visi arsitektur, pengidentifikasian
tujuan serta kebutuhan (requirement) perusahaan. Di antara artefak yang
dihasilkan pada fase ini adalah stakeholder map matrix, value chain diagram,
solution concept diagram, goal diagram, dan requirement catalog.
Stakeholder map matrix merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase architecture vision yang berisi
penjelasan mengenai stakeholder atau pemangku kepentingan beserta
tanggung jawabnya dalam fungsi bisnis yang ada di PT INTI (Persero). Value
Chain Diagram
Value chain diagram adalah salah satu artefak yang
dihasilkan pada fase architecture vision yang befungsi untuk
mengelompokkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan yang membentuk nilai
(value) baik produk atau jasa dalam rangka menciptakan nilai bagi
pelanggan.
Solution concept diagram merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase architecture vision yang menggambarkan
sketsa awal atau gambaran umum mengenai target enterprise architecture. Diagram
ini bertujuan untuk menyelaraskan keinginan stakeholder terhadap
perubahan tertentu pada arsitektur sehingga memahami tujuan yang ingin dicapai
guna memenuhi kebutuhan perusahaan.
Pada solution concept
diagram terdapat empat tingkatan atau layer antara lain sebagai
berikut.
1)
Channels, yaitu media untuk mengakses aplikasi seperti
internet atau intranet.
2)
Front Office, yaitu aplikasi yang berinteraksi langsung
dengan pelanggan atau customer perusahaan.
3)
Middle Office, �yaitu aplikasi yang berguna untuk menunjang
proses bisnis perusahaan yang memproses data dari aplikasi lainnya.
4)
Back Office, yaitu aplikasi yang digunakan untuk operasi
internal perusahaan yang digunakan untuk mendukung aplikasi pada middle
office dan front office. Aplikasi ini biasanya merupakan aplikasi
akhir yang digunakan untuk memproses data.
Goal diagram merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase architecture vision yang menjelaskan
tujuan atau goals yang harus dicapai perusahaan. Pada PT INTI (Persero), tujuan perusahaan didapatkan dari visi
misi serta rencana strategis perusahaan. Penggambaran goal diagram dibuat
berdasarkan identifikasi goal secara umum dan �goal secara khusus
untuk setiap fungsi perusahaan. Gambar V.3 berikut merupakan goal diagram pada
PT INTI (Persero).
Requirement catalog merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase architecture vision yang berisi
pemetaan kebutuhan perusahaan untuk mencapai suatu sasaran atau objective perusahaan.
Terdapat tiga komponen yang ada pada requirement catalog, yaitu:
1)
Capability, menjelaskan fungsi atau bagian perusahaan
untuk mencapai objective.
2)
Objective, merupakan sesuatu yang berjangka waktu
yang menunjukkan indikator sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya.
3)
Requirement, merupakan kebutuhan bisnis yang harus
dipenuhi untuk mencapai objecitve yang telah ditentukan.
Fase business
architecture merupakan fase B dalam TOGAF ADM. Fase ini bertujuan untuk menggambarkan
perancangan enteprise architecture pada fase bisnis sesuai kebutuhan (requirement)
dan tujuan (goals) perusahaan. Fase ini juga menggambarkan interaksi
antar arsitektur bisnis. Di antara artefak yang dihasilkan pada fase ini adalah
business architecture requirement,
business footprint diagram, goal/objective/requirement catalog, business
interaction matrix, functional decomposition diagram, business service/function
catalog, organizational/actor catalog, role catalog, actor/role matrix, organizational
process diagram, dan Gap Analysis.
Business architecture
requirement merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase business architecture yang berisikan kebutuhan (requirement)
yang ingin dicapai dan harus dipenuhi selama perancangan business
architecture sesuai dengan kondisi targeting yang diinginkan.
Business footprint diagram merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase business architecture yang memudahkan perusahaan untuk melihat alur
goal perusahaan yang harus dicapai dengan menjelaskan hubungan antara driver,
goal, objective, dan requirement bisnis dan fungsi yang terkait
antara satu dan yang lainnya. Dimana driver bisnis merupakan kondisi
internal atau eksternal yang mempunyai kekuatan untuk memotivasi atau mendorong
perusahaan dalam menentukan goal perusahaan, goal adalah tujuan
perusahaan, dan objective yaitu tolak ukur perusahaan mencapai goal-nya.
Goal/objective/requirement
catalog merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase business
architecture yang menjelaskan hubungan antara goal, objective, dan requirement
yang ada pada perusahaan. Artefak goal, objective, dan requirement
didapatkan dari artefak business footprint
diagram.
Business interaction matrix
merupakan
salah satu artefak yang dihasilkan pada fase business architecture yang menjelaskan
hubungan interaksi antar fungsi bisnis yang ada di perusahaan yang dapat ditentukan berdasarkan aktivitas bisnis setiap
fungsi bisnis perusahaan. Terdapat dua komponen yaitu input dan output
yang berisi kelengkapan informasi bisnis dimana output akan
berpengaruh pada aktivitas fungsi bisnis lainnya.
Functional decomposition
diagram merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase business
architecture yang menggambarkan keterkaitan setiap fungsi bisnis dengan proses
bisnis atau layanan bisnis yang ada di perusahaan. Setiap fungsi bisnis
dikategorikan berdasarkan aktivitasnya sesuai dengan
artefak value chain diagram yaitu primary activities dan support
activities. Functional decomposition diagram ini dibuat berdasarkan dokumen
unit organisasi perusahaan yang mendeskripsikan fungsi bisnis serta layanan
bisnis terkait. Dari setiap fungsi bisnis yang ada, terdapat sub-fungsi yang
masing-masing memiliki layanan bisnis. Pada Fungsi Perencanaan dan Pengendalian
Strategis terdapat lima sub-fungsi yaitu sub-fungsi Administrasi Direksi,
sub-fungsi Hubungan Masyarakat, sub-fungsi PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan), sub-fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis, dan sub-fungsi
Pengembangan Bisnis. Pada penelitian ini, penulis berfokus pada sub-fungsi
Perencanaan dan Pengendalian Strategis yang memiliki layanan bisnis strategic
planning dan strategic review and control.
Business service/function
catalog merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase business
architecture yang menjelaskan layanan bisnis yang terdapat pada setiap
fungsi bisnis perusahaan dimana setiap fungsi bisnis dikategorikan sebagai primary
atau support activities sesuai dengan artefak value chain
diagram.
Organizational/actor
catalog merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase business
architecture yang menjelaskan hubungan antara kelompok fungsi bisnis atau
unit organisasi dengan jabatan stakeholder terkait sesuai proses
bisnisnya. Aktor atau stakeholder dapat dilihat dari struktur organisasi
perusahaan.
Role catalog merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase business architecture yang menjelaskan
uraian jabatan setiap stakeholder dengan aktivitas yang dilakukan sesuai
dengan tingkat wewenang/otoritasnya di perusahaan.
Actor/role matrix merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase business architecture yang menjelaskan
dan menentukan peran dan tanggung jawab setiap stakeholder dalam
menjalankan proses bisnis perusahaan dengan menggunakan indikator yang dikenal
dengan istilah RACI Chart.
RACI Chart terdiri
atas empat peran, yaitu:
a)
Responsible (R), yaitu pihak yang menjalankan fungsi
bisnis perusahaan
b)
Accountable (A), yaitu pihak yang bertanggung jawab atas
berlangsungnya fungsi bisnis perusahaan dan biasanya memegang peranan penting
dalam proses bisnis.
c)
Consulted (C), yaitu pihak yang dimintai pendapat atau
opini terhadap berlangsungnya fungsi bisnis perusahaan.
d)
Informed (I), yaitu pihak yang mendapatkan informasi atas
berlangsungnya fungsi bisnis perusahaan.
Organizational process diagram merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase business architecture yang menjelaskan
alur setiap aktivitas proses bisnis yang berjalan pada setiap fungsi bisnis
dengan melibatkan aktor atau stakeholder terkait.
Gap Analysis berfungsi
untuk melakukan validasi terhadap enterprise architecture yang
dikembangkan. Dari hasil Gap analisis, dapat
dilihat sudah sejauh mana pemenuhan terhadap requirement.
Fase information system
architecture merupakan fase C dalam TOGAF ADM. Fase ini bertujuan untuk mengembangkan
kondisi targeting information system architecture berdasarkan kebutuhan
(requirement) untuk mencapai goals perusahaan. Information
system architecture terdiri dari dua arsitektur yaitu data architecture dan
application architecture.
Data architecture merupakan bagian dari fase information system
architecture. Fase ini bertujuan untuk menggambarkan data yang dibutuhkan
dalam perancangan enteprise architecture dengan memenuhi requirement
yang sudah didefinisikan pada tahap sebelumnya yaitu fase business
architecture. Di antara artefak yang dihasilkan pada fase ini adalah data architecture requirement, data entity/component
catalog, data entity/business function matrix, application/data matrix, entity
relationship diagram/conceptual data diagram, class diagram/logical data
diagram, data dissemination diagram, dan Gap Analysis.
Data architecture
requirement merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase data
architecture yang berisikan kebutuhan (requirement) yang ingin
dicapai dan harus dipenuhi selama perancangan data architecture sesuai
dengan kondisi targeting yang diinginkan. Requirement ini diharapkan
mampu untuk menunjang kebutuhan dan penggunaan data pada perusahaan.
Data entity/component catalog
merupakan
salah satu artefak yang dihasilkan pada fase data architecture yang bertujuan
untuk mengidentifikasi data berupa entitas dan komponen data pada sebuah
perusahaan. Artefak ini dapat dibagi menjadi dua komponen utama yaitu:
a)
Data Entity Catalog, bertujuan mengidentifikasi
entitas data, deksripsi, dan tipe data.
b)
Data Component Catalog, bertujuan untuk mengidentifikasi
hubungan entitas dengan logical dan physical data.
Data entity/business
function matrix merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase data
architecture yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara entitas
data dengan fungsi bisnis perusahaan. Artefak ini menggunakan pola CRUD yaitu Create
(C), Read (R), Update (U), dan Delete (D).
Application/data matrix merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase data architecture yang menjelaskan
hubungan antara sistem atau aplikasi dengan kebutuhan entitas data. Artefak ini
menggunakan entitas metamodel physical application dan keterkaitannya
dengan entitas data dan tipe setiap entitas data.
Entity Relationship
Diagram/Conceptual data diagram merupakan salah satu artefak yang dihasilkan
pada fase data architecture yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan
antar entitas data dalam proses bisnis Fungsi Perencanaan dan Pengendalian
Strategis PT INTI (Persero). Pada Entity
Relationship Diagram/Conceptual data diagram existing, penulis
menggabungkan proses bisnis yang ada karena adanya keterkaitan entitas data.
Sedangkan pada Entity Relationship Diagram/Conceptual data diagram targeting,
penulis menggunakan entitas target yang dapat dilihat pada tabel V.17 yaitu
artefak data entity/component catalog sebagai kebutuhan data dalam
pembuatan aplikasi.
Class Diagram/Logical data diagram
merupakan
salah satu artefak yang dihasilkan pada fase data architecture yang
bertujuan untuk menggambarkan hubungan antar entitas data yang telah dibuat
pada artefak Entity Relationship Diagram/Conceptual data diagram beserta
atribut dan kardinalitasnya.
Data dissemination diagram merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase data architecture yang bertujuan untuk
menggambarkan hubungan antara layanan bisnis dan komponen aplikasi serta
entitas data yang ada didalamnya. Layanan bisnis mengacu pada artefak business
service/function catalog, sedangkan aplikasi dan kebutuhan data didalamnya
mengacu pada artefak application/data matrix.
Gap Analysis
berfungsi untuk melakukan validasi terhadap enterprise architecture yang
dikembangkan. Dari hasil Gap analisis, dapat dilihat sudah sejauh mana
pemenuhan terhadap requirement.
Application architecture merupakan bagian dari fase information
system architecture. Fase ini bertujuan untuk menggambarkan enteprise
architecture pada fase aplikasi dengan memenuhi requirement yang
sudah didefinisikan pada tahap sebelumnya yaitu fase business architecture dan
data architecture. Pada application architecture, pembuatan
aplikasi fokus pada pendefinisian jenis sistem aplikasi yang relevan dengan perusahaan
serta fungsionalitas aplikasi dalam pengelolaan data untuk menyajikan
informasi. Di antara artefak yang dihasilkan pada fase ini adalah application architecture requirement, application
portfolio catalog, application interface catalog, application/organizational
matrix, application/role matrix, application/function matrix, application
interaction matrix, application communication diagram, application use case
diagram, dan Gap Analysis.
Application architecture
requirement merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase application architecture
yang berisikan kebutuhan (requirement) yang ingin dicapai dan harus
dipenuhi selama perancangan application architecture sesuai dengan
kondisi targeting yang diinginkan. Requirement digunakan sebagai
acuan dalam pembuatan aplikasi.
Application portfolio
catalog merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase applicaton
architecture yang bertujuan untuk mengidentifikasi daftar aplikasi yang
digunakan pada perusahaan. Artefak ini menggunakan entitas metamodel physical
application component disertai dengan deskripsinya yang sudah difenisikan
pada artefak application/data matrix.
Application interface catalog merupakan
salah satu artefak yang dihasilkan pada fase application architecture yang
bertujuan untuk membatasi ruang lingkup interface antar aplikasi yang
memiliki ketergantungan pada aplikasi lain. Terdapat relationship untuk
menghubungkan antar aplikasi yang terkait. Relationship mendeskripsikan integrasi
aplikasi melalui interface dan teknologi yang saling terkait.
Application/organizational matrix
merupakan
salah satu artefak yang dihasilkan pada fase application architecture
yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara aplikasi dengan unit
organisasi yang ada di perusahaan. Unit organisasi mengacu pada artefak organizational/actor
catalog pada fase business architecture.
Application/ function matrix merupakan
salah satu artefak yang dihasilkan pada fase application architecture yang
bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara aplikasi dengan fungsi bisnis
yang ada di perusahaan. Fungsi bisnis mengacu pada artefak value chain pada
fase architecture vision.
Application interaction
matrix merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase application
architecture yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan komunikasi antar
aplikasi pada perusahaan. Artefak ini dibuat berdasarkan providing dan consuming
application. Providing application berisi fitur yang disediakan oleh
aplikasi sedangkan consuming application berisi aplikasi yang
menggunakan fitur yang telah disediakan.
Application/role matrix merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase application architecture yang
bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara aplikasi dengan peran bisnis yang
ada di perusahaan. Role mengacu pada artefak role catalog yang terdapat
pada fase business architecture.
Application communication
diagram merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase application
architecture yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan komunikasi antara aplikasi
existing dan targeting pada perusahaan. Pada artefak application
communication diagram ini, penulis menggambarkan hubungan komunikasi
antara physical application dan logical application dikarenakan
tidak ada komunikasi antara aplikasi existing dan targeting. Pada
application communication diagram ini juga terdapat API (Application
Programming Interface) yang menyediakan interface untuk
menghubungkan antar logical application.
Application use case
diagram merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase application
architecture yang bertujuan untuk menggambarkan interaksi antara aplikasi
dengan stakeholder yang ada di perusahaan. Artefak ini menggambarkan
fungsionalitas aplikasi dengan menggambarkan interaksi stakeholder dengan
fungsi aplikasi terkait pada suatu proses aplikasi.
Gap Analysis
berfungsi untuk melakukan validasi terhadap enterprise architecture yang
dikembangkan. Dari hasil Gap analisis, dapat dilihat sudah sejauh mana
pemenuhan terhadap requirement.
Fase technology architecture
fase D dalam TOGAF ADM. Fase ini bertujuan untuk menggambarkan enteprise
architecture pada fase teknologi dengan memenuhi requirement yang
sudah didefinisikan pada tahap sebelumnya yaitu fase business architecture dan
data architecture serta dapat menunjang application architecture.
Di antara artefak yang dihasilkan pada fase ini adalah technology architecture requirement, technology
standards catalog, technology portfolio catalog, application/technology matrix,
environment and locations diagram, platform decomposition diagram, dan Gap Analysis.
Technology architecture
requirement merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase technology
architecture yang berisikan kebutuhan (requirement) yang ingin
dicapai dan harus dipenuhi selama perancangan technology architecture sesuai
dengan kondisi targeting yang diinginkan.
Technology standar catalog merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase technology architecture yang berisi
informasi standar infrastruktur teknologi yang akan dijadikan acuan dalam
menggunakan teknologi. Artefak ini memiliki beberapa entitas metamodel yaitu logical
technology component (platform) dan physical technology component
(technology component dan standards).
Technology portfolio catalog merupakan
salah satu artefak yang dihasilkan pada fase technology architecture yang
bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengelola keseluruhan teknologi yang digunakan
oleh perusahaan. Artefak ini memiliki beberapa entitas metamodel yaitu technology
component, tipe, spesifikasi, dan deskripsi setiap tipe technology
component.
Application/technology
catalog merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase technology
architecture yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara aplikasi
dengan teknologi yang digunakan di perusahaan.
Environment and location
diagram merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase
technology architecture yang bertujuan untuk menggambarkan lokasi
keberadaan penggunaan aplikasi dan teknologi beserta interaksinya dengan lokasi
bisnis.
Platform decomposition diagram
merupakan
salah satu artefak yang dihasilkan pada fase technology architecture yang
bertujuan untuk menggambarkan semua aspek platform teknologi perusahaan
yang mampu menunjang operasional arsitektur sistem informasi sesuai
fungsionalitasnya.
Gap Analysis
berfungsi untuk melakukan validasi terhadap enterprise architecture yang
dikembangkan. Dari hasil Gap analisis, dapat dilihat sudah sejauh mana
pemenuhan terhadap requirement.
Opportunities and solution merupakan fase E dalam
TOGAF ADM. Fase ini bertujuan sebagai bahan evaluasi atas perancangan enterprise
architecture serta sebagai gambaran awal pengimplementasian perancangan enterprise
architecture yang telah dibuat. Di antara artefak yang dihasilkan pada fase
ini adalah implementation factor assessment and deduction matrix;
consolidated Gaps, solution, and dependencies matrix; consolidated and
reconcile interoperability requirement; project catalog; project context
diagram; dan benefit diagram.
Implementation factor
assessment and deduction matrix merupakan salah satu artefak yang dihasilkan
pada fase opportunities and solution yang bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh atau dampak terhadap implementasi
perancangan enterprise architecture.
Consolidated Gaps,
solutions, and dependencies matrix merupakan salah satu artefak yang dihasilkan
pada fase opportunities and solution yang bertujuan untuk
mengidentifikasi Gap terhadap kebutuhan/requirement pada setiap
arsitektur perusahaan mulai dari arsitektur bisnis hingga teknologi. Berdasarkan
identifikasi tersebut didapatkan hasil pemenuhan terhadap requirement apakah
sudah terpenuhi atau belum.
Terdapat tiga indikator
pemenuhan requirement, yaitu:
1)
��Non-fullfilment
(N), menjelaskan bahwa perancangan enterprise architecture yang
telah dibuat tidak atau belum memenuhi requirement secara umum sehingga
perlu ditinjau kembali.
2)
Partial-fullfilment (P), menjelaskan bahwa
perancangan enterprise architecture yang telah dibuat sudah memenuhi
sebagian requirement secara umum. Dikarenakan masih terpenuhi sebagian requirement,
maka perlu ditinjau kembali.
3)
Fullfilment (F), menjelaskan bahwa perancangan enterprise
architecture yang telah dibuat sudah sepenuhnya memenuhi requirement secara
umum sehingga tidak perlu ditinjau kembali.
Consolidated and reconcile interoperability
requirement merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase opportunities
and solution yang bertujuan untuk mengindentifikasi pertukaran jenis data
yang terjadi antar layanan bisnis yang ada pada Fungsi Perencanaan dan
Pengendalian Strategis.
Terdapat empat jenis
pertukaran data, yaitu:
1)
Degree 1, yaitu Unstructure Data Exchange merupakan
pertukaran data yang tidak terstruktur.
2)
Degree 2, yaitu Structure Data Exchange merupakan
pertukaran data secara terstruktur dan sudah menggunakan metode atau format
tertentu.
3)
Degree 3, yaitu Seamless Sharing of Data merupakan
pertukaran data yang menggunakan sistem sehingga data sudah terotomisasi.
4)
Degree 4, yaitu Seamless Sharing of Information merupakan
ekstensi dari degree 3 dimana pertukaran data sudah secara real-time.
Sementara itu, pertukaran
data lainnya sebagai berikut.
A : Formal Message Exchange
B : Common Data Exchange
C : Complete Data Exchange
D : Real-time Data Exchange
Project catalog merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase opportunities and solution yang menggambarkan
pemetaan terkait proyek yang akan dikerjakan.
Project context diagram merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase opportunities and solution yang menggambarkan
keterkaitan antara proyek yang akan direalisasikan dengan objective dan requirement
Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Strategis. Artefak ini digambarkan
berdasarkan tabel V.9 goal/objective/requirement catalog.
Benefit diagram merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase opportunities and solution yang bertujuan
untuk menggambarkan keuntungan dan manfaat dari pengimplementasian proyek sebagai
usulan kepada pihak perusahaan.
Migration planning merupakan fase F dalam
TOGAF ADM. Fase ini merupakan tahap finalisasi dari perancangan enterprise
architecture yang bertujuan untuk menganalisis risiko, biaya, manfaat, dan
nilai dari proyek perancangan enterprise architcture. Di antara artefak
yang dihasilkan pada fase ini adalah estimate value and risk, business value
assessment, prioritas pembangunan proyek, dan IT roadmap.
Estimate value and risk merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase migration planning yang bertujuan
untuk menentukan nilai dan risiko terhadap proyek yang akan diimplementasikan. Value
menggambarkan nilai yang dimiliki oleh proyek terhadap peningkatan
efektivitas dan efisiensi proses bisnis perusahaan. Sedangkan risk menggambarkan
risiko yang ada terkait pengimplementasian proyek.
Dalam menentukan
risiko, terdapat tiga indikator utama yaitu threat dan easy of
exploitation. Proyek dibagi berdasarkan beberapa sub-project yaitu
melakukan enhancement pada proses bisnis, dan pengembangan infrastruktur
teknologi informasi, serta pengintegrasian data dan pengembangan fungsionalitas
aplikasi.
Business value assessment merupakan salah satu
artefak yang dihasilkan pada fase migration planning yang bertujuan
untuk mengukur nilai bisnis pada proyek yang akan diimplementasikan berdasarkan
hasil perhitungan value estimation dan risk estimation pada
artefak estimate value and risk. Penggambaran artefak ini
menggunakan sebuah matrix.
Prioritas pembangunan
proyek merupakan salah satu artefak yang dihasilkan pada fase migration
planning yang berisi informasi urutan proyek yang akan diimplementasikan
berdasarkan tingkat prioritas. Prioritas proyek dibagi berdasarkan sub-project
proyek. Prioritas pembangunan proyek mengacu pada artefak business value
assessment.
IT roadmap merupakan
salah satu artefak yang dihasilkan pada fase migration planning yang
bertujuan untuk menggambarkan rancangan kerja dalam durasi waktu guna memenuhi
kondisi targeting perancangan enterprise architecture. Pada
penelitian ini, penulis menggambarkan rancangan kerja dalam kurun waktu 1,5
tahun yang dibagi menjadi 16 bulan.
Berdasarkan hasil analisis penelitian pada Fungsi Perencanaan dan
Pengendalian Strategis PT
INTI (Persero) dapat disimpulkan bahwa Penelitian ini menghasilkan output berupa
rancangan blueprint enterprise architecture berupa
artefak-artefak yang terdiri atas catalog, matrices, dan diagram. Perancangan
enterprise architecture yang dilakukan pada Fungsi Perencanaan dan
Pengendalian Strategis dapat dijelaskan sebagai berikut.
(1) Business architecture, hasil analisis pada business
architecture terhadap kondisi existing Fungsi Perencanaan dan
Pengendalian Strategis PT
INTI (Persero) yaitu masih terdapat aktivitas bisnis yang belum didukung oleh
penggunaan sistem informasi. Sehingga dihasilkan perancangan targeting yaitu
dengan mengintegrasikan seluruh aktivitas bisnis ke dalam sebuah sistem yang
terintegrasi. (2) Data architecture, hasil analisis pada data
architecture terhadap kondisi existing Fungsi Perencanaan dan
Pengendalian Strategis PT
INTI (Persero) yaitu karena masih terdapat aktivitas bisnis yang belum tersistemasi,
maka tidak terdapat integrasi data antar unit kerja yang menyebabkan pertukaran
data menjadi tidak optimal. Selain itu, data yang ada belum terkelola dengan
baik yang menyebabkan munculnya permasalahan seperti redundansi dan
inkonsistensi data. Sehingga dihasilkan perancangan targeting yaitu dengan
melakukan integrasi data antar unit kerja dengan menambahkan entitas-entitas
pendukung sesuai dengan kebutuhan bisnis dan pengelolaan data menggunakan database
agar lebih terorganisir. (3) Application architecture, hasil
analisis pada application architecture terhadap kondisi existing Fungsi
Perencanaan dan Pengendalian Strategis PT INTI (Persero) yaitu belum terdapat sistem informasi untuk
mendukung keseluruhan aktivitas bisnis dan untuk memenuhi kebutuhan data secara
optimal. Sehingga dihasilkan perancangan targeting yaitu dengan membuat
sebuah sistem terintegrasi yang mampu mengelola aktivitas bisnis bernama SIMDO
(Sistem Informasi Manajemen Dokumen). (4) Technology architecture, hasil
analisis pada technology architecture terhadap kondisi existing Fungsi
Perencanaan dan Pengendalian Strategis PT INTI (Persero) yaitu belum terdapat teknologi untuk menunjang aktivitas
sistem dalam memenuhi kebutuhan data. Sehingga dihasilkan perancangan targeting
yaitu dengan mengembangkan infrastruktur teknologi informasi yang didukung
oleh spesifikasi keamanan guna melindungi data dan sistem.
Penelitian ini juga menghasilkan rancangan kerja enterprise
architecture berupa IT roadmap dengan satu usulan proyek yang
terbagi ke dalam tiga sub-project yang dikerjakan dalam kurun
waktu 1,5 tahun
Anggraini, P., Mulya, D. P., & Sularno, S. (2020).
Perancangan Aplikasi Customer Relationship Management Berbasis Wap Pada The
Aliga Hotel. Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi Bisnis, 2(2),
161�186.
Ashshidiqy, N., & Ali, H. (2019). Penyelarasan Teknologi
Informasidengan Strategi Bisnis. Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi,
1(1), 51�59.
Azzahroo, R. A., & Estiningrum, S. D. (2021). Preferensi
Mahasiswa dalam Menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS)
sebagai Teknologi Pembayaran. Jurnal Manajemen Motivasi, 17(1),
10�17.
Hevner, A. R., March, S. T., Park, J., & Ram, S. (2004).
Design science in information systems research. MIS Quarterly: Management
Information Systems, 28(1), 75�105. https://doi.org/10.2307/25148625
Ismail, F., & Lawanda, I. I. (2020). Implementasi EDMS
dalam Penataan Dokumen: Studi Kasus Rail Document System PT Kereta Api
Indonesia (Persero) Daerah Operasi 1 Jakarta. Jurnal Dokumentasi Dan
Informasi, 41.
Junirianto, E., & Kurniadin, N. (2020). Pengembangan
Aplikasi Point Of Sale Berbasis Android Menggunakan Metode Rapid Application
Development. JOINTECS (Journal of Information Technology and Computer
Science), 5(3), 211�218.
Kusnadi, L. M., & Adi, I. R. (2021). Peran Teknologi
Informasi dan Komunikasi Pada Program Kemitraan PT TaniFund Madani Indonesia
(TaniFund). Jurnal Pembangunan Manusia, 2(1), 4.
Mindrayasa, I. G., Murahartawaty, M., & Hanafi, R.
(2015). Analisis Dan Perancangan Data Architecture Dan Application Architecture
Menggunakan the Open Group Architecture Framework Architecture Development
Method (Togaf Adm) Pada Pt Shafco Multi Trading. Jurnal Rekayasa Sistem
& Industri (JRSI), 2(03), 67.
https://doi.org/10.25124/jrsi.v2i03.67
Novianti, K., & Syahid, C. N. (2016). Menuju kota cerdas:
pelajaran dari konsep smart city yang diterapkan di jakarta dan surabaya 6
towards smart city: lessons from the implementation of smart city�s concept in
jakarta and surabaya. Prosiding Seminar Hari Tata Ruang, 89.
Paranoan, N., Tandirerung, C. J., & Paranoan, A. (2019).
Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan kompetensi sumber daya manusia
terhadap efektivitas sistem informasi akuntansi. Jurnal Akun Nabelo: Jurnal
Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif, 2(1), 181�196.
Rifani, A. T. (2020). LKP: Optimalisasi Penggunaan
OneDrive for Business untuk Membantu Kinerja Pengarsipan Surat Masuk dan Surat
Keluar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Selama Work From Home. Universitas
Dinamika.
Salsabila, S. A. (2021). Enterprise Architecture Sebagai
Strategi Dalam Optimalisasi Proses dan Teknologi Menggunakan Togaf Adm. JATISI
(Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem Informasi), 8(4), 2019�2029.
Sampurno, F. H. (2021). The last chance: kebangkitan
industri strategis Indonesia. Balai Pustaka (Persero), PT.
Sidik, R., & Hasugian, L. P. (2016). IT/IS Strategy dan
E-Strategy: Kajian dalam Ruang lingkup Perusahaan. Jurnal Manajemen
Informatika (JAMIKA), 6(2).
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi
penelitian. Literasi Media Publishing.
Utomo, A. P. (2014). Pemodelan Arsitektur Enterprise Sistem
Informasi Akademik Pada Perguruan Tinggi Menggunakan Enterprise Architecture
Planning. Simetris : Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer,
5(1), 33. https://doi.org/10.24176/simet.v5i1.129
Copyright holder: Resienno
Ismi Azhary (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |