Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
3, Maret 2023
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN
KEPERCAYAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA YANG DIMEDIASI OLEH MOTIVASI KERJA PEGAWAI NEGERI
SIPIL KABUPATEN LAMANDAU
Islia Hartati, Roby Sambung, Shine Pintor Siolemba Patiro
Program Pasca Sarjana Universitas Terbuka, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lamandau merasakan pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan kepercayaan terhadap kepuasan kerja yang juga
dimediasi oleh motivasi. Tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk mengungkap pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional dan kepercayaan
terhadap kepuasan kerja yang dimediasi oleh motivasi kerja para Pegawai Negeri Sipil yang ada di Kabupaten Lamandau. Penelitian ini dilakukan pada seluruh Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Lamandau dengan populasi berjumlah 2.748 Sampel yang digunakan adalah sebanyak 350 responden. Variabel pada penelitian ini adalah Kepemimpinan Transformasional, Kepercayaan dan
Kepuasan Kerja dengan variabel mediasi adalah Motivasi. Pengukuran variabel dilakukan
dengan menggunakan skala Likert.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Strucutral Equation Model
(SEM). Perangkat lunak yang digunakan
untuk analisis structural adalah AMOS 20 dan dari Arbuckle
dan untuk analisis deskriptif menggunakan SPSS 22. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan kemampuan kepemimpinan transformasional dalam menjelaskan varians kepercayaan adalah 60,80%, Kepercayaan terhadap motivasi adalah 53,2%, dan kepercayaan serta motivasi dalam menjelaskan varians kepuasan kerja adalah sebesar 65,20%. Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata nilai communality adalah 0,631
dan nilai rata-rata R-square adalah
0,597, maka nilai Goodness
of Fit (GoF) indeks model penelitian ini adalah �= 0,613. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Tenenhaus et al (2005) bahwa nilai GoF
di atas 0,5 sudah dapat dikategorikan baik. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kepemimpinan transformasional mempengaruhi kinerja tim melalui keselarasan
nilai dan kepercayaan yang terbentuk antara atasan dan bawahan. Sebagaimana hasil penelitian ini, kepercayaan yang dibentuk oleh kepemimpinan transformasional mampu menjelaskan dengan baik varians
dari motivasi sebesar 53,2% dan kepuasan kerja sebesar 65,2%.
Kata Kunci: kepemimpinan transformasional;
kepercayaan; kepuasan kerja; motivasi
Abstract
Civil Servants in Lamandau Regency feel the influence of transformational
leadership style and trust on job satisfaction which is also mediated by
motivation. The purpose of this study is to reveal the effect of
transformational leadership style and trust on job satisfaction which is
mediated by the work motivation of Civil Servants in Lamandau
Regency. This research was conducted on all Civil Servants of Lamandau Regency with a population of 2,748. The sample
used was 350 respondents. The variables in this study are Transformational
Leadership, Trust and Job Satisfaction with the mediating variable is
Motivation. The measurement of the variables was carried out using a Likert
scale. Data analysis was performed using the Strucutral
Equation Model (SEM) method. The software used for structural analysis is AMOS
20 and from Arbuckle and for descriptive analysis using SPSS 22. Based on the
results of hypothesis testing in this study, it shows that the ability of
transformational leadership in explaining the variance of trust is 60.80%,
Belief in motivation is 53, 2%, and trust and motivation in explaining the
variance of job satisfaction is 65.20%. Based on the results of this study, the
average value of communality is 0.631 and the average value of R-square is 0.597,
so the Goodness of Fit (GoF) index of this research
model is (0.631 X 0.597) = 0.613. As stated by Tenenhaus
et al (2005) that the GoF value above 0.5 can be
categorized as good. In this study it was found that transformational
leadership affects team performance through the alignment of values
and beliefs that are formed between superiors and subordinates.
As the results of this study, the trust formed by transformational leadership
is able to explain well the variance of motivation of 53.2% and job
satisfaction of 65.2%.
Keywords:
transformational leadership; trust; job satisfaction; motivation
Pendahuluan
Aset adalah keberadaan
asosiasi, mereka dapat berupa individu,
uang tunai, persediaan, perangkat keras, ruang, atau apa
pun yang diharapkan untuk menjalankan asosiasi. Mengawasi aset membutuhkan pionir yang cakap baik dalam
mendapatkan maupun mengeluarkan aset tersebut (Northouse, 2017:207). SDM (SDM) memiliki kualitas yang tidak sama dengan
aset yang berbeda, memiliki atribut yang luar biasa, khususnya
insting manusia yang unik dalam hubungannya
satu sama lain, memiliki pandangan yang tentunya bukan hal yang tidak bernyawa. Kekhususan ini membuat persyaratan
untuk pertimbangan eksplisit aset ini. Mengawasi orang tidak terlalu sederhana,
diatur sedemikian rupa sesuai keinginan
sutradara (Bukit et al., 2017: 2).
SDM adalah individu
yang bekerja dan berkemampuan
sebagai sumber daya otoritatif/organisasi yang dapat dihitung (kuantitatif), dan SDM merupakan potensi yang menggerakkan asosiasi (Decenzo et al., 2010:5). Paguyuban
adalah suatu kesatuan sosial dari suatu perkumpulan
yang saling berinteraksi
yang ditunjukkan dengan contoh tertentu sehingga setiap individu dari perkumpulan
tersebut mempunyai kemampuan dan kewajiban tertentu, sebagai suatu kesatuan yang mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai
batas-batas yang jelas, sehingga
dapat diisolasi (Mathis & Jackson, 2008).
Asosiasi sebagai suatu
proses memutuskan dan mengumpulkan
pekerjaan yang harus diselesaikan, menurunkan dan menetapkan wewenang dan kewajiban dengan tujuan akhir memberdayakan
individu untuk bekerja sama dengan
sukses dalam mencapai tujuan (Mathis & Jackson, 2008). Dalam sebuah asosiasi, SDM menjadi titik fokus
utama pertimbangan karena berhubungan langsung dengan pelaksanaan hirarkis.
Eksekusi memiliki gagasan
berlapis-lapis yang menggabungkan
tiga sudut pandang, khususnya sikap, kapasitas, dan pencapaian. Eksekusi adalah hasil yang diciptakan oleh kemampuan kerja tertentu atau latihan pada posisi tertentu selama jangka waktu
tertentu. Hasil kerja merupakan dampak dari inspirasi dan pemenuhan jabatan yang dirasakan oleh perwakilan (Robbins & Judge, 2013).
Inspirasi dan pemenuhan jabatan pekerja dalam pergaulan dapat dipengaruhi oleh gaya otoritas. Otoritas berhubungan dengan aktivitas seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2016:6), (Dirks & Ferrin, 2002) mengungkapkan bahwa inisiatif terobosan adalah gaya administrasi yang sangat terkenal diterapkan di berbagai asosiasi, baik pemerintah maupun swasta.
Administrasi terobosan dapat
diterapkan dalam situasi dan kondisi sesuai dengan asosiasi
yang menerapkannya (Dirks & Ferrin, 2002). Gaya administrasi
yang inovatif dapat membentuk inspirasi yang representatif dan pemenuhan pekerjaan melalui kepercayaan bawahan pada atasan (Dirks & Ferrin, 2002). Inspirasi kerja adalah suatu
kondisi yang menggerakkan individu menuju tujuan tertentu, inspirasi diri untuk bergerak ditutup dengan perubahan diri, penyesuaian diri untuk memenuhi proses berpikir (Mullins, 2007). Sementara itu, pemenuhan pekerjaan merupakan cara pandang yang membangkitkan semangat seorang wakil terhadap pekerjaannya (Leat et al.,
2009:182).
Pemenuhan pekerjaan ini
memiliki beberapa perspektif bagian yang terkait dengan bagian dari pertunjukan
yang sebenarnya dan faktor situasional lainnya, misalnya; pekerjaan aktual, gaji, kemajuan
pintu terbuka yang berharga, manajemen, dan kolaborator (Leat et al., 2009:
182). Oleh karena itu, inspirasi dan pemenuhan pekerjaan adalah variabel kunci untuk mencapai eksekusi hierarkis. Inspirasi dan pemenuhan pekerjaan berdampak pada pekerja untuk memberikan
pekerjaan paling ekstrim mereka untuk bekerja
untuk pencapaian tujuan hierarkis (Leat et al., 2009: 182).
Inspirasi dan pemenuhan pekerjaan yang dirasakan oleh
para pekerja di setiap asosiasi juga tidak setara. Oleh karena itu, gaya administrasi
yang diterapkan oleh otoritas
di setiap asosiasi akan membentuk kepercayaan bawahan yang dapat mempengaruhi inspirasi dan pemenuhan pekerjaan mereka (Dirks & Ferrin, 2002). Salah satu metodologi inisiatif yang paling terkenal saat ini
seperti yang ditunjukkan
oleh beberapa hasil eksplorasi sejak pertengahan 1980-an adalah pendekatan perubahan (Northouse,
2016:161). Lowe et al., (2001) dalam pemeriksaannya mengungkapkan bahwa salah satu dari tiga otoritas
yang dibicarakannya adalah administrasi yang inovatif atau menawan.
Selain itu, Antonakis
(2012) dalam eksplorasinya mengamati bahwa jumlah makalah dan referensi di bidang otoritas berkembang dengan cepat dan berkembang. Dalam ilmu administrasi dan otak sosial, tetapi
juga di berbagai jurusan seperti keperawatan, sekolah, dan desain modern. Sesuai Antonakis (2012), Bass et
al., (2006) menyatakan bahwa
inisiatif terobosan sangat menarik untuk dibicarakan
mengingat aksentuasi pada inspirasi alam dan peningkatan umat, untuk dapat mencapai
tujuan.
Metode Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan bidang ilmu statistika yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan, dan penyajian data suatu penelitian. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan
atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena,
dengan kata lain hanya melihat gambaran secara umum dari
data yang didapatkan. Statistika
deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole,
1995). Statistik deskriptif
berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
(Sugiyono, 2007).
2. Analsis Statistik Inferensial
Pengukuran inferensial adalah metode faktual
yang digunakan untuk memecah informasi contoh dan hasilnya diterapkan pada masyarakat. Pengukuran ini akan masuk akal
untuk digunakan dengan asumsi contoh
diambil dari populasi yang tidak salah lagi, dan strategi pemeriksaan dari populasi tersebut
dilakukan secara sembarangan. Pengukuran ini disebut pengukuran
kemungkinan, karena tujuan yang diterapkan pada masyarakat berdasarkan contoh informasi adalah kemungkinan. Akhir dari uji informasi yang akan diterapkan pada masyarakat memiliki kemungkinan kesalahan dan kebenaran (keyakinan) dikomunikasikan sebagai suatu nilai. Peluang
terjadinya blunder dan kepercayaan
inilah yang disebut dengan tingkat kepentingan (Sugiyono, 2013).
Eksplorasi inferensial adalah cara paling umum untuk mencapai
penentuan mengingat contoh informasi yang lebih sederhana menjadi keputusan keseluruhan tambahan untuk suatu populasi.
Dalam eksplorasi inferensial, prakiraan dibuat. Wawasan inferensial membutuhkan kepuasan praduga. Anggapan paling awal yang harus dipenuhi adalah bahwa contoh
diambil tanpa tujuan dari masyarakat.
Strategi pemeriksaan terukur
yang digunakan dalam pengukuran inferensial adalah T-test, Anova, Anacova, pemeriksaan Regresi, investigasi Path,
Structural Equation Modeling (SEM) dan teknik ilmiah lainnya yang bergantung pada tujuan eksplorasi.
Dalam tinjauan ini, teknik pemeriksaan
faktual yang digunakan dalam pengukuran inferensial adalah Structural Equation
Modeling (SEM). Strategi Structural Equation Models (SEM) yang dipilih bergantung pada Partial
Least Square (PLS) yang akan dikerjakan
memanfaatkan program SmartPLS.
PLS adalah metodologi elektif yang bergerak dari cara Structural Equation
Modeling (SEM) berbasis kovarians
untuk menangani pendekatan berbasis perbedaan. SEM berbasis kovarians sebagian besar menguji kausalitas/hipotesis, sedangkan PLS sebagian besar merupakan model yang sudah ada (Ghozali, 2015).
Dalam tinjauan ini, pemeriksaan inferensial digunakan untuk menganalisis dampak dari terobosan
faktor administrasi, kepercayaan, inspirasi dan pemenuhan pekerjaan. Pemeriksaan informasi dalam penelitian ini menggunakan strategi
Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Square (PLS). Perangkat
ilmiah yang digunakan untuk menguji spekulasi
1 sampai 4 adalah SmartPLS 3.2.6, termasuk untuk menguji teori
bundaran.
PLS
digunakan dalam penelitian ini karena sangat baik dapat diterapkan pada skala informasi (pura-pura,
ordinal, rentang, proporsi)
dan kecurigaan lebih mudah beradaptasi. Seperti yang ditunjukkan oleh
Mustafa EQ dan T. Wijaya (2012) dengan pendekatan PLS diharapkan semua proporsi perubahan merupakan fluktuasi yang membantu untuk dipahami. Cara mengatasi penilaian faktor dorman dalam
PLS adalah sebagai campuran penanda langsung yang akurat, untuk menghindari masalah ketidakpastian dan menghasilkan skor bagian yang tepat. Dengan menggunakan perhitungan berulang yang terdiri dari beberapa
pengujian menggunakan
strategi kuadrat terkecil standar, masalah ID tidak menjadi masalah,
karena modelnya rekursif. Pendekatan PLS tergantung pada perubahan pemeriksaan dari memperkirakan evaluasi batas
model untuk memperkirakan perkiraan yang signifikan. Jadi titik fokus penyelidikan
bergeser dari hanya penilaian dan penerjemahan kepentingan batas ke legitimasi dan ketepatan harapan.
PLS
juga digunakan untuk mengukur hubungan setiap pointer ke build-nya. Demikian juga pada PLS, pengujian bootstrap dapat diselesaikan pada model utama yaitu model eksternal dan model
internal. Karena dalam penelitian
ini menggunakan marker untuk mengukur setiap perkembangan dan selanjutnya model estimasi yang mendasarinya, maka dipilihlah penggunaan PLS. Sarana
investigasi dengan PLS adalah:
1. Model Pengukuran
atau Outer
Model
a) Uji Validitas
Suatu tes atau
alat instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan
pengukuran tersebut. Suatu alat ukur
yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat tetapi
juga memberikan gambaran
yang cermat mengenai data tersebut. Pengukuran validitas konstruk dengan menggunakan software SmartPLS 3.2.6 dapat
menggunakan dua cara yaitu convergent validity dan discriminant
validity. Pengukuran convergent validity dengan cara melihat
loading factor masing � masing indikator, jika terdapat nilai
loading factor yang lebih kecil
dari 0,7 dan average variance extracted (AVE) lebih kecil dari 0,5 maka indikator tersebut dinyatakan tidak valid dan dikeluarkan dari konstruk, selanjutnya dilakukan estimasi ulang. Sedangkan pengukuran discriminant
validity dilakukan dengan
cara melihat cross loading untuk
setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk lainnya dalam model. Nilai cross loading harus
lebih besar dari 0,7.
b) Uji Realibilitas
Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi internal dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran
tertentu. Reliabillitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya. Pengukuran reliabilitas konstruk dengan menggunakan software SmartPLS versi Java 3 dilakukan dengan cara melihat nilai
output composite reliability dari masing
� masing konstruk. Jika nilai
output lebih besar dari 0,7 (α > 0,7) maka konstruk tersebut dinyatakan reliabel. Bila penelitian yang dilakukan adalah ekploratori maka nilai di bawah
0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi (Ferdinand, 2014).
2. Merancang Model Struktural
(Inner Model)
Perancangan model struktural
hubungan antar variabel laten pada PLS didasarkan
pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian. Pada PLS perancangan
model bisa bersumber dari :
a) Teori
b) Hasil penelitian empiris
c) Analogi, hubungan antar variabel
pada bidang ilmu yang lain
d) Sumber normatif,
misalnya peraturan pemerintah dan undang- undang
Model
struktural atau inner model
akan dievaluasi dengan melihat persentase variance
yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R-square (R2) untuk konstruk laten dependen, Q � Square predictive relavance
dan uji t signifikansi dari
koefisien parameter jalur struktural. Interpretasinya sama dengan interpretasi
pada analisis regresi. R� dapat digunakan untuk menilai pengaruh
variabel laten independen terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantive. Perhitungan
Q2 dilakukan dengan
rumus:
Q2
= 1 � ( 1 � R12) ( 1 � R22
) ... ( 1- Rp2 )
Dimana:
R12 , R22 ... Rp2
= R-square variabel
endogen dalam model Interpretasi
Q2 sama dengan koefisien determinasi total pada analisis jalur (mirip dengan R2 pada regresi). Menurut Solimun (2014), besaran Q2
memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2 <
1, dimana semakin mendekati 1 berarti model semakin baik.
Selain mencari Q � Square predictive relavance
(Q2), diperlukan perhitungan
nilai Goodness of Fit (GoF).
Berbeda dengan CBSEM, untuk nilai GoF
pada PLS-SEM harus dicari secara manual, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
√
GoF = √ AVE x R2� ........ Tenenhaus,
et al. (2004)
Menurut Tenenhaus, et al (2004), nilai
GoF small = 0,1, GoF medium
= 0,25 dan GoF besar = 0,38.
3. Merancang Model Pengukuran
(outer model)
Model
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model refleksif, yang didasarkan pada ciri-ciri berikut:
a) Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari variabel laten ke indikator.
b) Antar indikator diarapkan saling berkorelasi (memiliki internal
consitency reliability).
c) Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah makna
dan arti variabel laten.
d) Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat
indikator.
Model
yang dalam penelitian ini adalah model indikator refleksif, maka pengukuran yang digunakan adalah:
a) Convergent Validity
Convergent
validity mengukur besarnya korelasi antara konstrakdengan variabel laten. Dalam evaluasi convergent validity dari
pemeriksaan individual item realibility,
dapat dilihat dari standardized loading factor. Standardize
loading factor menggambarkan besarnya
korelasi antar setiap item pengukuran (indikator) dengan konstraknya. Menurut Latan dan Ghozali (2012:78) Rule of thumb yang biasanya
digunakan untuk menilai validitas convergent yaitu
nilai loading
factor harus lebih besar dari 0.7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory
dan nilai loading
factor antara 0.6 - 0.7 untuk
penelitian yang bersifat exploratory masih
dapat diterima serta nilai Average Variance Extracted (AVE) harus lebih besar dari
0.6.
b) Discriminant Validity
Discriminant validity berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur
(manifest variabel)
konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Cara untuk mengukur validitas discriminant dengan
indikator refleksif yaitu dengan melihat
nilai cross
loading untuk setiap variabel harus > 0.70.
c) Composite Reliability
Untuk menentukan composite reliability, apabila nilai compositereliability
> 0,8 dapat dikatakan
bahwa konstrak memiliki reliabilitas yangtinggi atau reliable dan composite reliability >
0,6 dikatakan cukup reliable.
Pada
PLS perancangan model pengukuran
(outer model) sangat penting karena terkait dengan apakah indikator
bersifat refleksif atau formatif. Merancang model pengukuran yang dimaksud di dalam PLS adalah menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel
laten, apakah refleksif atau formatif. Kesalahan dalam menentukan model pengukuran ini akan bersifat
fatal, yaitu memberikan hasil analisis yang salah. Pembentukan model pengukuran dapat berdasarkan kepada teori, penelitian
empiris sebelumnya ataupun juga logika berpikir yang rasional.
4. Membangun Diagram Jalur
Inner model dan outer model yang telah dibentuk pada
bagian sebelumnya kemudian dirangkai menjadi satu kedalam sebuah model
struktural.
5. Konversi Diagram Jalur ke
Sistem Persamaan
Outer Model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan
indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement
model, mendefinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya.
Solimun (2014). Inner Model menentukan spesifikasi hubungan antara
konstrak laten satu dengan kontrak laten lainnya. Persamaan Evaluasi Model.
6. Uji Hipotesis (resampling bootstrapping)
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan cara melihat
nilai t statistik dari inner model yang telah
dibentuk. Apabila nilai t statistik >1,679 (one tail) maka
hubungan antar variabel laten dapat dikatakan signifikan pada α
= 5%. Pengujian hipotesis
(β, γ, dan λ) dilakukan dengan metode resampling bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser dan
Stone. Statistik uji yang digunakan
adalah T- Statistics
atau uji t, dengan hipotesis statistik sebagai berikut:
Hipotesis statistik untuk outer model adalah:
H0 : λi = 0 lawan
H1 : λi ≠ 0
Hipotesis statistik untuk inner model: pengaruh
variabel laten eksogen terhadap endogen adalah :
H0 : γi = 0 lawan
H1 : γi ≠ 0
Hipotesis statistik untuk inner model: pengaruh
variabel laten endogen terhadap
endogen adalah :
H0 : βi = 0 lawan
H1 : βi ≠ 0
Penggunaan metode resampling, dimungkinkan
berlakunya data terdistribusi
bebas (distribution free) dan tidak memerlukan asumsi distribusi normal serta tidak memerlukan
sampel yang besar. Pengujian dilakukan dengan t � test, bilamana diperoleh p-value ≤ 0,05 (alpha 5 %), maka disimpulkan
signifikan, dan sebaliknya.
Bilamana hasil pengujian hipotesis pada outer
model signifikan, hal ini menunjukkan bahwa indikator dipandang dapat digunakan sebagai instrumen pengukur variabel laten. Sedangkan bilamana hasil pengujian pada inner model adalah
signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna variabel laten terhadap variabel laten lainnya.
Sampel bootstrapping yang
disarankan adalah sebesar 500, sedangkan besar sampel pada masing-masing sampel bootstrapping adalah 80. Tingkat kepercayaan
yang digunakan adalah 95%, sehingga tingkat presisi atau batas ketidakakuratan sebesar (α)
= 5% = 0,05. Dan menghasilkan nilai
t � tabel sebesar 1,679. Sehingga jika nilai
T � Statistics lebih
kecil dari nilai t � tabel (T � Statistics< 1,679), maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Sebaliknya jika nilai T � Statistics lebih
besar atau sama dengan t � tabel (T � Statistics>
1,679), maka Ho ditolak
dan Ha diterima.
7. Evaluasi Model
Setelah menggambar
diagram jalur, maka model siap untuk diestimasi
dan dievaluasi hasilnya secara keseluruhan. Evaluasi model PLS-SEM pada penelitian
ini menggunakan program Smar PLS 3.2.6 dengan menilai hasil pengukuran
model yaitu melalui analisis faktor konfirmatori dengan menguji validitas dan reliabilitas konstruk laten. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi model struktural dan pengujian signifikansi untuk menguji pengaruh antar konstruk atau variabel.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
1. Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 4.9 menggambarkan kepatutan model
yang mendasari fit dalam ulasan ini. Dalam
ulasan ini, penilaian hasil model utama dimulai dengan
melihat insentif R-square untuk setiap variabel
endogen (pemenuhan komitmen
dan pekerjaan) dalam model
yang dibuat oleh Smart PLS. Nilai R-Square menunjukkan kapasitas faktor bebas dalam
memahami perbedaan faktor-faktor yang bergantung.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas terobosan otoritas dalam memaknai perubahan kepercayaan adalah 60,80%, kepercayaan pada inspirasi adalah 53,2%, dan kepercayaan dan
inspirasi dalam memaknai fluktuasi pemenuhan pekerjaan adalah 65,20%.
Selain itu, nilai f square (ukuran dampak) yang menunjukkan pengaruh variabel inert otonom terhadap variabel dorman bangsal. Nilai ukuran dampak dapat
dikelompokkan menjadi tiga klasifikasi, yaitu lemah (0,02), sedang (0,15), dan padat (0,35)
(Kock, 2103; Hair et al., 2013) (lihat: Solihin dan Ratmono (2013). ukuran dampak di bawah 0,02 menunjukkan bahwa dampak dari
variabel bebas tidak aktif sangat lemah menurut perspektif
akal sehat meskipun faktanya memiliki nilai p kritis. Hasil penilaian menunjukkan bahwa ukuran dampak inisiatif
terobosan pada kepercayaan adalah 1,554, pengaruh kepercayaan terhadap inspirasi sebesar 1,135, pengaruh kepercayaan terhadap pemenuhan pekerjaan sebesar 0,160, dan pengaruh inspirasi terhadap pemenuhan pekerjaan sebesar 0,364.
Untuk nilai dampak ukuran,
dampak administrasi inovatif pada kepercayaan memiliki tempat dengan kelompok ukuran dampak yang sangat besar. Selain itu,
dampak kepercayaan terhadap inspirasi, serta dampak inspirasi
terhadap pemenuhan pekerjaan yang disebut sebagai big impact size bunch. Akibatnya,
hal itu menunjukkan
bahwa terobosan administrasi memainkan peran penting menurut
sudut pandang yang berguna dalam mempengaruhi
kepercayaan, juga kepercayaan
pada inspirasi, dan inspirasi
pada pemenuhan pekerjaan. Sementara itu, ukuran dampak dari
dampak kepercayaan terhadap pemenuhan pekerjaan diingat untuk kelas menengah.
Q-square (biasa juga disebut koefisien Stone-Geisser) adalah ukuran non-parametrik yang diperoleh melalui perhitungan penutup mata (Solihin dan Ratmono, 2013). Q-square digunakan
untuk mengevaluasi legitimasi atau relevansi dari sekumpulan indikator faktor inert pada rule dormant factors (Solihin
dan Ratmono, 2013). Model dengan
legitimasi yang sudah ada seharusnya memiliki nilai Q-square lebih menonjol daripada tidak sama sekali (Solihin
dan Ratmono, 2013). Hasil penilaian
dari model eksplorasi ini menunjukkan legitimasi yang sangat baik dengan alasan bahwa
nilai Q-kuadrat tidak ada apa-apanya
(lihat Tabel 4.9).
Efek samping dari penelitian
ini pada umumnya sesuai dengan apa
yang diungkapkan oleh Hakim dan Bono (2000), bahwa gaya otoritas
yang inovatif telah menjadi salah satu spekulasi administrasi yang
paling umum diterapkan di berbagai pemerintahan dan asosiasi rahasia. Hal ini karena mereka
menganggap bahwa pemerintahan yang inovatif dicirikan sebagai otoritas yang membuat perubahan signifikan dan positif bagi umat,
terutama dalam membentuk kepercayaan mereka pada pemimpin mereka. Sebagai efek samping dari
tinjauan ini, administrasi yang inovatif dapat memahami perbedaan kepercayaan pada bos sebesar 60,8%.
Selain itu, Dvir et al (2002) menunjukkan bahwa otoritas terobosan sangat berhasil mengenai pergantian peristiwa dan eksekusi bawahan. Menurut mereka, terobosan administrasi akan membentuk inspirasi perwakilan yang dengan demikian akan bekerja pada sifat pekerjaan. Jung dan Avolio
(2000) dalam penelitiannya mengenali tiga elemen eksekusi kelompok, yaitu: jumlah, kualitas, dan pemenuhan. Dalam eksplorasi mereka, mereka menemukan bahwa otoritas terobosan mempengaruhi pelaksanaan kelompok melalui pengaturan nilai dan keyakinan yang dibingkai antara bos dan bawahan. Sebagai konsekuensi dari tinjauan ini,
kepercayaan yang dibentuk
oleh inisiatif terobosan dapat memaknai perubahan inspirasi dengan baik sebesar
53,2% dan pemenuhan pekerjaan
sebesar 65,2%.
2. Hasil Pengujian Hipotesis
Tahap selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan mengevaluasi arah dan tingkat signifikansi hubungan kausalitas antar variabel yang terdapat dalam model penelitian. Penelitian ini menguji hubungan
kausalitas dengan menggunakan uji dua sisi pada tingkat signifikansi (α) sebesar 5 persen. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hair et
al. (2014) bahwa, penentuan
nilai kritis tergantung pada penentuan teoritis mengenai hubungan yang diajukan. Jika hubungan positip atau negatip sudah
dihipotesiskan, maka pengujian signifikansi satu arah dapat
dilakukan. Pengaruh langsung (koefisien jalur) dilihat dari angka regresi
terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR yang sama dengan t hitung
atau t tabel, apabila t hitung lebih besar daripada
t tabel berarti signifikan. Jika menggunakan nilai CR, maka nilai CR yang direkomendasikan adalah > 1,96.
Berdasarkan model penelitian
yang diajukan, terdapat hubungan alternatif yang perlu diuji, yaitu
hubungan kepemimpinan transformasional dengan kepercayaan, hubungan kepercayaan dengan motivasi, hubungan kepercayaan dengan kepuasan kerja, dan hubungan motivasi dengan kepuasan kerja.
B. Pembahasan
1. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Satu
Spekulasi 1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa groundbreaking kewenangan secara nyata mempengaruhi kepercayaan pegawai pemerintah di lingkungan pemerintahan Kabupaten Lamandau ditegakkan. Konsekuensi dari pemeriksaan informasi menunjukkan harga CR yang sangat besar (CR = 13,711) dan penilaian
yang dinormalisasi senilai
0,780 (lihat Tabel 4.11).
Angka ini menunjukkan bahwa terobosan administrasi sangat mempengaruhi kepercayaan aparatur pemerintah kepada Pemerintah Kabupaten Lamandau. Semakin pasti otoritas groundbreaking
yang tampak, semakin yakin kepercayaan pegawai pemerintah di Pemerintah Kabupaten Lamandau terhadap atasannya.
Inisiatif adalah siklus yang diselesaikan untuk memengaruhi orang atau pertemuan untuk mencapai tujuan kelompok (Hoyt dan Blascovich, 2003). Inisiatif terobosan dalam ujian yang berbeda telah ditampilkan memiliki hubungan positif dengan kepercayaan bawahan dalam pionir kelompok
(Hoyt dan Blascovich, 2003). Sesuai
Bass (1985), pelopor terobosan
menerapkan dampak pada bawahan dengan memperluas dan meningkatkan tujuan pendukung dan memberi mereka kepastian untuk melampaui asumsi yang ditetapkan dan tidak terlalu memuaskan.
Karya-karya tertulis yang berbeda tentang administrasi telah menegaskan bahwa kepercayaan pada para perintis adalah hasil dari
otoritas yang inovatif mengingat fakta bahwa para pemimpin yang inovatif melibatkan dan mendorong para pengikut untuk memutuskan, sehingga para pendukung mempercayai mereka (Avolio dan Bass,
1995; Podsakoff et al., 1990).
Sebagai konsekuensi dari tinjauan ini,
terobosan administrasi yang
dilakukan oleh perwakilan
di Pemerintah Kabupaten Lamandau dapat membentuk kepercayaan mereka pada atasan mereka di tempat kerja tempat mereka
bekerja. Hal ini karena sebagaimana yang dilihat pencipta di lapangan, pegawai pemerintah di Pemerintah Kabupaten Lamandau merasa dibantu oleh para kepala daerahnya untuk memiliki pilihan untuk mengambil
pilihan dalam mengurusi masalah-masalah yang berkaitan dengan bisnis, membangkitkan mereka untuk memberikan
jauh-jauh hari. eksekusi unggul.
2. Pembahasan Hasil Pengujian
Hipotesis Dua
Spekulasi 2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa kepercayaan secara tegas mempengaruhi inspirasi kerja pegawai pemerintah di lingkungan pemerintahan Kabupaten Lamandau dijunjung tinggi. Konsekuensi dari pemeriksaan informasi menunjukkan harga CR yang sangat besar (CR = 11,455) dan penilaian
yang dinormalisasi senilai
0,729 (lihat Tabel 4.11).
Angka tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan pada atasan secara tegas
mempengaruhi inspirasi kerja pegawai pemerintah
di Pemerintah Kabupaten Lamandau. Semakin yakin kepercayaan yang tampak, maka, pada saat itu, inspirasi
kerja pegawai pemerintah di Pemerintah Kabupaten Lamandau juga meningkat secara nyata.
Tulisan
yang berbeda tentang kepercayaan bos kepada bawahan menunjukkan bahwa ada hubungan besar
antara faktor-faktor ini dan perilaku kerja, tujuan untuk
berhenti bekerja, perilaku kewarganegaraan hierarkis, pekerjaan atau tanggung jawab
otoritatif, kesan kesetaraan, pemenuhan pekerjaan dan inspirasi (Dirks
& Ferrin, 2002). Selain itu, beberapa spesialis
melihat kepercayaan kemudian, bukan interaksi, merek dagang, atau perilaku
(Dirks
& Ferrin, 2002).
Kelangsungan hidup suatu otoritas erat kaitannya dengan adanya kepercayaan
relasional, untuk situasi ini kepercayaan
bawahan kepada atasannya (Dirks
& Ferrin, 2002). Sesuai dengan mereka, pionir yang menunjukkan keaslian, konsistensi, keunggulan relasional dan korespondensi terbuka akan memberikan asosiasi yang sangat layak dengan pekerja mereka (Cho dan Ringquist, 2011). Hubungan
tersebut merupakan kepercayaan yang dibingkai antara atasan dan bawahan. Selain itu, kepercayaan ini akan membangun
inspirasinya untuk berusaha memberikan hasil terbaik bagi
asosiasi (Cho dan Ringquist,
2011).
Kepercayaan bawahan terhadap atasan akan memacu cara
mereka berperilaku untuk memberikan hasil kerja yang ideal bagi asosiasi (Dirks
& Ferrin, 2002). Sebuah tinjauan yang dipimpin oleh Grant
dan Sumath (2009) menunjukkan
bahwa ada hubungan positif antara inspirasi dan eksekusi kerja yang hebat saat bekerja
di bawah pelopor/direktur yang dapat diandalkan. Jika perintis/pengawas dapat diandalkan dan menerangi tujuan dengan lugas,
inspirasi alami dan pemenuhan perwakilan akan lebih membumi
(Grant dan Sumath, 2009).
Sebagai dampak dari tinjauan ini,
meningkatnya kepercayaan pegawai pemerintah di Pemerintah Kabupaten Lamandau terhadap atasannya juga akan membangun inspirasi mereka untuk perlu
menciptakan eksekusi yang
ideal untuk mencapai tujuan hierarkis.
3. Pembahasan Hasil Pengujian
Hipotesis Tiga
Spekulasi 3 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa kepercayaan secara tegas mempengaruhi pemenuhan kerja pegawai pemerintah di lingkungan DPRD Kabupaten Lamandau dijunjung tinggi. Konsekuensi dari pemeriksaan informasi menunjukkan harga CR yang sangat besar (CR =
2,478) dan penilaian yang dinormalisasi
senilai 0,345 (lihat Tabel 4.11). Angka tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap atasan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kerja pegawai pemerintah
di Pemerintah Kabupaten Lamandau. Semakin yakin kepercayaan yang tampak, pemenuhan kerja pegawai pemerintah
di Pemerintah Kabupaten Lamandau juga meningkat dengan tegas.
Koneksi kerja yang luar biasa bergantung
pada kepercayaan dalam asosiasi (Cropanzano dan
Mitchell, 2005). Kepercayaan antara
perwakilan dan perintis/pimpinan akan memberikan
hasil positif dalam asosiasi. Banyak pemeriksaan menunjukkan bahwa kepercayaan yang berkembang pada bos adalah karena kesan
yang baik dari perwakilan (Lau dan Sholihin,
2005). Kehadiran kepercayaan
memungkinkan pengaturan soliditas jangka panjang dan bantuan pemerintah dari perwakilan dalam asosiasi (Appelbaum et al., 2013; Cropanzano
dan Mitchell, 2005).
Seperti yang diungkapkan
oleh Muchinsky (1977) dan Driscoll (1978) bahwa ada pengaruh
positif dari kepercayaan bawahan terhadap pimpinannya terhadap pemenuhan pekerjaan. Kepercayaan bawahan terhadap pionir memiliki hubungan positif dengan beberapa cara berperilaku, misalnya pemenuhan pekerjaan yang representatif dan tujuan untuk meninggalkan
tempat kerja (Mayer et al.,
1995; Kramer, 1999; (Dirks
& Ferrin, 2002). Ini harus ditata dengan
membangun kepercayaan di antara bawahan dan bos (Mayer et al., 1995; Kramer, 1999; (Dirks
& Ferrin, 2002).
Konsekuensi dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan yang dibingkai terhadap atasan di tempat kerja oleh pegawai pemerintah di Pemerintah Kabupaten Lamandau juga akan memperluas pemenuhan pekerjaan mereka. Di penghujung hari, pemenuhan pekerjaan dirasakan sebagai tanda kepercayaan pegawai di lingkungan Pemkab Lamandau terhadap atasannya di asosiasi.
4. Pembahasan Hasil Pengujian
Hipotesis Empat
Spekulasi 4 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa inspirasi kerja secara tegas mempengaruhi
pemenuhan kerja pegawai pemerintah di lingkungan pemerintahan Kabupaten Lamandau ditegakkan. Konsekuensi dari pemeriksaan informasi menunjukkan harga CR yang sangat besar (CR =
3,662) dan penilaian yang dinormalisasi
senilai 0,520 (lihat Tabel 4.11). Angka tersebut menunjukkan bahwa inspirasi kerja sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kerja pegawai pemerintah di lingkungan DPRD Kabupaten Lamandau. Semakin yakin inspirasi yang muncul, pemenuhan kerja pegawai pemerintah
di Pemerintah Kabupaten Lamandau juga meningkat secara nyata.
Seperti yang diungkapkan
oleh (Robbins
& Judge, 2013) bahwa pemenuhan pekerjaan akan tercapai, ketika perwakilan akan dibangkitkan untuk mengurus bisnis, dan ada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi inspirasi kerja, misalnya efektivitas, efisiensi, ketidakmunculan, tingkat
turnover, dan bertujuan untuk
meninggalkan tempat kerja mereka. (Aristokrat, 1986; Maghradi,
1999). Selain itu, Luthans
(2005) menyatakan bahwa inspirasi adalah siklus yang berarti menggerakkan, merangsang, mengarahkan, dan mendukung perilaku dan pelaksanaan. Seperti yang ditunjukkan olehnya bahwa siklus
mendorong individu untuk bertindak dan mencapai usaha yang ideal. Salah satu metode untuk
menghidupkan individu adalah dengan memanfaatkan
inspirasi yang menarik,
yang membuat pekerja lebih puas dan fokus pada pekerjaan mereka (Robbins
& Judge, 2013).
Inspirasi alami dapat dicirikan sebagai inspirasi untuk memainkan suatu tindakan yang mengharapkan untuk merasakan kegembiraan dan kepuasan bawaan dalam gerakan (Deci et al.,
1989). Seperti yang ditunjukkan
oleh hipotesis penilaian
mental dan hipotesis keyakinan
diri (Gagne dan Deci, 2005), penghargaan
yang diuraikan sebagai data
tentang keterampilan individu dan yang memenuhi persyaratan tunggal untuk kemandirian akan memperluas inspirasi alami mereka. Terus terang, Gagne dan
Deci (2005) menunjukkan hubungan
yang nyaman antara inspirasi dan pemenuhan keinginan.
Gupta
dan Joshi (2008) dalam eksplorasi
mereka berbicara tentang hubungan antara pemenuhan pekerjaan dan inspirasi bagi perwakilan. Efisiensi dalam pekerjaan seorang wakil adalah akibat dari
pemenuhan dan efisiensi dapat dimanfaatkan sebagai tanda pemenuhan
(Gupta dan Joshi, 2008). Dengan demikian,
perwakilan perlu menginvestasikan sebagian besar energi mereka
di tempat kerja untuk menghasilkan pemenuhan di sana. Hal ini karena ilham yang dimiliki dalam berbisnis akan membawa hasil.
Konsekuensi dari penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai pemerintah di lingkungan legislatif Kabupaten Lamandau memiliki inspirasi kerja yang besar sebagai tanda kepercayaan
mereka pada atasan mereka di tempat kerja. Inspirasi yang tinggi di kalangan pegawai pemerintah terdekat di Kabupaten Lamandau pada dasarnya sangat mempengaruhi pemenuhan pekerjaan yang tampak.
Kesimpulan
Memperhatikan hasil
dan pembahasan pengujian �Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepercayaan Terhadap Kepuasan Kerja yang Dimediasi oleh Motivasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lamandau� maka dapat dikemukakan
bahwa: 1) Groundbreaking kewenangan
tersebut mempengaruhi kepercayaan Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kabupaten Lamandau. Hal ini menunjukkan bahwa Pegawai Negeri Sipil memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap gaya kewenangan
yang diterapkan oleh pemerintah
dalam organisasinya
masing-masing. 2) Kepercayaan kepada
atasan sangat berpengaruh terhadap inspirasi pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamandau. Hal ini menunjukkan bahwa inspirasi kerja yang terbentuk pada pegawai pemerintah di lingkungan DPRD Kabupaten Lamandau adalah karena kepercayaan
yang tinggi terhadap atasannya. 3) Akibat dari penelitian ini menunjukkan adanya kepuasan kerja yang tercipta di hati pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamandau karena gaya administrasi
yang inovatif dan senang dengan suasana dan kondisi kerja di lingkungan kerja. Kondisi pelipur lara ini pada umumnya
disebabkan oleh keadaan dan
kondisi yang dibuat oleh penguasa dalam pergaulan baik secara langsung maupun tersirat. 4) Bahwa dengan menerapkan
gaya terobosan kewenangan kepada Pemerintah Kabupaten Lamandau dapat meningkatkan keteguhan aparatur pemerintah di Pemerintah Kabupaten Lamandau, karena merasa dibantu oleh pimpinannya sehingga dapat mengejar pilihan-pilihan dalam menangani persoalan-persoalan
yang berkaitan dengan bisnis, serta sebagai
memacu mereka untuk memberikan eksekusi yang jauh lebih unggul.
Arikunto, Suharsimi. (2001). Prosedur
Peneneltian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Benua.
Che Ahmad, Ayoib, & Osazuwa, Nosakhare
Peter. (2015). Directors culture and environmental disclosure practice of
companies in Malaysia. International Journal of Business and
Technopreneurship, 5(1), 99�114.
Cooper, Donald R., Schindler, Pamela S.,
Cooper, Donald R., & Schindler, Pamela S. (2003). Business research
methods.
Creswell, John W., & Creswell, J.
David. (2017). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods
approaches. Sage publications.
Dirks, Kurt T. (2000). Trust in leadership
and team performance: Evidence from NCAA basketball. Journal of Applied
Psychology, 85(6), 1004.
Dirks, Kurt T., & Ferrin, Donald L.
(2002). Trust in leadership: meta-analytic findings and implications for
research and practice. Journal of Applied Psychology, 87(4), 611.
Djibran, Said. dan Shine Pintor Siolemba
Parto. (2019). Peran Kepemimpinan Trasnformasionla dalam Membentuk Kepercayaan
Pegawai Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi yang Berdampak
Pada Motivasi Pelayanans. Jurnal Aparatur, 03(2), 63�73.
Donohue, Kevin S., & Wong, Leonard.
(1994). Understanding and applying transformational leadership. Military
Review, 74, 24.
Hermanto, Bambang. (2012). Pengaruh
Prestasi Trainin, Motivasi Dan Masa Kerja Teknisi Terhadap Produktivitas
Teknisi Di Bengkel Nissan Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Mathis, Robert L., & Jackson, John
Harold. (2008). Human resource management. Thomson/South-western.
Mullins, Laurie J. (2007). Management
and organisational behaviour. Pearson education.
Northouse, Peter G. (2019). Introduction
to leadership: Concepts and practice. Sage Publications.
Northouse, Peter G. (2021). Leadership:
Theory and practice. Sage publications.
Primack, Harold S., Reedy, Dom E., &
Kin, Frederick R. (1984, June 19). Method of stabilizing chelated polyvalent
metal solutions. Google Patents.
Robbins, Stephen P. (2013). dan Timothy
A. Judge, Organizational Behavior. Prentice Hall Inc., New Jersey.
Robbins, Stephen P., & Judge, Timothy
A. (2013). Organizational Behavior Edition 15, New. Jersey: Pers0n Education.
Roeva, Olympia. (2012). Real-world
applications of genetic algorithms. BoD�Books on Demand.
Rohmawati, Lilik. (2019). Pengaruh Pengawas
dan Direksi Wanita Terhadap Risiko Bank Dengan Kekuasaan CEO Sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Bank Umum Indonesia). Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 4(9), 26�42.
Rukiyah, Ai Yeyeh, & Yulianti, Lia.
(2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetemsi.
Sambung, Roby. (2020). Pelatihan dan
Kepemimpinan Visioner dalam meningkatkan Kreativitas Pegawai di Kalimantan
Tengah. Matrik: Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis Dan Kewirausahaan, 169.
Siyoto, Sandu, & Sodik, Muhammad Ali.
(2015). Dasar metodologi penelitian. Literasi Media Publishing.
Wang, Ning Tao, Huang, Yi Shin, Lin, Meng
Hsien, Huang, Bryan, Perng, Chin Lin, & Lin, Han Chieh. (2016). Chronic
hepatitis B infection and risk of antituberculosis drug-induced liver injury:
systematic review and meta-analysis. Journal of the Chinese Medical
Association, 79(7), 368�374.
Yukl, Gary. (2013). Leadership in
Organization, 8th Editions. Pearson.
Yukl, Gary, & Mahsud, Rubina. (2010).
Why flexible and adaptive leadership is essential. Consulting Psychology
Journal: Practice and Research, 62(2), 81.
Arikunto, Suharsimi. (2001). Prosedur
Peneneltian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Benua.
Che Ahmad, Ayoib, & Osazuwa, Nosakhare
Peter. (2015). Directors culture and environmental disclosure practice of
companies in Malaysia. International Journal of Business and
Technopreneurship, 5(1), 99�114.
Cooper, Donald R., Schindler, Pamela S.,
Cooper, Donald R., & Schindler, Pamela S. (2003). Business research
methods.
Creswell, John W., & Creswell, J.
David. (2017). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods
approaches. Sage publications.
Dirks, Kurt T. (2000). Trust in leadership
and team performance: Evidence from NCAA basketball. Journal of Applied
Psychology, 85(6), 1004.
Dirks, Kurt T., & Ferrin, Donald L.
(2002). Trust in leadership: meta-analytic findings and implications for
research and practice. Journal of Applied Psychology, 87(4), 611.
Djibran, Said. dan Shine Pintor Siolemba
Parto. (2019). Peran Kepemimpinan Trasnformasionla dalam Membentuk Kepercayaan
Pegawai Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi yang Berdampak
Pada Motivasi Pelayanans. Jurnal Aparatur, 03(2), 63�73.
Donohue, Kevin S., & Wong, Leonard.
(1994). Understanding and applying transformational leadership. Military
Review, 74, 24.
Hermanto, Bambang. (2012). Pengaruh
Prestasi Trainin, Motivasi Dan Masa Kerja Teknisi Terhadap Produktivitas
Teknisi Di Bengkel Nissan Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Mathis, Robert L., & Jackson, John
Harold. (2008). Human resource management. Thomson/South-western.
Mullins, Laurie J. (2007). Management
and organisational behaviour. Pearson education.
Northouse, Peter G. (2019). Introduction
to leadership: Concepts and practice. Sage Publications.
Northouse, Peter G. (2021). Leadership:
Theory and practice. Sage publications.
Primack, Harold S., Reedy, Dom E., &
Kin, Frederick R. (1984, June 19). Method of stabilizing chelated polyvalent
metal solutions. Google Patents.
Robbins, Stephen P. (2013). dan Timothy
A. Judge, Organizational Behavior. Prentice Hall Inc., New Jersey.
Robbins, Stephen P., & Judge, Timothy
A. (2013). Organizational Behavior Edition 15, New. Jersey: Pers0n Education.
Roeva, Olympia. (2012). Real-world
applications of genetic algorithms. BoD�Books on Demand.
Rohmawati, Lilik. (2019). Pengaruh Pengawas
dan Direksi Wanita Terhadap Risiko Bank Dengan Kekuasaan CEO Sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Bank Umum Indonesia). Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 4(9), 26�42.
Rukiyah, Ai Yeyeh, & Yulianti, Lia.
(2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetemsi.
Sambung, Roby. (2020). Pelatihan dan
Kepemimpinan Visioner dalam meningkatkan Kreativitas Pegawai di Kalimantan
Tengah. Matrik: Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis Dan Kewirausahaan, 169.
Siyoto, Sandu, & Sodik, Muhammad Ali.
(2015). Dasar metodologi penelitian. Literasi Media Publishing.
Wang, Ning Tao, Huang, Yi Shin, Lin, Meng
Hsien, Huang, Bryan, Perng, Chin Lin, & Lin, Han Chieh. (2016). Chronic
hepatitis B infection and risk of antituberculosis drug-induced liver injury:
systematic review and meta-analysis. Journal of the Chinese Medical
Association, 79(7), 368�374.
Yukl, Gary. (2013). Leadership in
Organization, 8th Editions. Pearson.
Yukl, Gary, & Mahsud, Rubina. (2010).
Why flexible and adaptive leadership is essential. Consulting Psychology
Journal: Practice and Research, 62(2), 81.
Copyright holder: Islia Hartati, Roby Sambung, Shine Pintor Siolemba Patiro (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |