Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 3, Maret 2023

 

KOMUNIKASI ANTAR ETNIK DI TENGAH KEBERAGAMAN BUDAYA DI KOTA KENDARI

 

Ismayanti Yahya, Tuti Bahfiarti, Muhammad Farid

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi antar etnis di tengah keberagaman budaya di Kecamatan Kadia, serta bentuk-bentuk komunikasi antar etnis. Teori pokok yang digunakan adalah komunikasi antar budaya dan konsep komunikasi antar etnis. Pengumpulan datanya menggunakan metode wawancara (interview) dan observasi mendalam pada informan penelitian yang dipilih secara Purposive Sampling berdasarkan tujuan penelitian. Hasil penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pola komunikasi antar etnis pada masyarakat Kecamatan Kadia Kota Kendari yang meliputi; bahasa sebagai simbol, pengalaman lintas budaya, komunikasi antar pribadi, dan pengalaman komunikasi antar etnis dengan bentuk komunikasi yang ditandai dengan berbagaihal yang lazim terjadi dalam komunikasi antar budaya seperti; komunikasi persuasif, adaptasi budaya dalam komunikasi, serta didukung oleh situasi atau lingkungan tempat mereka berinteraksi yang relatif membaur.

 

Kata Kunci: komunikasi antar etnis; keberagaman budaya

 

Abstract

This study aims to determine patterns of inter-ethnic communication in the midst of cultural diversity in Kadia District, as well as forms of inter-ethnic communication. The main theory used is intercultural communication and the concept of inter-ethnic communication. The data collection used the interview method and in-depth observation of research informants who were selected by purposive sampling based on the research objectives. The results of this study resulted in the conclusion that inter-ethnic communication patterns in the Kadia District community, Kendari City, which include; language as a symbol, cross-cultural experience, interpersonal communication, and inter-ethnic communication experience with forms of communication characterized by various things that commonly occur in inter-cultural communication such as; persuasive communication, cultural adaptation in communication.

 

Keywords: inter-ethnic communication; cultural diversity

 

 

 

Pendahuluan

Keragaman budaya dapat menciptakan keragaman pola pikir tentang keragaman budaya itu sendiri. Ada pola pikir yang menciptakan peluang untuk membangun keutuhan bangsa dan ada juga pola pikir yang menciptakan ancaman bagi keutuhan bangsa. Saat ini, pertarungan kedua paradigma tersebut mulai terasa dalam berbagai konflik yang merupakan kompensasi dari ketiadaan solusi yang memadai. Beberapa tahun terakhir ini, di beberapa wilayah di Indonesia terjadi kesenjangan yang berkepanjangan antara masyarakat lokal dan masyarakat pendatang, seperti beberapa gambaran masalah yang terjadi dibelahan timur Indonesia. Pertentangan diwilayah tersebut umumnya terjadi karena adanya benturan kepentingan antara kelompok masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal. Gejala sosial semacam inilah juga terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara, diantaranya etnis Muna, Bugis, makassar, Jawa, Toraja, dan Bali yang telah merupakan penduduk pendatang diwilayah tersebut untuk mencari kehidupan secara berkesinambungan menuju daerah lain yang dianggap lebih menjanjikan. Salah satu tujuan adalah wilayah propinsi Sulawesi tenggara, tepatnya di kota kendari.

Pola komunikasi yang dipergunakan oleh suatu Masyarakat sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya Masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat dipahami sebagai satu sistem dan sistem itu antara satu komponen dengan komponen lainnya, satu individu dengan individu lainnya, satu kelompok dengan kelompok lainnya yang ditandai terjadi kontak sosial dan interaksi. Menurut sistem yang terjadi di tengah masyarakat ini terdapat nilai dan norma yang digunakan untuk mengantur interaksi sosial tersebut. Nilai dan norma inilah yang sangat menentukan bagaimana suatu Masyarakat menjalankan hidupnya sehari-hari dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya.

Penelitian ini secara garis besar mengkaji tentang komunikasi antar etnis penduduk asli/pribumi dengan masyarakat pendatang yang ada di Kecamatan Kadia Kota Kendari dengan merujuk pada asumsi dasar teori komunikasi antar budaya (Devito, 1980) yang didasarkan pula atas konsep-konsep komunikasi dan model komunikasi sosial guna melihat bagaimana pola dan bentuk komunikasi sosial guna melihat bagaimana pola dan bentuk komunikasi antar etnis. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, komunikasi etnik yaitu berkaitan dengan keadaan sumber komunikasinya, yang ditandai dengan adanya kesamaan ras/sukubangsa, tetapi berbeda asal etnis dan latar belakangnya sebagaimana kelompok etnik ini ditandai dengan bahasa dan asal-asal yang sama, oleh karena itu komunikasi antar etnik dapat pula dikatakan sebagai bagian dari komunikasi antar budaya.

Sementara itu, hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami guna memahami proses antar budaya, oleh karena melalui pengaruh budaya seseorang dapat belajar berkomunikasi. Kemiripan budaya dalam presepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap sesuatu objek sosial atau suatu peristiwa seperti halnya cara-cara seseorang dalam berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi inilah dapat berupa bahasa dan /atau didasarkan gaya bahasa yang diguanakan terlebih lagi perilaku-perilaku nonverbal, semua itu merupakan respon terhadap fungsi suatu budaya.

Disatu sisi hal tersebut diatas dapat dipahami melalui pemaparan akan unsur-unsursosial budaya. Namun disisi lain berkomunikasi antar etnis di Kecamatan Kadia tidak terlepas pula dengan dilakukannya pendekatan yang didasarkan atas model komunikasi sosial yang bersifat partisipasif, yang secara garis besar meliputi unsur penting yakni komunikasi partisipasif berorientasi etnik dan pragmatis dengan asumsi bahwa, komunikasi yang terjalin tepatnya di Kecamatan Kadia dimana komunikasi digunakan lebih mengarah kepada satu teknik bahkan lebih yang semuanya itu berpulang kepada individu-individu atau kelompok-kelompok yang hendak melakukan komunikasi dengan tujuan membawa keuntungan serta berorientasi pada pemenuhan kebutuhan. Hubungan tersebut juga berlanjut dalam bentuk berinteraksi sosial yang melihatkan lebih dari satu orang melalui bentuk-bentuk komunikasi yakni melalui komunikasi antar pribadi, antar budaya, kelompok.

 

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif lebih difokuskan pada mendiskripsikan dan menganalisa sebuah fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, pemikiran orang secara individu atau kelompok. Data diambil melalui pengamatan, bersama dengan konteks yang detail dan catatan hasil wawancara, serta hasil analisis dokumen (Muslimin, 2016).

Menurut Boglan dan Taylor dalam (Moleong, 2007) mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan sebuah data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Peneliti terlibat dalam situasi dan fenomena yang diteliti, sehingga diharapkan peneliti bisa memfokuskan pada penyataan atau kejadian dalam konteks yang diteliti. Peneliti memilih untuk menggunakan pendekatan ini karena hasil data bukan berbentuk angka atau bilangan, juga lebih mudah dalam mendapatkan pemahaman setelah penelitian terhadap fakta sosial yang menjadi fokus penelitian sehingga nantinya menjadi sebuah kesimpulan.

 

Hasil dan Pembahasan

Dalam berinteraksi dengan masyarakat dari latar belakang budaya yang berbeda ada kemungkinan terjadi benturan-benturan yang dialami oleh masing-masing individu dari kelompok etnis yang berbeda. Masyarakat asli dan masyarakat pendatang sering menggunakan standar-standar budayanya untuk menilai sikap dan perilaku orang lain. Hal ini juga terjadi dalam interaksi antara kedua kelompok etnis di Kelurahan Kadia.

Hal ini sejalan dengan temuan dalam terhadap penelitian bahwa komunikasi menjadi sarana vital saat masyarakat Kelurahan Kadia melakukan interaksi bersama masyarakat yang lain. Seperti komunikasi pada umumnya, komunikasi yang terjadi antar etnis di Kelurahan Kadia ini juga melibatkan bahasa verbal dan nonverbal. Dalam pergaulan sehari-hari, sebagian menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, tapi tidak jarang mereka juga menggunakan bahasa daerah masing-masing.

Dari hasil penlitian diketahui bahwa dalam interaksi etnis di Kelurahan Kadia, tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat dari etnis yang berbeda akan tertarik untuk mengetahui bahasa daerah yang digunakan tersebut dengan asumsi lainmasyarakat (informan) di Kelurahan Kadia juga mengetahui adanya minat mereka untuk mengetahui bahasa dari etnis yang lain, baik sekedar dari tambahan pengetahuan maupun ingin lebih menguasai bahasa daerah tersebut.

Dalam kaitannya komunikasi sebagai bahasa simbol sehari-hari, pada dasarnya terlihat bahwa masyarakat pendatangdi Kelurahan Kadia menggunakan simbol-simbol yang mereka sepakati bersama, termasuk kata-kata tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya istilah-istilah tertentu ini merupakan bukti kedekatan mereka secara personal dan adanya kesepakatan bersama mengenai sesuatu yang mereka pandang sebagai bentuk ekspresi diri dalam pergaulan.

Adaptasi adalah proses yang dinamis dan kompleks. Karena manusia dan lingkungan sangat bekerja sama secara terus menerus dalam proses adaptasi seseorang melalui konsep memberi dan menerima. Proses adaptasi berlangsung terus menerus selama kita berinteraksi dengan orang lain. Dalam pergaulan sehari-hari masyarakat kedua etnis (asli/pribumi dengan pendatang) melakukan adaptasi dalam berbagai kegiatan dan interaksi yang mereka lakukan. Mereka menyadari pentingnya hal tersebut mengingat kesamaan mereka dalam bidang kebutuhan seperti halnya pendidikan ataupun pekerjaan. Proses saling memberi dan menerima mereka jalani dalam kerangka kerjasama dalam membutuhkan.

Adaptasi terhadap lingkungan baru terjadi melalui komunikasi. Perubahan adaptifyang dialami masing-masing individu dari etnis berlangsung selama mereka berbeda dalam lingkungan sosio kultural tempat mereka mengirim dan menerima pesan. Hal ini dialami oleh sebagian besar informan pada penelitian ini. Menurut meraka, selama mereka berada dilingkungan baru baik di kantor, rumah tinggal ataupun tempat-tempat fasilitas umum dan sebagainya mereka terus melakukan penyesuaian-penyesuaian sampai terbiasa dengan lingkungan.

Dalam proses adaptasi budaya terdapat tiga macam kondisi lingkungan/ yang berpengaruh terhadap proses ini, yaitu kesediaan �Tuan rumah/etnis asli� ataun potensi interaksi serta keterbukaan �tuan rumah/etnis asli� dengan pihak luar/etnis pendatang. Kondisi ini menurut peneliti juga terjadi dalam interaksi antar budaya yang baik dalam lingkungan masyarakat setempat. Selain karena faktor adaptasi yang dilakukan oleh para etnis pendatang, faktor yang mempengaruhi adaptasi dilingkungan ini adalah kesediaan dan keterbukaan tuan rumah. Kedua yang mempengaruhi proses adaptasibudaya adalah tekanan untuk menyesuaikan diri dengan tuan rumah. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar dan alami, sebagai makhluk sosial kita harus selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru agar dapat bertahan hidup. Hal ini dilakukan untuk beradaptasi dengan pola-pola komunikasi yang baik dan sistem komunikasi yang berlaku dilingkungan baru. Kondisi ketiga yang mempengaruhi proses adaptasi budaya adalah kekuatan kelompok etnis melalui partisipasif.

Kecintaan setiap orang terhadap ragam budaya sehingga dapat melahirkan terwujudnya beberapa tindakan. Misalnya, dimana-mana terlihat munculnya ikatan-ikatan warga perantau. Menurut hasil penelitian, adanya ikatan-ikatan kekeluargaan masyarakat dari daerah tertentu menjadi salah satu sarana (bentuk) untuk beradaptasi. Selain menjalin silahturahmi, ikatan-ikatan semacam ini mampu menawarkan kekuatan informasi, emosi dan dukungan moral kepada para anggotanya, khususnya yang baru memasuki lingkungan baru. Lahirnya ikatan-ikatan yang demikian adalah wajar karena diluar keluarga sendiri maka yang paling mengerti perilaku kita, harga diri dan kebanggan kita adalah warga yang konstruktif, karena apabila dibiarkan berkembang menjadi eksklusifisme dan etnosentrisme perilaku tersebut akan mengganggu keharmonisan pergaulan kita dengan etnis yang lain seperti penuturan.

Bentuk-bentuk komunikasi antar etnis yang terjadi antar masyarakat di Kelurahan Kadia ini terjadi dalam komunikasi kelompok (bentuk formal); perkawinan,maupun informal: gotong royong, arisan, dan lain-lain. Bentuk formal terjadi dalam lingkungan diskusi. Sedangkan dalam bentuk informal meliputi kegiatan-kegiatan diluar komunitas seetnis seperti komunikasi antar pribadi yang mereka lakukan di lingkunganpergaulan sehari-hari seperti di kontrakan, rumah kost/rumah tinggal, kantor, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa beberapa informan merasa lebih mudah bergaul dengan teman-teman di luar etnisnya, dibanding dengan masyarakat seetnis pada umumnya. Hali ini karena faktor usia yang setara dengan teman-teman dan tidak mengalami kesulitan atau kendala dalam berkomunikasi. Sedangkan untuk bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat asli/pribumi secara umum pasti ada rasa sedikit kesulitan karena kendala bahasa, dan perbedaan generasi dengan masyarakat kebanyakan yang umumnya lebih bersifat tradisional dan lebih tua. Kenyataan bahwa masyarakat etnis pendatang dapat melakukan komunikasi yang intensif adalah karena lingkungan yang membuat mereka berbaur. Mereka bergaul secara intensif di kampus, lingkungan kost, rumah kontrakan dan tempat lainnya yang memungkinkan mereka berintraksi. Untuk melakukan komunikasi antar etnis pada kelompok didasari oleh alasan yang relatif sama, yaitu kesamaan tujuan dalam bidang mata pencaharian ataupun bentuk lain seperti pendidikan.

Menurut hasil penelitian, informan masyarakat pendatang mengerti bahasa asli setempat secara pasif, artinya mereka memahami kalau ada percakapan dalam bahasa daerah penduduk asli, tapi kurang bisa mengucapkan kalimat-kalimat dalam bahasa daerah tersebut. Kalaupun bisa, mereka hanya mampu mengucapkan kata-kata tertentu yang menurut mereka �mudah� dan sering diucapkan. Meskipun demikian, kelompok etnis pendatang ini memiliki niat dan keinginan untuk belajar dan bisa mengerti bahasa daerah penduduk asli sebagai referensi pengetahuan umum dan ingin mengetahui lebih dekat tentang budaya dan kehidupan sosial kemasyarakatan penduduk asli setempat. Fenomena ini agak berbeda jika dibandingkan dengan kelompok masyarakat etnis asli/pribumi yang sebagian tahu dan mengerti bahasa daerah masyarakat pendatang walaupun hanya sebatas bahasa daerah yang tergolong kasar.

Dengan motivasi yang tinggi diperlukan juga adanya pengetahuan tentang perilaku dan komunikasi antar etnis. hal ini dimaksud agar masing-masing individu memiliki kompetensi dalam melakukan komunikasi antar etnis, dari hasil penelitian dalam masalah kecakapan komunikasi antar budaya, kelompok etnis dikelurahan Kadia memiliki tingkat yang sama baiknya. Hal ini dipermudah lagi dengan kemampuan masing-masing individu etnis dalam berbahasa Indonesia yang menurut kelompok etnis mampu meminimalisir kesalahpahaman yang mungkin terjadi.

Yang dapat penulis simpulkan bahwa, hubungan antar etnis yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi antar anggota kelompok etnis yang berlainan bisa mengurangi prasangka secara signifikan. Hubungan ini mesti dalam waktu yang cukup, dengan frekuensi yang tinggi, dan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna antara anggota kelompok etnik yang berkaiatan. Apabila hubungan antar anggota kelompok etnik tidak memungkinkan terjalinnya hubungan akrab maka kurang bisa mengurangi prasangka dan menambah penstereotipan antar etnik.

Kita hanya dapat memahami perilaku suatu masyarakat apabila kita mampu menempatkan perilaku tersebut kedalam konteks sistem nilai yang dianutnya. Kegagalan dalam menemukan konteks perilaku tersebut akan menimbulkan kesulitan bagi upaya membangun pergaulan yang harmonis dan saling menguntungkan. Pemehaman antar budaya adalah sendi dari sebuah masyarakat multi etnik yang sehat, dimana setiap orang sadar akan perbedaan dan menghargai itu dan sekiranya pemahaman ini sejalan dalam (Devito, 1980) bahwa semuanya didasarkan atas kemampuan seseorang untuk menerima adanya perbedaan itu melalui kemampuan melihat fenomena (pandangan dunia) atau melalui sudut pandang budaya lain. Pada hakekatnya, mengurangi prasangka budaya sama artinya dengan menumbuhkan pemahaman lintas budaya dan upaya-upaya mengurangi prasangka lainya bisa dilakukan di segenap aspek kehidupan, dimulai dari keluarga, lingkungan pertentanggaan, sekolah, organisasi, dan masyarakat secara lebih luas.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis menyimpulkan bahwa komunikasi antar etnis yang terjadi di tengah keberagaman budaya di Kelurahan Kadia Kota Kendari yaitu dimana pola komunikasi antar etnis yang meliputi; bahasa sebagai simbol, pengalaman lintas budaya, komunikasi antarpribadi, pengalaman komunikasi antar etnis, yang terjadi antar antar masyarakat asli/pribumi dengan masyarakat yang pendatang di lingkungan Kelurahan Kadia di sebabkan sebagian individu kelompok masyarakat etnis sebelumnya telah menyadari akan kondisi yang akan mereka alami. Bentuk komunikasi antar etnis yang terjadi di kelurahan Jati Mekar selain di tandai oleh berbagai hal yang lazim terjadi dalam komunikasi antar budaya seperti; komunikasi persuasive, adaptasi budaya dalam komunikasi, ternyata juga di dukung oleh situasi �setting� atau lingkungan tempat mereka berinteraksi yang relatif membaur. Dimana masyarakat pendatang di Kelurahan Kadia memilki motivasi, pengetahuan dan kecakapan yang memadai. Dorongan untuk melakukan komunikasi antar etnis ini, pada kelompok masyarakat asli dengan etnis dengan etnis lain didasari oleh alasan yang relatif sama, yaitu kesamaan tujuan dalam bidang pendidikan ataupun pekerjaan.

 

BIBLIOGRAFI

 

Berlo, David K. (1960). �The Process of Communications� (An Introducctions To Theory And Pratice). Michigan State, University.

 

Blake, Reed H. and Edwin O. Haroldsen. (2003). A Taxonomy Of Concepts In Communications. (Hasting House Publisher Inc., Second Printing). (Terj: Hasan Bahanan). Papyrus, Surabaya.

 

Cangara, Hafied. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi Bisnis. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

 

Devito, Joseph. (1980). A. 1997. Human communication. New York: Harper Collinc Colege Publisher.

 

Hamidi, Drs, & Si, M. (2007). Metode penelitian dan Teori komunikasi. Pendekatan Praktis Penulisan.

 

Liliweri, A. (2003). Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

 

Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, cetakan kelima. Bandung: Remaja Rosdakarya.

 

Musthan, Zulkifli. (2011). Teori-Teori Komunikasi. Jakarta: Mahzab Ciputat.

 

Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian, Ghalia Indonesia. Nuraini R, EKa.

 

Poloma, Margaret M. (1992). Sosiologi kontemporer. Rajawali Pers.

 

Purwasito, Andrik. (2003). Message Studies: Pesan Penggerak Kebudayaan. Surakarta: Ndalem Poerwohadiningratan Press (2002). Semiologi Komunikasi. Surakarta: Masyarakat Semiologi Komunikasi, Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip UNS.

 

Soehartono, Dr. Irawan. (2002). Metode Penelitian Sosial (Suatu Teknik Penellitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya). Remaja Rosdakarya, Bandung.

 

Soekanto, Soerjono. (1983). Teori sosiologi tentang perubahan sosial. Ghalia Indonesia, Jakarta.

 

Wiyata, A. Latief. (1999). Karakter Masyarakat Pendatang. Dalam GATRA Nomor 20/VOL: 3 April.

 

Copyright holder:

Ismayanti Yahya, Tuti Bahfiarti, Muhammad Farid (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: