�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
�Vol. 7, No. 4, April 2022
�
PENERAPAN LEAN MANUFACTURING MENGGUNAKAN METODE VALUE STREAM MAPPING DALAM MEMINIMALISIR
WASTE KRITIS
Randy Andrianto
Nugraha, Fahriza Nurul Azizah, Dimas Nurwinata Rinaldi
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Roti Solo merupakan
salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dengan jenis
produksi roti. Adanya waste kritis yang terjadi pada proses produksi
menimbulkan kerugian bagi perusahaan pada setiap produksinya. Oleh karena itu,
penelitian ini melakukan pendekatan lean manufacturing menggunakan Value
Stream Mapping (VSM) dalam meminimalisir waste kritis yang terjadi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pemetaan proses produksi pada bulan
Februari 2021 menggunakan VSM menunjukkan bahwa masih adanya aktivitas non
value added yang terjadi sebesar 16,27% dari total waktu produksi
keseluruhan. Identifikasi waste kritis dari seven waste yang ada
menggunakan metode AHP menunjukkan bahwa waste defect menjadi waste
kritis yang terjadi pada proses produksi roti, sehingga perlu dilakukan upaya
perbaikan untuk mengurangi jumlah defect yang ada. Dari upaya perbaikan
yang telah diusulkan mampu mengurangi tingkatan produk defect sebesar
77% untuk defect packing, 76% untuk defect pemotongan, dan
68% untuk defect moulding. Upaya perbaikan tersebut juga mampu
mengurangi waktu non value added sebesar 9,71% dan meningkatkan waktu value
added sebesar 9,71%.
Kata kunci: Value Stream Mapping; Waste; Non Value Added.
Abstract
Roti Solo is one of the companies engaged in the food
industry with this type of bread product. The existence of critical waste that
occurs in the production process causes losses for the company in every
production. Therefore, this study uses a lean manufacturing approach using
Value Stream Mapping (VSM) in minimizing the critical waste that occurs. From
the results of research that has been carried out, mapping the production
process in February 2021 using VSM shows that there are still non-value added
activities that occur at 16.27% of the total production time. Identification of
critical waste from the existing seven wastes using the AHP method found that
defect waste is a critical waste that occurs in the bread production process,
so it is necessary to make improvements to reduce the number of existing
defects. From the improvement efforts that have been proposed, it can reduce
the level of product defects by 77% for packing defects, 76% for cutting
defects, and 68% for molding defects. These improvement efforts were also able
to reduce non-value added time by 9.71% and increase value-added time by 9.71%.
Keywords: Value Stream Mapping; Waste; Non Value Added.
Pendahuluan
Semakin hari,
persaingan industri juga menjadi semakin ketat. Hal tersebut membuat perusahaan
harus memiliki daya saing yang tinggi, sehingga perusahaan dapat terus bersaing
dan bertahan dari setiap pesaingnya. Dalam meningkatkan daya saing perusahaan,
kelancaran proses produksi menjadi hal yang sangat penting untuk mendapatkan
target yang ingin dicapai perusahaan (Damanik, Afma, & Siboro, 2017). Dalam
mencapai target tersebut, perusahaan dituntut untuk bekerja secara efektif dan
efisien pada proses produksi agar kelancaran tersebut terjaga dengan baik (Wahid, 2020). Untuk itu,
dalam memenuhi permintaan konsumen, lini produksi harus berjalan seefektif dan
seefisien mungkin (Pratiwi, Djanggu, & Anggela, 2020).
Dalam upaya pengoptimalan proses
produksi pada suatu perusahaan, waste
menjadi aktivitas yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya dan
memboroskan sumber daya yang ada (Astuti & Lathifurahman, 2020). Adanya waste menjadi kerugian besar pada
perusahaan karena turunnya keefektifan dan keefisiensi membuat menurunnya daya
saing perusahaan (Hamda, 2018). Pada suatu
proses produksi, terjadi
tujuh jenis pemborosan (waste) yang
sering terjadi (Novitasari & Iftadi, 2020). Waste tersebut berupa waste defect, overproduction,
waiting, transportation, inventory, motion, dan excess
processing. Waste dapat
terjadi karena disepanjang aliran proses, terdapat waktu non value added yang terjadi (Naro & Halimah, 2019). Untuk itu,
perlu dilakukan pengidentifikasian waste untuk
meningkatkan optimalisasi pada proses produksi perusahaan agar tercapainya
keefektifan dan keefisienan (Zulfikar & Rachman, 2020).
Upaya
mengurangi pemborosan menjadi implementasi dari sistem lean manufacturing (Widodo & Ferdiansyah, 2017). Lean manufacturing menjadi metode yang
tepat dalam menggambarkan proses yang sedang terjadi (Kosasih, Sriwana, Sari, & Doaly, 2019). Dalam
pendekatan lean manufacturing, Value Stream Mapping (VSM) menjadi tools yang efektif dalam
pengidentifikasian waktu pemborosan (Tambunan, Handayani, & Puspitasari, 2017). VSM dapat
memetakan aliran produksi dan aliran informasi dalam suatu proses produksi,
sehingga VSM dapat menjadi tool yang
efektif dalam mengidentifikasi waste yang
ada (Sriwana & Kurniawan, 2019). Selain itu,
analisis pendukung seperti 5 whys
dapat digunakan dalam mengidentifikasi penyebab waste yang terjadi.
Pada
penelitian sebelumnya, Mulyati, Ilyas, dan Widyasti telah menggunakan
pendekatan lean manufacturing dalam
mengidentifikasi waste pada proses
produksi dendeng sapi. Dengan menggunakan visualisasi proses produksi
menggunakan VSM dan tools pembobotan waste lainnya, penelitian tersebut
berhasil mendapatkan waste dengan
bobot tertinggi yaitu defect dan
dapat merancang future state map
dengan keadaan lebih optimal (Mulyati, Ilyas, & Widyasti, 2019). Penelitian
serupa dari Mollah, Munir, dan Sari mendapatkan bahwa VSM dapat melakukan
perbaikan dengan mengeliminasi waktu non
value added yang ada, sehingga proses menjadi lebih efektif dan efisien
dari sebelumnya (Mollah, Munir, & Sri, 2018).
Roti Solo merupakan perusahaan yang
bergerak pada bidang makanan, khususnya produk roti. Dalam proses produksinya,
masih terdapat aktivitas yang menyebabkan pemborosan, sehingga perusahaan
seringkali mengalami kerugian dalam aktivitas produksinya. Untuk itu, perlu
diidentifikasi lebih lanjut dalam terjadinya waste tersebut, sehingga perbaikan dapat diusulkan untuk
mengoptimalkan proses produksi yang ada. Maka dari itu, penelitian ini
menggunakan pendekatan lean manufacturing
menggunakan VSM dalam mengidentifikasi waste
yang terjadi, pembobotan waste
kritis menggunakan kuesioner Analytical
Hirarchy Process (AHP), dan 5W+1H dalam usulan perbaikan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meminimasi waste
yang terjadi, sehingga proses produksi pada Roti Solo dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan harapan perusahaan
Metode Penelitian
Ruang Lingkup
Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Roti Solo
Karawang. Roti Solo menjadi salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang
makanan, khususnya produk roti. Penelitian ini berfokus pada proses produksi
yang terjadi untuk mengidentifikasi waste
kritis yang terjadi. Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu
satu bulan, tepatnya pada bulan Februari 2021.
Jenis Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data
kualitatif dan data kuantitatif dalam pengambilan data. Data yang didapat dari
hasil wawancara dan observasi untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan
penelitian merupakan jenis data kualitatif (Riani & Afandi, 2020). Data kualitatif yang digunakan pada
penelitian ini berupa data hasil wawancara kepada pihak perusahaan dalam
pengambilan bobot waste dan kondisi
perusahaan saat ini. Data yang dapat diukur dalam skala numerik merupakan jenis
data kuantitatif (Indah & Rahmadani, 2018). Data kuantitatif yang digunakan
pada penelitian ini berupa data pengamatan langsung pada proses produksi roti
untuk mengidentifikasi waste yang
sedang terjadi.
Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, metode analisis
data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menjabarkan keadaan yang
sedang terjadi dengan menggunakan prosedur ilmiah (Tehuayo, 2018). Penelitian ini menggunakan Value Stream Mapping (VSM) sebagai
pemetaan proses produksi yang akan digunakan dalam mengidentifikasi waktu value added, necessary non value added, dan non
value added yang ada. Setelah klarifikasi aktivitas selesai, metode AHP
digunakan dalam mengidentifikasi pembobotan waste
yang sedang terjadi, dan usulan perbaikan diberikan menggunakan 5W+1H.
Hasil dan Pembahasan
Current State
Map
Dari hasil studi lapangan
pada bulan Februari 2021, current state
map dapat digambarkan untuk mengetahui aliran informasi, material, dan
sistem secara menyeluruh. Current state
map yang telah dibuat disajikan pada gambar 1 dibawah.
Gambar 1
Current State Map Proses
Produksi Roti
Dari hasil current state map yang telah dibuat
menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk melakukan sekali proses produksi
dalam sehari sebesar 664 menit. Dari total waktu tersebut, waktu yang
dikategorikan value added dan sebesar
435 menit, setara dengan 65,51% dari total waktu produksi. 34,49% waktu sisanya
terbagi menjadi dua, yaitu waktu necessary
non value added (NNVA) dan non value
added (NVA), dimana waktu untuk NNVA sebesar 120 menit atau setara dengan
18,22% dari total waktu produksi dan untuk NVA sebesar 108 menit atau setara
dengan 16,27% dari total waktu produksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kurangnya aktivitas yang memberikan nilai tambah pada proses produksi. Adanya
aktivitas Non Value Added (NVA) menunjukkan bahwa terjadinya waste pada proses
produksi yang dilakukan. Klarifikasi aktivitas terjadinya waktu VA, NNVA, dan
NVA ditunjukkan pada tabel 1 dibawah.
Tabel 1
Klarifikasi Aktivitas
Proses Produksi Roti (lanjutannya kasih)
Bagian |
Aktivitas |
Klasifikasi Aktivitas |
Waktu (Menit) |
||
VA |
NNVA |
NVA |
|||
Penimbangan dan Mixing |
Set-up alat |
|
√ |
|
3 |
Penimbangan
bahan |
√ |
|
|
6 |
|
Mengeluarkan
bahan |
|
√ |
|
1 |
|
dari
wadah |
|
|
|||
Pengambilan
bahan |
|
|
√ |
3 |
|
lagi |
|
|
|||
Memasukkan
bahan |
|
√ |
|
2 |
|
ke mixer |
|
|
|||
Proses mixing |
√ |
|
|
15 |
|
Proofing |
Set-up
suhu ruangan |
|
√ |
|
5 |
Mengeluarkan
adonan |
|
√ |
|
3 |
|
dari
mixer |
|
|
|||
Pendinginan
adonan |
√ |
|
|
5 |
|
Portioning |
Set-up alat |
|
√ |
|
2 |
Memotong
sebagian |
√ |
|
|
10 |
|
adonan |
|
|
|||
Penimbangan |
√ |
|
|
10 |
|
Memotong
adonan |
|
|
√ |
5 |
|
lagi |
|
|
|||
Penyimpanan |
|
√ |
|
5 |
|
Moulding |
Set-up alat |
|
√ |
|
4 |
Mengambil
potongan |
|
√ |
|
5 |
|
adonan |
|
|
|||
Pembulatan
adonan |
√ |
|
|
6 |
|
Moulding
gagal |
|
|
√ |
3 |
|
Pembuangan |
|
|
√ |
5 |
|
Pengolesan
cetakan |
√ |
|
|
13 |
|
Penyimpanan |
|
√ |
|
5 |
|
Steaming |
Set-up ruangan |
|
√ |
|
5 |
Peletakan
adonan |
|
√ |
|
2 |
|
Steaming |
√ |
|
|
240 |
|
Baking |
Set-up oven |
|
√ |
|
30 |
Mengganti
gas |
|
|
√ |
20 |
|
Meletakkan
adonan |
|
√ |
|
15 |
|
Baking |
√ |
|
|
10 |
|
Cooling |
√ |
|
|
15 |
|
Pemisahan
roti dari |
√ |
5 |
|||
cetakan |
|
|
|||
Penyimpanan |
|
√ |
|
5 |
|
Bagian |
Aktivitas |
Klasifikasi Aktivitas |
Waktu (Menit) |
||
VA |
NNVA |
NVA |
|||
Pengisian Selai |
Set-up alat |
|
√ |
|
4 |
Mengambil
roti |
|
√ |
|
5 |
|
Pemotongan
roti |
√ |
|
|
20 |
|
Pembuangan
roti |
√ |
15 |
|||
yang
terpotong |
|
|
|||
Pengisian
selai |
√ |
|
|
20 |
|
Penyusunan
roti |
|
√ |
|
10 |
|
Packing |
Set-up mesin |
|
√ |
|
10 |
Packing roti |
√ |
|
|
30 |
|
Mesin
macet/terhenti |
|
|
√ |
30 |
|
Set-up ulang |
|
|
√ |
20 |
|
Pembuangan
produk |
√ |
7 |
|||
yang
rusak |
|
|
|||
Pengecekan
kemasan |
√ |
|
|
15 |
|
Pelabelan
rasa |
√ |
|
|
15 |
|
Total |
16 |
19 |
9 |
664 |
Dari tabel
klarifikasi aktivitas tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 44 aktivitas
keseluruhan yang terjadi pada proses produksi roti, dimana terdapat 16
aktivitas VA, 19 aktivitas NNVA, dan 9 aktivitas NVA. Masih terdapatnya aktivitas
NVA membuat proses produksi menjadi kurang efektif dan efisien.
Identifikasi Waste Kritis
����������� Pembobotan
kriteria waste kritis dihitung
menggunakan hasil pengisian kuesioner AHP. Responden yang dijadikan narasumber
adalah kepala perusahaan, kepala produksi, dan kepala lapangan dimana ketiga
narasumber tersebut merupakan responden yang paling memahami terkait proses
produksi roti pada perusahaan. Perhitungan pembobotan waste kritis dihitung menggunakan software Expert Choice agar hasil yang didapat lebih akurat. Hasil
dari perhitungan kuesioner AHP yang telah dilakukan disajikan pada gambar 2
dibawah.
Gambar 2
Hasil Pembobotan
Waste Kritis
����������� Dari hasil perhitungan kuesioner AHP
tersebut, waste defect memiliki bobot
paling tinggi dari ketiga responden. Waste
defect kemudian disusul oleh waste
motion dengan nilai tertinggi kedua. Kedua waste tersebut memiliki
perbandingan nilai yang tidak terlalu jauh berdasarlan bobot yang didapat dari
ketiga responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa waste defect merupakan waste
kritis yang harus segera diperbaiki, disusul oleh waste motion dimana perbaikan
dari waste tersebut mengikuti
perbaikan yang diusulkan untuk waste
defect.
����������� Waste
defect merupakan salah satu dari seven
waste yang sering terjadi pada suatu proses produksi, dimana produk yang
dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang ditentukan, sehingga produk
tersebut menjadi produk reject dan
tidak dapat didistribusikan ke konsumen. Berdasarkan hasil pengamatan produk
pada bulan Februari 2021, jumlah defect yang
terjadi pada proses produksi roti ditunjukkan pada tabel 2 dibawah.
Tabel 2
Defect pada Proses Produksi Roti
No. |
Defect |
Total |
Persentase |
1 |
Packing |
3464 |
49,6% |
2 |
Pemotongan |
2630 |
37,7% |
3 |
Moulding |
885 |
12,7% |
Total |
6979 |
100% |
Dari data
yang telah ada pada tabel 2, diagram pareto
dapat digambarkan untuk mengetahui defect
dominan yang ditunjukkan pada gambar 3 dibawah.
Gambar 3
Diagram Pareto Defect Produk Roti
�Dari diagram pareto yang telah dibuat, diketahui total produk defect yang terjadi pada proses produksi
roti bulan Februari 2021 sebanyak 6.979 pcs produk dengan defect packing menjadi defect
dengan jumlah terbanyak yaitu 3.464 pcs produk atau setara dengan 49,6% dari
keseluruhan produk defect. Jumlah
defect terbanyak kedua terjadi pada proses pemotongan roti, yaitu sebanyak
2.630 pcs produk atau setara dengan 37,7% dari keseluruhan produk defect, dan defect terkecil terjadi pada proses moulding sebanyak sebanyak 885 pcs produk atau setara dengan 12,7%
dari keseluruhan produk defect.
Persentase kumulatif dari diagram paretto menunjukkan bahwa defect pada proses
packing dan proses moulding memiliki persentase kumulatif sebesar 87,3%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kedua defect tersebut adalah kedua defect yang
dipilih untuk menjadi prioritas perbaikan. Defect
pemotongan dan packing juga menjadi defect yang memiliki waktu NVA terbesar
jika melihat keadaan yang ada pada current
state mapping, sehingga upaya pengurangan defect diharapkan dapat mereduksi waktu NVA yang terjadi pada
proses produksi roti.
Usulan Perbaikan menggunakan 5W+1H
����������� Berdasarkan hasil
identifikasi dan analisis yang telah dilakukan maka ada beberapa hal yang
diusulkan untuk dilakukan perbaikan agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal
dari sebelum dilakukan perbaikan. Rencana penanggulangan dapat dibuat dengan menggunakan alat bantu yang
dikenal dengan 5W+1H. Hasil dari 5W+1H yang diusulkan sebagai rencana perbaikan
untuk mengurangi waste yang terjadi
pada proses produksi roti disajikan pada tabel 3 dibawah.
Tabel 3
Usulan Perbaikan
5W+1H
Proses |
Penyebab |
What? |
Why? |
Where? |
When? |
Who? |
How? |
Apa penanggulan- -gannya? |
Alasan penggunaan? |
Lokasi penggunaan? |
Waktu? |
Penanggung jawab? |
Bagaimana caranya? |
||
Proses Penimbangan dan Moulding |
Berat adonan tidak sesuai |
Tidak terburu-buru dalam melakukan
proses pemotongan |
Terburu-buru dalam pemotongan
membuat adonan yang kurang berat tidak terdeteksi |
Tempat pemisahan adonan |
Maret 2021 |
Karyawan, bagian produksi, bagian
QC (pengawasan & inspeksi) |
Melatih karyawan untuk tidak
terburu-buru dalam pemotongan dan memberi display untuk berat yang sesuai dan
tidak sesuai |
Pengisian rasa gagal |
Melakukan preventive
maintenance untuk mesin moulding |
Mesin tidak pernah dilakukan maintenance |
Mesin Moulding |
Maret 2021 |
Karyawan, bagian produksi, bagian
QC (inspeksi) |
Melakukan perawatan pencegahan,
menyetel ketebalan adonan pada mesin |
Proses |
Penyebab |
What? |
Why? |
Where? |
When? |
Who? |
How? |
Apa penanggulan- -gannya |
Alasan penggunaan? |
Lokasi penggunaan? |
Waktu? |
Penanggung jawab? |
Bagaimana caranya? |
||
Proses Pemotongan Roti |
Hasil potongan tidak sesuai |
Pengecekan pisau secara berkala
dan membuat label acuan ukuran standar roti hasil pemotongan |
Tidak ada acuan batasan pada
pemotongan membuat seringkali roti terpotong melebihi batas standar |
Cutting |
Maret 2021 |
Karyawan, bagian produksi, bagian
QC (inspeksi) |
Mensosialisasikan untuk terus
mengecek keadaan pisau dan menempelkan batas ukuran standar roti di meja
potong |
Proses Packing |
Packing dan roti rusak |
Roti disusun berjarak dan tidak
ditumpuk serta perubahan modifikasi pada tempat roll plastik |
Roti yang tertumpuk membuat hasil
menjadi reject saat hasil packing keluar dan roll plastik
seringkali terjatuh |
Mesin Packing |
Maret 2021 |
Karyawan, bagian produksi, bagian
QC (inspeksi) |
Memastikan roti yang disusun
berjarak dan mudah dijangkau karyawan serta selalu mengecek klem pada roll
plastik |
Breakdown pada mesin |
Melakukan preventive
maintenance untuk mesin packing |
Mesin tidak pernah dilakukan maintenance
sehingga mesin seringkali mengalami breakdown |
Mesin Packing |
Maret 2021 |
Karyawan, bagian produksi, bagian
QC (inspeksi) |
Menjadwalkan perawatan pencegahan
dan terus memantau kondisi mesin |
Hasil Perbaikan
Implementasi
perbaikan yang telah diusulkan sebelumnya diterapkan dengan tujuan meminimasi waste kritis yang terjadi pada bulan
Maret 2021. Data terbaru yang telah diambil pada pengamatan hasil perbaikan
ditunjukkan pada tabel 4 dibawah.
Tabel 4
Data Defect Produk Roti Sebelum dan Sesudah Perbaikan
No. |
Proses |
Defect |
Jumlah Sebelum Perbaikan |
Jumlah Sesudah Perbaikan |
Persentase Penurunan |
1 |
Packing |
Rusak |
3464 |
803 |
77% |
2 |
Pemotongan |
Terpotong |
2630 |
630 |
76% |
3 |
Moulding |
Gagal |
885 |
280 |
68% |
Dari data
terbaru yang telah didapatkan, dibuat perbandingannya dengan data sebelum
perbaikan dengan menggunakan histogram yang ditunjukkan pada
gambar 4 dibawah.
Gambar 4
Diagram Histogram Perbandingan Defect
Produk Roti
Dari
diagram histogram yang telah dibuat, dapat dilihat bahwa total produk reject untuk ketiga proses produksi
tersebut menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa usulan perbaikan mampu
menurunkan waste kritis yang sedang
terjadi pada perusahaan.
Upaya
perbaikan yang telah dialukan juga mempengaruhi waktu produksi yang ada. Waktu
produksi baru pada proses produksi yang ada dipetakan menggunakan VSM pada
kondisi setelah perbaikan yang ditunjukkan pada gambar 5 dibawah.
Gambar 5
Value Stream Mapping Setelah Perbaikan
Dari
gambar 5 tersebut, diketahui bahwa terjadi kenaikan waktu VA pada proses
produksi sebesar 632,5 menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa waktu yang
sebelumnya terpakai dalam proses NVA dapat digunakan untuk proses VA, sehingga
perusahaan semakin produktif dalam melakukan produksi produk. Perbandingan
waktu VA, NNVA, dan NVA sebelum dan sesudah implementasi ditunjukkan pada tabel
5 dibawah.
Tabel 5
Perbandingan Waktu Proses Produksi Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Kategori |
Sebelum Perbaikan |
Sesudah Perbaikan |
Tingkat Perubahan |
VA |
435 |
499.5 |
9.71% |
NNVA |
121 |
121 |
0% |
NVA |
108 |
43.5 |
9.71% |
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari current state map yang telah dibuat
untuk pemetaan proses produksi, didapat bahwa adanya waktu non value added sebesar 108 menit atau 16,27% dari total 664 menit
sehingga proses produksi menjadi kurang efektif dan efisien. Identifikasi waste kritis dari seven waste yang ada menggunakan metode AHP mendapatkan bahwa waste defect menjadi waste kritis yang terjadi pada proses
produksi roti, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan untuk mengurangi jumlah
defect yang ada. Upaya perbaikan yang
telah diusulkan menggunakan 5W+1H diimplementasikan pada bulan selanjutnya dan
mendapatkan hasil bahwa upaya perbaikan yang telah diusulkan mampu mengurangi
tingkatan produk defect sebesar 77%
untuk defect packing, 76% untuk defect
pemotongan, dan 68% untuk defect moulding. Upaya perbaikan tersebut juga
mampu mengurangi waktu non value added
sebesar 9,71% dan meningkatkan waktu value
added sebesar 9,71%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa upaya perbaikan yang
telah dilakukan berhasil mencapai tujuannya dalam meminimalisir waste kritis yang terjadi dan mampu
membuat proses produksi menjadi lebih efektif dan efisien dari sebelumnya.
Astuti, R. D., & Lathifurahman. (2020). Aplikasi
Lean Six-Sigma untuk Mengurangi Pemborosan di Bagian Packaging Semen. Jurnal
Teknik Industri, 6(1), 44-52.
Damanik, O. A., Afma, V. M., & Siboro, B. A. (2017). Analisa Lean
Manufacturing dengan Metode VSM (Value Stream Mapping) untuk Mengurangi
Pemborosan Waktu. Profisiensi, 5(1), 1-6.
Hamda, P. (2018). Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE)
untuk Meningkatkan Performa Mesin Exuder di PT Pralon. Jurnal Ilmiah
Teknologi dan Rekayasa, 23(2), 112-121.
Indah, D. R., & Rahmadani, E. (2018). Sistem Forecasting Perencanaan
Produksi dengan Metode Single Eksponensial Smoothing pada Keripik Singkong
Srikandi Di Kota Langsa. Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI), 2(1),
10-18.
Kosasih, W., Sriwana, I., Sari, E., & Doaly. (2019). Applying value
stream mapping tools and kanban system for waste identification and reduction
(Case study : a basic chemical company). IOP Conference Series,
Science, Materials, 1-8.
Mollah, M. K., Munir, M., & Sri, A. W. (2018). Peningkatan Kualitas
Pelayanan dengan Metode Pendekatan Lean Service di Perusahaan Jasa Transportasi
(Studi Kasus: PT. KAI DAOP 8 Surabaya). Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Terapan VI, 593-598.
Mulyati, T., Ilyas, & Widyasti, A. (2019). Implementasi Lean
Manufacturing pada Proses Produksi PT. Dendeng Aceh Gunung Seulawah. Jurnal
Sistem Teknik Industri (JSTI), 21(1), 32-41.
Naro, A., & Halimah, N. (2019). Perancangan Lean Production System
pada Lini Produksi Panel Listrik Tipe Wall Mounting dengan Menggunakan Value
Stream Mapping. Jurnal Penelitian dan Aplikasi Sistem & Teknik Industri
(PASTI), XIII(1), 61-71.
Novitasari, R., & Iftadi, I. (2020). Analisis Lean Manufacturing untuk
Minimasi Waste pada Proses Door PU. Jurnal INTECH, 6(1), 65-74.
Pratiwi, Y., Djanggu, N. H., & Anggela, P. (2020). Penerapan Lean
Manufacturing untuk Meminimasi Pemborosan (Waste) dengan Menggunakan Metode
Value Stream Mapping (VSM) pada PT.X. Jurnal TIN Universitas Tanjungpura, 4(2),
8-15.
Riani, L. P., & Afandi, M. R. (2020). Forecasting DemandProduk Batik
Ditengah Pandemi Covid-19 Studi Pada Usaha Batik Fendy, Kabupaten Klaten. Jurnal
Nusantara Aplikasi Manajemen Bisnis, 5(2), 122-132.
Sriwana, I. K., & Kurniawan. (2019). Usulan Peningkatan Efisiensi
Keseimbangan Lini Dengan Value Stream Mapping Dan Yamazumi Chart Pada PT.PAI. Jurnal
Metris, 33-44.
Tambunan, R. A., Handayani, N. U., & Puspitasari, D. (2017). Penerapan
Lean Manufacturing menggunakan Value Stream Mapping (VSM) untuk Identifikasi
Waste & Performance Improvement Pada UKM �Shoes and Care�. Industrial
Engineering Online Journal, 6(4), 1-6.
Tehuayo, E. (2018). Analisis Proses Pengambilan Keputusan Konsumen pada
Perilaku Pembelian Produk Yamaha Mio di Kota Ambon. Jurnal SOSOQ, 6(2),
25-34.
Wahid, A. (2020). Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Produksi
Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Pada Proses Produksi Botol
(PT. XY Pandaan � Pasuruan). Jurnal Teknologi dan Manajemen Industri, 6(1),
12-16.
Widodo, T., & Ferdiansyah, I. (2017). Implementasi Lean dengan
Menggunakan Value Stream Mapping untuk Mempercepat Lead Time Proses Outbound di
PT.X. Journal Industrial Manufacturing, 2(2), 85-91.
Zulfikar, A. M., & Rachman, T. (2020). Penerapan Value Stream Mapping
dan Process Activity Mapping untuk Indentifikasi dan Minimasi 7 Waste pada
Proses Produksi Sepatu X di PT. PAI. Jurnal Inovisi, 16(1), 13-24.
Copyright holder: Nama Author (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |