Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
7, July 2022
Kajian Geologi dan Karakteristik Air Payau Menggunakan Metode Geolistrik Serta Uji Kualitas Air Tanah
Delvia Rimesye Apalem
Politeknik Negeri Ambon
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian di lakukan di Kecamatan Karangdowo dan sekitarnya yang berada di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah yang terletak pada koordinat 7o41�30�S � 7o45�30� S
dan 110o42�0� E � 110o 46�0�E, waktu tempuh ke lokasi
penelitian kurang lebih 1-2 jam. Telah dilakukan wawancara secara lisan dan melihat secara langsung kondisi air sumur di daerah penelitian warga dan hasilnya sebagian besar daerah Karangdowo mempunyai kualitas air bersih yang berada dibawah standar kelayakan, karena air sumur yang dijumpai air di beberapa sumur yang berasa payau dan juga keruh. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan
uji kualitas airtanah dengan tujuan untuk
mengetahui apakah airtanah tersebut layak untuk di konsumsi dan memenuhi standar baku mutu
air minum yang telah ditetapkan. Penelitian dilakukan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger dengan pengambilan data secara acak dan juga analisis sampel air sumur di laboratorium. Hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa desa di bagian selatan memiliki airtanah yang payau. Hal ini dibuktikan dengan hasil pemodelan grafik Ip2win yang menunjukan nilai resistivitas yang kecil (0-5 ohm meter) selain itu juga hasil uji laboratorium menunjukan bahwa nilai DHL (daya hantar listrik), TDS (total
dissolved solid), salinitas, klorida,
magnesium dan unsur lain mempunyai
nilai lebih besar dari standar
bakumutu yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan bahwa tidak semua
airtanah di daerah telitian layak dikonsumsi untuk air minum.
Kata kunci: air tanah, kualitas airtanah,geolistrik, resistivitas
Abstract
The research was conducted in Karangdowo and surrounding sub-districts located in Klaten Regency, Central Java Province, which is located at
coordinates 7o41'30 "S - 7 o 45'30" S and 110o42'0 "E - 110o
46'0" E, travel time to the research location approximately 1-2 hours.
Oral interviews have been conducted and see firsthand the condition of well
water in the residents' research area and as a result most of the Karangdowo area has clean water quality that is below the
standard of feasibility, because well water found in several wells that are
brackish and also muddy. Based on the background above, groundwater quality
testing is carried out with the aim of knowing whether the groundwater is
suitable for consumption and meets the established drinking water quality
standards. The study was conducted using the Schlumberger configuration
geoelectric method with random data collection and analysis of samples of well
water in the laboratory. The results of the study show that some villages in
the south have brackish groundwater. This is evidenced by the results of the
Ip2win graph modeling which shows a small resistivity value (0-5ohm meters)
besides that the results of laboratory tests show that the value of DHL
(electrical conductivity), TDS (total dissolved solid), salinity, chloride,
magnesium and other elements have a value greater than the standard that has
been determined, it can be said that not all groundwater in the area is
considered suitable for drinking water.
Keywords: groundwater, groundwater
quality, geoelectrical,resistivity
Pendahuluan
Semakin besar jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini menjadikan
kebutuhan akan air bersih terus meningkat,
baik air untuk kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan
industri, terlebih lagi kebutuhan air bersih yang layak dikonsumsi semakin berkurang akibat adanya pencemaran air permukaan (Suryani,
2018). Oleh sebab
itu dalam memenuhi kebutuhan air bersih tersebut, masyarakat lebih banyak mengandalkan air tanah, baik yang diambil dari akuifer
dangkal maupun akuifer dalam.
Kondisi air tanah
yang berbeda-beda di setiap
wilayah menjadikan tidak semua air tanah dapat digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut (Santosa,
2010) terdapat
lima hal yang dapat mempengaruhi karakteristik air tanah, yaitu: asal
mula pembentukan bentuklahan, lingkungan pengendapan, komposisi mineral dari akuifer, proses dan pola aliran air tanah dan waktu tinggal air tanah di dalam akuifer. Salah satu kondisi air tanah yang terjadi adalah air tanah berasa payau seperti
halnya terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Klaten. Kondisi ini cukup unik
karena mengingat lokasi ditemukannya air tanah payau berada
jauh dari garis pantai dengan material penyusun utama adalah material Gunung Merapi
yang terdiri pasir gunungapi dan tuf pasiran Material semacam ini merupakan aquifer yang baik dan tidak memiliki kandungan lempung hitam serta
tidak akan mampu menjebak airtanah asin (Samodra
& Sutisna, 1997). Hal ini
menjadikan penelitian mengenai airtanah asin ini serta
hubungannya dengan kondisi geologi dan geomorfologi di sekitarnya menjadi sesuatu yang menarik untuk dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan guna mengidentifikasi pola persebaran jebakan airtanah asin beserta
jenis perlapisan batuannya di Wilayah Selatan Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah.
Dalam penelitian
terdahulu tentang kualitas air tanah di lereng volkan Kabupaten
Klaten menyatakan bahwa sebagian besar desa di Kabupaten
Klaten memiliki kualitas air tanah yang berada dibawah standar kualitas air minum sesuai PERMENKES No. 907 /
Menkes / SK / VII / 2002 (Anna,
Suharjo, & Kaeksi, 2016). Daerah Klaten
mempunyai akuifer air tanah yang cukup unik karena daerah
ini terdapat airt tawar, dan air payau. Kecamatan Karangdowo dan sekitarnya mempunyai kualitas air bersih yang berada dibawah standar kelayakan, dapat dikatakan tidak layak untuk dikonsumsi
setalah melakukan wawancara dengan warga, sumur gali
yang ada ternyata tidak dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat disebabkan karena air sumur yang keruh dan berasa payau sehingga masyarakat setempat biasanya membeli air bersih dari tempat
lain untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.
Hal inilah
yang melatarbelakangi dilakukannya
penelitian pada daerah ini untuk mengetahui
penyebab utama keberadaan air payau tersebut selain itu juga bisa mengetahui
keberadaan air payau di daerah telitian dengan menggunakan nilai resistivitas batuan, maka perlu
di dilakukan penelitian dengan topik �Kajian Geologi dan Karakteristik Air Payau Menggunakan Metode Geolistrik serta Uji Kualitas Air Tanah di Kecamatan Karangdowo dan Sekitarnya, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah�
Metode Penelitian
Tahap pengambilan data menggunakan metode Schumberger (Broto & Afifah, 2008) adapun tahapan dalam pengambilan
data adalah sebagai berikut:
1. Persiapan peralatan
2. Penentuan lokasi titik pengukuran geolistrik; Pengukuran
Geolistrik tahanan jenis dilakukan pada 24 titik di daerah Klaten, Jawa Tengah.
3. Akuisisi data geolistrik VES dengan konfigurasi Schlumberger di 24
titik pengukuran. Posisi awal elektroda potensial diletakkan pada = 0.5meter
dan elektroda arus L=1.5 meter. Bentangan terpanjang berjarak 200 meter
4. Pengambilan data pendukung seperti koordinat (X, Y, Z), jarak tiap
elektroda,litologi permukaan dan lainnya.
5. C1 dan C2 merupakan elekroda arus sedangkan P1 dan P2 merupakan
elektroda potensial (Gambar 2.2)
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu,
1. Setelah pengambilan data lapangan, selanjutnya di siapkan untuk
dilakukan tahap perhitungan dengan menggunakan Ms.Excel, dengan melakukan
kalkulasi nilai terhadap resistensi (R), nilai faktor geometri (k) yang
anntinya digunakan saat melakukan pengolahan data padda software IP2Win
sehingga akan menghasilkan nilai reistensi batuan.
2. Pengolahan dengan menggunakan IP2Win dilakukan dengan mencocokan
kurva berwarna hitam yang merupakan data yang dimasukan dengan kurva berwarna
merah yang merupakan hasil inversi dan garis biru merupakan penentu nilai
resistivitas dan kedalaman serta ketebalan lapisan yang diperkirakan. Untuk
penentuan nilai resistivitas dapat dilakukan berulang kali sesuai dengan
pengetahuan yang berkaitan dengan kondisi geologi pada daerah penelitian dengan
demikian dalam proses ini menggunakan system trial and error sampai mendapatkan
nilai error minimum atau terkecil sehingga hasil interpretasi dapat
merepresentasikan keadaan geologi. Dalam software ini bias dilakukan kontrol
data.
3. Software IP2Win akan menghasilkan nilai resistivitas,ketebalan dan
kedalaman tiap lapisan dari litologi yang selanjutnya dapat dilakukan tahap
pemodelan menggunakan software lainnya.
Pengambilan sampel airtanah dilakukan untuk
mengetahui kandungan dari
air sumur tersebut. Sampel akan di uji untuk unsur fisika,
kimia dan biologi untuk itu pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan wadah plastik untuk
analisis unsur fisik dan kimia sedangkan penggunaan botol kaca untuk
uji biologi (keberadaan bakteri E.colli). Uji lab yang dilakukan meliputi parameter fisik, biologi dan kimia air tanah yaitu rasa, bau, pH, daya hantar listrik
(DHL), oksigen terlarut
(TDS), kandungan klorida, kandungan besi, nitrat, nitrit, kalium, kalsium, kesahadan, alkalinitas, salinitas, dll
Penelitian ini menggunakan diagram piper untuk membantu menganalisa kimia airtanah untuk mengetahui genetika dari airtanah,
dimana sangat efektif dalam pemisahan analisis data terutama mengenai sumber unsur penyusunan terlarut dalam airtanah. Menurut (Sekartaji, 2019) dalam diagram Trilinier Piper, presentase kandungan anion dan kation dari berbagai sampel
akan digambarkan dalam satu diagram, pembagian fasies untuk kation meliputi
tipe karbonat adalah sodium (Na+K), kalsium (Ca),magnesium (Mg). Sedangkan
untuk anion meliputi tipe bikarbonat (HCO3 + CO3), sulfat (SO4), klorida (Cl). Melalui diagram tersebut dapat digambarkan adanya percampuran dua jenis air yang berbeda sumbernya.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Kualitas Air tanah
Parameter kualitas air
tanah yang diteliti meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi. Parameter fisik meliputi daya hantar listrik(DHL), sedangkan parameter kimia meliputi: Keasaman (pH), Total
Dissolved Solid (TDS) ,Sulfat, Fe, Kalium, Kesadahan,Natrium, Kalsium,
Magnesium, Sulfat (SO4),Klorida
(Cl), Nitrat (NO3), dan Nitrit
(NO2). Selanjutnya untuk
parameter biologi yang di uji adalah
kandungan bakteri coliform.
Hasil analisis parameter-parameter kualitas air tersebut kemudian dibandingkan dengan standar baku mutu air PERMENKES
416/MENKES/KES/IX/1990 tentang standar
kualitas air untuk air minum.
�
Tabel 1
Hasil Uji Kualitas Air tanah
No |
Lokasi |
pH |
TDS |
DHL |
Magnesium |
Sulfat |
Natrium |
Kalsium |
Kalium |
Klorida |
Kesadahan |
Alkalinitas |
Salinitas |
mg/L |
(�mhos/cm) |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
(o/oo) |
|||
1 |
Pogung,KD |
6.9 |
1267 |
2330 |
41.52 |
418 |
320 |
17.69 |
5 |
419.9 |
21.08 |
219.6 |
1.19 |
2 |
Ringinputih,KD |
7.2 |
1060 |
2110 |
56.58 |
796 |
399 |
66.07 |
3 |
354.9 |
398.01 |
256.2 |
1.1 |
3 |
Kalangan,PDN |
7 |
353 |
706 |
21.28 |
719 |
49 |
57.31 |
43 |
35.5 |
230.85 |
242 |
0.3 |
4 |
Tlingsing,CW |
7.1 |
686 |
1372 |
40.62 |
428 |
123 |
131.34 |
40 |
70.5 |
495.52 |
512.4 |
0.7 |
5 |
Sidowayah,Weru |
7.3 |
405 |
811 |
10.64 |
223 |
105 |
69.25 |
2 |
65.5 |
216.92 |
268.4 |
0.4 |
6 |
Sidorejo,CW |
7 |
1511 |
1022 |
33.85 |
86 |
103 |
104.28 |
16 |
23.5 |
400 |
610.0 |
0.8 |
7 |
Kedungjambal,Weru |
7.5 |
955 |
1915 |
29.16 |
971 |
125 |
159.20 |
10 |
42.2 |
518 |
463.6 |
1.0 |
8 |
Demangan,KD |
7.2 |
653 |
1309 |
22.36 |
54 |
129 |
61.60 |
19 |
106.2 |
246 |
646.6 |
0.7 |
9 |
Pugeran,KD |
7 |
449 |
900 |
34.02 |
88 |
79 |
67.20 |
19 |
45.2 |
308 |
457.5 |
0.4 |
10 |
Jetis Wetan,PDN |
8 |
279 |
558 |
16.04 |
28 |
44 |
47.20 |
56 |
32.2 |
184 |
250.1 |
0.3 |
11 |
Wonorejo,PDN |
7.5 |
503 |
1009 |
39.37 |
39 |
67 |
63.20 |
63 |
65 |
320 |
478.8 |
0.5 |
12 |
Mlese,PDN |
7 |
668 |
1338 |
33.53 |
120 |
108 |
71.20 |
152 |
135 |
316 |
451.4 |
0.7 |
13 |
Japanan,CW |
8.1 |
765 |
1535 |
20.90 |
814 |
110 |
124 |
31 |
72 |
396 |
262.3 |
0.8 |
14 |
Munggung,PDN |
7.2 |
408 |
821 |
31.59 |
41 |
60 |
67.20 |
95 |
52 |
298 |
384.3 |
0.4 |
Berdasarkan hasil uji analisis kualitas air tanah di daerah Karangdowo,Pedan dan Cawas dapat dikatakan
tidak semua sumur yang ada layak untuk dikonsumsi.
Parameter untuk menganalisis
air tanah payau dapat digunakan dengan meihat nilai
konsentrasi Klorida (Cl)
TDS, DHL dan salinitas (lihat
tabel 1)
1. Parameter Fisik
Dalam penelitian di daerah
Cawas,Pedan dan Karangdowo parameter fisik yang diuji meliputi bau, rasa dan
TDS.
a. Bau, warna dan rasa
Sampel air di beberapa tempat
yang mewakili daerah telitian, untuk parameter bau, dan warna air di daerah
telitian sudah sesuai standart kesehatan yaitu tidak berwarna dan tidak berbau.
Namun ada beberapa sampel air yang berasa agak payau. Sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum
menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air
minum maupun air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan
secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna.
Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian air bersih di daerah telitian tidak dapat
di konsumsi karena kualitas air yang kurang baik
b. Tingkat Keasaman (pH)
Tingkat keasaman atau yang
biasa dikenal dengan pH, dikatakan netral jika pH dalam air bernilai 7 dan
layak di konsumsi, apabila nilai pH air berkisar kurang dari 7 berarti air
bersifat asam sebaliknya akan bersifat basa jika memiliki nilai pH lebih besar
dari 7 (Tabel 2)
Tabel 2
Hasil Uji Nilai
pH
c. TDS (Total Dissolved Solid)
Kadar maksimal untuk TDS
adalah 500 mg/L, dari tabel 5.3 dapat dilihat terdapat lima (5) sumur yang
mempunyai kadar TDS dibawah kadar maksimum atau standar dan bisa di katakan air
dari sumur-sumur tersebut layak untuk diminum yaitu sumur S-03 di Desa
Kalangan,Pedan, sumur S-05 di Desa Weru, Sidowayah, sumur S-08 di Desa
Demangan,Karangdowo,S-10 Jetis wetan, Pedan sumur S-14 berada di Desa
Munggung,Pedan. Semakin tinggi nilai TDS, menunjukan bahwa semakin banyak zat
asing (ion,senyawa koloid,dll) di dalam air, kelarutan zat padat dalam keadaan
normal sangat rendah sehingga tidak dapat dilihat mata telanjang.
Tabel 3
Hasil uji Nilai
TDS
2. Parameter Kimia
Berikut ini ada beberapa
parameter kimia yang dianalisis antara lain :
a. Daya hantar listrik (DHL)
Adapun standar yang digunakan
untuk klasifikasi air tanah dengan nilai daya hantar listrik untuk air tanah
tawar < 1000 mhos/cm, 1000 � 2000 mhos/cm untuk air payau dan untuk�� air asin. Terdapat 7 sumur yang memiliki
nilai DHL berkisar antara 1.000 � 2.000 mhos/cm termasuk air payau dan 2 sumur
yaitu desa Pogung dan Ringinputih di Kecamatan Karangdowo yang mempunyai air
asin karena nilainya lebih dari > 2000 mhos/cm (tabel 5.1) Semakin tinggi
nilai Daya hantar listrik (DHL) itu artinya semakin banyak garam-garam terlarut
yang dapat terionisasi. Apaabila di kaitkan dengan penelitian terdahulu benar
adanya, karena Suharjo (2015) mengatakan bahwa adanya air payau di daerah Bayat
setelah pasca gempa tektonik 2006, dan dikaitkan dengan adanya bentuklahan
marine pada masa pleistosen dengan struktur di bawah bentuklahan asal vulkan.
Karena hal ini maka penggunaan air tanah daerah telitian tidak maksimal artinya
warga setempat tidak bisa memanfaatkan sebagai air minum.
Tabel 4
Hasil Uji Nilai
DHL
DHL |
Klasifikasi |
Kode Sampel |
Jumlah sampel |
(�mhos/cm) |
|||
< 1000 |
Fresh water |
S-03,S-05,S-09, |
5 |
S-10,S-14 |
|||
1000 - 2000 |
Brackish water |
|
7 |
S-04,S-06,S-07,S-08, |
|||
S-11,S-12,S-13 |
|||
2000 - 10.000 |
Saline water |
|
2 |
S-01,S-02, |
|||
|
|||
Total |
|
|
14 |
Gambar 5
Grafik Nilai DHL sebanding dengan nilai TDS
Dilihat dari grafik diatas nilai
DHL dan TDS sebanding, ada beberapa sumur yang memiliki kandungan daya hantar listrik
dan TDS yang tinggi yang menjadi
pertanda bahwa air tersebut mempunyai kadar garam yang cukup biasanya di sebut air payau diantaranya sumur yang berada di Desa Gumpang (S- 04), Baran
(S-06), Sukoharjo (S-07),Demangan
(S-08),Tulas (S-11), Gombang
(S- 12),dan Tegalsari (S-13) dan 2 sumur yang memiliki nilai DHL lebih dari 2.000 mg/L yaitu desa Pogung (S-01) dan desa Ringinputih (S-02) kedua desa ini
terdapat di Kecamatan Karangdowo (Gambar 5.15)
b. Salinitas
Salinitas adalah tingkat
keasinan atau kadar garam terlarut dalam air, batas kadar salinitas dalam air
minum 0 � 0.5 mg/L. Tingkat salinitas didaerah telitian bervariasi,hampir semua
sumur memiliki salinitas atau kandungan. Garam
(lihat tabel 5.1). Ada 5 sumur yang memiliki kadar garam atau salinitas >
0.5 yaitu sumur di Desa Gumpang (S-04), Baran (S-06), Sukoharjo (S-07),Demangan
(S-08),Gombang (S-12),dan Tegalsari (S-13) dan 2 sumur yang nilai salinitasnya
> 1 yaitu di desa Pogung (S-01) dan desa Ringinputih (S-02) (Gambar 5.16)
c. Klorida (Cl-)
Konsentrasi� klorida�
(Cl-)� dapat� mempengaruhi�
kualitas� air� tanah�
dan� juga menentukan sistem klasifikasi
air tanah (Kodoatie, 1996). Batas maksimum ion klorida yang dianjurkan 200 mg/l
untuk standar air bersih dan layak konsumsi, lebih dari 200 mg/l dapat
dikatakan sebagai airpayau. Hasil yang diperoleh dari uji laboratorium
menunjukan bahwa air tanah di daerah penelitian berada di ambang batas ion
klorida yang dianjurkan, dari sampel yang telah diuji,terdapat beberapa sumur
diantaranya sumur S-01 dan S-02 yang memiliki kandungan klorida yang tinggi
(Gambar 5.17)
Tabel 5
Hasil Uji Nilai Klorida
(Cl)
Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl2). Kadar klorida
yang tinggi, biasanya diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga tinggi
(lihat tabel 5.1) Hal ini dapat meningkatkan
sifat korosivitas air, menimbulkan karat pada peralatan rumah tangga. Sumur
di desa Pogung (S- 01) nilai klorida 419.9 mg/L dan desa Ringinputih (S-02) nilai klorida 354.9 mg/L (Gambar
5.17).
Analisa Pengaruh
Batuan Terhadap Unsur Kimia
Air tanah
Mineral-mineral yang terkandung
di dalam air tanah berasal dari batuan
yang berada di permukaan tanah maupun bawah
permukaan tanah. Pada saat mineral-mineral mengalami pelapukan ,
air berperan sangat penting
yaitu sebagai pelarut pada proses pelapukan kimia yang dialami oleh batuan. Sehingga mineral- mineral
tersebut larut dalam air yang mengakibatkan air mengandung unsur-unsur kimis tertentu. Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam air merupakan hasil proses reduksi maupun oksidasi suatu mineral. Pada saat air tanah bergerak melalui pori-pori atau rongga batuan di dalam tanah atau
batuan maka terjadi proses pelarutan
mineral-mineral yang ada pada batuan
yang dilewatinya.
Air tanah pada daerah telitian mengandung sedikit zat padat yang terlarut karena banyak mengandung senyawasilikat yang resisten karena batuan pada daerah telitian yang bersumber dari hasil aktivitas vulkanik. Unsur besi yang terkandung pada air tanah berasal dari
hasil proses kimia
mineral-mineral piroksen yang terlarutkan
dalam air. Kandungan unsur kimia di dalam mineral pada batuan sangat berpengaruh pada kandungan unsur di dalam air tanah karena hal
ini didukung oleh litologi daerah telitian yang berupa batupasir sehingga kontak antara air tanah dengan batuan
relatif luas dan waktu kontak antara
air tanah relatif lama . Semen pada batuan berupa silika yang dapat larut sehingga
mengandung SO42-, Cl-, Na+, Mg2+ dan Ca2+
Mineral yang terkandung
didalam batuan pada daerah telitian adalah plagioklas, piroksen,kuarsa dan lempung. Piroksen dan plagioklas merupakan mineral yang
terbentuk langsung dari rekristalisasi magma pada suhu tinggi sehingga
terdapat kandungan Fe yang tinggi pada batun yag berdampak pada air tanah memiliki kandungan Fe. Daerah telitian mempunyai harga pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut dalam air cukup mengakibatkan ion ferro mudah larut dalam air
. Unsur Cl (Klorida)
yang terdapat pada air tanah
diperoleh dari mineral mika, hornblende. Pelapukan batuan melepaskan klorida, sebagian besar klorida mudah
larut.Hal ini menyebabkan terdapat unsur klorida dala air tanah.
3. Parameter Biologi
Selain parameter fisik dan
kimia air,juga dilakukan uji secara biologi untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan bakteri E.coli dan total coliform. Coliform
sendiri merupakan kumpulan dari berbagai macam bakteri. Berikut adalah hasil
uji biolagi di daerah telitian. TNTC (Too Numerous To Count) di pakai untuk
menggambarkan bakteri yang sangat banyak dan tidak terhitung.
Tabel 6
Nilai Total Coliform dan
E.coli
No |
Lokasi |
|
Total Coliform |
E. Coli |
Kadar Max |
|
CFU/100ml |
CFU/100ml |
|||
1 |
Pogung,KD |
|
TNTC |
0 |
0 |
2 |
Ringinputih,KD |
|
TNTC |
8 |
|
3 |
Kalangan,PDN |
|
TNTC |
180 |
|
4 |
Tlingsing,CW |
|
TNTC |
TNTC |
|
5 |
Sidowayah,Weru |
|
TNTC |
TNTC |
|
6 |
Sidorejo,CW |
|
140 |
3 |
|
7 |
Kedungjambal,Weru |
|
9 |
0 |
|
8 |
Demangan,KD |
|
TNTC |
105 |
|
9 |
Pugeran,KD |
|
TNTC |
TNTC |
|
10 |
Jetis Wetan,PDN |
|
TNTC |
TNTC |
|
11 |
Wonorejo,PDN |
|
TNTC |
9 |
|
12 |
Mlese,PDN |
|
TNTC |
TNTC |
|
13 |
Japanan,CW |
|
TNTC |
0 |
|
14 |
Munggung,PDN |
|
TNTC |
TNTC |
a. Analisa sifat biologi air pada sumur gali
Sifat biologi air ditentukan
dengan jumlah kandungan bakteri E.Colli yang terkandung dalam air. Berdasarkan
pada hasil analisis biologi yang telah dilakukan,kandungan bakteri E.Colli pada
lokasi penelitian menunjukan angka yang besar sampai tak terhitung jumlahnya.
Tingginya kandungan bakteri E.Colli disebabkan karena pembuatan saluran
pembungan kontoran tinja (septic tank) yang tidak memenuhi persyaratan, yaitu
tidak dilakukan pembetonan pada dindingnya dan jaraknya terlalu dekat dengan
lokasi sumur atau sudah dilakukan pembetonan namun terjadi kebocoran pada
saluran tersebut. Apabila saluran pembuangan tersebut bocor,maka bakteri
E.Colli pada septic tank akan larut bersama dengan air maka terjadi pencemaran
air tanah. Hasil yang dipereoleh sudah melebihi ambang batas yang ditentukan
sehingga apabila dikonsumsi dapat menggangu kesehatan manusia hal ini karena
sumur gali di daerah telitian berdekakatan dengan kandang sapi dan kandang
kambing.
b. Hidrogeologi Daerah Telitian
Pengamatan sumur gali
dilakukan pada bulan Mei 2018 dengan lokasi yang tersebar dalam ruang lingkup
penelitian dengan harapan semua daerah telitian dapat terwakili, jumlah sumur
gali yang diambil datanya adalah 14 sumur. Pengamatan yang dilakukan meliputi koordinat
sumur dalam posisi lintang dan bujur,elevasi,lokasi sumur, kedalaman muka air
tanah
4. Muka Air tanah
a. Kedalaman Muka Air tanah
Muka air bawah tanah bebas
(freatic) sangat di pengaruhi oleh topografi. Data kedalaman sumur disetiap
tempat sangat penting untuk penentuan pembuatan kedalaman muka air tanah.
Kedalaman muka air tanah didapat dari pengukuran kedalaman sumur dikurangi pengukuran
tinggi bibir sumur gali dengan menggunakan meteran. Kedalaman muka air tanah
didaerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini (tabel 5.7)
Contoh perhitungan :
Sumur 01 - Pogung, Karangdowo
Kedalaman Muka Air tanah �= Kedalaman sumur (a) � Tinggi bibir sumur (b)
� ��� ����= 5.8 meter �
0.6 meter
= 5.2 meter
Tabel 7
Kedalaman muka air tanah di daerah telitian
No |
Lokasi |
Kedalaman |
Tinggi bibir |
Kedalaman |
sumur (m) |
sumur (m) |
MAT (m) |
||
1 |
Pogung,Karangdowo |
5.8 |
0.6 |
5.2 |
2 |
Ringinputih,Karangdowo |
6 |
0.72 |
5.28 |
3 |
Kalangan,Pedan |
7 |
0.58 |
6.42 |
4 |
Tlingsing,Cawas |
10 |
0.93 |
9.07 |
5 |
Sidowayah,Weru |
5.5 |
0.55 |
4.95 |
6 |
Sidorejo,Cawas |
9.5 |
0.7 |
8.8 |
7 |
Kedungjambal,Weru |
5.3 |
0.81 |
4.49 |
8 |
Demangan,Karangdowo |
5 |
0.68 |
4.32 |
9 |
Pugeran,Karangdowo |
6.5 |
0.75 |
5.75 |
10 |
Jetis Wetan,Pedan |
7 |
0.9 |
6.1 |
11 |
Wonorejo,Pedan |
6.2 |
0.85 |
5.35 |
12 |
Mlese,Pedan |
5.8 |
0.7 |
5.1 |
13 |
Japanan,Cawas |
8.2 |
0.65 |
7.55 |
14 |
Munggung,Pedan |
7.4 |
0.5 |
6.9 |
c. Ketinggian Muka Air tanah
Ketinggian muka air tanah pada setiap titik sumur berbeda-beda.
Ketinggian muka air tanah perlu dihitung, tujuannya adalah untuk mengetahui
arah aliran air tanah. Ketinggian daerah telitian dapat dilihat pada tabel
berikut (tabel 5.8)
Contoh perhitungan :
Sumur 01 - Pogung, Karangdowo
Ketinggian muka air tanah = Elevasi � Kedalaman muka air tanah
= 105 meter � 5.2 meter
= 99.2 meter
Tabel 8
Ketinggian muka air tanah di daerah telitian
No |
Lokasi |
Elevasi |
Kedalaman |
Ketinggian |
(m) |
MAT (m) |
MAT (m) |
||
1 |
Pogung,Karangdowo |
105 |
5.2 |
99.8 |
2 |
Ringinputih,Karangdowo |
105 |
5.2 |
99.7 |
3 |
Kalangan,Pedan |
107 |
6.4 |
100.5 |
4 |
Tlingsing,Cawas |
101 |
9 |
91.9 |
5 |
Sidowayah,Weru |
110 |
4.9 |
105 |
6 |
Sidorejo,Cawas |
105 |
8.8 |
96.2 |
7 |
Kedungjambal,Weru |
97 |
4.4 |
92.5 |
8 |
Demangan,Karangdowo |
99 |
4.32 |
94.6 |
9 |
Pugeran,Karangdowo |
101 |
5.75 |
95.2 |
10 |
Jetis Wetan,Pedan |
105 |
6.1 |
98.9 |
11 |
Wonorejo,Pedan |
105 |
5.3 |
99.6 |
12 |
Mlese,Pedan |
102 |
5.1 |
96.9 |
13 |
Japanan,Cawas |
101 |
7.5 |
93.4 |
14 |
Munggung,Pedan |
102 |
6.9 |
95.1 |
Analisis Diagram Trilinier
Piper
Analisis hidrogeokimia dalam air tanah dapat dengan mudah
dilakukan dengan menggunakan suatu diagram atau grafik contohnya
diagram stiff digunakan untuk
mengetahui tipe kimia air tanah dan diagram piper
seperti yang digunakan penulis digunakan untuk mengetahui evolusi kimia yang terjadi pada air tanah. (Indrayati &
Setyaningsih, 2016) Menyebutkan bahwa evolusi kimia
air tanah dipengaruhi oleh
lima faktor utama, yaitu:
1) Genesis yang mempengaruhi pembentukan akuifer tempat air tanah
tersebut tersimpan;
2) Lingkungan pengendapan dan pembentukkan akuifer penyimpan air
tanah terbentuk;
3) Komposisi mineral batuan yang menyusun akuifer penyimpan air
tanah;
4) Proses yang terjadi pada air tanah di dalam akuifer; dan
5) Lama kontak air tanah dengan stratum batuan (akuifer)
Analisis hidrogeokimia air
tanah dengan Metode Diagram Trilinier Piper, unsur yang di pakai dalam diagram
Piper adalah unsur mayor air tanah Na+, K+ , Cl- , SO42- , Ca2+, Mg 2+, HCO3- ,
CO3. Tipe kualitas air tanah dapat diketahui dengan cepat dengan memperhatikan
kelompok dominan hasil pengeplotan data pada jajaran genjang.
Tabel 9
Komposisi Kimia Utama Pada Air (Diagram Piper)
Lokasi |
Ca |
Na |
K |
Mg |
Cl |
SO4 |
HCO3 |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
mg/L |
|
Pogung |
1.60 |
17.57 |
0.90 |
12.62 |
27.63 |
15.66 |
3.99 |
Ringinputih |
5.97 |
21.91 |
0.54 |
13.11 |
23.35 |
16.50 |
4.66 |
Kalangan |
5.18 |
2.69 |
7.76 |
4.93 |
2.34 |
14.90 |
4.40 |
Tlingsing |
11.87 |
6.75 |
7.22 |
9.41 |
4.64 |
8.87 |
9.31 |
Sidowayah |
6.26 |
5.77 |
0.36 |
2.47 |
4.31 |
4.62 |
4.88 |
Sidorejo |
9.42 |
5.66 |
2.89 |
7.85 |
1.55 |
1.78 |
11.08 |
Kedungjambal |
14.38 |
6.86 |
1.81 |
6.76 |
2.78 |
20.12 |
8.42 |
Demangan |
5.57 |
7.08 |
3.43 |
5.18 |
6.99 |
1.12 |
11.75 |
Pugeran |
6.07 |
4.34 |
3.43 |
7.88 |
2.97 |
1.82 |
8.31 |
Jetis Wetan |
4.26 |
2.42 |
10.11 |
3.72 |
2.12 |
0.58 |
4.54 |
Wonorejo |
5.71 |
3.68 |
11.37 |
9.12 |
4.28 |
0.81 |
8.70 |
Mlese |
6.43 |
5.93 |
27.44 |
7.77 |
8.88 |
2.49 |
8.20 |
Japanan |
11.20 |
6.04 |
5.60 |
4.84 |
4.74 |
16.87 |
4.77 |
Munggung |
6.07 |
3.29 |
17.15 |
7.32 |
3.42 |
0.85 |
6.98 |
Gambar 10
Diagram Piper Hasil Running Program Grapher13
Berdasarkan klasifikasi
Walton,1970 dalam (Riza, 2012) (Gambar 4.17) hasil analisis diagram piper (Gambar 5.19) menghasilkan
beberapa tipe air tanah :
1. Tipe Magnesium Bikarbonat (MgHCO3) berarti kandungan alkalinitas
lebih dari 50%, air tanah di dominir oleh alkali tanah dan asam lemahnya.
2. Tipe Kalsium � Klorida,berati kandungan garam lebih dari 50%
3. Tipe Sodium � Klorida berarti non karbonat alkalilebih dari 50%
air tanah di dominasi oleh alkali dan asam kuat.
Hidrogeokimia air tanah di daerah
Karangdowo dan sekitarnya, tipe air di daerah penelitian ada yang tawar, payau
dan asin. Tipe air bikarbonat yang paling baik kualitasnya
sehingga dapat dikonsumsi sebab umumnya jernih dan memiliki nilai DHL < 1.000
yang termasuk tawar.�� Seperti telah dijelaskan sebelumnya pada kala Pleistosen terjadi penguapan (evaporasi) yang intensif, peristiwa tersebut menyebabkan air pada zona perairan
laut dangkal menguap dan meninggalkan kristal-kristal garam dengan kandungan Cl (klorida) relatif tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan kristal-kristal garam
hasil peninggalan masa lampau bercampur dan terlarut bersama dengan air tanah masa kini. Karakteristik utama dari tipe
air tanah ini ialah komposisi kimia yang terkandung dalam air tanah diatur oleh proses pertukaran kation sehingga umumnya air akan bersifat payau hingga asin. Namun,
air dapat berasa tawar, payau, atau
asin tergantung pada besarnya kandungan Cl- . Nilai daya hantar
listrik pada sampel terkait terbilang tinggi mencapai >2000 �mhos sehingga dapat di katakan bahwa air tanah bersifat payau.
Gambar 5.19 menunjukan
air tanah di daerah penelitian didominasi oleh pengkayaan kation Ca dan Mg dibandingkan kation Na+K, menurut Santosa,
(2010) perbandingan antara
Na+ + K+ terhadap Ca2+ + Mg2+ yang semakin tinggi, yang diperkirakan sebagai suatu tingkat terakhir
bergantung pada tingkat konsentrasi ion Cl-, dari proses pertukaran kation. Air tanah kelompok ini dapat berasa
tawar, payau, hingga asin, yang sedangkan nilai anion HCO3 dan nilai anion Cl hampir sama. Segitiga kation pada diagram trilinear (kiri
bawah) menunjukkan bahwa kandungan ion dalam air tanah mengelompok pada bagian kiri atas dari
segitiga kation, hal ini berarti
tipe air untuk kation adalah tipe
magnesium (dominan kandungan
magnesium). Kondisi ini
juga berarti bahwa unsur kalsium (Ca) pada sampel air tanah yang diambil mengalami pengurangan jumlah dan terjadi penambahan magnesium
(Mg). Sedangkan untuk segitiga anion pada diagram trilinear (kanan
bawah) menunjukan kandungan Cl- dan SO4 seimbang atau tidak ada
tipe yang dominan.
Analisis Data Geolistrik
Metode Schlumberger Vertical Electrical Sounding (VES)
dianggap sebagai metode yang lebih murah dan lebih praktis untuk mengetahui
potensi air tanah tanpa harus �merusak�
lahan dan mampu mengetahui besaran nilai tahanan jenis
dari material yang ada di bawah permukaan tanah beserta dengan
nilai kedalamannya. Melalui data tahanan jenis tersebut kemudian dapat diketahui keberadaan air tanah serta jenis
batuan penyusunnya
Data yang di ambil
dari masing � masing daerah
dianggap bisa mewakili seluruh daerah penelitian. Hasil pengukuran geolistrik dengan pengolahan data ip2win menghasilkan kurva matching untuk tiap stasiun,
pada pengolahan data ini adalah nilai resistivitas,
kedalaman dan ketebalan tiap kedalaman tiap lapisan pada tiap titik pengukuran
hasil ini dilakukan proses interpretasi untuk mendefinisikan jenis litologi yang terdapat di daerah telitian dan selanjutnya dapat ditentukan ada tidaknya akuifer
serta letak akuifer air bawah tanah.
Pengambilan data di lakukan pada
24 titik pengukuran dan berdasarkan hasil Analisa akhir sounding metode
Schlumberger yang telah dilakukan
serta didukung dengan data geologi lokal dan regional daerah penelitian maka diperoleh hasil akhir berupa kedalaman
yang berkorelasi dengan besarnya tahanan jenis sesungguhnya (true resitivity) dari batuan tersebut dibagi menjadi beberapa satuan batuan. Faktor litologi, struktur geologi dan stratigrafi merupakan informasi penyusun air tanah dan akuifer, dimana kondisi karakteristik yang terdiri dari lebih
satu perlapisan membuat pelarutan yang terjadi berlangsung secara bervariasi dan menghasilkan tiga macam air tanah, yaitu air tawar (fresh water),
air payau (Brackish water), dan air asin (salt water). Batuan yang menyusun
akuifer dangkal di Klaten,umumnya sama yaitu pasir kasar
hingga halus, kerikil,tuf, dan batupasir tuffan yang berasal dari endapan fluvial material Gunungapi Merapi, di satuan bentuklahan dataran fluvial bawah volkan muka
air tanah terdapat pada kedalaman antara 2 � 15 meter (dangkal) (Suharjo, 2005) Berikut ini beberapa
hasil pengolahan data geolistrik dengan menggunakan software ip2win yang memiliki
nilai reisistivitas rendah (dilihat dari kurva ip2win) rata-rata kurva pada grafik menunjukan nilai resistivitas dibawah 10 ohmmeter,
hasil pengolahan data selengkapnya akan dilampirkan.
Nilai resistivitas
yang rendah yang ditunjukan
oleh grafik ip2win dapat di
interpertasikan sebagai indikasi keberadaan air tanah. Namun tidak
semua air tanah di daerah telitian adalah air bersih yang layak dikonsumsi ada juga beberapa titik yang berasa payau dan di duga penyebab air payau tersebut berasal dari adanya lensa-lensa
air tanah yang mengandung
air asin yang terjebak atau terperangkap pada masa lampau saat proses pengangkatan (cekungan yang terdiri dari lempung
yang bersifat impermeable) dimana
cekungan ini tidak meloloskan air,jadi lensa-lensa ini menahan air hujan yang tawar dan bercampur dengan air yang mengandung mineral yang terasa asin karena asalnya
merupakan endapan laut demikian prosesnya
sehingga air dapat terasa payau. Selain
itu salah satu faktor yang mempengaruhi nilai resistivitas adalah kandungan air dalam batuan tersebut,
apabila batuan mengandung maka air nilai resistivitasnya akan lebih rendah
dan menjadi semakin rendah jika batuan
tersebut mengandung kadar garam yang tinggi.
Gambar 11
Grafik IP2Win dan Profil Litologi St.2 Japanan, Cawas
Dari gambaran
litologi di lokasi 2 desa Japanan Kecamatan
Cawas, dapat dilihat bahwa pada kedalaman 5 meter dijumpai sisipan batulempung yang mengandung air diantara batupasir karena menghasilkan nilai resistivitas yang kecil yaitu 1,06 ohmmeter. Hal ini juga dibuktikan juga dari sampel air sumur nilai DHL untuk daerah Pogung
termasuk tinggi yaitu 2.330�mhos/cm dengan indikasi adanya air payau di daerah ini dan tidak disarankan
untuk dikonsumsi (Gambar 11)
Gambar 12
Grafik IP2Win dan profil litologi St.6 Mlese, Cawas
Respon grafik ip2win untuk daerah Mlese,
Kecamatan Cawas yaitu nilai resistivitas
batuan kurang dari 10 ohmmeter dari kedalaman 1-8 meter. Hal ini menunjukan litologi daerah setempat adalah batuan sedimen
karena memiliki nilai resistivitas yang kecil namun apabila
picking selanjutnya tetap menghasilkan nilai resistivitas yang rendah maka di duga batulempung
tersebut mengandung air.
(Gambar 5.21)
Gambar 13
Grafik IP2Win dan profil litologi St.8 Jetis Timur, Pedan
Litologi di daerah Jetis Timur di Kecamatan Pedan di dominasi oleh batupasir dengan kisaran nilai resistivitas
20 � 50 ohmmeter. Gambar diatas
menunjukan nilai resistivitas yang rendah dengan grafik menurun
saat kedalaman 3-4 meter dan di perkirakan sebagai batulempung yang mengandung air karena nilai resistivitasnya hanya 0,64-0,90 ohmmeter. Namun dilihat dari nilai
DHL dan nilai salinitas didaerah ini rendah
menunjukan bahwa air yang terkandung dalamnya air tawar (Gambar 5.22)
Gambar 14
Grafik IP2Win dan profil litologi St.7 Wonorejo, Temuwangi,Pedan
Dusun Wonorejo
berada di sebelah selatan dari dusun
Jetis timur sehingga respon geolistrik yang dihasilkan juga berbeda. Nilai resistivitas yang dihasilkan di daerah Wonorejo sangat rendah menunjukan bahwa batuan sedimen yang mendominasi di daerah ini dengan litologi
batulempung dan lempung pasiran, lempung pasiran dengan nilai resistivitas berturut-turut 1,1 dan 0,83 ohmmeter pada kedalaman 1,36 m dan 2,25 m. Dari sampel
air yang telah diuji, air tanah di daerah ini tidak dapat
di konsumsi karena mempunyai nilai DHL dan salinitas yang tinggi (Gambar
5.23)
Gambar 15
Grafik IP2Win dan profil litologi St.16 Karangjoho, Karangdowo
Hampir semua desa di Kecamatan Karangdowo memiliki air tanah yang payau hal ini dapat
dilihat dari nilai resistivitas yang dihasilkan sangat rendah dan juga
dari hasil laboratorium menunjukan bahwa nilai salinitas,
DHL,TDS dan klorida di Kecamatan Karangdowo sangat tinggi bila dibandingkan
dengan Kecamatan Pedan dan Cawas. Respon resistivity di Desa Karangjoho pada kedalaman 1- 18 meter mempunyai nilai resistivitas sangat kecil berkisar 0-2 ohmmeter.
Gambar 16
Grafik IP2Win dan profil litologi St.18 Ringinputih, Karangdowo
Litologi di daerah Desa Ringinputih, Kecamatan Karangdowo batulempung,batupasir dan pasir lempung. Gambar diatas menujukan respon nilai resistivitas
batulempung yang sangat kecil
berturut-turut 1,2 ohmmeter dan 3,50 ohmmeter keberadaan air payau diduga terjebak pada litologi lempung pada kedalaman 1,4 � 1,9 meter. Diduga akuifer air tanah dangkal dengan
litologi batupasir pada kedalaman 4,5 meter. Sampel air sumur nilai DHL untuk daerah Ringinputih
termasuk tinggi yaitu 2.110�mhos/cm dengan indikasi adanya air payau di daerah ini untuk itu
air sumur yang ada di daerah ini tidak
dimanfaatkan sebagai air minum (Gambar 5.25)
Gambar 17
Peta korelasi beberapa titik telitian dari utara
ke selatan
Korelasi dilakukan dengan tujuan dapat
melihat pola penyebaran air tanah dari utara ke
selatan berdasarkan besarnya nilai resitivitas pada batuan. Material
penyusun litologi daerah telitian adalah material yang berasal dari gunung merapi
(lempung, batupasir, pasir lempung, dll). Batupasir merupakan akuifer yang baik karena kemampuan
untuk meloloskan air lebih banyak. Untuk
daerah telitian air tanah dangkal berada
pada kedalaman 5 � 20meter,akuifer
air tanah dangkal yang ditemui dilapangan tidak semuanya fresh water ada sebagian air payau.
Gambar 18
Korelasi 4 profil litologi dari utara
ke selatan (1)
Akuifer di daerah Jetis timur menghasilkan
fresh water, salain diketahui
dari hasil uji laboratorium, telah dilakukan wawancara dengan warga untuk
mengetahui kualitas air dan
hasilnya air tersebut bisa di konsumsi oleh masyarakat setempat. Desa Jetis timur
(08) memiliki air tanah
yang tawar dan layak dikonsumsi, Sedangkan air yang dihasilkan di daerah Wonorejo (07), Mlese (06) dan Sidorejo (24) adalah air payau. Gambar diatas menunjukan bahwa ke-4 titik diatas termasuk
akuifer tertekan, karena bagian bawah
dan atas dari akuifer ini tersusun
dari lapisan kedap air, lapisan bagian atas terdapat
batulempung dan bagian bawah terdapat batupasir lempung. Sumur yang berdekatan dengan daerah telitian
menunjukan daerah Wonorejo,Mlese dan Sidorejo mempunyai nilai DHL > 1.000 �mhos/cm dengan
air payau (Gambar 5.27)
Gambar 19
Korelasi 5 profil litologi dari utara
ke selatan (2)
Litologi batupasir di asumsikan sebagai akuifer air tanah dangkal dengan kedalaman berkisar antara 2-5 meter. Ngolondono, Karangdowo menghasilkan air tawar yang baik dan bisa di konsumsi, sedangkan yang lain mempunyai air
payau dan hanya bisa di pakai untuk
lahan pertanian. Akuifer di daerah Ngolondono (11), Jetis (12), Ringinputih (18), dan Japanan
(02) merupakan akuifer tertekan, karena bagian bawah dan atas dari akuifer
ini tersusun dari lapisan kedap
air, lapisan bagian atas terdapat batulempung
dan bagian bawah terdapat batupasir lempung, sedangkan tidak terdapat akuifer dangkal di daerah Tlingsing (03) Kecamatan Cawas. Sumur yang berdekatan dengan daerah telitian
menunjukan daerah Ringinputih dengan nilai DHL > 2.000 �mhos/cm, Tlingsing
dan Japanan mempunyai nilai DHL > 1.000 �mhos/cm termasuk
air payau (Gambar 5.28)
�
Gambar 20
Korelasi 4 profil litologi dari utara
ke selatan (3)
Dilihat dari uji kualitas nilai DHL, Desa Karangtalun (13) dan desa Tambak (15) yang berada di sebelah utara desa Tumpukan
Kecamatan Karangdowo mempunyai kualitas air tanah yang lebih baik atau fresh water dan bisa dikonsumsi di bandingkan dengan desa Tumpukan (17), dan juga desa Senden (20) menghasilkan air tanah yang berasa payau. (Gambar 5.29)
Gambar 21
Korelasi 4 profil litologi dari utara
ke selatan (4)
Desa Demangan (14), Karangjoho (16), Kedungjambal(21) dan Sidowayah(23) (gambar 5.30), dengan litologi berupa lempung,batupasir dan lempung berpasir yang berda pada kedalaman < 50 meter. Hasil uji lab desa
Kedungjambal, Tengklik dan Sidowayah mempunyai nilai daya hantar
listrik lebih dari 1.000 �mhos/cm yang menunjukan
bahwa air tanah pada lapisan atas di daerah ini juga berasa payau. Sedangkan
akuifer dalam berada pada lapisan batupasir dengan kedalaman lebih dari 50 meter. (Gambar 5.30)
�
Kesimpulan
Kondisi bawah permukaan di daerah
telitian terdiri dari 4 lapisan batuan yaitu soil, batulempung, batulempung
pasiran dan batupasir. Akuifer di daerah telitian dapat dibagi menjadi 2 yaitu
akuifer dangkal (akuifer bebas) yang berupa endapan alluvial dengan kedalaman
< 15m dan akuifer dalam dengan kedalaman lebih dari 50m. Daerah penelitian menyimpan
airtanah yang memiliki nilai DHL yang tinggi lebih dari 1.500 mg/L (payau -
asin) dengan nilai resistivitas sebesar 0 -5 Ωmeter. Airtanah
bersalinitas tinggi ini merupakan hasil jebakan air laut Pliosen yang terdapat
pada lapisan lempung. Lempung tersebut dahulunya adalah endapan lempung Rawa
Gantiwarno yang terbentuk setelah tersekatnya laut Pliosen oleh proses
paleogeomorfologi pada Kala Pleistosen. Karena kondisi di permukaan relatif
datar, namun struktur geologi bawah permukaan relatif lebih kompleks yang
mengakibatkan persebaran lempung dan airtanah bersalinitas tinggi di bawah
permukaan tidak merata berupa spot-spot.
Data uji kualitas air tanah
menunjukan bahwa ada 2 desa di Karangdowo yaitu desa Pogung dan Desa
Ringinputih mempunyai nilai DHL, TDS, Klorida,Salinitas lebih tinggi
dibandingkan dengan lokasi yang lain. Maka dapat dikatakan bahwa beberapa air
sumur di daerah penelitan tidak layak di konsumsi karena menyebabkan gangguan
kesehatan jika dikonsumsi terus- menerus. Sebagian besar sumur di daerah
penelitian telah terkontaminasi kandungan bakteri E.colli dan coliform, hal ini
bisa disebabkan oleh limbah ternak atau limbah kotoran manusia atau septitank
yang bocor.
BIBLIOGRAFI
Alif Noor
Anna; dkk, 2015. Analisis Kualitas Airtanah Untuk Konsumsi pada Lereng Volkan Daerah Klaten Jawa Tengah. Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Apparao, A., 1997. Development in Geoelectrical Methods,
Copyright Reserved, Old Post Road, Brook Field, USA and Canada, Hal 71 � 134
Asdak, Chay.,2010. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Back,
William.,1966. Hydrochemical Facies And Ground-Water Flow Patterns In Northern Part Of Atlantic
Coastal Plain, United States Government Printing
Bouwer, H.
1978. Groundwater Hidrology. McGraw Hill Kogakusha LTD, Tokyo. Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan
Hendrayana H., 2002. Intrusi Air Asin
ke Dalam Akuifer Daratan, Jurusan Teknik Geologi FT UGM,
Yogyakarta
Husein, Salahudin dan Srijono (2007). Tinjauan Geomorfologi Pegunungan Selatan DIY/Jawa
Tengah Telaah faktor endogenik dan pembentukan Pegunungan, Procceding Workshop; Potensi Geologi Pegunungan Selatan dalam Pengembangan Wilayah; Hotel Inna Garuda, Yogyakarta 27-29
November 2007.
Indarto., 2010. Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi, Jakarta: Bumi Aksara
Keller, GV
and Frischkenect, FC.,1970. Electrical Methods in
Geophysical Prospecting, Pergamount Press, New York,
Hal 17 � 166
Kodoatie, Robert J., 1996. Pengantar
Hidrogeologi. Yogyakarta:ANDI
Offset Kodoatie, Robert J., 2012. Tata RuangAir Tanah. Yogyakarta:ANDI
Offset
�
Loke, M.
H., 2004. Tutorial : 2D and 3D Electrical Imaging Surveys
For Enviromental and Engineering Studies. Geotomo Software pty Ltd.
Malaysia
Saeni, M.S., 1989. Kimia Lingkungan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ditjen Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santjoko, H., 1998. Hubungan Kualitas Airtanah Payau dengan gangguan
Kesehatan penduduk di Dataran Aluvial
Pantai, Fakultas Geografi
UGM, Yogyakarta
Santoso.
A., 2011. Penentuan Macam
Batuan dibawah Permukaan Berdasarkan metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger
daerah Baron,Sundak
dan Sadeng Gunungkidul daerah Istimewa Yogyakarta, Universitas Pembangunan
Nasional �Veteran� Yogyakarta, Tidak dipublikasikan
Santosa, L.W. 2001. Karakteristik
dan Hidrokimia Airtanah di Sekitar Rowo Jombor
Santosa. L.W. 2010. Kajian Genesis Bentuklahan
dan Pengaruhnya Terhadap Hidrostratigrafi Akuifer dan Hidrogeokimia Sebagai Geoindikator Evolusi Airtanah Bebas pada Bentanglahan Kuarter Kabupaten Kulonprogo Bagian
Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Disertasi.
Yogyakarta: Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Samodra, H., and Sutisna,K. (1997). Peta Geologi Lembar Klaten (Bayat), Jawa. Bandung:
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi
Seyhan, Ersin., 1990. Dasar-dasar Hidrologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Suharjo. Alif Noor Anna& Kuswaji
Dwi Priyono. 2004. Proses Geomorfologi Daerah Solo Jateng. Laporan Penelitian Fundamental.
Suharjo., dkk., 2005. Studi dan Pemetaan Sumber Air di Kabupaten Klaten. Badan Perencanaan Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Klaten.
Suharjo., dkk, 2015. Kronologi Kualitas Air Tanah Dangkal Di Dataran Fluvial Vulkan Untuk
Permukiman Daerah Kabupaten
Klaten Jawa Tengah. Fak. Geografi UMS.
Suharyadi. 1984. Geohidrologi.
Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Gaja Mada.
Surono, Toha, B., dan Sudarno, I, 1992. Peta Geologi
Lembar Surakarta-Giritontro, Jawa,
Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Surono., 2008. Litostratigrafi
dan Sedimentasi Formasi
Kebo dan Formasi Butak di Pegunungan Baturagung, Jawa Tengah Bagian Selatan. Dalam:
Publikasi Khusus Geologi Pegunungan Selatan Bagian
Timur, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, Badan Geologi, Pusat Survei Geologi, Bandung.
Suyoto., 1994. Stratigrafi Sikuen Cekungan Depan Busur Neogen
Jawa Selatan Berdasarkan
Data di Daerah Pegunungan Selatan, Yogyakarta. Disertasi Doktor. Jurusan Teknik Geologi ITB (tidak diterbitkan).
Syarifudin., Hidrologi Terapan. Universitas Bina Dharma, Yogyakarta: Beta Offset.
Telford, M. W., L. P. Geldard, R.E. Sheriff, and A. Keys., 1976. Applied
Geophysics 2nd ed. London: Cambridge University Press.
Todd, David
Keith., 1980, Groundwater Hydrology, 2nd Edition, John Wiley & Sons, New
York.
Todd. David
Keith., 2005, Groundwater Hydrology, 3rd Edition, John Wiley & Sons, New
York
Triatmodjo., 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.
Van Bemmelen, R. W., 1949, The geology of Indonesia. Martinus Nijhoff The Hague.
Government Printing Office, The Hague, Netherlands.
Van Zuidam, R.A., 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain
Analysis and Geomorphologic Mapping, Smith Publisher, The Hague, Amsterdam.
Wuryantoro., 2007, Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk
Menentukan Letak Dan Kedalaman Akuifer Air Tanah (Studi Kasus di Desa Temperak Kecamatan
Sarang Kabupaten Rembang Jawa Tengah)
Copyright holder: Delvia Rimesye Apalem (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |