Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia �p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember
2022
PENDIDIKAN KARATER
MENURUT PEMIKIRAN KH. HASYIM ASY�ARI DALAM KITAB ADABUL �ALIM WAL MUTA�ALLIM
Umu kurnia
Nurhidayah, Haris Supratno
Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana
Universitas Hasyim Asy�ari, Jombang, Indonesia
Email : kurniaummu@gmail.com, harissupratno@unesa ic.id
Abstrak
Pendidikan karakter adalah suatu usaha
yang dilaksanakan untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan dengan cara
mentransformasikan nilai-nilai yang ditumbuhkembangkan dalam kepribadian para
peserta didik sehingga terbentuk perilaku yang baik serta dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Melihat
realitas kehidupan manusia saat ini, posisi etika sering terabaikan dan
tersingkirkan. Mereka terlampau jauh terjerumus dalam dunia materialisme,
sehingga mereka terlalu percaya pada kemampuan mereka sendiri dengan
seperangkat logika rasionalistik positivistik yang menjadi pondasi bagi
bangunan pemikiran dan aksinya. Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih mendalam
tentang pendidikan beretika dari beberapa literatur klasik maupun modern yang
akan memberikan sumbangan terhadap pemikiran tersebut. Jika kita meninjau ulang
kitab Adab �Alim Wal Muta�allim karya KH. Hasyim Asy�ari, maka terdapat
risalah pendidikan yang memuat tentang pendidikan beretika khususnya tentang
nilai-nilai karakter yang harus dimiliki baik oleh pendidik maupun peserta
didik. Berangkat dari permasalahan di atas, maka penelitian menjadi urgen untuk
dilakukan. Adapun fokus penelitian ini adalah: Bagaimana Pendidikan Islam menurut
pemikiran KH. Hasyim Asy�ari dalam Kitab Adab �Alim Wal Muta�allim?
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian studi kepustakaan (library
research). Sumber data primer berasal dari personal document yaitu kitab Adabul
�Alim Wal Muta�allim dan sumber sekunder berasal dari publikasi ilmiah
berupa buku-buku, jurnal, artikel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
Pendidikan karakter menurut pemikiran K.H. Hasyim Asy�ari dalam kitab
�Adabul �Alim wal Muta�allim� yaitu: Pertama,
karakter pribadi seorang murid, kedua, karakter murid kepada guru.
Kata Kunci: Pendidikan karakter, etika, KH.
Hasyim Asy�ari.
Abstract
Character education is an
effort carried out to form habits by transforming the values that
are grown and developed in the personality of students so that good behavior is
formed and practiced in everyday life.
Seeing the reality of human life today, ethical positions are often neglected
and marginalized. They have fallen too far in the world of materialism, so they
believe too much in their own abilities with a set of positivistic
rationalistic logic that is the foundation for building their thoughts and
actions. Therefore,
a more in-depth study of ethical education is needed from several classical and
modern literatures that will contribute to this thought. If we review the book
of Adab 'Alim Wal Muta'allim by
KH. Hasyim Asy'ari, then there is a treatise on education that contains ethical
education, especially about character values that must be
possessed by both educators and students. Departing from the problems above,
the research becomes urgent to be carried out. The focus of this research are: How is the relevance of
KH. Hasyim Asy'ari on education in Indonesia. This research was
conducted using the type of library research. Primary data sources come from
personal documents, namely the Adabul 'Alim Wal Muta'allim book and secondary
sources come from scientific publications in the form of books, journals,
articles. The results of this study indicate that: Character education
according to K.H. Hasyim Asy'ari in the book "Adabul 'Alim wal
Muta'allim" namely: First, the personal character of a student, second,
the character of students to teachers.
Keywords: Character Education, ethics, KH. Hasyim Asy'ari.
Pendahuluan
Pendidikan adalah
suatu kegiatan yang didalamnya termuat tindakan edukatif dan didaktis yang di
peruntukkan bagi generasi yang sedang bertumbuh dan berkembang menjadi manusia
susila yang cakap dan warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab
pula terhadap kesejahteraan masyarakat tanah air. Kata pendidikan diartikan
sebagai bentuk proses peralihan bentuk sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia (mengenal diri, hidup jujur,
adil, dan rendah hati) melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang bermaksud
untuk membantu seseorang dalam mengembangkan potensi dalam dirinya atau
menumbuh kembangkan potensi- potensi kemanusiaannya (Baroroh, 2019).
Berdasarkan UU No
20 pasal 3 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar
mengajar yang berfungsi sebagai pengembangan kemampuan dan pembentukan watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan anak bangsa,
serta bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, Mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Aziizu, 2015).
Dengan demikian dapat disebutkan bahwa salah satu fungsi dari standar pendidkan
berdasarkan UU No 20 pasal 3 tahun 2003 bertujuan untuk menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat serta berkarakter mulia.
Karakter merupakan
hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang
membedakan manusia dengan binatang. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik
secara individual maupun sosial adalah mereka yang memiliki Akhlak, moral, dan
budi pekerti yang baik. Mengingat itu semua sangat penting harus di awali dari
dunia pendidikan (Husna et al., 2021).
Mencetak anak yang
berprestasi secara nalar memang tidak mudah, tapi mencetak anak bermoral jauh
lebih sulit dilakukan, apalagi dengan perkembangan teknologi canggih yang
semakin cepat dan pesat, yang tentunya berdampak terhadap perkembangan anak.
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian banyak pihak, pemerintah misalnya,
pemerintah telah mengagendakan pentingnya pendidikan karakter diterapkan di
sekolah-sekolah dan telah menjadi kebijakan nasional yang dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan. Dalam konsep pesantren karakter lebih dekat
dengan sebutan adab (Mustakim & Hakim,
2023).
Mempelajari adab-adab
Islami secara umum merupakan perkara yang
sangat urgen dan memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama Islam yang demikian
ini dikarenakan perjalanan dalam menuntut ilmu agama sangat panjang dan ilmu
yang harus dipelajari sangat banyak dan luas, sedangkan umur manusia di dalam
kehidupan dunia ini sangatlah pendek dan terbatas (Kadir, 2020).
Oleh karenanya, memahami dan mengamalkan adab-adab menuntut ilmu dengan baik
dan benar dapat sangat dianjurkan serta akan memberikan beberapa faedah. Islam
merupakan agama rahmatan lil�alamin yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Islam sangat memperhatikan segala aspek yang dikerjakan manusia, mulai dari
hal-hal yang terkecil sampai pada hal-hal yang besar baik yang berhubungan
dengan Allah maupun dengan manusia. Dalam hal ini Islam memberikan pendidikan
kepada manusia dan sebagai pedoman hidup untuk manusia seluruh alam, Rasulullah
SAW sebagai utusan yang menyempurnakan akhlak manusia, karena beliau dalam
hidupnya penuh dengan akhlak-akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang baik. Para
sahabat dan keluarga beliau menjadikan perjalanan Nabi SAW sebagai pelita untuk
penyiaran agama.
Akhlak merupakan
lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, dan umat. Karena itulah akhlak
yang menentukan eksistensi seorang muslim. Agama Islam mempunyai tiga cabang
yang saling berkaitan, yaitu akidah, syariat, dan akhlak. Akhlak hendaknya
menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakannya
dengan makhluk-makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan orang berakhlak baik,
bertindak tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk, dan
terhadap Tuhan (Suryawati, 2016).
Pemikiran KH.
Hasyim Asy'ari yang dituangkan dalam kitab beliau yang berjudul �Adabul
�Alim wal Muta�lalim� (Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan Pelajar). Kitab
atau buku ini menuangkan pemikiran beliau akan pentingnya akhlak dalam kegiatan
belajar mengajar, yaitu akhlak murid dan akhlak guru dalam kegiatan belajar
mengajar. Hal yang paling mendasar dalam kegiatan belajar dan mengajar adalah
akhlak di mana akhlak selain diperlukan oleh murid dalam proses belajar juga
dibutuhkan oleh guru ketika mengajar. Masalah akhlak dalam dunia pendidikan
pada beberapa tahun terakhir ini sangat memperihatinkan. Hal ini dapat dilihat
dari adanya kasus kekerasan atau tindakan amoral yang dilakukan oleh guru
kepada murid, kekerasan yang dilakukan oleh murid kepada sesama murid bahkan
kepada guru. Misalnya saja kasus bullying yang dilakukan oleh guru
kepada murid, dan anak yang melakukan bullying kepada guru lalu
divideokan kemudian menjadi viral di media sosial mengalami peningkatan pada
tahun 2020 (Khairunisa, 2020).
Selain kasus di
atas masih banyak lagi kasus- kasus yang berkelumit dengan permasalahan yang
terjadi pada anakanak zaman sekarang dimana sangat miris sekali jika terus
menerus di biarakan.� Kasus tersebut
dapat menggambarkan rendahnya akhlak murid pada saat ini dalam belajar, murid
tidak menghormati dan tidak menghargai guru baik sebagai orang yang lebih tua
maupun sebagai orang yang berilmu. Padahal Allah memuliakan orang yang berilmu
dengan meninggikan kedudukannya beberapa derajat.
Metode Penelitian
Penelitian ini
merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu jenis
penelitian yang dilakukan dengan menelaah dan menggunakan bahan-bahan pustaka
berupa buku-buku, ensiklopedi, jurnal, majalah dan sumber pustaka lainnya yang
relevan dengan data yang
digunakan berkaitan dengan pendidikan karakter menurut pemikiran KH. Hasyim Asy�ari dalam
kitab Adabul �Alim Wal Mutta�alim dan menggunakan
pendekatan filosofis. Adapun
sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer (pokok) dan data
sekunder (penunjang atau pendukung data primer). Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah historis filosofis. Selanjutnya, data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis isi (content anaylisis).�����������
Hasil dan Pembahasan
Pendidikan Karakter
Pendidikan
karakter, terambil dari dua suku kata yang berbeda, yaitu pendidikan dan
karakter. Kedua kata ini mempunyai makna sendiri-sendiri. Pendidikan lebih
merujuk pada kata kerja, sedangkan karakter lebih pada sifatnya. Artinya,
melalui proses pendidikan tersebut, diharapkan dapat dihasilkan sosok manusia
yang memiliki sebuah karakter yang baik.
Menurut Binti
Maunah dalam bukunya yang berjudul Landasan Pendidikan bahwa, �pendidikan
adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal,
non formal, dan informal di sekolah dan di luar sekolah yang berlangsung seumur
hidup yang bertujuan optimalisasi� (Adi, 2022).
Tujuan optimalisasi ini diarahkan pada berbagai macam potensi sumber daya
manusia yang lazim tampak dari pelbagai kompetensi lahiriyah dan batiniyah.
Dari pendapat para
pakar tentang pendidikan di atas, maka dapat dipahami bahwa pendidikan
merupakan sebuah usaha untuk membantu seseorang yang pada umumya belum dewasa
untuk mencapai kedewasaan melalui suatu proses, suatu interaksi edukatif antar
manusia yang berlangsung pada suatu kancah hubungan antar manusia dari
lingkungan rumah-tangga, sekolah, sampai dengan masyarakat global.
Pendidikan adalah
proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga
membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana
transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi, yaitu sebagai sarana
pembudayaan dan penyaluran nilai (enkultirisasi dan sosialisasi). Anak harus
mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi
kemanusiaan ini mencakup tiga hal yang mendasar, yaitu (1) afektif yang
tercemin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti
luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estesis; (2) kogntif yang
tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan
mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3)
psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan ketrampilan teknis,
kecakapan praktis dan kompetensi kinestesis.
Dengan demikian,
pendidikan merupakan sarana dalam menumbuhkan karakter dan mendewasakan peserta
didik yang dilakukan secara optimal dengan tujuan untuk membentuk insan yang
cerdas dan berkarakter baik. Dicatat oleh Agus Zaenul Fitri penulis buku yang
berjudul Reinventing Human Character : Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan
Etika di Sekolah, bahwa:
Secara
etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character, yang antara
berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan
akhlak. Istilah karakter juga diadopsi dari bahasa latin kharakter, kharessian,
dan xharaz yang berarti tool fo marking, to engrave, dan pointed stake. Dalam
bahasa Inggris, diterjemahkan menjadi character. Character berarti tabiat, budi
pekerti, watak. Dalam kamus psikologi, arti karakter adalah kepribadian
ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang. Secara
terminologi (istilah) karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya
yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat
kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok
orang.
Dan dicatat oleh
Muhyidin Albaboris penulis buku yang berjudul Mendidik Generasi Bangsa
Perspektif Pendidikan Karakter, bahwa :
Karakter
identik dengan akhlak dalam pengertian yang dirumuskan oleh Imam al-Ghazali
dalam karyanya yang fenomenal, Ihya Ulumiddin. Imam al-Ghazali mendefinisikan
akhlak sebagai suatu keadaan dalam jiwa, yang mana dari situ muncul
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pemahaman
yang mendalam. Dalam kaitan ini, kita mengenal akhlak yang terpuji (akhlaqul
karimah) dan akhlak yang tercela (akhlaqul mazmumah). Akhlak terpuji adalah
karakter baik yang tertanam dalam jiwa seseorang, yang darinya muncul
kebiasaan-kebiasaan baik secara spontan, sedangkan akhlak tercela adalah
karakter jelek yang tertanam dalam jiwa seseorang yang darinya muncul
kebiasaan-kebiasaan buruk secara spontan. ... seperti halnya akhlak, karakter
bersifat netral. Artinya, karakter masih merupakan potensi yang tersembunyi,
dan ia akan tumbuh menjadi positif dan negatif tergantung pada faktor-faktor
pembentuknya (Wahyudi, 2020).
Dengan demikian,
karakter adalah akar dari semua tindakan seseorang, baik itu tindakan yang baik
atau yang buruk. Orang yang berkarakter adalah orang yang memiliki ciri khas
tertentu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian individu
tersebut dan merupakan pendorong sebagaimana individu tersebut bertindak,
bersikap, berujar, dan merespon sesuatu. Pada dasarnya karakter itu melekat
pada diri individu yang erat hubungannya dengan perilaku individu tersebut.
Jika seseorang memiliki karakter baik yang kuat, maka orang tersebut akan
senantiasa merasa aman dan tentram dalam hidupnya dan akan terhindar dari
perbuatan-perbuatan tercela yang tidak bermoral.
Dari pengertian
pendidikan dan karakter di atas, maka dapat dipahami bahwa pendidikan karakter
adalah suatu usaha yang dilaksanakan untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan dengan
cara mentransformasikan nilai-nilai yang ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
para peserta didik sehingga terbentuk perilaku yang baik serta dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Riwayat
Hidup KH. Hayim Asy�ari
Nama lengkap Kyai Hasyim adalah Muhammad Hashim bin
Asy�ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim atau yang populer dengan nama pangeran
Benawa bin Abdurrahman yang juga dikenal dengan julukan Jaka Tingkir (Sultah
Hadiwijaya) bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fatah bin Maulana Ishak bin
Ainul Yaqin yang populer dengan sebutan Sunan Giri (Abidin, 2020). Sementara Arkhanaf dan Khuluq menyebutkan
Muhammad Hashim binti Halimah binti Layyinah binti Sihah bin Abdul Jabbar bin
Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir atau juga dikenal
dengan nama Mas Karebet bin Lembu Peteng (Prabu Brawijaya VI). Penyebutan
pertama menunjuk pada silsilah keturunan dari jalur ibu.
Beliau merupakan salah satu tokoh dari sekian banyak
ulama� besar yang pernah dimiliki oleh bangsa ini. Biografi tentang kehidupan
beliaupun sudah banyak ditulis oleh beberapa kalangan. Muhammad Hasyim itu
adalah nama kecil pemberian dari orang tuanya. Kyai Hasyim dilahirkan dari
pasangan kyai Asy�ari dan Halimah pada hari Selasa Kliwon tanggal 14 Februari
tahun 1871 M atau bertepatan dengan 12 Dzulqa�dah tahun 1287 H. Tempat
kelahiran beliau berada di sekitar 2 kilometer ke arah utara dari kota Jombang, tepatnya di
Pesantren Gedang. Gedang sendiri merupakan salah satu dusun yang menjadi
wilayah administrasi desa Tambakrejo Kecamatan Jombang (Ramdoni et al., 2021).
Beliau dianggap sebagai guru dan dijuluki �Hadratus
Syekh� yang berarti �Maha Guru�. Kiprahnya tidak hanya di dunia pesantren,
beliau ikut berjuang dalam membela negara. Semangat kepahlawanannya tidak
pernah kendor. Bahkan menjelang hari-hari akhir hidupnya, Bung Tomo dan panglima besar Jendral Soedirman
kerap berkunjung ke Tebuireng meminta nasehat beliau perihal perjuangan
mengusir penjajah (Munir, 2022).
KH. Hasyim Asy�ari wafat pada tanggal 25 juli 1947 M, bertepatan dengan 7 Ramadhan 1366 H pada
pukul 03.45, beliau ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional dengan
surat keputusan Presiden RI No.284/TK/Tahun 1964, tanggal 17 November 1964 (Husain, 2021). Semasa hidupnya beliau mempunyai peran yang besar dalam dunia pendidikan,
khususnya di lingkungan pesantren, baik dari segi ilmu maupun garis keturunan.
Sedangkan dalam perjuangannya dalam rangka merebut kemerdekaan melawan Belanda,
beliau gigih dan punya semangat pantang menyerah sertajasa-jasanya kepada bangsa dan
negara sehingga beliau diakui sebagai seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional (Martono, 2020). Komplek pesantren Tebuireng menjadi tempat
peristirahatan terakhir bagi KH. Hasyim Asy�ari.
Kitab Adabul �Alim Wal Mut�allim
Secara harfiyah, adab berarti kesopanan, pendidikan,
aturan, tata cara dalam pergaulan, al-�alim berarti yang terpelajar atau
ahli ilmu, al muta�allim berarti pelajar. Jadi, secara harfiyah kitab Adab
Al�
Alim wa Al Muta�allim
adalah buku yang menerangkan tentang sopan santun, aturan atau tata cara dalam
pergaulan bagi ahli ilmu dan pelajar (Mahmudi, 2021).
Pendidikan Karakter KH. Hasyim Asy�ari� dalam Kitab Adabul �Alim Wal Muta�allim.
Menurut KH. Hasyim
Asy�ari pendidikan sangat penting dalam hidup manusia, dan merupakan hal utama
bagi manusia. Begitu pentingnya pendidikan bagi umat Islam, sehingga umat Islam
diwajibkan untuk mencari ilmu utamanya adalah ilmu agama. Dalam kitab Adabul
�Alim wal Muta�allim, KH. Hasyim Asy�ari memberikan banyak dalil dalam
al-Qur�an dan hadist mengenai pentingnya menuntut ilmu dan kemuliaan orang yang
memiliki ilmu.
Menurut KH. Hasyim
Asy�ari keutamaan ilmu dan ahlinya yang telah disebutkan semuanya ada dalam
pribadi ulama yang mengamalkan ilmunya, yang bagus amalnya dan yang bertakwa
yaitu orang-orang yang dengan ilmunya berniat untuk mencari dzat Allah dan
derajat mulia di sisi-Nya dengan mendapatkan surga tempat kenikmatan. Bukan
orang yang berniat mencari keduniaan baik berupa pangkat, harta atau bersaing
mendapatkan pengikut dan santri atau siswa banyak (Ramdoni et al., 2021).
Pendidikan karakter
menurut KH. Hasyim Asy'ari merupakan usaha membentuk manusia secara utuh baik
jasmani maupun rohani, sehingga manusia dapat bertakwa kepada Allah dengan
benar-benar mengamalkan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya,
dapat menegakkan keadilan di muka bumi, beramal shaleh dan maslahat, pantas
menyandang predikat sebagai makhluk yang paling mulia dan lebih tinggi
derajatnya dari segala jenis makhluk Allah yang lain.
Membangun karakter
seseorang sangat tidak mungkin tanpa pendidikan, sebab pendidikan tidak hanya
mendidik anak memiliki kemampuan intelektual menjadi manusia yang cerdas,
tetapi juga membentuk kepribadiannya supaya berakhlak mulia. Dari itu,
pembentukan karakter menjadi keharusan untuk diaplikasikan dalam pendidikan
formal sekaligus diterapkan melalui perilaku yang baik dalam kehidupan
sehari-hari. Pola pemikiran KH. Hasyim Asy'ari tentang pendidikan karakter
tidak dapat dipisahkan dengan konsep pendidikan. Sebab pada dasarnya antara
keduanya selalu beriringan yang saling melengkapi.
Pendidikan
Karakter yang diterapkan oleh KH. Hasyim Asy'ari adalah idealitas nilai-nilai
etika yang terinternalisasi menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi anak didik
dan pendidik. Dengan nilai-nilai yang dimaksud, diharapkan akan tertanam
menjadi bagian pembiasaan dan karakter baik yang terus menerus mengiringi
perjalanan kehidupan seseorang.
Pandangan tentang
pendidikan karakter menurut KH. Hasyim Asy'ari ini sejalan dengan pemikiran
beberapa tokoh nasional� dibidang
pendidikan karakter. Zubaedi misalnya, mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya menanamkan
kecerdasan berfikir, penghayatan dalam kebaikan sikap, pengamalan prilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai luhur yang diwujudkan dalam interaksi dengan
Tuhannya, diri sendiri, sesama dan lingkungan (Khoiron & Sutadji,
2016).
KH. Hasyim Asy�ari
menuangkan pemikirannya tentang sisi penting lainnya dari dunia pendidikan
dengan membuat karya tulis berupa kitab yang diberi judul �Adabul �Alim Wal
Muta�alim�. Dalam kitab ini, pemikiran KH. Hasyim Asy�ari lebih fokus
kepada masalah karakter. karakter merupakan hal penting bagi setiap muslim yang
harus diterapkan di semua sendi kehidupan manusia sehari-hari, termasuk dalam
dunia pendidikan.
Berikut dijelaskan
KH. Hasyim Asy�ari tentang pendidikan karakter bagi murid yang dibahas dalam
kitab Adabul �Alim wa Muta�allim yaitu:
a.
Akhlak Murid
1) Akhlak
Pribadi Seorang murid
Akhlak murid menurut KH.
Hasyim Asy�ari dapat diklasifikasikan sebagai berikut:�����������
Pertama:
�Menyucikan hati dari
segala kepalsuan, noda hati, dengki, iri hati,� (Ridlo et al., 2020).
Kedua:
�Membagusi niat dalam
mencari ilmu, yaitu bertujuan semata-mata mencari ridho Allah� (Rika et al., 2020).
Ketiga:
�Bergegas menuntut ilmu
di usia muda� (Furqan &
Keumangan, 2021).
Keempat
�Bersikap qana�ah (menerima apa
adanya) terhadap makanan maupun pakaian yang dimiliki.� (Fabriar, 2020).�
Kelima:
�Mengatur waktu-waktunya
(manajemen waktu)� (Ahmad & Al Hakim,
2020).
Keenam:
�Menyedikitkan makan dan
minum� (Uddin & Samsuri,
2022).
Ketujuh
�Memaksakan dirinya untuk
bersikap wira�i� (Sari et al., 2021).
Kedelapan
�Menyedikitkan konsumsi
makanan yang termasuk penyebab kebodohan dan melemahkan panca indera, misalnya
buah apel yang masam, buncis dan cuka� (Ramdani et al., 2021).
Kesembilan
�Menyedikitkan tidur� (Kurnia &
Sumanidar, 2018).
Kesepuluh:
�Meninggalkan pergaulan� (Arifandi et al., 2020).
2) Akhlak
Murid Terhadap Guru
Pada bagian ini terdapat dua belas akhlak� murid terhadap guru sebagai berikut:
Pertama:
�Mendahulukan pertimbangkan akal dan meminta pilihan
(istikharah) kepada Allah terkait pendidik yang akan menjadi tempat menimba
ilmu, meraih akhlak terpuji dan karakter dari pendidik tersebut.� (Rachmawati, 2020).
Kedua:
�Bersungguh-sungguh
mencari pendidik yang memiliki pemahaman lengkap (komprehensif) terhadap
ilmu-ilmu syariat� (Anwar, 2022).
Ketiga:
�Mengikuti pendidik dalam urusan-urusannya dan tidak keluar dari
pendapat maupun peraturan pendidik� (Mufid & Hariandja,
2019).
Keempat:
�Memandang pendidik dengan penuh pemuliaan dan pengagungan� (Octavia, 2022).
Kelima:
�Mengetahui hak-hak pedidik dan tidak melupakan kemuliaannya� (Khasanah, 2018).
Keenam:
�Bersabar atas kekerasan
(ketidak-ramahan) maupun buruknya akhlak yang berasal dari pendidik.� (Hanipudin et al.,
2021).
Ketujuh:
�Peserta didik hendaknya meminta izin terlebih dahulu sebelum memasuki tempat
non-umum (ruangan pribadi) yang di dalamnya ada pendidik itu sendiri, baik
pendidik itu sendirian maupun bersama orang lain.� (Hasanah & Mahfud,
2021).
Kedelapan:
�Peserta didik hendaknya duduk di hadapan pendidik dengan penuh
tata krama� (Saputra, 2017).
Kesembilan:
�Peserta didik hendaknya berbicara dengan baik kepada pendidik
semaksimal mungkin.� (Harimulyo et al.,
2021).
Kesepuluh:
�Ketika pendidik menyebutkan hukum suatu kasus, suatu pelajaran,
cerita atau membacakan syair, sedangkan peserta didik sudah menghafalnya, maka
hendaknya peserta didik mendengarkan pendidik dengan seksama seolah-olah ingin
mendapatkan pelajaran pada saat itu, menampilkan perasaan dahaga untuk
mengetahui pelajaran itu dan bergembira layaknya orang yang belum pernah
mengetahui pelajaran itu sama sekali� (Rachmawati, 2020).
Kesebelas:
�Peserta didik hendaknya tidak mendahului pendidik untuk
menjelaskan suatu masalah atau m enjawab suatu pertanyaan,� (Hasanah & Mahfud,
2021).
Kedua Belas:
�Apabila pendidik menyerahkan sesuatu kepada peserta didik, maka
sebaiknya peserta didik menerimanya dengan tangan kanan.� (Sitika & Syarief,
2021).
Kesimpulan
KH. Hasyim Asy�ari merupakan salah satu pemikir
pendidikan karakter dalam perspektif Islam sekaligus praktisi pendidikan
karakter yang beliau terapkan di pondok pesantren tebuireng Jombang. K.H.
Hasyim Asy�ari mendirikan pondok pesantren Tebuireng pada tahun 1899 yang
letaknya di wilayah Cukir, kecamatan Diwek, kabupaten Jombang ini setelah
kepungalan beliau dari Makkah untuk mencari ilmu dari beberapa guru besar
disana. Selain aktif di dunia pendidikan K.H. Hasyim Asy‟ari juga aktif
di organisasi kemasyarakatan, yaitu dengan mendirikan Nahdlatul Ulama pada 31
januari 1926 di kota Surabaya. Pendidikan karakter menurut pemikiran K.H.
Hasyim Asy�ari dalam kitab �Adabul �Alim wal Muta�allim� yaitu: Pertama,
karakter pribadi seorang murid, kedua, karakter murid kepada guru.
BIBLIOGRAFI
Abidin, M. Z. (2020). Pentingnya Bermadzhab dan
Larangan Fanatisme Menurut Pandangan KH. Hasyim Asy�ari. Permata: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 1(1), 58�71.
Adi, L. (2022). Pendidikan keluarga dalam perspektif Islam. Jurnal
Pendidikan Ar-Rasyid, 7(1), 1�9.
Ahmad, C., & Al Hakim, I. (2020). Manajemen Waktu Lembaga
Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur�an. AL-HIKMAH (Jurnal Pendidikan
Dan Pendidikan Agama Islam), 2(1), 87�97.
Anwar, S. (2022). Evaluasi Pendidikan Menuju Insan Kamil
Perspektif Filsafat Islam. Jurnal Pendidikan Nusantara, 1(1), 62�76.
Arifandi, A. S. D., Faqih, R. B., & Kurniawan, S. (2020).
Konsep Kepribadian Murid Kepada Guru Perspektif KH. M Hasyim Asy�ari dalam
Kitab Adab Al-�Alim Wa Al-Muta�aliim. Edukais: Jurnal Pemikiran Keislaman,
4(1), 66�79.
Aziizu, B. Y. A. (2015). Tujuan Besar Pendidikan Adalah
Tindakan. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2),
295�300. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13540
Baroroh, H. (2019). Manajemen pendidikan nilai-nilai
multikultural dalam pembentukan karakter religius siswa di man Yogyakarta iii
tahun pelajaran 2016/2017. Indonesian Journal of Islamic Educational
Management, 1(2), 67�87.
Fabriar, S. R. (2020). Agama, Modernitas dan Mentalitas:
Implikasi Konsep Qana�ah Hamka Terhadap Kesehatan Mental. Muharrik: Jurnal
Dakwah Dan Sosial, 3(02), 227�243.
Furqan, M., & Keumangan, T. R. (2021). Pendidikan Islam
Menurut KH. Hasyim Asy�ari (Analisis Kritis Kode Etik Murid Terhadap Guru). PENDALAS:
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Dan Pengabdian Masyarakat, 1(2),
147�173.
Hanipudin, S., Khasanah, L., & Maulana, R. (2021).
Revitalisasi Karakter Peserta Didik Dalam Pemikiran Kh. Hasyim Asy�ari. QALAM:
JURNAL PENDIDIKAN ISLAM, 2(2).
Harimulyo, M. S., Prasetiya, B., & Muhammad, D. H.
(2021). Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Risalatul Mu�awanah Dan
Relevansinya. Jurnal Penelitian IPTEKS, 6(1), 72�89.
Hasanah, U., & Mahfud, M. (2021). Konsep etika pelajar
menurut kh. m. hasyim asy�ari dalam kitab adab alalim wa al-mutaallim. Jurnal
Pendidikan Agama Islam Miazhar, 1(1), 43�50.
Husain, M. W. (2021). Konsepsi Persatuan Kebangsaan
Menurut Pemikiran KH. Hasyim Asy�ari. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Husna, A., Hasanah, R., & Nugroho, P. (2021). Efektivitas
Program Tahfidz Al-Quran Dalam Membentuk Karakter Siswa. Jurnal Isema:
Islamic Educational Management, 6(1), 47�54.
Kadir, A. (2020). Konsep Adab Menuntut Ilmu dan
Mengajarkannya. Jurnal Da�wah: Risalah Merintis, Da�wah Melanjutkan, 3(02),
23�44.
Khairunisa, K. (2020). Implementasi Pendidikan Agama Islam
dalam Penguatan Karakter Siswa (Studi Kasus pada Sekolah Dasar Alam Kebun
Tumbuh Depok Tahun Ajaran 2019-2020). Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Khasanah, R. (2018). Telaah Pemikiran Hadratussyaikh KH. M.
Hasyim Asy�ari Tentang Pendidikan Karakter Dalam Kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta�allim
Dan Relevansinya Dengan Sistem Pendidikan Nasional,�. Oasis: Jurnal Islam
Kajian Islam, 3.
Khoiron, A. M., & Sutadji, E. (2016). Kontribusi
Implementasi Pendidikan Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir
Kreatif serta Dampaknya pada Kompetensi Kejuruan. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran (JPP), 22(2), 103�116.
Kurnia, R., & Sumanidar, S. P. (2018). Konsep Pendidikan
Tazkiyatun Nafsi Dalam Perspektif Pemikiran Syekh Muhammad Wali Al-Khalidi. FITRA,
3(1).
Mahmudi, A. (2021). Bimbingan Adab Santri Pondok Pesantren
Darussalam Blokagung Karangdoro Tegalsari Banyuwangi Melalui Kajian Kitab Adab
Al �Alim Wal Muta�allim. Jurnal At-Taujih, 1(1), 22�37.
Martono, M. (2020). Pemikiran Pendidikan Islam KH. Hasyim Asy�ari
(Perspektif Epistimologi Sosial Keagamaan Dan Konsep Pendidikan Islam Bagi Guru
Dan Peserta Didik). Al-Fikr: Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), 40�45.
Mufid, F. L., & Hariandja, T. R. (2019). Efektivitas Pasal
28 Ayat (1) UU ITE tentang Penyebaran Berita Bohong (Hoax). Jurnal Rechtens,
8(2), 179�198.
Munir, A. S. (2022). Konsep Rumah Tangga Sakinah dalam
Kitab Dhau�Al-Mishbah Fi Bayan Ahkam An-Nikah (Analisis Pemikiran Kh Hasyim Asy�ari).
Institut Agama Islam Tribakti.
Mustakim, I., & Hakim, L. N. (2023). Pendidikan Karakter
Jujur Perspektif Sirah Nabawiyah. PANDU: Jurnal Pendidikan Anak Dan
Pendidikan Umum, 1(1), 19�27.
Octavia, S. A. (2022). Kepribadian, Bahasa Dan Norma
Kesantunan Guru. Jurnal Sosial Teknologi, 2(11), 984�998.
Rachmawati, D. (2020). Relevansi Pemikiran Akhlak KH.
Hasyim Asy�ari dalam Kitab Ada> bul �A> lim wal Muta�allim dengan
Pengelolaan Pembelajaran. IAIN KUDUS.
Ramdani, S., Tafsir, A., & Sukandar, A. (2021). Etika
Pembelajaran Perspektif KH. Hasyim Asy�ari Dalam Kitab Adabul �Alim Wal Muta�Allim
Serta Relevansinya Terhadap Generasi-Z. Edukasi: Journal of Educational
Research, 1(3), 100�123.
Ramdoni, M., Suryana, A., & Ernawati, E. (2021). Konsep
Pemikiran Pendidikan Islam dan Sistem Pendidikan Islam Menurut Hadratussyaikh
KH M Hasyim Asy�ari. Transformasi Manageria: Journal of Islamic Education
Management, 1(1), 54�76.
Ridlo, A. A., Ali, N., & Khamid, A. (2020). Konsep Etika
Pelajar (Studi Komparasi Kh. Hasyim Asy�ari dan Umar bin Ahmad Baraja). Jurnal
Pendidikan Islam Al-Affan, 1(1), 1�13.
Rika, R., Fahrudin, F., & Sumarna, E. (2020). Pendidikan
Akhlak dalam Kitab Ta�lim al-Muta�allim dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Taklim: Jurnal Pendidikan Agama Islam,
18(1), 23�36.
Saputra, T. (2017). Pendidikan Karakter Pada Anak Usia 6�12
Tahun. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 2(03).
https://doi.org/10.30868/ei.v2i03.28
Sari, L. K., Ilahiyah, I. I., & Said, A. (2021).
Penanaman Nilai Pesantren Dalam Pembentukan Karakter Anak. Education,
Learning, and Islamic Journal, 3(2), 80�110.
Sitika, A. J., & Syarief, C. (2021). Etika Peserta Didik
kepada Guru Perspektif KH Hasyim Asy�ari (Kajian Teoritik Kitab Adab al-�Alim
wa al-Muta�allim). Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 5(2), 498�508.
Suryawati, D. P. (2016). Implementasi Pembelajaran Akidah
Akhlak Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di MTs Negeri Semanu Gunungkidul. Jurnal
Pendidikan Madrasah, 1(2), 309�322.
Uddin, A. M., & Samsuri, M. (2022). Nilai-Nilai
Pendidikan Akhlak Perspektif KH. Hasyim Asy�ari dalam Kitab Adabul �Alim Wal
Muta�allim dan Relevansinya dengan Merdeka Belajar. IAI Tribakti Prosiding
Dan Seminar Nasional, 1(1), 151�162.
Wahyudi, T. (2020). Strategi Pendidikan Akhlak Bagi Generasi
Muda di Era Disrupsi. TA�LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam, 3(2),
141�161.
Copyright holder: Muhammad
Sahirul Alim, Pardomuan Sihombing (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |