Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
12, Desember 2022
PENGABDIAN MASYARAKAT MELALUI PENDIRIAN
LAYANAN KONSELING DARING DAN PSIKOEDUKASI DI MEDIA SOSIAL
Bagas Rahmatullah, Ousama
El Fatha Kusnandar, Natalia Sitinjak,
Emya Pepayosa, Reeza Juwita
CV. Berbagi Cerita Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Kesehatan
mental merupakan unsur penting dalam pembangunan
manusia, WHO mendefinisikan
bahwa manusia yang berdaya, mampu mengatasi tekanan dalam hidupnya, dan mampu berkontribusi dalam komunitas nya merupakan ciri
dari manusia yang sehat secara mental. Namun permasalahan mengenai pemerataan layanan kesehatan mental, aksesibilitas terhadap layanan kesehatan mental, dan biaya layanan kesehatan
mental masih menjadi permasalahan. Melalui pendirian CV. Berbagi Cerita Indonesia berusaha menyediakan layanan konseling gratis dan melakukan psikoedukasi melalui media sosial. Dalam penelitian
ini disajikan data pengguna layanan konseling per tahun dan data interaksi followers media
sosial CV. Berbagi Cerita Indonesia. Peneliti berharap agar program semacam ini dapat dilakukan
secara rutin dan menjangkau lebih banyak pengguna sehingga lebih banyak lagi masyarakat
yang mendapatkan pelayanan kesehatan mental dan meningkatkan
pemahaman masyarakat luas mengenai kesehatan
mental.
Kata�kunci:�Konseling, Online, Social Media, Psikoedukasi
Abstract
Mental
health is an important element in human development, WHO defines that humans
who are empowered, able to overcome pressures in their lives, and able to
contribute to their communities are characteristics of mentally healthy humans.
However, problems regarding the distribution of mental health services,
accessibility to mental health services, and the cost of mental health services
are still problems. Through the establishment of CV. Berbagi
Cerita Indonesia is trying to provide free counseling
services and conduct psychoeducation through social media. In this study, data
on counseling service users per year and interaction data on social media
followers of CV. Berbagi Cerita
Indonesia. Researchers hope that this kind of program can be carried out
regularly and reach more users so that more people get mental health services
and increase public understanding of mental health.
Keywords: Counseling, Online, Social
Media, Psychoeducation
Pendahuluan
Kesehatan mental merupakan unsur penting dalam
pembangunan manusia, WHO mendefinisikan bahwa manusia yang berdaya, mampu mengatasi tekanan dalam hidupnya,
dan mampu berkontribusi dalam komunitas nya, hal ini
merupakan ciri dari manusia yang sehat secara mental. Namun sayangnya di Indonesia kita masih melihat
fenomena di lapangan yang cukup menyedihkan, banyak diantara masyarakat yang masih kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan mental baik dari segi
aksesibilitas yang kurang baik, mahalnya biaya konsultasi, hingga stigma negatif ditengah masyarakat yang masih menganggap kesehatan mental hal yang tidak penting. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia bahwa 91% penderita
gangguan depresi di usia ≥ 15 tahun tidak mendapatkan pengobatan (Kemenkes, 2018). Hal ini tentunya menjadi
tamparan keras bagi kita, bahwa
problematika kesehatan
mental masih ada di sekeliling kita dan tentunya ada kemungkin
diantara kita mengalami permasalahan yang sama ketika ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan mental.
Fenomena pemerataan layanan kesehatan mental masih menjadi problematika dunia, pada penelitian yang dilakukan di
Ethiopia penduduk desa masih kesulitan mengakses layanan kesehatan mental karena adanya jarak yang begitu jauh antara
tempat tinggal mereka dengan fasilitas
kesehatan mental, bahkan ada yang perlu berjalan sejauh 2 jam jika ingin mendapatkan
layanan kesehatan mental
(Hailemariam et al., 2019). Hal serupa juga dirasakan oleh masyarakat di
Amerika, mereka menilai jarak yang jauh antara tempat tinggal
mereka dengan fasilitas layanan kesehatan mental masih menjadi permasalahan utama yang menjadikan mereka cenderung enggan mendatangi fasilitas layanan kesehatan mental (Coombs et al., 2021). Permalasahan
lainnya ditemukan di Eropa bagian Tenggara, masih banyaknya stigma mengenai kesehatan mental dan kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan mental menjadi permasalahan utama (Tirintica et al., 2018).
Melihat adanya problematika ini di Indonesia muncul lah berbagai macam
bentuk layanan dukungan psikologis yang berbasis daring melalui media sosial yang dapat diakses dengan mudah, kapan pun, dimana pun, dan berbiaya murah. Hal ini merupakan salah satu cara yang efektif dalam menjangkau masyarakat lebih jauh lagi, optimal, dan meminimalisir adanya kesengajaan dengan tetap memperhatikan kode etik psikologi
(Sari et al., 2020). Dalam suatu
penelitian didapatkan hasil bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan mengenai efektivitas konseling daring dengan konseling tatap muka (Gonca
et al., 2020) (Pescatello et al., 2020). Penelitian lain mengungkapkan bahwa konseling daring efektif dalam mengurangi
tekanan psikologis seperti depresi, obsesif kompulsif, dan kecemasan (Ierardi et al., 2022).
Fakta-fakta tadi
tentunya semakin menyadarkan kita bahwa halangan pemerataan layanan kesehatan mental semakin bisa dijawab, asal
memiliki jaringan internet
yang baik maka opsi pilihan konseling
berbasis daring akan menjadi pilihan yang tepat dan tentunya mudah untuk dilakukan
tanpa perlu menghabiskan waktu dijalan (MacDonell & Prinz,
2016). Selain itu layanan konseling daring sangat mudah dijangkau (Baumel, 2015), alasan inilah yang menjadikan sebagian orang merasa nyaman jika ingin
melakukan konseling daring.
Melihat fakta bahwa masih banyak
masyarakat yang mengeluhkan
adanya kesenjangan dalam hal pelayanan
kesehatan mental khususnya
di Indonesia maka dirasa perlu mengadakan sebuah layanan konseling daring yang diharapkan dapat menjangkau berbagai macam lapisan masyarakat. Selain itu, problematika
lainnya seperti stigma negatif pada orang yang membutuhkan
layanan konseling serta biaya yang cukup tinggi untuk
mendapatkan layanan konseling perlu diatasi dengan baik.
Selanjutnya, melihat adanya stigmatisasi negatif pada masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan mental, diperlukan sebuah intervensi sosial yang dapat menyadarkan masyarakat mengenai pemahaman yang salah terhadap
orang yang membutuhkan layanan
kesehatan mental. Psikoedukasi
merupakan sebuah intervensi yang dinilai efektif dalam mengurangi
stigmatisasi yang di labelkan
pada mereka yang mengalami permasalahan kesehatan mental (Goh
et al., 2021). Sebuah penelitian
menemukan psikoedukasi yang
dilakukan pada instansi pendidikan sukses meningkatkan literasi mengenai kesehatan mental, mengurangi perilaku stigmatisasi, dan mengurangi kepercayaan yang salah mengenai kesehatan mental (Waqas et al., 2020). Penelitian
lainnya juga menguatkan pernyataan sebelumnya, bahwa psikoedukasi yang tepat dapat berdampak
positif dalam mengurangi adanya stigma negatif mengenai kesehatan mental (Gao & Ng, 2021).
Dalam penelitian ini,
peneliti mencoba untuk melihat bagaimana
capaian dan perkembangan serta efektivitas dari adanya program pengabdian masyarakat berupa �Pendirian Layanan Konseling Daring dan Psikoedukasi Di Media Sosial�
yang dilakukan oleh CV. Berbagi
Cerita Indonesia.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di CV. Berbagi Cerita Indonesia dari rentang tahun
2021-2022 kepada klien yang
mendapatkan layanan konseling. Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengetahui tanggapan klien setelah mendapatkan layanan konseling. Selanjutnya, analisis respon terhadap psikoedukasi yang diberikan pada
media sosial melalui laporan engagement yang diberikan
pada konten psikoedukasi
yang ditampilkan pada instagram.
Adapun layanan konseling diberikan secara gratis melalui telepon menggunaan google meet. Sedangkan, konseling teks melalui instagram dan line dengan durasi layanan 60 menit untuk konseling melalui telepon dan 90 menit konseling melaui teks. Selanjutnya, konten psikoedukasi diberikan setiap pekan selama 6 hari (senin-sabtu) melalui feeds atau story instagram.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis menggunakan
kuesioner yang dibagikan kepada para pengguna layanan konseling didapatkan
data, sebagai berikut:
Gambar 1
Jumlah Klien Per Tahun
Data menunjukkan adanya
grafik kenaikan jumlah klien dari
tahun 2020 hingga tahun 2021. Terhitung sebanyak 765 klien mendapatkan pelayanan konseling pada tahun 2020, sedangkan pada tahun 2021 tercatat sebanyak 1053 klien berhasil mendapatkan layanan konseling. Adapun pada tahun 2022
tercatat hingga dari bulan Januari-Agustus
terdapat 2022 klien yang sudah mendapatkan layanan konseling. Angka pada tahun 2022 akan ada kemungkinan naik menjadi lebih besar
sehubungan belum selesainya periode konseling pada tahun 2022.
Selanjutnya, peneliti juga mengumpulkan respon klien terhadap
layanan konseling yang diberikan, peneliti memberikan 5 butir pertanyaan mengenai layanan konseling dan 1 butir pertanyaan mengenai konten psikoedukasi yang kami tayangkan
pada instagram kami. Adapaun
butir pertanyaan nya sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengalaman anda saat menggunakan
layanan peer counselor berbagicerita.id?
2.
Apakah saran dari peer counsellor kami dapat memudahkan kamu?
3.
Bagaimana peer counselor memperlakukan
anda?
4.
Seberapa terbantu anda dengan layanan
konseling free di berbagicerita.id?
5.
Apakah anda akan merekomendasikan layanan konseling berbagicerita.id kepada
rekan anda?
6.
Bagaimana anda melihat
tampilan media sosial kami?
Dalam menjawab butir yang ada, partisipan dipersilakn untuk memilih skala 1-6 dari �Sangat Amat Buruk/Sangat
Amat Tidak Setuju/Sangat
Amat Tidak Menarik� hingga �Sangat Amat Baik/Sangat
Amat Setuju/Sangat Amat Menarik�.
Dalam pengisian kuesioner ini, klien diberikan kebebasan untuk mengisi dengan persetujuan klien.
Berdasarkan data hasil kuesioner yang peneliti dapatkan terdapat 941 responden yang mengisi kuesioner mengenai tanggapan setelah mendapatkan layanan konseling pada tahun 2021. Sedangkan pada tahun 2022 terdapat 531 responden yang menyetujui untuk mengisi angket yang sudah disediakan. Berdasarkan hasil kuesioner tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Kuesioner Tahun 2020
Tahun 2020 (n : 691) |
|||||
Butir |
Sangat Buruk |
Buruk |
Netral |
Baik |
Sangat Baik |
Butir 1 (Bagaimana pelayanan peer
counsellor kami?) |
0.1 |
0.6 |
3.3 |
22.7 |
83.8 |
Butir 2 (Bagaimana kualitas jawaban peer counsellor kami?) |
0.1 |
0.7 |
6.4 |
29.8 |
73.5 |
Butir 3 (Apakah saran dari peer
counsellor kami dapat memudahkan
kamu?) |
0.4 |
1.3 |
8.1 |
30.8 |
69.9 |
Butir 4 (Bagaimana tampilan sosial media kami?) |
0.0 |
0.7 |
12.6 |
37.8 |
48.9 |
Tabel 2
Hasil Kuesioner Tahun 2021
Tahun 2021 [n : 941] |
||||
Butir |
Sangat Buruk |
Buruk |
Baik |
Sangat Baik |
Butir 1 |
0.1 |
0.5 |
5.3 |
94.0 |
Butir 2 |
0.2 |
1.7 |
7.3 |
90.8 |
Butir 3 |
0.0 |
0.4 |
1.8 |
97.8 |
Butir 4 |
0.1 |
1.2 |
8.8 |
89.7 |
Butir 5 |
0.1 |
0.5 |
4.5 |
94.7 |
Butir 6 |
0.2 |
1.3 |
10.3 |
88.2 |
Tabel 3
Hasil Kuesioner Tahun 2022
Tahun 2022 (Januari-Agustus) [399] |
||||
Butir |
Sangat Buruk |
Buruk |
Baik |
Sangat Baik |
Butir 1 |
0.0 |
0.3 |
3.0 |
96.7 |
Butir 2 |
0.0 |
0.8 |
6.3 |
93.0 |
Butir 3 |
0.0 |
0.0 |
1.5 |
98.5 |
Butir 4 |
0.0 |
0.5 |
6.8 |
92.7 |
Butir 5 |
0.0 |
0.0 |
3.8 |
96.2 |
Butir 6 |
0.0 |
0.3 |
7.8 |
92.0 |
Berdasarkan tabel pada tahun 2020, 2021, dan
2022 terdapat perbedaan butir pertanyaan. Pada tahun 2021 dan 2022, butir pertanyaan dikembangkan lagi agar dapat lebih spesifik melihat fenomena yang ada ditempat penelitian.
Pada tahun 2020 diketahui
sebanyak 83.8% responden mengaku pelayanan konseling yang diberikan oleh konselor CV. Berbagi Cerita Indonesia sangat baik,
73.5% responden mengatakan kualitas jawaban konselor sangat baik, dan 69.9% mengatakan saran yang diberikan dapat memberikan kemudahan. Tahun 2021 tercatat ada kenaikan
kepuasan pada klien yang mendapatkan layanan konseling dari 941 sebanyak 94% responden mengaku pelayanan yang diberikan sangat baik dan angka ini naik pada tahun 2022 sebesar 96.7%. Pada butir 2 mengenai kemudahan saran yang diberikan, tercatat pada tahun 2021 sebanyak 90.8% responden mengatakan saran yang diberikan
sangat baik dan angka ini naik pada tahun 2022 di kisaran 93.0%. Pada aspek perlakuan konselor, pada tahun 2021 dilaporkan 97.8% responden mendapatkan perlakuan yang sangat baik dan angka ini naik menjadi 98.5% di tahun 2022. Selanjutnya, sebanyak 89.7% responden pada tahun 2021 mengaku layanan konseling ini sangat membantu mereka dan tahun 2022 menjadi 92.7%. Terakhir, sebanyak 94.7% responden pada tahun 2021 sangat ingin merekomendasikan layanan konseling CV. Berbagi Cerita Indonesia kepada karib kerabatnya
dan pada tahun 2022 angka ini naik menjadi 96.2%.
Data ini menunjukkan
bahwa kehadiran layanan konseling yang di inisasi oleh CV. Berbagi Cerita Indonesia mendapatkan respon positif dari masyarakat, terlihat dari terus
meningkatnya jumlah klien serta persentase
dari setiap pertanyaan yang ada. Selanjutnya, pada penelitian ini juga mencoba untuk mengukur bagaimana respon masyarakat mengenai konten psikoedukasi yang di tayangkan pada akun instagram @_berbagicerita.id milik
CV. Berbagi Cerita
Indonesia melalui analisis instagram engagement.
Berdasarkan analisis pada media sosial instagram didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 4
Analisis Media Sosial Instagram
Instagram |
|
Followers |
|
Rentang |
Jumlah |
90 hari terakhir (25 Agustus 2022) |
27.191 |
30 hari terakhir ( 24 Oktober 2022) |
31.899 |
7 hari terakhir (16 November
2022) |
34.473 |
Account Reached |
|
90 hari terakhir (25 Agustus 2022) |
48.044 |
30 hari terakhir ( 24 Oktober 2022) |
31.235 |
7 hari terakhir (16 November
2022) |
11.08 |
Account Engaged |
|
90 hari terakhir (25 Agustus 2022) |
7.769 |
30 hari terakhir ( 24 Oktober 2022) |
4.135 |
7 hari terakhir (16 November
2022) |
939 |
Berdasarkan data laporan pada akun instagram @_Berbagicerita.id data terbagi
atas 5 bagian yang meliputi followers, account reached, account engaged,
gender, dan age. Followers merupakan
individu yang mengikuti akun instagram
@_Berbagicerita.id, account reached adalah jumlah jangkauan akun yang melihat konten yang ditayangkan oleh instagram @_Berbagicerita.id, account engaged merupakan jumlah akun yang berinteraksi pada konten baik menyukai
konten, komentar, membagikan, atau membalas konten, gender adalah jumlah distribusi
aundiens berdasarkan jenis kelamin, dan age jumlah distribusi usia.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh terdapat peningkatan jumlah followers setiap periode, tercatat pertumbuhan followers naik sebanyak 7.282 dari periode 25 Agustus-16 November 2022. Pada jangkauan konten yang di tayangkan, terdpat penurunan pada setiap rentang periode, hal ini juga di dukung dengan menurun nya angka interaksi pada konten yang ditayangkan. Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat melihat adanya respon positif dari masyarakat terkait dengan konten psikoedukasi yang diberikan oleh CV. Berbagi Cerita Indonesia, konten yang diberikan berhasil menaikkan jumlah followers yang ada sehingga dapat menjadi peluang besar untuk memberikan psikoedukasi yang lebih menarik lagi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang ada melalui laporan
hasil kuesioner dan analisis pada instagram
@_Berbagicerita.id, dapat disimpulkan
bahwa layanan kesehatan mental daring di Indonesia sangat dibutuhkan, hal ini terbukti adanya
peningkatan jumlah klien per tahun nya yang dilayani oleh CV. Berbagi Cerita Indonesia melalui program konseling daring.
Selain itu, data kepuasan klien juga menunjukkan bahwa klien-klien merasa puas dan terbantu dengan adanya program ini. Setiap tahun
nya dapat kita lihat bahwa
terjadi peningkatan angka kepuasan klien walaupun sebaran populasi klien tidak merata
setiap tahun nya, namun dapat
menjadi proyeksi yang akan datang.
Pada aspek psikoedukasi
melalui sosial media, adanya konten psikoedukasi
merupakan titik sentral dari branding dan
marketing layanan yang ada
di CV. Berbagi Cerita
Indonesia, berdasarkan hasil
laporan instagram didapatkan bahwa adanya kenaikan jumlah followers setiap rentang, aktivitas atau engagement rate followers pun cukup
tinggi, dan konten berhasil menjangkau pemilik akun instagram
lebih luas. Namun, dalam laporan
ini masih terdapat kekurangan pada aspek user engagement, hal ini dapat disebabkan
oleh berbagai hal, seperti kurang berminat nya pemilik
akun atas konten yang dilihat, individu menggunakan akun anonim sehingga
tidak begitu aktif pada akun tersebut, atau pengguna mengabaikan konten yang ada tanpa melihat isi
dari konten.
Adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan
untuk penelitian berikutnya, agar dapat meningkatkan peranan seluruh tim terkait
guna meningkatkan kualitas dan kuantitas baik dari segi
pelayanan maunpun penyajian materi. Selain itu, perlu
dilakukan penelitian lanjutan secara kualitatif untuk mengetahui lebih dalam mengenai respon masyarakat terkait layanan yang diberikan dan mendapatkan gambaran mengenai efektivitas psikoedukasi yang dilakukan secara daring dalam mengurangi stigma negatif terhadap individu yang mengalami permasalahan kesehatan mental.
BIBLIOGRAFI
Baumel, A. (2015). Online emotional support delivered by trained volunteers: users� satisfaction and their perception of the service compared to psychotherapy. Journal of Mental Health, 24(5), 313�320. https://doi.org/10.3109/09638237.2015.1079308
Coombs, N. C., Meriwether, W. E., Caringi, J., & Newcomer, S. R. (2021). Barriers to healthcare access among U.S. adults with mental health challenges: A population-based study. SSM - Population Health, 15, 100847. https://doi.org/10.1016/j.ssmph.2021.100847
Gao, S., & Ng, S. M. (2021). Reducing Stigma Among College Students Toward People With Schizophrenia: A Randomized Controlled Trial Grounded on Intergroup Contact Theory. Schizophrenia Bulletin Open, 2(1). https://doi.org/10.1093/schizbullopen/sgab008
Goh, Y., Ow Yong, Q. Y. J., & Tam, W. W. (2021). Effects of online stigma‐reduction programme for people experiencing mental health conditions: A systematic review and meta‐analysis. International Journal of Mental Health Nursing, 30(5), 1040�1056. https://doi.org/10.1111/inm.12893
Gonca, S., Merve, S., Amanvermez, Y., Buyruk, A., Betul, M., & Duy, B. (2020). The Effectiveness of Online Counseling for University Students in Turkey: A Non-Randomized Controlled Trial. European Journal of Educational Research, 9(2), 825�834. https://doi.org/10.12973/eu-jer.9.2.825
Hailemariam, M., Fekadu, A., Medhin, G., Prince, M., & Hanlon, C. (2019). Equitable access to mental healthcare integrated in primary care for people with severe mental disorders in rural Ethiopia: a community-based cross-sectional study. International Journal of Mental Health Systems, 13(1). https://doi.org/10.1186/s13033-019-0332-5
Ierardi, E., Bottini, M., & Riva Crugnola, C. (2022). Effectiveness of an online versus face-to-face psychodynamic counselling intervention for university students before and during the COVID-19 period. BMC Psychology, 10(1). https://doi.org/10.1186/s40359-022-00742-7
MacDonell, K. W., & Prinz, R. J. (2016). A Review of Technology-Based Youth and Family-Focused Interventions. Clinical Child and Family Psychology Review, 20(2), 185�200. https://doi.org/10.1007/s10567-016-0218-x
Sari, O. K., Ramdhani, N., & Subandi, S. (2020). Kesehatan Mental di Era Digital: Peluang Pengembangan Layanan Profesional Psikolog. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 30(4). https://doi.org/10.22435/mpk.v30i4.3311
Tirintica, A. R., Andjelkovic, I., Sota, O., Pirlog, M. C., Stoyanova, M., Mihai, A., & Wallace, N. (2018). Factors that influence access to mental health services in South-Eastern Europe. International Journal of Mental Health Systems, 12(1). https://doi.org/10.1186/s13033-018-0255-6
Waqas, A., Malik, S., Fida, A., Abbas, N., Mian, N., Miryala,
S., Amray, A. N., Shah, Z., & Naveed, S. (2020).
Interventions to Reduce Stigma Related to Mental Illnesses in Educational
Institutes: a Systematic Review. Psychiatric
Quarterly, 91(3), 887�903.
https://doi.org/10.1007/s11126-020-09751-4
������
Copyright holder: Bagas Rahmatullah, Ousama El Fatha Kusnandar, Natalia Sitinjak, Emya Pepayosa, Reeza Juwita (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |