Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia �p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 12, Desember 2022
ANALISIS INDEKS KUALITAS AIR
SUMUR DI KAMPUNG YAMTA DISTRIK ARSO KABUPATEN KEEROM PROVINSI PAPUA
Bambang Suhartawan, Santje M. Iriyanto, Suyatno, Daawia
Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, USTJ
Dosen Fakultas Teknologi Industri dan Kebumian, USTJ
Dosen Fakultas MIPA, Uncen
Email : [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Kampung Yamta berdiri sejak 16
Juni 1996 terletak di distrik Arso Kabupaten Keerom Provinsi Papua, terdiri
dari 2 RW dan 9 RT dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 294 dan penduduk
sebanyak 1.083 jiwa. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat
memanfaatkan air sumur gali dan sebagian sumur bor yang kualitasnya secara fisik
kurang layak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus s.d. Oktober 2022 pada
air sumur yang ada di Kampung Yamta Distrik Arso Kabupaten Keerom Profinsi
Papua dan bertujuan untuk menganalisis nilai parameter kualitas air untuk
dibandingkan dengan baku mutu air bersih sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesi nomor 32 Tahun 2017 dan menentukan indeks pencemaran serta kualitas
air sesuai metode yang direkomendasikan dalam Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Repuplik Indonesia nomor 115 Tahun 2003. Penelitian ini menggunakan empat
stasiun penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air sumur di semua stasiun
penelitian terdapat Escherichia coli,
stasiun 2 dan 3 tingkat kekeruhan dan kandungan besi (Fe) tidak memenuhi baku
mutu air bersih yang hygiene sanitasi. Pada stasiun 2 dan 3 diperoleh indeks pencemaran
berturut-turut sebesar 2,01 dan 2,68 yang mana kualitas airnya tergolong
tercemar ringan, sedangkan pada stasiun 1 dan 4 berturut-turut diperoleh indeks
pencemaran sebesar 0,67 dan 0,69 kualitasnya tergolong memenuhi baku mutu.
Kata kunci : Indeks, Pencemaran, Kualitas, Air Sumur, Yamta.
Abstract
Kampung Yamta was established on June 16, 1996, located in the Arso district, Keerom Regency, Papua Province, consisting of 2 RW and 9 RT with a total of 294 heads of household and a population of 1,083. To meet the needs of clean water, the community utilizes water from dug wells and some drilled wells whose quality is physically inadequate. This research was conducted in August to. October 2022 on well water in Yamta Village, Arso District, Keerom Regency, Province of Papua and aims to analyze the value of water quality parameters to be compared with clean water quality standards according to the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia number 32 of 2017 and determine the pollution index and water quality according to the method recommended in the Decree of the Minister of Environment of the Republic of Indonesia number 115 of 2003. This research used four research stations. The results showed that the well water at all research stations contained Escherichia coli, stations 2 and 3 the turbidity level and iron (Fe) content did not meet the quality standards for clean water with sanitary hygiene. At stations 2 and 3, the pollution indexes were 2.01 and 2.68 successively, in which the quality of water for both stations were classified as lightly polluted, while at stations 1 and 4, the pollution indexes were 0.67 and 0.69, the water quality for both stations were classified as satisfactory or met the quality standard.
Keywords : Index, Pollution, Quality, Well Water, Yamta.
Pendahuluan
Pada tanggal 16 Juni 1992
Kampung Yamta diresmikan menjadi kampung definitif. Nama Yamta diambil dari
nama sungai yang melewati kampung. Sejak terbentuknya Kampung Yamta telah
banyak pembangunan yang dilaksanakan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Permasalahan telah banyak terselesaikan, tetapi karena perkembangan waktu, luas
wilayah, jumlah penduduk, dukungan potensi, serta pemenuhan kebutuhan
masyarakat, masih banyak program pembangunan yang harus dilaksanakan. Kampung
Yamta terdiri dari 2 RW dan 9 RT dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 294 dan
penduduk sebanyak 1.083 jiwa (Listyaningsih, 2018).
Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua kehidupan di muka bumi
baik flora maupun fauna untuk perkembangan dan pertumbuhan termasuk manusia (Agustina,
2014). Dalam kehidupan sehari-hari, bagi manusia air bersih digunakan
untuk memenuhi kebutuhan air minum, masak, mandi, mencuci dan untuk kebutuhan
lain seperti bercocok tanam dan beternak ikan bagi petani atau aktifitas yang
lain (Holilah,
2016). Namun akibat pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi telah
mengakibatkan tidak semua komponen masyarakat dapat menikmati air bersih (Alihar, F., 2018). Selain bersih air yang digunakan bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari haruslah memenuhi persyaratan kesehatan (Permenkes,
2017a). Penggunaan air yang baik adalah sesuai dengan peruntukannya �(Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup, 2003).
Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian
dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau
sebagian dari suatu sungai (Djoharam
et al., 2018). Indeks
Pencemaran (IP) mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang independent
dan bermakna. Kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi
masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu
peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi
penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar (Sahabuddin
et al., 2014), selain itu air untuk Keperluan Higiene Sanitasi adalah air
dengan kualitas tertentu yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya berbeda dengan kualitas air minum (Storet, M, 2016).
Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Storet, 2016). Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan
kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu
dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan (Arnop et
al., 2019), sedangkan kualitas lingkungan yang sehat ditentukan melalui
pencapaian atau pemenuhan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan (Permenkes,
2017b).
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang
dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan
parameter yang harus diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan untuk
diperiksa jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi pencemaran
berkaitan dengan parameter tambahan. Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi tersebut
digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat
gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian.
Selain itu Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air
baku air minum (Kurniawati
et al., 2020).
Pemanfaatan air bersih seperti yang telah diuraikan di atas belum
sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat kampung Yamta Distrik Arso Kabupaten Keerom,
mereka memanfaatkan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari seperti layaknya air
bersih tanpa pengolahan terlebih dahulu, padahal airnya berwarna kecoklatan dan
berbau tidak sedap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kualitas
air sumur di Kampung Yamta Distrik Arsi Kabupaten Keerom Provinsi Papua.
Metode
Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian yang dilakukan ini adalah jenis penelitian eksperimen dengan uji di
dalam laboratorium dan di lokasi penelitian terhadap air berdasarkan paremater
uji atau parameter yang diteliti. Sedangkan jenis data yang diperoleh merupakan
data primer bersifat kuantitatif dari parameter kualitas air yang diuji.
2.
Lokasi Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di Kampung Yamta Distrik Arso Kabupaten Keerom dengan letak geografisnya
dibatasi oleh: Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Yanamaa, sebelah Timur
berbatasan dengan Kampung Sawyatami, sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung
Workwana dan sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Bagia. Peta lokasi penelitian
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1
Peta
jarak tempuh ke Kampung Yamta Distrik Arso
Gambar 2
Peta
Kampung Yamta Distrik Arso
3. Metode Analisis Data
Data
kualitas air yang telah diperoleh dan sesuai dengan parameter uji fisika, kimia
dan biologi sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 selanjutnya
dilakukan pengolahan dan analisis data sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor: 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status
Mutu Air, khususnya penentuan indeks pencemaran (IP).
4.
Metode Indeks Pencemaran (PIj)
Metode
Indeks Pencemaran (IP) digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif
terhadap parameter kualitas air yang diijinkan. IP ditentukan dari resultante
nilai maksimum dan nilai rerata rasio konsentrasi per-paramater terhadap nilai
baku mutunya (KL Hidup, 2003).
Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : 115 Tahun 2003 Pasal 2
alinea (1) disebutkan bahwa �Penentuan
status mutu air dapat menggunakan Metoda STORET atau Metoda Indeks
Pencemaran�. Demikian juga pada lampirannya diuraikan bahwa Pengelolaan kualitas
air atas dasar Indeks Pencemaran (PIj) ini dapat memberi masukan pada
pengambilan keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan
serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan
kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. PIj mencakup berbagai kelompok
parameter kualitas yang independent dan bermakna.
Index
pencemaran (PIj) digunakan untuk mengetahui besar tingkatan pencemaran relatif
yang dihasilkan dari suatu buangan terhadap parameter yang diiginkan (Hoya et al., 2020). Nemerow dalam Indeks ini dinyatakan sebagai
Indeks Pencemaran (Pollution Index) yang digunakan untuk menentukan tingkat
pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan (KL Hidup,
2003). Status mutu air dapat
ditentukan dengan membandingkan Indeks Pencemaran hasil perhitungan dan status mutu air yang telah ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 sesuai dengan rumus
sebagai berikut :
Dimana
:
PIj = Indeks Pencemaran
Ci = konsentrasi kualitas air (i) yang diperoleh dari
hasil analisis sampel
Lij = konsentrasi kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu
M = Maksimum
R� = Rata-rata
Dengan
ketentuan bahwa :
0,0 ≤ PIj ≤ 1,0 � �=�� memenuhi
baku mutu (kondisi baik)
1,0 ≤
PIj ≤ 5,0�� �=� tercemar
ringan
5,0 ≤ PIj ≤ 10,0� =� tercemar
sedang
PIj�
>10,0������� ���� =����� tercemar
berat
Hasil
dan Pembahasan
A. Kualitas Air
Sumur
Tabel 1
Hasil Penelitian Kualitas Air Sumur
Parameter |
Unit |
St1 |
St-2 |
St-3 |
St-4 |
Baku Mutu |
Kekeruh an |
NTU |
11 |
56 |
86 |
12 |
25 |
Warna |
TCU |
7 |
�9 |
12 |
6 |
50 |
TDS |
mg/L |
245 |
97 |
254 |
285 |
1000 |
Suhu |
oC |
27,6 |
27,4 |
26,9 |
27,5 |
Dev3 |
Rasa |
- |
TR |
R |
R |
TR |
TR |
Bau |
- |
TB |
B |
B |
TB |
TB |
pH |
- |
7,2 |
6,7 |
6,4 |
6,9 |
6,5-8,5 |
Besi |
mg/L |
0,16 |
1,24 |
2,06 |
0,22 |
1 |
Fluorida |
mg/L |
0,21 |
0,32 |
0,29 |
0,14 |
1,5 |
Kesadah�an |
mg/L |
40 |
212 |
252 |
32 |
500 |
Mangan |
mg/L |
0,14 |
0,22 |
0,24 |
0,10 |
0,5 |
Nitrat-N |
mg/L |
3,4 |
4,6 |
4,5 |
3,1 |
10 |
Nitrit-N |
mg/L |
0,05 |
0,07 |
0,07 |
0,02 |
1 |
Sianida |
mg/L |
0,02 |
0,03 |
0,02 |
0,02 |
0,1 |
Deterjen |
mg/L |
0,04 |
0,05 |
0,06 |
0,03 |
0,05 |
Pestisida total |
mg/L |
0,04 |
0,07 |
0,05 |
0,02 |
0,1 |
Total
coliform |
CFU/100 mL |
22 |
27 |
29 |
17 |
50 |
Escherichiacoli |
CFU/100 mL |
16 |
21 |
27 |
14 |
0 |
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian
Dari 18 parameter kualitas hasil penelitian di 4 stasiun, terdapat 4
parameter yang berada di luar baku mutu, yaitu Kekeruhan, Besi, pH dan Escherichia coli.
Gambar 3
Hasil uji parameter Kekeruhan
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada stasiun 2 dan 3 parameter kekeruhan
berturut-turut sebesar 56 mg/L dan 86 mg/L, hasil ini melebihi ambang batas
baku mutu sebesar 25 mg/L. dengan demikian untuk parameter kekeruhann stasiun 2
dan 3 tidak memenuhi syarat sebagai sebagai air bersih yang hygiene sanitasi.
Kondisi ini dikarenakan adanya benda-benda halus yang tersuspensi dalam air,
plangton dan warna dari ekstraks dari daun yang berupa koloid.
Gambar 4
Hasil uji parameter Derajat
Keasaman (pH)
Gambar 4 menunjukkan bahwa untuk parameter derajat keasaman (pH) pada
stasiun sebesar 6,4. Rendahnya pH ini dikarenakan kandungan Besi dalam air yang
tinggi.
Gambar 5
Hasil uji parameter Besi
Gambar 5 menunjukkan bahwa kandungan besi dalam air sumur pada stasiun 2
dan 3 berturut-turut sebesar 1,24 mg/L dan 2,06 mg/L, nilai ini melebihi baku
mutu kandungan besi sebesar 1 mg/L. Dengan demikian untuk parameter besi air
sumur pada stasiun 2 dan 3 tidak memenuhi syarat sebagai air bersih yag hygiene
sanitasi.
Gambar 6
Hasil uji parameter Escherichia coli
Gambar 6 menunjukkan bahwa air sumur di semua stasiun mengandung Escherichia
coli, sedangkan baku mutunya sama dengan 0. Dengan demikian untuk parameter
Escherichia coli dalam air sumur di semua stasiun tidak ada yang
memenuhi syarat sebagai air bersih yag hygiene sanitasi. Kondisi ini
dikarenakan jarak antara sumur dan septic tank (jamban) terlalu dekat sehingga
menyebabkan meresapnya air jamban ke dalam aliran sumur.
B. Indeks
Kualitas Air Sumur
1. �Indeks Kualitas Air Sumur Stasiun 1
Tabel 2
Penentuan Indeks Kualitas
Air Stasiun 1
No. |
Parameter |
Ci |
Lix |
Ci/Lix |
Ci/Lix Baru |
1 |
Kekeruhan |
11 |
25 |
0,44 |
0,44 |
2 |
Warna |
7 |
50 |
1,14 |
1,14 |
3 |
TDS |
245 |
1000 |
0,25 |
0,25 |
4 |
Suhu |
27,6 |
30 |
0,92 |
0,82 |
5 |
pH |
7,2 |
7,5 |
0,96 |
0,91 |
6 |
Besi |
0,16 |
1 |
0,14 |
0,14 |
7 |
Flourida |
0,21 |
1,5 |
0,16 |
0,16 |
8 |
Kesadahan |
40 |
500 |
0,08 |
0,08 |
9 |
Mangan |
0,14 |
0,5 |
0,28 |
0,28 |
10 |
Nitrat |
3,4 |
10 |
0,04 |
0,04 |
11 |
Nitrit |
0,05 |
1 |
0,35 |
0,35 |
12 |
Sianida |
0,02 |
0,1 |
0,18 |
0,18 |
13 |
Detergen |
0,04 |
0,55 |
0,70 |
0,70 |
14 |
Pestisida Total |
0,04 |
0,1 |
0,38 |
0,38 |
15 |
Total coliform |
22 |
50 |
0,44 |
0,44 |
Keterangan |
Memenuhi Baku Mutu |
PIj |
0,67 |
2. �Indeks Kualitas Air Sumur Stasiun 2
Tabel 3
Penentuan Indeks Kualitas
Air Stasiun 2
No |
Parameter |
Ci |
Lix |
Ci/Lix |
Ci/Lix Baru |
1 |
Kekeruhan |
56 |
25 |
2,24 |
2,75 |
2 |
Warna |
9 |
50 |
0,18 |
0,18 |
3 |
TDS |
97 |
1000 |
0,1 |
0,10 |
4 |
Suhu |
27,4 |
30 |
0,91 |
0,91 |
5 |
pH |
6,7 |
7,5 |
0,89 |
0,89 |
6 |
Besi |
1,24 |
1 |
1,24 |
1,47 |
7 |
Flourida |
0,32 |
1,5 |
0,21 |
0,21 |
8 |
Kesadahan |
212 |
500 |
0,42 |
0,42 |
9 |
Mangan |
0,22 |
0,5 |
0,44 |
0,44 |
10 |
Nitrat |
4,6 |
10 |
0,46 |
0,46 |
11 |
Nitrit |
0,07 |
1 |
0,07 |
0,07 |
12 |
Sianida |
0,03 |
0,1 |
0,3 |
0,3 |
13 |
Detergen |
0,05 |
0,55 |
1 |
1 |
14 |
Pestisida
Total |
0,07 |
0,1 |
0,7 |
0,70 |
15 |
Total
coliform |
25 |
50 |
0,54 |
0,54 |
Keterangan |
Tercemar Ringan |
PIj |
2,01 |
3. �Indeks Kualitas Air Sumur Stasiun 3
Tabel 4
Penentuan Indeks Kualitas
Air Stasiun 3
No. |
Parameter |
Ci |
Lix |
Ci/Lix |
Ci/Lix Baru |
1 |
Kekeruhan |
86 |
25 |
3,44 |
3,68 |
2 |
Warna |
12 |
50 |
0,24 |
0,24 |
3 |
TDS |
254 |
1000 |
0,25 |
0,25 |
4 |
Suhu |
26,9 |
30 |
0,90 |
0,90 |
5 |
pH |
6,4 |
7,5 |
0,85 |
0,85 |
6 |
Besi |
2,06 |
1 |
2,06 |
2,57 |
7 |
Flourida |
0,29 |
1,5 |
0,19 |
0,19 |
8 |
Kesadahan |
252 |
500 |
0,50 |
0,50 |
9 |
Mangan |
0,24 |
0,5 |
0,48 |
0,48 |
10 |
Nitrat |
4,5 |
10 |
0,45 |
0,45 |
11 |
Nitrit |
0,07 |
1 |
0,07 |
0,07 |
12 |
Sianida |
0,03 |
0,1 |
0,30 |
0,30 |
13 |
Detergen |
0,07 |
0,55 |
1,40 |
1,73 |
14 |
Pestisida
Total |
0,05 |
0,1 |
0,50 |
0,50 |
15 |
Total
coliform |
29 |
50 |
0,58 |
0,58 |
Keterangan |
Tercemar Ringan |
PIj |
2,68 |
4. �Indeks Kualitas Air Sumur Stasiun 4
Tabel 5
Penentuan Indeks Kualitas
Air Stasiun 4
No. |
Parameter |
Ci |
Lix |
Ci/Lix |
Ci/Lix Baru |
1 |
Kekeruhan |
12 |
25 |
0,48 |
0,48 |
2 |
Warna |
6 |
50 |
0,12 |
0,12 |
3 |
TDS |
285 |
1000 |
0,29 |
0,29 |
4 |
Suhu |
27,5 |
30 |
0,92 |
0,92 |
5 |
pH |
6,9 |
7,5 |
0,92 |
0,92 |
6 |
Besi |
0,22 |
1 |
0,22 |
0,22 |
7 |
Flourida |
0,14 |
1,5 |
0,09 |
0,09 |
8 |
Kesadahan |
32 |
500 |
0,06 |
0,06 |
9 |
Mangan |
0,1 |
0,5 |
0,20 |
0,20 |
10 |
Nitrat |
3,1 |
10 |
0,31 |
0,31 |
11 |
Nitrit |
0,02 |
1 |
0,02 |
0,02 |
12 |
Sianida |
0,02 |
0,1 |
0,2 |
0,2 |
13 |
Detergen |
0,02 |
0,55 |
0,4 |
0,4 |
14 |
Pestisida Total |
0,02 |
0,1 |
0,2 |
0,2 |
15 |
Total coliform |
17 |
50 |
0,34 |
0,34 |
|
Keterangan |
Memenuhi Baku Mutu |
PIj |
0,69 |
Hasil perhitungan indeks kualitas air dengan metode Indeks Pencemaran
terhadap air sumur pada stasiun 1, 2, 3 dan 4 diperoleh hasil berturut-turut
sebesar 0,67 (memenuhi baku mutu) 2,01 (tercemar ringan); 2,68 (tercemar
ringan) dan 0,69 (memenuhi baku mutu) yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 7
Perbandingan Indeks Pencemaran
Air Sumur
Kesimpulan
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa air sumur di semua stasiun penelitian terdapat Escherichia coli, stasiun 2 dan 3
tingkat kekeruhan dan kandungan besi (Fe) tidak memenuhi baku mutu air bersih
yang hygiene sanitasi. Pada stasiun 2 dan 3 diperoleh indeks pencemaran berturut-turut
sebesar 2,01 dan 2,68 yang mana kualitas airnya tergolong tercemar ringan,
sedangkan pada stasiun 1 dan 4 berturut-turut diperoleh indeks pencemaran sebesar
0,67 dan 0,69 kualitasnya tergolong memenuhi baku mutu (baik).
BIBLIOGRAFI
Agustina, T. (2014). Kontaminasi logam berat pada makanan dan dampaknya
pada kesehatan. TEKNOBUGA: Jurnal Teknologi Busana Dan Boga, 1(1).
Alihar, F. (2018). Penduduk dan Akses Air Bersih di Kota Semarang. Jurnal
Kependudukan Indonesia, 13(Juni), 67�76.
Arnop, O., Budiyanto, B., & Saefuddin, R. (2019). Kajian evaluasi mutu
Sungai Nelas dengan metode storet dan indeks pencemaran. Naturalis: Jurnal
Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan, 8(1), 15�24.
Djoharam, V., Riani, E., & Yani, M. (2018). Analisis kualitas air dan
daya tampung beban pencemaran sungai pesanggrahan di wilayah provinsi DKI
Jakarta. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal of
Natural Resources and Environmental Management), 8(1), 127�133.
Ghani, M. A. (2021). Jejak Planters di Tanah Deli Dinamika Perkebunan
di Sumatra Timur 1863�1996. PT Penerbit IPB Press.
Holilah, M. (2016). Kearifan ekologis budaya lokal masyarakat adat cigugur
sebagai sumber belajar IPS. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 24(2),
163�178.
Hoya, A. L., Yuliastuti, N., & Sudarno, S. (2020). Kajian
Karakteristik Indeks Kualitas Air Menggunakan Metode IP, Storet Dan NSF WQI. Seminar
Nasional Lahan Suboptimal, 1, 47�53.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. (2003). Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta :
Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1�15.
Kurniawati, R. D., Kraar, M. H., Amalia, V. N., & Kusaeri, M. T.
(2020). Peningkatan akses air bersih melalui sosialisasi dan penyaringan air
sederhana desa Haurpugur. Jurnal Pengabdian Dan Peningkatan Mutu Masyarakat,
1(2).
Listyaningsih, U. (2018). Perspektif Spasial Penanggulangan Kemiskinan di
Yogyakarta. Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah Dan Budaya.,
19(1), 93�112.
Permenkes, R. I. (2017a). 269/Menkes/Per III 2008 tentang Rekam Medis.
Permenkes, R. I. (2017b). No 11 Tahun 2017. Keselamatan Pasien.
Tersedia Dalam: Www. Hukor. Depkes. Go. Id/Uploads/Produk_hukum/PMK_No.
_11_ttg-Keselamatan_Pasien_pdf.[Diakses Pada Tanggal 27 April 2017].
Sahabuddin, H., Harisuseno, D., & Yuliani, E. (2014). Analisa status
mutu air dan daya tampung beban pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari. Jurnal
Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 5(1), 19�28.
Storet, M. (2016). Indeks Kuaitas Air ( IKA ) Metode IKA di Indonesia
Penentuan Status Mutu Air Beberapa Definisi. 115, 1�16.
Sugiyono & Susanto, A. (2015). Cara Mudah Belajar SPSS & Lisrel. CV.
Alfabeta.
Copyright
holder: Bambang Suhartawan,
Santje M. Iriyanto, Suyatno, Daawia (2022) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |