Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia� p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol.
8, No. 4, April 2023
KAJIAN PENERAPAN EKOLOGI PADA INTERIOR KAMAR ALILA VILLAS ULUWATU BALI
Renada Trifirdausi Nabila, Adibah Nurul Yunisya
UPN �Veteran� Jawa Timur,
Indonesia
E-mail : [email protected]
E-mail : [email protected]
Indonesia memiliki banyak destinasi pada sektor
pariwisata yang berpotensi meningkatkan perolehan
devisa negara. Salah satu daerah destinasi wisata yang terkenal dan dapat
meningkatkan devisa negara
yaitu Bali. Masyarakat yang berkunjung ke Bali tidak hanya dari wisatawan lokal namun juga wisatawan mancanegara. Sektor pariwisata yang diperkuat pada wilayah
Bali akan semakin banyak penyedia fasilitas
penginapan hotel resort,
namun hal ini akan menyebabkan perpindahan polusi dari wisatawan
lokal dan wisatawan asing ke tempat pariwisata
yang dapat mengancam kerusakan
ekosistem lingkungan. Berdasarkan latar belakang tersebut
maka perlu penerapan arsitektur ekologi pada interior kamar kawasan penginapan berupa bangunan hotel resort. Penelitian ini beruntuk memahami prinsip
yang digunakan pada interior hotel resort di
Bali. Objek penelitian menggunakan Alila Villas
Uluwatu Bali yang dikaji dengan metode kualitatif secara studi kepustakaan dengan
mempelajari literatur menggunakan parameter uji antara
lain ramah lingkungan, hemat energy,
pemeliharaan sumber lingkungan, dan menggunakan
material lokal. Prinsip ekologi telah menerapkan ekologi arsitektur dalam interior
kamar Alila
Villas Uluwatu Bali untuk
mengatasi kerusakan lingkungan dengan menciptakan ruang hemat energi yaitu dengan cara
menerapkan mendesain bangunan dengan pengunaan lampu LED dan penghawaan alami serta
menciptakan desain ramah lingkungan dengan cara menggunakan bahan alam dan
material local Bali. Hal ini menunjukkan adanya
keinginan untuk mengadopsi pendekatan yang lebih ramah lingkungan dan
berkelanjutan dalam desain interior kamar hotel tersebut. Dengan menerapkan
prinsip ekologi dalam desain interior kamar, diharapkan dapat meningkatkan
kenyamanan penghuni kamar, mengurangi dampak negatif pada lingkungan, serta
memberikan pengalaman menginap yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi tamu
hotel.
Kata-kunci: arsitektur ekologi;
bali; hotel resort, interior.
Abstract
Indonesia has many destinations in the tourism
sector that have the potential to increase the country's foreign exchange
earnings. One of the famous tourist destinations that can increase the
country's foreign exchange is Bali. People who visit Bali are not only from
local tourists but also foreign tourists. The strengthened tourism sector in
the Bali region will provide more accommodation facilities for resort hotels,
but this will cause the displacement of pollution from local tourists and
foreign tourists to tourism places which can threaten environmental ecosystem
damage. Based on this background, it is necessary to apply ecological
architecture to the interior of the lodging area in the form of a resort hotel
building. This study aims to understand the principles used in the interior of
a resort hotel in Bali. The object of this research is Alila Villas Uluwatu
Bali which is examined by qualitative methods in a literature study by studying
the literature using test parameters, including environmental friendliness,
energy saving, maintenance of environmental sources, and using local materials.
The results of this study indicate that ecological principles have applied
architectural ecology in the interior of Alila Villas Uluwatu Bali's rooms to
overcome environmental damage by creating energy efficient spaces, namely by
implementing building design using LED lights and natural ventilation and
creating environmentally friendly designs by using natural materials. and local
Balinese materials.
Keywords: ecological architecture; bali; hotel resort, interior.
Pendahuluan
Pariwisata merupakan sektor kehidupan yang memiliki kontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional dan dapat meningkatkan perolehan devisa (Wibowo et al., 2017). Dengan semakin diperkuat sektor pariwisata, maka semakin banyak pula kebutuhan penyedia fasilitas penginapan (Solot, 2018). Fasilitas penginapan diantaranya adalah resort, hotel, villa, cottage, dll. Semakin banyak kebutuhan terhadap kegiatan pariwisata maka akan menyebabkan kesadaran akan lingkungan mulai menurun (Hijriati & Mardiana, 2014). Salah satu akibat yang ditimbulkan adalah adanya perpindahan polusi udara dari wisatawan (Subadra & Nadra, 2012).
Perpindahan polusi dari wisatawan
ke tempat-tempat pariwisata dapat menimbulkan efek buruk pada lingkungan
dan terjadi kerusakan lingkungan yang dapat mengancam kehidupan seperti bencana alam, penurunan kualitas
lingkungan, maupun rusaknya ekosistem yang
ada disekitar (Kusumastuti, 2017). Maka dari itu, peran
arsitektur menjadi satu cara agar dapat mengatasi
permasalahan tersebut karena terdapat hubungan timbal balik dalam
pengendalian permasalahan yang ada antara makhluk hidup dan lingkungan, salah
satunya �dengan
menerapkan arsitektur ekologis (Dewi, 2021).
Arsitektur
ekologi merupakan pendekatan dalam perancangan desain yang memiliki tujuan
untuk mengurangi dampak pemanasan global dengan menciptakan eco-desain ataupun
arsitektur ramah lingkungan (Anisa, 2020). Konsep untuk menata lingkungan merupakan
salah satu prinsip yang ada dalam arsitektur ekologis (Sidik & Daniel, 2016). Selain itu, arsitektur ekologis dapat menciptakan sebuah desain yang
memanfaatkan sumber daya energi alami dengan cara menghemat energi dengan
penggunaan lampu LED maupun menggunakan pencahayaan alami dan dapat memimalisir
dampak kerusakan lingkungan dengan mendaur ulang maupun menggunakan kembali
bahan bangunan (Gani, 2016); (Muslim et al.,
2019); (C. P. Frick et
al., 2007); (Wibowo et al., 2017). Dalam suatu rancangan dapat dikatakan ekologi
atas prinsip-prinsip arsitektur ekologi yang diterapkan pada bangunan khususnya
hotel resort (Sa�adi et al.,
2017). Prinsip arsitektur ekologi pada desain yang akan digunakan sebagai
parameter penelitian ini yaitu ramah lingkungan, hemat energi, pemeliharaan
lingkungan, penggunaan material local (Pulungan, 2021).
�Komponen
bangunan yang mendukung arsitektur ekologi diantaranya adalah bagian desain
interior bangunan. Dalam desain interior terdapat bagian yang dapat diterapkan
dalam komponen interior bangunan yaitu lantai, dinding, langit-langit (plafon),
pintu, jendela,
dan furniture selain itu ada tiga faktor pembahas ekologi pada interior sebuah
bangunan diantaranya pemilihan bahan, sistem pencahayaan dan sistem penghawaan
(Utomo & Haryanto, 2019).
Penelitian yang terkait arsitektur
ekologi dengan implementasi pada bangunan hotel resort sebelumnya hanya
mengkaji penerapan arsitektur ekologis pada bangunan resort Tepi Pantai
Karimunjawa, kawasan hotel alam asri resort, dan Kawasan pesisir (Warouw et al.,
2021). Sedangkan ekologi interior
dengan implementasi pada bangunan hotel resort hanya terdapat dalam Ayana
Resort Hotel and Spa Bali (Warouw et al.,
2021). Sehingga belum ada kajian yang terkait kajian interior dengan
pendekatan arsitektur ekologis di Alila Villas Ulluwatu Bali. Selain itu, aspek
yang dibahas hanya sebatas kajian arsitektural dan belum mengkaji dalam ranah
ekologi interior kamar bangunannya. Sehingga perlu adanya penelitian mengenai
kajian penerapan ekologi pada interior kamar Alila Villas Uluwatu Bali.
Berdasarkan paparan yang sudah dijabarkan di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah apakah Alilla Villas Ulluwatu Bali telah menerapkan
konsep arsitektur ekologi dengan baik yang memperhatikan aspek lingkungan
sekitar pada interior kamar hotel atau tidak.
Maka
dirumuskan Ttujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
konsep arsitektur ekologi
dengan baik yang memperhatikan aspek lingkungan sekitar pada interior kamar
hotel Alila Villas Ulluwatu Bali. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan konsep perancangan, terutama
perancangan yang berdasarkan pada menjaga ekosistem
lingkungan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengkaji secara komprehensif
penerapan ekologi pada interior
kamar Alila Villas Uluwatu Bali. Studi kasus tersebut dipilih karena Alila
Villas Ulluwatu Bali mengklaim bahwa telah menerapkan interior yang berbasis
arsitektur ekologi dan sustainable.
Selain itu, Resort Alilla Villas Ulluwatu Bali memenuhi kriteria hotel resort
berdasarkan Pendit (1999) yaitu hotel resort merupakan tempat menginap
yang dilengkapi fasilitas khusus yang disediakan untuk wisatawan seperti
jogging track, lapangan golf, tenis, spa, dll. Selain itu, resort merupakan
hotel yang dibangun pada tempat wisata dengan tujuan sebagai fasilitas akomodasi
dari aktivitas wisata (Chaerunissa
& Yuniningsih, 2020). Sehingga, Objek data pada penelitian ini diperoleh melalui
literature yang sesuai
dengan permasalahan yang diangkat.
Pengumpulan data
Pengumpulan data menggunakan prinsip-prinsip arsitektur ekologi
pada desain yang diterapkan menurut Heinz Frick (1998) adalah ramah lingkungan dan pengunaan material
local yang akan diobservasi melalui material interior yang terdapat pada
seluruh ruang tipe 1, 2, dan 3 dengan penggunaan material lokal Bali maupun
material ramah lingkungan pada komponen interior berupa plafon, dinding,
lantai, dan furniture yang digunakan. Kemudian prinsip hemat energi akan
diobservasi melalui penerapan desain dengan menggunakan lampu LED pada
pencahayaan buatan dan bukaan jendela pada pencahayaan alami, serta penghawaan
alami dan buatan yang hemat energi. Selanjutnya prinsip pemeliharaan sumber
lingkungan akan diobservasi melalui cara hotel resort dalam menjaga sumber lingkungan.
Analisis Data
Data-data
tersebut akan diambil dengan kajian pustaka (library research) secara
virtual melalui google maps dan archdaily. Selanjutnya
melakukan analisis data dengan prinsip deskriptif terhadap data yang telah diperoleh agar lebih mudah
untuk dipahami. Sehingga dari data-data tersebut akan diambil kesimpulan berdasarkan
hasil kajian yang telah dilakukan. Terakhir adalah melakukan pengecekan keabsahan data. Berikut adalah bagan alur proses pengambilan
data hingga selesai.
Hasil
dan Pembahasan
Hotel resort merupakan salah satu
fasilitas penginapan yang berguna untuk menunjang kebutuhan wisatawan di daerah
pariwisata. Hotel
resort yang terdapat di Bali salah
satunya yaitu Alila Villas Ulluwatu Hotel Resort (gambar 1). Hotel resort ini
menerapkan unsur arsitektur ekologi
dan sustainable
pada bangunannya seperti pada interior bangunannya (Muslim et al.,
2019). Desain interior bangunan sangat penting karena berguna untuk
menunjukkan kualitas sebuah bangunan. Interior merupakan bagian yang menyatu
dengan aktivitas manusia di dalamnya. Penggunaan elemen ekologi pada interior
akan membuat ruangan tersebut menjadi interior kamar dengan kualitas yang ramah terhadap lingkungan dan juga sehat terhadap
lingkungan sekitarnya. Selain
kualitas ruang yang baik namun perawatan yang cukup mudah.
Gambar 1
Alilla Villas Ulluwatu Hotel Bali
�(Sumber : https://www.guestreservations.com)
Alilla Villas
Ulluwatu Hotel Bali merupakan salah satu hotel bintang lima di Bali dengan luas
sekian. Hotel ini terletak di Jl. Belimbing Sari, Pecatu, Bali. Alilla Villas
Uluwatu Hotel ini dirancang sesuai konsep sustainable dan ekologi. Konsep desain Alilla
Villas memiliki kesan alami yang menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Selain
itu, pelayanan dan fasilitas yang beragam sebagai hotel resort berbintang lima.
Fasilitas yang terdapat di hotel resort ini yaitu resepsionis 24 jam, ruang
tunggu, toko souvenir, parkir mandiri, parkir valet, laundry, BBQ area, Lounge/Bar, spa, kolam renang, fitness area, dan berbagai tipe guest room. Berikut adalah hasil
pembahasan arsitektur ekologi berdasarkan teori milik Heinz Frick (1998):
1.
Ramah lingkungan dan
penggunaan material lokal
A.
Tipe 1
Gambar 2
Interior kamar type 1 Alilla Villas Ulluwatu
Hotel Bali
Dinding Furniture Lantai Plafon
(Sumber : https://www.guestreservations.com)
1)
Plafon
Material
utama dari plafond adalah gipsum standar warna putih. Bahan dasarnya terbuat
dari kalsium sulfat yang cara mendapatkannya harus ditambang terlebih dari
dalam tanah. Jika dilihat dari bahan awalnya memang gipsum kurang ramah lingkungan.
Namun saat pemakaiannya atau setelah
produk jadi material gypsum cenderung lebih tahan lama dan awet. Selain itu
gipsum tidak mengandung material berbahaya seperti asbes sehingga lebih ramah
digunakan terutama pada interior sebuahbangunan. Selain itu keunggulan material
ini adalah bisa melebur dengan tanah sehingga
tidak perlu khawatir untuk daur ulang dan sistem penanganan setelah material
tersebut tidak dipakai (Musthofa et al., 2017).
2)
Dinding
Pada bagian
dinding menggunakan material terbuat dari mebel dengan finishing HPL (High Pressure Laminate).
Selain itu juga terdapat penggunaan dinding dengan bata ringan dengan finishing
beton ekspos. Untuk pemakaian finishing HPL (HighPressure
Laminate) dan beton ekspos terbilang ramah
lingkungan karena tidak berasal dari olahan kimia dan sedikit mengeluarkan
biaya untuk perawatan.
3)
Lantai
Pada bagian
lantai interior kamar type 1 menggunakan material lantai dari lantai conwood
floor berwarna cokelat. Jika dianalisa dari sisi ekologi pada penggunaan
material lantai ini, bisa dikatakan cukup ramah lingkungan dimana penggunaan material dari conwood merupakan material yang terbuat dari
bahan material lokal alam yang dapat didaur ulang.
4)
Furniture
Untuk
penggunaan furniture interior kamar type 1 banyak menggunakan material dari HPL
(HighPressure Laminate) yang terbuat
dari plastik. Jika dilihat dari sisi daya tahan memang material ini tahan
lama dikarenakan terbuat dari plastik. Material ini bisa ramah dengan
lingkungan jika mendapat perhatian yang tepat, dikarenakan
plastikplastic bisa di daur ulang. Namun jika dibiarkan
begitu saja bisa tidak ramah dengan lingkungan diakibatkan proses daur ulang
dari plastik secara alami sangat-sangatlah lama sekali.
B.
Tipe 2
Gambar 3
Interior
kamar type 2 Alilla Villas Ulluwatu Hotel Bali
Lantai Dinding Furniture Plafon
�(Sumber : https://www.guestreservations.com)
1)
Plafon
Material
utama dari plafond interior kamar type 2 sama seperti type 1 dengan menggunakan
gipsum standar warna putih. Bahan dasarnyaterbuat dari kalsium sulfat yang cara
mendapatkannya harus ditambang terlebih dari dalam tanah. Jika dilihat dari
bahan awalnya memang gipsumkurang ramahlingkungan. Namun saat pemakaiannya atau
setelah produk jadi material gypsum cenderung lebih tahan lama dan awet. Selain
itu gipsum tidak mengandung material berbahaya seperti asbes sehingga lebih
ramah digunakan terutama pada interior sebuahbangunan. Selain itu keunggulan
material ini adalah bisa melebur dengan tanahsehingga tidak perlu khawatir
untuk daur ulang dan sistem penanganan setelah material tersebut tidak dipakai.
Dinding, Pada bagian dinding menggunakan material terbuat dari
batu alam ekspos cutting pabrik. Kelebihan dari batu alam ekspos cutting pabrik adalah ramah
lingkungan dan merupakan bahan lokal dari alam. Selain itu juga
perawatannya yang lebih murah.
2)
Lantai
Pada bagian
lantai interior kamar type 2 menggunakan material lantai dari lantai floor hardener unpolised dengan warna
cream. Jika dianalisisa dari sisi ekologi
pada penggunaan material lantai ini, bisa dikatakan cukup ramah lingkungan
dimana penggunaan material dari floor hardener merupakan material yang terbuat dari bahan material lokal
alam yang dapat didaur ulang.
3)
Furniture
Untuk
penggunaan furniture interior kamar type 2 banyak menggunakan material dari HPL(HighPressure Laminate) yang terbuat
dari plastik. Jika dilihat dari sisi daya tahan memangmaterial
ini tahan lama dikarenakan terbuat dari plastik. Material ini bisa ramahdengan
lingkungan jika mendapat perhatian yang tepat, dikarenakan plastik bisa di daur
ulang. Namun jika dibiarkan begitu saja bisa tidak ramah dengan lingkungan
diakibatkan proses daur ulang dari plastik secara alami sangat-sangatlah lama
sekali.
C.
Tipe 3
Gambar
4
Interior
kamar type 3 Alilla Villas Ulluwatu Hotel Bali
Dinding Plafon Furniture Lantai
�(Sumber : https://www.guestreservations.com)
1)
Plafon
Material
utama dari plafond interior kamar type 2 sama seperti type 1 dan type 2 dengan
menggunakan gipsum standar warna putih. Bahan dasarnyaterbuat dari
kalsium sulfat yang cara mendapatkannya harus ditambang terlebih dari dalam
tanah. Jika dilihat dari bahan awalnya memang gipsumkurang ramahlingkungan.
Namun saat pemakaiannya atau setelah produk jadi material gypsum cenderung
lebih tahan lama dan awet. Selain itu gipsum tidak mengandung material
berbahaya seperti asbes sehingga lebih ramah digunakan terutama pada interior
sebuahbangunan. Selain itu keunggulan material ini adalah bisa melebur dengan
tanahsehingga tidak perlu khawatir untuk daur ulang dan sistem penanganan
setelah material tersebut tidak dipakai.
Dinding, Pada bagian dinding menggunakan material terbuat dari
mebel dengan finishing HPL (HighPressure
Laminate). Untuk pemakaian finishing HPL (HighPressure Laminate) terbilang ramah lingkungan karena tidak
berasal dari olahan kimia dan sedikit mengeluarkan biaya untuk perawatan
2)
Lantai
Pada bagian
lantai interior kamar type 3 menggunakan material lantai dari lantai floor hardener polised dengan warna
cream. Jika
dianalisa dari sisi ekologi pada penggunaan material lantai ini, bisa dikatakan
cukup ramah lingkungan dimana penggunaan material dari floor hardener merupakan material yang terbuat dari bahan material
lokal alam yang dapat didaur ulang.
Furniture, Untuk penggunaan furniture interior kamar type 3
banyak menggunakan material dari HPL (HighPressure
Laminate) yang terbuat dari plastik. Jika dilihat dari sisi daya
tahan memangmaterial ini tahan lama dikarenakan terbuat dari plastik. Material
ini bisa ramahdengan lingkungan jika mendapat perhatian yang tepat, dikarenakan
plastik bisa di daur ulang. Namun jika dibiarkan begitu saja bisa tidak ramah dengan
lingkungan diakibatkan proses daur ulang dari plastik secara alami
sangat-sangatlah lama sekali.
2.
Hemat Energi
A.
Sistem pencahayaan
Sistem
pencahayaan kamar hotel Alilla Villas Ulluwatu Bali menggunakan dua sistem
pencahayaan yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pada
sistem pencahayaan alami diwujudkan dengan peletakan jendela pada sisi luar
kamar. Jendela tersebut bukan jendela mati sehingga dapat dibuka agar kondisi
pencahayaan kamar hotel menjadi optimal terutama pada siang hari.
Gambar 5
Pencahayaan
interior kamar Alilla Villas Ulluwatu Hotel Bali
Pencahayaan
Alami Pencahayaan
Buatan Pencahayaan
Buatan Pencahayaan
Buatan
�(Sumber : https://www.guestreservations.com)
Namun jika terlalu banyak cahaya
alami dari sinar matahari yang masuk kedalam kamar bisa sangat mempengaruhi kualitasa suhu
ruangan kamar. Sehinggapada jendela juga diberikan gorden untuk membatasi
cahaya alami yang berlebihmemasuki ruang kamar hotel. Untuk sistem pencahayaan
buatan menggunakan lampu LED yang lebih ringan dan tahan lama
serta tidak menghantarkan panas sehingga tidak mempengaruhi suhu yang
ada di dalam kamar hotel. Serta penggunaan lampu LED yang lebih jauh ramah
lingkungan daripada lampu bohlam dan neon yang juga dapat menimbulkan polutan
pada ruangan dikarenakan bahan material penyusunnya.
B.
Sistem penghawaan
Gambar 6
Penghawaan
interior kamar Alilla Villas Ulluwatu Hotel Bali
Penghawaan
Buatan Penghawaan
Alami
(Sumber : https://www.guestreservations.com)
Sistem penghawaan pada hotel memiliki
dua sistem
penghawaan yakni sistem penghawaan alami dan sistem penghawaan buatan. Pada penghawaan
alami terwujuddengan adanya bukaan atau jendela pada sisi luar kamar. Jendela
tersebut bukan jendela mati namun masih bisa dibuka dan ditutupsesuai dengan
keinginan pengunjung hotel. Namun dengan adanya penghawaan alami pada sebuah
kamar hotel merupakan suatu nilai tambahan pada penerapan konsepeko-interior
bangunan. Sedangkan untuk penghawaan buatan Pana House diwujudkandengan adanya
sistem penghawaan AC (Air Conditioning) untuk membantu dan menambah akses sirkulasi
udara dan penghawaan di dalam kamar.
3.
Pemeliharaan Sumber
Lingkungan
A.
Cara hotel resort dalam
memelihara sumber lingkungan
Pada
pemeliharaan sumber lingkungan dalam praktiknya Alila Villas Ulluwatu Bali
masih belum ditemukan pemeliharaan sumber lingkungan yang telah dilakukan.
Sehingga, data yang diperoleh belum mencukupi kriteria yang ada.
Tabel 1
Kesimpulan Capaian
Parameter
Parameter |
Tercapai |
Tidak
Tercapai |
Keterangan |
Ramah lingkungan & penggunaan
material lokal |
� |
|
Diwujudkan dalam penggunaan
material dengan dapat dilakukan dengan daur ulang dan menggunakan bahan-bahan
lokal yaitu material kayu lokal, batu kali lokal, dll. |
Hemat energi |
� |
|
Diwujudkan dengan adanya
peminimalisir pengunaan lampu karena adanya bukaan yang lebar dan juga
terdapat penggunaan lampu LED sehingga dapat lebih hemat energi. |
Pemeliharaan sumber lingkungan |
|
� |
Belum ditemukan pemeliharaan sumber lingkungan yang telah dilakukan.
Sehingga, data yang diperoleh belum mencukupi kriteria yang ada. |
Penerapan arsitektur ekologi
pada Alilla Villas Ulluwatu Hotel Resort di Bali menjadi suatu yang
mengedepankan aspek dan kondisi ekologis alam terhadap lingkungan disekitarnya
khususnya pada sebuah interior bangunan. Dari hasil pembahasan objek tersebut dalam
praktiknya masih belum ditemukan pemeliharaan sumber lingkungan yang dilakukan
oleh Alila Villas Ulluwatu Bali. Dari tiga parameter, mencapai dua capaian
prinsip arsitektur ekologi pada interior kamar yang telah dilakukan oleh hotel
resort Alila Vilas Ulluwatu Bali ini (tabel 1). Namun, Kurang pada unsur
pemeliharaan sumber lingkungan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan penggunaan
penghawaan, pencahayaan, serta material hotel yang sudah sesuai dengan konsep
arsitektur ekologi yang mengedepankan aspek dan kondisi alam terhadap
lingkungan sekitarnya. Pada penggunaan material Alilla Villa Ulluwatu Bali
sudah menggunakan bahan-bahan material lokal dan ramah lingkungan. Kemudian
pada aspek hemat energi dalam hotel ini sudah menggunakan penghawaan alami di
siang hari dengan bukaan yang lebar langsung terhubung dengan alam sekitarnya
dan hotel ini juga menyediakan penghawaan buatan berupa Ceilling Suspended Air Conditioner. Selain itu, untuk aspek
pencahayaan pada hotel ini menggunakan pencahayaan alami dan buatan.
Pencahayaan alami yang digunakan adalah bukaan kaca lebar yang dapat dialiri
sinar matahari siang. Lalu terdapat penggunaan pencahayaan buatan berupa lampu
downlight dan lampu decorative pada seluruh tipe kamar hotel. Sehingga dengan
penerapan arsitektur ekologi pada interior kamar hotel resort banyak keuntungan
yang akan didapat. Dari pengunjung mereka bisa mendapatkan sebuah kamar hotel
dengan kualitas
interior kamar yang ramah terhadap lingkungan dan juga sehat terhadap
lingkungan sekitarnya. Dari pemilik hotel dengan menerapkan konsep arsitektur ekologi
pada interior kamar hotelnya sangat banyak manfaat yang akan didapat selain kualitas ruang yang baik
namun perawatan yang cukup mudah dan lebih memperhatikan aspek ekologi
dan lingkungan disekitarnya.
Kesimpulan
Alila Villas Ulluwatu
Bali telah menerapkan prinsip arsitektur ekologi pada interior kamar hotel
mereka dengan baik dalam hal penggunaan material lokal dan ramah lingkungan,
serta penggunaan penghawaan dan pencahayaan yang hemat energi. Meskipun
demikian, masih terdapat kekurangan dalam hal pemeliharaan sumber lingkungan.
Dalam penerapannya, konsep arsitektur ekologi pada interior kamar hotel dapat
memberikan keuntungan bagi pengunjung dengan kualitas ruang yang ramah
lingkungan dan sehat untuk lingkungan sekitarnya, serta bagi pemilik hotel
dengan perawatan yang mudah dan memperhatikan aspek ekologi dan lingkungan
disekitarnya. Oleh karena itu, diharapkan Alila Villas Ulluwatu Bali dapat
terus meningkatkan pemeliharaan sumber lingkungan dan menerapkan prinsip
arsitektur ekologi secara holistik pada seluruh aspek hotel mereka.
BIBLIOGRAFI
Anisa, A. (2020). Kajian
Konsep Arsitektur Ekologi Pada Kawasan Resort Studi Kasus: Pulau Ayer resort
and Cottages. JAUR (JOURNAL OF ARCHITECTURE AND URBANISM RESEARCH), 3(2),
129�138.
Chaerunissa, S. F., & Yuniningsih, T. (2020). Analisis
Komponen Pengembangan Pariwisata Desa Wisata Wonolopo Kota Semarang. Journal
of Public Policy and Management Review, 9(4), 159�175.
Dewi, R. (2021). Integrasi Pendidikan Islam Dalam
Implementasi Ekologi. Sustainable Jurnal Kajian Mutu Pendidikan, 4(2),
119�131.
Frick, C. P., Orso, S., & Arzt, E. (2007). Loss of
pseudoelasticity in nickel�titanium sub-micron compression pillars. Acta
Materialia, 55(11), 3845�3855.
Frick, H., & Suskiyatno, F. X. B. (1998). Dasar-dasar
eko-arsitektur: konsep arsitektur berwawasan lingkungan serta kualitas
konstruksi dan bahan bangunan untuk rumah sehat dan dampaknya atas kesehatan
manusia. Penerbit Kanisius.
Gani, C. M. (2016). Kajian Eko Interior Pada Hotel Budget di
Balikpapan. Intra, 4(2), 728�737.
Hijriati, E., & Mardiana, R. (2014). Pengaruh ekowisata
berbasis masyarakat terhadap perubahan kondisi ekologi, sosial dan ekonomi di
Kampung Batusuhunan, Sukabumi. Jurnal Sosiologi Pedesaan, 2(3),
146�159.
Kusumastuti, A. H. (2017). Pengukuran Skala Pengembangan
Wisata Bahari Berdasarkan Aspek Daya Dukung Lingkungan Pada Pantai Baron,
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Muslim, A. A., Ashadi, A., & Satwikasari, A. F. (2019).
Konsep Arsitektur Ekologi Pada Penataan Kawasan Wisata Candi Cangkuang di
Garut, Jawa Barat. PURWARUPA Jurnal Arsitektur, 2(2), 57�70.
Musthofa, Z. A., Husamah, H., Hudha, A. M., Muttaqin, T.,
Hasanah, I., & Setyawan, D. (2017). Mengurai Sengkarut Bencana
Lingkungan (Refleksi Jurnalisme Lingkungan dan Deep Ecology di Indonesia).
UMM Press dan PSLK UMM.
Pulungan, A. S. (2021). Penerapan Prinsip Arsitektur Ramah
Lingkungan Pada Fasilitas Konservasi Air di Balige, Danau Toba. Jurnal
Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(2), 3111�3122.
Sa�adi, Z., Shahid, S., Chung, E.-S., & bin Ismail, T.
(2017). Projection of spatial and temporal changes of rainfall in Sarawak of
Borneo Island using statistical downscaling of CMIP5 models. Atmospheric
Research, 197, 446�460.
Solot, F. T. (2018). Pengaruh Jumlah Hotel Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Pad) Melalui Pajak Hotel Sebagai Intervening (Studi
Kasus Di Kota Yogyakarta Tahun 2013-2016). Jurnal Ekobis Dewantara, 1(2),
70�81.
Subadra, I. N., & Nadra, N. M. (2012). Dampak ekonomi,
sosial-budaya, dan lingkungan pengembangan desa wisata di jatiluwih-tabanan. JURNAL
Manajemen Dan Pariwisata II, 5(1).
Utomo, T. P., & Haryanto, E. S. (2019). Desain
Decorative Lights Aromatherapy Sebagai Penghasil Cahaya Dan Udara Udara Segar Pada
Interior Dengan Pemanfaatan Lampu Ultraviolet Dan Minyak Atsiri.
Warouw, F. F., Mambo, C. D., Komedien, B. E. J., &
Giroth, L. G. J. (2021). Metabolisme Pariwisata Berkelanjutan Kawasan
Pesisir Pantai Teluk Manado. CV. Literasi Nusantara Abadi.
Wibowo, S., Rusmana, O., & Zuhelfa, Z. (2017).
Pengembangan Ekonomi Melalui Sektor Pariwisata Tourism. Jurnal
Kepariwisataan: Destinasi, Hospitalitas dan Perjalanan, 1(2), 93�99.
Yuliani, S., Setyaningsih, W., & Winarto, Y. (2018).
Strategi penataan kawasan Pantai Klayar Pacitan sebagai destinasi pariwisata
berkelanjutan dengan prinsip arsitektur ekologis. RUAS, 16(2), 1�12.
Copyright
holder: Renada Trifirdausi
Nabila, Adibah Nurul Yunisya (2023) |
First
publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |