Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 4, April 2023
INTEPRETASI FLEKSIBILITAS RUANG CAFE DAN GALERI PADA
DIA.LO.GUE ARTSPACE JAKARTA
Rania Falih Arifin, Heru Prasetiyo U������
UPN �Veteran�
Jawa Timur.
E-mail : [email protected], [email protected]
Artspace merupakan sebuah wadah bagi para seniman dalam menuangkan karya dan pemikiran seni ke masyarakat dan melestarikan karya dan juga sebagai sarana prasarana pendidikan publik. Bagian-bagian dalam dari Artspace merupakan komponen penunjang penting yang dapat mempengaruhi suasana dari sebuah galeri, diantaranya terdapat komponen pendukung eksterior hingga interior yang juga sangat berpengaruh, seperti sistem sirkulasi, tata letak guna ruang, pencahayaan dan sistem tampilan yang baik dapat mempengaruhi sebuah alur cerita suatu karya dan aktivitas di dalamnya yang nyaman, dinamis dan interaktif, sehingga dapat menentukan kenyamanan bagi pengunjung. Adanya penerapan dan pengembangan fleksibilitas ruang ini bisa membantu penyelesaian masalah pada Dia.Lo.Gue artspace, yang tentunya dapat memfasilitasi karya-karya seni beragam akan sangat dibutuhkan terutama pada bangunan dengan lahan luas minimal, sehingga pengembangan dari fleksibilitas ruang pada artspace diharapkan dapat meningkatkan manfaat dan fungsionalitas dari sebuah bangunan itu sendiri yaitu Dia.Lo.Gue artspace. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan pendekatan programatik menggunakan acuan teori - teori, mengumpulkan data terkait, observasi lapangan, dan media informasi lainnya berupa artikel - artikel dan internet sebagai dasar penelitian. Dengan diterapkannya penggunaan konsep konvertibilitas pada Dia.Lo.Gue Artspace ini bertujuan untuk menjadikan ruang multifungsi dan memberikan kejelasan terhadap pengunjung ketika memasuki bangunan.
Kata kunci: Art space; Tata Ruang; Fleksibilitas
Ruang.
Artspace is a receptacle for artists to create works and thoughts of
art into the community, preserve works, and as a means of public education infrastructure. The inside of Artspace
is an important supporting component that can affect the atmosphere of a
gallery. In addition, there are supporting components to the exterior to the
interior that are also very influential, such as circulation systems, space use
layouts, lighting and a good display system can affect a storyline of a work
and activities in it that are comfortable, dynamic and interactive, so that its
a determinants for public convenience. With the existence of spatial
flexibility can help solve problems in the Dia.Lo.Gue artspace, which of course
it can facilitate various works of art that will be needed, especially in
buildings with minimal land area, so that the development of spatial
flexibility in artspace is expected to increase the benefits and functionality
of a building itself, namely the Dia.Lo.Gue artspace. The method used in this
research is descriptive method, with a programmatic approach using reference
theories, collecting related data, field observations, and other information
media in the form of articles and the internet as the basis for research. With
the application of Dia.Lo.Gue
Artspace's convertibility concept, it is intended that the space be
multifunctional and provide clarity for visitors when entering the building.
Keywords: Artspace; Interior; Space flexibility.
Perkembangan seni
di dalam arti luas merupakan suatu dampak pengaruh dari dinamika perkembangan
kebudayaan akan manusia itu sendiri (Karsidi, 2005). Apresiasi seni rupa di Kota
Jakarta, Ruang-ruang kebudayaan independent dan galeri sudah banyak bermunculan
dengan berbagai tema dan fokusnya dalam memamerkan karya
(Kusumawati, 2017). Galeri-galeri ini sudah mampu
menghidupi dirinya sendiri. Studi
kasus yang dipilih dalam penelitian ini yaitu sebuah Artspace yang merupakan salah satu
karya dari arsitek
terkenal Indonesia yaitu Ir. Isandra
Matin Ahmad. Arsitek
yang pernah dinobatkan sebagai salah satu dari 101
arsitek dunia yang paling berkiprah di tahun 2007 dan telah meraih penghargaan IAI
(Ikatan Arsitek Indonesia) atau IAI Award
di tahun 1999 dan 2002 untuk karyanya yang bernama Gedung Kantor Le Bo Ye Graphic Design dan Gedung Dua8, yang terletak
di Kemang, Jakarta Selatan (Wijaya, 2020;
Wijaya & Wibowo, 2020).
Karya Andra Matin Artspace dan kantor Dia.Lo.Gue � Le Bo Ye yang dibangun pada tahun
1998 ini, terletak di Jalan Kemang Selatan 99 A, Jakarta. Artspace ini merupakan sebuah ruang seni yang terbuka untuk umum
yang merupakan sebuah wadah untuk terjadinya interaksi atau �dialog� antara
seniman, desainer dengan masyarakat umum. Dia.Lo.Gue
artspace ini
merupakan galeri yang dikombinasi dengan caf�, toko merchandise, dan co-working space, Dia.Lo.Gue artspace ini sangat menarik dijadikan bahan
penelitian karena pada satu bangunan teteapi dikominasikan dengan 4 jenis fungsi yang berbeda -
beda. Seiring perkembangan jaman usaha dibidang kuliner yang berada di kota
besar atau di pusat kota semakin pesat, mulai dari restoran cepat saji, cafe,
dan sebagainya (Almuhaimin et
al., 2017). Adapun maraknya
bisnis di kota besar atau perkotaan yaitu berupa cafe, cafe saat ini telah menjadi kebutuhan gaya hidup modern masa kini yang biasanya
digunakan sebagai rapat, nongkrong, mengerjakan tugas, dan sebagainnya (Kusumawati, 2022). Cafe merupakan tempat
minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan aransemen musik, dan suatu tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan minuman, seperti kopi,
teh, dan makanan ringan (sholihah). Cafe
biasanya mengusung tema yang berbeda - beda yang bertujuan untuk sebagai icon
dari cafe itu sendiri, dan juga sebagai menarik pengunjung yang akan datang.
Brand cafe yang kuat akan menciptakan identitas cafe dan juga memberikan
keunggulan kompetitif bagi pemilik caf� (Iskandar et
al., 2013). Maka hal nya, munculnya sebuah cafe di perkotaan dengan keterbatasan lahan tetapi
masih bisa menikmati karya dari seorang seniman dengan nuansa santai,
nongkrong, atau bisa juga dguakan untuk rapat.
Pada sebuah galeri dalam penataan ruang
merupakan hal sangat penting,
karena hal tersebut merupakan salah
satu faktor dasar terbentuknya suatu pencitraan yang mendukung karya -
karya seniman yang berada didalam, dan dapat menarik
pengunjung untuk mengunjunginya
(Fauzia et al., 2014; Iskandar et al., 2013).
Dengan fungsinya cafe sebagai tempat nongkrong,
rapat, dan sebagainnya. Dan dipadukan dengan galeri tempat memamerkan suatu karya seseorang atau seniman. Oleh
karena itu dengan permasalahan yang ada, pada
penelitian ini membahas tema Fleksibilitas Ruang pada cafe ini bisa menjadi
solusi �dengan
banyaknya aktivitas yang ada pada cafe Dia.Lo.Gue artspace.
Dia.Lo.Gue artspace ini termasuk dalam galeri modern dimana perancangan ruangannya banyak mengandung ciri - ciri kontemporer. Art Gallery ini termasuk dalam karya seni primitif dimana karya - karyanya sederhana namun memiliki bilai estetika yang cukup tinggi. penelitian ini dimana pameran yang diselenggarakan dengan batas waktu tertentu atau bisa disebut pameran temporer (Susanto, 2004).
��� Fleksibilitas
menurut KBBI, berarti lentur, luwes, dan mudah menyesuaikan diri. Fleksibilitas ruang adalah keadaan
sifat yang digunakan pada suatu ruang untuk berbagi suatu sifat atau kegiatan, dan dapat dengan pengubahan susunan
ruang atau elemen interior atau
furniturenya tanpa mengubah tatanan bangunan (Almuhaimin et al., 2017; Putri & Amijaya, 2017). Penerapan
fleksibilitas pada Dia.Lo.Gue artspace berupa
tata ruang, sirkulasi, sistem display
karya dan pencahayaan dengan lahan yang minim (Almuhaimin et al., 2017; Wijaya & Wibowo, 2020). Terdapat
tiga konsep fleksibilitas (Sholihah, 2020; Susanti & Ikaputra, 2020)
yaitu :
a.
Ekspansibiitas
Konsep
ini berarti
desain ruang yang dapat menampung pertumbuhan melalui perluasan, desain
tersebut dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan (Taniyo, 2014).
b.
Versatilitas
Konsep
ini mengacu pada fleksibilitas sebuah wadah dengan cara penggunaan wadah
multifungsi untuk menampung multi aktivitas pada waktu yang berbeda (Dyah Hendrawati, 2021).
c.
Konvertibilitas
Konsep
ini merancang ruang untuk memungkikan adanya perubahan orientasi dan suasana
sesuai dengan keinginan pelaku
(Almuhaimin et al., 2017).
Sirkulasi, memiliki pengertian yaitu peredaran di satu tempat ke
tempat lain. Sirkulasi adalah suatu type gerakan melalui ruang, ruang tempat kita gerak/ruang sirkulasi diartikan sebagai tali pergerakan yang terlihat menghubungkan ruang ruang suatu bangunan atau bagian yang satu dengan yang lain di dalam maupun diluar ruangan.
Gambar 1Alur sirkulasi������������� Gambar 2 Layout denah������������������ Gambar 3 standar alur pengunjung ����������������������������area pameran����������������������������������������������������������
sirkulasi
������ Sumber: Data arsitek��������������
��������Sumber: Data arsitek������ �������Sumber: Data arsitek
Ruang sirkulasi bisa berbentuk :
a.
Terbuka pada salah satu sisi
Untuk
memberikan kontinuitas visual/ruang dengan ruang - ruang yang dihubungkan.
b.
Tertutup
Membentuk
koridor yang berkaitan dengan ruang - ruang yang dihubungkan melalui pintu -
pintu masuk pada bidang dinding.
c.
Terbuka pada kedua sisi nya
Menjadi
perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya
Gambar 4
Bentuk ruang sirkulasi
Sumber: Francis D.K. Ching. Arsitektur bentuk, ruang dan tatanan, 1996).
Sistem display karya menurut Natasya dan Yuni (2011) terdapat dua macam ������������������yaitu sistem display dua dimensi dan sistem display tiga dimensi :
a.
Sistem display tiga dimensi
Sistem
display tiga dimensi ini menggunakan base untuk karya tiga dimensi dari
material triplek atau MDF, sehingga base dapat dibentuk se dinamis mungkin. Sedangkan
untuk karya yang besar menggunakan batas psikologis seperti macam perekat
dilantai yang mengelilingi karya tersebut
(Ismail et al., 2022).
b.
Sistem display dua dimensi
Sistem display dua dimensi menggunakan gantung berupa kawat yang dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan kebutuhan. Kawat direkatkan pada rel yang menempel pada tembok sehingga posisi kawat untuk menggantung
karya dapat dipindahkan sesuai kebutuhan. Penggunaan panel - panel yang mudah dipindahkan, panel - panel tersebut
terbuat dari MDF dengan bentuk modular. Dan penggunaan konsep sumbu karya dengan bidang yang ditempelinya.
��� Pemasangan
display karya diterapkan pada dinding masif, penerapan tersebut terbagi menjadi
dua yaitu :
a.
Display Standar
Display ini dipasang sangat
kuat, pemasangan display standar ini membutuhkan jarak kurang
lebih 50cm dari pengunjung dengan ditandai dengan
peil lantai.
Hal tersebut untuk menghindari penyetuhan pada karya display
b.
Display Khusus
Display ini memiliki pengamanan khusus dengan tujuan agar pengunjung
tidak menyentuk karya yang dipajang
sama sekali .
�Metode yang digunakan pada penelitian ini menurut (Edwin, Chairil, Herr7, 2014) pada artikelnya yang berjudul" Fleksibilitas Artspace Dengan Lahan Minim"yaitu metode deskriptif, dengan pendekatan programatik menggunakan acuan teori - teori, mengumpulkan data terkait, observasi lapangan, dan media informasi lainnya berupa artikel - artikel dan internet sebagai dasar penilitian (Sugiyono, 2010).
Dia.Lo.Gue artspace terletak di Jalan Kemang Selatan 99 A, Jakarta. Artspace ini merupakan sebuah ruang seni
yang terbuka untuk umum yang
merupakan sebuah wadah untuk terjadinya interaksi atau �dialog� antara seniman, desainer
dengan masyarakat umum. Bangunan ini dikelilingi dengan bangunan
komersial lainnya seperti cafe, kantor, dan
lain - lain.
��
Fungsi Bangunan
Gambar 5
Bagian Cafe Dia.Lo.Gue artspace
������������������������������������������������
Sumber: dokumentasi penulis, 2022
Fungsi bangunan
pada Dia.Lo.Gue artspace ini yaitu gabungan dari 4 fungsi yang berbeda yaitu cafe, galeri, co-working, dan art shop. Tetapi pada penelitian ini lebih
pada galeri yang berada di lantai dasar, selain galeri di
lantai dasar juga terdapat cafe baik
indoor maupun outdoor, Area
semi outdoor merupakan area untuk
pengunjung yang merokok atau yang ingin merasakan sensasi udara dan sinar
matahari alami. Sedangkan lantai dua bangunan ini adalah kantor Le bo ye design.
�Dan untuk co-working pada Dia.Lo.Gue artspace ini berada pada di lantai 1.
Dapat dilihat dari gambar diatas, terlihat tata alur dari bangunan artspace
dia.lo.gue ini, pada area penerimaan langsung disambut oleh galeri luksan karya-karya seniman terkernal di Jakarta dari galeri pameran
dia.lo.gue yang langsung terhubung pada bagian caf� bangunan tanpa adanya penyekatan yang signifikan.
Pola Ruang Denah
Dari hasil survei lapangan pada Dia.Lo.Gue artspace ini galerinya terletak didepan cafe, yang membuat pengunjung penikmat seni akhirnya tidak bisa menikmati �lukisan deangan nyaman karna tidak adanya sekat ruangan antara galeri pameran menuju cafe. Dan Sebaiknya pada galerinya diletakkan sekat atau pembatas yang massif seperti dinding kaca, agar pengunjung dari caf� pun juga masih bisa menikmari keindahan lukisan dari luar area galleria dan juga masih tercampur antara zona galleria maupun zona cafe
Gambar 6
Denah Dia.Lo.Gue artspace
Sumber: penulis. 2022
2. Sirkulasi
����������� Untuk
alur sirkulasi pada Dia.Lo.Gue artspace
sudah memenuhi standar data arsitek, dimana pada Dia.Lo.Gue artspace
ini untuk pamernya digantung pada dinding dan untuk karya 3 dimensinya
diletakkan pada di tepi dinding di tengahnya di isi dengan cafe.
Gambar 7
�sirkulasi
Dia.Lo.Gue artspace
Sumber: penulis, 2022
Gambar 8
Standart alur sirkulasi
Sumber: Data arsitek 1
Pada
bagian sirkulasi koridor Dia.Lo.Gue artspace
dimana pada salah satu sisinya terbuka, hal tersebut untuk memberikan
kontinuitas visual/ruang dengan ruang - ruang yang dihubungkan. Sirkulasi
tersebut sudah memuhi standar dalam buku " Francis D.K. Ching. Arsitektur
bentuk, ruang dan tatanan, 1996 ".
Gambar 9 Sirkulasi tertutup�������� Gambar 10 Bentuk
ruang sirkulasi�������������������������������
�������� Sumber: sumber penulis, 2022������� ���Sumber: Francis DK
ching
3.
Sistem
Display Karya
Display
karya 2 Dimensi
Sistem display
pada karya dua dimensi pada bangunan ini menggunakan gantung berupa kawat yang dapat diatur
ketinggiannya sesuai dengan kebutuhan. Kawat
direkatkan pada rel yang menempel pada tembok sehingga posisi kawat untuk menggantung karya dapat dipindahkan sesuai kebutuhan. Penggunaan panel - panel yang mudah dipindahkan, panel - panel tersebut
terbuat dari MDF dengan bentuk modular.
Gambar 11 sistem display 2D
Sumber: sumber penulis,
2022
Display pada karya
tiga dimensi pada bangunan ini menggunakan perekat yang dilantai untuk merekatakan karya tiga dimensi ke lantai sehingga
semua bisa memegangnya.
Gambar 12
Sistem display 3D
Sumber: sumber penulis,
2022
���������������
����������� Pemasangan display karya ini sudah memenuhi standar display karya ruang pamer atau galeri pada umumnya, dimana pemasangan display menggunakan jenis display standar yaitu pemasangan yang terletak pda dinding masif , dalam pemasangan karya jenis sistem display ini membutuhkan 50cm dari pengunjung dengan ditandai oleh perbedaan peil lantai.
Gambar 13
Pemasangan karya desain
Sumber: sumber penulis,
2022
4.
Pencahayaan
Pada galeri Dia.Lo.Gue artspace �ini menggunakan pencahayaan alami dan buatan, pencahayaan alami pada bangunan ini berupa
jendela mati. Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan sistem track lamp dengan penggunaan rel lampu diplafon yang berfungsi sebagai pencahayaan yang ditujukan pada pameran dan agar mudah dalam pemindahan posisi yang menyusuaikan dengan karya. Pencahayaan
pada Dia.Lo.Gue Artspace ini dirasa cukup
sebagai fleksibilitas pada ruang- ruang galeri
dan cafe.
�� Dari hasil analisa bahwa
koleksi atau karya - karya pameran
yang dipajang berupa tekstil, kertas, lukisan cat air, koleksi cat minyak, foto hitam
putih, kayu dan lain- lain.
Karya - karya tersebut adalah karya yang sensitif dengan pencahayaan buatanyaitu berupa sistem track lamp dengan penggunaan rel lampu diplafon.
Karena lampu tersebut memiliki daya tari bagi pengunjung dan eye - catching pada display
produk pameran, dengan cahaya lebih nyaman, memiliki
fleksibel dalam pasangan,
ramah lingkungan
Gambar 14
�Pencahayaan
alami dan buatan pada dia.lo.gue artspace
Sumber: sumber penulis,
2022
�����������������������������������
Bisa dilihat pada gambar, Pada sistem sirkulasi pencahayaan di bangunan Dia.Lo.Gue Artspace ini dapat dikatan sudah cukup terpenuhi dengan prinsip-prinsip kenyamanan pencahayaan pada galeri menurut Moore & Marans, 1997 :
1. Bukaan cahaya
Pencahayaan pada ruang
dalam pada Dia.Lo.Gue
Artspace terdapat�
atap kaca , sehingga
memudahkan cahaya masuk ke dalam
ruang bangunan dan adanya bukaan pada jendela pada bagian belakang bangunan berupa dipan secondary skin
2. Orientasi Bukaan
Cahaya
Bentuk� bangunan� ini menghadap memanjang dari arah Utara-Selatan sehingga� tida terlalu mendapatkan
bagian panass matahari ke dalam
bangunan.�
3. Dimensi Ruang
Dengan adanya
penggunaan pemanfaatan cahaya pencahayaan alami yang dapat diterima secara optimal pada bangunan Dia.Lo.Gue
Artspace, membuat kesan bangunan tampak luas, tinggi, dan bangunan lebih terlihat terang dan hidup.
Artspace merupakan suatu sarana prasarana dalam bercengkrama, berkumpul, dan berkegiatan seni. Artspace mempunyai fungsi yang beragam namun tetap berhubungan dengan kesenian. Pada penelitian ini lebih difokuskan bagian galeri dan cafenya yang terdapat pada lantai satu. Penelitian ini difokuskan pada konsep ekspansibilitas dan konvertibilitas, konsep ekspansiblitas pada penelitian ini dengan perubahan tata letak ruang galeri agar menjasi zona semi privat adanya penambahan dinding massif seperti dinding yang terbuat dari kaca, hal ini di maksudkan guna agar penikmat seni bisa lebih menikmati keindahan lukisan dengan lebi nyaman dan tidak terganggu dari suara bising di sekitar area caf�. Dan konsep konvertibilitas pada Dia.Lo.Gue Artspace ini bertujuan untuk menjadikan ruang multifungsi dan memberikan kejelasan terhadap pengunjung ketika memasuki bangunan. Dengan danya pembahasan Fleksibilitas pada penelitian �ini yaitu membahas tata ruang, sirkulasi, sistem display, pencahayaan, dan elemen interior yang sesuai dengan standar - standar yang ada.
Almuhaimin, E. A., Amiuza, C. B., & Santosa, H.
(2017). Fleksibilitas Artspace Dengan Lahan Minim (Studi Kasus Semen Art
Gallery). Brawijaya University.
Dyah Hendrawati, S. T. (2021). Perancangan
Gedung Pusat Seni Budaya Di Sleman Yogyakarta Dengan Penekanan Pada
Fleksibilitas Ruang Dan Strategi Desain Pasif.
Fauzia, A. N., Handajani, R. P., &
Nugroho, A. M. (2014). Fleksibilitas Interior Unit Hunian Pada Rumah Susun Di
Kota Malang. Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur, 2(2).
Iskandar, I., Athina, N. A., & Deviliani,
R. A. (2013). Fleksibilitas Sistem Elemen Interior Pada Selasar Sunaryo Art
Space. Reka Jiva, 1(02).
Ismail, M. A., Siola, A., & Tamrin, M.
M. (2022). Perancangan Medical Centre Di Kota Gorontalodengan Pendekatan
Arsitektur Ekologi. Venustas, 1(2), 19�27.
Karsidi, D. R. (2005). Sosiologi
Pendidikan.
Kusumawati, E. (2017). Iklim Etika, Ethical
Behavior Planned Dan Kinerja Berkelanjutan. Jitk (Jurnal Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi Komputer), 2(2), 156�164.
Kusumawati, E. (2022). School Committee
Participation In Realizing The Quality Of Education. Infokum, 10(5),
880�886.
Putri, Z. N., & Amijaya, S. Y. (2017).
Pengaruh Perencanaan Lasem Coffee Artspace Sebagai Sarana Interaksi Dan
Komunikasi Komunitas Pada Konteks Urban Heritage. Smart: Seminar On
Architecture Research And Technology, 2, 177�182.
Sholihah, I. A. (2020). Pengaruh Suasana
Cafe Dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen Di Merdeka Cafe Nganjuk. Jurnal
Pendidikan Tata Niaga (Jptn), 8(1).
Sugiyono, D. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 26�33.
Susanti, A. D., & Ikaputra, I. (2020).
Morfologi Urban Artefak Kampung Kota. Marka (Media Arsitektur Dan Kota):
Jurnal Ilmiah Penelitian, 4(1), 17�26.
Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang
Menata Rupa. Galangpress Group.
Taniyo, E. S. (2014). Sekolah Fotografi
Di Yogyakarta (Fleksibilitas Ruang Sebagai Dasar Perancangan). Universitas
Islam Indonesia.
Wijaya, M. A. (2020). Kajian
Karakteristik Dan Spirit Of Place Pada Bangunan: Dia. Lo. Gue Artspace.
Universitas Matana.
Wijaya, M. A., & Wibowo, D. H. (2020).
Studi Karakteristik Dan Spirit Of Place Bangunan Dia. Lo. Gue Artspace. Marka
(Media Arsitektur Dan Kota): Jurnal Ilmiah Penelitian, 4(1), 59�74.
Copyright holder: Rania Falih Arifin, Heru Prasetiyo U (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |