Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 4, April 2023

 

INTEPRETASI FLEKSIBILITAS RUANG CAFE DAN GALERI PADA DIA.LO.GUE ARTSPACE JAKARTA

 

Rania Falih Arifin, Heru Prasetiyo U������

UPN �Veteran� Jawa Timur.

E-mail : [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Artspace merupakan sebuah wadah bagi para seniman dalam menuangkan karya dan pemikiran seni ke masyarakat dan melestarikan karya dan juga sebagai sarana prasarana pendidikan publik. Bagian-bagian dalam dari Artspace merupakan komponen penunjang penting yang dapat mempengaruhi suasana dari sebuah galeri, diantaranya terdapat komponen pendukung eksterior hingga interior yang juga sangat berpengaruh, seperti sistem sirkulasi, tata letak guna ruang, pencahayaan dan sistem tampilan yang baik dapat mempengaruhi sebuah alur cerita suatu karya dan aktivitas di dalamnya yang nyaman, dinamis dan interaktif, sehingga dapat menentukan kenyamanan bagi pengunjung. Adanya penerapan dan pengembangan fleksibilitas ruang ini bisa membantu penyelesaian masalah pada Dia.Lo.Gue artspace, yang tentunya dapat memfasilitasi karya-karya seni beragam akan sangat dibutuhkan terutama pada bangunan dengan lahan luas minimal, sehingga pengembangan dari fleksibilitas ruang pada artspace diharapkan dapat meningkatkan manfaat dan fungsionalitas dari sebuah bangunan itu sendiri yaitu Dia.Lo.Gue artspace. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan pendekatan programatik menggunakan acuan teori - teori, mengumpulkan data terkait, observasi lapangan, dan media informasi lainnya berupa artikel - artikel dan internet sebagai dasar penelitian. Dengan diterapkannya penggunaan konsep konvertibilitas pada Dia.Lo.Gue Artspace ini bertujuan untuk menjadikan ruang multifungsi dan memberikan kejelasan terhadap pengunjung ketika memasuki bangunan.

 

Kata kunci: Art space; Tata Ruang; Fleksibilitas Ruang.

 

Abstract

Artspace is a receptacle for artists to create works and thoughts of art into the community, preserve works, and as a means of public education infrastructure. The inside of Artspace is an important supporting component that can affect the atmosphere of a gallery. In addition, there are supporting components to the exterior to the interior that are also very influential, such as circulation systems, space use layouts, lighting and a good display system can affect a storyline of a work and activities in it that are comfortable, dynamic and interactive, so that its a determinants for public convenience. With the existence of spatial flexibility can help solve problems in the Dia.Lo.Gue artspace, which of course it can facilitate various works of art that will be needed, especially in buildings with minimal land area, so that the development of spatial flexibility in artspace is expected to increase the benefits and functionality of a building itself, namely the Dia.Lo.Gue artspace. The method used in this research is descriptive method, with a programmatic approach using reference theories, collecting related data, field observations, and other information media in the form of articles and the internet as the basis for research. With the application of Dia.Lo.Gue Artspace's convertibility concept, it is intended that the space be multifunctional and provide clarity for visitors when entering the building.

 

Keywords: Artspace; Interior; Space flexibility.

 

Pendahuluan

Perkembangan seni di dalam arti luas merupakan suatu dampak pengaruh dari dinamika perkembangan kebudayaan akan manusia itu sendiri (Karsidi, 2005). Apresiasi seni rupa di Kota Jakarta, Ruang-ruang kebudayaan independent dan galeri sudah banyak bermunculan dengan berbagai tema dan fokusnya dalam memamerkan karya (Kusumawati, 2017). Galeri-galeri ini sudah mampu menghidupi dirinya sendiri. Studi kasus yang dipilih dalam penelitian ini yaitu sebuah Artspace yang merupakan salah satu karya dari arsitek terkenal Indonesia yaitu Ir. Isandra Matin Ahmad. Arsitek yang pernah dinobatkan sebagai salah satu dari 101 arsitek dunia yang paling berkiprah di tahun 2007 dan telah meraih penghargaan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) atau IAI Award di tahun 1999 dan 2002 untuk karyanya yang bernama Gedung Kantor Le Bo Ye Graphic Design dan Gedung Dua8, yang terletak di Kemang, Jakarta Selatan (Wijaya, 2020; Wijaya & Wibowo, 2020).

Karya Andra Matin Artspace dan kantor Dia.Lo.Gue � Le Bo Ye yang dibangun pada tahun 1998 ini, terletak di Jalan Kemang Selatan 99 A, Jakarta. Artspace ini merupakan sebuah ruang seni yang terbuka untuk umum yang merupakan sebuah wadah untuk terjadinya interaksi atau �dialog� antara seniman, desainer dengan masyarakat umum. Dia.Lo.Gue artspace ini merupakan galeri yang dikombinasi dengan caf�, toko merchandise, dan co-working space, Dia.Lo.Gue artspace ini sangat menarik dijadikan bahan penelitian karena pada satu bangunan teteapi dikominasikan dengan 4 jenis fungsi yang berbeda - beda. Seiring perkembangan jaman usaha dibidang kuliner yang berada di kota besar atau di pusat kota semakin pesat, mulai dari restoran cepat saji, cafe, dan sebagainya (Almuhaimin et al., 2017). Adapun maraknya bisnis di kota besar atau perkotaan yaitu berupa cafe, cafe saat ini telah menjadi kebutuhan gaya hidup modern masa kini yang biasanya digunakan sebagai rapat, nongkrong, mengerjakan tugas, dan sebagainnya (Kusumawati, 2022). Cafe merupakan tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan aransemen musik, dan suatu tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan minuman, seperti kopi, teh, dan makanan ringan (sholihah). Cafe biasanya mengusung tema yang berbeda - beda yang bertujuan untuk sebagai icon dari cafe itu sendiri, dan juga sebagai menarik pengunjung yang akan datang. Brand cafe yang kuat akan menciptakan identitas cafe dan juga memberikan keunggulan kompetitif bagi pemilik caf� (Iskandar et al., 2013). Maka hal nya, munculnya sebuah cafe di perkotaan dengan keterbatasan lahan tetapi masih bisa menikmati karya dari seorang seniman dengan nuansa santai, nongkrong, atau bisa juga dguakan untuk rapat.

Pada sebuah galeri dalam penataan ruang merupakan hal sangat penting, karena hal tersebut merupakan salah satu faktor dasar terbentuknya suatu pencitraan yang mendukung karya - karya seniman yang berada didalam, dan dapat menarik pengunjung untuk mengunjunginya (Fauzia et al., 2014; Iskandar et al., 2013). Dengan fungsinya cafe sebagai tempat nongkrong, rapat, dan sebagainnya. Dan dipadukan dengan galeri tempat memamerkan suatu karya seseorang atau seniman. Oleh karena itu dengan permasalahan yang ada, pada penelitian ini membahas tema Fleksibilitas Ruang pada cafe ini bisa menjadi solusi dengan banyaknya aktivitas yang ada pada cafe Dia.Lo.Gue artspace.

Dia.Lo.Gue artspace ini termasuk dalam galeri modern dimana perancangan ruangannya banyak mengandung ciri - ciri kontemporer. Art Gallery ini termasuk dalam karya seni primitif dimana karya - karyanya sederhana namun memiliki bilai estetika yang cukup tinggi. penelitian ini dimana pameran yang diselenggarakan dengan batas waktu tertentu atau bisa disebut pameran temporer (Susanto, 2004).

��� Fleksibilitas menurut KBBI, berarti lentur, luwes, dan mudah menyesuaikan diri. Fleksibilitas ruang adalah keadaan sifat yang digunakan pada suatu ruang untuk berbagi suatu sifat atau kegiatan, dan dapat dengan pengubahan susunan ruang atau elemen interior atau furniturenya tanpa mengubah tatanan bangunan (Almuhaimin et al., 2017; Putri & Amijaya, 2017). Penerapan fleksibilitas pada Dia.Lo.Gue artspace berupa tata ruang, sirkulasi, sistem display karya dan pencahayaan dengan lahan yang minim (Almuhaimin et al., 2017; Wijaya & Wibowo, 2020). Terdapat tiga konsep fleksibilitas (Sholihah, 2020; Susanti & Ikaputra, 2020) yaitu :

a.     Ekspansibiitas

Konsep ini berarti desain ruang yang dapat menampung pertumbuhan melalui perluasan, desain tersebut dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan (Taniyo, 2014).

b.     Versatilitas

Konsep ini mengacu pada fleksibilitas sebuah wadah dengan cara penggunaan wadah multifungsi untuk menampung multi aktivitas pada waktu yang berbeda (Dyah Hendrawati, 2021).

c.     Konvertibilitas

Konsep ini merancang ruang untuk memungkikan adanya perubahan orientasi dan suasana sesuai dengan keinginan pelaku (Almuhaimin et al., 2017).

Sirkulasi, memiliki pengertian yaitu peredaran di satu tempat ke tempat lain. Sirkulasi adalah suatu type gerakan melalui ruang, ruang tempat kita gerak/ruang sirkulasi diartikan sebagai tali pergerakan yang terlihat menghubungkan ruang ruang suatu bangunan atau bagian yang satu dengan yang lain di dalam maupun diluar ruangan.

Tata ruang menyangkut wawasan yang disebutnya sebagai wawasan bukan ketataruangan di sampng adanya wawasan ketataruangan (Foley, 1967). Hal tersebut pada kenyataannya bahwa struktur fisik seperti organisasi, pola sosial budaya dan nilai kehidupan komunitas (Putri & Amijaya, 2017).

 

Gambar 1Alur sirkulasi������������� Gambar 2 Layout denah������������������ Gambar 3 standar alur pengunjung ����������������������������area pameran���������������������������������������������������������� sirkulasi

 

 

 

 

 

 

 

 


������ Sumber: Data arsitek�������������� ��������Sumber: Data arsitek������ �����Sumber: Data arsitek

 

Ruang sirkulasi bisa berbentuk :

a.     Terbuka pada salah satu sisi

Untuk memberikan kontinuitas visual/ruang dengan ruang - ruang yang dihubungkan.

b.     Tertutup

Membentuk koridor yang berkaitan dengan ruang - ruang yang dihubungkan melalui pintu - pintu masuk pada bidang dinding.

c.     Terbuka pada kedua sisi nya

Menjadi perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya

Gambar 4

Bentuk ruang sirkulasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber: Francis D.K. Ching. Arsitektur bentuk, ruang dan tatanan, 1996).

 

Sistem display karya menurut Natasya dan Yuni (2011) terdapat dua macam ������������������yaitu sistem display dua dimensi dan sistem display tiga dimensi :

a.   Sistem display tiga dimensi

Sistem display tiga dimensi ini menggunakan base untuk karya tiga dimensi dari material triplek atau MDF, sehingga base dapat dibentuk se dinamis mungkin. Sedangkan untuk karya yang besar menggunakan batas psikologis seperti macam perekat dilantai yang mengelilingi karya tersebut (Ismail et al., 2022).

b.   Sistem display dua dimensi

Sistem display dua dimensi menggunakan gantung berupa kawat yang dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan kebutuhan. Kawat direkatkan pada rel yang menempel pada tembok sehingga posisi kawat untuk menggantung karya dapat dipindahkan sesuai kebutuhan. Penggunaan panel - panel yang mudah dipindahkan, panel - panel tersebut terbuat dari MDF dengan bentuk modular. Dan penggunaan konsep sumbu karya dengan bidang yang ditempelinya.

��� Pemasangan display karya diterapkan pada dinding masif, penerapan tersebut terbagi menjadi dua yaitu :

a.     Display Standar

Display ini dipasang sangat kuat, pemasangan display standar ini membutuhkan jarak kurang lebih 50cm dari pengunjung dengan ditandai dengan peil lantai.

Hal tersebut untuk menghindari penyetuhan pada karya display

b.     Display Khusus

Display ini memiliki pengamanan khusus dengan tujuan agar pengunjung tidak menyentuk karya yang dipajang sama sekali .

 

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini menurut (Edwin, Chairil, Herr7, 2014) pada artikelnya yang berjudul" Fleksibilitas Artspace Dengan Lahan Minim"yaitu metode deskriptif, dengan pendekatan programatik menggunakan acuan teori - teori, mengumpulkan data terkait, observasi lapangan, dan media informasi lainnya berupa artikel - artikel dan internet sebagai dasar penilitian (Sugiyono, 2010).

 

Hasil Dan Pembahasan

Dia.Lo.Gue artspace terletak di Jalan Kemang Selatan 99 A, Jakarta. Artspace ini merupakan sebuah ruang seni yang terbuka untuk umum yang merupakan sebuah wadah untuk terjadinya interaksi atau �dialog� antara seniman, desainer dengan masyarakat umum. Bangunan ini dikelilingi dengan bangunan komersial lainnya seperti cafe, kantor, dan lain - lain.

 

 

 

 

1.     Tata Ruang

�� Fungsi Bangunan

Gambar 5

Bagian Cafe Dia.Lo.Gue artspace

 

 

 

 

 

 

 

 

 


������������������������������������������������

Sumber: dokumentasi penulis, 2022

 

Fungsi bangunan pada Dia.Lo.Gue artspace ini yaitu gabungan dari 4 fungsi yang berbeda yaitu cafe, galeri, co-working, dan art shop. Tetapi pada penelitian ini lebih pada galeri yang berada di lantai dasar, selain galeri di lantai dasar juga terdapat cafe baik indoor maupun outdoor, Area semi outdoor merupakan area untuk pengunjung yang merokok atau yang ingin merasakan sensasi udara dan sinar matahari alami. Sedangkan lantai dua bangunan ini adalah kantor Le bo ye design.

Dan untuk co-working pada Dia.Lo.Gue artspace ini berada pada di lantai 1.

Dapat dilihat dari gambar diatas, terlihat tata alur dari bangunan artspace dia.lo.gue ini, pada area penerimaan langsung disambut oleh galeri luksan karya-karya seniman terkernal di Jakarta dari galeri pameran dia.lo.gue yang langsung terhubung pada bagian caf� bangunan tanpa adanya penyekatan yang signifikan.

 

Pola Ruang Denah

Dari hasil survei lapangan pada Dia.Lo.Gue artspace ini galerinya terletak didepan cafe, yang membuat pengunjung penikmat seni akhirnya tidak bisa menikmati lukisan deangan nyaman karna tidak adanya sekat ruangan antara galeri pameran menuju cafe. Dan Sebaiknya pada galerinya diletakkan sekat atau pembatas yang massif seperti dinding kaca, agar pengunjung dari caf� pun juga masih bisa menikmari keindahan lukisan dari luar area galleria dan juga masih tercampur antara zona galleria maupun zona cafe

 

 

 

 

 

 

Gambar 6

Denah Dia.Lo.Gue artspace

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber: penulis. 2022

 

2.     Sirkulasi

����������� Untuk alur sirkulasi pada Dia.Lo.Gue artspace sudah memenuhi standar data arsitek, dimana pada Dia.Lo.Gue artspace ini untuk pamernya digantung pada dinding dan untuk karya 3 dimensinya diletakkan pada di tepi dinding di tengahnya di isi dengan cafe.

Gambar 7

sirkulasi Dia.Lo.Gue artspace

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber: penulis, 2022

 

 

 

 

Gambar 8

Standart alur sirkulasi

 

 

 

 

 

 


Sumber: Data arsitek 1

Pada bagian sirkulasi koridor Dia.Lo.Gue artspace dimana pada salah satu sisinya terbuka, hal tersebut untuk memberikan kontinuitas visual/ruang dengan ruang - ruang yang dihubungkan. Sirkulasi tersebut sudah memuhi standar dalam buku " Francis D.K. Ching. Arsitektur bentuk, ruang dan tatanan, 1996 ".

 

Gambar 9 Sirkulasi tertutup�������� Gambar 10 Bentuk ruang sirkulasi�������������������������������

 

 

 

 

 

 

 

 


�������� Sumber: sumber penulis, 2022������� ���Sumber: Francis DK ching

 

3.     Sistem Display Karya

Display karya 2 Dimensi

Sistem display pada karya dua dimensi pada bangunan ini menggunakan gantung berupa kawat yang dapat diatur ketinggiannya sesuai dengan kebutuhan. Kawat direkatkan pada rel yang menempel pada tembok sehingga posisi kawat untuk menggantung karya dapat dipindahkan sesuai kebutuhan. Penggunaan panel - panel yang mudah dipindahkan, panel - panel tersebut terbuat dari MDF dengan bentuk modular.

Gambar 11 sistem display 2D

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber: sumber penulis, 2022

 

Display Karya 3 Dimensi

Display pada karya tiga dimensi pada bangunan ini menggunakan perekat yang dilantai untuk merekatakan karya tiga dimensi ke lantai sehingga semua bisa memegangnya.

 

Gambar 12

Sistem display 3D

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber: sumber penulis, 2022

���������������

����������� Pemasangan display karya ini sudah memenuhi standar display karya ruang pamer atau galeri pada umumnya, dimana pemasangan display menggunakan jenis display standar yaitu pemasangan yang terletak pda dinding masif , dalam pemasangan karya jenis sistem display ini membutuhkan 50cm dari pengunjung dengan ditandai oleh perbedaan peil lantai.

Gambar 13

Pemasangan karya desain

 

 

 

 

 

 

 


Sumber: sumber penulis, 2022

 

4.     Pencahayaan

Pada galeri Dia.Lo.Gue artspace ini menggunakan pencahayaan alami dan buatan, pencahayaan alami pada bangunan ini berupa jendela mati. Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan sistem track lamp dengan penggunaan rel lampu diplafon yang berfungsi sebagai pencahayaan yang ditujukan pada pameran dan agar mudah dalam pemindahan posisi yang menyusuaikan dengan karya. Pencahayaan pada Dia.Lo.Gue Artspace ini dirasa cukup sebagai fleksibilitas pada ruang- ruang galeri dan cafe.

�� Dari hasil analisa bahwa koleksi atau karya - karya pameran yang dipajang berupa tekstil, kertas, lukisan cat air, koleksi cat minyak, foto hitam putih, kayu dan lain- lain. Karya - karya tersebut adalah karya yang sensitif dengan pencahayaan buatanyaitu berupa sistem track lamp dengan penggunaan rel lampu diplafon. Karena lampu tersebut memiliki daya tari bagi pengunjung dan eye - catching pada display produk pameran, dengan cahaya lebih nyaman, memiliki fleksibel dalam pasangan, ramah lingkungan

Gambar 14

Pencahayaan alami dan buatan pada dia.lo.gue artspace

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber: sumber penulis, 2022

�����������������������������������

Bisa dilihat pada gambar, Pada sistem sirkulasi pencahayaan di bangunan Dia.Lo.Gue Artspace ini dapat dikatan sudah cukup terpenuhi dengan prinsip-prinsip kenyamanan pencahayaan pada galeri menurut Moore & Marans, 1997 :

1.     Bukaan cahaya

Pencahayaan pada ruang dalam pada Dia.Lo.Gue Artspace terdapatatap kaca , sehingga memudahkan cahaya masuk ke dalam ruang bangunan dan adanya bukaan pada jendela pada bagian belakang bangunan berupa dipan secondary skin

2.     Orientasi Bukaan Cahaya

Bentukbangunanini menghadap memanjang dari arah Utara-Selatan sehinggatida terlalu mendapatkan bagian panass matahari ke dalam bangunan.

3.     Dimensi Ruang

Dengan adanya penggunaan pemanfaatan cahaya pencahayaan alami yang dapat diterima secara optimal pada bangunan Dia.Lo.Gue Artspace, membuat kesan bangunan tampak luas, tinggi, dan bangunan lebih terlihat terang dan hidup.

 

Kesimpulan

Artspace merupakan suatu sarana prasarana dalam bercengkrama, berkumpul, dan berkegiatan seni. Artspace mempunyai fungsi yang beragam namun tetap berhubungan dengan kesenian. Pada penelitian ini lebih difokuskan bagian galeri dan cafenya yang terdapat pada lantai satu. Penelitian ini difokuskan pada konsep ekspansibilitas dan konvertibilitas, konsep ekspansiblitas pada penelitian ini dengan perubahan tata letak ruang galeri agar menjasi zona semi privat adanya penambahan dinding massif seperti dinding yang terbuat dari kaca, hal ini di maksudkan guna agar penikmat seni bisa lebih menikmati keindahan lukisan dengan lebi nyaman dan tidak terganggu dari suara bising di sekitar area caf�. Dan konsep konvertibilitas pada Dia.Lo.Gue Artspace ini bertujuan untuk menjadikan ruang multifungsi dan memberikan kejelasan terhadap pengunjung ketika memasuki bangunan. Dengan danya pembahasan Fleksibilitas pada penelitian ini yaitu membahas tata ruang, sirkulasi, sistem display, pencahayaan, dan elemen interior yang sesuai dengan standar - standar yang ada.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Almuhaimin, E. A., Amiuza, C. B., & Santosa, H. (2017). Fleksibilitas Artspace Dengan Lahan Minim (Studi Kasus Semen Art Gallery). Brawijaya University.

 

Dyah Hendrawati, S. T. (2021). Perancangan Gedung Pusat Seni Budaya Di Sleman Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Fleksibilitas Ruang Dan Strategi Desain Pasif.

 

Fauzia, A. N., Handajani, R. P., & Nugroho, A. M. (2014). Fleksibilitas Interior Unit Hunian Pada Rumah Susun Di Kota Malang. Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur, 2(2).

 

Iskandar, I., Athina, N. A., & Deviliani, R. A. (2013). Fleksibilitas Sistem Elemen Interior Pada Selasar Sunaryo Art Space. Reka Jiva, 1(02).

 

Ismail, M. A., Siola, A., & Tamrin, M. M. (2022). Perancangan Medical Centre Di Kota Gorontalodengan Pendekatan Arsitektur Ekologi. Venustas, 1(2), 19�27.

 

Karsidi, D. R. (2005). Sosiologi Pendidikan.

 

Kusumawati, E. (2017). Iklim Etika, Ethical Behavior Planned Dan Kinerja Berkelanjutan. Jitk (Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Komputer), 2(2), 156�164.

 

Kusumawati, E. (2022). School Committee Participation In Realizing The Quality Of Education. Infokum, 10(5), 880�886.

 

Putri, Z. N., & Amijaya, S. Y. (2017). Pengaruh Perencanaan Lasem Coffee Artspace Sebagai Sarana Interaksi Dan Komunikasi Komunitas Pada Konteks Urban Heritage. Smart: Seminar On Architecture Research And Technology, 2, 177�182.

 

Sholihah, I. A. (2020). Pengaruh Suasana Cafe Dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen Di Merdeka Cafe Nganjuk. Jurnal Pendidikan Tata Niaga (Jptn), 8(1).

 

Sugiyono, D. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 26�33.

 

Susanti, A. D., & Ikaputra, I. (2020). Morfologi Urban Artefak Kampung Kota. Marka (Media Arsitektur Dan Kota): Jurnal Ilmiah Penelitian, 4(1), 17�26.

 

Susanto, M. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa. Galangpress Group.

 

Taniyo, E. S. (2014). Sekolah Fotografi Di Yogyakarta (Fleksibilitas Ruang Sebagai Dasar Perancangan). Universitas Islam Indonesia.

 

Wijaya, M. A. (2020). Kajian Karakteristik Dan Spirit Of Place Pada Bangunan: Dia. Lo. Gue Artspace. Universitas Matana.

 

Wijaya, M. A., & Wibowo, D. H. (2020). Studi Karakteristik Dan Spirit Of Place Bangunan Dia. Lo. Gue Artspace. Marka (Media Arsitektur Dan Kota): Jurnal Ilmiah Penelitian, 4(1), 59�74.

 

Copyright holder:

Rania Falih Arifin, Heru Prasetiyo U (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: