Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 4, April 2023

 

PROJECT BASED LEARNING: PROGRAM SEHAT DAN BUGAR TERHADAP LIFE SKILL KESEHATAN PADA MASA LANJUT USIA

 

Yulinda, Asep Saepudin, Joni R Pramudia, Epti Yorita

Departemen Pendidikan Masyarakat,UPI, Jawa Barat

Email: [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]

 

Abstrak

Permasalahan kesehatan pada populasi lanjut usia antara lain sebanyak 63.5% lansia menderita Hipertensi, 5.7% lansia dengan Diabetes Mellitus. Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan), selain itu proses degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Adaptasi individu terhadap Perubahan fisik, mental dan sosial memerlukan perhatian masyarakat luas. Dengan perkembangan� dan perluasan pendidikan non foprmal yang memberikan apresiasi dan nuansa baru terhadap cara-cara pendidikan non formal dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat, terutama orang dewasa, termasuk lanjur usia membuat terbukanya akses bagi sasaran, yang mendorong terbukanya proses pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) agar para lansia mampu menjaga kesehatan fisik dan mentalnya melalui kegiatan kebugaran fisik sehingga mampu untuk merawat diri sendiri dan produktif. Tujuan pemelitian ini adalah Menerapkan konsep pembelajaran Project based learning pada Pusat Pembelajaran berbasis Masyarakat untuk meningkatkan kemampuan lansia agar tetap sehat dan bugar memalui kegiatan edukasi, senam sehat dan pemeriksaan fisik serta laboratorium. adalah 2) Pelaksanaan. Telah disepakati waktu kegiatan PjBL ini digelar pada tanggal 27November dan 4 desember 2022 berlokasi di Pesantren Daarut Tauhid Bandung. Methods: Kegiatan project based learning di Pesantren masa lansia ini telah dilaksanakan melalui beberapa tahap kegiatan, yakni: 1) Persiapan dilakukan dengan menyampaikan tujuan PjBL ini kepada Pihak Pesantren Daarut Tauhid Bandung, selanjutnya dilakukan Koordinasi dan Sosialisasi program serta Kesepakatan pelaksanaan program, Metode yang digunakan pada kegiatan projectbased learning ini adalah diskusi dan tanya jawab, observasi dan latihan bersama. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki nilai IMT 25-29,9 yaitu sebanyak 10 orang (50%) memiliki status gizi obesitas sedang. Pada akhir kegiatan dilakukan Evaluasi kegiatan mengenai penyelenggaraan kegiaatn, jumlah peserta yang hadir, antusias peserta serta keberlangsungan program (RTL). Results, Peserta sebanyak 20 orang, menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berada pada kelompok umur lebih dari 60 tahun (50%). Sebagian besar sampel memiliki nilai IMT 25-29,9 yaitu sebanyak 10 orang (50%) memiliki status gizi obesitas sedang. Pada uji Rank Spearman tersebut diperoleh hasil r = 0,123 dengan p-value 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2. Conclusions: PjBL memberikan pengalaman belajar kepada peserta melalui team building, kolaborasi dan interaksi dengan masyarakat dan memerikan manfaat kepada para lansia untuk upaya promosi kesehatan.

 

Kata Kunci: Masa Lanjut Usia; Project Based Learning; Sehat

 

Abstract

Health problems in the elderly population include 63.5% of the elderly suffering from hypertension, 5.7% of the elderly with Diabetes Mellitus. With age, physiological functions decrease due to the degenerative process (aging), besides that the degenerative process decreases the body's resistance so that it is susceptible to infectious disease infections. Individual adaptation to physical, mental and social changes requires the attention of the wider community. With the development and expansion of non-foprmal education that provides appreciation and new nuances for non-formal education ways in providing education for the community, especially adults, including the age of age, making open access to targets, which encourages the opening of the lifelong learning process so that the elderly are able to maintain their physical and mental health through physical fitness activities so that they are able to take care of themselves and Productive. The purpose of this research is to apply the concept of Project-based learning at the Community-based Learning Center to improve the ability of the elderly to stay healthy and fit through educational activities, healthy gymnastics and physical examinations and laboratories. is 2) Implementation. It has been agreed that the time for this PjBL activity to be held on November 27 and December 4, 2022 is located at Daarut Tauhid Islamic Boarding School Bandung. Method: Project based learning activities in this elderly Islamic Boarding School have been carried out through several stages of activities, namely: 1) Preparation is carried out by conveying the objectives of this PjBL to the Daarut Tauhid Bandung Islamic Boarding School, then program coordination and socialization and program implementation agreements are carried out, The methods used in this project-based learning activity are discussion and question and answer, observation and joint exercises. The results showed that most samples had BMI values of 25-29.9, namely as many as 10 people (50%) had moderate obesity nutritional status. At the end of the activity, an evaluation of activities was carried out regarding the implementation of activities, the number of participants present, the enthusiasm of participants and the sustainability of the program (RTL). Results, participants as many as 20 people, showed that most of the sample was in the age group over 60 years (50%). Most samples had BMI values of 25-29.9, namely as many as 10 people (50%) had moderate obesity nutritional status. In the Spearman Rank test, the results of r = 0.123 with a p-value of 0.000 (p < 0.05) so that it can be concluded that there is no relationship between Body Mass Index (BMI) and blood sugar levels of patients with type 2 diabetes mellitus. Conclusion: PjBL provides learning experiences to participants through team building, collaboration and interaction with the community and provides benefits to the elderly for health promotion efforts.

 

Keywords: Old Age; Project Based Learning; Healthy

 

 

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara dengan struktur penduduk tua (Aging Population) dimana populasi lanjut usia (lansia) saat ini diproyeksikan sebesar 27,08 juta jiwa atau 9,99% dari total penduduk Indonesia. Permasalahan kesehatan pada populasi lanjut usia antara lain sebanyak 63.5% lansia menderita Hipertensi, 5.7%, lansia dengan Diabetes Mellitus, 4.5% lansia dengan Penyakit Jantung, 4.4% lansia dengan Stroke, 0.8% lansia dengan Gangguan Ginjal dan 0.4% lansia menderita Kanker (Deniati & Annisaa, 2021). Berdasarkan data Susenas tahun 2019, sebagian lansia (88%) yang tinggal bersama tiga generasi/tinggal bersama keluarga/ tinggal bersama pasangan, sedangkan sisanya hanya sekitar 9,4% yang tinggal sendiri dan 2,6% lain-lain. Untuk mengoptimalkan kualitas dan menyelamatkan hidup lansia maka sangat dibutuhkan peran dukungan keluarga dan masyarakat untuk menghindari penelantaran dan menjaga lansia tetap produktif (Chintya, 2021).

Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan), sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lansia. Selain itu proses degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Angka kesakitan (morbidity rates) lansia adalah proporsi penduduk lansia yang mengalami masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari (Isro�aini, 2018).

Sebagai perbandingan jumlah kematian pada populasi usia 60-69 tahun sebesar 3.6%, pada usia 70-79 tahun sebesar 8% dan pada usia lebih dari 80 tahun sebanyak 14.8% di Tiongkok. Hal ini dikarenakan pasien lansia (geriatric) umumnya memiliki berbagai komorbiditas, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit kencing manis, penyakit pernapasan kronik, hipertensi dan lain-lain (Supartini et al., 2020). Hal ini senada dengan Indonesia, dimana angka mortalitasnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia yaitu pada populasi usia 45-54 tahun adalah 8%, 55-64 tahun 14% dan 65 tahun ke atas 22%. Melalui upaya promotif dan preventif kepada kelompok lansia sangat penting dilakukan, baik di tingkat keluarga, masyarakat dan fasilitas Kesehatan. dampak dari kebijakan pembatasan sosial terhadap kesehatan lansia, seperti kesehatan mental dan kognitif lansia, meningkatnya jumlah lansia yang menderita penyakit kronik serta meningkatnya angka komplikasi penyakit kronik dan jumlah lansia yang mengalami ketergantungan karena akses terhadap layanan kesehatan yang terhambat (Supartini et al., 2020).

Ketahanan fisik dan mental lansia dapat dijaga melalui pola hidup baik dan sehat, yakni nutrisi dan pola hidup yang kurang sehat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh, yang berakibat rentannya terhadap berbagai penyakit. Kekurangan gizi semasa dalam rahim menyebabkan terjadinya beberapa penyakit pada masa dewasa, seperti penyakit peredaran darah, diabetes dan gangguan metabolism (Kusnadi et al., 2017). Gizi buruk pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi pembentukan struktur tulang yang merupakan predisposisi terjadinya osteoporosis di masa dewasa. Remaja obesitas atau kelebihan berat badan akan berisiko terkena penyakit kronis dalam kehidupan dewasa dan usia tua. Pola hidup dan paparan asap rokok, konsumsi alkohol berlebihan, pola makan yang tidak sehat, atau paparan zat-zat beracun di tempat kerja juga berpengaruh terhadap kesehatan lansia.

Adaptasi individu terhadap Perubahan fisik, mental dan sosial memerlukan perhatian masyarakat luas. Dengan perkembangan dan perluasan pendidikan non formal yang memberikan apresiasi dan nuansa baru terhadap cara-cara pendidikan non formal dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat, terutama orang dewasa, termasuk lanjur usia membuat terbukanya akses bagi sasaran, yang mendorong terbukanya proses pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) agar para lansia mampu menjaga kesehatan fisik dan mentalnya melalui kegiatan kebugaran fisik yang akan diselenggarakan pada november ini (Kamil & Riduwan, 2009).

Tujuan penelitian ini adalah Menerapkan konsep pembelajaran Project based learning pada Pusat Pembelajaran berbasis Masyarakat untuk meningkatkan kemampuan lansia agar tetap sehat dan bugar memalui kegiatan edukasi, senam sehat dan pemeriksaan fisik serta laboratorium

 

Metode Penelitian

Kegiatan project based learning di Pesantren masa lansia ini telah dilaksanakan melalui beberapa tahap kegiatan, yakni: 1) Persiapan dilakukan dengan menyampaikan tujuan PjBL ini kepada Pihak Pesantren Daarut Tauhid Bandung, selanjutnya dilakukan Koordinasi dan Sosialisasi program serta Kesepakatan pelaksanaan program. Berdasarkan koordinasi ini didapatkan kebutuhan belajar para lansia mengenai konsutasi kesehatan masa lansia. Selanjutnya persiapan yang dilakukan adalah penyiapan Alat dan Media berupa materi edukasi mengenai beberap masalah kesehatan yang sering terjadi yang disusun dalam bentuk power point dan Booklet. Sedangkan kebutuhan pemeriksaan kesehatan disipak berupa Alat Tensimeter, Timbangan BB, Alat Pengukur Kadar lemak tubuh dan Alat Laboratorium Quick Check: Kolesterol, Glukosa Darah dan Asam Urat. Untuk kegiatan senam lansia telah disiapkan video senam kebugaran untuk lansia yang ditayangkan dengan menggunakan laptop dan LCD, Senam dengan instrktur /narasumber adalah mahasiswa Prodi Penmas sejumlah 8 orang.

Setelah persiapan dilakukan, tahap berikutnya adalah 2) Pelaksanaan. Telah disepakati waktu kegiatan PjBL ini digelar pada tanggal 27November dan 4 desember 2022 berlokasi di Pesantren Daarut Tuhid Bandung. Kegiatan dilaksanakan� kegiatan selama 2 jam terdiri dari kegiatan Pretest dan posttest, Pelayanan diselengarakan dengan pendekatan Posyandu, yakni terdiri dari:1) Meja I : Pendaftaran dan pengisian kategori kemandirian oleh kader; 2) Meja II : Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan; 3) Meja III : Pengisian indeks massa tubuh; 4) Meja IV : Penyuluhan individu oleh kader; 5) Meja V : Pemeriksaan/ pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan berupa pemeriksaan kolesterol, gula darah dan asam urat. Selanjutnya senam dan penyuluhan kelompok dan Sesudah kegiatan posyandu dilakukan pemberian makanan tambahan, orientasi realita dan pengembangan hobi.

Metode yang digunakan pada kegiatan projectbased learning ini adalah diskusi dan tanya jawab, observasi dan latihan bersama. Pada akhir kegiatan dilakukan Evaluasi kegiatan mengenai penyelenggaraan kegiaatn, jumlah peserta yang hadir, antusias peserta serta keberlangsungan program.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Jenis Kelamin

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Peserta berdasarkan jenis kelamin

No.

Jenis Kelamin

Jumlah

Presentase

1

Laki-Laki

8

40%

2

Perempuan

12

60%

Jumlah

20

100%

 

Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:� distribusi jenis kelamin sampel dapat dilihat pada tabel 1: menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 orang (60%). Hal ini disebabkan perempuan memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan risiko obesitas.

 

B.    Umur

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Peserta menurut Umur

No

Umur

Jumlah

Persentase

1

31-45 tahun

1

5%

2

46-60 tahun

9

45%

3

>60 tahun

10

50%

Jumlah

20

100%

 

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berada pada kelompok umur lebih dari 60 tahun (50%). Menurut (Masruroh, 2018) bahwa faktor risiko DM muncul setelah usia 45 tahun. Hal ini karena orang pada usia ini kurang aktif, berat badan bertambah, massa otot berkurang dan akibat proses menua yang mengakibatkan penyusutan sel-sel beta yang progresif.

 

C.    Indeks Massa Tubuh

Tabel 3

Data distribusi IMT sampel dapat dilihat pada table 3 berikut ini

No.

IMT

Jumlah

Persentase

1

<18,5

-

-

2

18,5 - 22,9

3

15%

3

23 - 24,9

7

35%

4

25 - 29,9

10

50%

5

>30

-

-

Jumlah

20

100%

 

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki nilai IMT 25-29,9 yaitu sebanyak 10 orang (50%) memiliki status gizi obesitas sedang. Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu oksidasi lemak yang pada akhirnya akan menghambat penggunaan glukosa dalam otot (Adnan et al., 2013).

 

D.    Kadar Gula Darah Sewaktu

Tabel 4

Distribusi kadar Gula Darah Sewaktu Sampel Gula Darah Sewaktu

No.

Kadar GDS

Jumlah

Presentase

1

< 200 mg/dl

18

90%

2

> 200 mg/dl

2

10%

Jumlah

20

100%

 

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar gula darah sewaktu sampel kurang dari 200 mg/dl yaitu sebanyak 18 orang (90%). Hal ini sesuai dengan teori Masruroh (2018) bahwa seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari atau sama dengan 200 mg/dl.

 

E.    Analisis Bivariat Imt Dan Gds (Cross Tab Or Grafik)

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Penderita DM tipe 2 Hasil analisis statistik dengan uji kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p 0,003 (p < 0,05), maka data tidak berdistribusi normal, sehingga analisis bivariat dengan menggunakan uji Rank Spearman.

Pada uji Rank Spearman tersebut diperoleh hasil r = 0,123 dengan p-value 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2. Semakin tinggi nilai IMT semakin tinggi pula kadar gula darahnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Fadhilah (2016) bahwa ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan DM Tipe 2. Menurut Masruroh (2018) orang yang mengalami kelebihan berat badan, kadar leptin dalam tubuh akan meningkat. Leptin adalah hormon yang berhubungan dengan gen obesitas. Leptin berperan dalam hipotalamus untuk mengatur tingkat lemak tubuh, kemampuan untuk membakar lemak menjadi energi, dan rasa kenyang. Kadar leptin dalam plasma meningkat dengan meningkatnya berat badan. Leptin bekerja pada sistem saraf perifer dan pusat. Peran leptin terhadap terjadinya resistensi yaitu leptin menghambat fosforilasi insulin receptor substrate-1 (IRS) yang akibatnya dapat menghambat ambilan glukosa. Sehingga mengalami peningkatan kadar gula dalam darah (Achmad et al., 2019).

 

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 138, upaya yang dilakukan adalah untuk kesehatan masa lansia adalah: 1) Pemeliharaan kesehatan bagi lansia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan; 2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) lanjut usia dibagi dalam 4 kategori yaitu: 1) Usia pertengahan (middle age): 45 - 59 tahun; 2) Usia lanjut (elderly): 60 - 74 tahun; 3) Usia Tua (old): 75 - 89 tahun; 4) Usia sangat tua (Very old) :> 90 tahun

Adaptasi individu terhadap Perubahan fisik, mental dan sosial memerlukan perhatian masyarakat luas. Dengan perkembangan dan perluasan pendidikan non foprmal yang memberikan apresiasi dan nuansa baru terhadap cara-cara pendidikan non formal dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat, terutama orang dewasa, termasuk lanjur usia membuat terbukanya akses bagi sasaran, yang mendorong terbukanya proses pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) agar para lansia mampu menjaga kesehatan fisik dan mentalnya melalui kegiatan kebugaran fisik yang akan diselenggarakan pada november ini (Kamil & Riduwan, 2009).

Hakekat Project based learning menurut Pantiwati (2020) yaitu Pembelajaran yang merujuk pada Pendekatan pembelajaran dengan dominasi berpindah kepada aktifitas peserta didik. Proyek adalah tugas yang kompleks, berdasarkan tema yang menantang, yang melibatkan peserta didik dalam mendesain, memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau kegiatan investigasi; memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan dalam menghasilkan produk.�

Terdapat tiga jenis proyek berdasarkan sifat dan urutan kegiatannya, yaitu: (1) proyek terstruktur, ditentukan dan diatur oleh Pendidik dalam hal topik, bahan, metodologi, dan presentasi; (2) proyek tidak terstruktur didefinisikan terutama oleh peserta didik sendiri; (3) proyek semi-terstruktur yang didefinisikan dan diatur sebagian oleh Pendidik dan sebagian oleh peserta didik. Memperluas pengertian di atas Zekri (2020), mendefinisikan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai pembelajaran yang menggunakan Proyek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil Proyek berupa barang atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek, peserta didik akan berlatih merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai rencana dan menampilkan atau melaporkan hasil kegiatan (�The Power of Project-Based Learning Helping Students Develop Important Life Skills,� 2016).

Project based learning adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang peserta didik bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri dan puncaknya menghasilkan produk karya peserta didik bernilai realistic (Milla Minhatul Maula et al., 2014). Sedangkan Baharuddin (2021), menyatakan bahwa model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan nilai-nilai. Pendekatan ini memperkenankan peserta didik untuk bekerja sama secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkontsruksikan produk nyata. Project based learning memiliki karakteristik, yaitu: (a) Peserta didik sebagai pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja. (b) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. (c) Peserta didik sebagai perancang proses untuk mencapai hasil. (d) Peserta didik bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. (e) Melakukan evaluasi secara kontinu, peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. (f) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, h) kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

Karakteristik pembelajaran berbasis proyek memposisikan peserta didik sebagai pemain utama dalam pembelajaran. Peserta didik aktif dalam hal membuat keputusan, merancang solusi, bertanggung jawab mencari dan mengelola informasi, dan merefleksikan apa yang mereka lakukan. Selain itu, ada masalah atau tantangan tanpa solusi yang telah ditetapkan sebelumnya, evaluasi berlangsung terus menerus, dan adanya produk akhir, serta ruang kelas memiliki suasana yang mentolerir kesalahan dan perubahan.

 

F.    Project based learning (Pjbl) untuk Life Skill kesehatan masa lansia

Merancang pembelajaran proyek sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran bahwa PjBL sebagai upaya untuk menemukan elemen kunci yang membantu individu menjadi pemikir inovatif. Proses pembelajaran ini mempromosikan pemikir kreatif dan memotivasi siswa untuk belajar. Ini berfungsi dan harus digunakan oleh pendidik di semua tingkatan pendidikan (Ali, 2012).

Berbagai studi penelitian menunjukkan bahwa ketika peserta terlibat dalam membuat dan menyelesaikan proyek, mereka mempelajari keterampilan hidup yang penting seperti masalah penyelesaian, manajemen waktu, tanggung jawab, dan kolaborasi, menantang siswa pada tingkat individu, memotivasi dan menginspirasi mereka dengan memanfaatkan gaya belajar mereka sendiri, siswa terlibat dalam pembelajaran mereka saat membuat dan menyelesaikan proyek dan mereka melakukannya. mempelajari keterampilan hidup yang penting seperti pemecahan masalah, manajemen waktu, tanggung jawab, dan kolaborasi dimana paada kegiatan PBL dilakukan oleh pesderta didik denan latar belakang profesi yang berbeda beda, kondisi ini sangat dimungkinkan terjadi colaborative dan experential learning.

Dalam proyek kesehatan masa lanjut usia, intervensi yang diberikan berupa penyuluhan makan sehat, olah raga dan pemeriksaan kesehatan dan konsultasi memberikan mafaat untuk praktikan dan para lanjut usia. Dengan olah raga bersama para peserta merasa segar karena dalam satu minggu kuliah dalam progarm Ke emasan dari senin sd jumat, duduk duduk saja sehingga senam dan musik sebagai sebuah kegiatan yang menyegarkan. Disampaikan oleh peserta adalah mearasaa diperhatikan, riang dan dapat bersilaturahmi dengan anggota baru, dapat siketahui kondisi kesehatan, kadar kolesterol dan gula darah. Beberapa peserta dengan kadar gula tinggi doberikan penyuluhan dan anjuran agar diet rendah gula melalui mengurangi sumber makanan tinggi karbohidrat dan gula. Semua keterampilan ini menuntut para lansia untuk berpikir sebelum bertindak. Pemecahan masalah dan pemikiran kritis jelas merupakan keterampilan kognitif.

G.   Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek adalah motor penggerak untuk membantu peserta untuk belajar melakukan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, menggunakan sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja sama. Pengalaman di lapangan baik dalam pembelajaran berbasis proyek menguntungkan dan efektif. Tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah 1) Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran, 2) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek dan 3) Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

 

H.   Kelebihan Dan Kelemahan PjBL

Memperhatikan tipologi yang unik dan komprehensif, model pembelajaran berbasis Menurut Moursund beberapa kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain (Pantiwati & Permana, 2020). (a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai. (b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. (c) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. (d) Meningkatkan kolaborasi. (e) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan komunikasi. (f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber. (g) Memberikan pengalaman pembelajaran dan praktek kepada peserta didik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. (h) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang� untuk berkembang sesuai dunia nyata.. (i) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata. (j) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

 

 

 

I.      Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Terdapat Lima kriteria itu adalah keberpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau masalah (driving question), investigasi konstruktif (constructive investigation) atau desain, otonomi peserta didik (autonomy), dan realisme realism). Centrality (keberpusatan) Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah model pembelajaran; peserta mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Keberpusatan proyek ada pada peserta praktikan dan juga ssararan yakni para lansia untuk aktif dalam Pjbl ini. Yang kedua adalah Driving Question (berfokus pada pertanyaan atau masalah) Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah terfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong peserta menjalani konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin. Hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan dapat berkembang menjadi lebih luas dan mendalam. Dilakukan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan atau ill-defined problem. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek mungkin dibangun melalui unit tematik, atau gabungan (intersection) topik-topik dari dua atau lebih disiplin

Selanjutnya constructive Investigation (investigasi konstruktif) Proyek melibatkan peserta didik dalam investigasi konstruktif. Investigasi berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, atau proses pengembangan model. Akan tetapi, agar dapat disebut proyek memenuhi kriteria pembelajaran berbasis proyek, aktivitas inti dari proyek itu harus meliputi transformasi dan konstruksi pengetahuan (dengan pengertian: pemahaman baru, atau keterampilan baru) pada pihak peserta didik. Yang k empat adalah Autonomy (otonomi peserta didik) Proyek mendorong peserta didik sampai pada tingkat yang signifikan. Proyek pembelajaran mengutamakan otonomi, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat ketat (tanpa diawasi), dan peserta didik lebih bertanggung jawab Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata (Yani, 2021).

 

J.     Tahapan PjBL

Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut: (a) Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran. (b) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek. (c) Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa. (d) Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan ssiwa dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/proyek. (e) Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada Pembelajaran Ber basis Proyek yang bersifat Kelompok PjBL merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajarannya. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran di mana peserta didik memperoleh pengetahuan berdasarkan cara kerja ilmiah. Peserta didik diajak berproses dalam berpikir sehingga peserta didik tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan (knowledge) saja tetapi juga mendapatkan keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam kehidupannya dengan melalui pendekatan saintifik.

Peserta didik belajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat berlatih menalar secara induktif (inductive reasoning). Project based learning sebagai salah satu model pembelajaran dalam pendekatan saintifik yang sesuai dengan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 Lampiran IV mengenai proses pembelajaran yang harus memuat 5M, yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi; dan (5) mengkomunikasikan. Dalam model pembelajaran berbasis proyek ini, peserta didik melakukan pembelajaran aktif, baik secara hands on (melalui kegiatan-kegiatan fisik), maupun secara minds on (melalui kegiatan-kegiatan berpikir/secara mental.

Tahap-Tahap Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), Kegiatan literasi bertujuan untuk mengembangkan kompetensi, kontens dan sikap seseorang, Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek telah dirumuskan secara beragam oleh beberapa ahli pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek merupakan hasil dari pengembangan yang dilakukan atas langkah-langkah yang dilakukan sebelumnya. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek tersebut disajikan dalam sebagai berikut:

Praproyek

Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran. Pada tahap ini merancang deskripsi proyek, menentukan batu pijakan proyek, menyiapkan media, berbagai sumber belajar, dan kondisi pembelajaran.

Fase 1: Menganalisis Masalah

Pada tahap ini peserta didik melakukan pengamatan terhadap objek tertentu. Berdasarkan

pengamatannya tersebut peserta didik mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan.

Fase 2: Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek

Pada tahap ini peserta didik secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun dengan Pendidik mulai merancang proyek yang akan mereka buat, menentukan penjadwalan pengerjaan proyek, dan melakukan aktivitas persiapan lainnya.

Fase 3: Melaksanakan Penelitian

Pada tahap ini peserta didik melakukan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi hasil yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut peserta didik mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

Fase 4: Menyusun Draf/Prototipe Produk

Pada tahap ini peserta didik mulai membuat produk awal sebagaimana rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya.

Fase 5: Mengukur, Menilai dan Memperbaiki Produk

Pada tahap ini peserta didik melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan dan memperbaiki produk tersebut. Dalam prakteknya, kegiatan mengukur dan menilai produk dapat dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun pendapat Pendidik.

Fase 6: Finalisasi dan Publikasi Produk

Pada tahap ini peserta didik melakukan finalisasi produk. Setelah diyakini sesuai dengan harapan, produk kemudian dipublikasikan.

 

Pasca Proyek

Pada tahap ini bertujuan menilai, memberikan penguatan, masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan oleh peserta didik

 

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari jumlah peserta sebanyak 20 orang, menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berada pada kelompok umur lebih dari 60 tahun (50%). Sebagian besar sampel memiliki nilai IMT 25-29,9 yaitu sebanyak 10 orang (50%) memiliki status gizi obesitas sedang. Pada uji Rank Spearman tersebut diperoleh hasil r = 0,123 dengan p-value 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2. Conclusions: PjBL memberikan pengalaman belajar kepada peserta melalui team building, kolaborasi dan interaksi dengan masyarakat dan memerikan manfaat kepada para lansia untuk upaya promosi kesehatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Achmad, A. F., Faradiana, S., & Rahmayani, A. M. D. (2019). Hubungan Status Gizi Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Dan Tekanan Darah. Celebes Health Journal, 1(1), 40�48.

 

Adnan, M., Mulyati, T., & Isworo, J. T. (2013). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi, 2(1).

 

Ali, M. (2012). Membangun Model Pendidikan Kehidupan Beragama Berbasis Life Skills Di Pesantren: Studi Kasus Di Smk Roudlotul Mubtadiin Jepara Dan Madrasah Aliyah Al Hikmah 2 Brebes. Edukasi, 10(3), 294735.

 

Baharuddin, M. R., Fitriani, A., & Nasir, F. (2021). Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Assesmen Kompetensi Minimum Siswa. EQUALS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 4(2), 105�111.

 

Chintya, A. (2021). Analisis Fiqh Siyasah Terhadap Peran Dan Tanggung Jawab Pemerintah Atas Penderita Gangguan Jiwa (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Lampung Tengah). UIN Raden Intan Lampung.

 

Deniati, E. N., & Annisaa, A. (2021). Hubungan Tren Bersepeda Dimasa Pandemi Covid-19 Dengan Imunitas Tubuh Lansia. Sport Science And Health, 3(3), 125�132.

 

Fadhilah, M. (2016). Gambaran Tingkat Risiko Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Buaran, Serpong. Jurnal Kedokteran Yarsi, 24(3), 186�202.

 

Isro�aini, A. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Posyandu Lansia Oleh Kader (Studi Di Puskesmas Sumobito Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang). Jurnal Kebidanan, 8(1).

 

Kamil, M., & Riduwan. (2009). Pendidikan Nonformal: Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Di Indonesia: Sebuah Pembelajaran Dari Kominkan Di Jepang. Alfabeta.

 

Kusnadi, G., Murbawani, E. A., & Fitranti, D. Y. (2017). Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Petani Dan Buruh. Journal Of Nutrition College, 6(2), 138�148.

 

Masruroh, E. (2018). Hubungan Umur Dan Status Gizi Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2).

 

Milla Minhatul Maula, M., Jekti Prihatin, P., & Kamalia Fikri, F. (2014). Pengaruh Model Pjbl (Project-Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pengelolaan Lingkungan.

 

Pantiwati, Y., & Permana, H. (2020). F., & Kusniarti, T.(2020). Buku Ajar Model Pembelajaran Literasi Berbasis Proyek Dalam Gls Terintegrasi Ppk.

 

Supartini, N. N., Kp, S., Supartini, N. N., & Kp, S. (2020). Panduan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Pada Era Pandemi Covid-19. Kementerian Kesehatan RI.

 

Zekri, Z., Ganefri, G., & Anwar, M. (2020). Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Mata Pelajaran Simulasi Dan Komunikasi Digital Smk. Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 20(1), 33�42.

 

Copyright holder:

Yulinda, Asep Saepudin, Joni R Pramudia, Epti Yorita (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: