Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
4, April 2023
PROJECT BASED LEARNING:
PROGRAM SEHAT DAN BUGAR TERHADAP LIFE SKILL KESEHATAN PADA MASA LANJUT USIA
Yulinda, Asep
Saepudin, Joni R Pramudia, Epti Yorita
Departemen Pendidikan Masyarakat,UPI, Jawa Barat
Email:
[email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]
Abstrak
Permasalahan kesehatan pada populasi lanjut usia antara lain sebanyak 63.5% lansia menderita Hipertensi, 5.7% lansia dengan Diabetes Mellitus. Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan), selain itu proses degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Adaptasi individu terhadap Perubahan fisik, mental dan sosial memerlukan perhatian masyarakat luas. Dengan perkembangan� dan perluasan pendidikan non foprmal yang memberikan apresiasi dan nuansa baru terhadap cara-cara pendidikan non formal dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat, terutama orang dewasa, termasuk lanjur usia membuat terbukanya akses bagi sasaran, yang mendorong terbukanya proses pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) agar para lansia mampu menjaga kesehatan fisik dan mentalnya melalui kegiatan kebugaran fisik sehingga mampu untuk merawat diri sendiri dan produktif. Tujuan pemelitian ini adalah Menerapkan konsep pembelajaran Project based learning pada Pusat Pembelajaran berbasis Masyarakat untuk meningkatkan kemampuan lansia agar tetap sehat dan bugar memalui kegiatan edukasi, senam sehat dan pemeriksaan fisik serta laboratorium. adalah 2) Pelaksanaan. Telah disepakati waktu kegiatan PjBL ini digelar pada tanggal 27November dan 4 desember 2022 berlokasi di Pesantren Daarut Tauhid Bandung. Methods: Kegiatan project based learning di Pesantren masa lansia ini telah dilaksanakan melalui beberapa tahap kegiatan, yakni: 1) Persiapan dilakukan dengan menyampaikan tujuan PjBL ini kepada Pihak Pesantren Daarut Tauhid Bandung, selanjutnya dilakukan Koordinasi dan Sosialisasi program serta Kesepakatan pelaksanaan program, Metode yang digunakan pada kegiatan projectbased learning ini adalah diskusi dan tanya jawab, observasi dan latihan bersama. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki nilai IMT 25-29,9 yaitu sebanyak 10 orang (50%) memiliki status gizi obesitas sedang. Pada akhir kegiatan dilakukan Evaluasi kegiatan mengenai penyelenggaraan kegiaatn, jumlah peserta yang hadir, antusias peserta serta keberlangsungan program (RTL). Results, Peserta sebanyak 20 orang, menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berada pada kelompok umur lebih dari 60 tahun (50%). Sebagian besar sampel memiliki nilai IMT 25-29,9 yaitu sebanyak 10 orang (50%) memiliki status gizi obesitas sedang. Pada uji Rank Spearman tersebut diperoleh hasil r = 0,123 dengan p-value 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2. Conclusions: PjBL memberikan pengalaman belajar kepada peserta melalui team building, kolaborasi dan interaksi dengan masyarakat dan memerikan manfaat kepada para lansia untuk upaya promosi kesehatan.
Kata Kunci: Masa Lanjut Usia; Project Based Learning; Sehat
Abstract
Health problems in the elderly
population include 63.5% of the elderly suffering from hypertension, 5.7% of
the elderly with Diabetes Mellitus. With age, physiological functions decrease
due to the degenerative process (aging), besides that the degenerative process
decreases the body's resistance so that it is susceptible to infectious disease
infections. Individual adaptation to physical, mental and social changes
requires the attention of the wider community. With the development and
expansion of non-foprmal education that provides
appreciation and new nuances for non-formal education ways in providing
education for the community, especially adults, including the age of age,
making open access to targets, which encourages the opening of the lifelong
learning process so that the elderly are able to
maintain their physical and mental health through physical fitness activities
so that they are able to take care of themselves and Productive. The purpose of
this research is to apply the concept of Project-based learning at the
Community-based Learning Center to improve the ability of the elderly to stay
healthy and fit through educational activities, healthy gymnastics and physical
examinations and laboratories. is 2) Implementation. It has been agreed that
the time for this PjBL activity to be held on
November 27 and December 4, 2022 is located at Daarut
Tauhid Islamic Boarding School Bandung. Method: Project based learning
activities in this elderly Islamic Boarding School have been carried out
through several stages of activities, namely: 1) Preparation is carried out by
conveying the objectives of this PjBL to the Daarut Tauhid Bandung Islamic Boarding School, then program
coordination and socialization and program implementation agreements are
carried out, The methods used in this project-based learning activity are
discussion and question and answer, observation and joint exercises. The
results showed that most samples had BMI values of 25-29.9, namely as many as
10 people (50%) had moderate obesity nutritional status. At the end of the
activity, an evaluation of activities was carried out regarding the
implementation of activities, the number of participants present, the
enthusiasm of participants and the sustainability of the program (RTL).
Results, participants as many as 20 people, showed that most of the sample was
in the age group over 60 years (50%). Most samples had BMI values of 25-29.9,
namely as many as 10 people (50%) had moderate obesity nutritional status. In the
Spearman Rank test, the results of r = 0.123 with a p-value of 0.000 (p <
0.05) so that it can be concluded that there is no relationship between Body
Mass Index (BMI) and blood sugar levels of patients with type 2 diabetes
mellitus. Conclusion: PjBL provides learning
experiences to participants through team building, collaboration and
interaction with the community and provides benefits to the elderly for health
promotion efforts.
Keywords: Old Age; Project Based Learning;
Healthy
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara dengan struktur penduduk tua (Aging Population) dimana populasi lanjut usia (lansia)
saat ini diproyeksikan sebesar 27,08 juta jiwa atau
9,99% dari total penduduk
Indonesia. Permasalahan kesehatan
pada populasi lanjut usia antara lain sebanyak 63.5% lansia menderita Hipertensi, 5.7%, lansia dengan Diabetes Mellitus,
4.5% lansia dengan Penyakit Jantung, 4.4% lansia dengan Stroke, 0.8% lansia dengan Gangguan
Ginjal dan 0.4% lansia menderita Kanker (Deniati & Annisaa,
2021). Berdasarkan data Susenas tahun 2019, sebagian lansia (88%) yang tinggal bersama tiga generasi/tinggal
bersama keluarga/ tinggal bersama pasangan, sedangkan sisanya hanya sekitar
9,4% yang tinggal sendiri
dan 2,6% lain-lain. Untuk mengoptimalkan
kualitas dan menyelamatkan hidup lansia maka
sangat dibutuhkan peran dukungan keluarga dan masyarakat untuk menghindari penelantaran dan menjaga lansia tetap produktif (Chintya, 2021).
Dengan bertambahnya usia,
fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan), sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lansia. Selain itu proses degeneratif menurunkan daya tahan tubuh
sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Angka kesakitan (morbidity rates) lansia
adalah proporsi penduduk lansia yang mengalami masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari (Isro�aini, 2018).
Sebagai perbandingan jumlah
kematian pada populasi usia 60-69 tahun sebesar 3.6%, pada usia 70-79 tahun sebesar 8% dan pada usia lebih dari
80 tahun sebanyak 14.8% di Tiongkok. Hal ini dikarenakan pasien lansia (geriatric) umumnya memiliki berbagai komorbiditas, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit kencing manis, penyakit pernapasan kronik, hipertensi dan lain-lain (Supartini et al., 2020). Hal ini senada dengan Indonesia, dimana angka mortalitasnya
meningkat seiring dengan meningkatnya usia yaitu pada populasi usia 45-54 tahun adalah 8%, 55-64 tahun 14% dan 65 tahun ke atas 22%. Melalui
upaya promotif dan preventif kepada kelompok lansia sangat penting dilakukan, baik di tingkat keluarga, masyarakat dan fasilitas Kesehatan. dampak dari kebijakan pembatasan sosial terhadap kesehatan lansia, seperti kesehatan mental dan kognitif lansia, meningkatnya jumlah lansia yang menderita penyakit kronik serta meningkatnya
angka komplikasi penyakit kronik dan jumlah lansia yang mengalami ketergantungan karena akses terhadap
layanan kesehatan yang terhambat (Supartini et al., 2020).
Ketahanan fisik dan mental lansia dapat dijaga
melalui pola hidup baik dan sehat, yakni nutrisi
dan pola hidup yang kurang sehat berdampak
pada penurunan daya tahan tubuh, yang berakibat rentannya terhadap berbagai penyakit. Kekurangan gizi semasa dalam
rahim menyebabkan terjadinya beberapa penyakit pada masa dewasa, seperti penyakit peredaran darah, diabetes dan gangguan metabolism (Kusnadi et al., 2017). Gizi buruk pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi pembentukan struktur tulang yang merupakan predisposisi terjadinya
osteoporosis di masa dewasa. Remaja
obesitas atau kelebihan berat badan akan berisiko terkena
penyakit kronis dalam kehidupan dewasa dan usia tua. Pola hidup dan paparan asap rokok, konsumsi alkohol berlebihan, pola makan yang tidak sehat, atau paparan
zat-zat beracun di tempat kerja juga berpengaruh terhadap kesehatan lansia.
Adaptasi individu terhadap
Perubahan fisik, mental dan
sosial memerlukan perhatian masyarakat luas. Dengan perkembangan
dan perluasan pendidikan
non formal yang memberikan apresiasi
dan nuansa baru terhadap cara-cara pendidikan non formal dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat, terutama orang dewasa, termasuk lanjur usia membuat terbukanya
akses bagi sasaran, yang mendorong terbukanya proses pembelajaran sepanjang hayat (lifelong
learning) agar para lansia mampu
menjaga kesehatan fisik dan mentalnya melalui kegiatan kebugaran fisik yang akan diselenggarakan pada november ini (Kamil & Riduwan, 2009).
Tujuan penelitian ini
adalah Menerapkan konsep pembelajaran Project based
learning pada Pusat Pembelajaran berbasis
Masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan lansia agar tetap sehat dan bugar memalui kegiatan
edukasi, senam sehat dan pemeriksaan fisik serta laboratorium
Metode Penelitian
Kegiatan project based learning di Pesantren
masa lansia ini telah dilaksanakan melalui beberapa tahap kegiatan, yakni: 1) Persiapan dilakukan dengan menyampaikan tujuan PjBL ini kepada
Pihak Pesantren Daarut Tauhid Bandung, selanjutnya
dilakukan Koordinasi dan Sosialisasi program serta Kesepakatan pelaksanaan program. Berdasarkan koordinasi ini didapatkan kebutuhan belajar para lansia mengenai konsutasi kesehatan masa lansia. Selanjutnya persiapan yang dilakukan adalah penyiapan Alat dan Media berupa materi edukasi
mengenai beberap masalah kesehatan yang sering terjadi yang disusun dalam bentuk
power point dan Booklet. Sedangkan kebutuhan pemeriksaan kesehatan disipak berupa Alat Tensimeter, Timbangan
BB, Alat Pengukur Kadar lemak tubuh
dan Alat Laboratorium Quick Check: Kolesterol, Glukosa Darah dan Asam Urat. Untuk
kegiatan senam lansia telah disiapkan video senam kebugaran untuk lansia yang ditayangkan dengan menggunakan laptop dan
LCD, Senam dengan instrktur
/narasumber adalah mahasiswa Prodi Penmas sejumlah 8 orang.
Setelah persiapan dilakukan,
tahap berikutnya adalah 2) Pelaksanaan. Telah disepakati waktu kegiatan PjBL ini
digelar pada tanggal
27November dan 4 desember 2022 berlokasi
di Pesantren Daarut Tuhid Bandung. Kegiatan dilaksanakan� kegiatan selama 2 jam terdiri dari kegiatan
Pretest dan posttest, Pelayanan diselengarakan dengan pendekatan Posyandu, yakni terdiri dari:1) Meja I : Pendaftaran dan pengisian kategori kemandirian oleh kader; 2) Meja II : Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan; 3) Meja III : Pengisian indeks massa tubuh; 4) Meja IV : Penyuluhan individu oleh kader; 5) Meja V : Pemeriksaan/ pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan berupa pemeriksaan kolesterol, gula darah dan asam urat. Selanjutnya
senam dan penyuluhan kelompok
dan Sesudah kegiatan posyandu dilakukan pemberian makanan tambahan, orientasi realita dan pengembangan hobi.
Metode yang digunakan pada kegiatan projectbased learning ini adalah diskusi
dan tanya jawab, observasi dan latihan bersama. Pada akhir kegiatan dilakukan Evaluasi kegiatan mengenai penyelenggaraan kegiaatn, jumlah peserta yang hadir, antusias peserta serta keberlangsungan program.
Hasil dan Pembahasan
A.
Jenis Kelamin
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Peserta berdasarkan jenis kelamin
No. |
Jenis Kelamin |
Jumlah |
Presentase |
1 |
Laki-Laki |
8 |
40% |
2 |
Perempuan |
12 |
60% |
Jumlah |
20 |
100% |
Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:� distribusi jenis kelamin sampel dapat dilihat pada tabel 1: menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 orang (60%).
Hal ini disebabkan perempuan memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki sehingga perempuan lebih mudah gemuk
yang berkaitan dengan risiko obesitas.
B. Umur
Tabel 2
Distribusi Frekuensi
Peserta menurut Umur
No |
Umur |
Jumlah |
Persentase |
1 |
31-45 tahun |
1 |
5% |
2 |
46-60 tahun |
9 |
45% |
3 |
>60 tahun |
10 |
50% |
Jumlah |
20 |
100% |
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berada pada kelompok umur lebih
dari 60 tahun (50%). Menurut (Masruroh,
2018) bahwa
faktor risiko DM muncul setelah usia 45 tahun. Hal ini karena orang pada usia ini kurang
aktif, berat badan bertambah, massa otot berkurang dan akibat proses menua yang mengakibatkan penyusutan sel-sel beta yang progresif.
C. Indeks Massa
Tubuh
Tabel 3
Data distribusi
IMT sampel dapat dilihat pada table 3 berikut ini
No. |
IMT |
Jumlah |
Persentase |
1 |
<18,5 |
- |
- |
2 |
18,5 - 22,9 |
3 |
15% |
3 |
23 - 24,9 |
7 |
35% |
4 |
25 - 29,9 |
10 |
50% |
5 |
>30 |
- |
- |
Jumlah |
20 |
100% |
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki nilai IMT 25-29,9 yaitu sebanyak 10 orang (50%) memiliki
status gizi obesitas sedang. Timbunan lemak bebas yang tinggi dapat menyebabkan meningkatnya up-take sel terhadap asam lemak bebas dan memacu oksidasi lemak yang pada akhirnya
akan menghambat penggunaan glukosa dalam otot (Adnan
et al., 2013).
D. Kadar Gula
Darah Sewaktu
Tabel 4
Distribusi kadar
Gula Darah Sewaktu Sampel
Gula Darah Sewaktu
No. |
Kadar GDS |
Jumlah |
Presentase |
1 |
< 200 mg/dl |
18 |
90% |
2 |
> 200 mg/dl |
2 |
10% |
Jumlah |
20 |
100% |
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar gula darah sewaktu sampel kurang dari 200 mg/dl yaitu sebanyak 18 orang (90%).
Hal ini sesuai dengan teori Masruroh
(2018) bahwa seseorang terdiagnosa DM apabila kadar gula darah sewaktunya lebih dari atau
sama dengan 200 mg/dl.
E. Analisis
Bivariat Imt Dan Gds (Cross Tab Or Grafik)
Hubungan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan Kadar Gula Darah Sewaktu
Penderita DM tipe 2 Hasil analisis statistik dengan uji kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov diperoleh nilai p
0,003 (p < 0,05), maka data tidak
berdistribusi normal, sehingga
analisis bivariat dengan menggunakan uji Rank
Spearman.
Pada uji
Rank Spearman tersebut diperoleh
hasil r = 0,123 dengan
p-value 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus
tipe 2. Semakin tinggi nilai IMT semakin tinggi pula kadar gula darahnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Fadhilah (2016) bahwa ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan DM Tipe 2. Menurut Masruroh (2018) orang yang mengalami
kelebihan berat badan, kadar leptin dalam tubuh akan meningkat.
Leptin adalah hormon yang berhubungan dengan gen obesitas. Leptin berperan dalam hipotalamus untuk mengatur tingkat lemak tubuh, kemampuan untuk membakar lemak menjadi energi, dan rasa kenyang. Kadar
leptin dalam plasma meningkat
dengan meningkatnya berat badan. Leptin bekerja pada sistem saraf perifer
dan pusat. Peran leptin terhadap
terjadinya resistensi yaitu leptin menghambat fosforilasi insulin receptor substrate-1 (IRS) yang akibatnya dapat menghambat ambilan glukosa. Sehingga mengalami peningkatan kadar gula dalam darah (Achmad
et al., 2019).
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 138, upaya yang dilakukan adalah untuk kesehatan
masa lansia adalah: 1) Pemeliharaan kesehatan bagi lansia harus
ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomi
sesuai dengan martabat kemanusiaan; 2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat
tetap hidup mandiri dan produktif.
Menurut Badan Kesehatan Dunia
(World Health Organization) lanjut usia dibagi dalam
4 kategori yaitu: 1) Usia pertengahan (middle age): 45
- 59 tahun; 2) Usia lanjut (elderly): 60 - 74 tahun;
3) Usia Tua (old): 75 - 89 tahun; 4) Usia sangat tua (Very old) :> 90 tahun
Adaptasi individu
terhadap Perubahan fisik, mental dan sosial memerlukan perhatian masyarakat luas. Dengan perkembangan dan perluasan pendidikan non foprmal yang memberikan apresiasi dan nuansa baru terhadap cara-cara
pendidikan non formal dalam
menyediakan pendidikan bagi masyarakat, terutama orang dewasa, termasuk lanjur usia membuat terbukanya
akses bagi sasaran, yang mendorong terbukanya proses pembelajaran sepanjang hayat (lifelong
learning) agar para lansia mampu
menjaga kesehatan fisik dan mentalnya melalui kegiatan kebugaran fisik yang akan diselenggarakan pada november ini (Kamil
& Riduwan, 2009).
Hakekat Project based
learning menurut Pantiwati (2020) yaitu Pembelajaran yang merujuk pada Pendekatan pembelajaran dengan dominasi berpindah kepada aktifitas peserta didik. Proyek adalah
tugas yang kompleks, berdasarkan tema yang menantang, yang melibatkan peserta didik dalam
mendesain, memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau kegiatan investigasi; memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
dalam periode waktu yang telah dijadwalkan dalam menghasilkan produk.�
Terdapat tiga
jenis proyek berdasarkan sifat dan urutan kegiatannya, yaitu: (1) proyek terstruktur, ditentukan dan diatur oleh Pendidik dalam hal topik,
bahan, metodologi, dan presentasi; (2) proyek tidak terstruktur didefinisikan terutama oleh peserta didik sendiri;
(3) proyek semi-terstruktur
yang didefinisikan dan diatur
sebagian oleh Pendidik dan sebagian oleh peserta didik. Memperluas pengertian di atas Zekri (2020), mendefinisikan
Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai pembelajaran yang menggunakan Proyek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Penekanan pembelajaran
terletak pada aktivitas-aktivitas
peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan
keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan
produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil Proyek berupa
barang atau jasa dalam bentuk
desain, skema, karya tulis, karya
seni, karya teknologi/prakarya, dan
lain-lain. Melalui penerapan
Pembelajaran Berbasis Proyek, peserta didik akan berlatih
merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai rencana dan menampilkan atau melaporkan hasil kegiatan (�The Power of
Project-Based Learning Helping Students Develop Important Life Skills,� 2016).
Project based learning
adalah model pembelajaran
yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan
pemecahan masalah dan memberi peluang peserta didik bekerja
secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri dan puncaknya menghasilkan produk karya peserta
didik bernilai realistic (Milla
Minhatul Maula et al., 2014). Sedangkan
Baharuddin (2021), menyatakan
bahwa model pembelajaran
yang menggunakan proyek sebagai kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas peserta didik untuk menghasilkan
produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam
bentuk desain, skema, karya tulis,
karya seni, karya teknologi/prakarya, dan nilai-nilai. Pendekatan ini memperkenankan peserta didik untuk bekerja
sama secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkontsruksikan produk nyata. Project based learning memiliki
karakteristik, yaitu: (a) Peserta didik sebagai
pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja. (b) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. (c) Peserta didik sebagai perancang
proses untuk mencapai hasil. (d) Peserta didik bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. (e) Melakukan evaluasi secara kontinu, peserta didik secara teratur
melihat kembali apa yang mereka kerjakan. (f) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, h) kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.
Karakteristik pembelajaran
berbasis proyek memposisikan peserta didik sebagai pemain
utama dalam pembelajaran. Peserta didik aktif dalam
hal membuat keputusan, merancang solusi, bertanggung jawab mencari dan mengelola informasi, dan merefleksikan apa yang mereka lakukan. Selain itu, ada
masalah atau tantangan tanpa solusi yang telah ditetapkan sebelumnya, evaluasi berlangsung terus menerus, dan adanya produk akhir,
serta ruang kelas memiliki suasana yang mentolerir kesalahan dan perubahan.
F. Project based
learning (Pjbl) untuk Life Skill kesehatan masa lansia
Merancang pembelajaran
proyek sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran bahwa PjBL sebagai
upaya untuk menemukan elemen kunci yang membantu individu menjadi pemikir inovatif. Proses pembelajaran ini mempromosikan pemikir kreatif dan memotivasi siswa untuk belajar.
Ini berfungsi dan harus digunakan oleh pendidik di semua tingkatan pendidikan (Ali,
2012).
Berbagai studi
penelitian menunjukkan bahwa ketika peserta
terlibat dalam membuat dan menyelesaikan proyek, mereka mempelajari keterampilan hidup yang penting seperti masalah penyelesaian, manajemen waktu, tanggung jawab, dan kolaborasi, menantang siswa pada tingkat individu, memotivasi dan menginspirasi mereka dengan memanfaatkan
gaya belajar mereka sendiri, siswa terlibat dalam pembelajaran mereka saat membuat
dan menyelesaikan proyek
dan mereka melakukannya. mempelajari keterampilan hidup yang penting seperti pemecahan masalah, manajemen waktu, tanggung jawab, dan kolaborasi dimana paada kegiatan
PBL dilakukan oleh pesderta
didik denan latar belakang profesi yang berbeda beda, kondisi ini
sangat dimungkinkan terjadi
colaborative dan experential
learning.
Dalam proyek
kesehatan masa lanjut usia, intervensi yang diberikan berupa penyuluhan makan sehat, olah raga dan pemeriksaan kesehatan dan konsultasi memberikan mafaat untuk praktikan
dan para lanjut usia. Dengan olah raga bersama para peserta merasa segar karena dalam satu minggu
kuliah dalam progarm Ke emasan
dari senin sd jumat, duduk duduk saja sehingga
senam dan musik sebagai sebuah kegiatan yang menyegarkan. Disampaikan oleh peserta adalah mearasaa diperhatikan, riang dan dapat bersilaturahmi dengan anggota baru, dapat
siketahui kondisi kesehatan, kadar kolesterol dan gula darah. Beberapa peserta dengan kadar gula tinggi doberikan penyuluhan dan anjuran agar diet rendah gula melalui mengurangi sumber makanan tinggi karbohidrat dan gula. Semua keterampilan ini menuntut para lansia untuk berpikir sebelum bertindak. Pemecahan masalah dan pemikiran kritis jelas merupakan keterampilan kognitif.
G. Tujuan
Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah motor penggerak untuk membantu peserta untuk belajar
melakukan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, menggunakan sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja sama. Pengalaman di lapangan baik dalam
pembelajaran berbasis proyek menguntungkan dan efektif. Tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah 1) Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran, 2) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
pemecahan masalah proyek dan 3) Membuat peserta didik lebih
aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk
nyata berupa barang atau jasa.
H. Kelebihan Dan
Kelemahan PjBL
Memperhatikan tipologi yang unik dan komprehensif, model pembelajaran berbasis Menurut Moursund beberapa kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain (Pantiwati
& Permana, 2020). (a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong kemampuan mereka untuk melakukan
pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk
dihargai. (b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. (c) Membuat peserta didik menjadi
lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks. (d) Meningkatkan kolaborasi. (e) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan
dan mempraktekkan keterampilan
komunikasi. (f) Meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber. (g) Memberikan pengalaman pembelajaran dan praktek kepada peserta didik dalam
mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. (h) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks
dan dirancang� untuk
berkembang sesuai dunia nyata.. (i) Melibatkan
para peserta didik untuk belajar mengambil
informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata. (j) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
I. Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Berbasis Proyek
Terdapat Lima kriteria itu adalah keberpusatan (centrality),
berfokus pada pertanyaan atau masalah (driving question), investigasi konstruktif
(constructive investigation) atau desain,
otonomi peserta didik (autonomy), dan realisme
realism). Centrality (keberpusatan) Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah model pembelajaran; peserta mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui
proyek. Keberpusatan proyek ada pada peserta praktikan dan juga ssararan yakni para lansia untuk aktif
dalam Pjbl ini. Yang kedua adalah Driving Question (berfokus
pada pertanyaan atau masalah) Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah terfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong peserta menjalani konsep-konsep dan prinsip-prinsip
inti atau pokok dari disiplin. Hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan dapat berkembang menjadi lebih luas dan mendalam. Dilakukan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan atau
ill-defined problem. Proyek dalam
pembelajaran berbasis proyek mungkin dibangun melalui unit tematik, atau gabungan
(intersection) topik-topik dari
dua atau lebih disiplin
Selanjutnya constructive Investigation (investigasi konstruktif) Proyek melibatkan peserta didik dalam investigasi
konstruktif. Investigasi berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, atau proses pengembangan model.
Akan tetapi, agar dapat disebut proyek memenuhi kriteria pembelajaran berbasis proyek, aktivitas inti dari proyek itu
harus meliputi transformasi dan konstruksi pengetahuan (dengan pengertian: pemahaman baru, atau keterampilan
baru) pada pihak peserta didik. Yang k empat adalah Autonomy (otonomi peserta didik) Proyek mendorong
peserta didik sampai pada tingkat yang signifikan. Proyek pembelajaran mengutamakan otonomi, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat ketat (tanpa diawasi),
dan peserta didik lebih bertanggung jawab Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata (Yani,
2021).
J. Tahapan PjBL
Tujuan Pembelajaran
Berbasis Proyek adalah sebagai berikut: (a) Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran.
(b) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
pemecahan masalah proyek. (c) Membuat peserta didik lebih
aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk
nyata berupa barang atau jasa.
(d) Mengembangkan dan meningkatkan
keterampilan ssiwa dalam mengelola sumber/bahan/alat
untuk menyelesaikan tugas/proyek. (e) Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya
pada Pembelajaran Ber basis Proyek
yang bersifat Kelompok PjBL merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam
pembelajarannya. Pendekatan
saintifik adalah pendekatan pembelajaran di mana peserta didik memperoleh
pengetahuan berdasarkan cara kerja ilmiah.
Peserta didik diajak berproses dalam berpikir sehingga peserta didik tidak hanya
mendapatkan ilmu pengetahuan (knowledge) saja tetapi juga mendapatkan keterampilan dan sikap-sikap yang
dibutuhkan dalam kehidupannya dengan melalui pendekatan saintifik.
Peserta didik
belajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat berlatih
menalar secara induktif (inductive reasoning). Project based learning sebagai salah satu model pembelajaran dalam pendekatan saintifik yang sesuai dengan Permendikbud
Nomor 81 A Tahun 2013
Lampiran IV mengenai proses pembelajaran
yang harus memuat 5M, yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi; dan
(5) mengkomunikasikan. Dalam
model pembelajaran berbasis
proyek ini, peserta didik melakukan
pembelajaran aktif, baik secara hands on (melalui kegiatan-kegiatan fisik), maupun secara minds on (melalui kegiatan-kegiatan berpikir/secara mental.
Tahap-Tahap Pembelajaran Berbasis
Proyek (Project Based Learning), Kegiatan
literasi bertujuan untuk mengembangkan kompetensi, kontens dan sikap seseorang, Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek telah dirumuskan secara beragam oleh beberapa ahli pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran
berbasis proyek merupakan hasil dari pengembangan yang dilakukan atas langkah-langkah yang dilakukan sebelumnya. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek tersebut disajikan dalam sebagai berikut:
Praproyek
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran. Pada tahap ini merancang
deskripsi proyek, menentukan batu pijakan proyek, menyiapkan media, berbagai sumber belajar, dan kondisi pembelajaran.
Fase 1: Menganalisis Masalah
Pada tahap ini peserta
didik melakukan pengamatan terhadap objek tertentu. Berdasarkan
pengamatannya tersebut peserta didik mengidentifikasi
masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan.
Fase 2: Membuat Desain dan
Jadwal Pelaksanaan Proyek
Pada tahap ini peserta
didik secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun dengan Pendidik mulai merancang proyek yang akan mereka buat, menentukan
penjadwalan pengerjaan proyek, dan melakukan aktivitas persiapan lainnya.
Fase 3: Melaksanakan Penelitian
Pada tahap ini peserta
didik melakukan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi hasil
yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut peserta didik mengumpulkan
data dan selanjutnya menganalisis
data tersebut sesuai dengan teknik analisis
data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
Fase 4: Menyusun Draf/Prototipe Produk
Pada tahap ini peserta
didik mulai membuat produk awal sebagaimana rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya.
Fase 5: Mengukur, Menilai dan Memperbaiki Produk
Pada tahap ini peserta
didik melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan dan memperbaiki produk tersebut. Dalam prakteknya, kegiatan mengukur dan menilai produk dapat dilakukan
dengan meminta pendapat atau kritik
dari anggota kelompok lain ataupun pendapat Pendidik.
Fase 6: Finalisasi dan Publikasi Produk
Pada tahap ini peserta
didik melakukan finalisasi produk. Setelah diyakini sesuai dengan harapan,
produk kemudian dipublikasikan.
Pasca Proyek
Pada tahap ini bertujuan
menilai, memberikan penguatan, masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan oleh peserta didik
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari jumlah peserta sebanyak 20 orang, menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berada pada kelompok umur lebih dari 60 tahun (50%). Sebagian besar sampel memiliki nilai IMT 25-29,9 yaitu sebanyak 10 orang (50%) memiliki status gizi obesitas sedang. Pada uji Rank Spearman tersebut diperoleh hasil r = 0,123 dengan p-value 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2. Conclusions: PjBL memberikan pengalaman belajar kepada peserta melalui team building, kolaborasi dan interaksi dengan masyarakat dan memerikan manfaat kepada para lansia untuk upaya promosi kesehatan.
BIBLIOGRAFI
Achmad, A. F., Faradiana, S., & Rahmayani, A. M. D.
(2019). Hubungan Status Gizi Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Dan Tekanan
Darah. Celebes Health Journal, 1(1), 40�48.
Adnan, M., Mulyati, T., & Isworo, J. T.
(2013). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita
Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang. Jurnal
Gizi, 2(1).
Ali, M. (2012). Membangun Model Pendidikan
Kehidupan Beragama Berbasis Life Skills Di Pesantren: Studi Kasus Di Smk
Roudlotul Mubtadiin Jepara Dan Madrasah Aliyah Al Hikmah 2 Brebes. Edukasi,
10(3), 294735.
Baharuddin, M. R., Fitriani, A., & Nasir,
F. (2021). Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Assesmen
Kompetensi Minimum Siswa. EQUALS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 4(2),
105�111.
Chintya, A. (2021). Analisis Fiqh
Siyasah Terhadap Peran Dan Tanggung Jawab Pemerintah Atas Penderita Gangguan
Jiwa (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Lampung Tengah). UIN Raden Intan
Lampung.
Deniati, E. N., & Annisaa, A. (2021). Hubungan
Tren Bersepeda Dimasa Pandemi Covid-19 Dengan Imunitas Tubuh Lansia. Sport
Science And Health, 3(3), 125�132.
Fadhilah, M. (2016). Gambaran Tingkat
Risiko Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2
Di Buaran, Serpong. Jurnal Kedokteran Yarsi, 24(3), 186�202.
Isro�aini, A. (2018). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pelaksanaan Posyandu Lansia Oleh Kader (Studi Di Puskesmas
Sumobito Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang). Jurnal Kebidanan, 8(1).
Kamil, M., & Riduwan. (2009). Pendidikan
Nonformal: Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Di Indonesia:
Sebuah Pembelajaran Dari Kominkan Di Jepang. Alfabeta.
Kusnadi, G., Murbawani, E. A., & Fitranti,
D. Y. (2017). Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Petani Dan Buruh. Journal
Of Nutrition College, 6(2), 138�148.
Masruroh, E. (2018). Hubungan Umur Dan
Status Gizi Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal
Ilmu Kesehatan, 6(2).
Milla Minhatul Maula, M., Jekti Prihatin, P.,
& Kamalia Fikri, F. (2014). Pengaruh Model Pjbl (Project-Based Learning)
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Pengelolaan Lingkungan.
Pantiwati, Y., & Permana, H. (2020). F.,
& Kusniarti, T.(2020). Buku Ajar Model Pembelajaran Literasi Berbasis
Proyek Dalam Gls Terintegrasi Ppk.
Supartini, N. N., Kp, S., Supartini, N. N.,
& Kp, S. (2020). Panduan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Pada Era
Pandemi Covid-19. Kementerian Kesehatan RI.
Zekri, Z., Ganefri, G., & Anwar, M.
(2020). Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Mata Pelajaran
Simulasi Dan Komunikasi Digital Smk. Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 20(1),
33�42.
Copyright holder: Yulinda, Asep Saepudin, Joni R Pramudia, Epti Yorita (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |