Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
4, April 2023
ANALISIS KETEPATAN WAKTU
MAKAN DAN KETEPATAN DIET PASIEN RAWAT INAP
Salwa Khalishah,
Putri Puspita Meganingrum
Email:
[email protected]
Abstrak
Salah satu unit penunjang pelayanan rumah sakit yang mendukung proses pengobatan dan rehabilitasi adalah pelayanan gizi. Pemberian nutrisi yang baik mendukung proses penyembuhan penyakit Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis aktualitas nutrisi dan ketepatan nutrisi di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian Rapid Assessment Procedures (RAP). Sampel penelitian ini termasuk 25 pasien dari setiap bagian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendistribusian sarapan, diketahui ketepatan waktu pendistribusian sarapan secara keseluruhan 80% atau tidak sesuai standar waktu yang diharapkan dari pendistribusian makanan di rumah sakit yaitu 100%. 92% ketepatan waktu makan tidak tepat atau tidak sesuai dengan waktu makan normal rumah sakit. Hanya 60% ketepatan waktu pelayanan makanan yang tidak memadai atau tidak sesuai dengan waktu normal pelayanan makanan di rumah sakit. Sedangkan pembagian pada istirahat pagi dan istirahat siang berbeda. Keakuratan pembagian sarapan pagi hanya 72%, namun pembagian snack sore adalah 100%, dimana pembagian snack sore masih dalam standar rumah sakit.
Kata Kunci: Diet; Makan; Pasien; Rawat Inap
Abstract
The supporting unit in hospital
services that support the curative and rehabilitative process is nutrition
services. The purpose of this study was to analyze the accuracy of meal timing
and diet accuracy in inpatients at Bhayangkara
Semarang Hospital. This study is a qualitative study with Rapid Assessment
Procedures (RAP) research design. The sample in this study was 25 patients in
each ward. The conclusion of this study is that the distribution of breakfast
is known that the timeliness of the distribution of breakfast as a whole is 80%
or not in accordance with the expected standard time of food distribution in
the hospital which is 100%. The timeliness of lunch distribution is 92%
inappropriate or not according to the standard time for distributing food in
the hospital. The timeliness of dinner distribution is only 60% inaccurate or
not in accordance with the standard time for distributing food in the hospital.
Meanwhile, the distribution of morning snacks and afternoon snacks is
different. The accuracy of the distribution of morning snacks is only 72%, but
the distribution of afternoon snacks reaches 100%, which means that the
distribution of afternoon snacks is in accordance with hospital standards.
Keywords: Diet; Eat; Patient; Hospitalization.
Pendahuluan
Rumah sakit adalah
fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan. Mutu pelayanan adalah pelayanan yang ditujukan untuk memenuhi kondisi kesehatan pasien secara aman dan memuaskan, menggunakan sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara efektif
dan efisien, sesuai dengan kaidah etik
yang telah ditetapkan (Manorek et al., 2020). Salah satu unit penunjang pelayanan rumah sakit yang mendorong proses penyembuhan dan rehabilitasi adalah konseling gizi. Nutrisi yang baik memudahkan proses penyembuhan. Pelayanan disesuaikan dengan status klinis, gizi dan metabolisme pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizinya. Kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan gizi berpengaruh signifikan terhadap citra rumah sakit secara
umum dan juga terhadap pertumbuhan pendapatan rumah sakit. Masalah
yang paling sering terjadi terkait dengan kepuasan pasien terhadap makanan yang disajikan salah satunya adalah jenis makanan
yang disajikan berulang
kali dalam waktu singkat sehingga menyebabkan pasien merasa bosan (Rachmawati & Afifah,
2021).
Pelayanan Gizi Rumah
Sakit (PGRS) merupakan
salah satu dari 20 pelayanan rumah sakit esensial yang ditetapkan berdasarkan Keputusan No.
1333/Menkes/Sk/XII/1999, PGRS adalah
pelayanan gizi rumah sakit yang memenuhi kebutuhan gizi masyarakat baik di rumah sakit
maupun di rawat jalan. Memenuhi Pelayanan gizi juga bertujuan untuk meningkatkan metabolisme tubuh sendiri dengan
cara preventif, kuratif, rehabilitatif dan suportif. Departemen Manajemen Gizi adalah organisasi yang berfungsi dari Kementerian Bantuan dan Pendidikan dan kegiatan
utamanya meliputi, misalnya (1) manajemen gizi; (2) layanan statis; (3) pelayanan rawat jalan; dan (4) penelitian dan pengembangan gizi terapan (Pedoman, 2013).
Ketepatan pemberian makanan
sangat penting bagi pasien karena berkaitan
erat dengan siklus biologis dan metabolisme manusia (Marsiyah, 2019). Selain itu juga mendukung terapi obat, dimana
efektivitas obat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam tubuh.
Keberhasilan suatu diet seringkali dikaitkan dengan munculnya kelebihan. Sisa makanan merupakan indikasi gizi yang optimal, sehingga sisa makanan
merupakan salah satu indikator sederhana untuk menilai keberhasilan
pelayanan gizi rumah sakit (Triyanto & KM, 2022). Sisa makanan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari mental, fisik, kebiasaan makan, umur, jenis
kelamin dan pekerjaan penderita. Pangan memiliki beberapa parameter mutu, antara lain sifat kimia, fisik,
mikrobiologi dan organoleptik.
Analisis bahan dan produk makanan dapat mencakup analisis nutrisi, analisis fisik, analisis mikrobiologi, analisis kontaminan, dan analisis aditif makanan (Mail et al., 2021). Nilai gizi merupakan parameter penting untuk kualitas makanan dan komponen kimia produk. Orang telah lama mengkonsumsi makanan berdasarkan nilai gizinya. Nutrisi merupakan sumber energi, memelihara jaringan tubuh, melindungi tubuh dari berbagai
penyakit dan mengeluarkan racun dari dalam
tubuh.
Studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tahun 2022 di Rumah Sakit Bhayangkara
Semarang diketahui bahwa waktu distribusi makanan beberapa kali mengalami keterlambatan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor seperti keramaian rumah sakit, kedisiplinan
pramusaji, sumber daya manusia, dan tingkat kesulitan pengolahan makanan sehingga memerlukan waktu lebih. Selain
itu, ditemukan pula beberapa pasien yang mengalami ketidaksesuaian antara rencana intervensi dengan jenis diet yang diberikan.
�Berdasarkan
penelitian Sriatmi (2020) Hasil kajian menunjukkan belum optimalnya pelaksanaan kegiatan gizi karena
komunikasi kegiatan gizi yang tidak merata, kurangnya tenaga gizi, rendahnya
pengetahuan dan keterampilan
tenaga gizi, sikap tenaga gizi
yang tidak mendukung kegiatan pengolahan dan kegiatan gizi. Peraturan dan kurangnya pemahaman tentang tanggung jawab dan wewenang yang didelegasikan. Selain itu, perencanaan
gizi tidak sesuai dengan perencanaan
semula, karena semuanya bergantung pada jumlah pasien dan jenis penyakitnya (Saptaningrum et al., 2020). Penataan kantin tidak sesuai
dengan PGRS, masih ada beberapa tugas
karena kekurangan SDM, pengiriman makanan tidak tepat waktu
dan pendistribusian masih dilakukan oleh pihak ketiga, sehingga sulit dilakukan intervensi langsung. Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian Familta (2019) menunjukkan bahwa masalah terbesar
dalam perawatan rumah sakit adalah
kepegawaian, sarana dan prasarana serta prosedur operasi normal, pengiriman makanan tidak tepat waktu.
Jumlah sumber daya manusia tidak
mencukupi dan kualitasnya
juga tidak optimal.
Berdasarkan kajian kebutuhan
tenaga gizi oleh Badan Pembinaan Tenaga Kesehatan tahun
2013 dengan menggunakan metode Work Load Analysis atau
Work Load Indicator Staff Need (WLISN), jumlah
optimal ahli gizi terdaftar dan ahli gizi teknis di rumah sakit dapat
menjamin gizi yang baik. Pelayanan dan kualifikasi untuk menjamin keselamatan pasien. Registered Dietitian (RD) adalah
ahli diet dan ahli gizi yang telah menyelesaikan ujian formal RD untuk memenuhi syarat sebagai satu-satunya penyedia layanan kesehatan yang menilai, mendiagnosis, dan menangani masalah gizi pada tingkat individu
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan desain penelitian
Rapid Assessment Prosedures (RAP), yaitu teknik pengumpulan
data kualitatif untuk tujuan praktis memperoleh informasi kualitatif secara cepat dan mendalam tentang analisis ketepatan waktu dan ketepatan diet pasien rawat inap. Penelitian
ini dilakukan pada tahun 2022 yang bertujuan untuk mengetahui ketepatan waktu dan ketepatan diet yang diberikan
pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Bhayangkara Semarang.
Data primer di diperoleh dari data yang dimiliki oleh instalasi gizi seperti data pemberian diet pasien secara individu,
data waktu pengantara makanan kepada pasien. Data sekunder yang dikumpulkan langsung oleh pengumpul data atau peneliti merupakan sebagai penunjang dan pelengkap data primer dan masih berhubungan dengan penelitan ini. Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh
pasien rawat inap RS Bhayangkara pada rentan periode tanggal 31 Juli 2022 hingga 1 Agustus 2022. Sampel adalah suatu
bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti. Sampel penelitian dari penelitian ini adalah 25 pasien
dengan 5 pasien sebagai perwakilan di setiap bangsal rumah sakit.
Menurut penelitian oleh Yuliana dalam Rosita (2017) faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pada makanan berkaitan dengan jumlah tenaga distribusi
makanan di rumah sakit, ada penambahan
jumlah pasien sehingga dapat mempengaruhi ketepatan waktu distribusi sehingga proses produksi makanan di instalasi gizi akan mengalami
penambahan waktu. Begitu pentingnya memperhatikan waktu penyajian makanan kepada pasien, maka standar ketepatan
pemberian makanan kepada pasien menurut
Kemenkes No. 129 tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit adalah ≥ 90%.
Cara Mengukur Ketepatan
Waktu Penyajian Makanan
Cara mengukur ketepatan waktu penyajian makananya yaitu dengan rumus perhitungan
sebagai berikut:
Sumber: (Kemenkes RI nomor 129, 2008) tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Jika diperoleh
hasil perhitungan
<90>90% maka waktu pelayanan makanan dianggap tepat waktu yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan transkripsi data, koding, proses analisis dan pembuatan matriks. Untuk menjaga keabsahan
materi penelitian ini, digunakan teknik segitiga dengan triangulasi sumber, triangulasi data dan triangulasi metode. Setelah pengolahan data dilakukan pembacaan atau interpretasi data. Interpretasi data merupakan upaya untuk memperoleh
informasi dan makna yang lebih dalam dan luas dari hasil
penelitian yang dilakukan.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1
Persebaran Pasien Penerima Diet Khusus
|
|
n |
% |
Jenis Kelamin |
Laki-laki |
15 |
60 |
Perempuan |
10 |
40 |
|
Usia |
0- 17 tahun |
2 |
10% |
19-28 tahun |
7 |
30% |
|
20- 45 tahun |
11 |
45% |
|
46-70 tahun |
5 |
15% |
|
Jenis Diet |
RGRM |
4 |
17% |
DM |
2 |
10% |
|
DM RGRM |
6 |
25% |
|
TKTP |
1 |
3% |
|
LUNAK |
9 |
38% |
|
CAIR |
3 |
7% |
Berdasarkan tabel
1. Mayoritas pasien adalah laki laki
(15%), sedangkan umur pasien rawat inap
paling banyak berumur 20-45
tahun sebesar (45%). Penerima diet paling banyak berada pada diet lunak sebesar (38%).
Tabel 2
Analisis Ketepatan
Diet
|
|
n |
% |
Pemberian diet |
Tepat |
22 |
88 |
Tidak tepat |
3 |
12 |
Berdasarkan hasil
penjabaran tabel.2 Di atas didapatkan bahwa sebanyak 22 pasien dari total subjek yang diteliti menerima ketepatan diet yang sesuai dengan diagnose medis yang dialami pasien atau sebesar 88% dari total subjek yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa RS. Bhayangkara Semarang memiliki kualitas yang baik dalam mempersiapkan pola diet yang sesuai dengan keadaan diagnosis medis pasien selama
masa perawatan. Ketepatan pemberian diet bertujuan untuk menunjang penyembuhan pasien melalui asupan nutrisi secara optimal melalui oral dengan harapan makanan yang disajikan dapat menunjang proses terapi medis pasien selama
di rumah sakit.
Tabel 3
Analisis Ketepatan
Waktu Pemberian Makan
Waktu Makan |
Ketepatan waktu |
n |
�% |
Makan pagi
|
Tepat |
20 |
80 |
Tidak tepat |
5 |
20 |
|
Selingan pagi
|
Tepat |
18 |
72 |
Tidak tepat |
7 |
28 |
|
Makan siang
|
Tepat |
23 |
92 |
Tidak tepat |
2 |
8 |
|
Selingan siang
|
Tepat |
25 |
100 |
Tidak tepat |
0 |
0 |
|
Makan malam
|
Tepat |
15 |
60 |
Tidak tepat |
10 |
40 |
Berdasarkan tabel
3. Secara keseluruhan ketepatan waktu pemberian makan pada pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang sudah sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Waktu distribusi makanan di rumah sakit makan pagi
(06.30 s/d 07.00),selingan pagi (08.30 s/d 09.00) makan siang (11.00 s/d 11.30), selingan
siang (14.30 s/d 15.00), dan makan
malam (16.30 s/d 17.00). Ketepatan
waktu distribusi dikatakan tepat jika 100% atau sesuai jadwal rumah
sakit dan dikatakan tidak tepat jika
lebih dari waktu toleransi keterlambatan distribusi makanan yaitu 10 menit setelah jadwal
rumah sakit.
Berdasarkan hasil
penelitian pada distribusi makan pagi diketahui
bahwa ketepatan waktu distribusi makan pagi secara
keseluruhan (80 %) atau belum sesuai standar
waktu pendistribusian makanan di rumah sakit yang diharapkan yaitu 100%. Ketepatan waktu distribusi makan siang 92% tidak tepat atau
tidak sesuai standar waktu pendistribusian
makanan di rumah sakit. Ketepatan waktu distribusi makan malam hanya
60% tidak tepat atau tidak sesuai
standar waktu pendistribusian makanan di rumah sakit. Sedangkan,
distribusi pada selingan pagi dan selingan siang mengalami perbedaan. Pada ketepatan distribusi selingan pagi hanya 72% akan tetapi pada distribusi selingan sore mencapai 100% yang mana distribusi
selingan sore sudah sesuai dengan standar
rumah sakit.
Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian dari Rina (2017) di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
yang menyatakan bahwa makanan tidak tepat
waktu sebanyak 6 responden 20%. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian dari Nizar (2012) pada RSUD Achmad
Muchtar ditemukan 73,3% pasien yang menerima makanan tidak tepat
waktu. Teori makanan baru-baru ini mengevaluasi kebaruan layanan makanan berdasarkan kriteria yang ditetapkan rumah sakit. Makanan
dianggap tepat waktu bila disajikan
100% sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Ketepatan waktu makanan berarti makanan tiba di kamar pasien sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan oleh bagian gizi rumah sakit.
Di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, ketepatan waktu pendistribusian makan malam rendah
karena jika tidak terdistribusi dengan benar maka
terjadi antrean makanan yang telah disiapkan, dan pada saat makanan disajikan kepada pasien, makanan menjadi tidak nyaman terjadi
perubahan suhu dari makanan.�
Pada dasarnya
pasien dilayani sesuai dengan kebutuhan
dan keadaannya agar dapat makan. Peran ahli gizi/gizi adalah
memastikan pasien mendapat nutrisi sesuai dengan kebutuhan
dan kondisinya untuk mempercepat proses penyembuhan
dan mengoptimalkan kesehatannya.
Pengantaran makanan kepada pasien diawali
dengan resep/pemesanan makanan oleh dokter yang merawat. Selanjutnya, ahli gizi mencatat kebutuhan
diet pasien berdasarkan hasil pengkajian gizi, yang dikirim ke pusat gizi/bagian produksi makanan untuk diproses
dan disiapkan. Selama
proses pembuatan makanan, risiko kontaminasi makanan diminimalkan dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian sesuai dengan higiene dan sanitasi makanan (Permatasari,
2021).
Makanan yang ditawarkan harus diberikan kepada pasien sesuai dengan
waktu pelayanan makanan rumah sakit
agar makanan yang ditawarkan
masih panas. 4 pelayan bertanggung jawab untuk membagikan
makanan pasien dengan dua cara. Pelayan pertama membagikan makanan kepada rata-rata 40 pasien per hari dengan total 4 diet berbeda yang dibagi antara 3 departemen medis. Pelayan lain melayani 30 pasien sehari di dua ruang perawatan dengan total 4 diet berbeda. Pelayan menggunakan waktu pengiriman tiap ruang perawatan rata-rata 5-20 menit dari 30 menit
yang ditawarkan. Beberapa pengamatan terkait dengan pelayan yang meluangkan waktu untuk menyajikan makanan kepada pasien dengan disiplin
dan tidak disiplin. Ketidakdisiplinan pramusaji disebabkan karena pramusaji mulai menyajikan makanan kepada pasien 10-15 menit sebelum waktu
yang ditentukan. Hal ini dikarenakan setelah pelayanan selesai, pramusaji mulai membagikan makanan tanpa menunggu waktu sesuai dengan
rencana pembagian yang telah ditetapkan dalam SOP.�
Hal ini
sejalan dengan penelitian Mardianingsih (2020) Banyak faktor
yang dapat mempengaruhi pengiriman makanan sebelum waktunya. Hasil menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil ini adalah
manajemen sumber daya manusia yang buruk, pemantauan bahan bakar dan makanan yang buruk dan fasilitas rumah sakit yang buruk. Manajemen sumber daya manusia yang kurang memadai dibuktikan dengan tidak terpenuhinya jadwal yang telah ditetapkan oleh petugas gizi. Keterlambatan kedatangan pemasang katering, dan juru masak serta staf
pengiriman, terus menjadi hal biasa.
Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Prastuti
(2014) Pengorganisasian
adalah keseluruhan proses menyatukan orang, alat, tugas, tanggung jawab, dan otoritas sedemikian rupa sehingga menciptakan organisasi yang dapat bergerak sebagai satu kesatuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setelah perencanaan selesai, kegiatan selanjutnya adalah pengorganisasian. Definisi di atas menjelaskan bahwa organisasi adalah proses pengelolaan semua sumber daya
organisasi. Kesepakatan mencakup pembagian tugas, alat, sumber
daya manusia, otoritas, dll. untuk menghindari kebingungan dalam pelaksanaan kegiatan. Fungsi ini mengatur
lebih banyak tindakan administratif. Tujuannya adalah untuk mencapai efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan usaha dan kegiatan tindak lanjut (Familta
et al., 2019).
Manajemen yang baik yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan,
koordinasi dan pengendalian
operasional fasilitas gizi, peningkatan mutu secara keseluruhan
dan peningkatan kepuasan tenaga kesehatan lain dan pasien. Seperti halnya penelitian Muliawardani (2016) Bagian gizi
RS Grhasia masih memiliki staf yang berganti-ganti karena kekurangan pegawai di bagian gizi seperti
pramusaji yang bekerja sebagai laundry, ahli gizi yang juga membantu mengolah makanan karena juru masak
dan juru masaknya tidak banyak bantuan
manajemen.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ketepatan pembagian makan pagi adalah 80%, makan pagi 72%, makan siang 92%, makan siang 100%, dan makan malam 60%. Pemberian diet khusus yang benar pada semua pasien yang diperiksa, d. H. tidak kurang dari
25 pasien, 5 sampel di setiap departemen, total 22
orang, d. H. 88% pasien menerima
resep diet sesuai dengan diagnosis pasien. Berdasarkan hasil observasi, penyebab keterlambatan pengantaran makanan adalah para pramusaji yang disiplin dan tidak disiplin meluangkan waktu untuk mulai membagikan
makanan kepada pasien. Ketidakdisiplinan pramusaji disebabkan pramusaji mulai menyajikan makanan kepada pasien 10-15 menit sebelum waktu
yang disepakati. Hal ini dikarenakan setelah pelayanan selesai, pramusaji mulai membagikan makanan tanpa menunggu waktu sesuai dengan
rencana pembagian yang telah ditetapkan dalam SOP.
BIBLIOGRAFI
Familta, Z., Elfindri, E., & Yunita, J. (2019).
Analisis Analisis Manajemen Pelayanan Instalasi Gizi Di Rumah Sakit Umum Daerah
Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2019: Analisis Manajemen Pelayanan Instalasi
Gizi Di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2019. Jurnal
Kesehatan Komunitas, 5(3), 218�226.
Mail, D. A. A., Fahmi, N. F., Putri, D. A., &
Hakiki, M. S. (2021). Kebijakan pemotongan sapi di RPH (Rumah Potong Hewan)
dalam kaitannya dengan prinsip manajemen halal dan HACPP (Hazard Analysis
Critical Control Point). Halal Research Journal, 1(1), 20�38.
Manorek, L., Tucunan, A. A. T., & Ratag, B. T.
(2020). Hubungan Antara Persepsi Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan
Pasien Peserta Bpjs Di Puskesmas Pingkan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan. KESMAS:
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, 9(2).
Mardianingsih, N., Utami, F. A., & Palupi, I. R.
(2020). Capaian standar pelayanan minimal gizi di rumah sakit umum daerah
(RSUD) Manokwari Papua Barat. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 16(4),
152�167.
Marsiyah, S. (2019). Gambaran Ketepatan Waktu
Distribusi Makan Pagi Dengan Sisa Makan Pasien Rawat Inap Di Rsud Ra Basoeni
Kabupaten Mojokerto. Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Muliawardani, R., & Mudayana, A. A. (2016). Analisis
Manajemen Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.
None.
Nizar, M., & Mourbas, I. (2012). Evaluasi
Pencapaian Indikator Standar Minimal Pelayanan (SPM) Gizi dan Hubugannya Dengan
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Pada Rumah Sakit Tipe B Di Sumatera Barat
Tahun 2012.
Pedoman, P. (2013). Pelayanan
Gizi Rumah Sakit. Kementrian Kesehatan.
Permatasari, T. (2021). Pelayanan Gizi Rumah Sakit di
Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Medika Hutama, 3(01 Oktober),
1417�1425.
Prastuti, T. (2014). Analisis Manajemen Dalam
Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Luwu Timur. Skripsi.
Makasar: Universitas Hasanuddin.
Rachmawati, A. D., & Afifah, C. A. N. (2021).
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Penyajian dan Pelayanan Makanan Di
Rumah Sakit. Gorontalo Journal Of Nutrition And Dietetic, 1(2),
37�49.
Rina, A., Noor, T., & Setyowati, S. (2017). Hubungan
Ketepatan Waktu Penyajian Dan Mutu Makanan Dengan Sisa Makanan Pasien Dewasa
Non Diet Di Rsu Pku Muhammadiyah Bantul. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Rosita, Y. (2017). Hubungan Ketepatan Waktu
Distribusi Dengan Asupan Makan Pasien di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo.
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA.
Saptaningrum, N. K. K. D., Kusumayanti, G. A. D.,
& Sugiani, P. P. S. (2020). Studi Kasus Gambaran Status Gizi dan Kadar
Glukosa Darah Pasien Diabetes Militus di RSUD Wangaya Kota Denpasar.
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Denpasar.
Sriatmi, A. (2020). Evaluasi
Proses dalam Program Penanganan Stunting di Semarang.
Triyanto, A., & KM, S. (2022). Hubungan Antara
Ketepatan Waktu Penyajian Makanan Dan Rasa Makanan Dengan Sisa Makanan Pasien
Umum Rsud Raa Soewondo Kabupaten Pati. JURNAL KEDIKLATAN WIDYA PRAJA, 2(1).
Copyright holder: Yulinda,
Asep Saepudin, Joni R Pramudya, Epti Yorita (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |