Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 12, Desember 2022

 

DAKWAH ANTAR MAZHAB �UMAR BIN HĀFIZ MENUJU TITIK TEMU PERDAMAIAN

 

Nadia Nurfitria

Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Peran Umar Ibn Hafiz (lahir 1963 M) dalam membangun persatuan umat di Indonesia berkontribusi signifikan. Hal ini diwujudkan melalui MajelisRasulullah, Majelis Muwasalah bayna Ulamail-Muslimin (Forum Komunikasi Antar ulama), Majelis Daurah Ilmiah, Program Silaturahmi dan menyerukan persaudaraan Muslim. Keteguhan memegang nilai-nilai al-Qur�an danhadisdisajikanIbnHafiz secaraelegandaninklusifsehingga nampak wajah Islam yang toleran. Peran Ibn Hafiz dalam berbagai forum memiliki relevansi yang cukupbesar dalam proses penciptaan persatuan dan perdamaian di Indonesia. Peran pemuka agama ibarat sumber bagi ide dan tindakan (source of idea and action). Wajah historis agama tidak lepas dari berbagai aktivitas yang dimainkan para pemuka agamanya.

 

Kata Kunci: dakwah; umar ibn hafiz; perdamaian.

 

Abstract

The role of Umar Ibn Hafiz (born 1963 AD) in building the unity of the Ummah in Indonesia contributed significantly. This is realized through the Prophet's Assembly, the Muwasalah Bayna Ulamail-Muslimin Council (Communication Forum between Ulama), the Daurah Scientific Council, the Gathering Program and calling for Muslim brotherhood. The steadfastness in upholding the values of the Koran and hadith is presented by Ibn Hafiz in an elegant and inclusive manner so that the tolerant face of Islam can be seen. The role of Ibn Hafiz in various forums has considerable relevance in the process of creating unity and peace in Indonesia. The role of religious leaders is like a source of ideas and action. The historical face of religion cannot be separated from the various activities played by its religious leaders.

 

Keywords: preaching; umar ibn hafiz; peace.

 

Pendahuluan

Globalisasi sebagai sebuah keniscayaan di era sekarang ini memungkinkan masuknya ideologi-ideologi asing, termasuk paham- paham keagamaan transnasional yang tentunya akan menggangu harmoni kerukunan hidup umat beragama di Indonesia. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang penuh dengan keragaman seperti Indonesia, potensi konflik sangat terbuka. Apalagi sejarah membuktikan bahwa dinamika pertumbuhan perkembangan kehidupan masyarakat tidak hanya berlangsung secara linier, tetapi juga sirkuler. Dalam masyarakat yang penuh dengan keragaman, konflik seringkali mengambil bentuk kekerasan, kerusuhan, dan berbagai perilaku destruktif lainnya. Untuk menghadapi dan menyelesaikan sebuah konflik, dibutuhkan wawasan kearifan, ke dalam spiritual, dan kekuatan moral.

UmarIbnHafidz (1963)UlamapluralisdariYamandalam setiap langkah dakwahnya, menyeru dan mengajak manusia kembali pada fitrahnya. Dia merupakan salah satu ulama yang sangat bersemangat dalam menanamkan pemahaman akan pentingnya persatuan dankesatuanumatIslam.IbnH}afiz}menangkapakan adanya upaya-upaya yang mengancam kebersamaan umat Indonesia ini, baik upaya yang datang dari luar ataupun kelalaian dan ketidakpahaman sebagian umat Islam sendiri akan pentingnya menjaga persatuan pada masa di mana kekacauan dan perpecahan kerapkali muncul hanya karena sedikit perbedaan.

Fenomena konflik kekerasan yang terjadi selama ini, pengafiran, klaim sesat dan lain sebagainya, banyak yang ditengarai karena kurang adanya dialog yang produktif dan sikap toleran dalam memandang pendapat orang atau kelompok lain yang berbeda. Sikap fanatik dan memandang kelompok lain salah tidak dapat dibenarkan.

Munculnya berbagai mazhab seharusnya tidak menjadi penyebab perpecahan, saling berseberangan, saling membenci dan mencaci. Akan tetapi adanya banyak mazhab tersebut hendaknya dijadikan sebagai penyebab fleksibilitas, penguat hubungan, pemahaman argumen dan memperluas wawasan.

Dialog teologis adalah salah satu upaya untuk menjembatani bagaimana benturan��� antaragama bisa dieliminir dan dapat membangun kedamaian dan peradaban dunia. Dialog harus dilakukan dengan jujur, terbuka, tanpa ada rasa saling curiga tanpa mendistorsi antara yang satu dengan yang lainnya, menunjukkan sikap tidak memihak dalam terminologi fenomenologi disebut dengan epoche. Dialog memang bukan tanpa persoalan, misalnya berkenaan dengan standar apa yang harus digunakan untuk mencangkup beragam peradaban yang ada di dunia. Oleh karena itu, perlu ada standar universal untuk mencari titik di antara keduanya. Standar itu hendaknya bermuara pada moralitas internasional atau etika global yaitu hak asasi manusia, kebebasan, demokrasi,keadilan dan perdamaian. Hal-hal ini bersifat universal dan melampui kepentingan umat tertentu.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif.fokuspenelitian ini pada sumber data yang diolah dari dari hasil penelitian lapangan (Field Research) dan wawancara. subjek penelitian adalah Ibn Hafidz, kemudian yang akan diteliti adalah dakwah dialog antar mazhab Ibn Hafidz menuju titik temu persatuan umat di Indonesia.

Metode penelitian ini menggunakan metode Studi Literatur, metode ini digunakan untuk meneliti teks-teks terkait dakwah antar mazhab, pemikiran Umar bin Hafiz, serta teks-teks terkait perdamaian antar mazhab. Dalam metode ini, peneliti akan mengumpulkan sumber-sumber terkait dari berbagai jenis media seperti buku, jurnal, artikel, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan topik tersebut.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi langsung dari orang-orang yang terkait dengan topik penelitian, seperti tokoh-tokoh agama, ulama, atau masyarakat yang terlibat dalam dakwah antar mazhab. Wawancara dapat dilakukan secara tatap muka atau melalui telepon atau video conference. Metode Observasi juga dilakukan untuk mengamati langsung aktivitas dakwah antar mazhab yang dilakukan oleh Umar bin Hafiz dan kelompoknya, serta dinamika hubungan antara mazhab-mazhab yang terlibat. Observasi dapat dilakukan dengan cara bergabung dalam kegiatan dakwah tersebut atau dengan cara melakukan pengamatan langsung dari kejauhan.

Metode Analisis Data: Metode ini digunakan untuk menganalisis dan menafsirkan data yang telah dikumpulkan dari metode-metode di atas. Dalam metode ini, peneliti akan menganalisis data kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan teknik-teknik analisis yang relevan, seperti analisis isi, analisis deskriptif, analisis statistik, dan sebagainya.

Dalam menggunakan metode-metode di atas, peneliti juga mempertimbangkan etika penelitian yang baik, seperti meminta izin terlebih dahulu kepada orang-orang yang terlibat dalam penelitian, menjaga kerahasiaan data yang diperoleh, dan menghormati kebudayaan dan kepercayaan agama yang ada di wilayah penelitian.

 

Hasil dan Pembahasan

A. Persatuan Umat Indonesia

Tahun 1994�� adalah�� kunjungan�� pertama�� Ibn�� Hafiz�� ke Indonesia, ia pun mengadakan kesepakatan dengan para ulama dan Habaib di Indonesia untuk mengabulkan permintaan mereka dalam menerima siswa-siswa dari Indonesia untuk berada di bawah bimbingannya di Yaman, tepatnya di Kota Tarim, Haḍramaut dan terus berkelanjutan hingga saat ini. Tahun 1998 angkatan pertama kembali ke Indonesia. Setiap tahunnya Ibn Hafiz menyempatkan diri untuk melakukan kunjungan ke Indonesia untuk menjenguk murid- murid Ibn Hafiz yang berjumlah ribuan dan juga sebagai kepedulian Ibn Hafiz terhadap kelangsungan dakwah Nabi Muḥammad SAW.

Saat ini sekitar 400 santri Indonesia berguru di Dar al Mustafa.Beberapa yangmemilikibanyakpengikutdiTanahAir, seperti Munzir al-Musawa dan Jinjan bin Novel pernah berguru kepadaIbnHafiz.Merekakerapmenggelarzikiryangdihadiri puluhanribuorang.Tak pelakkedatanganIbnHafizkeIndonesia disambut hangat oleh para pengikutnya. Di hadapan pengikutnya, Ibn Hafizmenekankanpentingnya ibadahzikirdanmenegaskan bahwa umat Islam harus menjadi pionir perdamaian serta menyampaikan kesannya tentang umat Islam Indonesia yang cinta damai, lembut, dan memiliki etika. Entah pujian atau sebuahsentilan, faktanya konflik antarumat atau aliran kerap terjadi di Indonesia.Setiap�� kali�� Ibn Hafiz berkunjung ke Indonesia, banyak pesantren dan majelis taklim datang menyambutnya, media televisi, radio, surat kabar seringkali menampilkan liputan mengenai aktivitas dakwah Ibn Hafiz. Pada hari minggu 08 November 2015 adalah acara Haul Imam Abu Bakar bin Salim. Ibn Hafiz berkunjung dan menghadiri majelis taklim salah seorang muridnya, yaitu Almarhum Munzir bin Fuad (Mejelis Rasulullah saw) di Lapangan Monas, hadirin dan jamaah diperkirakan mencapai ratusan ribu orang.

Majelis Rasulullah adalah Furu cabang dari Jalsatul Isna milik Ibn Hafiz yang ada di kota Tarim, karena Munzir adalah salah satu murid Ibn Hafiz. kategori pengajar yang ditunjuk adalah alumni dari Darul Musthafa yang mempunyai pemahaman terhadap ilmu pengetahuan yang cukup luas dan sesuai tuntutan zaman, memiliki kemampuan memberikan faedah, memahami dan memiliki pengaruh, jadi tidak hanya bisa ceramah tetapi harus ada pengaruh yang bagus dan kuat terhadap umat.

Tugas dan wewenang dewan syura hanya sebataslegalisasi dan urusan yang berhubungan dengan kegiatan yayasan, di mana dalam pelaksanaan segala kegiatan dan peraturan majelis sepenuhnya�� harus�� tetap�� di�� bawah�� arahan�� Ibn�� Hafiz.�� Dalam pelaksanaan serta penyelengaraan majelis rutin ataupunmajelisacara hari besar Islam, tidak diperkenankan untuk mengundang serta menyarankan tokoh politik untuk hadir dalam kondisi apapun. Jadi Ibn H{afiz} membuat majelis Rasulullah tidak ada kaitan dan terikat dengan politik.

Adapun jadwal kunjungan Ibn H{afiz} di Indonesia tahun 2015 adalah Sabtu, 14 November 2015, pukul 07.00 WIB acara Rauhah Haul Syaikh Abu> Bakar bin�� Salim, Cidodol, Jakarta Selatan. Minggu 15 November 2015 acara Haul Akbar Syaikh Abu Bakar bin Salim, Cidodol, Jakarta Selatan. Minggu 15 November, pukul 15.30 WIB acara Rauhah dan Maulid Nabi di Pondok Pesantren al- Fachriyah, Ciledug, Tangerang. Senin 16 November 2015, pukul 20.00 WIB acara Tabligh Akbar Majelis Rasulullah Saw di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Untuk yang berhalangan hadir,bisamengikuti acara tersebut melalui NABAWI TV atau melaui website secara streaming di http://www.nabawi.tv/streaming.

Dalam pandangannya mengenai umat islam di Indonesia, melalui sebuah wawancara dengan majalah Gatra, Ibn Hafiz menilai Islam di Indonesia punya rasa cinta tinggi pada Nabi. Hubungan emosional yang erat dengan Rasulullah pun bisa ditingkatkan dengan pembelajaran ilmu akhlak yang lebih dalam. Selain itu, peningkatan pemahaman pada norma-norma juga perlu ditingkatkan agar hubungan muslim dengan yang bukan muslim di Indonesia bisa semakin lebih baik. Umat Islam seharusnya menumbuhkan gambaran bahwa kita tinggal di satu bahtera bersamaumatberagama lain. seperti dalam satu perahu, ketika seorang melubanginya dengan alasan apapun, tentunya akan membahayakan bagi semua orang dalam perahu. Jadi silahkan berbuat apapun, asalkan jangan melubangi perahunya.

Ibn HafizmenilaiorangIndonesiapunyadasaryangbaik untuk bisa hidup bersama dengan keberagaman. Jika ada sedikit konflik atau perseteruan, tentunya pengaruh dari apa yang datang setelahnya. Namun pada intinya, potensi untuk toleransi yang baikitu ada di Indonesia. Hanya berusaha sedikit saja akan terwujud toleransi seperti yang kita harapkan. Lain halnya dengan pendapat eksklusif Ibn Hafiz pada uraian sebelumnyatentangperbedaanmazhab,dalamhaliniIbnHafiz mengatakan kepada wartawan Gatra bahwa perbedaan mazhab- mazhab dalam Islam bukanlah hal yang sifatnya prinsipil. Itu hanya ranting dan cabangnya agama. Sebaiknya itu bisa dipahami dengan baik agar tidak ada masalah. Yang menjadi masalah, ketika seseorang dikuasai fanatisme berlebih pada mazhabnya, maka perilakunya saling menyakiti. Semestinya kita semua saling menghormati. Intinya mazhab yang sudah dianut lebih dahulu oleh masyarakat Indonesia harus menunjukanpenghormatanpada mazhab baru. Tetapi mazhab yang masuk setelahnya harus mampu menunjukan penghormatan yang lebih besar.

Menurut�� Ibn�� Hafiz, faktor�� yang�� menjadi�� pemicu�� konflik adalah para ulama masing-masing yang pemahaman agama Islamnya kurang benar. Mengafirkan seseorang itu tidakdiperbolehkan, kecuali pada kenyataannya orang itu memang kafir. Atau bisa jadi mereka melakukan hal tersebut karena faktor-faktor duniawi dengan mencaripembenaranatasnamaagama.Ibn Hafiz menyarankan, untuk muslim di Indonesia bahwa semua mazhab yang ada jangan saling menggangu dan mencela. Serta mengarahkan jika di suatu daerah telah bermukim sebuah mazhab mayoritas, maka agar mazhab lain tidak masuk kesana karena bisa menimbulkan gesekan- gesekan. Di dalam Islam itu dianjurkan untuk berbuat dan berhubungan baik dengan setiap orang termasuk mereka yang tidak mengucapkan dua kalimat syahadat. Akan tetapi jikadisuatutempat ada agama tertentu yang menjadi mayoritas, maka harus diperhatikan perasaan umatnya.

Ibn Hafiz menjelaskan tujuan datang ke Indonesia dan apa yang mendorongnya melakukan hal tersebut. Menurut Ibn Hafiz, hal ini adalah kewajiban setiap orang, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur�ān bahwa� Telah datang kepada kalian kitab dan rasul dengan cahaya yang terang benderang dan dengan itulah Allah menunjukan jalan-jalan yang membawa kedamaian. Apabila seorang muslim mempraktikkan petunjuk Allah, maka akan memberikan manfaat yang lebih besar, tidak hanya untuk muslim, tetapi juga kepada orang non-muslim. Umat Islam mestinya bisa hidup berdampingan dan bermasyarakat dengan penganut agama lain.

B.  Upaya Dakwah Ibn Hafiz di Indonesia

Perdamaian Islam ialah penyatuan langkah dan aksi pengikut seluruh mazhab Islam sebagai umat Islam dalam rangka membangun kekuatan bersama dan melawan kekuatan musuh yang sama. Bila perdamaian dalam pengertian ini bisa diwujudkan, maka dunia akan menyaksikan kebangkitan 1,5 milyar penduduk untuk menggulirkan visi Islam yang toleran, pluralis, rekonsiliatif dan terbuka. Mereka akan bergerak menggulirkan platform Nabi Muḥammad saat membangun Madinah yang pluralis dalam skala global.

Di Indonesia Ibn Hafiz berupaya menyatukan para ulama yang akan berpengaruh besar pada umat, dengan mendirikan Majelis MuwasalahbainaUlamaal-Musliminn atauForum�� Komunikasi antar Ulama. Dengan dasar seperti inilah bisa terwujud hubungan dan jalinan silaturahmi di kalangan para ulama yang bisa membuahkan hasil yang luarbiasa. Forum dan majelis ini telah direspons positif oleh para ulama dari berbagai kalangan, mulai para ulama yang berlatar belakang pesantren tradisional hingga para intelektual dan akademisi. Ibn Hafiz mengatakan majelis ini bukan ormas,sebab bila majelis ini sama dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang sudah ada maka semua itu adalah pekerjaan yang sia-sia. Lebih baik kembangkan yang sudah ada dari pada harus membuat sesuatu yang baru. Majelis ini terbentuk murni hanya ingin mengembalikan jatidiri para ulama dan terjalinnya silaturahmi di kalangan mereka secara alamiah namun penuh dengan keseriusan.

Majelis Muwasalah didirikan tahun tahun 1327H/2007M, adapunvisi dan misi majelis tersebut, mewujudkan rasa persatuan dan saling membantu di antara para ulama untuk menampilkan dan menyampaikan dakwah sebagai rahmat untuk seluruh alam, turutandildalammembangun dan melahirkan para ulama rabbanidi tengahumat Islam. Sedangkan tujuan didirikannya Majelis Muwasalah ini adalah:

1.      Menguatkan ikatan ta�aruf dan komunikasi antarulama, saling membantu dalam memecahkan masalah-masalah subtantif dalam agama, sehingga dapat memberikan kemaslahatan masyarakat dan menjaga nilai-nilai yang mendasar bagi umat Islam.

2.      Meningkatkan taraf kemampuan ilmiah di halaqah, madrasah, pesantren dan pusat Pendidikan Islam. Disertai dengan pembersihan jiwa (tazkiyah al-nafs) dan pendidikan akhlak serta kecakapan dalam dakwahfisabil li Allah.

3.      Memberikan penjelasan secara baik dan benar atas dinamika terbaru dan terkini agar pandangan para ulama menjadi lebih mendalam dan agar pendapat mereka menjadi lebih sesuai dengan keadaan dan persatuan umat.

4.      Mempublikasikan hasil kajian para ulama berkaitan dengan problem penting yang terjadi atas umat. Menyosialisasikan hasil penelitian, kemajuan, temuan, kreasi baru yang bermanfaat, mengekspos penerbitan dan produk ilmiah lainnya.

Ibn Hafiz adalah figur yang moderat dan menolak sikap-sikap fanatisme, sehingga majelis ini bersifat terbuka dan universal. Dalam muktamar al-Du�at waal-Irshadatau konferensiparadai yang diadakan di Yaman. Dalam ceramahnya Ibn Hafiz menegaskan sebuah pernyataan yang sangat luar biasa, Jika semua ulama yang berdakwah hanya mengajak pada kelompoknya, mengajak pada mazhabnya, mengajak pada ṭariqah-nya, lalu siapa yang akan mengajakkepada Allah swt.?

Menurut IbnHafiz dakwahyangefektif hanya dakwahyang terlepas dari kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan. Bebas dari fanatisme serta terbuka untuk semua kalangan. seperti itulah dasar adanya agama Islam, agama yang tidak hanya untuk golongan tertentu, namun agama yang bersifat menyeluruh dan universal.

Adapun beberapasarana, media dan program kerja nyata dari majelis Muwasalahini antara�� lain�� pertemuan�� Ulama, program daurah ilmiyah, program silaturahim di antara para Ulama.

Pertemuan ulama adadua macam,yaitu multaqadanliqa�. Multaqa pertemuan rutin yang diselenggarakan berdasarkan wilayah disebut multaqa iqlimi dan multaqa quṭri (pertemuan wilayah), sedangkanliqa� adalah pertemuan rutin lokal,berupa pertemuan ulama setempat yang bertujuan untuk membentuk majelis Muwasalah di daerah tersebut, rapat para pelaksana tugas baik oleh para perwakilan ataupun sukarelawan majelis Muwasalah di sebuah wilayah.

Di dalam berbagai pertemuan ini, hadir sejumlah ulama, akademisi, masyarakat umum dan para simpatisan majelis Muwasalah sebagai ajang untuk membahas berbagai tema yang sesuai dengan misi majelis.

Hasil�� laporan�� program�� majelis�� Muwasalahmenunjukkan bahwa antusiasme masyarakat tinggi terhadap acara tersebut dilihat dari hadirnya para peserta yang bisa mencapai 203 orang. Acara ini rutin digulirkan guna agar lebih intens mengkaji dan berdialog untuk membahas berbagai tema yang sesuai dengan misi majelis. Berbagai jenis pertemuan seperti pertemuan regional, pertemuan lokal, pertemuan musyawarah, pertemuan penyegaran, mulai dari Kediri, Gresik, Sumedang, Jambi, Manado, Gorontalo dan beberapa wilayah di Indonesia lainnya.

Dengan diadakannya pertemuan ulama ini Ibn Hafiz berupaya menyatukan perpecahan dengan mengedepankan prinsip-prinsip yang disepakati (Mabda� Qawasim Mushtarakah) dengan menggunakan prinsip moderat yang syar�i dan sikap cerdas yang proporsional, serta menguatkan prinsip damai dalam kehidupan nyata. Dari berbagai pertemuan dialog ini makaterciptalah hubungan yang baik di kalangan para ulama, baik skala lokal maupun internasional. Selanjutnya program acara dari majelis Muwasalahini adalah daurah ilmiyah.

Daurah ilmiyah adalah kegiatan kajian terjadwal mengenai beberapa disiplin ilmu pengetahuan teoretis dan praktis, yang diselengarakan di waktu dan tempat tertentu. Peserta kajian bisa putra putri yang memiliki kemauan tinggi untuk memperdalam ilmu agama juga memperdalam hal-hal yang terkait dengan manajemen dan perkembangan pondok pesantren dan lembaga-lembaga keagamaan, akhlak tasawuf, atau peningkatan kualitas fikih dakwahdi kalangan ulama dan dai. Adapun laporan program daurahilmiah adalah sebagai berikut:

 

Tabel 1

Laporan Daurah Ilmiah

No.

Program

Waktu Pelaksana

Tempat Pelaksana

Pembimbing

Jumlah Peserta

1.       

TIK (Teknologi Informasi Dan Komunikasi) Masuk Pesantren

13/2/33H-19/3/33H7/1/12M-15-16/12/12M

Dilaksanakan di 14 pondok pesantren Jawa Timur

Tim pengajar dari UPTN

(Universitas Pembangunan Nasional)

192 orang utusan dari ponpes

2.       

Program Ilmiyah yang ke-1 tentang Ilmu Qira�at

29-30/1/34H 15-16/12/12M

Ponpes al-Falah Bandung, Jawa Barat

As-Sayyid Ali Bin Abdullah Alaydrus

50 orang terdiri dari para pengajar dan siswa

3.       

Program Ilmiyah ke-2 tentang ilmu qira�at

28-30/4/34H 9-11/3/13M

Ponpes Riyadhul Jannah Pacet, Jawa Timur

Asy-Syaikh Faishol An- Najjar

23 Orang yang terdiri pengajar dari kaum laki- laki dan perempuan

4.       

Kajian Ilmiyah dengan judul ‛Kemuliaan hubungan antara Ahlu bait dan para sahabat‛

8/3/34H 19/1/13M

Kantor Ar- Robithoh Al- Alawiyah, Jakarta

As-Sayyid Zaid Bin Yahya

32 Orang

5.       

Program Ilmiyah yang ke-3 tentang ilmu Al- Qur�ān

8-10/5/34H19-21/3/13M

Ponpes Miftahul Khairaat- Karawang, Jawa Barat

Asy-Syaikh Faishol An- Najjar

50 orang yang terdiri dari laki- laki dan perempuan

 

Laporan hasil daurah ilmiah menujukkan bahwa majelis yang didirikan oleh Ibn Hafiz sangat konsisten dalam memberikan media pembelajaran bagi para putra putri pondok pesantren untuk memperdalam ilmu agama seperti akhlak tasawuf, fikih, dakwah, ilmu qira�at, ilmu al-Qur�ān, ilmu nabawi. Tidak hanya ilmu keagamaan. Program ini juga memberikan pembelajaran mengenai TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), juga memberikan pengajaran kepada para guru dan dai mengenai metode pengajaran. Lokasi tempat daurahpun merata di beberapa daerah di Indonesia. seperti Bandung, Pacet, Jakarta, Karawang, Lampung, Kediri, Purwakarta, Tegal, Jombang dan beberapa daerah lainnya.

MenurutpandanganIbnHafiz�� kegiatanprogramdaurahini memiliki�� pengaruh�� besar�� terhadap�� realitas�� umat.�� Ibn�� Hafiz menganggap masalah ini termasuk hal yang memerlukan perenungan, pemikiran, pembahasan, serta upaya cerdas untuk sampai pada satu kesimpulan yang berkaitan dengankemajuanumat, masa depan mereka yang bersifat jangka pendek atau yang jauh ke depan. Hal ini merupakan masalah besar yang berkaitan dengan adanya golongan, kelompok, dan mazhab. Bagaimana seharusnya hidup rukun antar mereka dan mengajarkan bagaimana seharusnya membangun komunikasi kepada generasi muda di Indonesia.Selanjutnyaprogram darimajelisMuwasalah adalah program silaturahim.

Program silaturahim yaitu berbagai kunjungan yang dilakukan untuk memperkokoh hubungan antar lembaga pendidikan dan ulama di suatu wilayah dengan Islam lainnya, juga berbagai rih{lah ilmiyah dan rihlah dakwah ke berbagai wilayah untuk menyelenggarakan daurah, kajian, ceramah dan seminar. Kegiatan tersebut dijadikan sebagai ajang untuk menghidupkan nilai-nilai keagamaan yang lurus, nilai-nilai sunah dan keteladanan Nabi Muḥammad. Adapun hasil laporan program silaturahim adalah sebagai berikut.

Tabel 2

Laporan Program Silaturahim

No.

 

Daerah Tujuan Kunjungan

Jenis Kunjungan

Tanggal

1.       

Kunjungan dalam rangka penyegaran kegiatan dakwah serta silaturahim kepada Ulama di Madura

Silaturahmi dan penyegaran

11-14/11/33H

27-30/9/12M

2.       

Kunjungan ke Yayasan dan Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah, Garut

Silaturahmi

27/1233H 12/11/12M

3.       

Tabligh Akbar, Ponpes Lirboyo dan Majelis Muwasalah di Kediri, Jawa Timur

Dakwah

18/1/33H

1/12/12M

4.       

Peringatan Maulid Nabi SAW di Sumedang

Dakwah dan Penyegaran

24/3/34H

3/1/13M

5.       

Kunjungan Majelis Muwasalah keSulawesi (Makasar, Manado, Gorontalo, Palu)

Dakwah dan Penyegaran

24/2/34H

16-24/4/13M

6.       

Kunjungan Majelis Muwasalahke Sampit

Kunjungan silaturahim

21-22/3/34H

1-2/2/13M

7.       

KunjunganMajelisMuwasalahke Singapura dan Malaysia

Kunjungan

silaturahim dan penyegaran

2-7/3/34H

11-16/4/13 M

8.       

Kunjungan Majelis Muwasalahke Ponpes Al- Muhajirin, Purwakarta

Silatuurahim

15-16/4/34H

26-27/3/13M

9.       

Kunjungan Muwasalah ke Lombok

Dakwah dan Penyegaran

27/7/34H

8-13/5/13M

10.   

Kunjungan Muwasalah ke Bali

Dakwah dan Penyegaran

5/7/34H

13-15/5/13M

11.   

Kunjungankedua Majelis Muwa>salah ke Malaysia, Singapura dan Thailand

Dakwah dan Penyegaran

14-20/7/34H

34-30/5/13M

12.   

Peringatan Isra Mi�raj di Bandung

Silaturahim

30/7/34H

9/6/13M

13.   

Kunjungan Muwasalah ke Pangkalan Bun

Kunjungan

Dakwah

1-4/8/34H

10-13/7/13M

14.   

Silaturahim Akbar di Ponpes Asy-Syifa Al- Mahmudiyah, Sumedang

Kunjungan Dakwah

16/8/34H

25/6/13M

15.   

Majelis�� Muwasalah�� menerima�� kedatangan As-Sayyid Zaid Bin Yahya dan Sayyid Mahdi Hamid yang datang ke Indonesia dalam

rangka kunjungan Dakwah Ilmiah

Kunjungan Ilmiah

9-20/8/34H

18-20/6/13M

16.   

Kunjungan Muwasalah ke Palembang

Silaturahim

7-8/9/34H

16-17/7/13M

17.   

Majelis Muwasalahmenerimakedatangan As-Sayyid Ubaidillah Al-Atthas dan kelompok nasyid dari Makkah ke Indonesia dalam rangka silaturahim

Kunjungan Dakwah

13/6/34H

13-22/8/13M

 

Laporan program silaturahim menunjukkan Ibn Hafiz sangat menekankan pentingnya program silaturahmi. Ibn Hafiz beserta para rombongan rutin melakukan kunjungan dalam rangka penyegaran kegiatan dakwah kepada para ulama di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Madura, Garut, Kediri, Sumedang, Manado, Bali, Palembang, Surabaya. Tidak hanya di Indonesia bahkan Singapura, dan Malaysia.

Dalam program silaturahim ini Ibn Hafiz mengajarkan bagaimana membangun komunikasi, bagaimana cara bersikap menghadapi berbagai macam aliran hingga pada akhirnya perbedaan itu mengecil dan masyarakat berubah pada suatu kekuatan yang saling berdekatan dalam pendapat dan pemahaman. Semuanya saling memahami dan memaklumi hingga pada tingkat saling tolong menolong antara satu dan lainnya. Bahkan lenyap masalah-masalah pribadi dan kepentingan-kepentingan pribadi karena begitu kuat dan indahnya jelasnya program acara silatirahim.

 

Kesimpulan

Dakwah antar Mazhab yang di lakukan Ibn Hafiz yaitu berupaya menyatukan para ulama yang akan berpengaruh besar pada umat, dengan mendirikan Majelis Rasulullah, Majelis MuwasalahbainaUlamaal-Musliminn atauForum�� Komunikasi antar Ulama, MajelisDaurah Ilmiah, Program Silaturahim. Dengan dasar seperti inilah bisa terwujud hubungan dan jalinan silaturahmi di kalangan para ulama yang berbeda Mazhab bisa membuahkan hasil yang luarbiasa. Forum dan majelis ini telah direspons positif oleh para ulama dari berbagai kalangan, mulai para ulama yang berlatar belakang pesantren tradisional hingga para intelektual dan akademisi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Abdullah, M. Amin. (2020). Dinamika Islam Kultural. IRCiSoD.

 

Adib, Muhammad. (2009). Burdah; Antara Kasidah, Mistis & Sejarah. Pustaka Pesanttren.

 

Al-Qur�an, Lajnah Pentashihan Mushaf. (2019). Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Tafsir Al-Qur�an Tematik Edisi Revisi Jilid, 3.

 

Ali, A. Mukti. (1992). Ilmu Perbandingan Agama, Dialog, Dakwah dan Misi. Dalam Burhanuddin Daya & Herman L. Beck (Red.) Ilmu Perbandingan Agama Di Indonesia Dan Belanda (Kumpulan Makalah Seminar), Seri INIS XIV. Jakarta: INIS.

 

Anderson, Rob, Baxter, Leslie A., & Cissna, Kenneth N. (2004). Concluding voices, conversation fragments, and a temporary synthesis. Dialogue: Theorizing Difference in Communication Studies Sage, London, 259�268.

 

Arifin, Muhammad. (2004). Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Quran Dakwah Kontemporer Buku Cerdas Para Dai. Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan.

 

Arnett, Ronald C. (1986). Communication and community: Implications of Martin Buber�s dialogue. SIU Press.

 

Asfiyak, Khoirul. (2019). Kajian Filosofis Dan Antropologis Tentang Fenomena Ikhtilaf Dalam Tradisi Pemikiran Muslim. Vicratina: Jurnal Pendidikan Islam, 1(2).

 

Aziz, Moh Ali. (2019). Ilmu Dakwah: Edisi Revisi. Prenada Media.

 

Azyumardi, Azra. (1999). Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan Tantangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

 

Bakhtin, Mikhail M. (1981). The dialogic imagination: Four essays, ed. Michael Holquist, Trans. Caryl Emerson and Michael Holquist (Austin: University of Texas Press, 1981), 84(8), 80�82.

 

Bakti, Andi Faisal. (2004). Communication and family planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi muslim perceptions of a global development program. INIS.

 

Bakti, Andi Faisal. (2010). The Contribution of Dakwah to Communication Studies: Risale-i Nur Collection Perspective. Dalam International Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faith, Morality and the Future of Humanity,(Istanbul: The Istanbul Foundation For Science and Culture, 2010).

 

Baxter, Leslie A., & Montgomery, Barbara M. (1996). Relating: Dialogues and dialectics. Guilford Press.

 

 

 

Cissna, Kenneth N., & Anderson, Rob. (1990). The contributions of Carl R. Rogers to a philosophical praxis of dialogue. Western Journal of Speech Communication, 54(2), 125�147.

 

Ezegbobelu, Edmund Emeka. (2009). Challenges of interreligious dialogue: between the Christian and the Muslim communities in Nigeria (Vol. 898). Peter Lang.

 

Friedman, Maurice S. (1996). Martin Buber and the human sciences. SUNY Press.

Qamaruddin, S. F., & A�la, Abd. (2016). Melampaui dialog agama.

 

Copyright holder:

Nadia Nurfitria (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: