Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November
2022
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMA WAKTU
TUNGGU RAWAT JALAN (WTRJ) DI RUMAH SAKIT A
Pusposari Purwoko,
Atik Nurwahyuni
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Dalam menyelenggarakan pelayanannya, rumah sakit wajib menerapkan standar pelayanan minimal supaya mutu pelayanan yang dihasilkan tetap terjaga dengan baik. Salah satu standar pelayanan minimal pelayanan rawat jalan adalah waktu tunggu rawat jalan �60 menit. Saat ini waktu tunggu rawat jalan masih menjadi permasalahan di pelayanan rawat jalan rumah sakit, karena capaiannya sangat jauh dari standar. Hal ini akan mempengaruhi pertimbangan dan minat pasien dalam memilih rumah sakit. Melakukan kajian dan menggali faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya WTRJ. Penelitian ini menggunakan fishbone analysis dan wawancara mendalam dengan dokter, petugas dan pasien. Kurangnya kedisiplinan dokter dalam memulai jadwal praktik, dokter masih menjadwalkan operasi bersamaan dengan jadwal praktik di poliklinik, jadwal praktik dokter yang berubah-ubah, pasien yang datang lebih awal beberapa jam dari jadwal praktik dokter, kuota pelayanan yang terbatas. WTRJ belum sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal, harus dilakukan peninjauan terhadap jadwal praktik dokter, meningkatkan kedisiplinan dokter serta mengarahkan pasien untuk mendaftar online supaya tidak mengantri terlalu lama.
Kata kunci: waktu tunggu rawat jalan (wtrj), rumah sakit, rawat jalan.
Abstract
In organizing its services, hospitals are
required to implement minimum service standards so that the quality of the
services produced is well maintained. One of the minimum service standards for
outpatient services is outpatient waiting time �60 minutes. Currently, outpatient waiting time is
still a problem in hospital outpatient services, because the achievement is
very far from the standard. This will affect the consideration and interest of
patients in choosing a hospital. To study and explore the factors that
influence the length of outpatient waiting time. This study used fishbone
analysis and in-depth interviews with doctors, staff and patients. Lack of
doctor discipline in starting the practice schedule, doctors still schedule
operations together with practice schedules in polyclinics, changing doctor
practice schedules, patients who arrive several hours earlier than the doctor's
practice schedule, limited service quota. Conclusion: outpatient waiting time
is not yet in accordance with the Minimum Service Standards, a review of the
doctor's practice schedule must be carried out, improve the discipline of
doctors and direct patients to register online so that they do not queue too
long.
Keywords: outpatient waiting time (wtrj), hospital,
outpatient care.
Pendahuluan
Rumah
sakit adalah sebuah organisasi kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan baik
rawat jalan maupun rawat inap. Pelayanan rawat jalan diberikan pada pasien yang
tidak membutuhkan observasi lebih dari 24 jam di rumah sakit, sedangkan
pelayanan rawat inap diberikan pada pasien yang membutuhkan observasi lebih
dari 24 jam di rumah sakit (Undang-Undang RI No. 44, 2009).
Pelayanan
rawat jalan memberikan pelayanan pencegahan, pengobatan serta pemulihan
terhadap pasien dengan waktu kurang dari 24 jam, dimana dalam pelayanannya
terkait dengan kegiatan penunjang lain seperti rehabilitasi medis,
laboratorium, radiologi dan farmasi (Permenkes No. 12, 2013).
Proses
di dalam pelayanan rawat jalan meliputi proses pendaftaran, proses dilakukannya
pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat, proses pemeriksaan dokter, proses
pemeriksaan penunjang diagnostik, proses menunggu obat di bagian farmasi sampai
dengan proses penerimaan obat oleh pasien.
Dalam
memberikan pelayanan, RS seyogyanya memiliki standar pelayanan yang bermutu. Acuan
RS dalam memberikan pelayanan terstandar tertuang di dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) ini disusun supaya setiap RS memiliki panduan
untuk melakukan pengendalian, pengawasan dan pertanggungjawaban dalam
menyelenggarakan pelayanan Kesehatan (Peraturan Pemerintah, 2005). Salah satu
SPM dalam pelayanan rawat jalan adalah waktu tunggu rawat jalan �60 menit. Waktu tunggu rawat jalan (WTRJ) adalah proses
dimana pasien yang selesai mendaftar pelayanan rawat jalan menunggu untuk
mendapatkan pelayanan dokter. WTRJ dihitung sejak pasien mendapat nomor antrian
pemeriksaan dokter dari pendaftaran sampai dengan bertemu dan diperiksa oleh
dokter (Kepmenkes No. 129, 2008). Sejak Pertemuan Ilmiah Tahunan dan Semiloka
Tahunan Ke-VI (Pitselnas) pada bulan Maret tahun 2022, capaian WTRJ diubah ke
dalam bentuk persentase dengan angka capaian �80% (Hanum, 2022).
Beberapa penelitian yang
dilakukan di rumah sakit menyebutkan bahwa, WTRJ masih menjadi permasalahan di
rumah sakit. WTRJ saat ini sangat mempengaruhi masyarakat dalam memilih RS.
Masyarakat cenderung memilih RS yang menjanjikan WTRJ singkat, karena waktu sangat
bernilai bagi pasien jika harus dihabiskan untuk menunggu dilayani oleh dokter
(Silitonga, 2018).
Penelitian
yang dilakukan oleh Silitonga pada tahun 2018 juga menyebutkan, faktor-faktor
yang ikut mempengaruhi lama waktu tunggu rawat jalan meliputi kurangnya dokter
spesialis yang memberikan pelayanan sehingga antrian pasien yang ingin dilayani
makin panjang. Penelitian lain menemukan penyebab WTRJ memanjang yaitu kurang
disiplinnya dokter dalam memulai jam praktik (Astiena & Azmi, 2020), dokter
sering datang terlambat ke poliklinik (Dewi et
al., 2020), dan terbatasnya kuota pelayanan dokter sehingga pasien memilih
untuk datang beberapa jam lebih awal supaya mendapatkan kuota (Farida H, Tasya;
Setiatin, 2021).
Penelitian
untuk menggali faktor-faktor yang mempengaruhi WTRJ ini dilakukan di salah satu
RS tipe C di kota Tangerang. WTRJ di RS ini sampai saat ini masih menjadi
permasalahan karena capaiannya belum sesuai dengan standar pelayanan minimal.
Berikut ini adalah indikator nasional mutu (INM) WTRJ RS tahun 2022.
Gambar 1
Capaian WTRJ
dalam menit tahun 2022
Gambar 2
Capaian WTRJ
dalam % tahun 2022
Dari hasil INM tersebut tampak bahwa WTRJ memanjang sampai 2 kali lipat dari SPM, bahkan capaian dalam persentase pun tidak lebih dari 30%. Capaian ini tentunya sangat jauh dari target SPM yaitu �80%. Berdasarkan hal ini, peneliti tertarik untuk menggali faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi panjangnya WTRJ serta nantinya akan membuat rekomendasi perbaikan WTRJ.
Metode Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di RS A yaitu salah satu RS tipe C yang sudah berusia 33 tahun di
kota Tangerang. Subyek yang terlibat dalam
penelitian ini adalah dokter spesialis yang memberikan pelayanan di poliklinik,
kepala instalasi rawat jalan, koordinator poliklinik, perawat poliklinik dan
petugas pendaftaran.
Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data
menggunakan wawancara mendalam, observasi dan
membuat fishbone analysis berdasarkan
hasil dari wawancara dan observasi. Fishbone
analysis merupakan alat yang digunakan untuk mencari beberapa penyebab dari
satu kejadian atau fenomena.� Hasil dari fishbone analysis dibandingkan dengan
kajian literatur yang dilakukan pada beberapa artikel yang membahas mengenai
waktu tunggu rawat jalan. Semua artikel bersumber dari jurnal sinta. Setelah
dilakukan perbandingan dengan kajian literatur, maka selanjutnya akan dikaji
penyebab terbesar lamanya waktu tunggu rawat jalan.
Hasil dan Pembahasan
Dari
wawancara mendalam terhadap beberapa dokter spesialis, koordinator poliklinik,
perawat poliklinik, petugas pendaftaran,
kepala instalasi rawat jalan dan pasien didapatkan hasil sebagai berikut:
Informan Dokter:
�Saya tidak bisa datang tepat waktu, karena
saat ini saya sedang sekolah subspesialis di RSCM, butuh waktu lebih lama di
perjalanan�(informan 1)
�Saya juga praktik di tempat lain, pasiennya
di sana banyak, jadi saya terlambat datang ke sini� (informan 2).
�Saya tidak pernah kebagian jadwal operasi
setelah jam poli, jadinya saya jadwalkan saja berbarengan dengan jadwal poli�
(informan 3).
�Saya kalo pagi olahraga dulu, jadi ga bisa
datang sesuai jam poli, yasudah jam poli ga usah diganti, sesuai dengan
sebelumnya aja� (informan 4).
�alat dental unitnya rusak 1, jadi saya telat
memulai praktik karena bergantian� (informan 5).
Informan Koordinator
poliklinik:
�Pasien banyak yang komplain ke kami karena dokter
sering terlambat, kami hanya bisa menjawab bahwa dokter sedang ada operasi
emergensi di ruang operasi� (informan 6).
�Dokter sering memundurkan jam praktik di
hari H, sehingga pasien komplain karena harus menunggu lama� (informan 7).
Informan perawat poliklinik:
�Kami sudah sering mengingatkan dokter
mengenai jadwal praktiknya, tapi dokter tetap terlambat� (informan 8).
Informan petugas pendaftaran:
�Dokter tiba-tiba close jumlah pasien, pasien sering komplain karena tidak kebagian
kuota� (informan 9).
�Banyak pasien yang datang tidak sesuai dengan tanggal kontrolnya,
sehingga butuh waktu lama untuk pengecekan supaya SEP bisa tercetak� (informan
10).
Informan kepala instalasi
rawat jalan:
�Saya sudah menyampaikan komplain pasien ke
dokter, namun dokter tetap saja terlambat� (informan 11).
Informan pasien:
�Saya datang sejak jam 5 subuh karena sudah
mencoba daftar online tapi kehabisan kuota� (informan 12).
Gambar 3. Fishbone analysis WTRJ
Dari
hasil wawancara mendalam dan observasi langsung, dibuat fishbone analysis. Dari fishbone
analysis tersebut didapatkan banyak permasalahan pada man, yaitu dokter
yang terlambat karena praktik lebih dari 1 tempat, jadwal dokter yang
berubah-ubah, dokter terlambat karena sedang menempuh pendidikan subspesialis,
pasien yang datang lebih awal karena merasa takut tidak mendapatkan kuota
pelayanan dokter. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Silitonga pada tahun 2018 yang menyebutkan penyebab panjangnya WTRJ adalah
kurangnya tenaga dokter spesialis, kurangnya jam pelayanan dokter serta
kurangnya SDM rekam medis. Kurangnya tenaga rekam medis tidak relevan dengan
penelitian di RS ini, karena RS ini sudah menerapkan rekam medis elektronik
(RME). Dalam penelitiannya, Silitonga juga memberikan saran untuk menambah
jumlah tenaga dokter spesialis dan menambah jam pelayanan dokter (Silitonga,
2018).
Penelitian
lain yang sejalan dengan hasil fishbone
analysis menerangkan bahwa keterbatasan jumlah dokter dan keterbatasan staf
pelayanan Kesehatan lain juga ikut memperpanjang lama WTRJ (Agiwahyuanto et
al., 2019).
Penelitian
yang dilakukan oleh (Dewi et al., 2020) juga menyebutkan faktor-faktor yang
dapat memperpanjang WTRJ adalah kurangnya tenaga dokter spesialis, kurangnya
perawat poliklinik, kurangnya kedisiplinan dokter yaitu terlambat datang dan
terlambat memulai praktik poliklinik, SPO pelayanan rawat jalan kurang lengkap,
sarana prasarana kurang dan SIMRS yang belum lengkap.
Adapun
hal yang membuat lamanya pendaftaran adalah penuhnya poliklinik spesialis yang
dituju sehingga pasien perlu menunggu penjadwalan pemeriksaan yang akan
dijawalkan oleh petugas. Kendala lain yang membuat waktu pendaftaran memanjang
adalah gangguan jaringan saat menginput data dan adanya duplikasi identitas
pasien (Farida H, Tasya; Setiatin, 2021). Selain itu, kendala lain yang terjadi
di pendaftaran adalah saat pasien yang memiliki jaminan kesehatan nasional
dipanggil ke loket pendaftaran, seringkali identitas yang dibawa tidak lengkap,
permasalahan lain yaitu pasien yang hendak berobat tidak ikut, ada juga pasien
yang surat rujukannya tidak berlaku lagi serta pasien yang datang tidak sesuai
dengan tanggal kontrol sehingga petugas harus mengubah tanggal kontrol dengan
cara manual. Semua hal yang disebutkan diatas sama seperti hasil penelitian
yang dilakukan oleh Bustani et al. pada tahun 2015.
Dari hasil wawancara dan observasi tersebut, banyak permasalahan yang timbul dari sisi dokter. Sebaiknya manajemen rumah sakit melakukan peninjauan kembali mengenai jadwal praktik dan membuat kesepakatan dengan dokter supaya permasalahan WTRJ dapat segera diatasi. Selain itu, sebaiknya manajemen rumah sakit meninjau kembali kebijakan mengenai larangan menjadwalkan operasi bersamaan dengan jadwal praktik di poliklinik.
Hal
ini juga telah disampaikan dalam penelitian Mayasari tahun 2016 yaitu manajemen
rumah sakit sebaiknya segera melakukan perbaikan waktu tunggu, dengan
memberikan teguran kepada dokter supaya memperbaiki jadwal praktek dengan
datang tepat waktu sesuai dengan jam yang telah ditentukan dan disepakati.
Dapat juga melakukan diskusi terlebih dahulu dengan dokter tentang hal-hal apa
yang membuat dokter tersebut tidak datang tepat waktu sehingga membuat waktu
tunggu poliklinik menjadi lama, dan juga apa yang menyebabkan waktu pemeriksaan
dokter kurang lama.
Permasalahan
antrian waktu tunggu pasien di bagian pendaftaran rawat jalan rumah sakit
sering terjadi. Adanya pengembangan aplikasi pendaftaran online memungkinkan
kemudahan dan mempercepat proses pendaftaran sehingga mengurangi penumpukan
antrian di loket pendaftaran manual sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Hendra
Rohman, marsilah pada tahun 2022. Aplikasi pendaftaran online yang sudah
dimiliki rumah sakit belum dimanfaatkan secara optimal.
Kesimpulan
Berbagai
permasalahan yang menyebabkan panjangnya WTRJ seharusnya terus dievaluasi satu
persatu dan dilakukan perbaikan oleh RS. Beberapa rekomendasi yang bisa
dilakukan dalam jangka waktu dekat oleh RS adalah: (1) Membuat kesepakatan
dengan dokter mengenai jadwal praktik terbaru. (2) Mengeluarkan kebijakan
mengenai larangan menjadwalkan operasi bersamaan dengan jadwal praktik. (3) Menambah
kuota pelayanan dokter. (4) Berdiskusi dengan dokter spesialis mengenai
penambahan jadwal poliklinik. (5) Mengoptimalkan penggunaan aplikasi
pendaftaran online.
BIBLIOGRAFI
Agiwahyuanto, F., Noegroho, F. H., Kesehatan, F.,
Dian, U., Tengah, J., Kesehatan, F., Dian, U., & Tengah, J. (2019). Mutu
Pelayanan Standar Pelayanan Minimal (Spm) Pendaftaran Pasien di Tempat Pendaftaran
Pasien Rawat Jalan (Tpprj) Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang Quality Of Minimum
Service Standards (Spm) Patient Registration In Place Registration For
Outpatient . 8(3), 210�216.
Astiena, A., & Azmi, F. (2020). Analysis of Outpatient�s Waiting Time
and Patient�s Satisfaction at Dr M Djamil Hospital 2019.
https://doi.org/10.4108/eai.9-10-2019.2297161
Bustani, N. M., Rattu, A. J., & Saerang, J. S. M. (2015). Analisis
Lama Waktu Tunggu Pelayanan Pasien Rawat Propinsi Sulawesi Utara Pasca Sarjana
Universitas Sam Ratulangi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat pelayanan paripurna
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
Rumah Sakit.
Dewi, S., Machmud, R., & Lestari, Y. (2020). Analisis Waktu Tunggu
Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Achmad Darwis Suliki Tahun 2019.
Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 175�184. https://doi.org/10.25077/jka.v8i4.1137
Farida H, Tasya; Setiatin, S. (2021). Analisis Lama Waktu Tunggu Pelayanan
Pasien Rawat Jalan Di Bagian Pendaftaran Rumah Sakit X Bandung. Jurnal Akrab
Juara, 6(5), 119�126. http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf
Hanum, F. (2022). Indikator Nasional Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit.
Permenkes No. 12, 16 Kementerian Kesehatan 1 (2013).
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23956527/
Kepmenkes No. 129, 192 (2008). Standar Pelayanan Minimal.
Silitonga, T. M. (2018). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Lama
Waktu Tunggu Rawat Jalan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Batam Tahun 2016.
Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 4(2), 161�172.
https://doi.org/10.7454/arsi.v4i2.2568
Undang-Undang RI No. 44, Tentang Rumah Sakit 2 (2009).
Copyright holder: Pusposari
Purwoko, Atik Nurwahyuni (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |