Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 11, November
2022
PROFIL PEMAKAIAN OBAT ANTIHIPERTENSI UNTUK PASIEN IBU HAMIL HIPERTENSI
Siska Fatkhul Hidayati, Abdul Rahem, Amelia
Lorensia
Fakultas
Farmasi Universitas Surabaya
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Hipertensi pada saat hamil bisa menambah resiko komplikasi kesehatan untuk bayi. Oleh karena itu, pemakaian obat antihipertensi pada ibu hamil hipertensi perlu dievaluasi agar dapat memberikan perawatan dan manajemen yang tepat. Tujuan dari penelitian adalah dalam rangka mengkaji profil pemakaian obat antihipertensi untuk pasien ibu hamil hipertensi di RSIA Muslimat Jombang Indonesia dan mengukur kesesuaian pemakaian obat dengan standar Queensland Health. Sebanyak 40 pasien hipertensi hamil dilibatkan dalam penelitian ini, dengan 32,5% menerima terapi obat antihipertensi dan 67,5% tidak menerima terapi obat apapun. Data yang dikumpulkan dari catatan medis pasien menunjukkan bahwa mayoritas pasien yang menerima terapi antihipertensi telah diberikan indikasi obat yang benar dan obat diberikan pada dosis terapeutik yang tepat. Lebih khususnya, 77% pasien telah mendapatkan obat Nifedipine serta 23% obat Furosemide dengan akurasi obat yang tepat. Dosis terapeutik Furosemide berkisar antara 20-80 mg, sedangkan dosis terapeutik Nifedipine berkisar antara 5-20 mg, keduanya telah mengikuti standar Queensland Health. Dapat disimpulkan bahwa pemakaian obat antihipertensi untuk ibu hamil hipertensi di RSIA Muslimat Jombang telah sesuai dengan standar Queensland Health dan dapat membantu penyedia layanan kesehatan meningkatkan perawatan dan manajemen pasien hamil hipertensi, yang pada akhirnya berdampak positif terhadap hasil kesehatan untuk ibu serta anak yang lebih baik.
Kata kunci: Pofil; obat antihipertensi; wanita hamil.
Abstract
Pregnancy with high blood pressure can
increase the risk of health complications for the mother and baby. Therefore,
the use of antihypertensive drugs in hypertensive pregnant patients needs to be
evaluated in order to provide appropriate care and management. The purpose of
this study was to determine the profile of antihypertensive drug use in
hypertensive pregnant patients at the Jombang Indonesia Muslimat Women and
Children Hospital and to measure the suitability of drug use with Queensland
Health standards. A total of 40 pregnant hypertensive patients were included in
this study, with 32.5% receiving antihypertensive drug therapy and 67.5% not
receiving any drug therapy. Data collected from patient medical records show
that the majority of patients receiving antihypertensive therapy have been
given the correct drug indication and the drug is administered at the correct
therapeutic dose. More specifically, 77% of patients receiving the
antihypertensive drug Nifedipine and 23% of patients receiving the
antihypertensive drug Furosemide demonstrated the correct drug accuracy. The
therapeutic doses of Furosemide range from 20-80 mg, while the therapeutic
doses of Nifedipine range from 5-20 mg, both follow Queensland Health's
standards for high blood pressure during pregnancy. We can conclude that the
use of antihypertensive drugs in hypertensive pregnant patients at RSIA
Muslimat Jombang complies with Queensland Health standards and can help
healthcare providers improve the care and management of hypertensive pregnant
patients, which ultimately leads to better health outcomes for mother and baby.
Keywords: Profile; antihypertensive drugs; pregnant
women.
Pendahuluan
Menentukan keberadaan hipertensi selama kehamilan adalah
sangat penting dan pengukuran tekanan darah menjadi kriteria utama untuk
menentukannya. Tekanan darah diastolik mencerminkan peripheral resistance
sementara tekanan darah sistolik mencerminkan volume darah yang dipompa oleh
jantung. Hipertensi dapat diartikan peningkatan tekanan sistolik serta
diastolik melebihi ambang batas yang diukur dalam keadaan istirahat selama enam
jam. Ibu hamil mengalami peningkatan tekanan darah sistolik berkisar lebih dari
30 mmHg serta tekanan diastolic diatas 15 mmHg (Akri et al., 2023). Hipertensi adalah kondisi kardiovaskular dengan indikasi terjadi
kenaikan tekanan darah di atas ambang normal, yakni diatas 140 mmHg (sistolik)
serta lebih dari 90 mmHg (diastolik) (Syntya, 2021). Peningkatan tersebut merupakan indikasi dini bahwa ibu
hamil sedang mengalami hipertensi. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat
menimbulkan pendarahan otak yang dapat menjadi sebab kematian. Dengan demikian,
penting untuk memantau tekanan darah tetap normal (Hidayati et al., 2020).
Penanganan tersebut perlu ditindaklanjuti sesudah dilakukan
diagnosis. Penting untuk segera memberikan terapi pemberian obat antihipertensi
serta serta meninjau tekanan darah sehingga selalu stabil. Hipertensi pada
kehamilan yang terabaikan dapat bisa menjadi kematian (Irfa et al., 2020).
Menurut laporan WHO, angka kejadian preeklampsia serta
eklampsia masih cukup tinggi di seluruh dunia. Kejadian tersebut mencapai
kisaran 10% kasus ibu hamil di dunia (Kwatolo et al., 2019). Dalam pengobatannya, pemilihan obat perlu dipertimbangkan
secara seksama dan memastikan bahwa obat yang diberikan tepat, aman, dan
rasional. Tenaga medis harus memperhatikan dosis dan aturan pemakaian obat
serta memperhatikan kemungkinan efek samping dari obat tersebut. Evaluasi
terhadap pemakaian obat untuk pasien ibu hamil harus dilakukan berkala untuk
memastikan efektivitas pengobatan serta mencegah kemungkinan terjadinya efek
samping yang merugikan.
Pemilihan obat yang tepat perlu berstandar Queensland
Health, dengan mempertimbangkan indikator 4T+1W yakni pendiagnosisan, ketepatan
indikasi, dosis, waktu, keadaan pasien, serta kewaspadaan terhadap efek
samping. Pemakaian obat yang kecil atau bahkan tidak bermanfaat yang lebih
besar efek sampingnya merupakan hal yang tidak rasional (Masniah et al., 2023). Dalam hal ini, RSIA Muslimat Jombang adalah rumah sakit
yang menyediakan layanan kesehatan berkualitas melalui fasilitas kesehatan dan
spesialis, serta dilengkapi dengan pelayanan penunjang medis 24 jam. RSIA ini adalah
rumah sakit yang diperuntukkan bagi ibu serta anak satu-satunya di Jombang dan
menjadi tempat rujukan utama bagi.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu deskriptif
observasional non-eksperimental melalui penggunaan data retrospektif berdasarkan
rekam medik pasien ibu hamil hipertensi (Indriani et al., 2022). Data diambil dari November hingga Desember 2018 dengan
populasi seluruh pasien ibu hamil dengan diagnosa hipertensi serta dilakukan terapi
obat antihipertensi. Sampelnya adalah yang telah memenuhi kriteria tersebut.
Prosedur penelitian meliputi perizinan, observasi, dan pengumpulan data
kualitatif dan kuantitatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif
non-eksperimental dengan memperoleh data seperti riwayat penyakit, pemberian
obat, usia, hasil lab, dan berat badan.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Pasien HDK (Hipertensi Dalam Kehamilan)
Jumlah data yang diambil dari penyakit hipertensi dalam
kehamilan di RS Ibu dan Anak Muslimat Jombang sejumlah 40 kejadian. Hasil
temuan menunjukkan hipertensi adalah suatu komplikasi yang dialami oleh para
ibu hamil (Simanjuntak & Tarigan,
2023). Kegiatan obeservasi dilakukan pencatatan nomor register, nama, usia,
berat, tinggi, nadi, tekanan darah, frekuensi nafas, terapi obat, frekuensi
pemberian obat, sediaan, riwayat terapi obat, riwayat pengobatan lain, riwayat
penyakit, dan keluhan pasien. Adapun penyebaran kasus hipertensi dalam
kehamilan dapat dilihat pada diagram-diagram berikut:
Gambar 1
Distribusi Umur� Pasien HDK ( Hipertensi Dalam
Kehamilan )
Distribusi kasus hipertensi dalam kehamilan sesuai kategori
usia di RS Bersalin Muslimat Jombang selama tahun 2018 menunjukkan bahwa 82,5% kejadian
pada kelompok umur 20-34 tahun, sedangkan 17,5% kejadian pada kelompok umur di
atas 35 tahun. Menariknya, tidak ditemukan kasus hipertensi di usia kurang dari
20 tahun. Sementara penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hipertensi dalam
kehamilan terbanyak di kelompok usia ekstrim, yakni di bawah 20 tahun dan di
atas 35 tahun, data dari rumah sakit menunjukkan sebaliknya (Nurfatimah et al., 2020). Wanita >35 tahun memiliki resiko keguguran, kelainan
janin, dan komplikasi saat melahirkan yang lebih tinggi karena penurunan
kualitas sel telur, tekanan darah tinggi, dan diabetes (Wiwin, 2020). Demikian pula, kehamilan pada wanita di bawah 20 tahun
juga membawa risiko komplikasi bayi seperti asfiksia. Paritas juga meningkatkan
kemungkinan komplikasi saat hamil maupun masa bersalin yang bisa mengganggu
transportasi oksigen, sehingga terjadi asfiksia. Dalam kasus seperti itu,
metode Skor Apgar dapat digunakan untuk menilai status kesehatan bayi pada 1
menit, 5 menit, dan terkadang 10, 15, dan 20 menit setelah lahir. Oleh karena
itu, usia merupakan faktor risiko yang signifikan dalam kehamilan yang harus
dipertimbangkan oleh penyedia layanan kesehatan.
Gambar 2
Distribusi Berat Badan Pasien HDK ( Hipertensi
Dalam Kehamilan )
Pada tahun 2018, Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan
Anak Muslimat Jombang mencatat distribusi penderita hipertensi dalam kehamilan
berdasarkan kelompok berat badan. Data menunjukkan bahwa 2,5% (1 kasus) terjadi
pada berat badan <45kg, 20% (8 kasus) terjadi pada berat badan 45-65kg, dan
77,2% (31 kasus) terjadi pada berat badan >65kg. Dari data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa angka kejadian hipertensi dalam kehamilan paling banyak
terjadi pada kelompok berat badan >65kg. Berdasarkan penelitian, kegemukan
dan konsumsi lemak tinggi merupakan faktor yang mempengaruhi tekanan darah dan
perkembangan hipertensi. Penelitian Herdiani, (2019) menunjukkan bahwa peningkatan 15% berat badan dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 18%, dan orang yang
overweight dengan kelebihan berat badan sebesar 20% mempunyai resiko delapan
kali lipat lebih besar terhadap hipertensi. Konsumsi lemak yang berlebihan juga
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah dan membentuk plaque yang dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis, yang berpotensi
meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan hipertensi.
Gambar 3
Distribusi Tinggi Badan Pasien HDK (Hipertensi Dalam
Kehamilan)
Data distribusi penderita hipertensi dalam kehamilan
berdasarkan kelompok tinggi badan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan
Anak Muslimat Jombang selama tahun 2018 menunjukkan bahwa kelompok tinggi badan
145-165cm memiliki angka kejadian hipertensi paling tinggi. Hal ini dapat
dipahami dari hasil studi Saosang & Kasman, (2021) yang menyatakan bahwa semakin tinggi seseorang maka
semakin tinggi tekanan darah di dalam pembuluh darah untuk mengatasi gravitasi
dan memenuhi perfusi ke otak. Gangguan perfusi jaringan serebral dapat
berhubungan dengan aliran arteri yang terhambat, reduksi mekanis dari aliran
vena/arteri, dan kerusakan transportasi oksigen melewati kapiler/ alveolar,
yang dapat memengaruhi kesehatan dan menjadi masalah keperawatan.
Pemakaian Obat Antihipertensi pada Pasien Ibu Hamil di RSIA
Muslimat Jombang berdasarkan ketepatan indikasi sesuai standar Queensland
Health.
Ketepatan indikasi merupakan ketepatan pemilihan obat
berdasarkan diagnosis dokter untuk pasien hipertensi pada ibu hamil. Berikut
adalah sejumlah data tabel gejala, nadi, suhu, RR, tekanan darah sistolik dan
diastolik pada pasien yang mendapat terapi dan yang tidak mendapat terapi
antihipertensi:
Tabel 1
Data pasien terapi antihipertensi dan non terapi hipertensi
|
Jml |
Gejala |
Nadi |
Suhu |
RR |
TD Sis |
TD Dias |
Mendapat Terapi Antihipertensi |
13 |
Mual, Muntah, Pusing, Sesak, flu |
80-88x/mnt |
36-36,8 |
16-28x/mnt |
130-170 |
90-110 |
Tidak Mendapat Terapi Antihipertensi |
27 |
Mual, Muntah, USG Sungsang, pusing |
80-82x/mnt |
36-37 |
16-24x/mnt |
120-160 |
80-100 |
Dari penelitian ini, terdapat 13 ibu hamil yang diberikan
obat antihipertensi sesuai dengan indikasinya karena didiagnosis mengalami
hipertensi dalam kehamilan dan menunjukkan gejala impending eclampsia.
Sedangkan, 27 ibu hamil lainnya tidak diberikan obat antihipertensi karena 26
pasien di antaranya memiliki tekanan darah di bawah 160/105mmHg dan tidak
menunjukkan gejala impending eclampsia, sedangkan 1 pasien lainnya memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda impending
eclampsia. Berdasarkan data yang dikumpulkan, persentase pemakaian obat
antihipertensi secara tunggal adalah sebesar 33%, sedangkan pemakaian obat antihipertensi
kombinasi adalah 0%. Menurut Aulia et al., (2020), impending eclampsia atau imminent eclampsia adalah
kondisi ketika seorang ibu hamil dengan hipertensi mengalami gejala seperti
nyeri kepala hebat, gangguan visus dan serebral, nyeri pada epigastrium,
muntah, dan kenaikan yang progresif pada tekanan darah. Jika tidak diobati,
kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu hamil dan janin,
seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, penyakit ginjal, dan
lain-lain. Oleh karena itu, pengobatan dengan obat antihipertensi yang tepat
sangat dianjurkan untuk pasien yang memenuhi indikasi tersebut.
Pemakaian Obat Antihipertensi pada Pasien Ibu Hamil di RSIA
Muslimat Jombang berdasarkan ketepatan obat sesuai standar Queensland Health.
Tabel 2
Distribusi ketepatan obat pada pasien hipertensi ibu hamil
|
Diagnosa |
Nama
Obat |
Jumlah |
Persentase
|
Lini Pertama |
HDK |
Metildopa |
- |
- |
HDK |
Labetolol |
- |
- |
|
HDK |
Oxeprenolol |
- |
- |
|
HDK |
Furosemid |
3 |
23% |
|
Lini Kedua |
HDK |
Hydralazine |
- |
- |
HDK |
Nifedipine |
10 |
77% |
|
HDK |
Prazosin |
- |
- |
|
|
|
|
|
|
Di RSIA Muslimat Jombang, pasien hipertensi dalam kehamilan
diberikan terapi antihipertensi berdasarkan kondisi dan standar terapi yang
ditetapkan oleh Queensland Health. Terapi diuretik dengan furosemid dipilih
untuk mengurangi cairan berlebih pada pasien yang mengalami gejala penumpukan
cairan dalam tubuh, sedangkan terapi nifedipin dipilih jika pasien mengalami
kekurangan cairan dalam tubuh. Pola pengobatan hipertensi pada ibu hamil
mengikuti tiga tahap, yaitu ringan-sedang, berat/akut, dan eklamsia. Terapi
utama pada hipertensi ringan-sedang adalah metildopa dan furosemid, sementara
nifedipin digunakan sebagai terapi lini kedua. Penilaian rasionalitas pemakaian
obat dapat dilakukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh WHO, termasuk
diagnosa yang tepat, indikasi yang tepat, dosis dan waktu pemberian yang tepat,
kondisi pasien yang tepat, serta kewaspadaan terhadap efek samping. Berdasarkan
hasil penelitian, nifedipin adalah obat antihipertensi yang paling banyak
digunakan oleh pasien hipertensi dalam kehamilan di RSIA Muslimat Jombang,
yaitu sebesar 77%. Sedangkan furosemide digunakan sebanyak 23% pada pasien
dengan kondisi hipervolemik.
����������� ����������� Strategi
pengobatan hipertensi meliputi pemilihan obat antihipertensi yang sesuai dan
penerapan terapi kombinasi jika perlu. Evaluasi awal meliputi identifikasi
faktor risiko, komorbiditas, dan kerusakan organ target, yang merupakan faktor
penting dalam memilih obat antihipertensi yang tepat. Meskipun pengobatan obat
antihipertensi diperlukan, namun modifikasi gaya hidup tetap harus dilakukan
selama periode observasi sebelum mencapai ambang batas hipertensi. Perubahan
gaya hidup seperti penurunan berat badan dan asupan garam dapat memperkuat efek
obat antihipertensi serta memperbaiki profil risiko kardiovaskuler secara
keseluruhan (Wijayanti et al., 2022).
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 40 pasien
hipertensi selama kehamilan, sebanyak 27 pasien tidak menerima terapi
antihipertensi. Dari data tersebut, terungkap bahwa 26 pasien dari 27 pasien
tersebut memiliki tekanan darah di bawah 160/105mmHg sehingga tidak memerlukan
terapi antihipertensi dan tidak menunjukkan gejala impending eclampsia.
Sedangkan satu pasien lainnya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi, tetapi
tidak mendapatkan terapi antihipertensi karena tidak menunjukkan tanda-tanda
impending eclampsia. Persentase pemakaian obat antihipertensi tunggal sebesar
33%, dan pemakaian obat antihipertensi kombinasi tidak ditemukan. Di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Muslimat Jombang, terdapat dua jenis obat
antihipertensi yang digunakan, yaitu nifedipin dan furosemid. Nifedipin
termasuk dalam golongan Calcium Channel Blockers dan bekerja dengan menghambat
pergerakan kalsium ke dalam sel, sedangkan furosemid termasuk dalam golongan
loop diuretic dan bekerja dengan meningkatkan pengeluaran urin. Meskipun pemakaian
antagonis kalsium pada kehamilan masih menjadi kontroversi, pemakaian furosemid
aman jika digunakan sesuai indikasi dan dapat memberikan respons yang baik.
Pemakaian Obat Antihipertensi pada Pasien Ibu Hamil di RSIA
Muslimat Jombang berdasarkan ketepatan dosis sesuai standar Queensland Health.
Tepat dosis adalah pemilihan dosis yang diberikan sesuai
dengan rute, dosis lazim, frekuensi dan durasi menurut Queensland Health.
Dibawah ini merupakan tabel yang berisi ketepatan dosis pada pasien hipertensi
pada Ibu hamil di RSIA Muslimat Jombang menurut Qeensland Health. Berikut
adalah tabel distribusi ketepatan dosis yang ada di RSIA Muslimat Jombang.
Tabel 3
Distribusi ketepatan dosis pada pasien hipertensi ibu hamil
Dalam
penelitian ini, didapatkan bahwa 13 pasien yang menerima obat antihipertensi
memenuhi kriteria tepat dosis menurut standar acuan Queensland Health.
Furosemid dengan dosis 20-80mg 2x sehari dan nifedipin dengan dosis 5-20mg 2-3x
sehari sesuai dengan standar tersebut. Furosemid bekerja sebagai penghambat
reabsorbsi air dan elektrolit di simpul Henle, dengan efek diuresis atau
natrium yang tergantung pada dosis yang diberikan. Namun, dosis yang berlebihan
dapat menyebabkan dehidrasi atau kekurangan elektrolit, terutama pada orang
tua. Sementara itu, nifedipin termasuk dalam kelas obat-obatan calcium channel
bloker yang melemaskan pembuluh darah agar darah dapat mengalir lebih mudah. Namun,
dosis yang berlebihan dapat menyebabkan overdosis dengan berbagai gejala yang
berbahaya. Terapi intravena dapat digunakan untuk memberikan obat atau cairan
ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu melalui pemasangan
infus, dan dapat digunakan untuk pasien dengan kondisi lemas atau tidak
sadarkan diri.
Bentuk
oral adalah obat yang masuk melalui mulut, dapat diabsorpsi melalui rongga
mulut dan umum digunakan (ekonomis, paling nyaman dan aman), Rute pemberian
obat diprogramkan oleh pemberi perawatan kesehatan. Dokter dapat meminta obat
diberikan dalam cara atau bentuk yang berbeda, berdasarkan pengkajian fisik
klien. Dengan demikian, dokter dapat meminta obat dalam rute pemberian obat
lainnya (Karimah & Oktaviani,
2023).
����������� ����������� Di
Instalasi Rawat Inap RSIA Muslimat Jombang, pasien hipertensi dalam kehamilan
menerima obat antihipertensi dengan berbagai cara pemberian, seperti peroral,
intravena, dan sublingual. Pemilihan cara pemberian obat memperhatikan kondisi
pasien dan efek yang diharapkan. Persentase terbesar cara pemberian obat adalah
peroral, diikuti oleh intravena. Rasionalitas pemakaian obat dinilai
berdasarkan kriteria 4T+1W oleh WHO untuk memastikan terpenuhinya diagnosis,
indikasi, dosis, kondisi pasien, dan waspada efek samping.
Obat Penyerta Antihipertensi.
Tabel 4
Data obat penyerta antihipertensi pada pasien hipertensi
pada Ibu hamil
Nama Obat |
Jumlah |
Persentase |
Obat Penyerta |
Furosemid |
3 |
77% |
Paracetamol, Clindamycin, Mefinal, Becom C |
Inj
Cefotaxime, Inj Keterolac, Inj Oxytocin, |
|||
Inj
Ondansetron, Inj RL, Inj Dexamethasone |
|||
Promafit,
|
|||
Nifedipin |
10 |
23% |
Paracetamol, As Mefenamat, Prolic, Inj RL |
Inj
Ondansetron, Inj Cefotaxime, Inj Oxytocin |
|||
Inj
Keterolac, Becom C, Mefinal, Inj Tramadol |
|||
Clinmas,
Promafit, Cefadroxil, Inj Pehacain |
|||
|
|
|
Kaltrofen Supp, Inj Dexamethasone, |
Dari data diatas menunjukkan bahwa obat penyerta
antihipertensi furosemid meliputi paracetamol, clindamycin, mefinal, becom c,
inj cefotaxime, inj keterolac, inj oxytocin, inj ondansetron, inj RL, inj
dexamethasone, dan promafit, sedangkan data yang menunjukkan obat penyerta
antihipertensi nifedipin meliputi paracetamol, asam mefenamat, prolic, inj RL,
inj ondansetron, inj cefotaxime, inj oxytocin, inj keterolac, becom c, mefinal,
inj tramadol, clinmas, promafit, cefadroxil, inj pehacain, kaltrofen supp,
kemudian inj dexamethasone.
Obat-Obat Penyerta Antihipertensi yang umum digunakan
selama kehamilan termasuk Paracetamol, Clindamycin, Mefinal, Becom C, dan
Promavit. Paracetamol digunakan untuk efek analgesik dan antipiretiknya, namun
tidak boleh melebihi dosis yang disarankan. Klindamisin adalah golongan
antibakterial yang digunakan untuk infeksi berat dan tidak dianjurkan pada
wanita hamil (Vitaloka et al., 2019). Mefinal adalah obat anti nyeri yang hanya boleh digunakan
jika manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin (Rutini et al., 2021). Becom C penting untuk menunjang kesehatan ibu dan janin
selama kehamilan, sementara Promavit adalah suplemen untuk memenuhi kebutuhan
vitamin dan mineral pada ibu hamil dan menyusui. Penting untuk berkonsultasi
dengan dokter sebelum menggunakan obat selama kehamilan. Obat penyerta
antihipertensi dapat digunakan untuk mengobati kondisi kesehatan tertentu.
Beberapa jenis obat penyerta antihipertensi, seperti asam mefenamat, prolic,
clinmas, cefadroxil, dan kaltrofen, telah diuji coba pada manusia dan ditemukan
aman untuk digunakan selama kehamilan dan menyusui, serta perlu dikonsultasikan
dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan
yang dapat diambil. Pertama, pemakaian obat antihipertensi pada pasien ibu
hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Muslimat Jombang pada tahun 2018 telah sesuai
dengan standar Queensland Health untuk Hypertensive Disorders of Pregnancy,
dengan mayoritas pasien yang mendapatkan terapi obat antihipertensi diberikan
indikasi yang tepat. Kedua, jenis obat antihipertensi yang paling sering
diberikan adalah Nifedipin dan Furosemid dengan akurasi obat yang tepat.
Terakhir, dosis terapeutik Furosemide dan terapeutik Nifedipine telah sesuai
dengan standar Queensland Health untuk Hypertensive Disorders of Pregnancy.
Kesimpulannya, temuan ini dapat membantu meningkatkan perawatan dan manajemen
pasien hamil hipertensi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Muslimat Jombang, sehingga
dapat mencapai hasil kesehatan yang lebih baik bagi ibu dan bayi.
BIBLIOGRAFI
Akri, Y. J., Yunamawan, D., & Bora, E. (2023).
Pengaruh Kenaikan Berat Badan Selama Hamil Dan Riwayat Hipertensi Dengan
Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Klinik Rawat Inap Nu
Madinah Pujon. Biomed Science, 11(1), 28�39.
Aulia,
D., Islamy, N., & Yonata, A. (2020). Hipertensi Kronis Superimposed
Preeklampsia Dengan Impending Eklampsia Dan Partial Hellp Syndrome. Medical
Profession Journal Of Lampung, 10(2), 359�364.
Herdiani,
N. (2019). Hubungan Imt Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Gayungan
Surabaya. Medical Technology And Public Health Journal, 3(2),
183�189.
Hidayati,
S. F., Andarini, Y. D., & Marfu�ah, N. (2020). Evaluasi Pemakaian Obat
Antihipertensi Pada Pasien Ibu Hamil Di Instalasi Rawat Inap Rsia Muslimat
Jombang Tahun 2018. Pharm J Islam Pharm, 4, 66.
Indriani,
L., Rokhmah, N. N., & Shania, N. (2022). Penilaian Efektivitas
Antihipertensi Dan Efek Samping Obat Di Rsup Fatmawati. Jurnal Sains Farmasi
& Klinis, 9(Sup), 146�151.
Irfa,
R., Oktarlina, R. Z., Apriliana, E., & Soleha, T. U. (2020). Analysis Of
Antihypertensive Use In Pregnant Women With Severe Preeclampsia At Inpatient
Ward Of Dr. H. Abdoel Moeloek Hospital Bandar Lampung Period January-September
2016. Medical Profession Journal Of Lampung, 10(1), 1�4.
Karimah,
N. A., & Oktaviani, N. (2023). Rasionalitas Pemakaian Antibiotik Pada
Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut Di Puskesmas Kajen Ii Periode
Januari-Desember 2020. Ulil Albab: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(4),
1395�1407.
Kwatolo,
R. I., Mudrikatin, S., & Fatmawati, I. (2019). Obstetrics And Gynaecology
In Ny." S" P20002 Post Sc With Indication Of Peb In Annex Melati
Class Iib Hospital Jombang. Jurnal Akademika Husada, 1(2), 64�77.
Masniah,
M., Faisal, A. P., Tampubolon, A., Panjaitan, R. M., Andarwati, R., Br Sitepu,
N., Fauzi, Z. I., Sinaga, M. H., Nurpermatasari, A., & Hidayah, N. (2023).
Pemeriksaan Kesehatan Dan Edukasi Dagusibu Pada Warga Madras Hulu Petisah
Tengah Medan. Majalah Cendekia Mengabdi, 1(1), 5�8.
Nurfatimah,
N., Mohamad, M. S., Entoh, C., & Ramadhan, K. (2020). Gambaran Faktor
Risiko Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil Trimester Iii:
Overview Of Risk Factors For Hypertension In Pregnancy Among Third-Trimester
Pregnant Women. Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, 14(1), 68�75.
Rutini,
O. N. R., Muthoharoh, A., Ningrum, W. A., & Permadi, Y. W. (2021). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku Swamedikasi Obat Antinyeri Di Kecamatan
Ulujami Kabupaten Pemalang: Relationship Level Of Knowledge To Anti Pain Drug
Swamedication Behavior Ulujami District, Pemalang Regency. Medical Sains:
Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 6(1), 93�106.
Saosang,
K., & Kasman, K. (2021). Analisis Fisis Deteksi Kolesterol Darah Berbasis
Biosensor. Gravitasi, 20(2), 51�54.
Simanjuntak,
N. M., & Tarigan, S. N. R. (2023). Pelaksanaan Penyuluhan Tentang
Hipertensi Dan Indeks Massa Tubuh Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Hutapaung. Jurnal Abdimas Mutiara, 4(1), 37�42.
Syntya,
A. (2021). Hipertensi Dan Penyakit Jantung: Literature Review. Jurnal Ilmiah
Permas: Jurnal Ilmiah Stikes Kendal, 11(4), 541�550.
Vitaloka,
N. R., Susanti, R., & Yuswar, M. A. (2019). Efektivitas Pemakaian
Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Sesar (Sectio Caesarea) Di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Rubini Mempawah. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas
Kedokteran Untan, 5(1).
Wijayanti,
A. P., Al Fatih, H., Hayati, S., Putri, S. D., & Rahmidar, L. (2022).
Gambaran Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi Pada Lansia Di Rsud Kota Bandung. Jurnal
Keperawatan Bsi, 10(2), 234�240.
Wiwin,
N. W. (2020). Hubungan Usia Ibu Dan Asfiksia Neonatorum Dengan Kejadian
Respiratory Distress Syndrome (Rds) Pada Neonatus Di Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Borneo Student Research (Bsr), 1(3), 1824�1833.
�����������
Copyright holder: Siska Fatkhul
Hidayati, Abdul Rahem, Amelia Lorensia (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |