Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 4, Maret 2023
IDENTIFIKASI ESCHERICHIA COLI PADA AIR
SUMUR BERSEMEN DI DESA LIKUPANG TIMUR KAMPUNG AMBONG MINAHASA UTARA
Elmerilia Tandilangi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi Manado
Email: [email protected]
Abstrak
Air adalah senyawa penting dalam kehidupan
yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan salah satu material untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya
yang terjadi di bumi. Sebagai material kelangsungan hidup kebutuhan air untuk manusia yang utama antara lain untuk minum, masak,
mandi dan mencuci. Observasi
awal di Desa Likupang Kampung Ambong diketahui rata-rata kedalaman sumur < 3 meter, sebagian pemukiman terdapat kotoran hewan, dan jarak septic tank
yang dekat dengan sumur. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor-faktor yang menyebabkan air sumur terkontaminasi oleh berbagai bakteri. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan
penelitian tentang kandungan Escherichia
Coli pada air sumur bersemen
di Desa Likupang Kampung Ambong. Jenis penelitian
yang digunakan yaitu eksploratif berbasis laboratorium yaitu untuk mengetahui kandungan E. coli pada
air sumur bersemen di desa Likupang Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Tempat pengambilan sampel di Desa Likupang Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium. Penelitian ini dilakukan pada Mei-Juni 2017. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di desa Likupang Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur diperoleh kesimpulan 10 sampel air sumur bersemen positif (+) mengandung Escherichia coli dan 5 sampel air sumur bersemen negatif (-) mengandung Escherichia
coli.
Kata kunci: Escherichia Coli, Air Sumur Gali, Bakteri
Abstract
Water is an essential compound
in life whose function cannot be replaced by other compounds. Water is also one
of the materials for the survival of humans and other living things that occur
on earth. As a survival material, the main water needs for humans include
drinking, cooking, bathing and washing. Initial observations in Likupang Village, Ambong Village,
found that the average depth of the well was < 3 meters, some settlements
had animal waste, and the distance of the septic tank was close to the well.
These things can be factors that cause well water to be contaminated by various
bacteria. Based on the description above, it is necessary to conduct research
on the content of Escherichia Coli in cemented well water in Likupang Village, Ambung Village.
The type of research used is laboratory-based exploration, namely to determine
the content of E. coli in cemented well water in Likupang
village, Ambong Village, East Likupang
District, North Minahasa Regency. The sampling site
is in Likupang Village, Ambong
Village, East Likupang District, North Minahasa Regency. Sample analysis is carried out in the
Laboratory. This study was conducted in May-June 2017. Based on the results of
research conducted in Likupang village, Ambong Village, East Likupang
District, it was concluded that 10 samples of positive (+) cemented well water
contained Escherichia coli and 5 samples of negative cemented well water (-)
contained Escherichia coli.
Keywords:�Escherichia Coli, Dig Well Water,
Bacteria
Pendahuluan
Air adalah senyawa penting dalam kehidupan yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan salah satu material untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya yang terjadi di bumi. Sebagai material kelangsungan hidup kebutuhan air untuk manusia yang utama antara lain untuk minum, masak, mandi dan mencuci (Imani, 2019). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus memperhatikan ketersediaan air dalam kondisi yang benar, baik secara kualitas maupun kuantitas (Sulistyorini et al., 2016). Data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyatakan bahwa di Indonesia, pemakaian air per orang per hari oleh rumah tangga pada umumnya berjumlah antara 50 sampai 99,9 liter (28,3%), dan antara 100 sampai 300 liter (40%).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhuhi syarat kesehatan meliputi syarat-syarat fisika, kimia, bakteriologis dan radioaktifitas (Peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 416/Menkes/Per/IX/1990). Air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia, sehingga ketersediaanya sangat penting karena dapat menjadi salah satu faktor penentu kesejahteraan manusia (Sumantri & SKM, 2017). Penyediaan air bersih yang banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup salah satunya adalah air tanah. Air tanah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah sumur gali. Di Indonesia Sekitar 45% masyarakat menggunakan sumur sebagai sarana air bersih dan diperkirakan sekitar 75% yang menggunakan sarana air bersih sumur jenis sumur gali (Basri, 2019). Sumur gali yang digunakan sebagai sarana air bersih harus ditunjang dengan syarat konstruksi dan syarat lokasi agar air sumur terlindung dari kontaminasi meliputi bakteri, virus dan jamur yang masuk kedalam sumur tersebut.
Ketersediaan air bersih sangat penting tidak hanya bagi masyarakat yang tinggal di pusat-pusat kota tetapi� juga dengan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut (Subagiyo et al., 2017). Penelitian yang dilakukan oleh (Pollo et al., 2017) yang menunjukkan Desa Likupang Kampung Ambong merupakan salah satu wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Likupang Timur yang mengalami kesulitan dalam mengakses air bersih. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Desa Likupang Kampung Ambong tidak dapat mengakses air bersih yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa yang dikarenakan bangunan pemukiman yang saling berdekatan membuat jarak septic tank terlalu dekat dengan sumur, sehingga menimbulkan masalah kesehatan yaitu kualitas air tanah yang kurang baik.
Observasi awal di Desa Likupang Kampung Ambong diketahui rata-rata kedalaman sumur < 3 meter, sebagian pemukiman terdapat kotoran hewan, dan jarak septic tank yang dekat dengan sumur. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor-faktor yang menyebabkan air sumur terkontaminasi oleh berbagai bakteri. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian tentang kandungan Escherichia Coli pada air sumur bersemen di Desa Likupang Kampung Ambong.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksploratif berbasis laboratorium yaitu untuk mengetahui
kandungan E.
coli pada air sumur bersemen
di desa Likupang Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Tempat pengambilan sampel di Desa Likupang Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium. Penelitian ini dilakukan pada Mei-Juni 2017.
Populasi dalam penelitian 15 sumur bersemen yang ada di Desa Likupang Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dimana semua jumlah populasi adalah jumlah sampel. Variabel dalam penelitian ini yaitu Escherichia coli.
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh penulis dari desa Likupang Kampung Ambong berupa hasil kondisi fisik sumur yang diukur menggunakan lembar checklist, dan sampel air yang dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kandungan E. coli pada air sumur bersemen. Data sekunder diperoleh dari Kantor Kecamatan desa Likupang Kampung Ambong berupa profil desa tentang jumlah sumur yang akan dijadikan sampel dalam penelitian dan profil desa Likupang Kampung Ambong.
Penelitian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Survey
awal
Pengambilan
data memakai data sekunder untuk mengetahui jumlah sumur yang akan dijadikan
sampel.
2. Persiapan�
Mengurus surat ijin penelitian di
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Melakukan pengurusan surat ijin penelitian di
kantor Desa Likupang Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa
Utara, Menentukan laboratorium yang akan digunakan dan persiapan lembar checklist, serta menyiapkan instrumen
penelitian yang akan diperlukan untuk penelitian.
3. Pelaksanaan
Dilakukan
pemeriksaan kondisi fisik sumur menggunakan lembar checklist dan meteran dan wawancara langsung kepada pemilik sumur
serta pengambilan sampel. Lembar Cheklist
digunakan sebagai pedoman pemeriksaan kondisi fisik sumur. Meteran
digunakan untuk mengukur konstruksi sumur yaitu dinding sumur, tinggi dinding
parapet, panjang lantai sumur, jarak sumber pencemar dengan sumur. Tiap jaga
dilakukan pemeriksaan kondisi fisik sumur dan pengambilan sampel secara
bersama-sama dengan jumlah 3 sumur tiap jaga. Dimulai dari jaga 1 hingga jaga
5.
4. Pengumpulan
data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sampel berupa air sumur
bersemen� yang akan diperiksa kandungan Escherichia coli di laboratorium.
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Desa Likupang
Kampung Ambong
Desa Likupang Kampung Ambong terletak di Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. dengan luas 500 ha/m� dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara ����������� : Pantai Likupang / Laut Sulawesi
Sebelah Selatan ��������� : Desa Wineru
Sebelah Timur����������� : Desa Likupang Satu
Sebelah Barat������������� : Desa Likupang Dua
Desa Likupang
Kampung Ambong memiliki penduduk yang berjumlah 1.366 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga (KK) 367 yang terdiri dari laki-laki 694 jiwa dan perempuan 672 jiwa.
Sumber air bersih yang biasa digunakan yaitu sumur gali. Di desa Likupang
Kampung Ambong terdapat 2 macam sumur gali yaitu sumur gali bersemen dan sumur
gali tidak bersemen. Jumlah sumur bersemen yaitu 15 sumur yang terdapat di 5
jaga, yaitu 3 sumur untuk� setiap wilayah
jaga.
Gambar 2
Peta Desa Likupang Kampung Ambong
�����������
Desa Likupang Kampung Ambong terletak menghadap utara selat Sulawesi dataran diwilayah Minahasa Utara paling utara, dengan Luas Wilayah 30 Ha pada ketinggian 27 meter diatas permuaakan laut. Bentang wilayah Desa Likupang Kampung Ambong terletak dipesisir pantai.
Gambar 3
Lokasi Titik Pengambilan Sampel
�����������
Sumur gali bersemen di desa Likupang Timur Kampung Ambong berjumlah 15 sumur gali bersemen
yang tersebar pada V jaga dengan
rincian masing-masing jaga memiliki
3 sumur gali bersemen.
Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada air sumur bersemen dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017 dan waktu pengambilan pukul 07.05-08.45. Jumlah sumur bersemen yaitu 15 sumur yang terdapat di V jaga, yaitu 3 sumur untuk� setiap wilayah jaga.
1) Sumur
Bersemen 1
Gambar 4
Sumur Bersemen 1
�����������
Sumur bersemen 1 terletak di jaga I dengan kedalaman sumur 1, 60 meter dari permukaan tanah. dan tinggi dinding parapet 63 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit dan lantai sumur < 1 meter. Sumur tersebut di lengkapi dengan penutup sumur namun kurang memadai karena seperti terlihat pada gambar, penutup sumur yang berbahan seng telah berkarat dan berlubang. Pada jarak 5 meter dari sumur, terdapat jamban dan septicktank dan juga ditemukan� lalat yang berterbangan di sekitar lokasi sumur.
2) Sumur
Bersemen 2
Gambar 5
Sumur Bersemen 2
Sumur bersemen 2 terletak di jaga I dengan kedalaman sumur 1,40 meter dari permukaan tanah. dan tinggi dinding parapet 40 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit dan sumur tidak berlantai. Sumur dilengkapi dengan penutup sumur namun kurang memadai karena seperti terlihat pada gambar, ukuran penutup sumur lebih kecil dari pada sumur sehingga pada saat sumur ditutup tidak semua bagian dapat tertutup. Pada jarak 11 meter dari sumur, terdapat jamban dan septicktank. Sumur juga dilengkapi dengan timba sumur yang kurang memadai karena seperti terlihat pada gambar terdapat lumut dalam timba sumur.
3) Sumur
Bersemen 3
Gambar 6
Sumur Bersemen 3
Sumur bersemen 3 terletak di jaga I dengan kedalaman sumur 1,42 meter dari permukaan tanah. dan tinggi dinding parapet 38 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit dan sumur tidak berlantai. Sumur di lengkapi dengan penutup sumur namun kurang memadai karena seperti terlihat pada gambar, penutup sumur yang berbahan seng pada beberapa bagian telah berkarat dan berlubang. Pada jarak 7 meter dari sumur, terdapat jamban dan septicktank, dan juga terdapat kandang ayam di sekitar lokasi sumur. Sumur juga dilengkapi dengan timba sumur yang kurang memadai karena seperti terlihat pada gambar terdapat lumut dalam timba sumur.
4) �Sumur
Bersemen 4
Gambar 7
Sumur Bersemen 4
Sumur bersemen 4 terletak di jaga II dengan kedalaman sumur 1,45 meter dari permukaan tanah. dan tinggi dinding parapet 63 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit dan sumur tidak berlantai. Sumur tersebut di lengkapi dengan penutup sumur namun kurang memadai karena seperti terlihat pada gambar, penutup sumur yang berbahan kayu sudah berlumut dan ukuran penutup sumur kurang sesuai dengan sumur sehingga pada saat sumur ditutup tidak semua bagian dapat tertutup. Pada jarak 7 meter dari sumur, terdapat jamban dan septicktank, dan juga terdapat kandang ayam di sekitar lokasi sumur. Sumur juga dilengkapi dengan timba sumur yang kurang memadai karena seperti terlihat pada gambar terdapat lumut dalam timba sumur.
5) Sumur
Bersemen 5
Gambar
8
Sumur
Bersemen 5
Sumur bersemen 5 terletak
di jaga II dengan kedalaman
sumur 1.58 meter dari permukaan tanah. dan tinggi dinding parapet 60 cm. Pada lokasi
sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit. Sumur
tidak dilengkapi dengan penutup sumur dan letak sumur sebagian berada di dalam dan sebagian di luar rumah sehingga tengah sumur dibatasi
oleh pagar. Pada jarak 5.21 meter dari sumur, terdapat jamban dan septicktank.
6) Sumur
Bersemen 6
Gambar 9
Sumur Bersemen 6
Sumur bersemen 6 terletak di jaga II dengan kedalaman sumur 2.60 meter dari permukaan tanah dan tinggi dinding parapet 60 cm. Pada lokasi
sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit. Sumur
dilengkapi dengan penutup sumur. Pada jarak 11 meter dari
sumur, terdapat jamban dan septicktank.
7) Sumur
bersemen 7
Gambar 10
Sumur Bersemen 7
Sumur bersemen 7 terletak di jaga III dengan kedalaman sumur 1,73 meter dari permukaan tanah dan tinggi dinding parapet 75 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit dan lantai sumur < 1 meter. Sumur tidak di lengkapi dengan penutup sumur. Pada jarak 6.36 meter dari sumur terdapat jamban dan septicktank.
8) Sumur
bersemen 8
Gambar 11
Sumur Bersemen 8
Sumur bersemen 8 terletak di jaga III dengan kedalaman sumur 2.60 meter dari permukaan tanah dan tinggi dinding parapet 39 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit dan lantai sumur < 1 meter. Sumur di lengkapi dengan penutup sumur berbahan kayu. Pada jarak 11 meter dari sumur terdapat jamban dan septicktank. Lokasi sumur berada dalam rumah.
9) Sumur
bersemen 9
Gambar 12
Sumur Bersemen 9
Sumur bersemen 9 terletak di jaga III dengan kedalaman sumur 1.65 meter dari permukaan tanah dan tinggi dinding parapet 70 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit dan lantai sumur < 1 meter. Sumur tidak di lengkapi dengan penutup sumur. Pada jarak 7.56 meter dari sumur terdapat jamban dan septicktank.
10) Sumur
bersemen 10
Gambar 13
Sumur Bersemen 10
Sumur bersemen 10 terletak di jaga IV dengan kedalaman sumur 1.68 meter dari permukaan tanah dan tinggi dinding parapet 60 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit dan lantai sumur < 1 meter. Sumur tidak di lengkapi dengan penutup sumur. Pada jarak 6 meter dari sumur terdapat jamban dan septicktank.
11) Sumur
bersemen 11
Gambar 14
Sumur Bersemen 11
Sumur bersemen 11 terletak di jaga IV dengan kedalaman sumur 1.60 meter dari permukaan tanah dan tinggi dinding parapet 57 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit. Sumur dilengkapi dengan penutup sumur. Pada jarak 11 meter dari sumur terdapat jamban dan septicktank.
Lokasi sumur berada dalam rumah.
12) Sumur
Bersemen 12
Gambar 15
Sumur Bersemen 12
Sumur bersemen 12 terletak di jaga IV dengan kedalaman sumur 1.60 meter dari permukaan tanah dan tinggi dinding parapet 63 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit dan sumur tidak berlantai. Sumur tidak dilengkapi dengan penutup sumur. Pada jarak 5 meter dari sumur terdapat jamban dan septicktank dan juga ditemukan� lalat yang berterbangan di sekitar lokasi sumur.
13) Sumur
Bersemen 13
Gambar 16
Sumur Bersemen 13
������ Sumur bersemen 13 terletak di jaga V dengan kedalaman sumur 1.57 meter dari permukaan tanah dan tinggi dinding parapet 30 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit. Sumur di lengkapi dengan penutup sumur namun kurang memadai karena seperti terlihat pada gambar, penutup sumur berbahan kayu tripleks dan tidak pada satu bagian. Pada jarak 6 meter dari sumur terdapat jamban dan septicktank. Lokasi sumur berada dalam rumah.
14) Sumur
Bersemen 14
Gambar 17
Sumur Bersemen 14
������ Sumur bersemen 14 terletak di jaga V dengan kedalaman sumur 1.53 meter dari permukaan tanah dan tinggi dinding parapet 39 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit dan tidak ada lantai sumur. Sumur di lengkapi dengan penutup sumur namun kurang memadai karena seperti terlihat pada gambar, penutup sumur ada namun sumur tidak digunakan untuk menutup sumur. Pada jarak 11 meter dari sumur terdapat jamban dan septicktank.
15) Sumur
Bersemen 15
Gambar 18
Sumur Bersemen 15
������ Sumur bersemen 15 terletak di jaga V dengan kedalaman sumur 1.33 meter dari permukaan tanah dan tinggi dinding parapet 42 cm. Pada lokasi sekitar sumur tidak terdapat drainase yang tersambung dengan parit. Sumur tidak dilengkapi dengan penutup sumur. Pada jarak 7 meter dari sumur terdapat jamban dan septicktank.
Pemeriksaan Kandungan Escherichia coli pada Air Sumur
Pengambilan sampel sumur bersemen dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017 dan waktu pengambilan pukul 07.05-08.45 dan kemudian sampel dibawa ke laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara untuk diperiksa.
Hasil pemeriksaan diketahui berdasarkan metode identifikasi bakteri yang hasilnya diuraikan berdasarkan kategori negatif mengandung E. coli (-) dan positif mengandung E.coli (+).
Tabel 2
Hasil Pemeriksaan berdasarkan kandungan E.coli
Kode Sampel |
Hasil Pemeriksaan |
Ket |
Sampel 1 |
+ |
Positif mengandung E.coli |
Sampel 2 |
- |
�� Negatif mengandung E. coli |
Sampel 3 |
+ |
Positif mengandung E.coli |
Sampel 4 |
+ |
Positif mengandung E.coli |
Sampel 5 |
+ |
Positif mengandung E.coli |
Sampel 6 |
- |
�� Negatif mengandung E. coli |
Sampel 7 |
+ |
Positif mengandung E.coli |
Sampel 8 |
- |
�� Negatif mengandung E. coli |
Sampel 9 |
+ |
Positif mengandung E.coli |
� Sampel 10 |
+ |
Positif mengandung E.coli |
� Sampel 11 |
- |
�� Negatif mengandung E. coli |
� Sampel 12 |
+ |
Positif mengandung E.coli |
� Sampel 13 |
+ |
Positif mengandung E.coli |
� Sampel 14 |
- |
�� Negatif mengandung E. coli |
� Sampel 15 |
+ |
Positif mengandung E.coli |
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil laboratorium kualitas air� sumur bersemen berdasarkan kandungan E. coli yaitu 10 sampel positif mengandung E. coli dan 5 sampel negatif mengandung E. coli.
Hasil Penilaian
Checklist pada Sumur
Bersemen
Penilaian pada 15 sumur bersemen dengan menggunakan instrumen checklist. dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Distribusi Kondisi Fisik Sumur Bersemen
Kondisi Fisik Sumur Bersemen |
Memenuhi Syarat |
Tidak Memenuhi Syarat |
Total |
|||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|
Dinding Sumur |
0 |
0 |
15 |
100 |
15 |
100 |
Dinding Parapet |
2 |
13 |
13 |
87 |
15 |
100 |
Drainase |
0 |
0 |
15 |
100 |
15 |
100 |
Lantai Sumur |
0 |
0 |
15 |
100 |
15 |
100 |
Penutup Sumur |
3 |
20 |
12 |
80 |
15 |
100 |
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil observasi dengan menggunakan instrumen checklist yaitu terdapat 15 dinding sumur bersemen (100%) yang tidak memenuhi syarat. Untuk dinding parapet terdapat 2 sumur bersemen (27%) yang memenuhi syarat dan 13 sumur bersemen (87%) yang tidak memenuhi syarat. Untuk drainase menunjukan 15 sumur bersemen (100%) tidak memenuhi syarat. Untuk kondisi lantai sumur bersemen, 15 sumur bersemen (100%) yang tidak memenuhi syara dan untuk penutup sumur terdapat 3 sumur bersemen (20%) yang memenuhi syarat dan 12 sumur bersemen (80%) yang tidak memenuhi syarat.
Tabel 4
Jarak Sumber Pencemar dengan Sumur
Jarak Sumber Pencemar |
n |
% |
Memenuhi Syarat |
5 |
33 |
Tidak Memenuhi Syarat |
10 |
67 |
����� Total |
15 |
100 |
Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil observasi dengan menggunakan instrumen checklist
yaitu terdapat 5 sumur bersemen (33%) memenuhi syarat dan terdapat 10 sumur bersemen (67%) tidak memenuhi syarat jarak sumber pencemar.
Kandungan Escherichia coli Pada Air Sumur Bersemen
Kandungan Escherichia Coli dalam air sumur Bersemen menandakan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh kotoran manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Berdasarkan hasil penelitian kandungan Escherichia coli pada Air Sumur Bersemen di desa Likupang Kampung Ambong diperoleh hasil yaitu 10 sampel positif (+) mengandung Escherichia coli dan 5 sampel negatif (-) mengandung Escherichia coli. Adanya kandungan Escherichia coli pada 10 sampel disebabkan oleh jarak septictank dengan sumur, dan terdapat kotoran hewan pada sebagian pemukiman. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Marlinda et al., 2019) yang menyimpulkan bahwa jarak septictank yang dekat dengan sumur mempengaruhi air sumur tersebut positif mengandung Escherichia coli. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (Radjak, 2013) yaitu jarak septictank mempengaruhi keberadaan Escherichia coli pada air. Penelitian yang dilakukan oleh (Awuy et al., 2018) menyimpulkan bahwa adanya bakteri Escherichia coli disebabkan oleh jarak septictank yang dekat dengan sumur.
Kandungan Total Escherichia coli Berdasarkan Kondisi
Fisik Sumur.
Pada tabel 1 diperoleh hasil pemeriksaan bahwa air sumur gali bersemen mengandung sebagian besar positif (+) bakteri Escherichia coli. Salah satu faktor yang mempengaruhi adanya kandungan Total Escherichia coli pada air sumur bersemen yaitu kondisi fisik sumur. Kondisi fisik sumur harus memenuhi syarat sanitasi sumur agar air sumur terlindung dari kontaminasi (Chandra, 2007).� Penelitian yang dilakukan oleh (Akbar et al., 2015) menyimpulkan bahwa� kondisi fisik sumur gali yang tidak memenuhi syarat juga tidak memenuhi syarat. Berdasarkan hasil observasi mengunakan lembar checklist diperoleh hasil kondisi fisik 15 sumur bersemen tidak memenuhi syarat. Kondisi fisik sumur gali di kategorikan memenuhi syarat apabila semua kriteria dalam penelitian sumur gali memenuhi syarat. Hasil rekapitulasi observasi untuk 15 dinding sumur bersemen terdapat 15 sumur (100%) yang tidak memenuhi syarat juga tidak memenuhi syarat.
(Kusuma Wardani, n.d.) Menyatakan bahwa dinding sumur bersemen harus memiliki kedalaman ≥ 3 meter dari permukaan tanah. Hal tersebut agar tidak terjadi perembesan air atau pencemaran oleh bakteri. (Nenobais, 2019) Dinding parapet harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah agar sumur terlindung dari kontaminasi air kotor dari luar sumur.
SPAL yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan limbah hasil kegiatan disekitar sumur dapat kembali meresap ke dalam sumur. Kondisi fisik sumur gali yang tidak memenuhi syarat mempengaruhi kualitas air sumur bersemen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tangkilisan et al., 2018) menyimpulkan bahwa konstruksi sumur gali meliputi dinding sumur, dinding parapet, drainase, lantai sumur yang tidak memenuhi syarat juga tidak memenuhi syarat. Hal ini membuktikan kondisi fisik sumur mempunyai peran besar terhadap ada tidaknya kandungan bakteri Escherichia coli pada air sumur gali.
Kandungan Escherichia Coli �Berdasarkan Jarak dari Sumber Pencemar
Pada tabel 1 dan 2 diperoleh
hasil pemeriksaan bahwa air sumur gali bersemen mengandung
sebagian besar positif (+) mengandung Escherichia coli. Faktor-faktor yang mempengaruhi
adanya kandungan total Escherichia coli pada air sumur bersemen yaitu jarak sumber
pencemar yang dekat dengan sumur. Berdasarkan
hasil rekapitulasi observasi untuk syarat lokasi sumber
pencemar 15 sumur bersemen (67%) yang tidak memenuhi syarat. Penyebabnya adalah jarak septictank dengan sumur gali yang < 10 meter berbeda dengan standar sanitasi menurut (Diyani et al., 2018) yaitu jarak sumur yang seharusnya ≥ 10
meter dari sumber pencemar (septictank). Jarak lokasi sumber pencemar (septictank) terhadap sumur gali mempunyai pengaruh terhadap kandungan E. coli.
Septicktank berisi tinja yang mengandung bakteri E. coli dapat mencemari lingkungan melalui tanah dan air. Apabila jarak sumur gali yang bersumber dari air tanah dekat (<10m) secara tidak langsung air sumur gali tersebut telah tercemar oleh bakteri E. coli melalui tinja yang meresap dalam air tanah pada sumur, yang kemudian akan berpotensi besar untuk menularkan penyakit apabila digunakan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sapulete menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara jarak sumur gali ke septictank dengan kandungan E. coli. �Sama halnya dengan Penelitian yang dilakukan oleh (Iswadi & Hasanuddin, 2013) menyimpulkan bahwa tingginya pencemaran bakteri pada air sumur karena jarak septictank dekat dengan sumur yang mengkontaminasi air sumur adalah E. coli. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyani yang menyimpulkan bahwa aspek jarak sumur dengan sumber pencemar terbukti memiliki pengaruh terhadap kandungan bakteri E. coli. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan (Ramadita et al., 2014)
yang menyimpulkan
bahwa kandungan E. coli pada air sumur
gali disebabkan oleh jarak septictank yang dekat dengan sumur� dan Penelitan
yang dilakukan oleh Yuniyarti
pun� menyimpulkan
bahwa sumur terkontaminasi bakteri Coli dipengaruhi jarak sumur. Hal ini
membuktikan sumber pencemar yang dekat dengan sumur gali
mempunyai pengaruh besar untuk mencemarkan
air sumur gali.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di desa Likupang Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur diperoleh kesimpulan 10 sampel air sumur bersemen positif (+) mengandung Escherichia
coli dan 5 sampel air sumur
bersemen negatif (-) mengandung Escherichia
coli.
BIBLIOGRAFI
Akbar, W., Jootje, M. L. U., &
Paul, A. T. K. (2015). Gambaran Kondisi Fisik Sumur Gali dan Kualitas
Bakteriologis Air Sumur Gali di Desa Kawangkoan Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado, 7(5), 1�10.
Awuy, S. C., Sumampouw, O. J., & Boky,
H. B. (2018). Kandungan escherichia coli pada air sumur gali dan jarak sumur
dengan septic tank di Kelurahan Rap-Rap Kabupaten Minahasa Utara tahun 2018. KESMAS,
7(4).
Basri, L. (2019). Potret Sarana Air Bersih
Sumur Gali di Wilayah Kerja Puskesmas Nania Kota Ambon. Global Health
Science, 4(2), 54�58.
Chandra, B. (2007). Pengantar Kesehatan
Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Diyani, I. L., Lagiono, L., & Marsum,
M. (2018). Hubungan Jarak Penampungan Tinja Dengan Kualitas Mikrobiologis
(Coliform) Air Sumur Gali Di Desa Sumampir Kecamatan Rembang Kabupaten
Purbalingga Tahun 2017. Buletin Keslingmas, 37(3), 258�269.
Imani, H. A. (2019). PRODUKSI AIR MINUM
SEHAT DENGAN PENGOLAHAN ELEKTROLISIS (VARIASI AIR UMPAN). POLITEKNIK NEGERI
SRIWIJAYA.
Iswadi, I., & Hasanuddin, H. (2013).
Kualitas Air Sumur di Kawasan Pemukiman Mahasiswa Berdasarkan Uji Bakteriologis
dengan Bioindikator Bakteri Escherichia coli. Biologi Edukasi: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi, 5(2), 96�101.
Kusuma Wardani, R. W. (n.d.). Kandungan
Krom Pada Limbah Cair Batik Dan Air Sumur Disekitar Industri Batik UD Bintang
Timur (Studi Kasus di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember)
The Content of Chrome On Batik Liquid Waste And Well�s Water Around The UD
Bintang Timur.
Marlinda, M., Moelyaningrum, A. D., &
Ellyke, E. (2019). Keberadaan Bakteri Eschericia Coli dan Coliform pada Sumur
Gali dan Bor Rumah Pemotongan Hewan. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN: Jurnal Dan
Aplikasi Teknik Kesehatan Lingkungan, 16(1), 679�688.
Nenobais, D. B. U. T. (2019). Studi
Kualitas Air Sumur Gali Untuk Kebutuhan Air Bersih Masyarakat Di Kelurahan
Naioni Kota Kupang. Poltekkes Kemenkes Kupang.
Pollo, J. Y., Tondobala, L., & Sela, R.
L. E. (2017). Ketersediaan Infrastruktur Permukiman Kumuh Pesisir Studi Kasus:
Desa Likupang Dua Dan Desa Likupang Kampung Ambong, Kecamatan Likupang Timur,
Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. SPASIAL, 4(1),
44�58.
Radjak, N. F. (2013). Pengaruh Jarak Septic
Tank dan Kondisi Fisik Sumur terhadap Keberadaan Bakteri Eschercia Coli pada
Sumur Gali. Skripsi, 1(811409136).
Raiba, R., Ishak, E., & Permatahati, Y.
I. (2022). Struktur Komunitas Gastropoda Epifauna Intertidal di Perairan Desa
Lampanairi Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan. JSIPi (JURNAL SAINS
DAN INOVASI PERIKANAN)(JOURNAL OF FISHERY SCIENCE AND INNOVATION), 6(2),
87�102.
Ramadita, F., Risky, N. A., Hakim, L.,
& Mahardika, I. F. (2014). Studi Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali pada
Kawasan Permukiman Menggunakan Biosensor TECTA TM B16 (Studi Kasus: Dusun
Blimbingsari dan Dusun Wonorejo, Kabupaten Sleman Yogyakarta). Jurnal Sains
& Teknologi Lingkungan, 6(1), 38�47.
Subagiyo, A., Wijayanti, W. P., &
Zakiyah, D. M. (2017). Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Universitas Brawijaya Press.
Sulistyorini, I. S., Edwin, M., &
Arung, A. S. (2016). Analisis kualitas air pada sumber mata air di kecamatan
Karangan dan Kaliorang kabupaten Kutai Timur. Jurnal Hutan Tropis, 4(1),
64�76.
Sumantri, H. A., & SKM, M. K. (2017). Kesehatan
Lingkungan-Edisi Revisi. Prenada Media.
Tangkilisan, S. L. M., Joseph, W. B. S.,
& Sumampouw, O. J. (2018). Hubungan Antara Faktor Konstruksi Dan Jarak
Sumur Gali Terhadap Sumber Pencemar Dengan Total Coliform Air Sumur Gali di
Kelurahan Motto Kecamatan Lembeh Utara. KESMAS, 7(4).
Copyright holder: Elmerilia Tandilangi (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |