Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 8, No. 4, April
2023
PENGARUH KOMITMEN AFEKTIF, PERSON JOB FIT DAN POSITIF
AFFECTIVY TERHADAP KNOWLEDGE SHARING PADA PEGAWAI BMT BINA IHSANUL
FIKRI KOTA YOGYAKARTA
Susilo Dwi
Pujiyanto, Abdul Choliq Hidayat, Ema Nurmaya
Ekonomi
dan bisnis/ Manajemen, universitas ahmad Dahlan
E-mail:
[email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara persial maupun
simultan mengenai Komitmen Afektif, Person Job-fit dan Positive
Affectivity terhadap Knowledge Sharing pegawai BMT Bina Ihsanul
Fikri yogyakarta. Sampel sebanyak 85 responden�
dari pegawai BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Teknik analisis data
yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan aplikasi SPSS 25. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Komitmen Afektif,
Person Job-fit dan Positive Affectivity terhadap Knowledge
Sharing pegawai BMT Bina Ihsanul Fikri yogyakarta. Komitmen Afektif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Knowledge Sharing pegawai
BMT Bina Ihsanul Fikri yogyakarta. Person Job-fit berpengaruh positif dan signifikan terhadap Knowledge Sharing pegawai BMT Bina Ihsanul Fikri yogyakarta. Positive
Affectivity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Knowledge Sharing pegawai BMT Bina Ihsanul Fikri yogyakarta.
Penelitian ini juga memberikan hasil bahwa pada variabel Komitmen Afektif, Person Job-fit, Positive
Affectivity, ketiga variabel independen tersebut secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Knowledge Sharing.
Kata
Kunci: Komitmen Afektif, Person Job-fit, Positive
Affectivity, dan Knowledge Sharing.
Abstract
This study
aims to determine the partial and simultaneous effect of Affective Commitment,
Person Job-fit and Positive Affectivity on Knowledge Sharing of BMT Bina
Ihsanul Fikri Yogyakarta employees. A sample of 85 respondents from employees
of BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. The data analysis technique used is
multiple linear regression with the SPSS 25 application. The results of this
study indicate that Affective Commitment, Person Job-fit and Positive
Affectivity to Knowledge Sharing of BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta
employees. Affective Commitment has a positive and significant effect on the
Knowledge Sharing of BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta employees. Person
Job-fit has a positive and significant effect on the Knowledge Sharing of BMT
Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta employees. Positive Affectivity has a positive
and significant effect on the Knowledge Sharing of BMT Bina Ihsanul Fikri
Yogyakarta employees. This research also gives the result that the variables of
Affective Commitment, Person Job-fit, Positive Affectivity, the three
independent variables simultaneously have a positive and significant effect on
Knowledge Sharing.
Keywords: Affective Commitment, Person Job-fit, Positive Affectivity, and
Knowledge Sharing.
Pendahuluan
Penilaian terpenting dalam menentukan
keberhasilan organisasi bisnis maupun organisasi publik untuk mencapai tujuan
salah satunya ialah mutu Sumber Daya Manusia. Mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan peranan yang sangat penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah
organisasi, baik institusi maupun perusahaan. pengelolaan pengetahuan (Knowledge),
keahlian (skill), dan kemampuan (ability) yang dimiliki personal
karyawan ataupun pegawai dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia. Peningkatkan
mutu Sumber Daya Manusia dapat dilakukan melalaui program-program SDM yang
efektif berguna untuk mencapai tujuan organisasi secara berkelanjutan.
Pengetahuan (Knowledge) adalah
segala sesuatu yang diketahui dan pernah dipelajari dari lingkungan sekitar.
Hal ini dapat meliputi mata pelajaran, tradisi, informasi dan keterampilan.
Semakin sering manusia belajar, berfikir dan bertanya, semakin bertambah pula
pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia baik pada masa sekarang maupun masa depan (Meylasari
& Qamari, 2017).
Seiring perkembangan zaman, manusia dituntut untuk memiliki pengetahuan yang
luas dan kemampuan yang terampil.
Knowledge�
Sharing adalah�
kegiatan� memindahkan� atau menyebarkan� pengetahuan dari� satu�
individu,� kelompok,� atau�
organisasi� yang� lain. Knowledge� Sharing pada� tingkat�
individu� merupakan� proses�
duplikasi� pengetahuan dari� sumber�
pengetahuan� ke� penerima (Lee
et al., 2016).� Bagi�
organisasi� atau� institusi, Knowledge Sharing memberikan�� manfaat��
dalam�� menghasilkan�� modal��
intelektual�� bersama
sehingga�� proses�� pengetahuan��
menjadi�� proses� implementasi��
yang�� penting�� bagi organisasi (Lee
et al.,� 2016).
Knowledge� Sharing yang� berupa transformasi� pengetahuan individu ke kelompok atau ke
perusahaan dapat menjadi dasar pembentukan proses, produk dan jasa (Schwartz,
2014).
BMT Bina Ihsanul Fikri merupakan lembaga
keuangan dengan pola bagi hasil yang didirikan dan dimiliki oleh
masyarakat. Didirikan pada tahun 1996 di Gedongkuning Yogyakarta. KSPS BMT BIF
didirikan karena banyaknya usaha kecil yang kebutuhan modalnya dicukupi oleh rentenir
dan lintah darat yang notabene suku bunganya sangat besar. Disamping itu,
kecenderungan dakwah islam belum mampu menyentuh kebutuhan ekonomi, sehingga
misi dakwah belum terasa sempurna keprihatinan ini mendorong niat kami untuk
segera meralisasikan berdirinya KSPS BMT BIF. Sehingga pada tanggal 11 Maret
1997 mendapatkan badan hukum no 159BHKWK.12V1997 tanggal 15 Mei
1997.
Pada prinsipnya usaha KSPPS BMT BIF dibagi
menjadi dua yakni Biatul Maal (usaha sosial) dan Bisnis (Baitul Tamwil). Usaha
sosial ini bergerak dalam penghimpunan dana Zakat, Infaq dan sedekah
serta mentasyarufkannya kepada delapan ashnaf. Skala prioritasnya untuk
pengentasan kemiskinan melalui program ekonomi produktif dan bea siswa.
Sedangkan usaha bisnisnya bergerak dalam pemberdayaan masyarakat ekonomi kelas
bawah dengan intensifikasi penarikan dan penghimpunan dana masyarakat dalam
bentuk tabungan dan deposito berjangka serta menyalurkannya dalam bentuk
pembiayaan/kredit kepada pengusaha kecil dan kecil bawah dengan system bagi hasil.
Knowledge Sharing
merupakan aktivitas interaksi dan komunikasi antara dua orang atau lebih
sebagai proses untuk menambah pengetahuan serta upaya untuk meningkatkan
pengembangan diri. Seseorang dapat menyalurkan pengetahuannya dalam diskusi
atau forum, orang lain mendengarkan dan mereka bisa berdiskusi serta bertukar
pengetahuan satu sama lain (Meylasari
& Qamari, 2017).
Fenomena yang terjadi pada BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF) Yogyakarta, masih
kurangnya berbagi pengetahuan (Knowledge Sharing) yang efektif antar
sesama karyawan dalam organisasi tersebut. Kurangnya berbagai pengetahuan
tersebut mengakibatkan minimnya pertukaran pengetahuan yang rendah. Dalam
organisasi tersebut masih ada beberapa karyawan yang belum mengetahui terkait
dengan adanya peraturan-peraturan yang baru, misalnya terkait peraturan
perubahan dalam perusahaan tersebut. Hal ini menyebabkan adanya kesimpangsiuran
informasi mengenani aturan atau kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.
Dengan adanya permasalahan seperti ini maka akan terjadi ketidaklancaran dalam
hal berbagi pengetahuan (Knowledge Sharing) sehingga karyawan perlu
meningkatkan berbagi pengetahuan (Knowledge Sharing) agar dapat terjadi
kelancaran pertukaran pengetahuan antar sesama karyawan dalam sebuah
organisasi.
Kajian
Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
Komitmen
Afektif
Komitmen Afektif merupakan ikatan secara
emosional perasaan yang melekat dan dirasakan seseorang karyawan terhadap
organisasi untuk mengidentifikasi dan keterlibatan dirinya dalam organisasi (Yusuf,
2017).
Komitmen Afektif juga dapat menjadi penentu dan memprediksi atas dedikasi dan
loyalitas seorang karyawan. Kecenderungan sikap seorang karyawan yang memiliki
Komitmen Afektif yang tinggi dapat menunjukkan rasa memiliki atas organisasi,
keringinan untuk mencapai tujuan organisasi dan keinginan untuk bertahan dan
tetap menjadi anggota organisasi. Komitmen Afektif dapat diartikan sebagai rasa
cinta yang dimiliki karyawan atas organisasi tempatnya bekerja sehingga adanya
perasaan memiliki organisasi dan mengupayakan pencapaian tujuan organisasi
sebagai balas jasa yang telah diberikan oleh organisasi serta merasa bangga
terhadap organisasi akan memunculkan loyalitas dan berdedikasi terhadap
organsiasi (Widiana,
2015).
Seorang yang memiliki Komitmen Afektif terhadap
organisasi terlihat dari indikator dari ciri perilaku, sikap dan perasaan
menurut (Harianto, 2016)
yaitu : loyalitas, rasa bangga, peran serta, menganggap organisasi yang
terbaik, terikat secara emosional dengan organisasi tempat bekerja.
Person Job-Fit
Widyastuti
dan Ratnaningsih, (2018).
Person Job-Fit merupakan penilaian individu mengenai kesesuaian antara
kemampuan karyawan terhadap tuntutan pekerjaan. Ketika kepribadian karyawan
sesuai dengan karakteristik pekerjaan, akan meningkatkan kepuasan kerja dengan
sendirinya (Rizana, 2017).
Dengan adanya Person Job-Fit, maka individu akan lebih memahami berkaitan
dengan pekerjaannya sehingga dapat memunculkan inovasi-inovasi baru. Seseorang
akan lebih memahami makna dari pekerjaannya sehingga dapat kesempatan untuk
mengembangkan dirinya di dalam dunia kerja Alfani, (2018) menyatakan terdapat indikator kepribadian seseorang
yaitu : Demand-abilities
fit yang
artinya pengetahuan, kemampuan yang dimiliki oleh pekerja cocok dengan apa yang
diperlukan oleh bidang tersebut. Sekiguchi (2004)
menyatakan bahwa dimensi demand-abilities fit meliputi tuntutan
pekerjaan yang dibutuhkan cocok dengan kemampuan individu dalam rangka
meyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan kerja yang ditawarkan
oleh organisasi. Tuntutan pekerjaan meliputi pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan (knowledge, skills, dan abilities). Kemampuan (abilities)
meliputi pendidikan, pengalaman dan bakat dari individu atau pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan. Need-supplies fit, keadaan dimana kebutuhan
dari pekerja dan apa yang mereka harapkan tercapai pada saat mereka bekerja
(kepuasaan pribadi karena pekerjaan tersebut). Sekiguchi (2004)
menyatakan bahwa dimensi need-supllies fit merupakan keinginan dari
individu cocok dengan karakteristik serta atribut pekerjaan sehingga mampu
memenuhi keinginan individu. Keinginan individu mencakup pencapaian tujuan,
kebutuhan psikologis, kepentingan dan nilai-nilai. Job supplies meliputi
karakteristik pekerjaan, gaji dan atribut pekerjaan lainya.
Positive Affectivity
Positve Affectiviy adalah karakteristik seseorang yang
lebih sering mengalami pengalaman emosi positif (sentimen, sensasi dan mood)
dalam hidup (Isen & Reeve, 2005).
Positive Affectiviry dalam manajemen merupakan sifat dasar yang
mempengaruhi persepsi dan perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan yang sehat
atau tidak sehat (Hofman & Kohlman, 2019).
Positive Affectivity dapat meningkatkan motivasi dalam diri karyawan
untuk berperilaku positif pada saat bekerja dan berkaitan dengan tanggungjawab
kerja serta kepuasan kerja (Coons et al., 2020).
Seseorang yang memiliki kecenderungan positive
affectiviry akan lebih sering merasakan seperti indikator Positive Affectivitry Negative Affectivity
Schedule (PANAS) dari Watson et al (1988)
sebagai berikut : Joviality, Suasana
hati yang ditandai dengan semangat tinggi dan terhibur dan sering disertai
dengan tawa. Perasaan yang sering dialami seperti excited, interested,
enthusiastic, inspired dan proud. Self-Assurance Mirip dengan kepercayaan diri. Di bagian terdalam
dari diri seseorang, seseorang memiliki keyakinan pada kekuatannya. Perasaan
yang sering dialami seperti strong dan active. Attentiveness Memberi perhatian dengan membantu dan peduli dengan
orang lain yang membutuhkan bantuan. Perasaan yang seirng dialami seperti alert, determined dan atfentive.
Knowledge Sharing
Knowledge Sharing merupakan perilaku saling melakukan
pertukaran pengetahuan antar individu dan bersama-sama membangun pengetahuan
baru (Hooff & Ridder, 2004).
Knowledge Sharing adalah satu set
pemahaman bersama yang merujuk pada akses karyawan pada informasi yang relevan
serta membangun dan menggunakan jaringan pengetahuan dalam organisasi (Raharso & Tjahjawati, 2014).
Dengan demikian dapat diartikan Knowledge
sharing berbeda dengan Knowledge Transfer, Knowledge sharing merupakan suatu mekanisme pengetahuan
ditransmisikan minimal dari satu pihak kepada pihak lainnya. Knowledge sharing mengacu sebagai proses
berperilaku menyebarkan pengetahuan terkait pekerjaan, keterampilan, kecakapan
teknis kepada rekan sesama kerja (Chiang et al., 2011).
Matzler dkk. (2008),
indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan knowledge
sharing adalah sebagai berikut: Embrained knowledge, Embodied knowledge, struktur afektif dan kognitif, Embedded knowledge,
Model penelitian
Gambar 1
Kerangka pemikiran
Sumber : Anwar, (2017), Imamoglu, et
al., (2019), Sulistiowati & Komari (2018).
Keterangan :
H1 : Komitmen Afektif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Knowledge
Sharing.
H2 : Person Job-Fit berpengaruh positif dan signifikan terhadap Knowledge Sharing.
H3 : Pasitive Affectivity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Knowledge Sharing.
H4 : Komitmen Afektif, Person
Job-Fit dan Positive Affectivity
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Knowledge Sharing.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di BMT Bina
Ihsanul Fikri Yogyakarta. peneliti membuat hipotesis dan kemudian melakukan
pengujian untuk menerima atau menolak hipotesis itu yaitu, komitmen afektif (X1), person job-fit (X2), positive
affectivity (X3) terhadap knowledge sharing (Y) baik secara
parsial maupun secara simutan. data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer. Data primer yang digunakan peneliti diambil dari kuesioner yang
telah diberikan kepada responden. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai BMT
Bina Ihsanul Fikri yang berjumlah 90 orang. Jumlah pegawai yang menjadi sampel
adalah 85 yang ditentukan dengan menggunakan teori augusty (2014).
Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan
data peneliti mengunakan kuisioner yang berisi pilihan pernyataan untuk
memperoleh data yang bersesuaian dengan pemikiran, perasaan, sikap,
kepercayaan, nilai, persepsi, keperibadian dan perilaku responden. Penelitian
ini memakai skala pengukuran instrument dengan memakai skala likert. Skala
likert yang digunakan masing-masing mempunyai skor sebagai berikut: Sangat
Setuju, disingkat SS, bernilai = 5. Setuju, disingkat S, bernilai = 4. Netral,
disingkat N, bernilai = 3. Tidak Setuju, disingkat TS, bernilai = 2. Sangat
Tidak Setuju, disingkat STS, bernilai = 1.
Hasil dan
Pembahasan
Karakteristik
responden dalam penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini merupakan data
responden berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Lama Bekerja.
Tabel
1
Karakteristik
responden BMT Bina Ihsanul Fikri
Karakteristik |
Frekuensi
|
Presentase
(%) |
|
Jenis kelamin |
Laki-laki perempuan Total |
50 35 85 |
58,82% 41.17% 100% |
Pendidikan |
SMA DIPLOMA S1 S2 S3 TOTAL |
10 9 61 5 0 85 |
11,76% 10,58% 71,76% 5,88% 0% 100% |
Masa Kerja |
1-3
tahun 4-6 tahun > 6 tahun Total |
18 24 43 85 |
21,17% 28,23% 50,58% 100% |
Sumber : Data Primer 2023
Sebagaimana tabel 1 menunjukkan
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, masa kerja
dari 80 orang yang menjadi sampel. Berikut di bawah ini penjelasan dari tabel
1.
1. Berdasarkan
tabel terlihat bahwa dari 85 orang yang menjadi sampel, 50 orang berjenis
kelamin laki-laki dan 35 orang berjenis kelamin perempuan.
2. Berdasarkan
tabel terlihat bahwa dari 85 orang yang menjadi sampel, yang berpendidikan SMA
sebanyak 10 orang, Diploms sebanyak 9 orang, S1 sebanyak 61 orang dan S2
sebanyak 5 orang.
3. �Berdasarkan tabel terlihat bahwa dari 85 orang
yang menjadi sampel, yang memiliki masa kerja 1-3 Tahun sebanyak 18 orang, 4-6
Tahun sebanyak 24 orang, dan >6 Tahun sebanyak 43 orang.
Uji Instrumen
Uji validitas
Uji
validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya kuesioner pada awalnya
penelitian menggunakan metode CFA. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner pernyataan dalam kuesioner yang sudah
dibuat benar benar mengukur apa yang dikehendak diukur, yaitu dengan melihat
nilai component matrix lebih besar dari 0.5.
Tabel
2
Hasil
Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Demokratis, Budaya Organisasi, Motivasi
Kerja, Lingkungan Kerja Dan Kinerja Pegawai
Kode |
KMO |
Komponen
Faktor |
|||
Butir |
Komitmen
Afektif |
Person
Job-fit |
Positive
Affectivity |
Knowledge
Sharing |
|
X1.KA1 X1.KA2 X1.KA3 X1.KA4 X1KA6 X1.KA7 X1KA8 |
0.822 |
0,778 0,835 0,807 0,768 0,656 0,724 0,668 |
|
|
|
X2.PJ1 X2.PJ2 X2.PJ3 X2.PJ4 X2.PJ5 X2.PJ6 |
0.846 |
|
0.807 0.811 0.779 0.833 0.878 0.875 |
|
|
X3.PA3 X3.PA4 X3.PA5 X3.PA6 X3.PA7 X3.PA8 X3.PA9 X3.PA10 |
0.894 |
|
|
0.840 0.870 0.723 0.878 0.778 0.770 0.850 0.848 |
|
X4.KS1 X4.KS2 X4.KS3 X4.KS4 X4.KS5 X4.KS6 X4.KS7 |
0.853 |
|
|
|
0,867 0,824 0,807 0,827 0,814 0,835 0,783 |
Sumber :
Data Primer 2023
Berdasarkan
hasil uji validitas sebagaimana dapat disimpulkan bahwa uji validitas pada
variabel Komitmen Afektif, Person Job-fit, Positive Affectivity dan variabel Knowledge
Sharing menggunakan metode CFA menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan
dinyatakan valid, dengan nilai KMO > 0,05 dan sesuai dengan signifikansi
factor loading >0,5.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas
adalah untuk menguji hasil kuesioner yang indicator dari variabel yang
diteliti. Suatu kuesioner dikatakan reliabel, apabila jawaban dari pertanyaan
dalam kuesioner konsisten dari waktu ke waktu. Pada program SPSS for windows
memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbach
Alpha. Data bisa dikatakan reliabel jika Cronbach Alpha lebih besar
dari 0,6. Data berikut ini adalah hasil dari perhitungan reliabilitas setiap
variabel penelitian menggunakan Cronbach Alpha.
Tabel
Hasil
Uji Reabilitas
Variabel |
Cronbach Alpha |
keterangan |
Komitmen Afektif(X1) |
0.870 |
Reliabel |
Person Job-fit (X2) |
0.898 |
Reliabel |
Positive Affectivity (X3) |
0.928 |
Reliabel |
Knowledge Sharing (Y) |
0.919 |
Reliabel |
Sumber : Data Primer 2023
Dari
tabel 3 berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat dijelaskan bahwa pengujian
reliabilitas pada masing masing variabel didapatkan nilai Cronbach Alpha sesuai
dengan ketentuan umum koefisien Alpha yaitu lebih >0.6 sehingga hasil dari
masing masing variabel dalam pengujian reliabilitas dikatakan reliabel.
Analisis Data
Analisis Regresi Berganda
Analisis
data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan analisis linier regresi
berganda, karena dalam penelitian ini terdapat lebih dari satu variabel independen
dan satu variabel dependen. Analisis regresi digunakan terutama untuk tujuan
peramalan, dimana dalam model tersebut ada satu variabel dependen (tergantung)
dan variabel independen (bebas).
Tabel
4
Hasil
Uji Regresi Linier Berganda
B |
Sig. |
|
Constant |
1.302 |
|
Komitmen Afektif(X1) |
0.242 |
0.010 |
Person Job-fit(X2) |
0.327 |
0.005 |
Positive Affectivity (X3) |
0.184 |
0.033 |
Sumber : Data Primer 2023
Y
= α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e.
����������� Y=
1.302 0.242X1 + 0.327X2 + 0.184X3 + e
a.
Y = merupakan variabel dependen yaitu Knowledge
Sharing yang mana nilainya akan diprediksi oleh variabel independen yaitu
variabel Komitmen Afektif, Person job-fit, dan Positive Affectivity.
b. b1
= 0.242 sebagai koefisien variabel Komitmen Afektif (X1) yang
mempengaruhui Knowledge Sharing (Y) berpengaruh positif atau mempunyai arah
positif dalam Kinerja Pegawai dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.242.
c. b2
= 0.327 merupakan koefisien variabel Person Job-fit (X2) yang
mempengaruhi Knowledge Sharing (Y) berpengaruh positif. mempunyai arah positif
dalam Knowledge Sharing dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.327.
d.
b3 = -0.184 merupakan koefisien
variabel Positive Affectivity (X3) yang mempengaruhi Knowledge Sharing (Y)
berpengaruh negatif. mempunyai arah negatif dalam Kinerja Pegawai dengan nilai
koefisien regresi sebesar -0.184.
Analisis Uji Secara Parsial (Uji t)
Uji
t digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari variabel independen
secara individu terhadap variabel dependen berkaitan dengan penjelasan pengaruh
masing variabel (Ghozali, 2018).
Tabel
5
Hasil
Uji Secara Parsial ( Uji t)
Sig. |
Keterangan |
|
Komitmen Afektif |
0.010 |
Berpengaruh signifikan |
Person Job-fit |
0.005 |
Berpengaruh signifikan |
Positive Affectivity |
0.033 |
Berpengaruh signifikan |
a.
Variabel Komitmen Afektif (X1)
H1
: terdapat pengaruh signifikan antara Komitmen Afektif terhadap Knowledge
Sharing Pada variabel Komitmen Afektif (X1) dari hasil olah data dengan
menggunakan IBM SPSS Statitstic, terdapat nilai Sig. < alpha (0.010 <
0.05) sehingga Komitmen Afektif (X1) berpengaruh signifikan terhadap Knowledge
Sharing (Y). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H1 diterima,
yang artinya ada pengaruh positif antara Komitmen Afektif terhadap Knowledge
Sharing. Jika Komitmen Afektif ditingkatkan maka akan berpengaruh positif
dan signifikan pada Knowledge Sharing.
b. Variabel
Person Job-fit (X2)
H2
�: Terdapat pengaruh signifikan
antara Person Job-fit terhadap Knowledge Sharing
����������� Pada variabel Person Job-fit
(X2) dari hasil olah data dengan menggunakan IBM SPSS Statitstic, terdapat
nilai Sig. < alpha (0.005 < 0.05) sehingga Person Job-fit (X2)
berpengaruh signifikan terhadap Knowledge Sharing (Y). dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa H2 diterima, yang artinya ada pengaruh
positif antara Person Job-fit terhadap Knowledge Sharing. Jika Person
Job-fit �ditingkatkan maka akan
berpengaruh positif dan signifikan pada Knwledge Sharing.
c.
Variabel Positive Affectivity (X3)
H3
�: Terdapat pengaruh signifikan
antara Positive Affectivity terhadap Knowledge Sharing
����������� Pada variabel Positive
Affectivity (X3) dari hasil olah data dengan menggunakan IBM SPSS
Statitstic, terdapat nilai Sig. < alpha (0.033 < 0.05) sehingga Positive
Affectivity (X3) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y). dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa H3 diterima, yang artinya ada
pengaruh positif antara Positive Affectivity terhadap Knowledge
Sharing. Jika Positive Affectivity ditingkatkan maka akan
berpengaruh positif dan signifikan pada Knowledge Sharing.
Analisis uji simultan ( Uji F)
Pada penelitian ini Uji F digunakan untuk
menghitung signifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara simultan
atau bersama-sama terhadap variabel dependen.
Tabel 6
Hasil uji simultan (Uji F)
Sig. |
|
�1�������������������������������� Regression ���������������������������������� Residual ���������������������������������� Total |
�������������������������������� 0.000b |
Sumber : Data Primer 2023
Berdasarkan
dari hasil olah data dengan menggunakan IBM SPSS Statistic, terdapat nilai Sig.
< alpha (0.000 < 0.05) sehigga dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama (simultan) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
Komitmen Afektif, Person Job-fit, dan Positive Affectivity
terhadap Knowledge Sharing pada pegawai BMT Bina Ihsanul Fikri.
Uji
koefisien Determinan
Uji koefisien determinasi digunakan untuk
mengatahui seberapa eratkah pengaruh antara variabel indenpenden terhadap
variabel dependen, dalam hal ini yaitu variabel Kepemimpinan Demokratis, Budaya
Organisasi, Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja.
Tabel 7
Nilai Koefisien
Determinasi (R2)
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std.Eror Of the Estimate |
|
1 |
.466a |
.217 |
.188 |
.459 |
Sumber
: Data Primer 2023
Tabel 7 diperoleh
nilai R2 sebesar 0.217 yang artinya hanya 21,7%
variabel Knowledge Sharing yang diterangkan dalam variabel
Komitmen Afektif, Person Job-fit dan Positive Affectivity.
Sedangkan sisanya (100%-21,7% = 78,3% diterangkan oleh sebab-sebab lain yang
tidak diteliti pada penelitian ini.
Pembahasan
a. Pengaruh
Komitmen Afektif Terhadap Knowledge Sharing
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis pertama Komitmen Afektif (X1) terhadap Knowledge
Sharing (Y) terlihat bahwa nilai t hitung 2,058 dan nilai sig, 0,010
artinya Komitmen Afektif (X1) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Knowledge Sharing (Y). Dengan begitu jika Komitmen Afektif tinggi maka
semakin tinggi pula pegawai berperilaku Knowledge Sharing. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tandayong & Endalmen (2019),
Verianto (2019)
dan diperkuat oleh hasil penelitian Matzler et al (2011)
dan Imamoglu et al (2019).
b. Pengaruh
Person Job-fit terhadap Knowledge Sharing
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis ketiga Positive Afectivity (X2) terhadap Knowledge
Sharing (Y) terlihat bahwa nilai t hitung 2,858 dan nilai sig. 0,05 artinya
Positive Affectivity (X2) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap Knowledge Sharing (Y). Dengan begitu jika pegawai memiliki
kecocokan individu dalam pekerjaannya yang tinggi maka semakin tinggi pula
pegawai berperilaku Knowledge Sharing. Perilaku berbagi pengetahuan
adalah sikap positif terkait pekerjaan, yang akan meningkat kinerja sumber daya
manusia (Ram,
2011).
Studi sebelumnya menyebutkan hal positif dan pengaruh signifikan dari kecocokan
orang-pekerjaan pada perilaku kerja positif yang dapat meningkatkan kinerja
sumber daya manusia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Farzaneh,
et. al., 2014; Lu, et. al., 2014; Afsar, et. Al. 2015; Tzu, et. al, 2015; Juni
& Mahmood, 2011; Lee, et al., 2021).��
c. Pengaruh
Positive Affectivity terhadap Knowledge Sharing
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis ketiga Positive Afectivity (X2) terhadap Knowledge
Sharing (Y) terlihat bahwa nilai t hitung 2,175 dan nilai sig. 0,033
artinya Positive Affectivity (X2) memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap Knowledge Sharing (Y). Dengan begitu jika pegawai
miliki positif afek yang tinggi maka semakin tinggi pula pegawai berperilaku Knowledge
Sharing, Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hoong &
Lim (2014)
Anwar (2017),Tendrio
et al (2017),
dan Sang et al (2020).
Pengetahuan
personal yang dimiliki seorang anggota oragnisasi yang bersifat tacit cukup
sulit untuk disebarluaskan, Pengetahuan personal seseorang yang unik antara
satu dan yang lainnya tidak aka ada yang sama karena itu didapan didapati dari
warisan, pengalaman, budaya dan hal lainnya, Sementara itu tujuan dari
Knowledge Sharing yang merupakan elemen kunci dan fase paling penting dari Knowledge
Management ialah membuat pengetahuan personal menjadi pengetahuan
organisasi.
Terdapat
tiga faktor yang mempengaruhi Knowledge Sharing yaitu faktof personal
atau individu, faktor organisasi, dan faktor teknologi. Faktor personal atau
individu menjadi salah satu kunci keberhasilan aktivitas Knowledge Sharing
dalam suatu organisasi. Hal ini disebabkan karena keputusan untuk membagikan
atau tidak membagikan pengetahuan yang dimilikinya adalah otonomi karyawan itu
sendiri (Bock
et al., 2005, Kiesler, 2015 &, Lin, 2007).
Seorang
yang memiliki afeksi positif yang tinggi akan membagikan pengetahuan yang
dimilikinya, dirinya akan dengan senang hati membantu rekan lainnya. Seorang
yang memiliki kecenderungan afeksi positif atau merasakan emosi positif akan
melihat segala sesuatunya secara optimis dan memiliki Perspektif yang baik juga
memiliki perasaan yang baik dengan rekan kerja (lies
& Scott, 2014).
Emosi
yang positif akan mendorong seseorang bersikap positif dan akan berperilaku
positif pula, sebagaimana TRA yang memprediksi Knowledpe Sharing
terdapat Attitude atau sikap yang menjadi keyakinan seseorang untuk
berperilaku, Jika seseorang yang memiliki emosi positif yang tinggi akan
memilih sikap yang positif dan mengganggap Knowledge Sharing sebagai
perilaku yang positif karena juga dapat membantu rekan lainnya.
Seorang
yang memiliki kecenderungan mengalami emosi dan suasana hati positif akan
berkemampuan sotusi dari permasalahan yang dialami rekan kerja lainnya,
berusaha menemukan ide baru yang lebih efektif. untuk menemukan solusi dalam
memecahkan masalah. Dengan berperilaku Knowledge Sharing khususnya melakukan Knowledge
Collecting, Seseorang dapat berkonsultasi untuk mengakses intelektual capital
rekan kerja lainnya yang dapat menambah pengetahuan baru sehingga dengan mudah
Menemukan solusi dari permasalahan yang dialaminya.
Selanjutnya
seorang karyawan dengan kemampuan berfikir lebih kreatif akan Membuat keputusan
yang bijak yang didorong oleh cara berfikir yang cepat dan fleksibel sehingga
senang hati membantu rekan lainnya dengan menyumbangkan pengetahuan miliknya.
Hal ini dikarenakan merasa tertantang menemukan ide solusi dari permasalahan
yang dialami rekan kerja lainnya, berusaha menemukan ide baru yang lebih
efektif.
Pegawai
BMT Bina Ihsanul Fikri memiliki emosi dan suasana hati yang positif namun tidak
selalu merasakannya, karena lingkungan dan pengaruh beban kerja yang bervariasi
membuat pegawai menjadi cenderung memiliki emosi dan suasana hati yang negatif
dalam situasi tertentu. Sebagai manajer dan atasan kepala seksi dan kepala
bidang perlu lebih menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman agar
pegawai dan staf lainnya dapat selalu memiliki emosi positif akan tetapi juga
pengalaman yang dialami serta hal lainnya dapat merubah emosi secara drastis
atau fluktuatif.
d. Pengaruh
Komitmen Afektif, Person Job-fit dan Positive Affectivity
terhadap Knowledge Sharing.
Sebagaimana
hasil analisis regresi linier dapat diketahui bahwa Knowledge Sharing
sebagai variabel terikat dipengaruhi komitmen organisasi dan Positive
Affectivity secara simultan. Dengan nilai f hitung sebesar 6,630 dan nilai
sig. sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa Komitmen Afektif, Person Job-fit dan
Positive Affectivity memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Knowledge
Sharing. Hasil penelitian ini memberikan informasi yang baru bahwa Komitmen
Afekti, Person job-fit dan Positive Affectivity memiliki pengaruh
secara simultan terhadap Knowledge Sharing. Selanjutnya, jika melihat
dari hasil koefisien determinan nilai R sguare sebesar menunjukkan bahwa masih
sedikit pengaruh ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Artinya Knowledge
Sharing dijelaskan oleh Komitmen Afektif, Person Job-fit dan Positive
Affectivity. Masih banyak varibel lainnya di luar penelitian ini yang
menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku Knowledge Sharing.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah
dipaparkan didapati hasil kesimpulan yaitu: (1) Hasil pengujian hipotesis
pertama Komitmen Afektif (X1) terhadap Knowledge Sharing (Y) terlihat bahwa
nilai t hitung 2,058 dan nilai sig, 0,010 artinya Komitmen Afektif (X1)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Knowledge Sharing (Y). (2) Hasil
pengujian hipotesis ketiga Positive Afectivity (X2) terhadap Knowledge Sharing
(Y) terlihat bahwa nilai t hitung 2,858 dan nilai sig. 0,05 artinya Positive
Affectivity (X2) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Knowledge Sharing (Y). (3) Hasil pengujian hipotesis ketiga Positive Afectivity
(X2) terhadap Knowledge Sharing (Y) terlihat bahwa nilai t hitung 2,175 dan
nilai sig. 0,033 artinya Positive Affectivity (X2) memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap Knowledge Sharing (Y). (4) Hasil analisis
regresi linier dapat diketahui bahwa Knowledge Sharing sebagai variabel terikat
dipengaruhi komitmen organisasi dan Positive Affectivity secara simultan.
BIBLIOGRAFI
Alfani dan Hadini.
2018. Organizational Citizenship Behavior and Employee Performance at the
Islamic University of Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin: The
Impact of Person Job Fit and Person Organization Fit. 2(2).
Chiang,
H. H., Han, T. S., dan Chuang, J. S. (2011). The connection between
knowledge-sharing behavior and high-commitment HRM, as well as its mediators.. International
Journal of Manpower, 32(5), 604-622.
Coons,
M. J., Stegliz, J., Division, C. P., Fortenberry, K. T., Jansen, K. L., dan
Clark, M. S. (2020). Encyclopedia of Behavioral Medicine. In Encyclopedia of
Behavior Medicine.1(4), 614-6439.
Harianto, A. (2016). Hubungan antara
komitmen afektif dan motivasi kerja dengan kepuasan kerja sebagai mediator di
hotel x. Kinerja, Universitas Kristen Petra, 95-104.
Hooff,
B. Van Den, dan Weenen, F. D. L. Van (2004). Committed to share: Commitmen and
CMC use as antecedents of� knowledge
sharing. Knowledge and Process Management,. 11(1), 13-24.
Isen,
A. M., dan Reeve, J. (2005). The influence of positive affec on intrisic and
extrinsic motivation: Facilitating enjoyment of play, responsibel work
behavior, and self-control. Motivation and Emotion, 29(4), 297-325.
Lee,
A., dan Lim, T-M. (2016). Behavioural intent to utilize tools for sharing
knowledge:effects, both positive and negative, on Affective Technology. KMICe
191-196.
Meylasari
S. dan Qamari N. I, (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Knowledge
Sharing dalam Implementasi E learning. Jurnal Manajemen Bisnis. 8(2),
463-471.
Matzler,
Kurt, Birgit Renzl, Julia M�ller, Stephan Herting, dan Todd A. Mooradian.
(2008). Personality traits and knowledge sharing. Journal of Economic
Psychology. (29), 301-313.
Raharso, S., & Tjahjawati, S. S. (2016). Knowledge
Sharing Para Karyawan Minimarket: Perspektif Social Capital. Jurnal
Riset Bisnis Dan Investasi, 2(1), 118.
Rizana,
D. 2017. Pengaruh
Person Job Fit, Persepsi Dukungan Organisasi, dan Perilaku Berbagi Pengetahuan
terhadap Perilaku Inovatif. Jurnal Fokus Bisnis, 16(02), 99.
Sekiguchi,
Tomoki. 2004. Person Organization Fit and person Job Fit in Employee Selection:
A Review of The Literature. Osaka Keidai Ronshu, 54 (6): 179-196.
Watson,
D., Clark, L. A., dan Tellegen, A. (1998). Development and Validation of Brief
Measures of Positive and Negative Affect: The Panas Scales. Journal of
Personality and Social Psychological, 54(6), 1063-1070.
Widiana,
M. E. (2015). Buku Referensi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen dan
Kinerja Organisasi Pemerintah.
Widyastuti,
T., dan Ratnaningsih, I. Z. (2018). Keterkaitan Job-Fitness dengan Kepuasan Kerja Pada Pegawai Kantor Pusat
Bank Jateng Semarang. Jurnal Empati Volume, 7(3),73-79.
Yusuf,
R. M. dan D. S. (2017). Komitmen Organisasi Definisi Dipengaruhi &
Mempengaruhi, Bandung : Nas Media Pustaka.
Copyright
holder: Susilo
Dwi Pujiyanto, Abdul Choliq Hidayat, Ema Nurmaya (2023) |
First
publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This
article is licensed under: |