Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 8, No. 4, April 2023

 

INTERAKSI MASYARAKAT GATED COMMUNITY PERUMAHAN ANGIN MAMMIRI RESIDENCE

 

Rahayu, M. Ramli AT, Rahmat Muhammad

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Interaksi sosialmerupakan dasar bagi timbulnya masyarakat. Masyarakat gated community adalah masyarakat yang memiliki karakter interaksi yang demikian humanis dan harmonis dalam jalinan hubungan yang sangat kuat. Dalam masyrakat Perumahan Angin Mammiri Residence, solidaritasmekanik yang terjalin dalam masyarakat yang mempunyai perbedaan kelas dan latar belakang merupakan hasil dari proses interaksi sosial yang melibatkan lembaga pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta anggota masyarakat. Pembangunan tempat tinggal yang berbentuk perumahan seperti pada Gated Community Anging Mamiri di Kota Makassar adalah kebutuhan dasar, yang memiliki fungsi-fungsi sosial dalam jalinan interaksi dan kebutuhan sosial, budaya, agama,ekonomi, danpolitik warga komunitasnya. Gated Community Anging Mamiri, yang berada di jalan Aroepala Hertasning Baru, Kota Makassar dengan warganya rata-rata pendatang, dengan konsep �masyarakat tertutup� dimana ada tembok yang mengelilingi wilayah perumahan, di lengkapi dengan keamanan yang ketat, namun jalinan solidaritas dan kerjasama yang demikian elegan dalam ikatan sosial yang selaras. Hal tersebut diakibatkan oleh keberadaan pola-pola interaksi yang konstruktif menata hubungan antar warga komunitas, seperti kerjasama sosial yang erat dan ketat, solidaritas mekanik yang bejalan sanagat baik, adanya kompetisi sehat dan dinamis, serta akomodasi dan assimilasi anatar masyarakat.

 

Kata Kunci: gated community; interaksi sosial; kerjasama sosial; solidaritas mekanik; kompetisi sehat; akomodasi dan assimilasi

 

Abstract

Social interaction is the basis for the emergence of society. A gated community is a society that has such a humane and harmonious character of interaction in a very strong relationship. In the Wind Mammiri Residence Residential community, the mechanical solidarity that exists in people who have different classes and backgrounds is the result of a process of social interaction involving government agencies, religious leaders, community leaders, and community members. The construction of housing in the form of housing such as the Anging Mamiri Gated Community in Makassar City is a basic need, which has social functions in the interaction and social, cultural, religious, economic and political needs of its community members. Gated Community Anging Mamiri, which is on Jalan Aroepala Hertasning Baru, Makassar City with its residents, the average immigrant, with the concept of "closed society" where there is a wall surrounding the residential area, equipped with tight security, but such a bond of solidarity and cooperation elegant in harmonious social ties. This is caused by the existence of constructive interaction patterns that organize relationships between community members, such as close and tight social cooperation, mechanical solidarity that works very well, healthy and dynamic competition, as well as accommodation and assimilation between communities.

 

Keywords: gated community; social interaction; social cooperation; mechanical solidarity; healthy competition; accommodation and assimilation

 

Pendahuluan

Perumahan merupakan produk global yang menjawab tuntunan dan kebutuhan masyarakat kelas menengah mengenai gaya hidup, keinginan, kepribadian, kondisi lingkungan, dan organisasi sosial. Rasa akan kepemilikan ruang dan material yang di rasakan oleh penghuni perumahan akan mendorong terciptanya karakteristik hubungan sosial yang unik di antara penghuni di dalamnya. Namun sering kali hubungan sosial yang unik pada konteks perumahan di konotasikan secara negatif sebagai individualistik, eksklusivisme, dan jauh dari nilai-nilai budaya lokal. Penilaian ini mungkin akan selalu muncul jika kita melihat dari sudut pandang keberadaan perumahan dengan daerah atau lingkungan sekelilingnya. Hal ini kemudian melahirkan istilah gated community atau komunitas berpagar (Dirman, 2017).

Tempat tinggal dengan konsep perumahan modern serta adanya pagar yang membatasi lingkungan perumahan dengan wilayahnya yang menjadikan ruang publik menjadi privat, dengan akses kontrol oleh penghalang fisik seperti pagar tembok tinggi yang dilengkapi dengan area masuk dengan satu pintu dan dijaga ketat oleh satpam, dalam hal ini Baleky dan Snyder menyebut gated community (Rangi, 2008).

Perkembangan gated community di Indonesia berbeda dengan yang terjadi di negara lain. Gated community di Indonesia lebih menyerupai pengelompokan suatu hunian dibandingkan sebuah proses untuk membentuk suatu komunitas. Interaksi masyarakat di dalam pagar atau suatu hunian berkelompok seperti perumahan ternyata tidak berbeda secara signifikan dengan masyarakat yang hidup di luar perumahan (gated community). Artinya gated community di Indonesia berbeda dengan negara-Negara lain, di Indonesia lebih menyerupai ghetto (tempat tertutup yang terpisah dari kota) namun hanya saja di peruntukan bagi masyarakat menengah ke atas. Jika di negara lain dimana pagar untuk membentuk suatu komunitas (Leisch, 2002).

Kondisikotayangtidaklagikondusif,tidaknyamandanamanmengakibatkansebagianmasyarakat pindah ke area pinggir kota agar dapat mencari area hunian yang lebih aman, nyaman, dan kondusif. Daerah suburban dinilai menjadi tempat yang cocok karena selain harga lahan yang masih murah, suasana lingkungan dinilai nyaman dan asri jika dibandingkan dengan pusat kota. Selain itu juga, pinggirankotasalahsatusolusi/alternatifsebagaitempatpembangunanpermukimandengankonsep gated community, apalagi ketika melihat kondisi perkotaan yang padat dan semrawut sehingga tidak lain harus mencari permukiman di luar perkotaan yakni di pinggiran kota/subruban. Kehadiran permukiman perumahan bergaya gated community di pinggiran kota/suburban saat ini belum terlihat dampak signifikan, tetapi beberapa tahun ke depan dampak yang muncul dari kehadiran perumahan yang berkonsep gated community akan terlihat dan dirasakan masyarakat sekitar (Supriadi, n.d.)

Perumahan Angin Mamiri Residence merupakan perumahan dengan tipe eksklusif. Fenomena gated community ini, berdasarkan informasi dan observasi awal, adalah gated communty yang memiliki keunikan dibanding dengan gated community yang lain.Perumahan ini mayoritas masyarakat yang tinggal di Angin Mammiri Residence merupakan masyarakat yang tergolong dalam kelas sosial menengah ke atas, tetapi sekat sosial, dan interaksi yang terjadi terjalin dengan harmonis dan terbuka. Dalam perumahanAngin Mamiri Residence,proses sosial kerjasama dan solidaritas amat kondusif dapat tercipta, dimungkinkan oleh ruang terbuka yang menjadi wadah interaksi komunitas gate community dan memungkinkan jugaadanya solidaritas mekanik dan assimialsi yang kuat antar anggota masyarakat. Hal inilah yang menarik perhatian peneliti melihat sebagai fenomena yang langka, bahwa Perumahan Angin Mammiri Residence yang bernuansa hidup modern, anggota komunitasnya hidup selaras,kondusif, harmoni, dan dalam jalinan silaturahmi yang kuat,tanpa memandang latar dan status sosial.

 

Metode Penelitian

1.   Interaksi Sosial Georg Simmel

Pusat studi perhatian Georg Simmel didasarkan pada proses interaksi yang dianggapnya sebagai ruang lingkup primer sosiologi dan perkembangannya (Kusumawati, 2022). Simmel percaya bahwa aktor-aktor harus mengkonseptualisasistruktur sosial agar mempunyai efek terhadap individu. Simmel menyatakan bahwa masyarakat tidak hanyadiluar sana� tetapi juga �gambaransesuatu yang bergantung pada kegiatan kesadaran.Artinya individu dibentuk melalui sesuatu yang diluar diri individu namun juga dari kesadaran individu itu sendiri sebagai manusia yang mempunyai akal. Kesadaran individu menurut Simmel, dalam ulasan Ritzer dalam Sociological Theory disebut individual consciousness (Ritzer & Goodman, 2004).

Dalam berbagai analisis Simmel menyatakan norma dan nilai yang berada pada internal maupun eksternal akanterinternalisasi didalam kesadaran individu-individu yang berinteraksi. Bagi Simmel, struktur sosial atau intitusi tidak mempunyai eksistensi obyektif, terlepas dari pola interaksi yang membentuknya dikarenakan institusi tersebut adalah sebuah bentuk kemapanan pola interaksi yang terbentuk dari masyarakat. Sebagai akibatnya, struktur sosial terlihat menghadapkan individu-individu sebagai suatu kenyataan obyektif dimana individu harus bisa menyesuaikan dirinya.

Simmel berpendapat bahwa dasar kehidupan sosial adalah para individu-individu atau kelompok yang sadar yang saling berinteraksi karena macam motif, maksud, dan kepentingan (Kusumawati, 2017). Ia melihat bahwa masyarakat lebih dari pada hanya sekedar suatu kumpulan individu serta pola perilakunya, namun masyarakat tidak akan terlepas dari individu yang membentuknya. Sebaliknya masyarakat menunjuk pada pola-pola interaksi timbal balik antar individu. Pola interaksi sosial tersebut bisa sangat terlihat nyata dalam masyarakat yang kompleks apabila terjadi interaksi timbal balik antara individu. Dalam hal ini, Simmel mengidentifikasi dan menganalisbentuk-bentuk yang berulang atau polasosiasi� (sociation) (Ritzer & Goodman, 2004). Sosiasi meliputi interaksi timbal balik. Melalui proses ini, dimana individu saling berhubungan dan saling mempengaruhi (Johnson & Lawang, 1994).

Simmel berpendapat bahwa dasar kehidupan sosial adalah para individu-individu atau kelompok yang sadar yang saling berinteraksi karena macam motif, maksud, dan kepentingan. Ia melihat bahwa masyarakat lebih dari pada hanya sekedar suatu kumpulan individu serta pola perilakunya, namun masyarakat tidak akan terlepas dari individu yang membentuknya. Sebaliknya masyarakat menunjuk pada pola-pola interaksi timbal balik antar individu. Pola interaksi sosial tersebut bisa sangat terlihat nyata dalam masyarakat yang kompleks apabila terjadi interaksi timbal balik antara individu. Dalam hal ini, Simmel mengidentifikasi dan menganalisbentuk-bentuk yang berulang atau polasosiasi� (sociation) (Ritzer & Goodman, 2004). Sosiasi meliputi interaksi timbal balik. Melalui proses ini, dimana individu saling berhubungan dan saling mempengaruhi (Johnson & Lawang, 1994).

Bagi Simmel munculnya masyarakat ada pada saat individu-individu saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lainnya karena masyarakat tidak pernah ada sebagai suatu benda obyektif apabila terlepas dari individu-individu didalamnya (Johnson & Lawang, 1994). Dalam pemahaman (Ritzer & Goodman, 2004) dikenal dengan istilahinteraksi individual.Suatuinteraksi keterhubungan, karena aspek kepentingan antara satu individu dengan individu lainnya.

2.   BentukBentuk (Assosiatif Dan Dissosiatif) Interaksi Sosial

Perhatian simmel, tidak hanya pada isi tetapi jugatertuju pada bentuk-bentuk interaksi social (Johnson & Lawang, 1994); (Ritzer & Goodman, 2004) dan (Ritzer & Goodman, 2004). Secara lebih spesifik, Simmel menyatakan bahwabentuk adalah pola diperlihatkan dalam sosiasi. Dengan demikian bentuk-bentuk interaksi dapat dipahami sebagai pola-pola yang ada pada interaksi masyarakat. Bentukbentuk interakasi ini, dipahami juga sebagai proses � proses sosial, yaitu relasiantara individu dengan individu lainnya, atau antara anggota masyarakat (Sudjatnika, 2018).

Pembedaan bentuk interaksi dengan isinya dapat dipisahkan meskipun sosiasi atau interaksi demikian mempunyai tujuan yang sama yaitu sebagai alat memenuhi berbagai kepentingan. Isi dan bentuk suatu hubungan sosial bervariasi. Dalam suatu analogi, Simmel menguraikan pola-pola sosiasi sebagai berikut, yaitu seperioritas dan subordinasi, kompetisi, pembagian kerja, pembentukan partai, perwakilan, solidaritas, disertai dengan sifat menutup diri terhadap orang luar (Johnson & Lawang, 1994). Pola-pola sosiasi ini, dalam makna gramatikal lebih lanjut, disebut assosiatif dan dissosiatif. Bentuk-bentuk interaksi assosiatif dan dissosiatifbisa tereloborasi dalam suatu komunitas, komplotan, keluarga atau masyarakat. Hubungan antara bentuk dan isi dalam suatu interaksi sosial adalah suatu yang berubah. Bentuk sosiasi merupakan alat untuk mencapai tujuan, memenuhi berbagai kepentingan (Johnson & Lawang, 1994).

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif.Pendekatan kualitatif deskriptif adalah pendekatan yang berupaya memberikangambaran secara detail dan cermat mengenai fenomena yangterjadi pada subjekpenelitian (AK & ZA, 2015). Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Angin Mammiri Residence di Jalan Hertasning. Lokasi terpilih secara bertujuan, sesuai dengan karakteristik lokasi sasaran riset, yang menjadi kriteria. Hal mana komunitas / wargaPerumahan Angin Mammiri Residence adalah komunitasyang hidup relatif harmonis dibandingkan dengan kondisi perumahan pada umumnya. Suatu sasaran riset, yang menjalankan solidaritas mekanik, dalam ikatan kehidupan perumahan yang sarat kepentingan, sebagaimana pola hidup perkotaan pada umumnya.

Penentuan informan dalam penelitian ini di tentukan secara purposive sampling. Purposive sampling merupakan strategi dengan menentukan informan sesuai dengan kriteria yang relevan dengan masalah penelitian. Informan penelitian sebagai sumber data dalam penelitian ini yaitu pihak-pihak yang menguasai masalah, memiliki data, memiliki informasi yang memadai dan bersedia memberikan informasi yang lengkap dan akurat.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui pengamatan (observasi), Observasi yang dimaksud sebagai upaya pengamatan dan pencatatan secara langsung, sistematik, terstruktur. Kemudain wawancara, Wawancara yang dimaksudkan sebagai proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data penelitian berupa keterangan langsung dari informan. Kegiatan yang dilangsungkan selama proses wawancara ini adalah proses tanya jawab secara mendalam, dilakukan tatap muka, baik dalam ruang fisik maupuan ruang virtual seperti menggunakan berbagai alat komunikasi. Dan selanjutnya dokumentasi Dokumentasi adalah sumber data berupa buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter data yang relevan dengan penelitian (Ridwan, 2006). Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari narasumber saja, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis lainnya.

Hasil dan Pembahasan

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lainnya.�� Kunci dari kehidupan sosial adalah interaksi sosial karena dengan tidak adanya interaksi maka kehidupan bersama tidak akan berjalan. Dalam menjalani kehidupan individu-individu tidak hanya bertemu secara fisik saja namun harus juga mengalami hal lain seperti: berbicara, bertengkar, bekerja sama dan lain sebagainya.

Interaksi sosial antara individu dalam kelompok terjadi di masyarakat dimana akan lebih terlihat manakala individu ataukelompok lebih mendominasi dalam keputusan bersama. Saat berlangsungnya proses sosial tersebut maka yang menjadi dasar adalah interaksi sosial. Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor tersebut tidak hanya berlangsung secara terpisah namun dapat juga bergerak secara bergabungan. Walaupun terdapat faktor-faktor utama dalam proses interaksi namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya faktor tersebut sangatlah sukar untuk dibedakan. Interaksi sosial yang bersifat sosial dan bukan personal karena dari sebuah interaksi sosial dibutuhkan dua orang individu orang atau lebih sehingga didalam interaksi sosial terdapat proses yang saling menyesuaikan (mutual Adjustment) terhadap aksi atau perilaku yang sebelumnya terjadi.

Bentuk-bentuk interaksi sosial dalam skala makro berdasarkan pendapat Gillin dan Gillin (MUTIA, 2017) dapat dikategorikan atas 2 (dua) yaitu interaksi sosialassosiatif dan dissosiatif. Bentuk interaksi sosial assosiatif yaitu kerjasama (cooperation), akomodasi, dan asimilasi, sedang bentuk interaksi sosial dissosiatifyaitu :persaingan (competition) dan pertentangan (conflict).

a)  Kerjasama (cooperation)

Kerjasama atau kooperasi adalah usaha suatu individu atau kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mepunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang sama mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan yang sama antara individu merupakan fakta yang terpenting dalam kerjasama yang berguna (Haryanto & Nugrohadi, 2011).

Kerjasama meliputi yaitu: 1) Kerukunan atau harmony seperti halnya gotong-royong dan tolong menolong. 2) Tawar-menawar (bergaining) 3) Ko-optasi (cooptation); penerimaan suatu unsur-unsur yang baru dalam suatu organisasi demi keberlangsungan organisasi untuk menghindari dari terjadinya konflik dan perpecahan. 4) Koalisi (Coalition) yaitu gabungan dari organisasi yang mempunyai tujuan yang sama. Pada saat proses koalisi memungkinkan timbul kondisi yang tidak stabil namun untuk sementara waktu karena kondisi struktur organisasi yang mungkin tidak sama. 5) Kemitraan (joint venture) yaitu kerjasama yang biasanya ada pada suatu perusahaan yang menangani proyek-proyek tertentu.

b)  Akomodasi

Akomodasi yang menunjuk pada keadaan berarti terdapat suatu keseimbangan interaksi sosial individu dengan kelompok atau sebaliknya terkait dengan norma dan nilai sosial yang berlaku pada suatu masyarakat.Bentuk- bentuk akomodasi antara lain : 1) Koersi atau pemaksaan terhadap sesuatu demi terciptanya kestabilan sosial. 2) Persetujuan (Compromise) mengadakan kesepakatan antara pihak yang sedang konflik. 3) Pengadilan (Arbitration) yaitu penyelesaian konflik lewat jalur hukum 4) Perantara (Mediation) yaitu penyelesaian konflik dengan orang ketiga yang mempunyai figur sebagai perantara atau jalan penengah. 5) Rekonsiliasi (Rekonciliation) yaitu proses usaha-usaha perbaikan bersama. 6) Toleransi yakni sikap menghargai perbedaan orang atau kelompok lain. 7) Penutupan peluang (Stalemate) yaitu usaha untuk menutupi peluang terjadinya konflik sejak dini. 8) Penghakiman (Adjudication) yaitu usaha penyelesaian konflik melalui pemberian hukuman.

c)  Asimilasi

Proses asimilasi merupakan sikap dan usaha untuk mengurangi perberdaan-perbedaan antara individu maupun kelompok-kelompok berdasarkan tujuan dan kepentingan bersama. Apabila dua kelompok manusia mengadakan asimilasi maka batas-batas antara kelompok tadi akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok.

Dari uraian diatas terdapat syarat-syarat agar terciptanya bentuk proses interaksi sosial yang menuju pada proses asimilasi yaitu:1) Pendekatan individu terhadap individu lain yang berbeda kepribadian, misalkan seseorang yang baik dan jujur tidak akan bergaul dengan seseorang yang licik dan curang. 2) Interaksi sosial tidak boleh ada halangan-halangan yang mengganggu jalannya proses interaksi misalkan pembatasan-pembatasan untuk memasuki dunia pendidikan. 3) Interaksi sosial yang bersifat primer dan langsung. Dalam hal ini misalkan sebuah negara yang sedang mengupayakan terbentuknya organisasi multilateral/bilateral yang pastinya akan terhalang oleh kepentingan ekonomi, politik, kedaulatan dan lainnya maka dengan begitu biasanya dilakukan dengan mengusahakan pertukaran pelajar, wisatawan dan lainnya. 4) Frekuensi pada interaksi sosial tinggi dan tetap juga harus ada keseimbangan didalamnya. Namun pada saat itu juga tidak boleh terjadi pemaksaan atau konflik dan jika itu terjadi maka sama saja menjadi penghalang bagi proses asimilasi.

d)  Persaingan (competition)

Persaingan merupakan proses sosial dimana individu atau kelompok saling bersaing untuk mencapai tujuan masing-masing dan tanpa mempergunakan kekerasan dan ancaman (Fachrial & SI, 2015).

e)  Pertentangan

Pertentangan atau pertikaian adalah bagian dari bentuk dissosiatif interaksi sosial. Pertentangan ini, baik dilakukan secara fisik maupun non fisik. Pertentangan ini, dilatari oleh perbedaan kepentingan pribadi, kelompok atau faktor lain yang mengakibatkan ketidakcocokan dua pihak yang berlawanan.

Dalam pandangan yang hampir sama dengan ulasan di atas, (Wila, 1982) menyatakanbahwa�� suatu interaksi��� mencakup : kontak sosial, komunikasi, struktur sosial,dan memiliki bentukbentuk interaksi. Menureut Huky bahwa suatu bentuk interaksi terjadi berulang-ulang, dengan pola-pola yang disebut proses sosial. Dalam kaitan ini ada beberapa bentuk interaksi sosial yakni kerjasama dan persaingan. Kerjasama mencakup: kerjasama antagonistik, kerjasama saling ketergantungan, kerjasasama untuk berlomba, dan kerjasama hasil subordinasi. Sedang persainganmeliputi persaingan bidang ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan suatu kedudukan dan persaingan perbedaan ras (Wila, 1982).

Perumahan Angin Mmairi merupakan perumahan yang dibangun pada tahun 2008 di Jalan Hertasning Baru oleh PT. Nusa Sembada Bangunindo. Lokasi pembangunan yang sangat strategis karena berada di perbatasan Gowa-Makassar membuat perumahan ini sangat diminati terbukti saat ini sudah ada 641 Unit bangun Rumah yang terbangun di Perumahan Angin Mammiri dengan 9 Type Model rumah. Di Perumahan ini juga di lengkapi dengan berbagai Fasilitas umum seperti, Masjid, Kolam Berenang, Lapangan Bulu Tangkis Indoor dan Outdoor, Ruang serbaguna, lapangan volley, gazebo dan Taman New Normal. Saat ini perumahan Angin Mammiri Residence sudah dihuni sekitar 500 KK yang berasal dari berbagai macam daerah dan latar belakang pekerjaan. Perumahan ini tepatnya berada di jalan Aroepala. Sama denagn daerah lainnya didalam peruamahn Angin Mammiri Residence juga memiliki ssitem pemerintahan yakni ketua RW dan 4 RT. Perumahan Angin Mammiri Residence sendiri berada di RW 10 KelurahanKarunrung kota Makassar. Karena memiliki system peemrintahan sehingga peruamhan Angin Mammiri juga di tata dengan baik oleh peemrintah setempat.

Sistem pengelolaan kebersihan dan keaman juga sudah sanagt baik dimana setiap bulannya masyarakat peruamahn Angin Mammiri residence akan melakukan pembayaran keamanan dan kebersihan via transfer. Kemudian dana tersebut dipergunakan untuk membayar satpam dan petugas kebesihan, setiap harinya aka nada beberap petugas keebrsihan yang akan menyapu jalanan setiap lorong perumahan tersebut dan merapikan fasiltas-fasiltas umum yanga tersedia. Dua hari sekali petuas penganggkut sampah akan menambil sampah masyarakat peruamhan Angin Mammiri. Sementara pihak pengamana akan melakukan pengecekan keliling kompleks sejam sekali.

Perumahan Angin Mammiri Residence merupakan perumahan tergolong kelas menegah keatas sehingga memiliki system pengamanan yang sangat ketat dimana pada perumahan ini menggunakan system satu pintu (One gate) yang di jaga oleh 16 security secara bergantian. Akses untuk masuk ke perumahan tersebut juga tidak sembaranagn dimana setiap tamu yang ingin masuk ke prumahan harus menunjukkan identias diri mereka. Perumahan ini juga dikelilingi tembok yang tinggi sehingga masyrakat yang tinggal di perumahan Angin Mammiri Residence betul-betul sangat terjaga keamananya dan hal ini juga yang menjadikan adanya pembatas antara masyarakat didalam perumahan Angin Mammiri Residence dengan masyarakat yang berada diluar peruamahan. Adanya tembok pembatas tersebut jelas mengakibatkan interaksi anar masyrakat yang ada di dalam peruamahan dengan masyarakat luar tidak terjalin dengan baik, ada sekat yang membuat interaksi mereka menjadi renggang bahkan terputus yakni tembok pemisah tersebut.

Meskipun interaksi antar masyarakt luar dan masyarakat didalam peruamahn tidak terjalin denagn baik bukan berarti hal tersebut menganggu jalannya interaksi yang lainnya, justru hal tersebut menajdi slah satu faktor yang membuat interaksi antra masyarakat yag tinggal diperuamahn Angin Mammiri menjadi sangat erat. Perumahan Angin Mammiri yang memiliki masyarakat dengan berbagai kesibukan masih tetapi memiliki hubungan yang harmonis antara sesama penghuni perumahan. Keunikan inilah yang membuat masyrakat perumahan Angin Mammiri berbeda dengan masyarakat di perumahan lainnya, dimana mereka masih menjaga kental interkasi antar masyarakat serta tetap menganut nilai-nilai budaya yang sangat kental.

Banyak hal dapat membuktikan bahwa interaksi masyarakat di perumahan Angin Mammiri residence terjalin sanagt erat yakni yang pertam dari segi kerjsama sosial yang sangat erat Hal tersebut seperti melakukan kegiatan yang yang membuat masyarakat dapat turut andil dalam kegiatan tersebut, membangun fasilitas-fasilitas umum secara bersamaan, kerjasama yang kuat serta kompetisi yang sehat antar masyarakat perumahan tersebut. Hal tersebut mereka lakukan secara bersama-sama untuk kepentingan masyrakat perumahan.

Mayoritas penghuni perumahan Angin Mammiri residence memiliki kesibukan yang sanagt padat masyoritas masyarakatnya bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), Pensiunan, Wiraswasta, Pelayaran, Pengusaha dan lain sebagainya, tetapi berbagai kesibukan tersebut lantas tidak membuat masyarakat tidak ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah setempat. Masyrakat perumahan Angin Mammiri masih sangat menjunjung tinggi nilai sosial anar masyrakat. Akibat adanya kerjasama yang selalu masyrakat lakukan maka terbentuklah interaksi antara masyrakat tersebut sehingga mereka bisa bebragi pengalaman.

Tidak hanya itu kerjasama yang masyrakat lakukan yakni salah satunya dengan membangun fasilitas-fasiltas umum yang sampai sekarang akhirnya bisa diperguankan oleh masyarakat perumahan Angin Mammiri Residence terkhusu menjadi wadah bagi masyarakat untukberinterkasi seperti Taman New Normal yang dibangun ats sumbangsi ketua RT dan masyarakat sekitar, lapangan bulutangkis indoor serta gedung serbaguna yang bisa mereka sama-sama pergunakan.

Kerjasama yang terjalin sangat erat di perumahan angin mammiri yakni masyarakat saling bergotong royong membangun fasilitas-fasilitas umum di dalam perumahan yang dapat mereka gunakan seacra bersama yakni seperti pembuatan taman new normal, gedung serbaguna, dan lapangan bulu tangkis outdor yang kemudia mereka dapat gunakan secara bersama-sama,diimana dalam pemanfaatan itu maka terjalin interaksi antar warga masyarakat tersebutt, tidak hanya itu kerjasama yang terajlin antar masyarakat juga seperti turut andil dalam segala kegiatan yang di lakukan oleh pemerintah setempat dalam hal ini kepala RW dan Ketua RT seperti pada kegiatan yang dilaksakan pada 17 agustusan dimana panitia kegiatan tersebut melaksanakan banyak perlombaan yang melibatkan seluruh warga masyarakat Angin Mammiri Residence mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Puncak kegiatan 17 agustus ditutup dengan jalan santai yang hampir diikuti oleh seluruh masyarakat perumahan tersebut. Sikap kerjasama juga dibuktikan dengan adanya kepekaan masyrakat untuk ikut andil dalam kegiatan 17 agustusan tersebut bukan hanya dalam persiapan tetapi hingga kegaiatn berakhir, dimana mereka saling kerjasam untuk menyukseskan kegaiatn tersebut serta menyiapak segala keperluan kegiatan.

Bukan hanya kerjsama yang terjalain sangatt erat sikap solidaritas di antara masyarakat pun juga terbangun sangat bagus, masyarakat perumahan kadang identik dengan masyarakat acuh tak acuh dengan sesama masyarakat sekitar karena faktor kesibukan dan privasi. Di perumahan Angin Mammiri Residence sendiri solidaritas antara masyarakat masih terjaga dengan baik. Solidaritas yang terjalin dalam masyarakat sangat berbeda dengan solidaritas yang biasanya kita jumpai pada masyraakt kota, dimana jika kita melihat realita yang ada maka masyarakat perkotaan akan memiliki rasa solidaritas yang cukup rendh terhadap lingkungan sekitar. Sementara di perumahan Angin Mammiri Residence sendiri yang notabene terletak di perkotaan dan masyarakat yang bermukim di perumaahn Angin Mammiri juga masyrakat yang kelas menegah tetapi mereka masih memiliki jiwa solidaritas yang cukup tinggi. Tentunya hal tersebut tidak lepas juga dari peran pemerintah setempat, tokoh agama dan masyrakat itu sendiri. Solidariras dibagi menjadi dua yakni solidaritas mekanik dan solidaritas organik, meskipun masyarakat perumahan Angin Mammiri Residence merupakan masyarakat perkotaan tetapi yang unik adalah solidaritas yang tercipta justru solidaritas mekanik dimana nilai-nilai panguyuban masih kental terjalin di dalam perumahan tersebut. Masyarakat masih membawa nilai-nilai budaya mereka kedalm perumahan tersebut.

Selain solidaritas yang kuat di dalam masyarakat tentunya masyarakat tidak akan lepas dari persaingan antar masyarakat itu sendiri. Seperti yang kita ketahui sebagai masyarakat yang tinggal di lingkungan sosial jelas aka nada konflik yang tercipta salah satunya yakni adanya persaingan antara masyarakat itu sendiri.Di perumahan Angin Mammiri Residence tentu juga terdapat hal tersebut tetapi justru daam perumahan ini persaingan yang tercipta justru persaingan sehat antara masyarakat itu sendiri. Mengapa di katakana demikian karena masyrakat perumahn memafaat sesuatu hal sebagai wadah persaingan mereka yakni kegiatan-kegiatan yang dilaksankan di dalam perumahan tersebut.

Persaingan sehat disini di maksudkan yakni masyarakat bersaing dalam hal-hal yang tidak saling menjatuhkan salah satu contohnya yakni seperti saat kegiatan maulid Nabi Muhammad Saw yang di peringati di masjid yang ada dalam perumaahn Angin Mammiri Residence. Sebelum peringatan mauled maka ketua RW memerintahkan masyarakat di perumahan Angin Mammiri Residenceuntuk berkontribusi dalam peringatan tersebut yakni dengan cara setiap masyarakat bisa menyumbang makanan atau sedikit dana untuk persiapan peringatan maulid. Sumbangan mereak kan dikumpulkan oleh masing-masing ketua RT. Saat pengumpulan kontribusi masyarkat untuk peringantan maulid maka masyarakat perumahan Angin Mammiri berlomba-lomba untuk menyumbang pada kegaitan tersebut bahkan saat donasi untuk kegiatan mauledsudah di rasa cukup oleh pengurus masjid masyarakat tetap saja ngotot ingin berkontribusi dalam peringanatn maulid nabi mauhammad. Inilah yang dimaksud dengan persaingan sehat dimana mereka berlomba-lomba untuk memberikan kontribusi mereka secara tidak langsung mereka tidak ingin juga kalah dengan masyrakat lain dalam hal sumbangan. Yang kedua yakni pada saat kegaiatn 17 agustu dimana pihak panitia meminta agar masyarakat bisa membantu panitia kegiatan dengan cara membawa makanan saat kegiatan jalan santai yang dilaksanakan sebagai puncak dari peringantan 17 agustus, pada malam hari sebelum kegiatan ketua RW meminta tolong agar pada esok hari masyrakat dapat membawa makanan untuk bisa mereka konsumsi saat setelah melaksanakn kegiatan jalan santai, di luar ekspektasi panitia makanan yang terkumpul cukup banyak bahkan panitia tidak lagi menyiapkan makanan tambahan saat kegaiatan berlangsung hingga selsai. Satu lagi yakni di setiap hari jumat dimana masyarakat akan berlomba-lomba untuk membangikan makanan jumat berkah kepada pihak kebersihan dan keamanan yang bertugas di perumahan Angina Mammiri Residence. Hal ini mereka lakukan agar dapat juga mendapat nilai yang lebih dari masyrakat lain.

Dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan akaa nada saja permasalahan yang muncul apalgi dilingkungan yang cukup padat penduduk tidak menutup juga kemungkinan pada masyarakat perumahan Angin Mammiri tentunya pasti pernah terjadi konflik tetapi konflik tersebut dapat segera diatasi dan diselesaikan dengan damai oleh pemerintah setempat. Bercermin dari konflik yang pernah terjadi itu maka masyarakat perumahan Angin MammiriResidence menyepakati beberapa hal-hal yang harus mereka perhatikan dalam hidup bermasayarakat didalam perumahan tersebut sehingga semua kegiatan yang mereka lakukan dapat berjalan lanacar tanpa merugikan pihak manapun. seperti contohnya saat ingin melakukan pembangunan atau renovasi di rumah mereka maka masyarakat harus meminta izin terlebih dahulu terhadap tetangga yang ada di samping depan dan belakang rumah mereka , hal ini mereka lakukan untuk meminimalisir konflik-konfil antar masyrakat yang bisa saja timbul antara masyrakat tersebut. begitu juga halnya jika ada penduduk yang ingin mendirikan suatu usaha di dalam perumahan atau ingin menjadikan rmah mereka sebagai unitu usaha tentu haruslah dulu meminta izin kepada pemerintah setempat, hal ini dilakukan agar keamanan dan kenyamanan masyrakat Perumahan Angin Mammiri Residence tetap terjaga.

Mayoritas penduduk di perumahan Angin Mammiri residence bukanlah masyarakat asli kota makassar, tetapi berasal dari berbagai wilayah, ada beberapa masyarakat pendatang yang tinggal didaerah tersebut. Sehingga pastiya dalam perumahan ini terdapat banyak budaya yang saling bercampur yang masing-masing mereka bawa. Dalam kondisi seperti ini tentulah tidak semua masyarakat bisa dengan mudahnya menerima kebiasaaan masyarakat tersebut,untungnya pada masyarakat perumahan Angia Mammri residence cukup bisa menerima kondisi tersebut justru hal tersebutlah yang membuat interaksi anatara masyrakat bisa tetap terjalin harmonis. Dimana masyarakat menggunakan nilai-nilai yang merekabawa sebagai cara mereka bisa menjalin interaksi dengan masyarakat lain. Sehingga ini juga yang membuat masyarakat perumahan Angina Mammiri Residen/ce masih kental dengan nilai-nilai budaya yang mereka anut. Perbedaan asal daerah masing-masing masyarakat Angin Mammiri Residence membuat mereka bisa saling menghargai satu sama lain. Perbedaan itu tidak mengasilkan segregasi diantra mereka tetepi justru memperkuat interaksi antar mereka.

Kesimpulan

Interaksi sosialmerupakan dasar bagi timbulnya masyarakat. Masyarakat gated community adalah masyarakat yang memiliki karakter interaksi yang demikian humanis dan harmonis dalam jalinan hubungan yang sangat kuat. Dalam masyrakat Perumahan Angin Mammiri Residence,solidaritasmekanik yang terjalin dalam masyarakat yang mempunyai perbedaan kelas dan latar belakang merupakan hasil dari proses interaksi sosial yang melibatkan lembaga pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta anggota masyarakat. Pembangunan tempat tinggal yang berbentuk perumahan seperti pada Gated Community Anging Mamiri di Kota Makassar adalah kebutuhan dasar, yang memiliki fungsi-fungsi sosial dalam jalinan interaksi dan kebutuhan sosial, budaya, agama,ekonomi, danpolitik warga komunitasnya. Gated Community Anging Mamiri, yang berada di jalan Aroepala Hertasning Baru, Kota Makassar dengan warganya rata-rata pendatang, dengan konsep �masyarakat tertutup� dimana ada tembok yang mengelilingi wilayah perumahan, di lengkapi dengan keamanan yang ketat, namun jalinan solidaritas dan kerjasama yang demikian elegan dalam ikatan sosial yang selaras. Hal tersebut diakibatkan oleh keberadaan pola-pola interaksi yang konstruktif menata hubungan antar warga komunitas, seperti kerjasama sosial yang erat dan ketat, solidaritas mekanik yang bejalan sanagat baik, adanya kompetisi sehat dan dinamis, serta akomodasi dan assimilasi anatar masyarakat.

Meskipun masyarakat peruamahan Angin Mammiri Residence merupakan masyarakat yang tinggal secara tertutup tetapi mereka masih tetap menjaga interaski merek dengan masyrakat lain melalui berbagai cara. Perumahan Angin Mamiri Residence, proses sosial kerjasama dan solidaritas amat kondusif dapat tercipta, dimungkinkan oleh ruang terbuka yang menjadi wadah interaksi komunitas gate community dan memungkinkan jugaadanya solidaritas mekanik dan assimialsi yang kuat antar anggota masyarakat. Hal inilah yang menarik perhatian peneliti melihat sebagai fenomena yang langka, bahwa Perumahan Angin Mammiri Residence yang bernuansa hidup modern, anggota komunitasnya hidup selaras,kondusif, harmoni, dan dalam jalinan silaturahmi yang kuat,tanpa memandang latar dan status sosial.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

AK, W. W., & ZA, T. (2015). Metodologi penelitian kualitatif & grounded theory. FTK Ar-Raniry Press.

 

Dirman. (2017). Fenomena Sosial Interaksi Masyarakat Perumahan. Universitas Muhammadiyah Makassar.

 

Fachrial, L. A., & SI, M. (2015). Proses Sosial dan Interaksi Sosial. Avaliable: Http://Fachriallia. Staff. Gunadarma. Ac. Id/Downloads/Files.

 

Haryanto, D., & Nugrohadi, G. E. (2011). Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: Prestasi Pustaka.

 

Johnson, D. P., & Lawang, R. M. Z. (1994). Teori sosiologi klasik dan modern. Gramedia Pustaka Utama.

 

Kusumawati, E. (2017). Iklim Etika, Ethical Behavior Planned dan Kinerja Berkelanjutan. JITK (Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Komputer), 2(2), 156�164.

 

Kusumawati, E. (2022). SCHOOL COMMITTEE PARTICIPATION IN REALIZING THE QUALITY OF EDUCATION. INFOKUM, 10(5), 880�886.

 

Leisch, H. (2002). Gated communities in Indonesia. Cities, 19(5), 341�350.

 

MUTIA, D. (2017). Proses Interaksi Sosial (Asosiatif dan Disosiatif) Anak Jalanan Dan Anak Terlantar Di Yayasan Peduli Anak. University of Muhammadiyah Malang.

 

Rangi, F. A. (2008). Fenomena Gated Community di Perkotaan: Studi kasus Perumahan telaga Golf Sawangan (Depok), Sentul Citu (Bogor), The Green (BSD City), Pesona Khayangan Estate (Depok). Depok: Universitas Indonesia.

 

Ridwan. (2006). Metode & Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabet.

 

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2004). Sociological Theory. International Edition. Singapore: McGraw-Hill Book Co.

 

Sudjatnika, T. (2018). Filosofi Hidup Komunitas Masyarakat Adat Sunda Kampung Naga Ditinjau dari Pranata Keagamaan. Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam, 15(1), 69�76.

 

Supriadi, E. (n.d.). KONSTRUKSI GATED COMMUNITY Perubahan dan Tantangan Masyarakat Perumahan (Studi di Perumahan BSB, Mijen Kota Semarang). Jurnal Sosiologi Agama, 15(1), 107�128.

 

Wila, H. (1982). DA 1982. Pengantar Sosiologi.

 

Copyright holder:

Rahayu, M. Ramli AT, Rahmat Muhammad (2023)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: