Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia �p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
4, April 2023
PENGARUH HARI PERDAGANGAN TERHADAP RETURN SAHAM: PENGUJIAN JANUARY EFFECT, MONDAY EFFECT, DAN WEEKEND EFFECT PADA
INDEKS SAHAM IDX30
Siti
Nur Wulan, Shendy Amalia
Universitas
Widyatama, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) bagaimana
tingkat January Effect, Monday Effect dan
Weekend Effect pada Return Saham; 2) bagaimana tingkat Return Saham pada indeks saham IDX30; 3)
Bagaimana pengaruh January Effect, Monday
Effect dan Weekend Effect terhadap
Return Saham yang terdaftar di IDX30 periode 2017-2021 baik
secara simultan maupun secara parsial. Lima perusahaan
emiten pada sektor perbankan
yang terdaftar di IDX30 periode Februari 2022 sampai Juli 2022 menjadi sampel dalam
penelitian ini dan dipilih dengan
menggunakan metode purposive sampling. Analisis hipotesis� menggunakan teknik Analisis Regresi Data Panel, Uji t dan Uji F
dengan bantuan Microsoft Excel 2019 dan EViews 10. Hasil penelitian menunjukkan
1) Tingkat January Effect, Monday Effect dan
Weekend Effect� pada Return
Saham banyak terpengaruh oleh faktor internal dan eksternal sehingga
mengalami fluktuasi yang sangat signifikan; 2) Tingkat Return Saham pada indeks saham IDX30 sangat baik, terjadi kerugian
jika ada kasus yang berpengaruh pada sektor keuangan dunia; 3) Hasil penelitian
secara parsial menunjukkan bahwa January
Effect dan Monday Effect berpengaruh
terhadap Return Saham sedangkan Weekend Effect tidak. Sedangkan secara
simultan January Effect, Monday Effect dan
Weekend Effect berpengaruh terhadap Return Saham.
Kata kunci: January
Effect; Monday Effect; Weekend Effect; Return Saham
Abstract
This study aims to find out 1)
how the level of January Effect, Monday Effect and Weekend Effect on Stock
Return; 2) how the Stock Return rate on the IDX30 stock index; 3) How the
January Effect, Monday Effect and Weekend�
Effect� affect Stock Return listed
on IDX30 for the 2017-2021 period either simultaneously or partially. The
sample of this study amounted to 5 listed companies in the banking sector
listed in IDX30 for the period February 2022 to July 2022 using the purposive
sampling method. The technique to analyze hypotheses is to use Panel Data
Regression Analysis, T-Test and F-Test with the help of Microsoft Excel 2019
and EViews 10. The results showed 1) The level of January Effect, Monday Effect
and Weekend Effect on Stock Return is much influenced by internal and external
factors so that it experiences very significant fluctuations; 2) The Stock
Return rate on
the IDX30 stock index is very good there is a loss if there are cases that
affect the world financial sector; 3) The results of the study partially show
that The January Effect and Monday Effect affect Stock Returns while the
Weekend Effect does not. While simultaneously the January Effect, Monday Effect
and Weekend Effect affect Stock Returns.
Keywords: January Effect; Monday Effect;
Weekend Effect; Stock Return.
Pendahuluan
Disebagian besar kalangan masyarakat, investasi menjadi
hal yang sangat penting karena setiap orang akan memilih dan menentukan dana
yang bisa menjadi tabungan untuk masa yang akan datang. Investasi banyak
jenisnya, seperti menginvestasikan modal pada tanah, emas dan yang paling
populer adalah investasi dalam pasar modal. Pasar modal seringkali digunakan untuk menjadi tolak
ukur sebuah negara dalam mengindikasi suatu kemajuan dan kemunduran
perekonomian.
Pasar modal merupakan kegiatan memperjual-belikan sekuritas dengan cara
mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang memiliki dana (Tandelilin, 2017). Selain sebagai alternatif
investasi, pasar modal juga memungkinkan para investor untuk mempunyai
perusahaan emiten yang berprospek baik dan sehat. Dalam pengelolaan dana pun
pasar modal menyediakan pembiayaan berjangka panjang agar dana bisa
dialokasikan secara baik dan optimal.
Untuk menentukan baik dan buruknya kinerja suatu pasar
modal, indeks saham yang ada pada suatu negara bisa dijadikan acuan, karena
naik dan turunnya suatu harga saham mencerminkan bagaimana kinerja pasar modal
tersebut. Ketika Indeks harga
saham tinggi atau naik maka bisa dibilang kinerja pasar modal negara tersebut
bagus, begitupun sebaliknya jika harga sahamnya turun maka terlihat seberapa
buruknya kinerja pasar modal negara tersebut. Di Indonesia terdapat beberapa jenis indeks yang sering dijadikan acuan untuk para investor
melakukan transaksi di pasar modal, salah satunya adalah indeks saham IDX30.
Diluncurkan pada tanggal 23 April 2012, IDX30 adalah indeks saham
yang mana terdapat 30 emiten
unggulan berkapitalisasi
besar dengan tingkat likuiditas yang baik sehingga banyak investor yang menjadikan
IDX30 sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Pada penelitian
kali ini, penulis menggunakan perusahaan emiten yang terdaftar pada indeks
saham IDX30 sebagai populasi karena menurut penulis, saham di Indonesia mampu
digambarkan keadaannya oleh indeks saham IDX30. Penulis mengambil data emiten
yang terdaftar pada IDX30 periode Februari 2022 � Juli 2022 dengan data tahunan
yang diambil adalah data terbaru dan relevan dengan keadaan saat ini yaitu dari
januari 2017 � desember 2021.
Dengan adanya pasar modal, aktiva riil dapat
dimiliki tanpa investor harus terlibat secara langsung dalam kegiatan investasi
tersebut. Saat berinvestasi
pastinya investor mempunyai tujuan untuk memaksimalkan Return yang akan didapat, maka dari itu saat ini emiten
meningkatkan kinerja dan keuntungan emiten agar Return saham mengalami peningkatkan dan menarik minat investor.
Tetapi saat ini terjadi perdebatan diantara peneliti terkait keadaan pasar yang efisien
karena beberapa penelitian memperlihatkan adanya suatu penyimpangan terhadap
pasar efisien yang disebut anomali pasar (Hartono, 2017).
Anomali pasar adalah suatu kejadian
yang tidak dapat diantisipasi di beberapa waktu tertentu yang menyebabkan
adanya peluang mendapatkan abnormal
Return bagi investor. Tentu saja hal ini bertentangan dengan teori pasar efisien yang menggambarkan bahwa return Saham harian akan mempunyai nilai yang sama
besarnya di setiap hari masa perdagangan. Adapun beberapa anomali pasar yang sudah banyak dikenal contohnya anomali
musiman seperti January Effect, Monday
Effect dan Weekend Effect. �Anomali musiman yang penulis sebutkan juga masih menjadi perbincangan di antara para ahli
karena tidak semua sampel yang diteliti oleh para ahli menunjukan terdapatnya
anomali musiman.
Pergerakan rata-rata saham per
tahun indeks IDX30 mengalami fluktuasi setiap tahunnya, yang terlihat paling
signifikan adalah Return �pada tahun 2017 ke 2018, dimana pada tahun
2017 memiliki Return �yang bisa dibilang tinggi dan tiba-tiba anjlok
sebanyak 0,0257 ke angka -0,0070 pada tahun 2018. Berlanjut pada tahun 2019
naik sebanyak 0,0095 ke angka 0,025 dan kembali turun sebanyak 0,0054 ke angka
-0,0041. Meskipun mengalami fluktuasi yang sangat signifikan, akhirnya pada
tahun 2021 angkanya naik sebanyak 0,0056 ke angka 0,0002 dan angkanya terbilang
stabil.
Pasar tidak efisien terdiri dari beberapa jenis, salah
satunya anomali musiman yang kemudian terbagi kembali menjadi beberapa macam
yang salah satunya adalah January Effect.�
Menurut Chen dan Craig pada tahun 2018, January Effect �itu sendiri adalah anomali yang menunjukkan Return
Saham bulan januari bisa memprediksi bagaimana kelanjutan Return Saham
di bulan selanjutnya. Lalu ada juga peneliti yang mengatakan bahwa January
Effect terjadi apabila return pada bulan januari itu lebih tinggi dibandingkan
bulan lainnya (Alhajraf, 2021). January Effect tidak terjadi begitu saja, ada dua faktor
utama yang membuat January Effect �bisa muncul. Pertama, seorang investor
cenderung menjual kepemilikan mereka pada akhir tahun atau bulan desember
dengan dalih menghindari pajak di akhir tahun. Lalu saat bulan januari tiba
mereka kembali membeli saham tersebut yang membuat saham pada bulan januari
menjadi naik. Kedua, ketika investor memperoleh bonus akhir tahun, mereka cenderung
memborong saham pada bulan januari. Dengan kedua alasan utama tersebut, saham beberapa emiten pada
bulan januari menjadi naik dan
lebih tinggi dari beberapa bulan setelahnya.
Untuk anomali pasar selanjutnya ada The Day of The Week Effect, The Day of The
Week Effect dibagi menjadi dua yaitu Monday
Effect dan Weekend Effect. Monday Effect memperlihatkan bahwa Return saham
yang cenderung negatif dibanding hari perdagangan lain adalah hari senin (Khoidah et al., 2017). Lain lagi dengan Weekend
Effect yang memperlihatkan Return
saham yang cenderung positif dibanding hari
perdagangan lain adalah hari jumat. Anomali Monday Effect dan Weekend Effect ini terjadi karena beberapa faktor, umumnya psikologi dan sisi emosional para
investor menjadi faktor utama yang
menyebabkan adanya perilaku irasional dan kemudian perilaku tersebut
mempengaruhi keputusan investor.
Beberapa faktor yang menyebabkan adanya fenomena Monday Effect dan Weekend Effect adalah yang pertama, mayoritas orang menganggap bahwa hari senin adalah hari paling buruk dalam 7 hari
yang mereka jalani karena hari senin adalah hari dimana
mereka harus memulai aktivitas kerja kembali setelah bersenang-senang pada hari
sebelumnya yang mana itu adalah akhir pekan yang diisi waktu untuk beristirahat
dari hari melelahkan.
Kedua, berita buruk sering menjadi alasan beberapa investor menjual
kembali saham mereka karena tidak mau merugi, dan kebanyakan perusahaa emiten mengumumkan berita buruk di hari terakhir perdagangan saham. Akibatnya setelah mendengar berita buruk tersebut, pada awal hari perdagangan
atau hari senin para investor
akan segera menjual sahamnya. Sikap ini adalah sikap berlebihan dan gegabah yang
tidak terlepas dari faktor psikologis manusia yang selalu over reaction
terhadap suatu informasi yang mereka anggap buruk. Akibat kecenderungan perilaku yang kurang rasional
ini, terjadilah anomali musiman The Day
of The Week Effect yang dimana pada hari senin return
akan
cenderung turun dan pada hari jumat return cenderung naik.
Dalam perkembangan perekonomian suatu negara, tentu
saja tidak dapat terlepas dari peranan sektor perbankan sebagai sumber
pembiayaan industri dalam negeri. Sebagai Industri yang bisa dibilang strategis dalam perekonomian negara Indonesia, industri perbankan adalah industri di bidang jasa
yang membuat
perekonomian Indonesia terdorong karena mampu memberikan sumbangan terhadap
pendapatan nasional yang kemudian berfungsi sebagai lembaga perantara untuk menampung
dana masyarakat dan dana tersebut disalurkan kembali untuk kegiatan perekonomian yang bersifat produktif (Al Mutiasari, 2020). Dengan keberhasilan industri perbankan dalam
menaikan perekonomian Indonesia, maka penulis memutuskan untuk meneliti anomali
pasar dengan
sampel perusahaan sektor perbankan yang diambil dari populasi indeks saham IDX30.
Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul �Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Pengujian January Effect, Monday Effect, Weekend Effect IDX30�.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
tingkat January Effect pada indeks
saham IDX30 periode 2017-2021? (2) Bagaimana tingkat Monday
Effect pada indeks saham IDX30 periode 2017-2021? (3) Bagaimana tingkat Weekend
Effect pada indeks saham IDX30 periode 2017-2021? (4) Bagaimana tingkat Return Saham pada indeks saham IDX30 periode 2017-2021? (5) Bagaimana January Effect, Monday Effect dan Weekend Effect berpengaruh secara signifikan terhadap Return saham
yang terdaftar pada indeks saham IDX30 periode 2017-2021 baik secara parsial
maupun secara simultan?
Metode Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode
analisis deskriptif dilakukan karena penulis ingin mengetahui eksistensi variabel bebas tanpa adanya hubungan atau
perbandingan antara variabel satu dengan variabel lainnya (Sugiyono, 2020). Kemudian untuk menguji hipotesis yang diajukan,� penulis juga menggunakan penelitian
kuantitatif karena penelitian ini memerlukan
penelitian populasi dan sampel,
pengumpulan data menggunakan instrumen survey dan analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik (Sugiyono, 2020). Singkatnya,
data deskriptif kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan fenomena
yang diamati melalui analisis kuantitatif.
Populasi yang terpilih
dalam penelitian ini menggunakan jumlah total saham emiten yang diumumkan dan tercatat pada indeks saham IDX30 periode Februari 2022 � Juli 2022. Teknik penentuan
sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana peneliti menentukan sampel dengan menggunakan
kriteria tertentu. Teknik ini digunakan ketika ingin
menentukan sampel untuk kepentingan penelitian itu sendiri (Mufarrikoh, 2019). Pengujian verifikatif dalam penelitian ini menggunakan software Eviews 10 dan olah data sekunder
dengan Microsoft Excel 2019.
Kriteria yang ditetapkan penulis yaitu:
1.
Emiten dengan data Closing price
yang lengkap di Bursa Efek Indonesia, Yahoo Finance dan Investing.com pada
tahun 2022
2.
Emiten Bank yang masuk dalam daftar emiten indeks IDX30 periode Februari
2022 � Juli 2022.
Berdasarkan kriteria tersebut, terpilihlah lima emiten
sebagai sampel penelitian. Data
penelitian disajikan
sebagai data sekunder yaitu data
yang teknik akumulasi datanya menggunakan cara dokumentasi. Pada awalnya, penelitian
yang dilakukan
berupa studi kepustakaan, penelitian buku dan literatur, serta penelusuran jurnal penunjang
penelitian.
Selain topik, pemilihan data, ketersediaan data, dan prosedur, langkah ini juga
mengumpulkan data. Kemudian penulis menggabungkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
melalui situs resmi www.idx.co.id
www.yahoofinance.com dan id.investing.com untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang dimasukan
dalam penelitian ini.
Variabel yang
digunakan pada penelitian ini yaitu Return
saham (Y), January Effect (X1), Monday Effect (X2) dan Weekend Effect (X3).
Pengukuran untuk
variabel Return saham:
Keterangan:
Rit
= return saham perusahaan i selama periode t
Pit
= harga saham perusahaan i selama periode t
Pit-1
= harga saham perusahaan i selama periode t
Pengukuran untuk
variabel January Effect:
Pengukuran untuk
variabel Monday Effect:
Pengukuran untuk
variabel Weekend Effect:
Hasil dan Pembahasan
Analisis Deskriptif
1. Tingkat January Effect terhadap Return Saham
Untuk mengetahui tingkat January
Effect terhadap Return Saham, maka diperlukan data yang valid untuk diteliti. Berikut keseluruhan data disertai data maximum, minimum dan
rata-rata bulan januari
dari emiten-emiten yang penulis teliti:
Selama periode penelitian (2017-2021) menunjukan bahwa dari sampel yang
penulis teliti, mendapat nilai maksimum sebesar 0,0948 dari Emiten BBTN pada
tahun 2017, dikarenakan pada akhir tahun 2016 BBTN mempunyai rencana kerja yang
sangat mempengaruhi investor untuk membeli saham di januari 2017. Dalam Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dicanangkan dalam Rapat Kerja Perseroan
Tahun 2017, BBTN
memprioritaskan serangkaian transformasi bisnis berbasis digital banking untuk mendukung core
business yang menerapkan
Program Sejuta Rumah dengan partisipiasi menteri BMUN saat itu, RIni M Soemarno,
yang menilai BBTN telah mencetak kinerja tahun 2016
lebih baik dibanding Bank BUMN lainnya.
Selanjutnya untuk nilai
minimum sebesar -0,1179 juga dari BBTN pada tahun 2020, pada saat itu muncul
pandemi COVID-19 yang berawal dari Tiongkok. Pandemi virus ini menyebar dengan
cepat ke seluruh dunia dan berdampak besar pada ekonomi
global. Krisis
kesehatan telah berubah
menjadi krisis sosial karena negara-negara memberlakukan pembatasan sosial untuk mengendalikan penyebaran virus. Namun, �pengendalian kegiatan tersebut menyebabkan krisis ekonomi dan keuangan akibat terganggunya interaksi pasar.
a.
Tingkat Monday Effect terhadap Return
Saham
Untuk mengetahui tingkat Monday Effect terhadap Return Saham, maka diperlukan data yang valid untuk diteliti. Berikut keseluruhan data
disertai data
maximum, minimum dan rata-rata hari senin dari emiten-emiten
yang penulis teliti:
Berdasarkan tabel di atas
terlihat bahwa nilai Maximum Monday
Effect memperoleh nilai 0,0053 dari emiten BBTN pada tahun 2018 yang mana
artinya Return pada hari senin yang seharusnya mendapat return kecil jika menurut teori January Effect maka tidak terjadi Monday Effect pada emiten tersebut.
Nilai Minimum yang ada pada Monday Effect
mendapat nilai -0,0023 dari emiten BBNI pada tahun 2017 yang mana artinya
terdapat Monday Effect pada emiten
BBNI pada tahun 2017. Dan untuk rata-rata hari senin hanya sebesar 0,0018 yang
berarti banyak emiten yang angka Return hari
seninnya lebih kecil dari rata-rata dan terdapat Monday Effect.
b.
Tingkat Weekend Effect terhadap Return
Saham
Untuk mengetahui tingkat Weekend
Effect terhadap Return Saham, maka diperlukan data yang valid untuk diteliti. Berikut keseluruhan data disertai data maximum, minimum dan
rata-rata hari jumat dari emiten-emiten yang penulis teliti:
Berdasarkan tabel di atas
terlihat bahwa nilai Maximum Weekend
Effect adalah sebesar 0,0036 dari BBRI pada tahun 2020 yang mana artinya Return hari jumat emiten BBRI pada tahun
2020 terdapat Weekend Effect karena
menurut teori Weekend Effect, return pada
hari jumat cenderung lebih besar
daripada hari lainnya. Nilai minimum yang ada pada Weekend Effect mendapat nilai -0,0053 dari emiten BBTN pada tahun
2018 yang artinya tidak terdapat Weekend
Effect pada emiten BBTN pada tahun 2018. Dan untuk rata-rata hari jumat sebesar 0,0006 yang berarti
banyak emiten yang angka return� hari jumat-nya lebih besar dari rata-rata dan terdapat Weekend Effect.
c.
Tingkat Return Saham pada Indeks Saham IDX30
Untuk mengetahui tingkat Return
Saham pada Indeks saham IDX30, maka diperlukan data yang valid untuk diteliti. Berikut keseluruhan data
disertai data
maximum, minimum dan rata-rata indeks saham tahunan IDX30 dari emiten-emiten yang penulis teliti:
Berdasarkan tabel di atas,
nilai maximum pada indeks IDX30 adalah sebesar 0,0187 yang terjadi pada tahun
2017. Pada tahun 2017 perekonomian global berada pada masa pemulihan seiring
dengan membaiknya harga-harga komoditas dan membaiknya perekonomian global yang
dialami oleh sektor finansial. Secara umum, bursa saham global mengalami tren
bullish pada tahun 2017, bullish sendiri adalah tren saham menguat atau kondisi
dimana pasar saham menguat. Lalu nilai Minimum sebesar -0,007 yang terjadi pada
tahun 2018 disebabkan oleh terjadinya kenaikan Fed Funds Rate (suku bunga antar bank) yang berpotensi memicu
ketidakpastian arah suku bunga global dan risiko ketidakstabilan arus modal
global padat tahun 2018 yang menyebabkan banyak emiten yang mengalami penurunan
harga saham dan menyebabkan return� pada tahun 2018 indeks IDX30 berbanding
terbalik dengan return pada tahun 2017. Terakhir untuk nilai rata-rata
sebesar 0,0020, nilai ini sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai maksimum.
Dalam penelitian yang penulis lakukan, data yang digunakan adalah dari tahun
2017-2021 yang bisa dibilang dalam lima tahun tersebut, hanya dua tahun yaitu
2017 dan 2019 yang tidak mendapat nilai return minus. Untuk sisa tahun 2020 dan 2021
burturut-turut mendapat nilai minus karena perekonomian di sektor keuangan bisa
dibilang buruk karena pandemi Covid-19, maka dari itu nilai rata-rata untuk Return Saham sangat kecil.
Hasil Estimasi Regresi Data Panel menggunakan
Common Effect Model (CEM)
Digunakan ketika tipe datanya adalah data panel, yaitu data dengan fitur cross section dan time series. Menggunakan estimasi data panel memiliki beberapa
keuntungan. Yang pertama adalah menambah jumlah pengamatan (sampel). Yang kedua adalah untuk mendapatkan
variasi antara unit yang berbeda dan dari waktu ke waktu.
Pada model regresi data panel terdapat 3 jenis model
yaitu Common Effects (CE), Fixed Effects (FE) dan Random
Effects (RE). Untuk menginterpretasikan hasil dari analisis, tiga model
yang paling sesuai antara (CE, FE dan RE) harus dipilih satu diantara ketiga
model tersebut.
Setelah dilakukan uji chow (CE/FE) terpilih model CE,
lalu dilakukan uji hausman (RE/FE) terpilihlah RE dan terakhir dilakukan Uji
Lagrange Multiplier (CE/RE) terpilihlah CE, demikian setelah dilakukan pemilihan melalui Uji chow, Uji Hausman, dan Uji
LM, maka model Common
Effect lah yang dipilih untuk penelitian ini.
Common Effect Model merupakan
pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasikan
data time series dan Cross Section. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi
waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data Perusahaan
emiten sama dalam kurun waktu.
Hasil dari
persamaan regresi linear berganda di atas dapat memberikan penjelasan bahwa:
1. Nilai Konstanta
1,0000 menyatakan bahwa jika January Effect,
Monday Effect dan Weekend Effect bernilai 0 maka Return sahamnya 1,0000.
2. Nilai Koefisien
January Effect sebesar 0,0000
menyatakan bahwa jika January Effect mengalami
kenaikan satuan dan dengan asumsi nilai variabel konstan (tetap) maka akan mengakibatkan
kenaikan pada Return Saham sebesar
0,0000.
3. Nilai Koefisien
Monday Effect sebesar 0,0002
menyatakan bahwa jika Monday Effect mengalami
kenaikan satuan dan dengan asumsi nilai variabel konstan (tetap) maka akan
mengakibatkan kenaikan pada Return Saham
sebesar 0,0002.
4. Nilai Koefisien
Weekend Effect sebesar -0,0001 menyatakan
bahwa jika Weekend Effect mengalami
kenaikan satuan dan dengan asumsi nilai variabel konstan (tetap) maka akan
mengakibatkan kenaikan pada Return saham sebesar -0,001.
Pengujian Hipotesis
a.
Uji t (Parsial)
Uji t merupakan salah
satu uji statistik yang
digunakan untuk menguji kebenaran atau kesalahan suatu hipotesis yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan
diantara dua data rata-rata sampel yang diambil secara acak dari
populasi yang sama.
1. X1 yaitu January
Nilai signifikansi untuk January Effect terhadap Return
saham adalah 0,0412 yang artinya lebih kecil dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis satu (H1) dinyatakan terbukti atau
diterima. Penelitian terdahulu yang memiliki kesimpulan yang sama adalah Pradnya Paramita dan Rahyuda
(2018), yang menyatakan bahwa dalam penelitiannya Return saham secara
siginifikan dipengaruhi oleh January Effect.
2. X2 yaitu Monday
Nilai signifikansi untuk Monday Effect terhadap Return saham adalah 0,0429 yang artinya lebih kecil dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis dua (H2) �dinyatakan terbukti atau diterima. Penelitian
terdahulu yang memiliki kesimpulan yang sama adalah Chintya Ika Widyanti (2018) yang
menyatakan bahwa dalam penelitiannya Return Saham secara signifikan
dipengaruhi oleh Monday Effect.
3. X3 yaitu Weekend
Nilai signifikansi untuk Weekend Effect terhadap Return saham adalah 0,0915 yang artinya lebih besar dari 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis
tiga
(H3) �dinyatakan tidak terbukti atau ditolak. Penelitian
terdahulu yang memiliki kesimpulan yang sama adalah Vanda Leika Lenita (2019) yang menyatakan
bahwa secara siginifikan Return
Saham tidak dipengaruhi oleh Weekend Effect.
b.
Uji F (Simultan)
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Atau untuk menguji apakah model
regresi yang digunakan baik (signifikan) atau tidak baik (non signifikan).
Nilai siginifikansi sebesar 0,0221
lebih kecil dari 0,05 yang artinya hipotesis empat (H4) �dinyatakan diterima. Penelitian terdahulu yang
memiliki kesimpulan yang sama adalah Andhika Fadlilah tahun 2019, yang mengungkapkan bahwa secara
signifikan Return Saham dengaruhi oleh seluruh variabel (January Effect dan �The Day of The
Week Effect (Monday Effect dan Weekend Effect).
Uji Determinasi
Menurut
Vidarjono, uji koefisien determinasi merupakan uji yang menjelaskan besarnya
variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen itu sendiri.
Lebih lanjut, uji koefisien determinasi pun dapat digunakan untuk mengukur
kualitas garis regresi.
Nilai Adjusted R Square sebesar� 0,2698 menunjukkan� bahwa 26,9%� Return
bisa� dipengaruhi oleh� variabel
independennya.
Dengan sisa 73,1%� (100% � 26,9% = 73,1%)� dipengaruhi oleh
faktor lainnya
yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan, yaitu: (1) tingkat January Effect terhadap Return Saham bisa dibilang baik meskipun
10 dari 25 data kurang dari nilai rata-rata. (2) Tingkat Monday Effect terhadap Return
Saham cukup baik dengan 12 dari 25 data nilainya berada dibawah nilai
rata-rata. (3) tingkat Weekend Effect terhadap
Return Saham juga sama seperti Monday Effect yang mana 12 dari 25 data nilainya
berada dibawah nilai rata-rata. (4) tingkat return saham pada IDX30 mengalami
fluktuasi yang sangat signifikan dan hanya dua tahun saja yang Return Sahamnya
melebihi nilai rata-rata.
BIBLIOGRAFI
Sugiyono. (2020). Metode
Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta, Rajawali
Pers.
Sulganef. (2018).
Metode Penelitian Bisnis dan Manajemen (Vol. 1). Bandung: Refika Aditama.
Prastiana, D., Handini,
D. P., & Mas, N. (2021, November). Pengaruh Monday Effect Dan Weekend
Effect Terhadap Return Saham (Studi Pada Saham Perusahaan LQ 45 Periode Agustus
2020�Januari 2021). In Widyagama National Conference on Economics and
Business (WNCEB) (Vol. 2, No. 1, pp. 938-948).
Pauzi, A., &
Siswantini, T. (2022). Analisis anomali perdagangan saham terhadap return saham
IDX30 di bursa efek Indonesia. AKUNTABEL, 19(2), 338-347.
Irawan, R. (2021).
Pengaruh January Effect Terhadap Return Saham IHSG di Bursa Efek
Indonesia. EKBIS (Ekonomi & Bisnis), 9(2), 41-TO.
Dwitania, R., Affandi,
H. A., & Alghifari, E. S. (2019). Pengaruh Monday Effect, Weekend
Effect Dan Week Four Effect Terhadap Return Saham Lq45 Di Bursa Efek Indonesia (Studi
Empiris Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
Februari 2018�Januari 2019) (Doctoral dissertation, Perpustakaan FEB
Unpas).
Khoiriah, E. N. (2022).
Analisis Fenomena Anomali Pasar January Effect Dan The Day Of The Week Effect
Terhadap Return Saham: Studi Kasus Pada Perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Pada
Bursa Efek Indonesia Periode 2019-2021.
Yunita, N. K. E., &
Rahyuda, H. (2019). Pengujian anomali pasar (january effect) di bursa efek
indonesia. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 8(9), 5571.
Rahmawati, I. N. I.,
& Setiyawan, S. (2021). Analisis Anomali Pasar �January Effect dan The Day
of The Week Effect� pada Return Saham Perusahaan IDX30 yang Terdaftar di BEI
(Bursa Efek Indonesia) Periode Januari 2020�Februari 2021. Jurnal Riset
Manajemen dan Bisnis, 1(2), 146-152.
Mutiasari, A. I.
(2020). Perkembangan Industri Perbankan Di Era Digital. Jurnal Ekonomi
Bisnis dan Kewirausahaan, 9(2), 32-41.
Ratrini, G. A., &
Suartana, I. W. (2021). January Effect di Indonesia Periode 2017�2019. E-Jurnal
Akuntansi, 31(3), 756-768.
Ulfarizty, Z. P., &
Komariah, S. (2022). Januari efek di Bursa Efek Indonesia, Bursa Efek Amerika,
Bursa Efek Jerman, dan Bursa Efek Jepang sebelum, sesaat dan sesudah pandemi
Covid-19. Fair Value: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan, 5(4),
1819-1829.
Pradnyaparamita, N. M.
W., & Rahyuda, H. (2017). Pengujian anomali pasar january effect pada
perusahaan LQ45 di bursa efek Indonesia. E-Jurnal Manajemen Unud, 6(7),
3513-3539.
Irawan, N. N.
(2017). Analisis pengaruh Monday effect dan Weekend effect terhadap return
saham: Studi pada indeks LQ 45 periode Februari 2015 sampai dengan Januari
2016 (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Jumintang, F.
(2022). Analisis Anomali Pasar Efisien Terhadap Return Saham Pada Indeks
Harga Saham Gabungan Dan Indeks Harga Saham Global (Doctoral dissertation,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta).
Muslihin, I.
(2019). Analisis Anomali Pasar Efisien Pada Return Saham (Studi Pada
Perusahaan Jasa Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan Periode 2018) (Doctoral
dissertation, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta).
Sodiq, M. N.
(2022). Analisis Pasar Anomali January Effect, The Day Of The Week Effect,
Rogalski Effect, dan
Size Effect, Terhadap Return Portofolio Saham Syariah Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Periode
2017-2020 (Doctoral dissertation, UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember).
����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �����
Copyright holder: Nama
Author (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |