Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN:
2548-1398
Vol. 8, No.
4, April 2023
PERANCANGAN SISTEM SMART UKM PADA PROSES
BISNIS PRODUKSI BERBASIS ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) MENGGUNAKAN METODE
ACCELERATED SAP (ASAP)
Jesica Elisabeth Sitorus, R. Wahjoe
Witjaksono, Muhardi Saputra
Fakultas
Rekayasa Industri, Universitas Telkom, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Pengembangan sistem
informasi sangat penting dan membawa pengaruh besar dalam memenuhi kebutuhan
dan pertumbuhan profit di dunia industri. UKM sebagai pelaku usaha perlu
strategi dalam berinovasi sehingga mampu mempertahankan produktivitas dan
kualitasnya. Saat ini pelaku UKM dapat memanfaatkan teknologi informasi seperti
Enterprise Resource Planning (ERP) dalam melakukan proses bisnisnya. Banyak
faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam UKM, salah satunya pada proses bisnis
produksi. Sering mengalami gagal produksi karena belum adanya standar yang baku
tentang pembelian bahan baku. Untuk itu, solusi yang tepat untuk mengatasi
proses produksi yang kurang baik adalah merancang sistem Smart UKM proses
bisnis produksi dengan konsep ERP open source
yaitu Dolibarr menggunakan modul Products Management. Dengan perancangan ini,
UKM dapat memperkirakan persediaan bahan baku dan memantau kualitasnya sesuai
standar proses bisnis dan proses produksi telah mampu terintegrasi serta
komunikasi antar bagian akan menjadi lebih cepat. Dalam perancangannya,
peneliti menggunakan metodologi Accelerated SAP (ASAP) yaitu mengacu pada
rencana pengembangan yang terdefinsi dengan baik, mendokumentasikan berbagai
fase dengan efisien, optimal dalam hal waktu, biaya dan kualitas, kesesuaian
dengan kebutuhan, serta pemanfaatan sumber daya yang ada.
Kata Kunci: UKM, Enterprise Resource Planning (ERP),
Dolibarr, ASAP.
The development of information systems is very important and
has a big influence in meeting the needs and profit growth in the industrial
world. SMEs as business actors need a strategy to innovate so that they are
able to maintain their productivity and quality. Currently, SMEs can utilize
information technology such as Enterprise Resource Planning (ERP) in carrying
out their business processes. Many factors influence the failure of SMEs, one
of which is in the production business process. Often experience production failures because there are no standard
standards regarding the purchase of raw materials. For this reason, the right
solution to overcome a poor production process is to design a Smart UKM system
for production business processes with the open source ERP concept, namely
Dolibarr using the Products Management module. With this design, SMEs can
estimate the inventory of raw materials and monitor their quality according to
business process standards, and the production process can be integrated and
communication between parts becomes faster. In its design, the researcher uses
the Accelerated SAP (ASAP) methodology, which refers to a well-defined
development plan, documenting various phases efficiently, optimally in terms of
time, cost and quality, conformity to needs, and utilization of existing
resources.
Keywords: SMEs, Enterprise Resource Planning (ERP), Dolibarr, ASAP.
Pengembangan sistem informasi memiliki peranan yang penting dan membawa pengaruh yang besar terutama dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, baik membuat ataupun penyesuaian terhadap sistem informasi yang mempertemukan berbagai kebutuhan proses pengolahan transaksi harian, membantu dan mendukung kegiatan operasi, serta memperlancar proses penyediaan laporan yang �diperlukan (Fransiska et al, 2016).
Hal ini erat kaitannya dalam pertumbuhan profit perusahaan serta menjadikan perusahaan terus bertahan dan sukses di persaingan. Kini, banyak bisnis, termasuk bisnis kecil, yang membutuhkan sistem untuk mengintegrasikan tiap bagian agar setiap proses bisnis dapat berjalan dengan cepat, lancar, dan baik (Dewi et al, 2015). Sistem informasi yang makin berkembang pun berpotensi menjadi solusi bagi perusahaan di dunia industri untuk terus berinovasi dalam pengembangan bisnisnya.
ERP (Enterprise Resource Planning) System merupakan sistem berbasis komputer yang dirancang guna melakukan proses transaksi organisasi dan fasilitas yang terintegrasi serta perencanaan yang real-time, produksi, dan respon pelanggan (Olson David, 2004). ERP merupakan pengembangan dari Manufacturing Resource Planning (MRP II), yang mana MRP II adalah hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya.
Sistem ERP secara modular umumnya menangani proses distribusi, manufaktur, logistik, persediaan, invoice, serta accounting perusahaan. Kini, implementasi ERP tidak hanya ditemukan di perusahaan-perusahaan besar saja, tetapi juga pada UKM (Usaha Kecil dan Menengah). Namun, dalam menerima solusi ERP, antusiasme UKM tidak sebesar antusiasme perusahaan-perusahaan besar walau manfaat penerapan ERP pada UKM mampu menghasilkan perbaikan dalam efisiensi proses bisnis (Fransiska et al, 2016).
Adapun Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki
artian sebagai salah satu bidang yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini disebabkan karena UKM memiliki daya
serap yang sangat besar terhadap tenaga kerja dan dekat dengan rakyat kecil (Kuncoro, 2008, Sripo, 2010). UKM sebagai
pelaku usaha memerlukan strategi dan terus berinovasi agar mampu mempertahankan produktivitas dan kualitasnya.
Didasarkan pada data Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia tahun 2020, jumlah UKM mencapai 64,19 juta dengan memiliki kontribusi terhadap PDB sebesar 61,97% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah dan menyerap tenaga kerja sebesar 97%. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), perkembangan potensi UKM di Indonesia tidak lepas dari dorongan dukungan perbankan dalam penyaluran kredit. Secara umum, kredit UKM setiap tahun mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding total kredit perbankan. Berikut Tabel 1.1 menunjukkan proporsi kredit UKM selama tiga tahun terakhir.
Tabel 1
Proporsi Kredit UKM Terhadap Total Kredit (Triliun
Rupiah) Tahun 2017-2019
Posisi Kredit |
Proporsi Kredit UKM Terhadap Total Kredit |
||
2017 |
2018 |
2019 |
|
Mikro |
221,41 |
251,34 |
277,23 |
Kecil |
282,78 |
312,07 |
332,12 |
Menengah |
438,2 |
469,24 |
488,79 |
Total UKM |
942,39 |
1.032,64 |
1.098,14 |
Tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi kredit UKM terhadap total kredit meningkat (triliun rupiah) di Indonesia. Selain itu, menurut Hafsah (2004), UKM memiliki masalah internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya modal, terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM), serta lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Sedangkan pada faktor eksternal, meliputi iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif, sarana dan prasarana usaha yang terbatas, implikasi otonomi daerah, implikasi perdagangan bebas, sifat produk dengan lifetime yang pendek, dan terbatasnya akses pasar.
Melihat kondisi tersebut, pelaku UKM bisa memanfaatkan teknologi informasi seperti ERP dalam melakukan proses bisnisnya. Namun, kendala utama yang harus dihadapi perusahaan dalam menerapkan ERP ialah biaya yang cukup mahal dan implementasinya tidak mudah (Zaman & Purwoko, 2013). Untuk itu, diperlukan suatu ERP berbasis open source seperti Dolibarr yang dapat mengatasi mahalnya biaya implementasi karena memiliki banyak modul yang dapat digunakan sesuai kebutuhan dan dapat digunakan secara gratis (Pratama et al, 2019). Dolibarr merupakan sebuah aplikasi ERP dan CRM open source yang mampu membantu mengelola data seperti data transaksi dan data produksi agar tidak terjadi kehilangan data serta memudahkan aktivitas audit proses bisnis pada perusahaan kecil maupun menengah (Putra et al, 2020).
Di dalam UKM juga terdapat faktor yang memengaruhi kegagalan, seperti
pada proses bisnis produksi. Proses
produksi dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku, perencanaan produksi, dan pembuatan laporan (Hapsari et al,
2018). Sering mengalami gagal produksi
akibat keterlambatan pengiriman bahan baku. Hal ini disebabkan karena belum adanya standar
yang baku tentang pembelian bahan baku. UKM membutuhkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pengadaan bahan
baku dan pemilihan supplier sehingga
meminimalisir kekurangan dan kelebihan bahan
(Astuti & Nurdin, 2015).
Untuk mengatasi proses produksi yang kurang baik, UKM juga membutuhkan sistem Smart UKM berbasis ERP yang mampu mengintegrasikan kebutuhan antar entitas bisnis dalam perencanaan produksi sehingga membantu pencatatan yang terintegrasi dalam mengontrol alur produksi barang. Sistem ERP dapat membantu proses pembelian bahan baku, produksi, hingga barang sampai di tangan konsumen lebih efektif sehingga meningkatkan loyalitas konsumen (Sembiring Brahmana, Mohammed & Chairuang, 2020).
Setelah melihat permasalahan di atas, solusi yang tepat adalah merancang sistem Smart UKM proses bisnis produksi dengan konsep ERP open source yaitu Dolibarr menggunakan modul products management, vendor relationship management (VRM), financial, dan customer relationship management. Dengan perancangan ini, diharapkan segala kebutuhan proses produksi mampu terintegrasi dan komunikasi antar bagian menjadi lebih cepat. Metodologi Accelerated SAP (ASAP) digunakan untuk dapat mengacu kepada rencana pengembangan yang terdefinisi dengan baik, mendokumentasikan dengan efisien pada berbagai tahap, optimal dalam hal waktu, biaya dan kualitas, serta sesuai dengan kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya yang ada (Fransiska et al, 2016).
Penelitian ini menggunakan model konseptual yang peneliti lakukan bertujuan untuk mengidentifikasikan pemahaman dari tujuan penelitian dan keterkaitannya (Baskerville, et al. 2018).
Gambar 1
Model Konseptual
Penelitian ini menggunakan metode Accelerated SAP (ASAP) sebagai tahapan menyelesaikan masalah karena pada software Dolibarr tidak terdapat metode khusus sehingga mengadopsi dari SAP.
Gambar 2
Sistematika Penyelesaian Masalah
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder. Data sekunder diperoleh secara tidak langsung, yakni berupa informasi dan literatur pada buku, jurnal, dan berbagai situs website yang berkaitan dengan informasi yang sedang dicari. Adapun pengolahan data dan pembangunan sistem penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang telah dijabarkan pada alur sistematika penelitian.
Tahap ini melakukan analisis terhadap proses bisnis kebutuhan UKM, proses bisnis Dolibarr, dan gap. Proses bisnis yang akan dianalisis adalah permintaan bahan baku, bill of material, dan manufacturing orders, dan revaluation manufacturing di UKM. Hasil analisis dari tahap ini dapat menentukan proses bisnis usulan untuk Smart UKM.
Pada tahap ini akan dilakukan pemodelan sebuah sistem yang akan diteliti dan dianalisis oleh peneliti, yakni proses bisnis produksi untuk Smart UKM. Berikut merupakan model sistem dari proses bisnis produksi untuk Smart UKM.
Gambar 3
Model Sistem Proses Bisnis Smart UKM
Model sistem yang dipakai terdiri dari tiga bagian yaitu input,
proses, dan output. Pada bagian input, terdapat data-data produksi UKM
yang akan digunakan pada bagian proses permintaan bahan baku, bill of material, manufacturing orders, dan revaluation manufacturing. Setelah proses tersebut, maka akan keluar output berupa data manufacturing order, bill of
material, purchase request, request for quotation, purchase order, dan revaluation manufacturing.
Pada tahap ini akan dibuat
bentuk struktur organisasi objek penelitian yang terdapat didalam UKM. Struktur ini akan menjadi dasar dari pembuatan struktur
organisasi pada Dolibarr. Berikut merupakan model organisasi dari UKM.
Gambar 4
Model Organisasi (Sumber: Struktur Organisasi UKM,
2016)
Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan model teknik pendekatan yang menyatakan atau
menggambarkan hubungan suatu model. Di dalam hubungan ini, hal utama dari ERD
adalah menunjukkan objek data (entity)
dan hubungan (relationship) yang ada
pada entity berikutnya (Fridayanthie,
Mahdiati, 2016). Menurut Simarmata (2010:67), Entity Relationship Diagram (ERD)
adalah alat pemodelan data utama dan akan membantu mengorganisasi data dalam
suatu proyek ke dalam entitas-entitas dan menentukan hubungan antar entitas.
Gambar 5
Model ERD
Gambar 5 memperlihatkan
bahwa sistem untuk Smart UKM yang dirancang terdiri dari 9 entitas yang
masing-masing saling berhubungan baik dengan entitas yang lain atau dengan atributnya masing-masing. Untuk relasinya menyatakan
relasi 1:1 (untuk relasi 1 ke 1) dan 1:M (untuk relasi 1 ke banyak).
Process model
level 1 menggambarkan proses-proses yang terdapat
pada suatu perusahaan. Proses ini dibagi
menjadi 2 proses yaitu core process
dan support process. Core processes menjelaskan kegiatan atau
proses inti yang menjadi dasar dari perusahaan atau organisasi itu berdiri. Support processes menjelaskan kegiatan
atau proses yang mendukung kegiatan inti dari perusahaan atau organisasi.
Gambar 6
Core Processes dan Support Processes pada UKM
UKM didukung oleh beberapa
proses, di antaranya adalah core process dan support process. Core process dari UKM
merupakan kegiatan produksi, akuntansi, dan penjualan. Untuk mendukung kegiatan
pada core process tersebut dibutuhkan support process seperti warehousing, purchasing,
supplier, dan customer.
Process model
level 2 berisikan proses-proses suatu divisi atau
unit objek penelitian. Divisi atau unit pada objek penelitian terkait dengan production yang terdapat di UKM. Production terdiri dari beberapa proses
seperti permintaan bahan baku, bill of
material, manufacturing orders, dan revaluation manufacturing.
Gambar 7
Process Group pada Divisi Production UKM
Process model
level 3 menjelaskan proses bisnis lebih dalam dari process model level 1 dan 2 yang akan
dianalisis oleh peneliti. Sebelum melakukan desain proses bisnis usulan,
diperlukan menganalisis dan mengidentifikasi proses bisnis yang ada pada
Dolibarr sebagai acuan untuk perancangan sistem Smart UKM pada proses produksi
di UKM.
1)
Proses Bisnis Default Permintaan Bahan Baku
Gambar 8
Proses Bisnis pada Dolibarr untuk Kegiatan Permintaan
Bahan Baku
Proses permintaan bahan baku
dimulai dengan bagian produksi memasukkan data raw material. Setelah input
data, bagian pengadaan menambahkan harga beli produk (buying prices). Setelah menambahkan harga beli produk sesuai vendor,
dilanjutkan dengan memilih vendor. Lalu, bagian pengadaan menambahkan price request, jika diterima dilanjutkan
dengan membuat order, jika ditolak kembali melakukan proses dari pemilihan
vendor. Setelah membuat order, dilakukan
validasi dan approve, kemudian
membuat purchase order. Lalu, bagian
produksi akan menerima raw material dan bagian akuntansi membuat
invoice serta melakukan pembayaran.
Kemudian bagian produksi memulai produksi.
2)
Proses Bisnis Default Bill of
Material
Gambar 9
Proses Bisnis pada Dolibarr
untuk Kegiatan Bill of Material
Proses bill of material dimulai dengan bagian produksi membuat bill of material, kemudian menentukan raw material dan memasukkan jumlah raw material. Setelah itu
dilakukan validasi bill of material.
3)
Proses Bisnis Default Manufacturing Orders
Gambar 10
Proses Bisnis pada Dolibarr untuk Kegiatan
Manufacturing Orders
Proses manufacturing orders dimulai dengan bagian produksi memasukkan data
manufacturing orders. Setelah itu
menentukan bill of material,
menentukan produk, dan menentukan tenggat waktu produksi dimulai dan berakhir,
selanjutnya dilakukan validasi manufacturing
orders. Bagian produksi memulai produksi, maka bagian gudang menerima
barang jadi.
RACI chart
bertujuan untuk memberikan gambaran peran berbagai
pihak dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dalam suatu proyek, yang nantinya
mempermudah untuk menentukan siapa saja yang bertanggung jawab dalam suatu pekerjaan
di dalam suatu proses. RACI chart
terdiri dari responsible, accountable,
consulted, dan informed (Setiaji,
Widianti, 2017). Tabel IV.1 menjelaskan proses serta peran yang terdapat di
dalam penelitian.
Tabel 2
RACI Penelitian
Role Process |
Produksi |
Pengadaan |
Gudang |
Akuntansi |
Supplier |
Permintaan bahan baku |
R,A,I |
A |
C |
C |
C |
Bill of Material |
R,A,I |
|
|
C |
|
Manufacturing Orders |
R,A, |
|
A,C,I |
C |
|
Revaluation Manufacturing |
R,A |
|
|
A,C |
|
Responsible menjelaskan
stakeholder yang melakukan tugas atau
pelaksana tugas yang memastikan aktivitas berhasil dilaksanakan. Accountable menjelaskan stakeholder yang menjadi penanggung jawab
dan memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan. Consulted menjelaskan stakeholder yang memberikan masukan,
pendapat, dan kontribusi ketika diperlukan dalam tugas. Informed menjelaskan stakeholder yang perlu mengetahui tindakan dan
hasil ataupun keputusan yang telah diambil.
Input
merupakan data-data masukan yang terjadi pada suatu
proses. Setiap proses yang pada penelitian ini memiliki input yang berbeda-beda
Tabel 3
Input
Process |
Description |
Permintaan Bahan Baku |
Dalam permintaan bahan baku dibutuhkan
data-data seperti data produk, bill of
material, manufacturing orders, purchase request, request for quotation,
purchase order |
Bill of Material |
Dalam bill of material dibutuhkan data-data
seperti data produk, material, dan total biaya |
Manufacturing Orders |
Dalam manufacturing orders dibutuhkan data-data
seperti data produk, bill of material,
dan total biaya |
Revaluation Manufacturing |
Dalam revaluation
manufacturing dibutuhkan data-data seperti data manufacturing order dan account
journal |
Output
menjelaskan hasil keluaran dari proses-proses yang
terdapat di dalam penelitian. Output ini akan menjadi acuan output dari
pembuatan proses bisnis usulan kepada UKM.
Tabel 4
Output
Process |
Description |
Permintaan Bahan Baku |
Laporan Pengadaan Material |
Bill of Material |
Laporan Bill of Material |
Manufacturing Orders |
Laporan Produksi |
Revaluation Manufacturing |
Jurnal Manufacturing |
Tabel 5
User Roles
User Roles |
Description of the Role |
Activities |
Owner/ Pemilik Perusahaan |
Owner merupakan pemilik perusahaan yang
sekaligus penanam modal serta berinvestasi |
Seorang owner bertanggung jawab untuk
memimpin perusahaan atau bisnis; menentukan visi misi, serta peraturan
perusahaan; bertanggung jawab mengembangkan strategi bisnisnya agar sesuai
dengan visi misi perusahaan; serta bertanggung jawab atas berbagai risiko
yang terjadi di perusahaannya |
Akuntansi |
Staf Akuntansi yang bertugas mencatat
dan memonitor aliran keuangan dalam suatu organisasi |
Seorang akuntan bertugas mengawas,
menghitung, dan membuat laporan keuangan di sebuah instansi, perusahaan,
maupun lembaga; melakukan verifikasi keakuratan seluruh transaksi yang
terjadi |
Gudang |
Staf gudang bertugas mengawasi sirkulasi
barang yang ada di gudang. Masalah umum yang biasa dihadapi oleh staf gudang
yaitu menghitung akurasi pergerakan barang atau produk, serta melakukan
perhitungan rentang waktu barang yang disimpan |
Staf gudang bertanggung jawab atas
bongkar muat barang; menandatangani surat penerimaan barang dari eksportir,
produsen, maupun supplier; melakukan pengecekan barang di gudang; serta
menyiapkan pengiriman dan penyimpanan barang |
Penjualan |
Staf penjualan yang
bertanggungjawab mengenai transaksi jual-beli barang dan/atau jasa di suatu
perusahaan |
Staf penjualan bertugas
untuk menawarkan barang atau jasa produksi perusahaan kepada customer, menjelaskan spesifikasi
produk yang dijual kepada customer, memberikan simulasi hitungan biaya yang
harus dikeluarkan, menjelaskan manfaat yang didapat, dan melakukan komunikasi
dengan pelanggan |
Produksi |
Staf produksi memiliki peranan penting
dalam perusahaan karena merupakan salah satu posisi pusat yang menunjang
kelancaran proses produksi di dalam suatu perusahaan |
Staf produksi bertugas untuk
mengumpulkan data hasil produksi, memproses data, mengontrol proses produksi
serta kesesuaiannya dengan aturan perusahaan, serta menyusun jadwal kerja
operator |
Pengadaan |
Staf pengadaan bertanggung jawab dalam
pengadaan barang dan jasa yang mengacu pada tindakan akhir pembelian serta
seluruh proses pengadaan mulai dari tahap perencanaan hingga pengambilan
keputusan di suatu perusahaan |
Staf pengadaan bertugas dalam meminta
penawaran atau quotation, pemilihan
vendor, sampai dengan melakukan purchase
order |
Pada bagian ini akan dijelaskan rancangan usulan terhadap proses bisnis dari peneliti terhadap UKM. Rancangan ini
nantinya akan dibuat berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada UKM.
1.
Proses Bisnis Usulan
Permintaan Bahan Baku
Pada tahap ini digambarkan
proses bisnis target atau usulan untuk proses permintaan bahan baku. Proses ini
untuk mengelola permintaan pengadaan material produksi pada manufacturing orders. Usulan yang
diberikan pada proses bisnis adalah menambahkan fitur purchase request, request for quotation, dan check availability.
Gambar 11
Proses Bisnis Usulan Permintaan Bahan Baku
Langkah-langkah proses di
tahap ini dimulai dari bagian produksi menambahkan manufacturing orders dan
menentukan bill of material. Sedangkan bagian gudang melakukan pengecekan
ketersediaan material. Jika material tersedia, bagian produksi membuat work order
(proses produksi). Jika tidak, bagian pengadaan membuat purchase request (PR),
dilanjutkan membuat request for quotation (RFQ) untuk di kirim ke supplier,
lalu membuat purchase order (PO) yang dikirimkan ke supplier. Kemudian, bagian
gudang menerima barang dan bagian pengadaan menerima invoice receipt dari supplier. Sedangkan bagian akuntansi membuat invoice dan kemudian melakukan pembayaran. Bagian produksi
melakukan work order (proses
produksi).
2.
Proses Bisnis Usulan
Bill of Material
Pada tahap ini digambarkan
proses bisnis target atau usulan untuk proses bill of material. Proses ini
untuk mengelola material atau komponen yang menyusun sebuah produk jadi (finished
goods). Usulan yang diberikan pada proses bisnis adalah menambahkan fitur
total biaya bill of material.
Gambar 12
Proses Bisnis Usulan Bill of Material
Langkah dimulai dari bagian
produksi membuat bill of material,
menentukan produk yang akan dihasilkan, menentukan tipe bill of material, yang mana terdapat dua tipe bill of material yaitu manufacturing
atau kit, lalu menambahkan komponen penyusun untuk memproduksi produk.
Selanjutnya, bagian akuntansi menghitung perkiraan cost dari bill of material
Bagian produksi melakukan konfirmasi bill
of material tersebut.
3.
Proses Bisnis Usulan
Manufacturing Orders
Pada tahap ini digambarkan
proses bisnis target atau usulan untuk proses manufacturing orders. Proses ini untuk mengelola proses produksi
dari setiap perencanaan produksi. Usulan yang diberikan pada proses bisnis
adalah menambahkan fitur check
availability, transfer barang jadi,
work order, dan perkiraan biaya
manufacturing orders.
Gambar 13
Proses Bisnis Usulan Manufacturing Orders
Langkah-langkah tahapan ini
dimulai dari bagian penjualan membuat sales order, lalu bagian produksi membuat
manufacturing orders berdasarkan sales order. Selanjutnya, bagian
produksi menentukan bill of material,
menentukan produk, menentukan tenggat waktu produksi produk dimulai dan
berakhir, dan menentukan jumlah produk yang diproduksi dan dikonsumsi. Bagian
akuntansi akan menghitung cost dari manufacturing orders.
Kemudian, bagian gudang
bahan baku akan melakukan cek ketersediaan material yang dibutuhkan di gudang,
jika tersedia maka bagian produksi membuat dan menjalankan work order (proses produksi) lalu selesai produksi bagian gudang
barang jadi akan menerima barang jadi (finished
goods). Jika tidak tersedia, maka dilakukan proses permintaan bahan baku,
setelah tersedia maka proses work order
dijalankan lalu bagian gudang barang jadi akan menerima barang jadi (finished goods).
4.
Proses Bisnis
Revaluation Manufacturing
Pada tahap ini digambarkan
proses bisnis target atau usulan untuk proses revaluation manufacturing. Proses ini mengelola penambahan biaya
dan menyesuaikan biaya overhead
ketika proses produksi telah selesai.
Gambar 14
Proses Bisnis Usulan Revaluation Manufacturing
Langkah-langkah tahapan ini
dimulai dari bagian produksi membuat inventory
revaluation manufacturing, menentukan periode waktu produksi, menentukan manufacturing order sesuai periode yang terkait,
menentukan account journal,
menambahkan data produk, menentukan kategori cost yaitu overhead material,
labour, dan overhead time,
menentukan metode pembagian biaya revaluasi yaitu equal (biaya dihitung dengan dibagi rata sesuai dengan jumlah MO
yang direvaluasi), quantity (biaya
dihitung berdasarkan jumlah satuan produk), dan current cost (biaya dihitung berdasarkan harga produk).
Kemudian bagian akuntansi
menghitung cost revaluation manufacturing,
melakukan validasi nilai revaluasi disetujui atau ditolak, jika disetujui
bagian akuntansi menerbitkan entri jurnal.
Berdasarkan hasil penelitian dari perancangan sistem untuk Smart UKM yang telah dilakukan, terdapat kesimpulan bahwa hasil analisis menghasilkan rancangan Smart UKM yang mengintegrasikan antara bagian produksi, pengadaan, penjualan, dan akuntansi, dimulai ketika bagian penjualan membuat sales order yang menghasilkan manufacturing order untuk bagian produksi. Bagian gudang mengecek ketersediaan bahan baku, apabila material tidak tersedia bagian pengadaan membuat purchase order pada sistem. Setelah mendapatkan bahan baku, bagian produksi menjalankan proses produksi sesuai manufacturing order dan bagian akuntansi menghitung biaya produksi. Setelah produksi selesai, bagian akuntansi menghitung biaya overhead selama proses produksi
Rancangan blueprint sistem produksi mengintegrasikan modul manufacturing, sales and distribution, accounting, dan purchase untuk memudahkan dalam pelaporan produksi dan dapat dicetak sewaktu-waktu ketika diperlukan.
Amanullah, G., Darwiyanto, E., & Sardi, I. L.
(2020). Perancangan dan Implementasi Enterprise Resource Planning
(ERP) Modul Human Resource, Inventory,
dan Sales pada PT Global Insight Utama.
E-Proceedings of Engineering, 7(1), 2602-2613.
Astuti, M. & Nurdin, R. (2015). Analisa Seleksi Supplier Guna Meningkatkan Daya Saing UKM Kerajinan Bambu. Jurnal Teknologi, 8(2), 119-127.
Baskerville, R., Baiyere, A., Gregor,
S., dkk. (2018). Design Science Research Contributions: Finding a Balance
Between Artifact and Theory. Journal
of the Association for Information Systems, 19(5), 358-376. �https://doi.org/10.17705/1jais.00495 �
Brahmana, R. W. S., Mohammed,
F. A., & Chairuang, K. (2020). Customer Segmentation Based on RFM Model Using K-Means, K- Medoids,
and Dbscan Methods. Lontar Komputer Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi,
11(1), 32-43. https://doi.org/10.24843/LKJITI.2020.v11.i01.p04
Dewi, I. A., Darmawan, I., Witjaksono, R. W. (2015). Penerapan Sistem Manufacturing Pada UMKM Konveksi Rajutan Berbasis OpenERP dengan Metode Sure Step. E-Proceedings of Engineering, 2(2), 5462-5471,
Fauziah, I. S., Ridwan, A. Y., & Azizah, A. H. (2019). Pengembangan Sistem Green ERP Modul Production Berbasis Open ERP ODOO pada Industri Penyamakan Kulit Dengan Menggunakan Metode ASAP. E-Proceedings of Engineering, 6(2), 8094-8104.
Febriyana, K., Ridwan, A. Y., & Puspitasari, W. (2019). Perancangan Sistem Halal Modul Manufacturing Berbasis Enterprise Resource Planning Menggunakan ODOO pada Industri Kosmetik Dengan Metode SAP (Studi Kasus: CV Skin Solution Beauty Care Indonesia). E-Proceedings of Engineering, 6(2), 8337-8349.
Fransiska, V., Saedudin, R. R., & Witjaksono, R. W. (2016). Pengembangan Modul Manufacturing Berbasis ODOO Dengan Metode Accelerated SAP Pada Inglorious Industries. E-Proceedings of Engineering, 3(2) Page 3468-3475.
Hanaving, H., Budiyono, A., & Witjaksono, R. W. (2021). Implementasi Sistem ERP Proses Produksi pada Restoran di De Braga Hotel dengan Metode Rapid Application Development (RAD) Berbasis ODOO. E-Proceedings of Engineering, 8(5), 9295-9310.
Imanda, P., Zaman, A. N., & Saputra, H. H. (2018). Analisa Perencanaan Sistem Produksi pada Rumah Makan Stallo. Seminar dan Konferensi Nasional IDEC.
Jauhari, J. (2010). Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan Memanfaatkan E-Commerce. Jurnal Sistem Informasi, 2(1), 159-168.
Kuatno, R., Ridwan, A. Y., & Fajrillah, A. A. (2019). Perancangan Sistem Green ERP pada Modul Manufacturing Berbasis ODOO untuk Indsutri Garmen dengan Menggunakan Metode ASAP. E-Proceedings of Engineering, 6(2), 8286-8296.
Monk,
E., & Wagner, B. (2001). Concepts In Enterprise Resource
Planning. Boston: Cengage Learning.
O'leary, D. E. (2000). Enterprise Resource Planning Systems: Systems, Life Cycle, Electronic Commerce, and Risk. Cambridge: Cambridge University Press.
Paramitha, D. (2021).
Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP) Bagian Pengadaan
Bahan Baku, Produksi, dan Penjualan pada PT Sarang
Perak Indonesia. Research
Proposal.
Pradnya, D. (2021). Penerapan Enterprise Resource Planning (ERP) Produksi Dan Pengadaan Bahan Baku Pada Konveksi Bali Valentine Menggunakan Aplikasi Dolibarr Dan Metode Accelerated Sap. Research Proposal. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.14398.00326 �
Pratama, D. A., Atmaja, D. B., Reinhard,
H., dkk. (2019). Rancangan
Implementasi Enterprise Resource
Planning Berbasis Open Source Menggunakan Software Dolibarr pada Perusahaan PT Always Problem. Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti,
4(2), 99-108. Doi: https://doi.org/10.25105/pdk.v4i2.5223
Priatna, A., Ridwan, A. Y., & Saputra, M. (2019). Perancangan Sistem Green Accounting Menggunakan Aplikasi ODOO Dengan Metode Accelerated Sap (ASAP) Pada Industri Pengolahan Karet (Studi Kasus: CV.Inti Karet Bandung). E-Proceedings of Engineering, 6(2), 8275-8285.
Rispianda, R., Eryanti, F., &
Nugraha, C. (2014). Penerapan Sistem Open
Source Enterprise Resource
Planning Pada Perusahaan Elektronika. Reka Integra
Jurnal Itenas, 1(3), 285-296.
Tarigan, Z. J. H. (2005). Perancangan Penjualan dan Perencanaan Produksi yang Terintegrasi dengan Menerapkan Teknologi Enterprise Resource Planning (Studi Kasus pada Perusahaan Furniture, Consumer Good dan Elektronik). Jurnal Teknik Industri, 7(2), 138-144.
Zia, H.
(2020). Pengaturan Pengembangan
UMKM di Indonesia. Rio Law Jurnal, 1(1). http://doi.org/10.36355/rlj.v1i1.328
Zaman, A. K., &
Mu�alim, S. P. Implementasi System ERP
(Enterprise Resources Planning) Adempiere Bagian Produksi pada PT. X. Robust
Jurnal Teknik Industri.)
�
Jesica Elisabeth Sitorus, R. Wahjoe Witjaksono,
Muhardi Saputra (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |