Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 11, November 2024
INOVASI MODEL BISNIS DAN
PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI DALAM MENGADOPSI OMNICHANNEL (STUDI KASUS
INFORMA)
Muhammad
Agung Maulana1, Mohammad Isa Irawan2
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia1,2
Email: [email protected]1
Abstrak
Perkembangan
teknologi dan transformasi dalam transaksi barang dan jasa telah meningkatkan
persaingan industri retail furniture terutama di antara perusahaan dengan jenis
produk yang serupa. Meski PT Home Center Indonesia (Informa) telah mengalami
peningkatan jumlah anggota (member) yang signifikan pada tahun 2023, hal ini
belum diimbangi dengan pencapaian penjualan online yang optimal. Kontribusi
penjualan online masih rendah meskipun ada peningkatan dalam jumlah pelanggan.
Situasi ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih efektif dalam memanfaatkan
potensi digital. Penelitian ini menganalisis tingkat kesiapan teknologi di
Informa dalam menerapkan omnichannel menggunakan Business Model Canvas (BMC)
dan Technology Acceptance Model (TAM). Metode penelitian menggunakan SEM-PLS
dengan data primer dari kuesioner kepada operator IT dan konsumen Informa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan teknologi di Informa merupakan
faktor kunci dalam transformasi bisnis ini. Studi ini menyimpulkan bahwa
investasi Informa dalam infrastruktur digital dan penerimaan teknologi sangat
penting untuk meningkatkan kehadiran omnichannel serta menyarankan strategi
digital lebih lanjut untuk memaksimalkan jangkauan pasar dan keterlibatan
pelanggan.
Kata kunci: Kanvas model
bisnis, omnichannel, transformasi digital, tingkat kesiapterapan teknologi.
Abstract
The advancement
of technology and transformation in the transaction of goods and services have
intensified industry competition, especially among companies with similar
product types. Although PT Home Center Indonesia (Informa) experienced a
significant increase in membership in 2023, this has not been matched by
optimal online sales achievements. Online sales contributions remain low
despite the rise in customer numbers. This situation highlights the need for
more effective strategies to leverage digital potential. This study analyzes
the level of technological readiness at Informa in adopting omnichannel using
the Business Model Canvas (BMC) and Technology Acceptance Model (TAM). The
research method employs SEM-PLS and CFA with primary data from questionnaires
to IT operators and Informa consumers. The results indicate that technological
readiness at Informa is a key factor in this business transformation process. The
study concludes that Informa's investment in digital infrastructure and
technology acceptance is essential for enhancing its omnichannel presence and
suggests further strategies for digital optimization to maximize market reach
and engagement.
Keywords: Business model canvas, omnichannel,
digital transformation, technology readiness level.
Pendahuluan
Teknologi
informasi telah memasuki pasar umum dan tumbuh sebagai teknologi gelombang baru
(new wave technology) yang memungkinkan konektivitas dan inter-aktivitas
antara individu dan kelompok
Perkembangan
teknologi dan transformasi dalam transaksi barang dan jasa telah meningkatkan
persaingan industri terutama di antara perusahaan dengan jenis produk yang
serupa. Meski PT Home Center Indonesia (Informa) telah mengalami peningkatan
jumlah anggota (member) yang signifikan pada tahun 2023, hal ini belum
diimbangi dengan pencapaian penjualan online yang optimal. Kontribusi penjualan
online masih rendah meskipun ada peningkatan dalam jumlah pelanggan. Situasi
ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih efektif dalam memanfaatkan potensi
digital.
Transformasi
digital yang dilakukan sejak 2016 bertujuan untuk meningkatkan layanan dan
pengalaman pelanggan melalui aplikasi dan fitur daring. Namun, hasilnya belum
maksimal. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus
lebih inovatif dan responsif terhadap kebutuhan konsumen yang terus berubah.
Dengan demikian, strategi bisnis yang tepat sangat diperlukan untuk memastikan
pertumbuhan penjualan online sejalan dengan peningkatan jumlah anggota.
Penerapan strategi digital yang tepat dan evaluasi berkelanjutan terhadap model
bisnis adalah kunci untuk mencapai tujuan ini dan meningkatkan kontribusi
penjualan online.
Metode
transaksi konsumen yang semakin beragam menuntut para pemilik usaha untuk
menerapkan strategi demi kelangsungan usahanya dengan mengevaluasi model
bisnisnya agar sesuai dengan perkembangan
Tabel 1. Penjualan
Online Informa Tahun 2021-2023
Tahun |
Penjualan (Rp) |
2021 |
Rp. 2.423.666.447 |
2022 |
Rp. 2.438.799.418 |
2023 |
Rp. 2.449.216.838 |
Sumber: Informa
Online Tahun 2024
Berdasarkan
tabel diatas diketahui bahwa perkembangan penjualan online pada Informa
tahun 2021 sampai tahun 2023 mengalami peningkatan. Transformasi digital yang
dilakukan Informa telah menimbulkan tantangan baru bagi organisasi, bagaimana
mengelola aktivitas bisnis dan transaksi online, offline dan mobile
secara efektif dalam satu sistem yang terintegrasi. Setiap tantangan selalu
melahirkan suatu opsi terbaik, dalam hal ini sistem terintegrasi yang
direncanakan untuk diadopsi oleh Informa adalah omnichannel. Omnichannel
merupakan strategi manajemen pelanggan di seluruh siklus hubungan pelanggan, di
mana pembeli berinteraksi dengan merek melalui perangkat dan saluran yang
berbeda misalnya, toko fisik, online, seluler, dan media sosial
Tabel 2. Jumlah
Member Online Informa Tahun 2021-2023
Tahun |
Jumlah Member (orang) |
2021 |
126.430 |
2022 |
207.178 |
2023 |
340.881 |
Sumber: Informa Tahun
2024
Penetrasi toko ke
pelanggan pada awalnya hanya menggunakan satu saluran (singlechannel) seperti
toko fisik. Pelanggan dilayani dengan tatap muka oleh pengelola toko. Hubungan
pelanggan melalui satu saluran memiliki keunggulan hubungan personal yang kuat.
Dengan munculnya toko online, maka hubungan pelanggan juga bergeser menjadi
multichannel, dan omnichannel
Penerapan
omnichannel membutuhkan kesiapan baik infrastruktur maupun kultur
organisasi Informa. Kesiapan ini dikenal dengan istilah tingkat kesiapterapan
teknologi (technology readiness level) yang
selanjutnya disingkat dengan TKT adalah tingkat kondisi kematangan atau
kesiapterapan suatu hasil penelitian dan pengembangan teknologi tertentu yang
diukur secara sistematis dengan tujuan untuk dapat diadopsi oleh pengguna, baik
oleh pemerintah, industri maupun masyarakat
Untuk dapat
bersaing khususnya dalam dunia retil, hal yang dapat dilakukan oleh Informa
adalah dengan menggunakan strategi Business Model Canvas (BMC). Business
Model Canvas (BMC) adalah salah satu tools untuk membantu melihat lebih
akurat bagaimana usaha yang sedang dijalani saat ini. Dengan menggunakan Business
Model Canvas (BMC), perusahaan dapat melihat bisnis dari perspektif yang
besar namun tetap dapat melihat secara lengkap dan mendetail apa saja elemen -
elemen yang terkait dengan bisnis yang dijalani saat ini. Dengan mengevaluasi
satu demi satu elemen - elemen kunci akan menjadi lebih mudah menganalisis apa
saja yang kurang tepat, dan pada akhirnya dapat mengambil langkah untuk
mencapai tujuan bisnis yang berlangsung.
Beberapa hasil
penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya: penelitian yang
dilakukan oleh Permana
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan Business Model Canvas (BMC) dan Technology Acceptance Model (TAM)
untuk menganalisis tingkat kesiapan teknologi di Informa dalam menerapkan
omnichannel. Business
Model Canvas dapat digunakan untuk memberikan usulan rancangan model bisnis baru
sehingga dengan pendekatan business model canvas dapat dirumuskan desain transformasi model bisnis baru.
Desain transformasi model bisnis dilakukan dengan melakukan diskusi dengan area
manajer operasional Informa Jakarta. Analisis data yang dilakukan secara
kualitatif, data kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis BMC.
Metode TAM yang
digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif untuk
mendapatkan gambaran sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat, dan
fenomena yang ditemukan dengan cara mengumpulkan data-data yang sebenarnya,
kemudian disusun, diolah, dan dianalisis untuk memberikan gambaran mengenai
masalah yang ada. pengukuran kesiapan dilakukan di awal sebelum perusahaan mengadopsi suatu
inovasi baru (omnichannel) dengan tujuan untuk menangkap titik awal dan
memungkinkan perusahaan untuk menginisiasi pengembangan proses. Pengukuran kesiapan mengukur individu atau
organisasi apakah individu atau organisasi tersebut memiliki pengetahuan yang
cukup dan memiliki kemampuan terkait sumber daya yang diperlukan untuk memulai
suatu proses
Metode penelitian
adalah kuantitatif dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) –
Partial Least Square (PLS). Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang
didistribusikan kepada operator IT di Informa dan konsumen Informa sebagai
calon pengguna omnichannel. Populasi dalam penelitian ini adalah operator IT di
Informa dan konsumen Informa sebagai calon pengguna omnichannel. Teknik
purposive sampling digunakan dengan kriteria para karyawan Informa yang pernah
menggunakan aplikasi seluler Informa, sehingga penelitian
adalah sebanyak 60 orang.
Hasil dan Pembahasan
Business
Model Canva Informa
Berdasarkan
hasil penelitian dan melakukan interview terhadap lima manajer yang
menangani proyek Informa cabang Kelapa Gading, maka hasilnya yaitu narasumber
menjelaskan model bisnis Informas saat ini, mencakup (1) Customer Segment;
(2) Value Propositions; (3) Channel; (4) Customer Relationship;
(5) Revenue Streams; (6) Key Activities; (7) Key Partnerships;
(8) Key Resources; (9) Cost Structure.
Gambar 1. Kanvas Model Bisnis Informa
Analisis TAM
Pengujian Model Struktural (Inner
Model)
Evaluasi
inner model merupakan analisa hasil
hubungan antar konstruk. Estimasi hubungan antar konstruk dapat dilihat sebagai
berikut.
-
Variabel laten Actual
System Use (ATU) dipengaruhi
oleh variabel laten Perceived Ease to Use (PEU), Perceived Usefulness
(PU), dan Acceptance of IT (AIT).
Selanjutnya,
berdasarkan hasil pengujian dengan SmartPLS 3.0, diperoleh hasil R Square
sebagai berikut.
Pengaruh |
R Square |
Kuat Hubungan |
Actual System Use (ATU) |
0,771 |
Kuat |
Sumber: Pengolahan
Data (2023)
Ghozali
Dari hasil tabel di atas dapat
dilihat R-Square untuk variabel Actual System Use (ATU) sebesar
0,771 yang berarti bahwa Perceived Ease to Use (PEU), Perceived
Usefulness (PU), dan Acceptance of IT (AIT) memberikan kontribusi
pengaruh sebesar 0,771 atau 77,1% terhadap Actual System Use (ATU)
dengan kategori kuat. Sedangkan sisanya sebesar 22,9% merupakan pengaruh dari
faktor lain yang tidak diamati.
F Square
Selanjutnya
adalah melihat nilai F Square.
Dalam buku Ghozali dan Latan (2015:81) dijelaskan bahwa F Square digunakan untuk melihat pengaruh prediktor variabel laten
pada level struktural. Nilai F Square sebesar 0.02 menunjukkan rating
kecil, Effect Size 0.15 menunjukkan rating menengah dan Effect Size 0.35
menunjukkan rating besar. Berdasarkan hasil pengujian dengan SmartPLS
3.0, diperoleh hasil F Square sebagai berikut.
Pengaruh |
Effect Size |
Rating |
Perceived Ease to Use (PEU) --> Actual
System Use (ATU) |
1,063 |
Besar |
Perceived Usefulness (PU) --> Actual
System Use (ATU) |
0,529 |
Besar |
Acceptance of IT (AIT) --> Actual
System Use (ATU) |
0,332 |
Besar |
Sumber: Pengolahan
Data (2023)
Berdasarkan tabel di atas
dapat diketahui menunjukkan pengaruh
prediktor variabel laten pada level structural. Variabel Perceived
Ease to Use (PEU), Perceived Usefulness (PU), dan Acceptance of
IT (AIT) memiliki pengaruh dengan kategori besar dalam mempengaruhi Actual
System Use (ATU).
Goodness of Fit (GoF)
Hasil
pengujian goodness of fit didapat
dari akar kuadrat hasil perkalian rata-rata Average
Variance Extracted dan rata-rata R-squares.
Menurut Tenenhau (2004) dalam Hussein (2015),
nilai GoF small = 0,1; GoF medium = 0,25; dan GoF big = 0,38. Berarti Goodness of Fit-nya termasuk besar.
Berikut disajikan hasil perhitungan nilai
Goodness of Fit dengan rumus sebagai berikut:
Tabel 5.
Rata-rata Nilai Average Variance Extracted
Laten |
AVE |
Perceived Ease to Use (PEU) |
0,937 |
Perceived Usefulness (PU) |
0,760 |
Acceptance of IT (AIT) |
0,874 |
Actual System Use (ATU) |
0,690 |
Rata-rata |
0,815 |
Tabel 6.
Rata-rata Nilai R Square
Laten |
R Square |
Actual System Use (ATU) |
0,771 |
GoF =
GoF =
GoF = 0,793
Dari hasil perhitungan goodness of fit di atas diperoleh nilai
sebesar 0,793, sehingga dapat disimpulkan bahwa model memiliki goodness of fit yang besar dan semakin
besar nilai goodness of fit maka
semakin sesuai menggambarkan sampel dalam penelitian.
Pengujian Hipotesis
Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan nilai path
coefficient, t-value, dan p-value. Untuk menilai signifikansi
dan prediksi dalam pengujian hipotesis dapat dilihat dari nilai path
coefficient dan t-value
Tabel 7. Nilai
T-tabel
One tailed |
Two tailed |
|
t-tabel |
1.64 |
1.96 |
Sumber: Pengolahan
Data (2023)
Kriteria
Pengujian:
1.
Jika nilai t-statistik > t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
2.
Jika nilai t-statistik < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Dari hasil perhitungan
menggunakan smartPLS, maka didapat besaran nilai signifikansi t-hitung
pada gambar di bawah yang menyatakan besarnya nilai signifikansi antar variabel
yang diuji, yang disajikan dalam bentuk anak panah. Nilai t-hitung pada gambar
menyatakan besarnya nilai signifikansi antar variabel. Besarnya nilai
signifikansi antar variabel yang diuji disajikan dalam bentuk nilai yang
terdapat pada anak panah yang menghubungkan satu dari variabel ke variabel yang
menjadi tujuan.
Gambar 2. Nilai
Signifikansi (t-value)
Gambar hasil perhitungan di atas jika diringkas
dalam bentuk tabel dapat ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil
nilai koefisien jalur dan t-hitung
Pengaruh |
Koefisien Jalur |
T Statistics |
P Values |
PEU ATU |
0,598 |
8,659 |
0,000 |
PU ATU |
0,348 |
3,949 |
0,000 |
AIT ATU |
0,329 |
4,329 |
0,000 |
Sumber: Pengolahan
Data (2023)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian kesimpulan yang dapat diambil adalah; (1) Tingkat kesiapan teknologi
di Informa dalam penerapan omnichannel dibuktikan dengan variabel Perceived
Ease to Use (PEU), Perceived Usefulness (PU), Acceptance of IT (AIT) dengan
Actual System Use (ATU). Pengaruh antara Perceived Ease to Use (PEU) dengan
Actual System Use (ATU) adalah signifikan dengan nilai T-statistik
sebesar 8,659. Pengaruh antara Perceived Usefulness (PU) dengan
Actual System Use (ATU) adalah signifikan pada dengan nilai T-statistik
sebesar 3,949. Pengaruh antara Acceptance of IT (AIT) dengan
Actual System Use (ATU) adalah signifikan dengan nilai
T-statistik sebesar 4,329. Ketiga pengaruh memiliki nilai p-value lebih
kecil dari alpha 5% (0,000 < 0,05). (2) Proses bisnis Informa
menggunakan metode Business Model Canvas terdiri dari (1) Customer
Segment; (2) Value Propositions; (3) Channel; (4) Customer
Relationship; (5) Revenue Streams; (6) Key Activities; (7) Key
Partnerships; (8) Key Resources; (9) Cost Structure. Dan (3) Pengitegrasian
berbagai aktivitas bisnis dan pertukaran informasi ke dalam 1 (satu) platform
didapatkan dengan menggunakan metode Technology Acceptance Model
BIBLIOGRAFI
Abdillah, W., & Jogiyanto. (2015). Partial Least
Square (PLS) Alternatif Structural Equation Modelling (SEM) Dalam Penelitian
Bisnis. Penerbit: CV Andi Offset (Penerbit Andi). In Yogyakarta: Penerbit
Andi (Vol. 22).
Annisa, R., Setiawati, L., & Senalasari, W. (2021). Analisis Niat Beli Konsumen Terhadap Berbelanja Omnichannel Pada Industri Food and Beverages. 4–5.
Asro, Istiharoh, I., & Kania, D. (2023). Strategi Pengembangan Bisnis Laundry Berbasis Online. Prosiding Seminar Nasional Batch 2, June.
Basuki, C. (2023). Business Model Canvas and SWOT Analysis as a Development Strategy Frozen Food Culinary Industry. Article in Journal of Business Management and Social Studies, 3(3), 131–145. https://doi.org/10.53748/jbms.v3i3.60
Boedianto, L. P., & Harjanti, D. (2015). Strategi Pengembangan Bisnis Pada Depot Selaris Dengan Pendekatan Business Model Canvas. Agora, 3(2).
Ghozali, I. (2018). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 25.
Hartini, S., & Hidayati, S. N. (2021). Pengaruh Webrooming terhadap Confident, Smart Shopping Feeling, User-generated Content, dan Search Process Satisfaction. Jurnal Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, Dan Entrepreneurship, 11(1). https://doi.org/10.30588/jmp.v11i1.881
Heliyani, H. (2023). Kajian Instrumen Pemasaran Usaha Kecil Menengah. CV Widina Media Utama.
János Viharos, Z., Soós, S., Nick, G., Várgedő, T., & Beregi, R. (2017). Non-comparative, Industry 4.0 Readiness Evaluation for Manufacturing Enterprises.
Kotler, M., Cao, T., Wang, S., & Qiao, C. (2017). Marketing Strategy in the Digital Age.
Maftahah, R., Wijayantini, B., Wahyu, D., & Setianingsih, E. (2022). Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Dengan Pendekatan Business Model Canvas (BMC). 11(2), 300–310. http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/INOVATOR/index
Permana, A. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Sistem Pengapian Berbasis Komputer Untuk Pembelajaran Di SMK Ma’arif Salam Magelang. In Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Permenristekdikti 42. (2016). Permen Ristekdikti Tentang Pengukurandan Penetapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi.
Sabrina, A., & Nuraeni, S. (2022). Perkembangan Pemanfaatan Teknologi E-Commerce dalam Sistem Jual-Beli Islam. Jurnal Studi Islam Dan Mu’amalah, 10(1).
Suwarni, E., & Handayani, M. A. (2021). Strategi Pengembangan Bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah Keripik Pisang Dengan Pendekatan Business Model Kanvas. MBIA, 19(3). https://doi.org/10.33557/mbia.v19i3.1177
Wirapraja, A., & Aribowo, H. (2018). Pemanfaatan E-Commerce Sebagai Solusi Inovasi Dalam Menjaga Sustainability Bisnis. Teknika, 7(1). https://doi.org/10.34148/teknika.v7i1.86
Copyright holder: Muhammad Agung Maulana, Mohammad Isa Irawan (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |