Syntax
Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia�
p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No.
10, Oktober 2022
FORMULASI DAN
KARAKTERISASI KALDU BUBUK DARI HASIL SAMPING INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN TUNA (Thunnus.sp)
Wahyuti Yabudi, Nikmawatisusanti Yusuf, Fernandy M
Djailani
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Kaldu
bubuk merupakan bahan tambahan makanan yang didapatkan dari perebusan daging
atau lebih dikenal sebagai bumbu penyedap. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui proses pembuatan kaldu bubuk dari hasil samping industri pengolahan
ikan tuna serta menganalisa formulasi dan mengkarakterisasi kaldu bubuk ikan
tuna secara hedonik dan proksimat. Metode penelitian yang digunakan yaitu experimental laboratories menggunakan
pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan ulangan sebanyak 2 kali dengan perlakuan
penggunaan daging hasil samping tuna yaitu formula KB0 tanpa penambahan ikan,
KB1 penambahan 500 gr ikan, KB2 penambahan 600 gr ikan, KB3 penambahan 700 gr
ikan dalam 1 liter air. Parameter uji yang digunakan uji proksimat, uji hedonik
dan uji asam amino. Data parametrik dianalisis menggunakan ANOVA dan uji lanjut
Duncan. Data nonparametrik dianalisis
menggunakan Kruscal-Wallis dan uji
lanjut Duncan. Hasil uji proksimat
kaldu bubuk menunjukkan kadar air (1.33% - 2.24%), abu (0.82% - 1.69%), protein
(2.70% - 8.44%), lemak (0.65% - 2.68%), karbohidrat (85.68% - 93.62%), dan asam
amino (5.33 - 6.31 mg/kg) dengan kadar asam glutamat 1.20 mg/kg tertinggi pada
KB3. Hasil uji organoleptik kaldu bubuk menunjukkan kenampakan (6.92 - 7.58),
aroma (6.46 - 7.23), warna (7.12 - 7.50), rasa (6.50 - 6.90), dan tekstur (6.96
- 7.85) dengan nilai tertinggi pada KB1 (kenampakan dan warna), KB0 (aroma),
dan KB3 (rasa dan tekstur).
Kata kunci: Ikan
tuna, kaldu bubuk, organoleptik, proksimat.
Abstract
Powdered broth is a food additive obtained from boiling meat or better known as seasoning. The purpose of this study is to determine the process of making powdered broth from the by-products of the tuna processing industry and analyze the formulation and characterize tuna powder broth hedonically and proximately. The research method used was experimental laboratories using the Complete Randomized Design (RAL) pattern and repeated 2 times with the treatment of tuna by-product meat, namely the KB0 formula without the addition of fish, KB1 adding 500 grams of fish, KB2 adding 600 grams of fish, KB3 adding 700 grams of fish in 1 liter of water.Parameter uji yang digunakan uji proksimat, uji hedonik dan uji asam amino. Data parametrik dianalisis menggunakan ANOVA dan uji lanjut Duncan. Data nonparametrik dianalisis menggunakan Kruscal-Wallis dan uji lanjut Duncan. Hasil uji proksimat kaldu bubuk menunjukkan kadar air (1.33% - 2.24%), abu (0.82% - 1.69%), protein (2.70% - 8.44%), lemak (0.65% - 2.68%), karbohidrat (85.68% - 93.62%), dan asam amino (5.33 - 6.31 mg/kg) dengan kadar asam glutamat 1.20 mg/kg tertinggi pada KB3. Hasil uji organoleptik kaldu bubuk menunjukkan kenampakan (6.92 - 7.58), aroma (6.46 - 7.23), warna (7.12 - 7.50), rasa (6.50 - 6.90), dan tekstur (6.96 - 7.85) dengan nilai tertinggi pada KB1 (kenampakan dan warna), KB0 (aroma), dan KB3 (rasa dan tekstur).
Keywords: Tuna, stock powder, organoleptic,
proximate.
Pendahuluan
Ikan tuna (Thunnus.sp) merupakan salah satu hasil perikanan yang memiliki
potensi besar baik pada sektor penangkapan maupun industri pengolahan.
Ikan tuna (Thunnus.sp) memiliki
kandungan� protein, lemak, dan asam lemak
omega-3 yang tinggi dan mempunyai rasa yang lezat (Prayudi et al., 2019). Onyia dkk., (2014) menyatakan bahwa
ikan mengandung sebagian besar asam amino esensial penting khususnya lisin,
metionin, dan triptofan yang kurang dalam protein nabati.
Meningkatnya permintaan dan konsumsi ikan
tuna (Thunnus.sp) baik di dalam
maupun di luar negeri selain berdampak positif untuk perekonomian juga memiliki
dampak negatif diantaranya adalah peningkatan limbah yang tidak termanfaatkan.
Limbah ikan di Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal (Hapsari & Welasi, 2013). Upaya
pemanfaatan limbah industri pengolahan ikan tuna dapat dilakukan dengan
diversifikasi produk, salah satunya adalah kaldu bubuk sebagai penyedap rasa
alami atau bahan tambahan makanan.
Penyedap rasa merupakan salah satu bahan
tambahan (zat aditif) yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat dalam pengolahan
pangan untuk meningkatkan cita rasa dan digunakan secara instan supaya masakan
menjadi lebih lezat dengan takaran bumbu yang sedikit. Makanan yang tidak
menggunakan penyedap dinilai memiliki kekurangan dalam hal rasa dan kepuasan.
Nofiawaty dan Fitrianto (2020), menyatakan
berbagai bentuk penyedap beredar dipasaran, namun jika dikonsumsi terus menerus
dapat membahayakan kesehatan karena banyak bumbu penyedap yang menggunakan bahan-bahan
kimia yang berbahaya seperti penguat rasa, pewarna, dan bahan pengawet.
Mengkonsumsi bumbu penyedap rasa
buatan� secara berlebihan dapat
menyebabkan efek tidak baik pada kesehatan. Untuk itu bumbu penyedap ikan
tuna� yang mengandung beberapa asam amino
seperti asam amino glutamat yang dapat memberikan cita rasa gurih dapat
dijadikan sebagai alternatif untuk menciptakan bahan tambahan makanan alami
dalam bentuk bubuk sehingga aman dikonsumsi juga sebagai bentuk diversifikasi
produk. Kaldu bubuk merupakan salah satu produk yang telah dikenal sebagai
bahan tambahan makanan yang didapatkan dari perebusan daging atau lebih dikenal
sebagai bumbu penyedap (Karomah et al., 2021).
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui proses pembuatan kaldu bubuk dari hasil samping industri
pengolahan ikan tuna serta menganalisa formulasi dan mengkarakterisasi kaldu
bubuk ikan tuna secara hedonik dan proksimat.
Metodologi Penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pembuatan kaldu
bubuk adalah pisau, panci, wadah, timbangan analitik, oven, blender, ayakan
(saringan), dan sendok. Alat uji organoleptik yaitu score sheet hedonik. Alat untuk pengujian proksimat yaitu oven,
cawan, desikator, thermometer, timbangan digital, tang penjepit, cawan porselin,
tungku pengabuan atau tanur, jam, tang penjepit, desikator, hot plate atau pemanas listrik, pipet,
timbangan digital, kertas, labu destruksi, batu didih, ruang asam, jam,
erlenmeyer, destilator uap, pipet, dan gelas ukur. �Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
kaldu bubuk yaitu olahan hasil samping ikan tuna (Thunnus.sp) (kulit dan daging merah), bawang merah, bawang putih,
garam, lada, gula, dan tepung maizena. Bahan pada pengujian mutu kimia yaitu sampel kaldu bubuk, aquades, tablet
katalis, H2SO4 pekat, H2O2, H3BO4,
indikator (campuran metal merah dan metilen biru), NaOH, Na2S2O3,
dan HCL.
Desain
Penelitian
Penelitian ini menggunakan prosedur
experimental laboratories dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan ulangan sebanyak 2 kali. Perlakuan yang dilakukan yaitu perbedaan
jumlah ikan disetiap formulasi, formula KB0 sebagai kontrol (kaldu bubuk tanpa
ikan); KB1 (kaldu bubuk dengan 500 gram ikan tuna); KB2 (kaldu bubuk dengan 600
gram ikan tuna); KB3 (kaldu bubuk dengan 700 gram ikan tuna).
Tabel
1
Formula
kaldu bubuk dalam 1 liter air pada penelitian utama
Bahan-bahan |
Formula |
|||
KB0 (kontrol) |
KB1 |
KB2 |
KB3 |
|
Daging
ikan tuna Bawang
merah Bawang
putih Lada Garam Gula Tepung
maizena |
0
gr 50
gr 100
gr 5
gr 10
gr 5
gr 35
gr |
500
gr 50
gr 100
gr 5
gr 10
gr 5
gr 35
gr |
600
gr 50
gr 100
gr 5
gr 10
gr 5
gr 35
gr |
700
gr 50
gr 100
gr 5
gr 10
gr 5
gr 35
gr |
Keterangan
: KB (Kaldu bubuk)
Pembuatan
Kaldu Bubuk
Pembuatan kaldu
bubuk pada penelitian ini mengacu pada Tamaya �dkk., (2020) yang menggunakan bahan baku ikan bawal, ikan kurisi
dan ikan lukas. Bahan baku dan rempah-rempah dibersihkan
dengan air mengalir, ditiriskan, dan ditempatkan pada wadah yang berbeda.
Letakkan daging merah dan kulit dalam panci yang berbeda serta tambahkan 1
liter air dan rempah-rempah (bawang merah dan bawang putih yang telah
dihaluskan, garam, lada dan gula). Dilanjutkan dengan perebusan daging merah
dan kulit ikan tuna dengan perbandingan 1: 2 (1 liter air : 500 gr ikan) selama
45 menit dengan suhu 70�C. Air rebusan disaring dan tambahkan tepung maizena
sebanyak 35 gram. Kemudian panaskan kaldu selama 3 menit dengan suhu 700C.
Setelah itu letakkan pada wadah dan ratakan tipis-tipis, kemudian oven dengan
suhu 70�C selama 24 jam. Setelah adonan kering dan krispi haluskan adonan
menggunakan blender dan diayak dengan ayakan 80 mesh setelah itu kaldu bubuk
siap digunakan.
Analisis
Data
Analisis data parametrik yaitu
pengujian kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat (by Different) dan rendemen. Analisis
data parametrik yang digunakan yaitu ANOVA dan uji lanjut Duncan dengan taraf
kepercayaan 95%. Pengujian organoleptik hedonik dilakukan berdasarkan pada score sheet hedonik. Data berupa hasil
penilaian panelis yang diperoleh dari uji organoleptik hedonik dianalisis
dengan menggunakan statistik non parametrik dengan metode uji Kruscal-Wallis dan uji lanjut Duncan
dengan taraf kepercayaan 95%. Pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Statistical Package For Social Science Serie 22/24 (SPSS) pada laptop/computer.
Hasil
dan Pembahasan �������
Rendemen merupakan persentase perbandingan
dari jumlah produk yang dihasilkan dari bahan yang dapat dimanfaatkan. Menurut
Annisa dkk., (2017), nilai rendemen
dapat menggambarkan nilai ekonomis suatu bahan. Semakin tinggi nilai rendemen,
maka semakin tinggi nilai ekonomisnya karena semakin tinggi jumlah yang dapat
dimanfaatkan dari bahan tersebut.
Tabel
2
Rendemen
kaldu bubuk
�No |
Proses Pengolahan |
|
Rendemen (gr) |
||
KB0 |
KB1 |
KB2 |
KB3 |
||
1 |
Ikan
|
- |
500 |
600 |
700 |
2 |
Perebusan
dengan 1L air |
1000 |
1000 |
1000 |
1000 |
3 |
Penambahan
bumbu |
205 |
205 |
205 |
205 |
4 |
Penyaringan
filtrat |
228 |
343 |
358 |
424 |
5 |
Pengovenan
|
222 |
310 |
380 |
437 |
6 |
Penghalusan
dan pengayakan |
50 |
52 |
61 |
63 |
Hasil
akhir rendemen |
5% |
5.2
% |
6.1
% |
6.3% |
Karakteristik Organoleptik Kaldu
Bubuk Ikan Tuna (Thunnus.sp)
Kenampakan dalam penilaian hedonik
termasuk ke dalam penilaian utama dikarenakan kenampakan dapat menentukan
karakteristik suatu produk penyedap rasa dilihat dari warna, kebersihan, bentuk
dan ukuran serbuk penyedap rasa (Tamaya et al., 2020).
Hasil
organoleptik pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai kenampakan kaldu bubuk ikan
tuna tertinggi pada formula KB3 dengan kriteria sangat suka, dan nilai organoleptik
terendah pada formula KB1 dengan kriteria suka. Hasil uji Kruscal-Wallis menunjukan kenampakan kaldu bubuk ikan tuna tidak berpengaruh
nyata (p>0,05) terhadap kenampakan kaldu bubuk ikan tuna. Hasil uji Duncan
menunjukan bahwa kenampakan pada semua formula tidak berbeda nyata.
Semakin banyak penggunaan ikan maka nilai
kesukaan terhadap kenampakan kaldu bubuk menurun.. Perbedaan kenampakan ini
dikarenakan pada proses pengovenan dapat menyebabkan reaksi pencoklatan dari
maltodekstrin dan asam amino yang terkandung dalam formulasi penyedap rasa,
sehingga perlakuan kontrol memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan
perlakuan dengan air rebusan ikan (Tamaya et al., 2020).��
Aroma memiliki daya tarik tersendiri untuk
menggugah selera dan menentukan rasa enak dari produk makanan itu sendiri.
Penentuan kualitas mutu suatu produk pada parameter aroma tidak hanya
ditentukan oleh satu komponen, tetapi merupakan perpaduan dari bahan-bahan
pembuatnya (Ondang et al., 2022). �
Hasil
organoleptik pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai aroma kaldu bubuk ikan tuna
tertinggi pada formula KB0 dengan kriteria suka, dan nilai organoleptik
terendah pada formula KB2 dengan kriteria agak suka. Hasil uji Kruscal-Wallis menunjukan kenampakan
kaldu bubuk ikan tuna berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap aroma kaldu bubuk
ikan tuna. Hasil uji Duncan menunjukan aroma kaldu bubuk pada
formula KB0 berbeda tidak nyata dengan KB1 dan KB3, sedangkan formula KB2
berbeda tidak nyata dengan KB1 dan KB3 dan antar formula lainnya berbeda nyata.
Formula dengan tidak menggunakan ikan (kontrol)
lebih disukai panelis.� Hal ini diduga
karena aroma khas ikan yang intensitasnya lebih kuat justru kurang disukai
panelis. Selain itu diduga adanya pengaruh dari reaksi maillard yang juga dapat
membentuk aroma yang tidak dikehendaki. Malichati dan Adi (2018) juga menambahkan,
penurunan kesukaan panelis terhadap aroma diduga juga dipengaruhi oleh
pemanasan pada saat pengeringan yang menyebabkan denaturasi protein sehingga senyawa
inorganic seperti zat besi terlepas dan mengambil electron dari senyawa lain
seperti asam lemak, yang jika teroksidasi menimbulkan aroma anyir dan menyengat.
Tabel 3
Hasil Organoleptik Hedonik Kaldu Bubuk Ikan Tuna
Formula |
Parameter
yang diuji |
||||
Kenampakan |
Aroma |
Warna |
Rasa |
Tekstur |
|
KB0 |
7.42 � 0.90a |
7.23 � 1.42b |
7.35 � 1.20a |
6.50 � 1.48a |
7.27 � 1.28ab |
KB1 |
7.58 � 1.27a |
6.73 � 1.12ab |
7.50 � 1.42a |
6.65 � 1.55a |
7.85 � 0.97a |
KB2 |
7.00 � 1.44a |
6.46 � 1.48a |
7.12 � 1.03a |
6.85 � 1.12a |
7.15 � 0.88ab |
KB3 |
6.92 � 1.49a |
6.77� 1.07ab |
7.19 � 1.47a |
6.90 � 1.41a |
6.96 � 1.61b |
Keterangan
:
-
Data � standar deviasi
-
Superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
taraf 5%
Warna merupakan salah satu parameter
sensori yang dapat dilihat langsung oleh panelis. Penentuan mutu bahan makanan
umumnya bergantung pada warna yang dimilikinya. Warna yang tidak menyimpang
dari warna yang seharusnya akan memberi kesan penilaian tersendiri oleh panelis
(Negara et al., 2016).
Hasil
organoleptik pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai warna kaldu bubuk ikan tuna
tertinggi pada formula KB1 dengan kriteria suka, dan nilai organoleptik
terendah pada formula KB2 dengan kriteria suka. Hasil uji Kruscal-Wallis menunjukkan bahwa kaldu
bubuk ikan tuna tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap warna kaldu bubuk.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa warna kaldu bubuk pada semua formula tidak
berbeda nyata.
Warna kaldu bubuk yang
dihasilkan yaitu berwarna kuning muda sampai kecoklatan. Semakin banyak
penggunaan ikan maka warna yang dihasilkan semakin berwarna gelap atau
kecoklatan dan semakin rendah nilai kesukaan warna kaldu bubuk. Malichati dan
Adi (2018) menyatakan bahwa perubahan warna
menjadi kecoklatan dipengaruhi oleh terbentuknya pigmen coklat pada reaksi
maillard yang terjadi saat proses pengeringan filtrat kaldu menjadi bubuk
instan. Reaksi maillard terbentuk karena terdapat reaksi kimia antara asam
amino bebas dari protein dengan gugus gula pereduksi sehingga pada prosesnya
terbentuk pigmen.
Rasa terbentuk dari sensasi yang berasal
dari perpaduan bahanpembentuk dan komposisinya pada suatu produk makanan yang
ditangkap oleh indera pengecap serta merupakan salah satu pendukung cita rasa
yang mendukung mutu suatu produk (Pardede et al., 2020).
Hasil
organoleptik pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai rasa kaldu bubuk ikan tuna
tertinggi pada formula KB3 dengan kriteria suka, dan nilai organoleptik
terendah pada formula KB0 dengan kriteria suka. Hasil uji Kruscal-Wallis menunjukkan bahwa kaldu
bubuk ikan tuna tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap rasa kaldu bubuk.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa rasa kaldu bubuk pada semua formula tidak
berbeda nyata.
Hasil
diatas menunjukkan bahwa kaldu bubuk dengan penggunaan ikan paling banyak lebih
disukai. Hal ini diduga karena formula KB3
memiliki jumlah asam amino tertinggi seperti asam glutamat yang dapat
memberikan rasa gurih terhadap kaldu bubuk. Rasa gurih pada kaldu bubuk
dipengaruhi oleh tambahan rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih,
gula, garam dan lada yang memberikan citarasa khas dari kaldu ikan tuna.
Tekstur
Tekstur merupakan salah satu faktor yang
menentukan penerimaan suatu produk. Penilaian tekstur bertujuan untuk
mengetahui penerimaan panelis terhadap tingkat elastisitas atau kekenyalan
suatu produk yang dapat dinilai menggunakan indera peraba, yaitu lewat rangsang
sentuhan (Pardede et al., 2020).
�Hasil organoleptik pada Tabel 3 menunjukan
bahwa nilai rasa kaldu bubuk ikan tuna tertinggi pada formula KB3 dengan
kriteria suka, dan nilai organoleptik terendah pada formula KB0 dengan kriteria
suka. Hasil
uji Kruscal-Wallis menunjukkan bahwa
kaldu bubuk ikan tuna berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap tekstur kaldu
bubuk. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa tekstur kaldu bubuk pada formula KB1
berbeda tidak nyata dengan KB0 dan KB2,�
formula KB3 berbeda tidak nyata dengan KB2 dan KB0 sedangkan KB1 berbeda
nyata dengan KB3.
Karakteristik
Kimia Kaldu Bubuk Tuna (Thunnus.sp)
Kadar Air
Perhitungan kadar air bertujuan untuk
mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di
dalam bahan. Terutama ikan merupakan bahan baku pangan yang memiliki kandungan
air cukup banyak (Novianti, 2020). Histogram
rata-rata nilai kadar air kaldu bubuk ikan tuna dapat dilihat pada gambar
dibawah.
Gambar
1
Histogram kadar air kaldu bubuk ikan tuna
Keterangan
:��� KB0 = Kontrol (kaldu bubuk tanpa
ikan)
KB1 = Kaldu bubuk dengan 500 gram ikan
tuna
KB2 = Kaldu bubuk dengan 600 gram ikan
tuna
KB3 = Kaldu bubuk dengan 700 gram ikan
tuna
Berdasarkan histogram kadar air pada kaldu
bubuk berada pada interval nilai 1.33% � 2.24%. Hasil uji ANOVA menunjukkan
bahwa kadar air kaldu bubuk ikan tuna berpengaruh nyata (p<0.05). Hasil uji
Duncan menunjukkan bahwa kadar air
pada formula KB0 berbeda tidak nyata dengan KB1 dan KB3 tetapi berbeda nyata
dengan� KB2, formula KB2 berbeda tidak
nyata dengan KB3 dan antar formula lainnya berbeda nyata.
Hasil diatas (Gambar 1) menunjukkan kadar
air kaldu bubuk berbeda-beda dimana semakin sedikit penambahan ikan semakin
tinggi kadar air. Hal ini dikarenakan penambahan jumlah� ikan yang berbeda. Jika dibandingkan dengan
standar penyedap rasa menurut� SNI
01-4273-1996 kadar air kaldu bubuk pada penelitian ini sudah memenuhi standar
(maksimal 4%). Peningkatan kadar air ini diduga disebabkan difusi air pada
kaldu bubuk. Difusi air adalah suatu proses transfer molekul dari area yang
berkonsentrasi tinggi menuju ke area yang berkonsentrasi rendah, sehingga air
akan terabsorpsi dalam adonan kaldu bubuk. Bahan pengisi yang digunakan adalah
tepung maizena, hal ini memungkinkan air dari kaldu yang konsentrasinya jauh
lebih tinggi untuk menyebar mengisi ruang-ruang tepung.
Kadar Abu
Abu merupakan residu yang tertinggal
setelah suatu bahan dibakar sampai bebas karbon. Residu ini merupakan� mineral yang berasal dari komponen-komponen
organik bahan pangan. Semakin tinggi kadar abu dari suatu bahan pangan menunjukkan
tingginya kadar mineral dari bahan tersebut (Putri & Dyna, 2019). Histogram
rata-rata nilai kadar abu kaldu bubuk ikan tuna dapat dilihat pada gambar
dibawah.
Gambar
2
Histogram kadar abu kaldu bubuk ikan tuna
Keterangan
:��� KB0 = Kontrol (kaldu bubuk tanpa
ikan)
KB1 = Kaldu bubuk dengan 500 gram
ikan tuna
KB2 = Kaldu bubuk dengan 600 gram
ikan tuna
KB3 = Kaldu bubuk dengan 700 gram
ikan tuna
����������� Berdasarkan
histogram kadar abu pada kaldu bubuk berada pada interval nilai 0.82% � 1.69%.
Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa kadar abu kaldu bubuk ikan tuna berpengaruh
nyata (p<0.05). Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kadar abu pada formula KB0 berbeda tidak nyata dengan KB3, sedangkan
formula KB2 berbeda tidak nyata dengan KB1 dan antar formula lainnya berbeda
nyata. Menurut Mustafa dan Elliyana (2020), kadar abu
memiliki hubungan yang erat terhadap mineral yang terkandung di dalam bahan
pangan. Menurut Nurwin dkk., (2019), kadar abu
tersusun oleh berbagai jenis mineral dengan komposisi yang beragam tergantung
pada jenis dan sumber bahan pangan.
Kadar
Protein
Protein merupakan bahan pembangun dan pengatur dalamtubuh. Zat protein selalu
ada didalam tubuh untuk membentuk jaringan baru dan memelihara jaringan yang
sudah ada (Setyawati et
al., 2021). Histogram rata-rata nilai
kadar abu kaldu bubuk ikan tuna dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar
3
Histogram kadar protein kaldu bubuk ikan tuna
Keterangan
:��� KB0 = Kontrol (kaldu bubuk tanpa
ikan)
KB1 = Kaldu bubuk dengan 500 gram
ikan tuna
KB2 = Kaldu bubuk dengan 600 gram
ikan tuna
KB3 = Kaldu bubuk dengan 700 gram
ikan tuna
Berdasarkan histogram kadar protein pada
kaldu bubuk berada pada interval nilai 2.70% � 8.44%. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa kadar protein kaldu bubuk
ikan tuna berpengaruh nyata (p<0.05). Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kadar protein kaldu bubuk pada semua formula
berbeda nyata.
Hasil diatas (Gambar 3) menunjukkan bahwa
semakin banyak penggunaan ikan maka semakin tinggi kadar protein begitupun
sebaliknya. Jika dibandingkan dengan standar penyedap rasa menurut� SNI 01-4273-1996 kadar protein kaldu bubuk
pada penelitian ini sudah memenuhi standar untuk perlakuan KB2 dan KB3, karena
standar kadar protein untuk penyedap rasa menurut SNI yaitu minimal 7%.
Hal ini diduga karena larutnya
senyawa-senyawa asam amino bersamaan dengan kandungan kadar air pada saat
proses pemasakan, dan penurunan jumlah protein dikarenakan rusaknya sebagian
senyawa asam-asam amino akibat lama waktu dan suhu serta tekanan yang diberikan
pada saat pemasakan berlangsung sehingga protein berkurang. untuk perlakuan
kontrol yang memiliki kadar protein terendah dikarenakan pada perlakuan kontrol
tidak ada penambahan air rebusan ikan yang dapat meningkatkan kadar protein,
sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan dengan jumlah ikan yang berbeda
menyebabkan kadar protein kaldu bubuk yang dihasilkan memiliki nilai yang
berbeda (Anggraini dan Yunianta, 2015).
Kadar
Lemak
Kadar
lemak mempunyai fungsi untuk menyerap vitamin yang larut kedalam lemak dan
melancarkan metabolisme (Gita &
Danuji, 2018). Selain itu, lemak pada pangan berperan untuk
memperbaiki tekstur dan cita rasa produk (Setyawati et
al., 2021). Histogram rata-rata nilai
kadar abu kaldu bubuk ikan tuna dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar
4
Histogram kadar lemak kaldu bubuk ikan tuna
Keterangan
:��� KB0 = Kontrol (kaldu bubuk tanpa
ikan)
KB1 = Kaldu bubuk dengan 500 gram
ikan tuna
KB2 = Kaldu bubuk dengan 600 gram
ikan tuna
KB3 = Kaldu bubuk dengan 700 gram
ikan tuna
Berdasarkan histogram kadar lemak pada
kaldu bubuk berada pada interval nilai 0.65% � 2.68%. Hasil uji ANOVA menunjukkan
bahwa kadar lemak kaldu bubuk ikan tuna berpengaruh nyata (p<0.05). Hasil
uji Duncan menunjukkan bahwa kadar
lemak pada formula KB0 berbeda nyata dengan KB1,KB2 dan KB3, sedangkan KB2
berbeda tidak nyata dengan KB3 dan antar formula lainnya berbeda nyata.
Hasil diatas (Gambar 4) menunjukkan bahwa
semakin banyak penambahan ikan maka semakin tinggi juga kadar lemak. Jika
dibandingkan dengan standar penyedap rasa menurut� SNI 01-4273-1996 kadar lemak kaldu bubuk pada
penelitian ini sudah memenuhi standar untuk perlakuan KB2 dan KB3, karena
standar kadar lemak untuk penyedap rasa menurut SNI yaitu minimal 2%. Hal ini
diduga karena adanya proses pemanasan selama pengolahan dengan suhu panas.
Karomah dkk.,(2021) menyatakan bahwa
semakin tinggi kadar air suatu bahan, maka kadar lemak akan semakin rendah.
Kadar lemak juga dipengaruhi oleh proses pemanasan. Kandungan lemak atau lipida
terdegradasi saat pengolahan dengan suhu panas dan menghasilkan komponen
karbonil yang merupakan pembentuk rasa gurih yang khas (Malichati & Adi, 2018).
Kadar
Karbohidrat
Karbohidrat
adalah sumber energi bagi manusia. Energi sangat dibutuhkan sebagai energi
sel-sel dalam membentuk kabel saraf otak untuk proses berpikir. Karbohidrat
berperan untuk menangkap dan menyimpan data didalam memori otak (Husain et al.,
2023). Histogram rata-rata nilai
kadar abu kaldu bubuk ikan tuna dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar
5
Histogram
kadar karbohidrat kaldu bubuk ikan tuna
Keterangan
:��� KB0 = Kontrol (kaldu bubuk tanpa
ikan)
KB1 = Kaldu bubuk dengan 500 gram
ikan tuna
KB2 = Kaldu bubuk dengan 600 gram
ikan tuna
KB3 = Kaldu bubuk dengan 700 gram
ikan tuna
Berdasarkan histogram kadar karbohidrat
pada kaldu bubuk bera da pada interval nilai 85.68% � 93.62%. Hasil analisis ANOVA menunjukkan
bahwa kadar lemak kaldu bubuk ikan tuna berpengaruh nyata (p<0.05). Hasil
uji Duncan menunjukkan bahwa kadar karbohidrat kaldu bubuk pada semua formula
berbeda nyata.
Hasil diatas menunjukkan bahwa semakin
banyak penambahan ikan maka semakin rendah kadar karbohidrat (by difference). Hal ini diduga karena
adanya penambahan tepung maizena dan rempah-rempah. Tepung maizena merupakan
tepung yang dihasilkan dari pengolahan biji jagung sehingga mengandung pati.
Pati jagung yang dimiliki tepung maizena 86,7% yang terdiri dari 75%
amilopektin dan 25% amilosa (Utomo dkk.,
2017).
Asam amino adalah komponen utama penyusun
protein, memiliki fungsi sebagai metabolisme tubuh dan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial (Mandila & Hidajati, 2013).
Tabel
4
Kandungan
asam amino kaldu bubuk ikan tuna
No |
Asam amino |
Kaldu bubuk (mg/kg) |
|||
KB0 (kontrol) |
KB1 (500 gr) |
KB2 (600 gr) |
KB3 (700 gr) |
||
Asam
amino non esensial |
|||||
1 2 3 4 5 6 7 8 |
Asam
aspartat Asam
glutamat Alanin Prolin Tirosin Serin Glisin Sistein
|
0.57 1.27 0.32 0.12 0.16 0.21 0.13 0.16 |
0.62 1.08 0.19 0.08 0.14 0.09 0.08 0.09 |
0.68 1.32 0.23 0.10 0.13 0.11 0.09 0.13 |
0.65 1.20 0.24 0.19 0.10 0.17 0.04 0.10 |
Asam
amino esensial |
|||||
9 10 11 12 13 14 15 16 17 |
Histidin Arginine Treonin Valin Isoleusin Leusin Phenilalanin Lisin Metionin |
0.20 1.06 0.15 0.31 0.20 0.44 0.39 013 0.08 |
0.11 0.98 0.18 0.33 0.25 0.51 0.34 0.14 0.12 |
0.12 1.10 0.21 0.41 0.30 0.60 0.41 0.19 0.18 |
0.16 1.30 0.29 0.34 0.27 0.55 0.37 0.17 0.25 |
Jumlah |
5.90 |
5.33 |
6.31 |
6.39 |
Hasil di atas menunjukkan bahwa ada 2 asam
amino non esensial (asam aspartat dan asam glutamat) dan 2 asam amino esensial
(arginin dan leusin) dengan nilai tertinggi pada kaldu bubuk Asam glutamat
merupakan asam amino yang dapat memberikan rasa gurih pada daging ikan. Menurut
Laksono et al., (2019), asam amino yang
paling banyak ditemui pada moluska laut adalah asam glutamat, asam aspartat,
glisin dan alanin. Asam glutamat dan asam aspartat memberikan cita rasa pada
seafood, namun dalam bentuk garam sodium pada MSG akan memberikan rasa umami.
Asam
amino arginin banyak dimanfaatkan pada bidang makanan karena arginin
peningkatan� rasa� asin�
dan� rasa� manis pada makanan laut disebabkan� penambahan kosentrasi yang tidak terlalu
berpengaruh� oleh� arginin�
pada� kepiting dan scallop
dapat� menambah� cita�
rasa manis (Pardede
et al., 2020). Leusin merupakan asam
amino yang termasuk dalam golongan asam amino ketogenik yaitu asam-asam amino
yang dapat menghasilkan senyawa keton dalam hati (Mandila & Hidajati, 2013).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji organoleptik dan
proksimat pada penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik kaldu bubuk
memiliki kadar air yaitu 1.33%-2.24% (nilai tertinggi pada KB1); kadar abu
0.82%-1.69% (nilai tertinggi pada KB3); kadar protein 2.70%-8.44% (nilai
tertinggi pada KB3); kadar lemak 0.65%-2.68% (nilai tertinggi pada KB3); kadar
karbohidrat 85.68%-93.62% (nilai tertinggi pada KB0) dan asam amino 5.33-6.31
mg/kg (nilai tertinggi pada KB3). Nilai kenampakan 6.92-7.58 (nilai tertinggi
pada KB1) berada pada skala penerimaan suka sampai sangat suka; nilai aroma
6..46-7.23 (nilai tertinggi pada KB0) berada pada skala penerimaan agak suka
sampai suka; nilai warna 7.12-7.50 (nilai tertinggi pada KB1) ) berada pada
skala penerimaan suka sampai sangat suka; nilai rasa 6.50-6.90 (nilai tertinggi
KB3) ) berada pada skala penerimaan suka dan tekstur 6.96-7.85 (nilai tertinggi
pada KB1) ) berada pada skala penerimaan suka sampai sangat suka.
BIBLIOGRAFI
Annisa,
S., Darmanto, Y. S., & Amalia, U. (2017). Pengaruh Perbedaan Spesies Ikan
Terhadap Hidrolisat Protein Ikan Dengan Penambahan Enzim Papain (The Effect of
Various Fish Species On Fish Protein Hydrolysate With The Addition of Papain
Enzyme). Saintek Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries Science and
Technology, 13(1), 24�30.
Gita, R. S. D., & Danuji, S.
(2018). Studi pembuatan biskuit fungsional dengan substitusi tepung ikan gabus
dan tepung daun kelor. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi Dan Sains,
1(2), 155�162.
Hapsari, N., & Welasi, T. (2013).
Pemanfaatan limbah ikan menjadi pupuk organik. Jurnal Teknik Lingkungan,
2(1), 1�6.
Husain, R., Umar, N. S., &
Suherman, S. P. (2023). Formulasi Tepung Ikan Bandeng (Chanos chanos) Dalam
Pembuatan Biskuit Sebagai Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Jambura Fish
Processing Journal, 5(1), 47�59.
Karomah, S., Haryati, S., &
Sudjatinah, S. (2021). Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Karapas Udang
Terhadap Sifat Fisikokimia Kaldu Bubuk yang Dihasilkan. Jurnal Teknologi
Pangan Dan Hasil Pertanian, 16(1), 10�17.
Laksono, U. T., Nurhayati, T.,
Suptijah, P., Nur�aenah, N., & Nugroho, T. S. (2019). Karakteristik ikan
malong (Muraenesox cinerus) sebagai bahan baku pengembangan produk
diversifikasi. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 22(1),
60�70.
Malichati, A. R., & Adi, A. C.
(2018). Kaldu ayam instan dengan substitusi tepung hati ayam sebagai alternatif
bumbu untuk mencegah anemia. Amerta Nutrition, 2(1), 74�82.
Mandila, S. P., & Hidajati, N.
(2013). Identifikasi asam amino pada cacing sutra (Tubifex sp.) yang diekstrak
dengan pelarut asam asetat dan asam laktat. Journal of Chemistry, 2(1),
103�108.
Mustafa, A., & Elliyana, E.
(2020). Pemanfaatan Ampas Kedelai Pada Pembuatan Brownies �Gluten Free� Ubi
Jalar Ungu dan Uji Kelayakannya. Agrointek: Jurnal Teknologi Industri
Pertanian, 14(1), 1�13.
Negara, J. K., Sio, A. K., Rifkhan,
R., Arifin, M., Oktaviana, A. Y., Wihansah, R. R. S., & Yusuf, M. (2016).
Aspek mikrobiologis, serta sensori (rasa, warna, tekstur, aroma) pada dua
bentuk penyajian keju yang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi Dan Teknologi Hasil
Peternakan, 4(2), 286�290.
Nofiawaty, N., Fitrianto, E. M.,
& Iisnawati, I. (2020). Brand Ambassador and the Effect to Consumer
Decision on Online Marketplace in Indonesia. Sriwijaya International Journal
Of Dynamic Economics And Business, 4(1), 21�30.
Novianti, T. (2020). Kajian
pemanfaatan daging ikan kembung (Rastrelliger Spp) sebagai bahan penyedap rasa
alami non msg dengan pendekatan bioekonomi perikanan. Barakuda 45: Jurnal
Ilmu Perikanan Dan Kelautan, 2(2), 56�68.
Nurwin, A. F., Dewi, E. N., &
Romadhon, R. (2019). Pengaruh Penambahan Tepung Karagenan Pada Karakteristik
Bakso Kerang Darah (Anadara granosa). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Perikanan,
1(2), 39�46.
Ondang, H. M. P., Tumanduk, N. M.,
Triyastuti, M. S., Rakhmayeni, D. A., Kaligis, D. D., & Wowiling, F.
(2022). Chemical and Organoleptic Characteristics of Squid Ink Flavoring with
Oven Method. Jurnal Bluefin Fisheries, 4(1), 17�26.
Onyia, L., Adebayo, E. F., Adewuyi,
K., Ekwunife, E., & Ochokwu, I. (2014). Comparative economics of fresh
and smoked fish marketing in some local government areas in Adamawa state,
Nigeria.
Pardede, D. E., Febrianti, D., &
Putri, R. M. S. (2020). Karakteristik Organoleptik Flavor Alami Dari Air
Rebusan Kepala Ikan Tongkol (Euthynnus affinis). Jurnal Teknologi Pertanian,
9(2), 43�52.
Prayudi, A., Yuniarti, T., &
Taryoto, A. H. (2019). Potensi hasil samping industry perikanan sebagai sumber
bahan baku produk penyedap rasa alami. Prosiding Seminar Nasional Perikanan
Dan Penyuluhan, 265�280.
Putri, V. D., & Dyna, F. (2019).
Standarisasi Ganyong (Canna edulis ker) sebagai pangan alternatif pasien
diabetes mellitus. Jurnal Katalisator, 4(2), 111�118.
Setyawati, E., Nurasmi, N., &
Irnawati, I. (2021). Studi Analisis Zat Gizi Biskuit Fungsional Subtitusi
Tepung Kelor dan Tepung Ikan Gabus. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
10(1), 94�104.
Tamaya, A. C., Darmanto, Y. S., &
Anggo, A. D. (2020). Karakteristik penyedap rasa dari air rebusan pada jenis
ikan yang berbeda dengan penambahan tepung maizena. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Perikanan, 2(2), 13�21.
Copyright holder: Nama Author (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |