Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, No. 11, November 2022

 

IMPLIKASI TEOLOGIS� KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF DALAM DIRI PEMIMPIN KRISTEN MASA KINI

 

Muner Daliman

Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Yogyakarta

Email: [email protected]

 

Abstrak

Alkitab banyak membicarakan soal kepemimpinan. Oleh sebab kepemimpinan selalu diperlukan di setiap zaman dan dari masa ke masa. Salah satu model kepemimpinan yang muncul di awal millenium ketiga ini adalah kepemimpinan transformatif yang sangat mengedepankan perubahan bagi organisasi dan orang-oang yang di dalamnya. Kepemimpinan transformatif sesungguhnya sudah dilakukan oleh Yesus Kristus sebagai Tokoh Pembaharu Perjanjian Lama dan mengantikannya dengan Perjanjian Baru. Kristus adalah Pemimpin Transfoirmatif yang patut diteladani para pemimpin Kristen masa kini dengan menerapkan kepemimpinan Kristen transfoiramtif. Artikel ini bertujuan menjelaskan implikasi teologis dari kepemimpinan Kristen tersebut, Mengunakan metode studi lieratur untuk mengumpulkan data penelitian dari artikel jurnal dan buku secara online. Hasil penelitian menemukan bahwa implikasi teologis yang dapat diterapkan dari keteladanan Yesus Kristus sebagai Pemimpin Transformatif adalah dengan menerapkan� prinsip �Menjalankan Visi Kerajaan Allah (Idealized Influence), Melakukan Pelayanan sebagai Pemimpin yang Menghamba (Inspirational Motivation), Mengubah Pengikut Menjadi Pemimpin (Intellectual� Stimulation), Mengikuti Dinamika Perubahan Zaman (Individual�� Consideration).

 

Kata kunci: Implikasi Teologis, Kepemimpinan Transformatif, Kerajaan Allah

 

Abstract

The Bible has a lot to say about leadership. Because leadership is always needed in every era and from time to time. One of the leadership models that emerged at the beginning of the third millennium is transformative leadership which emphasizes change for the organization and the people within it. Transformative leadership has actually been carried out by Jesus Christ as the Reformer of the Old Testament and replaced it with the New Testament. Christ is a Transformative Leader who should be emulated by today's Christian leaders by implementing transformational Christian leadership. This article aims to explain the theological implications of Christian leadership, using literature study methods to collect research data from online journal articles and books. The results of the study found that the theological implications that can be applied from the example of Jesus Christ as a Transformative Leader is to apply the principles of "Carrying out the Vision of the Kingdom of God (Idealized Influence), Performing Services as Servant Leaders (Inspirational Motivation), Turning Followers into Leaders (Intellectual Stimulation), Following the dynamics of changing times (Individual Consideration).

 

Keywords: Theological Implications, Transformative Leadership,God's Kingdom

 

Pendahuluan

Kepemimpinan selalu menjadi topik yang penuh dinamika dan sering dikaji secara up to date untuk mendatangkan perubahan yang bermanfaat bagi kemajuan organisasi dan orang-orang yang dipimpin. Sama hal nya dalam bidang kepmimpinan Kristen yang tentunya penuh dengan dinamika ketika berhadapan dengan arus perubahan zaman dari masa ke masa. Salah bentuk kepemimpinan yang ramai dibicarakan dalam pada awal millenium kedua adalah Kepemimpinan Transformatif sebagai alternatif kepemimpinan yang� banyak diterapkan di berbagai organisasi, demikian juga diadopsi dalam dunia kepemimpinan Kristen masa kini. Ide kepemimpinan transformatif adalah kemampuan menggerakkan orang dan mendatangkan perubahan (Hutahaean, 2021, p. 6).

Kepemimpinan Kristen transformatif meneladani Yesus Kristus yang datang ke dunia menjadi manusia sebagai bentuk perubahan yang dibuat oleh Allah Bapa dan telah mengubah orientasi misi Allah dari centripetal ke centrifugal. Kepemimpinan Kristen tranformatif hadir dalam upaya mengubah misi centripetal yang berorientasi kedalam kalangan umat Israel, kepada bentuk �misi yang dibawakan oleh Yesus yang �berorientasi centrifugal, dimana misi berorientasi keluar yakni menjangkau segala bangsa. Perubahan ini disebabkan oleh karya Kristus di kayu salib untuk menebus dosa seluruh bangsa. Kasih Allah melalui Yesus Kristus menjembatani hubungan semua umat manusia berdosa dan Allah sehingga terjadi perubahan. Pertama, perubahan visi kepemimpinan yaitu dari perubahan dari visi Kerajaan Israel kepada visi kerajaan Surga. Kedua Perubahan bentuk kepemimpinan �yaitu perubahan dari kepemimpinan teokrasi kepada �kepemimpinan �hamba� (Servant Leadership). Ketiga. �Perubahan budaya kepemimpinan yaitu dari mengubah pengikut menjadi pemimpin. �Perubahan-perubahan kepemimpinan yang dilakukan oleh Yesus Kristus dalam kehidupan-Nya dan dalam pelayanan-Nya selama Ia berada di bumi, sebagaimana yang �telah disebutkan di atas adalah merupakan Kepemimpinan Transformatif yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus dan yang perlu dikaji dan diterapkan oleh para pemimpin Kristen masa kini. Hal ini disebabkan Yesus Kristus merupakan sosok Pemimpin Transformatif, yang mengubah gereja untuk melaksankan misi keselamatan bagi segala bangsa (Darsana, Daliman, Warnomartoyo, Wahyuni, & Tanhidy, 2021). Dengan demikian penelitian ini mencoba mengkaji bagaimana pandangan teologis kepepimpinan Kristen Transformatif itu dari sudut pandang alkitab.

 

 

Metode Penelitian

Metode penlitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah studi Pustaka dengan mengkaji literatur yang berkaitan dengan topik penelitian. Baik melalui aritkel di jurnal dan buku-buku online. Analsis dilakukan untuk pengumpulan data yang disajikan secara deskriptif. Hasil pembahasan dimulai dari penjelasan singkat mengenai kepemimpinan Kristen tranformatif, kemudian dilanjutkan pembahasan mengenai Analisa terhadap kepemimpin Kristen transformatif. Karya ilmiah ini diakhiri dengan sebuah kesimpulan penelitian.

 

Hasil dan Pembahasan

Kepemimpian Kristen Transformatif

Model Kepemimpinan Transformasional yang diprakarsai oleh James MacGregor Burns dan dikembangkan oleh Bernard M. Bass (Bass & Riggio, 2006) menekankan perubahan dan perbaikan organisasi melalui pendekatan intrinsik seorang pelayan, khususnya perubahan hati dan pikiran yang mengarah pada peningkatan motivasi dan kinerja untuk manfaat organisasi. Kepemimpinan transformasional tidak hanya melayani dan mengutamakan kebutuhan bawahan, tetapi juga mendorong dan memotivasi bawahan untuk mencapai hasil yang terbaik. Sisi sadar dibangun oleh dorongan pengikut yang inspiratif dan merangsang intelektual untuk menafsirkan kondisi saat ini dan membangun visi untuk masa depan. Kualitas moral dan etika dibangun dan hubungan interaktif dijalin dengan kuat. Peran pemimpin adalah kunci dari perubahan ini. 

Terkait kepemimpinan transformatif dalam organisasi gereja, Sarman dkk,� (Parhusip, Poluan, & Tommy Dalekes, 2022) menguraikan paling tidak ada empat dimensi utama dari kepemimpinan transformational yaitu: Pertama, pemimpin yang memiliki pengaruh atau karisma yang kuat (Idealized Influence) untuk mengarahkan orang yang dipimpin kepada visi yang realitistis, artinya pemimpin tersebut memiliki visi yang jelas dalam organisasi gereja yang dipimpinnya. Kedua, pemimpin yang mampu mengispirasi,� memotivasi, dan memodifikasi� perilaku para pengikutnya, atau jemaat yang dilayaninya (Inspirational Motivation). �Ketiga, pemimpin yang mampu meningkatkan kesadaran pengikut untuk mengenali masalah pribadi dan organisasi untuk mencari jalan keluar bersama (Intellectual� Stimulation). �Keempat yaitu pemimpin yang memikirkan dan mengidentifikasi kebutuhan pengikutnya, mengotorisasi, merawat, mendorong, membimbing, dan secara pribadi melatih pengikut untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari organisasi gereja yang dipimpinya (Individual�� Consideration). Berdasarkan penjelasan tentang pengertian kepemimpinan transformatif yang dijelaskan di atas maka ada beberapa implikasi teologis yang dapat diterapkan dalam kepemimpinan Kristen dari apa yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus selaku Pemimpin transformatif pada masa kini.

 

Implikasi Teologis Kepemimpinan Transformatif Dalam Kepemimpinan Kristen

1. Menjalankan Visi Kerajaan Allah (Idealized Influence)

Pemimpin Kristen perlu memahami dan menyadari bahwa pelayanan tanpa dikendalikan oleh visi akan membuat orang-orang yang dilayani menjadi liar dan bahkan binasa, Amsal 29:18, dalam versi King James mengatakan: �Di mana tidak ada visi orang-orang binasa.� dan terjemahan New International Version sedikit berbeda, namum dalam prinsip dan arti yang sama: �Di mana tidak ada wahyu, orang-orang menjadi tak terkendali.� Visi pelayanan adalah sebuah refleksi mengenai kehendak Allah yang ingin dicapai melalui pemimpin� dalam rangka membangun Kerajaan-Nya. Allah menyatakan pandangan-Nya mengenai masa depan kepada seorang pemimpin. George Barna, seorang pakar kepemimpinan �bahwa visi berhubungan dengan sesuatu yang lebih baik dan yang dikehendaki, secara tidak langsung mengatakan bahwa visi membawa perubahan, dan visi tidak pernah berbicara mempertahankan status quo, melainkan mampu melihat masa depan dengan lebih jelas yang diberikan oleh Tuhan tentang keadaan diri sendiri sebagai pemimpin,� orang yang dipimpin dan keadaan yang dihadapi (Wahyuni, 2021, p. 190).

Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus menjadi pelopor utama yang memperbaharui dan memberitakan visi Kerajaan Surga, walaupun sebenarnya bangsa Israel sedang menantikan Mesias atau Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Israel Kisah Rasul 1:6b, �Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?�, namun bukan Kerajaan Israel yang dipulihkan, tetapi Kerajaan Surga. Jadi Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus memulai pelayanan mereka dengan memproklamirkan Kerajaan itu (Panggarra, 2013), tentulah keduanya menekankan perwujudan tindakan Allah yang berdaulat di tengah-tengah umat manusia. Karena itu perlu mempertahankan pemahaman tentang Kerajaan Surga sebagai suatu ruang lingkup, tempat Allah mencurahkan kuasa-Nya dan berkat-berkat-Nya dalam kehidupan warga Kerajaan-Nya di bumi ini seturut dengan kehendak-Nya.

Kepemimpinan Transformatif Yesus Kristus, disertai dengan penuh kuasa dalam Pelayanan. Dalam pelayanan para nabi dan para imam di Perjanjian Lama, jarang ditemui pelayanan mereka yang disertai dengan penuh kuasa/mujizat, namun dalam Perjanjian Baru ketika Tuhan Yesus melayani disertai dengan kuasa, dan kuasa itu diimpartasikan kepada murid-murid-Nya. Kerajaan Allah harus diberitakan dengan kata-kata dan ditunjukkan dalam kuasa, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya setelah hari pencurahan Roh Kudus. Kepada Para Rasul atau murid Yesus telah dijanjikan mereka akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun atas mereka, yakni kuasa untuk memberitakan Injil, Kisah 1:8. Rasul Petrus memberitakan tentang keselamatan melalui Tuhan Yesus, dengan kata-kata yang penuh kuasa sehingga orang-orang pada heran akan perkataannya dan banyak di antara mereka yang mendengar kotbah Petrus dengan perkataan yang penuh kuasa menjadi bertobat dan percaya Yesus, Kisah 3:11-26, dan bahkan dalam ayat 21 Petrus mengatakan kepada orang-orang yang mendengar kotbahnya bahwa Kristus harus tinggal di Surga sampai terjadi pemulihan segala sesuatu. Kristus akan datang dari Surga untuk memberantas kejahatan dan mendirikan Kerajaan Allah di atas muka bumi yang bebas dari segala dosa.

Gereja merupakan manifestasi Kerajaan Allah di bumi ini, melalui gereja pemerintahan Kerajaan Allah dinyatakan. Kerajaan Allah merupakan pengertian yang lebih luas daripada keselamatan atau gereja. Dalam Kerajaan Allah, Tuhan Yesus mengungkapkan Diri-Nya untuk menyembuhkan, memelihara, memberkati dan melindungi Umat-Nya dengan penuh kuasa dalam semua karya-Nya. Dalam injil Matius 13, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang Kerajaan Allah atau kerajaan Surga yang Ia beritakan dan ajarkan, yakni: perumpamaan penabur benih, lalang di antara gandum, biji sesawi, ragi, harta yang terpendam di ladang, Mutiara yang Indah dan pukat yang di labuhkan. Dari ke tujuh perumpamaan yang diajarkan Yesus Kristus, di mulai dengan penabur benih Kerajaan Kerajaan Surga sampai pada Kerajaan Surga Harta yang Baru. Matius 13:9,18-19; �Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!�. Dalam bagian ayat ini diperintahkan agar setiap orang yang bertelinga hendaklah ia mendengarkan firman tentang Kerajaan Surga. Kedatangan Kerajaan Allah adalah karya Allah, meskipun partisipasi dari manusia di masa sekarang juga dituntut. Dalam pengajaran Yesus Kristus, Kerajaan Allah mencakup sekaligus dimensi sekarang dan yang akan datang, serta merupakan sebuah trasformasi spiritual dan sosial (Stevanus et al., 2023).

Pemimpin yang memberitakan Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga. dapat diringkas dalam beberapa pernyataan, yakni bahwa kedatangan Yesus & Yohanes Pembaptis sama-sama memberitakan Kerajaan Surga. Keyakinan bahwa� kedatangan Yesus untuk membangun Kerajaan Allah secara rohani dalam hidup orang percaya.� Meneladani Yesus Kristus mengutus para murid-Nya untuk memberitakan Kerajaan Surga dan gereja turut serta memberitakan Injil Kerajaan Surga guna membawa transformasi rohani dan sosial bagi semua bangsa (Matius 28:19-20).

 

2. Melakukan Pelayanan sebagai Pemimpin yang Menghamba (Inspirational Motivation)

����������� Posisi kepemimpinan dalam Kerajaan Allah bukanlah kedudukan tinggi seperti yang dibayangkan oleh Yakobus dan Yohanes, Matius 20:21, dan Markus 10:37. Sebaliknya kepemimpinan dalam Kerajaan Allah dilakukan oleh mereka yang mengambil peran sebagai hamba, seperti yang telah kita ketahui, Yesus adalah model kepemimpinan yang melayani yang ideal.12 Rasul Paulus, mengangkat sikap dan integritas Yesus terhadap kepemimpinan yang patut diteldani, yakni �Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus� (Filipi 2:5). Pemimpin hamba menjadi teladan kerendahan hati, untuk mengerjakan tugas pelayanan, Matius 23:12, �Dan barangsiapa yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan� Bersikap rendah hati berarti tidak menganggap diri lebih tinggi dari orang lain. Kerendahan hati yang benar perlu dikaji lebih jauh mengenai sikap rendah hati yang benar menurut ajaran Alkitab. Tidak semua sikap rendah hati yang ditampilkan orang memiliki kebenaran yang sesuai dengan iman Kristen. Namun, penelitian Ester Nababan menunjukkan bahwa beberapa karakteristik seperti ��love, vision, empowerment, humility and trust, are already applied to the leadership function as a model, path finder, aligner, and empowere� merupakan nilai-nilai yang mendasari seseorang untuk menjadi seorang pemimpin yang melayani atau menghambakan diri seperti yang diteladankan oleh Tuhan Yesus Kristus ( Nababan, 2019).

Teladan kerendahan hati juga ditunjukan oleh Yesus Kristus, dalam Matius 11:29; 20:28, dan 23:12, �Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.� Yesus memberi contoh rendah hati kepada pemimpin yang dunia yang mengutamakan penghormatan dan lain-lain. Para pemimpin Kristen sebaiknya memahami bahwa dalam lingkungan di gereja, seseorang yang membanggakan apa yang dimilikinya kepada sesama berarti merendahkan orang lain, seolah-olah orang lain tidak dihargai Tuhan. Hal ini bukan saja menyakitkan hati sesama tetapi juga menyakitkan hati Tuhan. Sikap ini merupakan fitnah kepada Tuhan. J.C. Wofford, mengatakan: bawa pemimpin yang melayani mengesampingkan minat-minat pribadi mereka demi orang-orang yang dilayani seperti yang telah dilakukan Yesus Kristus, Ia menjangkau orang-orang dengan belas kasihan kepada yang kelaparan, sakit, luka, dan kerasukan dan lain-lain, Matius 20:34; Markus 1:41

Prajogo mengutip pernyataan Wofford mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah teladan pertama dari seorang pemimpin yang melayani. Yesus datang untuk melayani dan memberikan nyawanya. Dia datang sebagai hamba yang menderita. Pemimpin yang melayani mengesampingkan kepentingan pribadi demi kebaikan orang-orang yang Dia layani (Prajogo, 2019, p. 8). Jabatan pemimpin rohani dalam gereja bukanlah jabatan yang menuntut untuk dihargai dalam bentuk perlakuan khusus. Untuk ini seorang pemimpin rohani tidak harus atau tidak perlu memiliki atribut-atribut tertentu yang memberikan pancaran agar diterima sebagai orang istimewa dengan kewibawaan seorang rohaniawan. Pelayanan seorang hamba Tuhan tidaklah merupakan sarana untuk mendapatkan penghasilan semata. Tuhan memanggil seseorang untuk melayani Dia tidak dimulai dengan suatu janji agar dalam pekerjaan pelayanan tersebut seseorang dapat memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini memang paradoks sebab manusia berperilaku agar mendapat keuntungan maksimum. Pola kehidupan pemimpin rohani yang menyelenggarakan kepemimpinan hamba tidak sama dengan pola kepemimpinan sekuler yang sering sarat dengan sikap manipulatif dan opportunis.

Penyerahan hak kehidupan pada kehendak Tuhan merupakan bagian pelayanan yang menghamba yang berserah total pada kehendak Tuhan. Teladan ketaatan pada kehendak Bapa adalah teladan berserah yang perlu diikuti oleh pada pemimpin, walaupun dalam situasi dan kondisi yang paling sulit dan mustahil untuk dilakukan, namun berserah dan pasrah tanpa syarat adalah merupakan tindakan pemimpin yang terpuji, seperti yang dialami oleh Maria, Ibu Yesus (Lukas 1:38). Sistem dalam Kerajaan Allah selalu berlaku terbalik, yakni faktor yang paling menentukan untuk melangkah ke dalam warisan spiritual adalah di dalam Kristus, bukanlah keperkasaan melainkan kelemah-lembutan kita. Orang yang lemah lembut adalah mereka yang rendah hati dan patuh pada Allah. Mereka berlindung pada-Nya dan kehidupan mereka diserahkan penuh kepada-Nya. Mereka lebih memperhatikan pekerjaan Allah dan umat-Nya daripada hal-hal yang mungkin terjadi pada dirinya, dan orang yang lemah lembut inilah yang pada akhirnya akan memiliki bumi dan bukan mereka yang merampasnya dengan cara kekerasan. Pemimpin yang menghamba menyerahkan kuasa kepemimpinannya kepada kendali Roh Kudus yang memampukannya meneladani Yesus sebagai Pemimpin hamba.

 

3. Mengubah Pengikut Menjadi Pemimpin (Intellectual� Stimulation)�

Pemimpin yang membina dan mempersiapkan orang yang dapat dipercaya, menjadi calon pemimpoin kelak adalah pola kepemimpinen yang diterapkan oleh Yesus Kristus. Alkitab mencatat bahwa� Yesus Kristus telah mempersiapkan orang yang paling Dia kasihi, seperti Petrus, Yohanes dan Yakobus untuk meneruskan tugas pelayanan-Nya.� Dalam Kitab Injil para penulis menceritakan tentang kepemimpinan Yesus yang memampukan bagi murid-murid-Nya, ketika Yesus tampil untuk memberitakan Injil Kerajaan Surga atau Kerajaan Allah, langkah awal yang Ia lakukan adalah membentuk tim kerja dengan memanggil sejumlah orang menjadi murid-Nya, Matius 4:18-22.

Ia berupaya mempersiapkan, mendewasakan dan memapukan mereka dengan cara membangun hubungan timbale balik yang akrab. Ada waktu Yesus tampil sebagai guru yang mengajar mereka, dan ada waktu Dia duduk dalam satu tim untuk saling mendengarkan dalam suatu diskusi yang menarik. Anderson menjelaskan bahwa murid-murid yang semula penjala ikan seperti Petrus, Yohanes dan Yakobus menjadi kagum atas perkataan Yesus yang menyuruh menebarkan jala mereka dengan penuh ikan, dengan menggunakan menangkap ikan sebagai tema pelajaran tentang masa depan mereka sebagai orang-orang yang akan menjala orang lain, Yesus berkata kepada mereka �Jangan takut mulai sekarang engkau akan menjadi penjala manusia� Cara ini berhasil, para nelayan meninggalkan perahu mereka dan mengikut Yesus kemanapun Dia pergi.

Lalu Yesus mempersiapkan murid-Nya selama tiga tahun lebih dan mengutus mereka. Membina dan mempersiapkan orang-orang yang dapat dipercaya adalah merupakan tanggung jawa dan tugas para pemimpin, dan karena itu para pemimpin haru mengetahui orang seperti apa atau siapa yang perlu dipersiapkan. orang-orang yang perlu dipersiapkan untuk memimpin adalah orang yang mau memimpin dengan sukarela. Menurut Anthony, Ada dua kategori utama untuk melatih para pekerja sukarela gereja. Yang pertama adalah pelatihan fondasional untuk kandidat-kandidat baru yang tidak mempunyai penglaman dalam pelayanan atau hanya mempunyai sedikit pengalaman dalam pelayanan. Yang kedua adalah pelatihan yang terus menerus atau in-service untuk para sukarelawan gereja yang saat ini terlibat dalam pelayanan yang pelatihannya perlu diperbaharui untuk memastikan terus menerus berlangsungnya pertumbuhan dalam pelayanan mereka (Anthony, 1992).

Kedatangan Yesus Kristus di bumi untuk mempersiapkan para murid-murid-Nya untuk mengikuti teladan-Nya, Ia melatih murid-Nya untuk menjadi pemimpin, Ia selalu bersama-sama dengan murid-Nya dan juga melatih orang lain untuk dipersiapkan jadi pemimpin. Untuk itu, Koordinasi antar pemimpin senior dan pemimpin muda sangat penting demi terciptanya� kepemimpinan transformatif yang� melaksanakan internalisasi visi� dan� misi gereja sehingga menjamin terjadinya sinergitas pemimpin senior dengan pemimpin muda dalam gereja (Hasiholan & Marbun, 2021). Pemimpin yang mengubah pengikutnya menjadi pemimpin harus menjadi pemimpin yang terus melatih orang-orang kepercayaannya untuk mengatasi masalah yang di hadapi dalam pelayanan dan menjadi pemimpin yang suka mendorong setiap orang untuk terus maju dalam menyikapi tantangan yang dihadapi dalam pelayanan.

Membangun komitmen orang yang dipimpin merupakan tugas pemimpin yang paling penting, karena tanpa komitmen orang yang dipimpin hasil yang dicapai tidak akan maksimal. Matius mengutif pernyataan Yesus, Matius 4:19-20, �Yesus berkata kepada mereka: �Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia�.� Kata �Mari Ikutlah Aku� bisa berarti: ikutlah ke mana saja Aku pergi; ikutlah teladan-Ku; ikutlah pengajaran-Ku; ikutlah pemberitaan-Ku; ikutlahlah kehidupan-Ku; ikutlah perintah-Ku; dan lain-lain. Para murid ikut meneladani Yesus Kristus sebagai guru dan tuannya. Hubungan ini tidak sama dengan para rabi Yahudi, Ada suatu hubungan solidaritas yang jauh lebih mendalam, �seorang murid tidak lebih daripada gurunya, atau seorang hamba daripada tuannya�. Yesus telah membangun komitmen para murid untuk mengikuti teladan-Nya.

 

4. Mengikuti Dinamika Perubahan Zaman (Individual�� Consideration)

Para pemimpin pada millennium ini perlu mengikuti cara kepemimpinan Allah yang terus melakukan perubahan, Murren senang dengan ungkapan �Para pemimpin adalah pelaku perubahan.� Ini memberi gambaran yang menarik. Seorang pelaku perubahan adalah seorang yang mewakili orang lain. Jadi seorang pemimpin yang melayani sebagai pelaku perubahan atau mewakili orang yang menginginkan perubahan. Para pelaku perubahan yang melayani dalam kapasitas sebagai pendeta atau pemimpin ogrnasisi Kristen adalah mereka yang menyatakan maksud Tuhan dengan mengadakan perubahan.

Mengubah paradigma para pemimpin Agama, merupakan tugas para pemimpin pada zaman ini sebagaimana yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus. Kepemimpinan transformatif Yesus Kristus selalu mengikuti perubahan berdasarkan situasi dan keadaan yang dalam pelayanan-Nya. Dalam kepepimpinan-Nya di Perjanjian Lama Allah selalu mengadakan dan membuat perubahan, kepemimpinan dunia juga telah membuat perubahan dalam era yang terus berubah. Kepemimpinan Yesus Kristus telah membuat dinamika perubahan yang radikal yang tidak dapat berkompromi dengan dosa. Dalam rangka mengembangkan Misi Kerajaan Allah di bumi untuk menjangkau segala suku bangsa, Matius 28:19-20 (Ceria, Zega, Widjaja, & Tanhidy, 2022; Stevanus et al., 2023), Tuhan Yesus selalu menggunakan cara dan metode yang selalu baru sesuai dengan perkembangan keadaan dan orang-orang yang dihadapi; menjadi pemimpin yg menembus kalangan status quo, Farisi, & Saduki; menjadi pemimpin yang selalu dan mampu membuat pembaharuan; dan menjadi pemimpin yang berani tampil beda dengan pemimpin dunia.

Yesus Kristus menjadi tokoh sentral dalam memberikan revolusi dalam perubahan. Menurut Injil Matius, Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga dalam dan melalui Yesus Kristus, Matius 4:17; 9:13; 10:3-5. Yesus sendiri adalah Raja dari Kerajaan itu, Matius 2:2; 16:28, Ia memberitakan Kerajaan itu bukan hanya sudah dekat, tetapi sudah ada dalam pribadi Yesus, Matius 12:28. Yesus mengajar para murid untuk menyebut Allah dengan kata Bapa atau �Bapamu yang di Surga� Matius 5:16, dan Yesus sendiri menyebut Allah adalah Bapa-Nya �Bapa-Ku yang di Surga, Matius 5:9; 7:21. Yesus mengajar bahwa Kerajaan ini membawa perubahan sama seperti ragi dalam suatu adonan dapat membawa pengaruh atau biji sesawi yang walaupun kecil atau bahkan mustahil menjadi besar namun telah menjadi besar.

Yesus Kristus menjawab pertanyaan-pertanyaan para ahli Taurat, orang Farisi dan pemuka agama, soal pelaksanaan hukum Taurat, masuk dalam Kerajaan Surga dan Kerajaan Allah. Bahkan Tuhan Yesus mengecam ahli Taurat dan orang Farisi, yang telah mengajarkan hokum Taurat, namun tidak melakukannya, Matius 23:1-36; khususnya dalam ayat 13, �Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Surga di depan orang-orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan merintangi mereka yang berusaha untuk masuk�. Jadi perubahan paradigma terhadap hukum baru yang diajarkan Tuhan Yesus merupakan syarat mutlak untuk masuk dalam Kerajaan Surga, dan menjadi pemimpin agen perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa pemimpin yang membawa perubahan adalah menjadi pemimpin yang mau belajar kepada Yesus Kristus yang dengan berani mengubah paradigma para pemimpin status quo atau pemimpin pemuka agama; Menjadi pemimpin yang suka mengikuti setiap perkembangan pemimpin dunia di dalam dinamika perubahan pada zaman ini. Pemimpin yang terus memperhatikan perkembangan perubahan orang yang saya pimpin supaya dapat menolong pelayanan orang yang dipimpin untuk mencapai kesejahteraan bersama antara pemimpin dan orang yang dipimpin (Emina, 2023). Kemudian menjadi pemimpin yang siap mengikuti teladan Yesus yang berani membuat perubahan walaupun dalam situasi yang serba sulit.

 

Kesimpulan

Kepemipinan transformatif merupakan sebuah alternatif kepemimpinan untuk menghadapi dinamika perubahan zaman yang begitu pesat saat ini. Dunia kepemimpinan terus menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, untuk itu kepemipinan Kristen juga ikut terpengaruh dan mengadopsi kepemimpinan transformatif untuk menjawab tantangan zaman. Prinsip dan nilai kepemimpinan transformati sudah diterapkan oleh Yesus Kristus, sebagai Sosok Pemimpin Transformatif yang patut diteladani oleh pemimpin Kristen masa kini. Implikasi teologis yang dapat diterapkan dari keteladanan Yesus Kristus sebagai Pemimpin Transformatif adalah dengan menerapkan� prinsip �Menjalankan Visi Kerajaan Allah (Idealized Influence), Melakukan Pelayanan sebagai Pemimpin yang Menghamba (Inspirational Motivation), Mengubah Pengikut Menjadi Pemimpin (Intellectual� Stimulation), Mengikuti Dinamika Perubahan Zaman (Individual�� Consideration).

 

BIBLIOGRAFI

 

Anthony, Michael J. (1992). Foundations of Ministry: An Introduction to Christian Education for A New Generation. Grand Rapids, Michigan: Baker Academc.

 

Bass, Bernard M., & Riggio, Romald E. (2006). Transformational Leadership. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

 

Ceria, Ceria, Zega, Yunardi Kristian, Widjaja, Fransiskus Irwan, & Tanhidy, Jamin. (2022). Contextual Mission Construction according to the Jubata Concept in the Kanayatn Dayak Tribe in Introducing the Triune God. International Journal of Indonesian Philosophy & Theology, 3(2). https://doi.org/10.47043/ijipth.v3i2.34

 

Darsana, I. Ketut, Daliman, Muner, Warnomartoyo, Suwarsono, Wahyuni, Sri, & Tanhidy, Jamin. (2021). The implementation of Jesus� transformative leadership in leaders and activists of the Protestant Christian church in Bali, Indonesia. International Journal of Humanities and Innovation (IJHI), 4(4), 149�153. https://doi.org/10.33750/IJHI.V4I4.131

 

Emina, Kemi Anthony. (2023). The Ethical Values and Leadership Practices in Deuteronomy. Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat, 7(1), 1�12. https://doi.org/10.46445/EJTI.V7I1.584

 

Hasiholan, Anggi Maringan, & Marbun, Purim. (2021). Sinergitas Kepemimpinan Senior Dan Muda Di Gkii Se-Jabodetabek Dalam Menghadapi Dampak Pandemi 19 dan Disrupsi Era: Sebuah Kajian Kepemimpinan Transformatif. HARVESTER: Jurnal Teologi Dan Kepemimpinan Kristen, 6(2), 119�138. https://doi.org/10.52104/harvester.v6i2.73

 

Hutahaean, Wendy Sepmady. (2021). Kepemimpinan Transformatif Yesus. Malang: Ahlimedia Press.

 

Nababan, Ester Bertha Christina. (2019). Prakik Kepemimpinan Melayani (Servant Leadership): Studi Kasus pada Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kertanegara Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang.

 

Panggarra, Robi. (2013). Kerajaan Allah Menurut Injil Sinoptik. Jurnal Jaffray, 11(1), 109�128.

 

Parhusip, Sarman, Poluan, Alvonce, & Tommy Dalekes, Steven. (2022). Kepemimpinan Yang Transformatif Terhadap Organisasi Gereja Masa Kini. Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 10�17. https://doi.org/10.56854/pak.v1i1.27

 

Prajogo, Natanael S. (2019). Implementasi Kepemimpinan Gembala yang Melayani Berdasarkan 1 Petrus 5:2-10 di Kalangan Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia se-Jawa Tengah. HARVESTER: Jurnal Teologi Dan Kepemimpinan Kristen, 4(1), 1�21. https://doi.org/10.52104/harvester.v4i1.5

 

Stevanus, Kalis, Arifianto, Yonathan Alex, Poluan, Alvonce, Tanhidy, Jamin, Lie, Tan Lie, & Iswahyudi. (2023). Discussing the Church Mandate considering Matthew 28:19-20. Pharos Journal of Theology, (104(2)). https://doi.org/10.46222/pharosjot.104.228

 

Wahyuni, Sri. (2021). Pemimpin Gereja Visioner Pelaku Perubahan. Jurnal Teologi (JUTEOLOG), 2(1), 184�199. https://doi.org/10.52489/juteolog.v2i1.27

 

Copyright holder:

Muner Daliman (2022)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: