Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
5 , Mei 2023
PERAN PANGKALAN TNI AL LAMPUNG DALAM
PEMBINAAN POTENSI MARITIM GUNA MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT
Freddy Johanis Rumambi
Institut Bisnis dan Multimedia Asmi, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Pangkalan TNI AL Lampung dalam pembinaan potensi maritim guna meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar. Penelitian ini merupakan penelitian
studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Informan penelitian terdiri dari Kepala Dinas Potensi Maritim (Kadispotmar) Lantamal, Petugas penyelenggara Penataan Ruang Laut, dan masyarakat pesisir Pantai Lampung. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan Teknik observasi dan wawancara mendalam. Analisis data Miles & Huberman dipilih
guna menyajikan hasil penelitian yang komprehensif dan mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Pangkalan
TNI AL Lampung dalam pembinaan
potensi maritim guna meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar adalah: 1) melakukan sosialisasi kelestarian biota laut; 2) menyelanggarakan program penanaman
bakau; dan 3) melaksanakan
program rehabilitasi terhadap
kerusakan ekosistem laut.
Kata Kunci: lanal lampung, potensi maritim, ekonomi, masyarakat
Abstract
This study aims to determine the role of the Lampung
TNI AL Base in fostering maritime potential to improve the economy of the
surrounding community. This research is a case study research
with a qualitative approach. The research informant consisted of the Head of
the Maritime Potential Service (Kadispotmar) Lantamal, Marine Spatial Management officers, and the
coastal community of Lampung Beach. Data collection was carried out using
observation techniques and in-depth interviews. Miles & Huberman's data
analysis was chosen to present comprehensive and in-depth research results. The
results of the study show that the role of the Lampung TNI AL Base in fostering
maritime potential in order to improve the economy of the surrounding community
is: 1) conducting socialization of marine biota preservation; 2) organize a
mangrove planting program; and 3) carry out a rehabilitation program against
damage to marine ecosystems.
Keywords:
lanal lampung; maritime
potential; economy; society
Pendahuluan
Indonesia sebagai negara yang wilayahnya berupa kepulauan, memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan harus dioptimalkan (Subagiyo et al., 2017). Indonesia berada di posisi silang yang memberikan keuntungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di Indonesia
khususnya bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan militer (Marsetio, 2013). Seiring dengan melimpahnya potensi maritim Indonesia, maraknya kerusakan ekosistem maritim dewasa ini juga menjadi hal yang harus diperhatikan secara lebih lanjut
guna mengurangi dampak kerusakan lingkungan di kemudian hari, sehingga perlu adanya Tindakan penyadaran kepada masyarakat. Tindakan penyadaran ini membutuhkan langkah-langkah yang strategis untuk mewujudkannya (Nugraha & Mulyono,
2017). Salah satunya adalah dengan memanfaatkan
komunikasi yang efektif kepada masyarakat yang menjadi sasaran penyadaran. Dengan Langkah strategis maka pesan-pesan dan tujuan yang disampaikan akan diterima dengan baik oleh masyarakat sehingga akan menimbulkan
perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik atau akan terbentuk kesadaran untuk melestarikan ekosistem laut dan dapat melestarikan potensi maritim didalamnya demi kesejahteraan masyarakat sekitar.
Wilayah pesisir memiliki potensi sumber daya alam
hayati dan non-hayati yang
sangat besar. Sumber daya alam hayati
berupa hasil perikanan, hutan mangrove, terumbu karang, dan lain-lain, sedangkan sumber daya alam nonhayati
berupa hasil tambang dan minyak bumi serta jasa
lingkungan yang sangat penting
bagi penghidupan masyarakat dan modal dasar pembangunan nasional (Dahuri, 2001). Namun demikian dengaan semakin meningkatkan pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, serta banyaknya pihak yang berkepentingan, maka tekanan ekologis
terhadap ekosistem dan sumber daya laut
juga semakin meningkat. Kondisi ini tentu
akan mengancam kelangsungan ekosistem dan mengancam keberlanjutan pembangunan serta kesejahteraan yang bergantung
pada sumber daya alam laut tersebut.
Sumber daya pesisir merupakan komoditas yang terbatas, sementara terdapat banyak pihak yang saat ini berlombalomba
untuk memanfaatkannya. Tata
ruang wilayah pesisir yang tidak diperhatikan, pemanfaatan sumber daya pesisir yang berlebihan, kebijakan pengelolaan wilayah pesisir yang
bias, serta rendahnya partisipasi masyarakat akan mengerucut pada pengelolaan pesisir yang kurang optimal (Deswan et al., 2020).
Dalam melaksanakan tugas
pokok TNI Angkatan Laut yaitu melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan, menegakkan hukum dan keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum internasional dan nasional, melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka
mendukung kebijakan luar negeri yang ditetapkan pemerintah, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut serta melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan
laut (Indonesia, 2004). Dalam rangka melaksanakan tugas pokok tersebut
agar berjalan dengan baik, maka perlu
adanya dukungan Pangkalan TNI Angkatan Laut yang cukup mewadahi dari segi pelayanan
dan dukungan logistik.
Salah satu tugas TNI
Angkatan Laut adalah menjalin sinergitas dengan msyarakat untuk melakukan pembinaan potensi maritim guna menjaga
kelestarian ekosistem hayati sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Banyaknya sektor maupun
pihak yang mempunyai kepentingan pada pembangunan
wilayah pesisir membuat kompleksnya pengelolaan wilayah pesisir, beberapa kebijakan bersifat saling tumpang tindih bahkan sering
bertabrakan, sehingga kerugian yang sangat besar telah dirasakan oleh masyarakat, (Kismartini & Bungin, 2019; (Hartono et al., 2023); (Lanni, 2023). Pembangunan di sekitar
pesisir akan memberikan dampak ekologis yang signifikan tatkala kebijakan pembangunan tersebut tidak mempertimbangkan aspek lingkungan pesisir. Beberapa permasalahan pesisir yang umumnya dihadapi saat ini, diantaranya
adalah kerusakan mangrove, kerusakan terumbu karang, dan pencemaran air laut (Jubaedah & Anas, 2019); Talipata & Mashoreng, 2019; (Sinaga et al., 2023). Kerusakan di wilayah
pesisir tersebut merupakan akibat dari eksploitasi sumber daya alam
yang berlebihan dari pihak yang menjalankan pembangunan dan masyarakat yang kurang peduli dengan
kondisi lingkungannya karena mengeksploitasi sumber daya alam
pesisir yang tidak ramah lingkungan, contohnya praktik penangkapan ikan dengan cara merusak (destructive
fishing) karena menggunakan
bom, bahan peledak, dan bius.
Dampak langsung dari
penggunaan bahan peledak ini akan
merusak dan menghancurkan terumbu karang (Dimas, n.d.). Selain itu, dapat terjadi
kematian ikan target dan ikan nontarget, berikut juvenile dan biota lainnya
dalam jumlah besar akibat daya
ledak yang bersifat destruktif (Lanni, 2023). Sedangkan dampak tidak langsung
dari bahan peledak adalah berubahnya struktur tropik, modifikasi habitat, menurunnya keanekaragaman hayati perairan, dan kepunahan lokal. Selain menghancurkan konstruksi karang, penangkapan ikan menggunakan bahan peledak juga menghancurkan ekosistem karang (Ayal et al., 2021). Sementara praktik penangkapan ikan dengan bahan beracun/bius akan berdampak
lebih parah dari bom ikan. Hal tersebut terjadi karena titik penyemprotan
untuk mendapatkan ikan memperhatikan arus air sehingga racun lebih banyak mengenai
bagian tubuh karang. Karang bercabang
(branching coral) banyak dipatahkan
untuk memperoleh ikan yang berukuran kecil. Sedangkan pada penggunaan bahan peledak, karang dapat hancur
namun masih memiliki kesempatan untuk hidup Kembali (Zamili, 2022).
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut (Assyakurrohim et al., 2023), penelitian studi kasus merupakan
metode yang diterapkan untuk memahami individu lebih mendalam dengan dipraktekkan secara integratif dan komprehensif.
Langkah tersebut dilakukan untuk memahami karakter individu yang diteliti secara mendalam. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
cara perolehan informan dengan cara purposive atau dengan sengaja sebelum melakukan penelitian. Peneliti menetapkan kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang akan dijadikan sumber informasi. Informan penelitian terdiri dari Kepala Dinas Potensi Maritim (Kadispotmar) Lantamal, Petugas penyelenggara Penataan Ruang Laut, dan masyarakat pesisir Pantai Lampung. Data penelitian
terkumpul dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam terhadap para informan penelitian. Peneliti melaksanakan penelitian dengan mengambil data pada penelitian ini adalah Pangkalan
Angkatan Laut Lampung yang berkedudukan
di Provinsi Lampung tepatnya
di Kecamatan Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran.
Hasil dan Pembahasan
Pangkalan Angkatan Laut Lampung mempunyai tugas pokok dalam
melakukan pembinaan kewilayahan terhadap potensi maritim yang ada di wilayah binaannya. Lanal Angkatan Laut Lampung berada di bawah satuan pelaksana di jajaran Lantamal III. Satuan pelaksana di jajaran Lantamal lll yang meliputi: Mako Lantamal III Jakarta Timur, Pangkalan
Angkatan Laut (Lanal) Lanal Panjang di Lampung, Lanal Merak di Banten, Lanal Pangkal Pinang di Bangka Belitung, Lanal
Palembang di Sumatra Selatan, Lanal Cirebon di Jawa Barat, Lanal Bandung di Jawa Barat, Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) di Jakarta, DKI Jakarta, Polisi Militer (Pomal) Lantamal lll, Satuan
Keamanan Laut (Satkamla) Lantamal III, dan Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) III Lampung Timur.
Gambar 1
Peta Wilayah Kerja Armada dan Pangkalan
TNI Angkatan Laut
Upaya pembinaan terhadap potensi maritim di wilayah Lanal Angkatan Laut Lampung secara garis besar meliputi tiga kegiatan
utama, yaitu 1) melakukan sosialisasi kelestarian biota laut; 2) menyelanggarakan program penanaman
bakau; dan 3) melaksanakan
program rehabilitasi terhadap
kerusakan ekosistem laut.
Tabel 1
Dimensi, Indikator dan Temuan Pembinaan Potensi Maritim
Dimensi |
Indikator |
Temuan Hasil |
Pembinaan potensi
maritim |
Sosialisasi kelestarian
biota laut |
Melaksanakan sosialisasi tentang peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya laut,
memberikan edukasi kepada masyarakat agar mengenal ataupun mengetahui tentang sumber daya laut,
bagaimana cara mengelola dan memanfaatkan sumber daya laut
serta menjaga dan melestarikan menjadi perikanan yang berkelanjutan sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang. |
|
Program penanaman
bakau |
Meningkatkan pemahaman
dan keterlibatan masyarakat
dalam rehabilitasi ekosistem pesisir dan pengelolaan sumber daya ekosistem pesisir berkelanjutan, dalam hal ini
berupa penanaman
mangrove. Penanaman mangrove sendiri
selain sebagai upaya mempertahankan keberadaan ekosistem pesisir dari kerusakan, juga sebagai upaya dalam memulihkan
kembali kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang rusak dengan cara penanaman
mangrove secara Padat Karya oleh masyarakat. |
|
Program rehabilitasi
terhadap kerusakan ekosistem laut. |
kegiatan restorasi
dan pengembangan ekosistem
pesisir, serta pelatihan dan bantuan sarana dan prasarana pengolahan produk turunan mangrove yang mendorong
pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengedepankan keberlanjutan ekosistem. |
Gambar 2
Studi Lapangan Pembinaan Potensi Maritim Lanal Lampung
a.
Sosialisasi kelestarian
biota laut
Keanekaragaman ikan yang tinggi
menjadi perhatian besar dalam pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya perikanan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan menjadi fenomena menarik yang terjadi hampir di setiap perairan di Indonesia.�
Kegiatan tersebut mencakup pemanfaatan stok induk, stok
bibit dan stok ikan konsumsi bagi pemenuhan
kebutuhan produksi perikanan berkelanjutan. Namun, peningkatan pemanfaatan perikanan berpotensi mengancam kelanjutan stok spesies ikan yang akan berpengaruh terhadap ekosistem laut maupun dari segi
ekonomi pelaku usaha perikanan. Terjadinya penurunan keanekaragaman ikan ini perlu diketahui faktor penyebabnya dan dampak yang akan ditimbulkan sehingga kedepannya dapat menentukan dan melakukan tindakan guna mengembalikan
keanekaragaman sumberdaya
ikan tersebut.
Faktor yang mempengaruhi penurunan sumber daya laut yaitu
adanya perubahan iklim dan perubahan kenaihan temperatur yamg drastis. Namun,
faktor lain yang sangat besar
mempengaruhi penurunan tersebut adalah pertambahan populasi manusia dimana mengakibatkan tingginya konsumsi akan ikan, aktivitas manusia yang menyebabkan berubahnya habitat makhluk hidup seperti
konversi lahan serta penangkapan sumber daya laut
yang tidak ramah lingkungan. Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
adalah penggunaan alat tangkap yang tidak sesaui dengan
aturan-aturan yang ditetapkan
dalam perundang-undangan seperti penggunaan cantrang, fish trap, penggunaan bom ikan serta racun ikan. Alat tangkap ini sangat berbahaya dikarenakan dapat merusak ekosistem karang, rumput laut, lamun serta
ikan yang tidak masuk dalam ikan konsumsi akan ikut terbawa
alat tangkap dan kerusakan yang diakibatkan cukup besar sehingga
butuh waktu lama untuk memulihkan sumber daya laut.
ya, saya paling kalau di undang-undang ada acara-acara penanaman
mangrove terus terumbu karang, kegiatan-kegiatan itu kan sering
dilaksanakan oleh pramuka
juga, sering ada ini apa? Istilahnya
kegiatan begitu. (CP)
�Adanya penerapan metode yang diberikan kepada masyarakat terutama untuk terumbu karang yang ada sosialisasi dan demonstrasi. Jadi masyarakat cepat nyambung, kalau hanya sekedar
Penyuluhan duluan tapi istilahnya ada prakteknya langsung di lapangan� (NL)
Masih banyak masyarakat yang belum mengenal ataupun mengetahui tentang sumber daya laut,
bagaimana cara mengelola dan memanfaatkan sumber daya laut
serta menjaga dan melestarikan menjadi perikanan yang berkelanjutan sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka Panjang terutama dalam mencapai kesejahteraan masyarakat sekitar. Oleh karena Pangkalan Angkatan Laut Lampung melaksanakan sosialisasi tentang peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian sumber daya laut.
b. Program penanaman
mangrove/bakau
Ekosistem mangrove memiliki
kontribusi dalam pengurangan emisi karbon di Indonesia Hutan
mangrove di Indonesia memiliki potensi
besar dalam penyerapan CO� dari atmosfer dan dapat menyimpannya dalam bentuk biomasssa tubuh. Hutan mangrove Indonesia adalah yang terluas di dunia, yaitu sekitar 3,2 juta hektar, merupakan
22,4% dari keseluruhan luas mangrove di dunia (Soimin et
al., 2018). Luasan
Mangrove ini mengindikasikan
bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam menyerap dan menyimpan karbon.
Pentingnya kegiatan penanaman mangrove bertujuan untuk merehabilitasi kawasan pesisir, juga sebagai program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) sesuai arahan
dari Presiden RI. Sebagian besar wilayah pesisir dan lautan berada dalam
kondisi terdegradasi, karena pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan
serta konversi lahan menjadi peruntukkan
yang baru. Berbagai aktivitas di wilayah darat maupun aktivitas di laut juga menyebabkan menurunnya kondisi ekosistem mangrove. Salah satu upaya Pemerintah bersama masyarakat adalah melakukan upaya rehabilitasi.
�Ada
kegiatan oral camp kegiatan
pelestarian nanti mereka kan bermalam,
malam-malam tersebutkan mereka pagi paginya
setelah ada kegiatan bersih lingkungan pantai kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penanaman kembali terumbu karang. untuk pemanfaatan dimasyarakat yang pertama biasa dirasakan itu adalah keberadaan
ikan. Kegiatan sudah berlangsung sejak 2015. Jadi ya betul-betul peran Angkatan laut, lanal khususnya itu karena sudah
masuk program kerja� (DW)
�Kalo
untuk disamping itu kan yang biota bawah laut terumbu
karang yang biasa kita laksanakan juga disamping apa namanya
menjaga pelestarian lingkungan bawah laut biotanya kita
juga melestarikan lingkungan
yang seperti bakau. tanaman bakau untuk
daerah apa namanya menjaga pelestarian lingkungan yang dipinggir pantai� (NY)
Kegiatan penanaman
mangrove menjadi salah satu
upaya Pangkalan Angkatan Laut Lampung dalam rangka meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam rehabilitasi ekosistem pesisir dan pengelolaan sumber daya ekosistem
pesisir berkelanjutan, dalam hal ini
berupa penanaman mangrove. Penanaman mangrove sendiri selain sebagai upaya mempertahankan keberadaan ekosistem pesisir dari kerusakan,
juga sebagai upaya Pemerintah dalam memulihkan kembali kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang rusak dengan cara
penanaman mangrove secara Padat Karya oleh masyarakat.
c.
Program Rehabilitasi Terhadap
Kerusakan Ekosistem Laut
Sebagai bentuk dukungan terhadap rehabilitasi kawasan sekaligus pemberdayaan bagi masyarakat di wilayah pesisir, Lanal Lampung tengah menyiapkan kegiatan rehabilitasi pesisir di sejumlah wilayah di pesisir Lampung Tak hanya penanaman mangrove, Lanal Lampung
juga melaksanakan kegiatan restorasi dan beberapa kegiatan lainnya yang ditujukan untuk keberlanjutan ekosistem. Program rehabilitasi kawasan bukan hanya dalam
bentuk penanaman mangrove saja, namun juga restorasi dan pengembangan ekosistem pesisir, serta pelatihan dan bantuan sarana dan prasarana pengolahan produk turunan mangrove yang mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengedepankan keberlanjutan ekosistem.
�Oh ya Perlu
sekali ditingkatkan pak, apalagi bapak
bupati kita itu kan mengharuskan
setiap desa harus ada destinasi
wisata apalagi yang daerah-daerah pantai kalau dia lingkungan
hidupnya rusak ya semuanya hancur
terus gimana, ya terus harus
dilestarikan� (CP)
�Ada
pembinaan maksudnya terhadap nelayan menyangkut terumbu karang yang harus dilestarikan, kalua yang rusak ya direhabilitasi lagi supaya tidak
semakin parah� (PD)
Sebagian
besar wilayah pesisir dan laut berada dalam
kondisi terdegradasi karena pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan
serta konversi lahan menjadi peruntukan
yang baru. Berbagai aktivitas di wilayah darat maupun aktivitas di laut juga menyebabkan menurunnya kondisi ekosistem laut. Program rehabilitasi ini menekankan pada menekankan pentingnya ruang laut sebagai tempat
penghidupan, sumber bahan pangan, aktualisasi
budaya, dan penopang perekonomian bangsa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa peran Pangkalan
TNI Angkatan Laut Lampung dalam
pembinaan potensi maritim guna meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar terdiri dari adalah: 1) melakukan sosialisasi kelestarian biota laut; 2) menyelanggarakan program penanaman
bakau; dan 3) melaksanakan
program rehabilitasi terhadap
kerusakan ekosistem laut. Pembinaan potensi maritim merupakan sinergitas dan koordinasi antara TNI Angkatan Laut yang secara spesifik di bawah Dinas Potensi Maritim (Dispotmar) Lantamal, Sub Dinas Penataan
Ruang Laut dan masyarakat pesisir Pantai Lampung yang berprofesi
sebagai nelayan. Potensi kemaritiman Indonesia perlu senantiasa diupayakan mengingat melimpahnya kekayaan sumber daya laut
Indonesia.
Assyakurrohim, D., Ikhram, D., Sirodj, R.
A., & Afgani, M. W. (2023). Metode Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif.
Jurnal Pendidikan Sains Dan Komputer, 3(01), 1�9.
Ayal, F. W., Abrahamsz, J.,
& Pentury, R. (2021). Identifikasi Aktivitas Perikanan Merusak Di Teluk
Sawai. Triton: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan, 17(2),
125�134.
Dahuri, R. (2001). Pengelolaan
Ruang Wilayah Pesisir Dan Lautan Seiring Dengan Pelaksanaan Otonomi Daerah. Mimbar:
Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 17(2), 139�171.
Deswan, F., Gultom, R. A. G.,
& Harsono, G. (2020). Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Dalam Penetuan
Keseuaian Lokasi Rencana Pangkalan Tni Angkatan Laut Di Wilayah Kabupaten
Sukabumi Propinsi Jawa Barat. Teknologi Penginderaan, 2(1).
Dimas, M. G. (N.D.). Kerusakan
Biota Laut Akibat Penangkapan Ikan Meggunakan Bahan Peledak.
Hartono, P. G., Wijaya, R.,
Hartono, A. B., Dizar, S., Magetsari, O. N. N., Anggara, I. S., & Sujono,
M. I. (2023). Factors Affecting Stock Price Of Maritime Companies In Indonesia.
Aip Conference Proceedings, 2675(1), 50005.
Indonesia, S. N. R. (2004).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional
Indonesia. Lembaran Ri Tahun, 34.
Jubaedah, I., & Anas, P.
(2019). Dampak Pariwisata Bahari Terhadap Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan
Nusa Penida, Bali. Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 13(1),
59�75.
Lanni, R. (2023). Analisis
Komunikasi Penyadaran Masyarakat Terhadap Perbaikan Lingkungan Wilayah Pesisir Oleh
Dinas Pembinaan Potensi Maritim Pangkalan Utama Tni Al Vi Di Pulau Kodingareng
Lompo. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 23(1),
1068�1079.
Marsetio, A. (2013). Dalam
Mendukung Pembangunan Indonesia Sebagai Negara Maritim Yang Tangguh.
Jakarta.
Nugraha, E., & Mulyono, M.
(2017). Laut Sumber Kehidupan. Stp Press.
Sinaga, R. R. K., Maulid
Al-Wira�i, R., Kurniawan, F., Roni, S., & Hidayati, J. R. (2023). Kondisi
Kesehatan Terumbu Karang Di Taman Wisata Perairan Kepulauan Anambas. Jurnal
Akuatiklestari, 6, 85�91.
Soimin, M., Gaertner, A.,
Comas, A. T., & Van Tuijl, C. (2018). Potensi Mitigasi Karbon Hutan
Mangrove Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi,
414�419.
Subagiyo, A., Wijayanti, W. P.,
& Zakiyah, D. M. (2017). Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil. Universitas Brawijaya Press.
Zamili, P. A. S. (2022).
Kewenangan Tni Angkatan Laut Dalam Melakukan Penyidikan Tindak Pidana Illegal
Fishing (Studi Di Pangkalan Tni Al Nias). Jurnal Panah Hukum, 1(2),
191�203.
Copyright holder: Freddy Johanis Rumambi (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |