Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
5, Mei 2023
PREVALENSI DAN DETERMINAN
HIPERTENSI LANSIA DI PUSKESMAS CINAGARA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2021
Nasya Shabilla
Yusuf
Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Berdasarkan dokumen HIRADC, penilaian risiko dan data laporan bahaya pada pekerja PT X, terdapat proses produksi dengan potensi bahaya tinggi namun dengan pelaporan yang rendah dari tahun 2020 sampai 2022 diantaranya: proses Major Inspection di generator area bahaya fisik benda terjatuh dan terbang, dengan nihil pelaporan, pencucian penstock di pipa penstock area bahaya jatuh dari ketinggian antara 2 sampai 5 meter,dengan 3 pelaporan dan pemeliharaan pesawat angkat/crane bahaya jatuh dari ketinggian hingga 10 meter, dengan 2 pelaporan.� Hal ini erat dengan kejadian near miss yang merupakan kejadian hampir celaka dan dapat menimbulkan kecelakaan dan dapat menyebabkan kerugian lebih besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan Aplikasi pelaporan bahaya sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja pada PT X sekaligus upaya mempertahankan penghargaan zero accident yang telah diperoleh berturut-turut sejak tahun 2015. Jenis penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan sampel menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling dan kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan observasi, wawancara dengan 39 informan dari dalam perusahaan dan luar perusahaan serta studi dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dari 2 ahli IT dan 2 Depnaker. Hasil penelitian menunjukan penerapan aplikasi Nearmiss telah memenuhi model kesuksesan sistem informasi DeLone daan McLean (2013) terdiri dari 6 variabel dan 11 indikator; kemudahan 66,7% mudah; kecepatan akses 79,5% cepat; keandalan sistem 71,8% handal; kelengkapan 64,1% lengkap; keakuratan 20% kesalahan; jaminan 87,2% terjamin; total 135 laporan tahun 2022; efisiensi 77,0% efisien; efektivitas 82,1% efektif; dan kegunaan 77,0% berguna.
Kata kunci: Aplikasi; Near miss; Zero accident
Abstract
Based on HIRADC document, risk assesment, and hazard report on PT X workers, there are
production processes with high hazard potential but low reporting from 2020 to
2022 including: Major inspection process in the generator area for physical
hazards of falling and fliying object, wih zero reporting, washing penstock in the penstock pipe
in the danger area of falling from a height between 2 to 5 meters with 3
reporting, and maintenance of lifting equipment/cranes falling from a height of
up to 10 meters, with 2 reporting. This is closely related to near miss which
can cause an accidents that will lead greater losses
later. The research aims to determine the effectiviness
of implementing the application as an effort to prevent work accidents in PT X
as well as efforts to maintain the zero accident award
that has been obtained continued since 2015. This type of research uses
qualitative methods by taking samples using proportionate stratified ransom
sampling and then analyzing descriptive qualitative by observation, interviews
with 39 informants from within the company and outside the company and
documentation studies. Test the validity of the data using a triangulation
technique of source from 2 IT experts and 2 Department of Labor. The results
show that the application of nearmiss meets the
information system success model of DeLone and McLean
(2013) consisting of 6 variabls and 11 indicators;
easiness 66,7% easy; access speed 79,5% fast; system reliability 71,8%
reliable; completeness 64,1% complete; accuracy 20% error; guarantee 87,2%
guaranteed; total 135 report in 2022; efficiency 77,0% efficient; effectiviness 82,1 effective; and utility 77,0% useful.
Keywords: Application;Near miss; Zero
accident.
Pendahuluan
Hipertensi menurut badan kesehatan dunia merupakan kondisi medis serius
dan perlu diwaspadai karena meningkatkan risiko terjadinya penyakit stoke, jantung dan ginjal. Diseluruh dunia terdapat 1.13 miliar orang yang menderita shipertensi dan kebanyakan dari mereka adalahmpenduduk yang tinggal di negara ekonomi rendah dan menengah. Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian
diusia muda dan pada tahun 2015, satu banding lima wanita dan satu banding empat pria menderita
hipertensi. Salah satu
target global penyakit tidak
menular yang harus tercapai adalah menurunkan angka kejadian hipertensi sebesar 25% di tahun 2025 (Panma & Clara, 2022).
Angka kejadian hipertensi didunia adalah 26,4% atau sekitar 972 juta penduduk dunia dengan 33 juta penduduk bertempat
tinggal di negara maju dan
939 juta penduduk bertempat tinggal di negara berkembang. Tahun 2030 angka kejadian ini diperkirakan akan mengalami peningkatan 29,2% (Riset Kesehatan Dasar
Riskesdas, 2018).
Hipertensi masih menjadi salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah di Indonesia. Menurut
data Riskesdas tahun 2018, dalam kurun waktu
lima tahun terjadi peningkatan angka kejadian hipertensi, pada tahun 2013 angka kejadian hipertensi pada penduduk yang usianya lebih dari 18 tahun
sebesar 25,8% dan pada tahun
2018 mengalami peningkatan menjadi 34,1%. Dapat dipastikan angka ini akan terus
meningkat apabila hipertensi tidak segera ditangani. Di Indonesia sendiri, angka kejadian hipertensi tertinggi terjadi di provinsi Kalimantan Selatan dengan
presentase sebesar 44,13%
dan diposisi kedua adalah provinsi Jawa Barat dengan presentase 39,60%. Sedangkan angka kejadian hipertensi terendah terjadi di provinsi Papua dengan presentase sebesar 22,2%.
Berdasarkan data badan kesehatan
dunia pada tahun 2016, sekitar
71% kematian penduduk didunia disebabkan karena penyakit tidak menular dan membunuh 36 juta penduduk dalam satu tahun. Kematian
tersebut, 80% nya terjadi di negara yang ekonominya
rendah dan menengah. Saat ini 73% kematian
diakibatkan karena penyakit tidak menular, 35% karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% karena kanker, 6% karena penyakit paru kronis, 6% karena penyakit metabolik diabetes mellitus, dan 15% karena
penyakit tidak menular lainnya.
Kekhawatiran tentang penyebaran penyakit tidak menular menghasilkan
kesepakatan strategi global untuk
pencegahan dan pengelolaan penyakit tidak menular, terutama di negara berkembang. Penyakit tidak menular menjadi
salah satu agenda SDGs 2030 sehingga
menjadi prioritas pembangunan di semua negara. Saat ini Indonesia menghadapi dua beban penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular. Pola perubahan penyakit dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, perilaku dari masyarakat,
perubahan perilaku, teknologi, ekonomi dan perubahan sosial budaya. Peningkatan paparan penyakit tidak menular berbanding
lurus dengan peningkatan faktor risiko seperti meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks masa tubuh atau obesitas, kebiasaan makan yang tidak sehat, aktivitas
fisik yang kurang, merokok dan alcohol (Erwanto & Kurniasih,
2022).
Angka kejadian hipertensi pada kelompok umur 31 � 44 tahun sebesar 31,6%, pada umur 45 � 54 tahun sebesar 45,3%, dan umur 55 � 64 tahun sebesar 55,2%. Berdasarkan data Kemenkes tahun 2018, angka kejadian hipertensi di Indonesia sebesar
34,1% dengan rincian 8,8% terdiagnosis hipertensi, 13,3%
orang yang terdiagnosis hipertensi
tidak meminum obat, dan sebesar 32,3% orang
yang terdiagnosis hipertensi
rutin meminum obat. Data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar besar orang tidak tahu jika dirinya
terkena hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan (Harahap et al., 2017).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah penyakit gangguan sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah diatas normal (Trisanty, 2015). Tekanan darah normal diartikan pada tekanan 120/80 mmHg. Pada hipertensi
terjadi kenaikan tekanan sistolik ≥140 mmHg
dan tekanan diastolik
≥90mmHg. Program pemantauan tekanan
darah dapat dilakukan pada penduduk usia >15 tahun di fasilitas kesehatan primer, pemerintah ataupun swasta (Massie, 2019).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, provinsi Jawa Barat berada di peringkat 2 dari 34 provinsi dalam kasus hipertensi. Jika dibandingkan dengan data pada tahun 2013 kasus hipertensi di Jawa Barat mengalami peningkatan. Peningkatan kasus hipertensi masih menjadi permasalahan utama penyakit tidak menular di Provinsi Jawa Barat. Dari 27 Kabupaten yang ada di Jawa Barat, kasus hipertensi tertinggi di terjadi di Kabupaten Sumedang dengan presentase 15,35%, sedangkan Kota
Bogor menempati peringkat sembilan dengan presentase sebesar 10,41% (Jusup, 2013).
Meningkatnya kasus hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada penelitian yang dilakukan Sugiarto, faktor yang berhubungna dengan kejadian hipertensi diantaranya umur, riwayat keluarga, konsumsi garam, konsumsi makanan berlemak, tidak berolahraga, dan menggunakan pil kontrasepsi selama 12 tahun. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Agustina dan Raharjo, faktor
risiko hipertensi diantaranya genetik, obesitas, riwayat keluarga, kepribadian, riwayat konsumsi alkohol, aktifitas fisik kurang, asupan
garam dan stress (Sari et al., 2017).
Di Indonesia kondisi penduduk lanjut usia (lansia) masih
memprihatinkan. Diperkirakan
sekitar 60% dari penduduk lansia tidak mendapatkan pendidikan formal. Selain itu, mulai terjadi
perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik, para lansia kurang mendapat
perhatian sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan menjadi terlantar (Nurmalasari, 2010). Proses penuaan yang dialami lansia menyebabkan produktivitasnya menurun sehingga mengakibatkan terbatasnya kesempatan kerja sedangkan kebutuhan hidup terus meningkat
(Susyanti & Nurhakim,
2019).
Angka kesakitan lansia di Indonesia kementerian kesehatan mencatat adanya kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (lansia),
yakni dari 18 juta jiwa (7,6%) pada 2010 menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada 2019 (Rizky, 2022). Jumlahnya diprediksi akan terus meningkat hingga 48,2 juta jiwa (15,8%) pada 2035. Usia lanjut merupakan proses alami dalam hidup
manusia yang tidak bisa dicegah. Indonesia merupakan lima negara didunia
yang memiliki jumlah usia lanjut tertinggi.
Pada tahun 2010 jumlah lansia tercatat sebanyak 18,1 juta jiwa atau 17,6 persen.
Di tahun 2014 jumlah meningkat menjadi 18,8 juta jiwa, usia lanjut
merupakan proses alami didalam hidup manusia
yang tidak dapat dicegah (Sitindion & Yuliyana,
2018). Indonesia merupakan lima negara
di dunia yang mempunyai jumlah
usia lanjut tertinggi. Pada tahun 2010 jumlah lansia tercata
sebanyak 18,1 juta jiwa atau 17,6%. Di tahun 2014 jumlah meningkat menjadi 18,8 juta jiwa. Diprediksikan
2020 jumlah lansia Indonesia
mencapai 28,8% (Gestinarwati et al., 2017).
Salah satu masalah kesehatan yang paling banyak diderita pada lansia adalah hipertensi.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi menjadi lebih besar yaitu
sekitar 40%. Angka kejadian
hipertensi yang dilansir
oleh The Lancet tahun 2000 menyatakan
bahwa sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling berpengaruh terhadap kesehatan dan kualitas hidup lansia. Pada lansia hipertensi lebih menonjol dibandingkan dengan hipotensi karena hipertensi merupakan faktor utama dari
perkembangan penyakit jantung dan stroke (Jusup, 2013).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar
merupakan Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST). Prevalensi HST berturut-turut 7%
(usia 60-69), 11% (usia
70-79), 18% (usia 80-89), dan diatas
90 tahun. HST lebih sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di
Rotterdam ditemukan dari
7.983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi hipertensi (160/95
mmHg) meningkat sesuai dengan umur, dimana
perempuan (39%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (31%). Pada penelitian
yang dilakukan di Taiwan menunjukkan
hasil bahwa prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan
perempuan 61,9%), yang sebelumnya
telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan
33,1%), hipertensi yang baru
terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan
28,8%), dimana ditemukan adanya riwayat keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks massa tubuh
merupakan faktor risiko hipertensi (Kuswardhani, 2006).
Menurut Bustan (2007), tidak dapat dipungkiri bahwa semakin bertambahnya
umur seseorang maka proses penuaan tidak dapat dihindari.
Proses ketuaan akan berkaitan dengan proses degeneratif tubuh dengan segala penyakit
yang terkait. Dengan usia lanjut dan sisa kehidupan yang ada, kehidupan lansia terisi dengan
40% masalah kesehatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa prevalensi penyakit kardiovaskuler dan hipertensi tertinggi pada kelompok lanjut usia.
Puskesmas Cinagara adalah satu pusat
layanan kesehatan yang berada di Kecamatan Caringin terletak di wilayah
Utara Kabupaten Bogor dengan
jarak kurang lebih 7 km dari pusat kota Bogor. Puskesmas ini melaksanakan
aspek optimalisasi pelayanan puskesmas dalam dan luar gedung salah satunya adalah pelayanan lansia dalam pencegahan
penyakit tidak menular.
Berdasarkan laporan tahunan di klinik lansia Puskesmas Cinagara Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor didapatkan bahwa hipertensi berada di urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak yang dialami oleh lansia di wilayah kerja puskesmas yaitu sebesar 24% sehingga menjadi masalah kesehatan yang perlu ditangani dengan serius. Kesehatan lansia mulai mendapat perhatian khusus di Puskesmas Cinagara Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Hal ini sejalan upaya pembinaan
kesehatan usia lanjut yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa
Barat.
Berdasarkan dari latar belakang di atas mengingat pentingnya memperhatikan kesehatan lanjut usia, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hipertensi pada lansia di wilayah ini karena masih belum
diketahui prevalensi dan faktor-faktor hipertensi pada lansia tersebut. Penulis merasa ingin mengetahui lebih lanjut dan melakukan penelitian pada Lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor untuk mengetahui prevalensi dan determinan pada peyakit hipertensi. Dilakukannya penelitian ini, penulis mengharapkan
dapat memberi manfaat, pengetahuan, dan juga dapat meningkatkan kualitas hidup kepada masyarakat di wilayah Puskesmas Cinagar khususnya para lansia.
Rumusan Masalah, (1) Bagaimana prevalensi hipertensi pada lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor Tahun 2021? (2) Bagaimana frekuensi dan distribusi hipertensi berdasarkan karakteristik demografi (umur, jenis kelamin) dan status kesehatan fisik (kegemukan, penyakit diabetes
mellitus) di Puskesmas Cinagara
Kabupaten Bogor Tahun 2021?
Penelitian ini bertujuan (a) Mengetahui prevalensi hipertensi pada lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor Tahun 2021. (b) Mengetahui frekuensi dan distribusi hipertensi berdasarkan karakteristik demografi (umur, jenis kelamin)
dan status kesehatan fisik
(kegemukan, penyakit
diabetes mellitus) di Puskesmas Cinagara
Kabupaten Bogor Tahun 2021.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah (a) Sebagai sarana mendapatkan pengalaman dan mengaplikasikan teori yang sudah didapatkan selaman pendidikan di Kedokteran
Universitas Tarumanagara. (b) Memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai prevalensi hipertensi dan determinan pada lansia yang memperoleh pelayanan di Puskesmas.
Metode Penelitian
Jenis penelitian menggunakan
metode kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross
sectional. Tempat Penelitian� imi bertempat di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor bulan Januari 2022 - Februari 2022. Populasi target semua lansia yang datang ke Puskesmas
Cinagara Kabupaten Bogor
dan memperoleh pelayanan kesehatan dan tercatat dalam rekam medis.
Populasi terjangkau lansia
yang datang ke lansia puskesmas cinagara kabupaten bogo dan memperoleh pelayanan kesehatan dan tercatat dalam rekam medis. Sampel
Penelitian adalah lansia yang datang ke Puskesmas Cinagara
Kabupaten Bogor. Instrumen
yang digunakan pada penelitian
adalah data rekam medis. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi rekam medis lansia
yang mengunjungi Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor.
n = (0,05+ 0.90)2
(0,189)2
n = 143 responden
N�������� =
jumlah sempel yang dibutuhkan
Z1-/2����������� =
nilai Z pada derajat kepercayaan/kemaknaan :
5%
Z1-�� =
nilai Z pada kekuatan uji 1
- : 90% (0,90)
P��������� =
(P1 + P2)/2 = 0,189
P1������� =
proporsi hipertensi pada kelompok berisiko (0,248)
P2������� =
proporsi hipertensi pada kelompok tidak berisiko (0,13)
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
Penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun
yang datang ke Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor yang memperoleh pelayanan kesehatan dan tercatat dalam rekam medis secara
lengkap.
Kriteria Eksklusi
Penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun
yang tidak datang ke Puskesmas Cinagara
Kabupaten Bogor yang tidak memperoleh pelayanan kesehatan dan tidak tercatat dalam rekam medis secara
lengkap.
Variabel dari penelitian yaitu, (a) Variabel bebas atau variabel independen
adalah umur, jenis kelamin, indeks masa tubuh (obesitas) dan Diabetes Melitus.
(b) Variabel terikat atau variabel dependen
adalah hipertensi.
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh frekuensi data dari umur, jenis
kelamin, indeks massa tubuh (obesitas),
diabetes mellitus, dan hipertensi. Pada penelitian menggunkan data kategorik dengan skala nominal dan ordinal. Serta menggunakan
data numerik dengan skala rasio sehingga
akan diperoleh presentase dari data kategorik.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara umur, jenis
kelamin, indeks massa tubuh (obesitas)
dan diabetes mellitus dengan hipertensi
menggunakan uji chi square.
Gambar 1 Alur Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor, dengan jumlah sampel sebanyak
143 responden. Karakteristik
responden pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1
Karakteristik Responden
Variabel |
Kategori |
n |
% |
Hipertensi |
Iya |
80 |
55,9 % |
|
Tidak |
63 |
44,1 % |
Umur |
60 � 69 tahun |
98 |
68,5 % |
|
� 70 tahun |
45 |
31,5 % |
Jenis Kelamin |
Laki � laki |
32 |
22,4 % |
|
Perempuan |
111 |
77,6 % |
Kegemukan |
Tidak |
63 |
44,1 % |
|
Kegemukan |
80 |
55,9 % |
Penyakit DM |
Ada |
11 |
7,7 % |
|
Tidak Ada |
132 |
92,3 % |
Berdasarkan Tabel 4.1 karakteristik responden yang mempunyai hipertensi sebanyak 80 responden (55,9%) dan
responden yang tidak memiliki hipertensi sebanyak 63 orang (44,1%). Umur responden antara 60 � 90 tahun sebanyak 98 orang (68,5%)
dan yang berumur 70 tahun
sebanyak 45 orang (31,5%). Responden
dengan jenis kelamin laki � laki sebanyak 32 orang (22,4%)
dan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 111 orang (77,6%). Indeks
Masa Tubuh (IMT) responden dengan kategori IMT normal sebanyak 63 orang (44,1%) dan responden
dengan kategori obesitas sebanyak 55,9%. Responden yang mempunyai penyakit DM sebanyak 11 orang
(7,7%) dan responden yang tidak
mempunyai penyakit DM sebanyak 132 orang (92,3%).
Hubungan Umur Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor
Berdasarkan Tabel 4.7 pada penelitian ini secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian
hipertensi pada lansia. Hal
ini dapat terlihat bahwa hipertensi meningkat berdasarkan umur, dimana peluang hipertensi tertinggi pada kelompok umur diatas
70 tahun dengan p value
<0,05.
Tabel 2
Hubungan Umur Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas
Cinagar Kabupaten Bogor
Umur (Tahun) |
Hipertensi |
Total |
P � value |
|||
Ya |
Tidak |
|||||
N |
% |
N |
% |
|||
60 � 69 |
39 |
27,3 |
59 |
41,3 |
98 |
0,000 |
� 70 |
41 |
28,7 |
4 |
2,8 |
45 |
|
Total |
80 |
63 |
143 |
|
Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor
Berdasarkan tabel 4.8 pada penelitian ini secara statistik terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin terhadap
kejadian hipertensi pada lansia dengan p value <0,05.
Tabel 3
Hubungan Jenis
Kelamin Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor
Jenis Kelamin |
Hipertensi |
Total |
P � value |
|||
Ya |
Tidak |
|||||
N |
% |
N |
% |
|||
Laki � laki |
27 |
18,9 |
5 |
22,4 |
32 |
0,000 |
Perempuan |
53 |
37,1 |
58 |
40,6 |
111 |
|
Total |
80 |
63 |
143 |
|
Hubungan Obesitas
Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor
Secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor dengan p value
<0,05.
Tabel 4
Hubungan Obesitas Terhadap
Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas
Cinagara Kabupaten Bogor
Obesitas |
Hipertensi |
Total |
P � value |
|||
Ya |
Tidak |
|||||
N |
% |
N |
% |
|||
Ya |
54 |
37,8 |
26 |
18,2 |
80 |
0,000 |
Tidak |
26 |
18,2 |
37 |
25,9 |
63 |
|
Total |
80 |
63 |
143 |
|
Hubungan
DM Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor
�� Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit diabetes mellitus dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor dengan p value <0,05.
Tabel 5
Hubungan DM Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas
Cinagara Kabupaten Bogor
Diabetes Mellitus |
Hipertensi |
Total |
P � value |
|||
Ya |
Tidak |
|||||
N |
% |
N |
% |
|||
Ya |
5 |
3,5 |
6 |
4,2 |
11 |
0,466 |
Tidak |
75 |
52,4 |
57 |
39,9 |
132 |
|
Total |
80 |
63 |
143 |
|
Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan di Puskesmas
Cinagara Kabupaten Bogor dengan jumlah responden
sebanyak 143 orang lansia. Dalam penelitian ini karakteristik responden berdasarkan umur dikategorikan menjadi dua, yaitu kategori umur 60 � 69 tahun yang merupakan lansia (lanjut usia) dan kategori umur 70 tahun yang merupakan lansia resiko tinggi. Berdasarkan kategori tersebut didapatkan jumlah lansia dengan
umur 60 � 69 tahun berjumlah 90 orang (68,5%) dan yang berumur
70 tahun berjumlah
45 orang (44,1%). Karakteristik responden
berdasarkan riwayat hipertensi dikategorikan menjadi responden dengan hipertensi dan tidak hipertensi. Responden yang mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 80 orang (55,9%) dan responden
yang tidak mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 63 responden (44,1%).
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan responden dengan jenis kelamin laki
� laki sebanyak 32 orang
(22,4%) dan responden dengan
jenis kelamin perempuan sebanyak 111 orang
(77,6%). Berdasarkan kondisi
berat badan dibagi menjadi dua, yaitu responden dengan obesitas atau kegemukan
dan responden tanpa obesitas atau tidak
mengalami kegemukan didapatkan hasil responden dengan obesitas berjumlah 63 orang
(44,1%) dan responden yang tidak
mengalami kegemukan berjumlah 80 orang (55,9%). Sedangkan
responden dengan riwayat diabetes mellitus sebanyak
11 orang (7,7%) dan responden
tanpa riwayat diabetes
mellitus sebanyak 132 orang (92,3%).
Penelitian ini menggunakan cut
off point hipertensi berdasarkan
JNE 8 yaitu bila tekanan darah sistolik
(TDS) 140 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) 90
mmHg maka dianggap menderita hipertensi. Hasil analisis dari 143 orang lansia diperoleh prevalensi hipertensi pada lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor. adalah sebesar 55,9%, berdasarkan umur prevalensi tertinggi pada usia 70 tahun yaitu sebesar 91,1 berdasarkan jenis kelamin prevalensi tertinggi adalah pada responden berjenis kelamin laki � laki yaitu sebesar
84,3%, prevalensi hipertensi
pada lansia yang mengalami obesitas adalah sebesar 67,5% dan prevalensi responden dengan riwayat penyakit diabetes
mellitus sebanyak 45,5%.
Hubungan Umur Terhadap Hipertensi Pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lansia berumur 60 � 69 tahun yang menderita hipertensi sebanyak 39 orang (27,3%) dan yang tidak
menderita hipertensi sebanyak 59 orang (41,3%) dan lansia
yang berumur 70 tahun
yang menderita hipertensi sebanyak 41 orang (28,7%). Didapatkan
p value < 0,05 sehingga terdapat
hubungan antara umur dengan hipertensi
pada lansia. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adam pada tahun
2018 di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo, bahwa umur berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada lansia. Semakin tua umur
seseorang, maka risiko terkena hipertensi semakin tinggi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Adam diperoleh p
value sebesar 0,005 yang artinya
terdapat hubungan antara usia dengan
kejadian hipertensi pada
lansia19 Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azizah pada tahun 2021 di Puskesmas Karangtengah Kabupaten Wonogiri yang menunjukan bahwa seiring bertambahnya usia maka prevalensi
hipertensi semakin
meningkat.20 Pada penelitian yang dilakukan
oleh Azizah diperoleh p
value 0.018.
Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian laki � laki yang menderita hipertensi sebanyak 27 orang (18,9%) dan yang tidak
menderita hipertensi sebanyak 5 orang (22,4%). Sedangkan
perempuan yang menderita hipertensi sebanyak 53 orang
(37,1%) dan yang tidak menderita
hipertensi sebanyak 58
orang (40,6%). Didapatkan p value <0,05 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin
dengan hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azizah pada tahun 2021 di Puskesmas Karangtengah Kabupaten Wonogiri yang menyebutkan jenis kelamin perempuan cenderung menderita hipertensi dibandingkan dengan laki � laki
setelah menopouse yaitu usia di atas
45 tahun.20 Hasil ini juga sejalan
dengan penelitian oleh Khoiriyah pada tahun 2019 yang menyatakan terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin
dengan hipertensi pada pekerja di Pasar Beringharjo
Yogyakarta.21 Namun, penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sari pada tahun 106 yang menyebutkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan hipertensi pada lansia di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar.22
Hubungan Obesitas
Terhadap Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian responden dengan obesitas dan menderita hipertensi sebanyak 54 orang
(37,8%) dan yang tidak menderita
hipertensi sebanyak 26
orang (18,2%). Sedangkan responden
tidak obesitas yang menderita hipertensi sebanyak 26 orang (18,2%) dan yang tidak
menderita hipertensi sebanyak 37 orang (25,9%). Didapatkan
p value <0,05 sehingga didapatkan
hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Obesitas merupakan keadaan dimana tubuh menimbun lemak secara berlebih dan menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azizah pada tahun 2021 di Puskesmas Karangtengah Kabupaten Wonogiri, pada penelitian tersebut diperoleh p value 0,006
yang artinya terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Pada penelitian tersebut terdapat 70% lansia yang menderita hipertensi dan obesitas.19 Selain
itu, penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Fitriyani pada tahun 2019 yang menyatakan terdapat hubungan antara obesitas dengan hipertensi, bahwa ketika terdapat peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) maka tekanan darah
akan ikut mengalami peningkatan.23 Penelitian
lain yang dilakukan oleh
Adam kepada lansia si Puskesmas Kota Barat Gorontalo
juga menunjukan adanya hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada
lansia.19
Hubungan Diabetes Mellitus Terhadap Kejadian Hipertensi
Berdasarkan penelitian
responden dengan riwayat diabetes mellitus yang menderita
hipertes sebanyak 5 orang
(3,5%) dan yang tidak menderita
hipertensi sebanyak 6 orang
(4,2%). Sedangkan responden
yang tidak diabetes mellitus yang menderita
hipertensi sebanyak 75
orang (52,4%) dan yang tidak menderita
hipertensi sebanyak 57
orang (39,9%). Dengan p value >0,05 sehingga tidak terdapat hubungan bermakna antara diabetes mellitus
dengan hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gunawan pada tahun 2019 yang dilakukan
di Puskesmas Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok,
pada penelitian tersebut dikatakan tidak ada hubungan antara
diabetes mellitus dengan hipertensi
dengan p value sebesar
0,879.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan: (a) Prevalensi hipertensi lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor didapatkan sebesar 55,9%. (b) Prevalensi hipertensi pada usia antara 60 � 69 th sebesar 27,3% dan usia 70 sebesar 28,7%. Lansia berjenis kelamin laki � laki yang menderita hipertensi sebesar 18,9% dan lansia berjenis kelamin perempuan sebesar 37,1%. Lansia dengan obesitas dan menderita hipertensi sebesar 37,8% dan lansia dengan penyakit diabetes mellitus
yang menderita hipertensi sebesar 3,5%. (c) Terdapat hubungan bermakna antara umur dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor dengan p value sebesar 0.000. (d)
Terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor dengan p value sebesar 0,000. (e)
Terdapat hubungan bermakna antara kegemukan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor dengan p value sebesar 0,000. (f)
Tidak terdapat hubungan antara penyakit Diabetes Mellitus (DM) dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Cinagara Kabupaten Bogor dengan p value sebesar 0,466.
BIBLIOGRAFI
Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi penyakit tidak
menular. Jakarta: Rineka Cipta, 221.
Erwanto, R., & Kurniasih, D. E. (2022). Kajian
Determinan Sosial Dan Perilaku Cerdik Terhadap Kejadian Penyakit Tidak Menular
Di Masa Pandemi Covid-19 Pada Asn Kota Magelang. Jurnal Jendela Inovasi
Daerah, 5(1), 1�27.
Gestinarwati, A., Ilyas, H., & Manurung, I.
(2017). Hubungan dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke posyandu. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 12(2), 240�246.
Harahap, R. A., Rochadi, R. K., & Sarumpae, S.
(2017). Pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi pada laki-laki
dewasa awal (18-40 tahun) di wilayah puskesmas bromo medan tahun 2017. Jurnal
Muara Sains, Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 1(2), 68�73.
Jusup, L. (2013). Rahasia
Tetap Muda Hingga Lansia. Gramedia Pustaka Utama.
Kuswardhani, T. (2006). Penatalaksanaan hipertensi
pada lanjut usia. Jurnal Penyakit Dalam, 7(2), 135�140.
Massie, R. G. A. (2019). Akses Pelayanan Kesehatan
yang Tersedia pada Penduduk Lanjut Usia Wilayah Perkotaan di Indonesia. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 46�56.
Nurmalasari, A. (2010). Bentuk Dukungan Keluarga
Terhadap Sikap Lansia Dalam Menjaga Kesehatan Mentalnya (Studi Kualitatif
Terhadap Lansia Wanita Di Posyandu Lansia Harapan Dan Jember Permai I Di
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember).
Panma, Y., & Clara, H. (2022). Penyegaran Kader
Kesehatan Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Tentang Pencegahan Hipertensi
Dan Diabetes Melitus. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 6(2),
1360�1368.
Riset Kesehatan Dasar Riskesdas. (2018). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Rizky, H. M. (2022). Hubungan Kategori Hipertensi
Dengan Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Sambirejo
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat 2021. Fakultas Kedokteran, Universitas
Islam Sumatera Utara.
Sari, E. P., Sitorus, R. J., & Utama, F. (2017).
Studi prevalensi kejadian hipertensi pada posbindu di wilayah kerja BTKLPP
kelas I Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(2).
Sitindion, S. H., & Yuliyana, R. (2018). Pengaruh
senam lansia dengan kualitas hidup di lembaga kesejahteraan lansia. Jurnal
Keperawatan Vol, 8(1).
Susyanti, S., & Nurhakim, D. L. (2019).
Karakteristik dan Tingkat Kemandirian Lansia di Panti Sosial Rehabilitasi
Lanjut Usia (RSLU) Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Jurnal Medika Cendikia,
6(01), 21�32.
Trisanty, A. (2015). Osialisasi Bahaya Hipertensi Di
Dusun Wonolobo. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship (AJIE),
4(2), 84�87.
Copyright holder: Nasya Shabilla Yusuf (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |