Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7 No.
11, November 2022
Analisis Faktor
Anteseden yang Mempengaruhi
Niat Berperilaku Berbelanja Online
Ariya Tetuka Puspayuda
Universitas Negeri Yogyakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara faktor-faktor anteseden seperti pengorbanan, nilai layanan online, kualitas layanan online, dan kepuasan layanan online terhadap perilaku pada layanan toko online. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Penelitian ini dirancang dengan memberikan kuesioner kepada 270 responden. Interpretasi sampel dilakukan dengan nonprobability sampling dengan menggunakan purposive sampling. Unit sampel penelitian ini adalah individu di Indonesia yang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang pembelian barang di toko online. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa niat perilaku pada toko online dapat dijelaskan oleh variabel pengorbanan, nilai layanan online, kualitas layanan online dan kepuasan layanan online. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen toko online dapat dijelaskan dengan model yang tepat.
Kata kunci: Perilaku Konsumen; Faktor anteseden; Perdagangan elektronik.
Abstract
The purpose of this research is to
examine the relation between antecedent factors such as sacrifice, online
service value, online service quality, and online service satisfaction toward
the behaviour on online store service. Method of analysis that is used in this
research is Structural Equation Modelling (SEM). This research is designed with
giving questionnaire to 270 respondents. Sample interpretation is done by
nonprobability sampling with using purposive sampling. Sample unit of this
research is an individual in Indonesia which has experience and knowledge about
purchasing things on online store.The result of this research shows that an
behavioural intentions on online store can be explained by the variable of
sacrifice, online service value, online service quality and online service
satisfaction. Based on that thing, it can be concluded that consumer behaviour
of online store can be explained with an exact model.
Keywords: Consumer Behavior; Antecedent
factors;E-commerce.
Pendahuluan
Saat ini perkembangan teknologi dan
informasi sudah semakin pesat, termasuk penggunaan internet (Yassir & Akram, 2022). Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia APJII (2014), tingkat penetrasi internet di Indonesia tumbuh
77,02%, di mana sebanyak 210.026.769 jiwa dari total 272.682.600 jiwa penduduk
Indonesia online ke internet pada tahun 2021. Jika dilihat berdasarkan gender,
tingkat penetrasi dan kontribusi internet kurang lebih hamper sama. Artinya
internet saat ini menjadi sebuah kebutuhan banyak orang. Usia 13-18 tahun
menjadi kelompok umur yang paling banyak mengakses internet dengan penetrasi
sebesar 99,16%, selanjutnya usia 19-34 tahun berkontribusi sebesar 98,64% dan
usia 35-54 tahun berkontribusi sebesar 87,30% (APJII, 2014). Apabila dilihat berdasarkan tingkat ekonomi,
penghasilan Rp 5.000.001 sampai dengan Rp 15.000.000 menjadi yang paling
teratas dengan kontribusi sebesar 96,83%.
Berdasarkan data tersebut tentu
menjadikan Indonesia sebagai pasar yang potensial untuk dimasuki. Ditambah
lagi, di era Globalisasi seperti zaman sekarang ini, sudah tidak ada lagi
batas-batas geografi antarnegara yang menjadi suatu hambatan dalam proses
komunikasi dan interaksi antar individu maupun kelompok, hal ini didukung
dengan adanya Internet (Kusuma et al., 2021). Konsumen dapat dengan bebas menikmati layanan online
yang mereka inginkan dari berbagai jasa penyedia layanan yang tersedia di
internet. Dengan adanya internet, kita dapat mengakses dan mengetahui berbagai
hal seperti media sosial, berita, video, foto, maupun belanja online. Belanja
online merupakan proses jual beli yang dilakukan secara online dengan adanya
internet. Menurut APJII (2014), terdapat beberapa alasan menggunakan internet
antara lain: (1) Untuk dapat mengakses sosial media; (2) Untuk dapat mengakses
layanan publik; (3) Untuk dapat transaksi online; dan lainnya. Adapun konten
internet yang sering diakses adalah media sosial sebanyak 89,15%, chatting
online sebanyak 73,86%, shopping online sebanyak 21,26%.
Pada saat pengguna internet akan
melakukan berbelanja secara online, pengguna internet akan mencari informasi
terlebih dahulu tentang barang atau layanan yang akan dibeli. Baik dari
spesifikasi barang, berbagai macam model yang ditawarkan, dan harga yang
ditawarkan. Namun, tidak semua pencarian informasi berujung pada transaksi. Ada
beberapa pengguna internet yang mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai
produk atau layanan melalui internet sampai akhirnya pengguna lebih memilih
melakukan transaksi tatap muka atau konvensional. Kemudahan seseorang untuk
mengakses beberapa e-commerce untuk mencari informasi maupun melakukan
transaksi jual beli secara online menjadikan pelaku bisnis usaha maupun
perusahaan harus memikirkan hal tersebut, khususnya untuk memperluas pasar dan
meningkatkan keuntungan (Orinaldi, 2020).
Berdasarkan data Internet World
Stats, Indonesia merupakan pengguna internet terbanyak ke-43 di dunia dengan
persentase 76,5%, tentu menjadi sangat potensial bagi para pelaku bisnis dan
usaha maupun perusahaan yang bergerak dibidang e-commerce dalam memasarkan
produk maupun jasanya secara online dan kemudahan untuk menjangkau konsumen
lebih luas. Tetapi, bagaimana pelaku usaha atau perusahaan dapat mendapatkan
konsumen tentu perlu memahami perilaku konsumen, konsumen satu dengan lainnya
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda khususnya dalam keputusan dalam
melakukan pembelian. Terlebih lagi, semakin banyaknya e-commerce yang
bermunculan menyebabkan masing-masing e-commerce harus mampu bersaing satu sama
lain untuk menarik perhatian dari konsumen baik dengan cara selalu berinovasi
pada produk dan layanan maupun memberikan value tersendiri bagi konsumen (Anwar & Natalia, 2021).
Beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa masih ada beberapa perusahaan belum
mampu memasarkan produknya dengan sukses dalam konteks layanan online (Hackman et al., 2006). Kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai
perilaku konsumen dari segi layanan menjadi salah satu hambatan suksesnya dalam
memasarkan suatu produk (Hackman et al., 2006). Selain itu adanya keterbatasan dalam membangun
konstruk model penelitian dalam konteks layanan online juga menjadi suatu hambatan.
Konstruk model penelitian dikembangkan melalui faktor-faktor yang sebelumnya
telah diterapkan dalam pengaturan offline atau konvensional (Hackman et al., 2006). Beberapa faktor yang mempengaruhi niat
berperilaku konsumen yang telah diuji pada penelitian sebelumnya antara lain
sebagai berikut: kualitas layanan Zeithaml (1996), nilai layanan, kepuasan, kepercayaan, citra
perusahaan, dan sikap (Hackman et al., 2006).
Menurut hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Hackman (2006), menunjukkan bahwa faktor anteseden memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap niat berperilaku. Dimana niat berperilaku
dipengaruhi secara langsung oleh kualitas layanan online, nilai layanan
online,dan kepuasan layanan online. Selanjutnya kepuasan layanan online
dipengaruhi secara langsung oleh nilai layanan online dan kualitas layanan
online (Hackman et al., 2006). Dan nilai layanan online dipengaruhi secara
langsung oleh kualitas layanan online dan pengorbanan (Hackman et al., 2006). Pengaruh paling kuat yang mempengaruhi niat
berperilaku dipengaruhi secara langsung oleh kepuasan layanan online (Hackman et al., 2006). Sehingga faktor anteseden terhadap niat
berperilaku dalam konteks layanan online dapat digunakan dalam menjelaskan niat
berperilaku konsumen (Hackman et al., 2006). Namun, pengembangan skala dan teori sangat
diperlukan untuk penelitian selanjutnya. Sehingga penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan skala pengukuran yang lebih kuat untuk memeriksa faktor
anteseden terhadap niat berperilaku dalam konteks layanan online.
Niat Berperilaku (Behavioral Intentions)
Pemahaman tentang perilaku konsumen
dalam cara berperilaku merupakan hal penting yang harus dipelajari oleh manajer
pemasaran untuk mengembangkan suatu produk atau jasa. Mengutip Mowen dalam
Sunardi (2013), Niat berperilaku adalah keinginan konsumen
untuk berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki, membuang,
menggunakan produk atau jasa. Menurut Sunardi (2013) keinginan berperilaku adalah suatu proposisi
yang menghubungkan diri dengan tindakan yang akan datang. "Ketika konsumen
memuji perusahaan, memberikan refensi perusahaan ke orang lain, meningkatkan
jumlah pembelian mereka, atau setuju membayar dengan harga yang mahal, hal itu
menunjukkan bahwa konsumen memiliki keterikatan dengan Perusahaan (Zeithaml et al., 1996). Berdasarkan teori dari berbagai peneliti,
dapat disimpulkan bahwa niat berperilaku adalah suatu indikasi dari bagaimana
konsumen bersedia untuk menanamkan kepercayaaan terhadap perusahaan sehingga
menimbulkan kepuasan tersendiri dengan ditunjukkan dengan berbagai perilaku
seperti melakukan pembelian kembali (repurchase intention) dan getok tular
(word of mouth) (Zeithaml et al., 1996).
Pengorbanan
Pengorbanan adalah sesuatu yang dikeluarkan oleh
konsumen untuk mendapatkan jasa atau produk (Zeithaml et al., 1996). Pengorbanan didefinisikan sebagai sesuatu yang
dikeluarkan oleh konsumen yang mempunyai dimensi; a. harga, yaitu sejumlah uang
yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa; b. waktu, yaitu waktu yang
diperlukan untuk untuk mendapatkan barang atau jasa (Zeithaml et al., 1996). Konsumen akan mengeluarkan biaya,waktu,dan
tenaga untuk memperoleh layanan atau produk yang diinginkan. Ketika apa yang
diterima konsumen tidak sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain
nilai konsumen yang diterima rendah, maka ada kecendrungan bagi konsumen untuk
berpindah ke situs lain yang bisa memberikan layanan dan nilai sesuai dengan
harapan (Chang et al., 2009).
Kualitas Layanan Online
Kualitas layanan online didefinisikan sebagai
penilaian konsumen tentang keseluruhan keunggulan layanan online Zeithaml (1996) dalam Hackman (2006). Kualitas layanan pada lingkungan online
menjadi sesuatu yang penting dalam penentuan kesuksesan atau kegagalan dari
perdagangan elektronik. Kualitas Layanan Online juga dapat didefinisikan sejauh
mana website dapat memberikan fasilitas informasi yang efektif dan efisien
untuk memudahkan para konsumen ketika berbelanja baik sebelum melakukan
pembelian maupun sudah melakukan pembelian (SIMORANGKIR, 2022). Layanan yang dimaksud adalah suatu bentuk
penyerahan jasa dengan menggunakan media yaitu melalui web. Keberadaan kualitas
layanan pada lingkungan online yang disampaikan melalui web atau penyedia
layanan merupakan strategi yang sangat penting dibandingkan dengan harga murah
dan keberadaan web (Zeithaml et al., 1996). Parasuraman (2005) menyatakan definisi kualitas layanan online
(eservice quality) dalam interaksinya dengan website adalah bagaimana sebuah
website bisa secara efektif dan efisien memfasilitasi dalam hal berbelanja,
melakukan pembelian dan proses penyerahan dari produk dan jasa. Penilaian
kualitas website tidak hanya saat pengalaman selama melakukan interaksi dengan
website tetapi juga interaksi setelah mendapatkan layanan.
Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
kuantitatif dengan metode survei. Pendekatan kuantitatif dilakukan karena
peneliti ingin menguji teori dan model untuk menjelaskan hubungan antar
variabel dalam model dan menjelaskan perilaku konsumen dalam konteks online.
Penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan metode survei. Metode survei yang
digunakan oleh peneliti fokus pada pengumpulan data primer, alasan peneliti
menggunakan metode survei dengan data primer karena peneliti lebih mengerti
dalam menyelesaikan permasalahan. Data primer adalah data yang diperoleh dari
responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil
wawancara peneliti dengan narasumber (Sekaran & Bougie, 2016).
Metode pengambilan sampel dari penelitian ini adalah non
probability sampling dengan menggunakan purposive sampling. Non probability
sampling merupakan proses pengambilan sampel dimana probabilitas dari setiap
unit sampel yang dipilih tidak dapat diketahui (Sekaran & Bougie, 2016). Purposive sampling mendapatkan informasi dari
target yang spesifik (Sekaran & Bougie, 2016). Purposive sampling membatasi secara spesifik
tipe dari sampel yang memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Kriteria
sampel yang dibutuhkan untuk metode purposive sampling, antara lain: sampel
dengan usia 18 tahun atau lebih, sampel yang mempunyai pengalaman dan pernah
membeli produk atau jasa secara online, sampel yang tinggal di Indonesia,
sampel dengan pendidikan minimal SMA dan lebih. Usia 18 tahun dipilih karena
sampel pada usia ini dinilai sudah cukup matang dalam melakukan keputusan
pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor anteseden
(pengorbanan, nilai layanan online, kepuasan layanan online, nilai layanan
online) terhadap niat berperilaku konsumen dalam konteks online. Sehingga
peneliti memiliki kriteria sampel yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan topik penelitian.
Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan jumlah sampel yang tepat. Sekaran (2016) menyampaikan aturan dasar dalam penentuan
jumlah sampel, antara lain: (a) Jumlah sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500
merupakan ukuran yang sesuai untuk sebagian besar penelitian. (b) Pada saat
sampel dibagi menjadi sub sampel (pria atau wanita, muda atau tua, dan
lain-lain), diperlukan jumlah sampel minimum 30 untuk setiap kategori. (c) Pada
multiple research (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya
beberapa kali lebih besar (biasanya 10 kali atau lebih) dari jumlah variabel
yang terdapat pada penelitian. (d) Untuk penelitian eksperimen dengan kontrol
eksperimen yang ketat, kemungkinan keberhasilan penelitian dengan sampel ukuran
kecil seperti 10 atau 20.
Berdasarkan aturan dasar dalam penentuan jumlah sampel
menurut para ahli, peneliti menetapkan jumlah sampel yang memenuhi, yaitu
sebesar 270 responden (27 instrumen x 10 =270 responden). Dalam penelitian ini
metode analisis yang digunakan adalah structural equation modelling (SEM). SEM
merupakan teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi berganda
serta analisis faktor untuk mengestimasi serangkaian ketergantungan secara
simultan (Hair et al., 2006). Pada penelitian ini peneliti menggunakan AMOS
versi 22 untuk menganalisa struktural model yang diteliti.
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisisis deskriptif dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden untuk variabel pengorbanan
sebesar 3.7704, kualitas layanan online sebesar 3.7012, nilai layanan online
sebesar 3.7259, kepuasan layanan online sebesar 3.7321, dan niat berperilaku
sebesar 3.6481. Artinya secara rata-rata konsumen toko online sudah memperoleh
manfaat sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan melalui layanan yang
diberikan oleh toko online, misalnya pada fasilitas layanan informasi,
pelaksanaan belanja, dan pilihan produk yang ditawarkan (Mizan, 2020). Selain itu konsumen toko online secara rata-
rata juga sensitif dengan pengorbanan berupa waktu, biaya dan upaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh layanan yang diinginkan sehingga dari faktor-
faktor tersebut akan mendorong niat yang kuat bagi konsumen untuk melakukan
pembelian (Rosmina et al., 2021).
Hasil analisis deksriptif juga menunjukkan nilai standar
deviasi yang terjadi pada masing-masing variabel tidak besar. Standar deviasi
dalam penelitian ini berkisar antara .55379 sampai .82524 yang artinya tidak
terdapat data yang jauh menyimpang dari nilai rata-ratanya. Berikut Hasil
statistik deskriptif yang terdiri dari mean dan standard deviation ditunjukkan
dalam Tabel berikut ini:
Tabel 1
Statistik Deskriptif
No. |
Variabel |
Mean |
Std.Deviation |
1. |
Pengorbanan |
3.7704 |
.55379 |
2. |
Kualitas
Layanan Online |
3.7012 |
.82332 |
3. |
Nilai Layanan Online |
3.7259 |
.82542 |
4. |
Kepuasan
Layanan Online |
3.7321 |
.82018 |
5. |
Niat Berperilaku |
3.6481 |
.73043 |
Penilaian validitas pada model struktural dapat
dilihat berdasarkan pengujian Goodness of fit model yang telah disyaratkan pada
pembahasan sebelumnya. Berikut tabel yang menunjukkan hasil output AMOS nilai
masing-masing indeks Goodness of Fit Index.
Tabel 2
Hasil Goodness of Fit Index
No |
Indeks |
Batas kritis disarankan |
Hasil |
Keterangan |
1 |
Chi Square (X�) (p) |
Kecil (p > 0.05) |
346.054 (P = 0.067) |
Terpenuhi |
2 |
CMIN/DF |
< 2 |
1.124 |
Terpenuhi |
3 |
GFI |
≥ 0.90 |
0.916 |
Terpenuhi |
4 |
AGFI |
≥ 0.90 |
0.896 |
Terpenuhi |
5 |
TLI |
≥ 0.90 |
0.987 |
Terpenuhi |
6 |
CFI |
≥ 0.90 |
0.989 |
Terpenuhi |
7 |
NFI |
≥ 0.90 |
0.907 |
Terpenuhi |
8 |
RMSEA |
≤ 0.08 |
0.021 |
Terpenuhi |
Sumber: Hasil pengujian SEM
Berdasarkan hasil
ouput, nilai masing-masing dari indeks goodness of fit dapat dilihat X� =
346.054 dengan p = 0.067. Perolehan p > 0.05 menandakan matriks input yang
sebenarnya dengan matriks input yang diprediki secara statistik tidak berbeda,
berarti model yang diajukan mendapat dukungan empirik untuk menjelaskan
estimasi / populasi (Hair
et al., 2006). Parameter Goodness
of Fit Index lainnya seperti CMIN/DF, GFI, AGFI, TLI, CFI, NFI, dan RMSEA
menunjukan hasil yang sesuai dengan syarat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
model dapat diterima atau dikatakan valid, yang artinya model tersebut mampu
menjelaskan hubungan antara konstruk satu (variabel laten) dengan konstruk
lainnya. Setelah model dikatakan valid, maka analisis yang dilakukan
selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis
dilakukan dengan cara menganalisis arah hubungan path (jalur) sesuai dengan
tingkat signifikansi tertentu. Hipotesis yang memperoleh dukungan kuat adalah hipotesis
yang mempunyai arah hubungan sesuai dengan yang dihipotesiskan dan nilai
critical rationya juga memenuhi syarat. Dalam penelitian ini menggunakan
tingkat signifikansi 5% dengan nilai C.R > 1,96, yaitu lebih dari nol untuk
hubungan positif dan kurang dari nol untuk hubungan negatif. Apabila nilai C.R
> 1,96 dan arah hubungan path sesuai dengan yang dihipotesiskan maka
hipotesis dinyatakan dapat diterima.
a. Hipotesis
pertama; H1: Pengorbanan berpengaruh negatif pada nilai layanan online.
Hasil dari koefisien
jalur menunjukkan pengorbanan memiliki pengaruh negatif terhadap nilai layanan
online dan sesuai dengan arah yang dihipotesiskan, didukung dengan nilai C.R. =
-5,097 sesuai dengan yang disyaratkan C.R. >1,96 Sehingga hip�tesis pertama
dinyatakan dapat diterima. Hasil hipotesis pertama menunjukkan bahwa semakin
tinggi pengorbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan layanan maka akan semakin
rendah nilai yang dirasakan oleh konsumen ketika tidak mendapatkan layanan yang
sesuai dengan ekspektasi atau keinginan.
b. Hipotesis
kedua: H2: Kualitas layanan online berpengaruh positif pada nilai layanan
online
Hasil dari Koefisien
jalur menunjukkan kualitas layanan online memiliki pengaruh positif terhadap
nilai layanan online dan sesuai dengan arah yang dihipotesiskan, didukung
dengan nilai C.R. = 5,699 sesuai dengan yang disyaratkan C.R. >1,96 Sehingga
hipotesis kedua dinyatakan dapat diterima. Hasil hipotesis kedua menunjukkan
bahwa semakin baik kualitas layanan online yang diterima oleh konsumen maka semakin
baik pula nilai yang dirasakan oleh konsumen.
c. Hipotesis ketiga: H3: Kualitas
layanan online berpengaruh positif pada niat berperilaku.
Hasil dari
Koefisien jalur menunjukkan kualitas layanan online memiliki pengaruh positif
terhadap niat berperilaku dan sesuai dengan arah yang dihipotesiskan, didukung
dengan nilai C.R. = 4,901 sesuai dengan yang disyaratkan C.R. >1,96 Sehingga
hipotesis ketiga dinyatakan dapat diterima. Hipotesis ketiga menunjukkan bahwa
semakin baik kualitas layanan online yang diberikan pada konsumen maka semakin
tinggi niat berperilaku konsumen untuk melakukan pembelian kembali maupun
memberikan kata-kata positif kepada orang lain.
d. Hipotesis
keempat: H4: Kualitas layanan online berpengaruh positif pada kepuasan layanan
online.
Hasil dari
Koefisien jalur menunjukkan kualitas layanan online memiliki pengaruh positif
terhadap kepuasan layanan online dan sesuai dengan arah yang dihipotesiskan,
didukung dengan nilai C.R. = 5,020 sesuai dengan yang disyaratkan C.R. >1,96
Sehingga hipotesis keempat dinyatakan dapat diterima. Hipotesis keempat
menunjukkan bahwa semakin baik kualitas layanan online maka semakin tinggi
kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Konsumen akan merasa puas pada layanan
yang diberikan oleh toko online apabila kualitas layanan yang diberikan sesuai
dengan keinginan konsumen.
e. Hipotesis
kelima: H5: Nilai layanan online berpengaruh positif pada kepuasan layanan
online
Hasil dari
Koefisien jalur menunjukkan nilai layanan online memiliki pengaruh positif
terhadap kepuasan layanan online dan sesuai dengan arah yang dihipotesiskan,
didukung dengan nilai C.R. = 4,530 sesuai dengan yang disyaratkan C.R. >1,96
Sehingga hipotesis kelima dinyatakan dapat diterima. Hipotesis kelima menunjukkan
bahwa semakin tinggi nilai yang diperoleh konsumen seperti manfaat yang
dirasakan ketika sebelum,saat dan setelah melakukan pembelian secara online
maka semakin tinggi juga kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.
f. Hipotesis
keenam: H6: Nilai layanan online berpengaruh positif pada niat berperilaku.
Hasil dari
Koefisien jalur menunjukkan nilai layanan online memiliki pengaruh positif
terhadap niat berperilaku dan sesuai dengan arah yang dihipotesiskan, didukung
dengan nilai C.R. = 3,993 sesuai dengan yang disyaratkan C.R. >1,96.
Hipotesis ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai yang dirasakan oleh
konsumen maka semakin tinggi juga niat berperilaku konsumen untuk melakukan
pembelian kembali dan memberikan kata-kata positif pada orang lain. Sehingga
hipotesis keenam dinyatakan dapat diterima.
g. Hipotesis
ketujuh: H7: Kepuasan layanan online memiliki efek positif pada niat
berperilaku.
Hasil dari Koefisien
jalur menunjukkan kepuasan layanan online memiliki pengaruh positif terhadap
kepuasan niat berperilaku dan sesuai dengan arah yang dihipotesiskan, didukung
dengan nilai C.R. = 3,561 sesuai dengan yang disyaratkan C.R. >1,96 Sehingga
hipotesis ketujuh dinyatakan dapat diterima. Hipotesis ketujuh menandakan bahwa
semakin tinggi kepuasan yang dirasakan konsumen ketika mendapatkan layanan yang
baik oleh toko online maka semakin tinggi juga niat berperilaku konsumen untuk
melakukan pembelian kembali di masa yang akan datang dan memberikan kata
positif pada orang lain.
Tabel 3
Kesimpulan Uji Hipotesis
Hipotesis |
Arah |
Standardized Reression Weight Estimate |
C.R. |
Analisis Hipotesis |
H1= nlt ← pbn |
Negatif |
-0.347 |
-5,097 |
Diterima |
H2= nlt ← klt |
Positif |
0.443 |
5,699 |
Diterima |
H3 = nb
← klt |
Positif |
0.383 |
4,901 |
Diterima |
H4= KLT
← klt |
Positif |
0.363 |
5,020 |
Diterima |
H5 = KLT
← nlt |
Positif |
0.366 |
4,530 |
Diterima |
H6 = nb
← nlt |
Positif |
0.291 |
3,993 |
Diterima |
H7 = nb
← KLT |
Positif |
0.294 |
3,561 |
Diterima |
Berikut gambar yang
menunjukkan bagan hubungan antar variabel dalam model penelitian dengan
keterangan estimasi dan critical ratio.
Gambar 1
Bagan Hubungan Antar Variabel
Kesimpulan
Temuan pengaruh independen terhadap
dependen pada pengujian SEM yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan fakta
empiris yang menunjukan bahwa; niat berperilaku pada toko online dapat
dijelaskan oleh variabel pengorbanan, nilai layanan online, kualitas layanan
online, dan kepuasan layanan online. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa niat berperilaku konsumen toko online dapat dijelaskan
menggunakan model yang tepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengorbanan
berpengaruh secara negatif dan menunjukkan nilai yang signifikan pada nilai
layanan online. Kualitas layanan online berpengaruh secara positif dan
menunjukkan nilai yang signifikan pada nilai layanan online. Kualitas layanan
online memiliki nilai yang signifikan dan berpengaruh secara positif pada niat
berperilaku. Kualitas layanan online berpengaruh secara positif dan nilai yang
signifikan pada kepuasan layanan online. Nilai layanan online berpengaruh
secara positif dan nilai yang signifikan pada kepuasan layanan online. Nilai
layanan online menunjukkan nilai yang signifikan dan berhubungan secara positif
pada niat berperilaku. Kepuasan layanan online menunjukkan nilai yang
signifikan dan berpengaruh secara positif pada niat perilaku.
Meskipun model dalam yang disimpulkan
di atas berdasarkan variabel penjelas pengorbanan, nilai layanan online,
kualitas layanan online, dan kepuasan layanan online. Namun bisa
dipertimbangkan untuk membangun model lain yang lebih sesuai dengan menambah
indikator- indikator dan teori yang belum digunakan pada penelitian ini.
Kemudian mengelompokkan toko online berdasarkan kualitas produk dan layanan
yang ditawarkan.
BIBLIOGRAFI
Anwar, R., & Natalia, T. S.
(2021). STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DI KOTA BATURAJA. Jemasi:
Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi, 17(1), 75�84.
APJII, P. (2014). Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Jakarta: APJII.
Chang, H. H., Yang, W.-Y., & Wang, Y.-H. (2009).
The impact of e-service quality, customer satisfaction and loyalty on
e-marketing: Moderating effect of perceived Quality. Quality Control and
Applied Statistics, 54(5), 529�531.
Hackman, D., Gundergan, S. P., Wang, P., & Daniel,
K. (2006). A service perspective on modelling intentions of on‐line
purchasing. Journal of Services Marketing.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R.
E., & Tatham, R. L. (2006). Multivariate data analysis (Vol. 6).
Krisanty Sunardi, S., & Sriwardiningsih, S. E.
(2013). Analisis Pengaruh Service Encounter Terhadap Kepuasan Pelanggan Dan
Dampaknya Terhadap Behavioral Intention Pada Pt Lamuda Tenka (Groupon Disdus).
BINUS.
Kusuma, A. W., Prakoso, L. Y., & Sianturi, D.
(2021). Relevansi Strategi Pertahanan Laut Berdasarkan Doktrin Jalesveva
Jayamahe Terhadap Globalisasi Dan Perkembangan Lingkungan Strategis. Jurnal
Strategi Pertahanan Laut, 6(1).
Mizan, A. (2020). Perilaku konsumtif
mahasiswa fisip universitas airlangga dalam membeli produk fashion melalui
online shop. UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Orinaldi, M. (2020). Peran E-commerce dalam
Meningkatkan Resiliensi Bisnis diera Pandemi. ILTIZAM Journal of Shariah
Economics Research, 4(2), 36�53.
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Malhotra, A.
(2005). ES-QUAL: A multiple-item scale for assessing electronic service
quality. Journal of Service Research, 7(3), 213�233.
Rosmina, R., Sarkum, S., & Syahputra, R. (2021).
Pengaruh Motivasi, Kualitas Layanan Dan Environment Dengan Persepsi Harga
Terhadap Word Of Mouth Dan Revisit Intention. Jurnal Inovasi Penelitian,
2(5), 1359�1374.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research
methods for business: A skill building approach. john wiley & sons.
SIMORANGKIR, T. (2022). PENGARUH ULASAN KONSUMEN
ONLINE, KUALITAS PELAYANAN ELEKTRONIK DAN HARGA TERHADAP MINAT BELI.
Yassir, M., & Akram, H. (2022). Paikem�s Approach
to See Student Responses on Food Biotechnology Materials at SMP Negeri 3
Bambel. Journal of Business Social and Technology (Bustechno), 3(1),
26�33.
Zeithaml, V. A., Berry, L. L., & Parasuraman, A.
(1996). The behavioral consequences of service quality. Journal of Marketing,
60(2), 31�46.
Copyright holder: Ariya Tetuka Puspayuda
(2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |