Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No.
5, Mei 2023
PENGARUH PROPORSI
PEMBERIAN ASI TERHADAP POLA KENAIKAN BERAT BADAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI
PUSKESMAS NAMFALUS, KABUPATEN MALAKA, PROVINSI NTT
����������������������������������������������������������������������������������������������������������������
Elisa Amaral, Netty Farida, Mukharomah, Lilik Djuadri
Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Depertemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
ASI berperan penting dalam masa pertumbuhan emas pada bayi. Pemberian ASI yang proporsional perlu menjadi perhatian ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat dilakukan dengan baik. Keberhasilan pemberian ASI proporsional juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain motivasi ibu menyusui itu sendiri dalam memberikan ASI secara efektif dan efisien. Pemberian ASI yang proporsional akan berdampak positif pada pola kenaikan berat badan bayi karena sumber kalori utama dalam ASI eksklusif adalah lemak. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang diteliti adalah 67 ibu dan bayi yang berusia 0-6 bulan, mendapat ASI dan ditimbang dua kali berturut-turut pada bulan Juli dan Agustus 2022 di Puskesmas Namfalus. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling. Variabel bebasnya adalah proporsi pemberian ASI, variabel terikatnya adalah pola kenaikan berat badan bayi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara sesuai kuesioner dan penimbangan berat badan bayi. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Proporsi pemberian ASI berpengaruh terhadap pola pertambahan berat badan bayi dengan p-value = 0,000 dan signifikansi = 0,639. Ada pengaruh yang kuat dari proporsi pemberian ASI terhadap pola pertambahan berat badan bayi.
Kata kunci: bayi usia 0-6 bulan; proporsi pemberian ASI; pola kenaikan berat badan bayi
Abstract
Breast milk plays an important role in the
golden growth period in infants. Proportionate breastfeeding needs to be the
concern of mothers and health workers so that the breastfeeding process can be
carried out properly. The success of proportional breastfeeding can also be
influenced by several factors, including the motivation of the breastfeeding
mother herself in giving breast milk effectively and efficiently. Proportionate
breastfeeding will have a positive impact on the baby's weight gain pattern because
the main source of calories in exclusive breastfeeding is fat. This study used
a cross sectional approach. The number of samples studied were 67 mothers and
babies aged 0-6 months, who were breastfed and weighed twice in a row in July
and August 2022 at the Namfalus Health Center.
Samples were taken using purposive sampling. The independent variable is the
proportion of breastfeeding, the dependent variable is the baby's weight gain
pattern. Data collection was carried out by interviewing according to the
questionnaire and weighing the baby. Data analysis used the Chi-Square test. The
proportion of breastfeeding affects the pattern of infant weight gain with
p-value = 0.000 and significance = 0.639. There is a strong influence of the
proportion of breastfeeding on the pattern of infant weight gain.��
Keywords: �infants aged 0-6 months; proportion of breastfeeding; baby's weight gain
pattern
Pendahuluan
World
Health Organization (WHO) menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia baru berkisar 38% dari total bayi berusia 0-6 bulan di seluruh dunia. Sebanyak 800.000 bayi meninggal pada tahun 2016 karena pemberian ASI ekslusif yang tidak optimal. Oleh karena itu WHO menargetkan pemberian ASI eksklusif 6 bulan sebanyak 50% pada tahun 2025. Secara nasional, cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) menunjukkan
peningkatan jumlah pemberian ASI eksklusif dari RISKESDAS tahun 2013 sebesar 30,2% menjadi 37,3% pada Riskesdas tahun 2018, namun data tersebut masih jauh berada
di bawah target WHO yang mewajibkan
cakupan ASI hingga 50% (Dinas Kesehatan NTT, 2019).
Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Januari tahun 2022, jumlah bayi usia
0-6 bulan di Kabupaten Malaka sebanyak 2.859 bayi termasuk 237 bayi yang berasal di Puskesmas Namfalus, dan dari 20 Puskesmas di Kabupaten Malaka terdapat 6 Puskesmas yang belum mencapai target 60% indikator Cakupan Pelayanan Bayi Kurang Dari 6 Bulan
Yang diberi ASI Eksklusif tahun 2020 antara lain Puskesmas Babulu 58,82%, Puskesmas Biudukfoho 47,14%, Puskesmas Namfalus 46,41%, Puskesmas Weoe 32,51%, Puskesmas Betun 57,92%, dan Puskesmas Weliman 15,50%. Sedangkan dari data bayi yang berat badannya Naik dibanding dengan bayi yang ditimbang pada tahun 2020 dari Puskesmas Namfalus tercatat hanya 187 (78,9%) bayi yang berat badannya naik dari 237 bayi yang ditimbang (Bidang Kesehatan
Masyarakat, 2020).
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk motivasi dari ibu
menyusui sendiri dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini dibuktikan oleh Wulandari M.S dalam penelitiannya pada tahun 2020 yang berjudul �Hubungan Motivasi Ibu Menyusui Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif� menyebutkan bahwa dari 76 responden
hanya 26,3% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif sedangkan 73,7% ibu menyusui yang berhasil memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan (M. Wulandari et al., 2021)
Pemberian ASI eksklusif yang berhasil sampai 6 bulan akan berdampak
positif terhadap Kenaikan Berat Badan Bayi karena sumber kalori
utama dalam ASI eksklusif adalah lemak. Lemak ASI
eksklusif mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI Eksklusif mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga sedikit sekali lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan bayi. Dalam sebuah
penelitian yang berjudul �Perbedaan Kenaikan Berat Badan Bayi Pada Usia 0-6 bulan Yang Diberi Asi Eksklusif Dan Non Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman� Choirunissa & Putri,
2019 membagi sampel
menjadi 2 kelompok yaitu 51 bayi yang diberi ASI eksklusif dan 51 bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, didapatkan hasil bahwa kelompok kelompok bayi yang mendapat ASI eksklusif mengalami kenaikan berat badan sebesar 72,2% sedangkan kelompok bayi yang mendapatkan ASI non eksklusif� hanya mendapatkan kenaikan berat badan sebesar 66,9%.
Berdasarkan hasil uraian pada latar belakang diatas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai �Pengaruh Proporsi Pemberian ASI Terhadap Pola Kenaikan Berat Badan Bayi Usia 0-6 bulan Puskesmas Namfalus, Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur�.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian
cross sectional. Lokasi penelitian di Puskesmas Namfalus Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara
Timur, pada tanggal 11 sampai
20 Agustus 2022. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu
dan bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Namfalus sejumlah 67 responden ibu dan bayi yang berusia 0-6 bulan, mendapat ASI dan ditimbang dua kali berturut-turut
pada bulan Juli dan Agustus 2022. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Variabel bebasnya
adalah proporsi pemberian ASI, variabel terikatnya adalah pola kenaikan berat
badan bayi. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara sesuai kuesioner dan penimbangan berat badan bayi. Analisis data menggunakan uji
Chi-Square.
Hasil dan Pembahasan
Table 1
Karakteristik responden (ibu) N = 67
Karakteristik responden penelitian |
N |
% |
|
Usia Ibu |
< 20 thn |
5 |
7.5 |
20-35 thn |
49 |
73.1 |
|
> 35 thn |
13 |
19.4 |
|
Pendidikan Ibu |
SD |
12 |
17.9 |
SMP |
8 |
11.9 |
|
SMA |
27 |
40.3 |
|
D3/D4/S1/S2 |
20 |
29.9 |
|
Pekerjaan Ibu |
Tidak Bekerja |
47 |
70.1 |
Bekerja |
20 |
29.9 |
|
|
|
|
|
Paritas |
Primipara |
28 |
41.8 |
Multipara |
16 |
23.9 |
|
Grandemultipara |
23 |
34.3 |
|
Usia anak terkecil |
< 3 tahun |
33 |
49.3 |
3-5 tahun |
18 |
26.9 |
|
> 5 tahun |
16 |
23.9 |
|
Status Pemberian ASI |
Tidak Eksklusif |
2 |
3.0 |
|
Eksklusif |
65 |
97.0 |
Frekuensi Pemberian ASI |
< 8 kali/hari |
16 |
23.9 |
|
≥ 8 kali/hari |
51 |
76.1 |
Durasi Pemberian ASI |
< 10 menit |
18 |
26.9 |
|
≥ 10 menit |
49 |
73.1 |
Tabel No.1 menunjukkan data
ibu-ibu di Puskesmas Namfalus Kabupaten Malaka yang menjadi responden penelitian. Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa mayoritas 73,1% responden berusia antara 20-35 tahun, 19,4% responden berusia > 35 tahun, dan sisanya 7,5% berusia di atas < 20 tahun. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir menunjukkan bahwa mayoritas responden 40,3% berpendidikan
SMA, 29,9% berpendidikan diploma/sarjana,
17,9% berpendidikan SD, dan sisanya
11,9% berpendidikan SMP. Karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden 70,1% tidak bekerja dan sisanya 29,9% bekerja. Karakteristik responden berdasarkan paritas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah primipara 41,8%, grandemultiparity
34,3% dan sisanya multiparity 23,9%.
Karakteristik responden berdasarkan usia anak bungsu yang diasuh menunjukkan bahwa mayoritas responden 49,3% memiliki anak terkecil berusia
< 3 tahun, 26,9% memiliki
anak terkecil berusia 3-5 tahun dan sisanya 23,9% memiliki anak kecil. berusia
> 5 tahun. Karakteristik
responden berdasarkan
status menyusui menunjukkan
bahwa sebagian besar responden 97,0% pernah memberikan ASI eksklusif dan sisanya 3,0% tidak pernah memberikan
ASI eksklusif. Karakteristik
responden berdasarkan frekuensi menyusui menunjukkan bahwa sebagian besar responden 76,1% pernah menyusui 8 kali/hari dan sisanya 23,9% masih menyusui < 8 kali/hari. Karakteristik responden berdasarkan lama menyusui menunjukkan bahwa sebagian besar responden 73,1% pernah menyusui ≥ 10 menit setiap kali dan sisanya 26,9% masih menyusui < 10 menit setiap kali.
Table 1
Karakteristik responden (bayi). N = 67
Karakteristik responden penelitian |
N |
% |
|
Usia Bayi |
2 bulan |
15 |
22.4 |
3 bulan |
6 |
9.0 |
|
4 bulan |
4 |
6.0 |
|
5 bulan |
9 |
13.4 |
|
6 bulan |
33 |
49.3 |
|
Jenis Kelamin Bayi |
Laki-Laki |
31 |
46.3 |
Perempuan |
36 |
53.7 |
|
Berat Badan
Lahir |
< 2500 gram |
4 |
6.0 |
≥ 2500 gram |
63 |
94.0 |
Tabel No.2 menunjukkan data bayi di Puskesmas Namfalus Kabupaten Malaka yang menjadi responden penelitian. Karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa mayoritas 49,3% bayi berusia 6 bulan, 22,4% bayi berusia 2 bulan, 13,4% bayi berusia 5 bulan, 9,0% bayi berusia 3 bulan, dan sisanya 6,0% berusia 4 bulan. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa 53,7% bayi berjenis kelamin perempuan dan 46,3% berjenis kelamin perempuan. Sedangkan karakteristik responden berdasarkan berat lahir menunjukkan
bahwa sebagian besar 94,0% bayi lahir dengan berat
badan ≥ 2500 gram dan 6,0% bayi
lahir dengan berat badan < 2500 gram.
Table 3
Data variabel. N = 67
Variabel Penelitian |
N |
% |
|
Proporsi Pemberian
ASI |
Tidak Proporsional |
7 |
10.4 |
Proporsional |
60 |
89.6 |
|
Pola Kenaikan Berat
Badan |
Tidak Sesuai KBM |
11 |
16.4 |
Sesuai KBM |
56 |
83.6 |
Tabel No.3 menunjukkan bahwa
sebagian besar 89,6% ibu telah memberikan
ASI secara proporsional dan
sebagian kecil 10,4% ibu masih memberikan
ASI secara tidak proporsional. Oleh karena itu sebagian besar
83,6% bayi mengalami pola kenaikan berat
badan yang tidak sesuai Kenaikan Berat Minimal (KBM) namun sebagian kecil 16,4% bayi masih mengalami peningkatan berat badan yang tidak sesuai Kenaikan
Berat Minimal (KBM).
Tabel 4
Tabulalasi silang pengaruh proporsi pemberian
ASI terhadap pola kenaikan berat badan bayi
Proporsi Pemberian ASI |
Pola Kenaikan
Berat Badan Bayi |
Total |
||||
Tidak Sesuai KBM |
Sesuai KBM |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|
Tidak Proporsional |
6 |
9.0% |
1 |
1.5% |
7 |
10.4% |
Proporsional |
5 |
7.5% |
55 |
82.1% |
60 |
89.6% |
Total |
11 |
16.4% |
56 |
83.6% |
67 |
100.0% |
Tabel No.4 menunjukkan bahwa 82,1% ibu yang menyusui secara proporsional memiliki pola pertambahan berat badan Kenaikan Berat Minimal (KBM), namun ada sebagian kecil 7,5% bayi yang tidak mengalami pola pertambahan berat badan Kenaikan Berat Minimal (KBM). Sehingga hanya 1,5% ibu yang bayinya mengalami pola kenaikan berat badan Kenaikan Berat Minimal (KBM) padahal ibu tidak memberikan ASI secara proporsional.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
ibu bayi telah memberikan ASI eksklusif secara proporsional kepada bayinya yaitu sebanyak
60 orang (89,6%). Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian ASI eksklusif secara proporsional sudah diterapkan di Puskesmas Namfalus, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Peran serta keluarga
dan tenaga kesehatan dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif sangatlah penting, sehingga pola kenaikan berat
badan bayi sesuai dengan standar Kenaikan Berat Badan Minimal pada
setiap tahap pertumbuhan bayi.
Proporsi pemberian ASI dapat dinilai berdasarkan
3 (tiga) hal yaitu: status pemberian ASI, frekuensi pemberian ASI dan durasi pemberian ASI. Pada penelitian ini status pemberian ASI di puskesmas Namfalus mencapai persentasi 97,0%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah memahami pentingnya pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan sebagai sumber nutrisi utama dan terpenting. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukalan oleh Laliasa, 2017 di Puskesmas Lambuya Kabupaten Konawe yang menyatakan bahwa dari total 67 responden terdapat 55,2% bayi yang mendapat ASI eksklusif, sedangkan 44,8% bayi masih mendapatkan
ASI secara tidak eksklsuif. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan
di Puskemas Ilebura NTT yang
menyatakan bahwa dari total 71 responden terdapat 76,1% ibu yang memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif, sedangkan 23,9% ibu tidak memberikan
ASI secara eksklusif kepada bayinya (Serly Kebo et al., 2021).
Indikator penilaian proporsi pemberian ASI yang kedua adalah frekuensi
pemberian ASI. Dalam penelitian ini persentasi ibu yang memberikan ASI lebih dari 8 kali perhari di puskesmas Namfalus yaitu 76,1% dan masih ada 23,9% yang memberikan ASI kurang dari 8 kali perhari. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Wulandari & Zolekhah,
2012 di RB AMANDA Gamping Sleman
Yogyakarta yang menyatakan bahwa
persentasi bayi usia 0-6 bulan yang menyusu 8-12 kali perhari sebanyak 77,3% dan hanya 22,7% bayi usia 0-6 bulan
yang menyusu kurang dari 8 kali perhari.
Sedangkan persentase durasi pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan
di Puskesmas Namfalus yang menyusu dengan durasi minimal 10 menit atau lebih mencapai
73,1%, walaupun masih ada 26,9% bayi usia 0-6 bulan yang menyusu kurang dari 10 menit setiap
kali menyusu. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lawira, 2018 di Puskesmas Malei Kabupaten Poso yang menyatakan bahwa persentasi bayi usia 0-6 bulan
yang lebih sering menyusu sebanyak 76,8%, sedangkan bayi yang jarang menyusu sebanyak 23,2%.
Berdasarkan hasil penelitian pada table 3, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh bayi telah mengalami
kenaikan berat badan yang sesuai dengan Kenaikan
Berat Badan Minimal (KBM) yaitu
sebanyak 56 orang (83,6%). Hasil penelitian
ini merupakan peningkatan dari data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Malaka Tahun 2020 yang menyatakan bahwa dari total 186 bayi di Puskesmas Namfalus, persentasi bayi usia 0-6 bulan yang mengalami kenaikan berat badan baru mencapai 59,1%, sedangkan 40,9% masih tidak mengalami
kenaikan berat badan pada tahun 2020 (Bidang Kesehatan
Masyarakat, 2020).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astutik & Purwanti, 2021 di Palangka Raya bahwa dari total 189 responden yang mengalami kenaikan berat badan secara signifikan mencapai 88,8%, dan hanya 11,2% saja yang mengalami kenaikan berat badan secara tidak signifikan.
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Lemak ASI mudah di cerna dan��� diserap��� oleh��� bayi��� karena��� ASI mengandung enzim lipase yang mencerna
lemak��� trigliserida��� menjadi digliserida, sehingga sedikit sekali lemak yang tidak diserap��� oleh���
sistem���
pencernaan bayi. Sedangkan susu�������
formula������� tidak
mengandung�� enzim pencernaan�� seperti
lipase�� dan�� amilase karena enzim�� akan rusak bila dipanaskan.� Itu sebabnya, bayi akan sulit menyerap
lemak susu formula dan menyebabkan bayi menjadi diare
serta menyebabkan ��penimbunan�� lemak yang pada akhirnya
akan berakibat kegemukan (obesitas) pada bayi. Selain itu,
bayi yang mendapat makanan lain, misalnya�� nasi��
lumat�� atau�� pisang hanya akan mendapat
banyak karbohidrat sehingga��� zat��� gizi��� yang��� masuk��� tidak seimbang.��� Terlalu��� banyak karbohidrat menyebabkan anak lebih mudah mengalami
kegemukan�� atau� �memiliki berat�� badan yang tidak baik� atau� tidak� sehat (Yendi et al., 2017).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Harningtyas &
Kurniawati, 2020 yang menyebutkan bahwa ASI mengandung semua gizi dalam
susunan dan jumlah yang cukup sampai 6 bulan pertama. Nutrisi selain ASI dianggap sebagai penyebab kegemukan pada bayi-bayi. ASI jelas merupakan asupan terbaik bagi bayi.
Namun, adakalanya kondisi ibu yang tidak memungkinkan untuk memberikan ASI kepada bayi. Pada kondisi seperti itu, dengan amat
terpaksa orangtua harus rela memberikan
susu formula kepada bayinya.
Akan tetapi hendaknya hal tersebut harus
didasari pengetahuan yang baik dan benar sehingga baik ibu
maupun bayi bisa merasakan manfaat terbaik dari pilihannya.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4, dapat disimpulkan bahwa dari 82,1% yang mendapat ASI secara proporsional cenderung mengalami pola kenaikan berat badan yang sesuai Kenaikan Berat Minimal (KBM), meskipun masih ada 1,5% yang mendapat ASI secara tidak proporsional tetapi mengalami kenaikan berat badan. Sedangkan 16,4% bayi yang tidak mengalami pola kenaikan berat
badan sesuai Kenaikan Berat Minimal (KBM) adalah bayi yang mendapat ASI secara tidak proporsional
9,0% dan sisanya 7,5% mendapat
ASI secara proporsional, tetapi karena faktor
kesehatan dan kondisi bayi yang tidak sehat sehingga bayi dapat mengalami
penurunan berat badan.
Hasil uji statistik Chi Square didapatkan
ρ = 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh proporsi pemberian ASI terhadap pola kenaikan berat
badan bayi. Jika dilihat dari derajat kemaknaan
uji Chi Square, nilai korelasi
koefisien α = 0,639 menunjukkan
adanya pengaruh yang kuat antara proporsi
pemberian ASI dan pola kenaikan berat badan bayi usia 0-6 bulan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan
di Puskesmas Buaran Pekalongan menyatakan bahwa dari total 76 responden yang diteliti terdapat 92,1% bayi yang mendapat ASI secara eksklusif mengalami status gizi yang normal, dibandingkan dengan 7,9% bayi yang tidak mendapat ASI secara eksklusif mengalami status gizi underweight
(Rokhimawaty et al., 2019). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Laliasa, 2017 di Puskesmas Lambuya Kabupaten Konawe yang menyatakan bahwa dari total 67 responden terdapat 62,7% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif yang terdiri dari 44,8% yang berat badannya naik dan 17,9% yang berat
badannya tidak naik. Sedangkan masih ada 37,3% bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif terdiri dari 10,4% yang berat badannya naik dan 26,9% yang berat
badannya tidak naik. Pada analisis data dengan Chi-square Test (Continuity Correction) diperoleh nilai p (Asymp. Sign 2-sided)
0,001 lebih kecil dari nilai α = 0,05, artinya H1 diterima atau ada Hubungan
Antara Pemberian ASI Eksklusif
Dengan Peningkatan Berat Badan pada Bayi Umur 3-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lambuya tahun 2017.
Kesimpulan������������
Bayi yang mendapat ASI
secara proporsional cenderung mengalami pola pertambahan berat badan sesuai Kenaikan Berat Minimal (KBM), dan
sangat sedikit bayi yang mengalami pola pertambahan berat badan Kenaikan Berat Minimal (KBM) jika tidak mendapatkan
ASI secara proporsional. Oleh
karena itu, disarankan kepada semua ibu yang memiliki bayi berusia
0-6 bulan dapat memberikan ASI kepada bayinya secara proporsional dengan mengutamakan pemberian ASI eksklusif, frekuensi pemberian ASI minimal 8 kali per hari
dengan durasi pemberian ASI minimal 10 menit
pada setiap pemberian ASI. Tujuannya agar setiap bayi dapat mengalami
pola kenaikan berat badan sesuai Kenaikan Berat Minimal (KBM) dan terhindar dari kejadian gizi buruk
maupun gizi buruk.
BIBLIOGRAFI
Astutik, L. P., & Purwanti, H. (2021).
Pemberian Asi Eksklusif Dengan Penambahan Berat Badan Bayi Usia 6 Bulan. Indonesian
Journal For Health Sciences, 5(2).
Bidang Kesehatan
Masyarakat. (2020). Profil Kesehatan Kabupaten Malaka. Dinas Kesehatan.
Choirunissa, R.,
& Putri, G. C. P. (2019). Perbedaan Kenaikan Berat Badan Bayi Pada Usia 0-6
Bulan Yang Diberi Asi Eksklusif Dan Non Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Gamping Ii Sleman. Jurnal Ilmu Dan Budaya, 41(63).
Dinas Kesehatan
Ntt. (2019). Riset Kesehatan Dasar.
Harningtyas, S.,
& Kurniawati, R. S. (2020). Kenaikan Berat Badan Bayi Usia 6 Bulan
Berdasarkan Pemberian Asi Esklusif Dengan Pemberian Susu Formula. Jurnal Mid-Z
(Midwifery Zigot) Jurnal Ilmiah Kebidanan, 3(2), 1�9.
Http://Ejurnal.Uij.Ac.Id/Index.Php/Jm/Article/View/813/815
Laliasa, L.
(2017). Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Peningkatan Berat Badan Pada
Bayi Umur 3-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lambuya. Jurnal Kebidanan.
Lawira, A. M.
(2018, October). View Of Durasi Menyusui, Dukungan Keluarga Dan Pengetahuan
Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Malei
Kabupaten Poso. Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan.
Https://Jurnal.Poltekkespalu.Ac.Id/Index.Php/Jik/Article/View/18/14
Rokhimawaty, A.,
Martono, S. U., & Utomo, T. (2019). Hubungan Berat Badan Lahir Dan Status
Gizi Bayi Umur 1-6 Bulan� Berdasarkan
Indeks Bb/U. Indonesian Midwifery And Health Sciences Journal, 3(1), 62�69.
Https://Doi.Org/10.20473/Imhsj.V3i1.2019.62-69
Serly Kebo, S.,
Husada, D., Lestari, P., Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Unversitas
Airlangga, P., Korespondensi, A., Konga, J., Bura, I., & Timur, F. (2021).
Factors Affecting Exclusive Breastfeeding In Infant At The Public Health Center
Of Ile Bura. Indonesian Midwifery And Health Sciences Journal, 5(3), 288�298.
Https://Doi.Org/10.20473/Imhsj.V5i3.2021.288-298
Wulandari, D.,
& Zolekhah, D. (2012). Hubungan Frekuensi Pemberian Air Susu Ibu (Asi)
Dengan Kecukupan Asupan Air Susu Ibu (Asi) Pada Bayi 0-6 Bulan.
Wulandari, M.,
Suartha, I. ., & Dharmawati, N. (2021). Hubungan Motivasi Ibu Menyusui
Dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif. Journal Center Of Research
Publication In Midwifery And Nursing, 4(2).
Https://Doi.Org/10.36474/Caring.V4i2.164
Yendi, Y. O. N.,
Candrawati, E., & Warsono. (2017). Perbedaan Berat Badan Bayi Usia 2-6
Bulan Yang Mendapat Asi Eksklusif Dan Asi Non Eksklusif Di Desa Mulyo Agung
Malang. Nursing News, 2(2).
Copyright holder: Elisa Amaral, Netty
Farida, Mukharomah, Lilik
Djuadri (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |