Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 8, No. 5, Mei
2023
Determinan Sosial
Demografi Kepemilikan Jaminan Kesehatan di Provinsi
Banten: Analisis Data Susenas
Tahun 2019
Darwati, Budi Hidayat
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Sejak
adanya program JKN, jumlah masyarakat Banten yang memiliki jaminan kesehatan masih dibawah target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi
Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor sosial demografi yang mempengaruhi kepemilikan jaminan kesehatan di Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional
dengan pendekatan model ekonometri metode estimasi maximum likelihood. Data yang digunakan adalah data Susenas tahun 2019 diolah dengan menggunakan
stata dengan uji regresi logit/ logistic. Variabel
bebas yang diteliti adalah usia, pendidikan,
pekerjaan, status pernikahan
dan wilayah tinggal. Hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara usia (p-value=0,000), tingkat pendidikan (p-value=0,000), status pernikahan
(p-value=0,000) dan wilayah tinggal (p-value=0,000) dengan kepemilikan jaminan kesehatan, sedangkan pekerjaan menunjukkan hubungan yang tidak signifikaan (p-value=0,118)
dan negative. Berdasarkan nilai
odds rasio didapatkan bahwa tingkat pendidikan
tinggi (OR=4,740) dan wilayah tinggal
perkotaan (OR=2,597) merupakan
variabel yang sangat berpengaruh
terhadap kepemilikan jaminan kesehatan.
Kata kunci:
kepemilikan jaminan kesehatan, Provinsi Banten, logit/logistic
Abstract
Since the JKN program, the number
of Banten people who have health insurance is still below the target set by the
Banten Provincial Health Office. This study aims to determine the socio-demographic
factors that affect the ownership of health insurance in Banten Province. This
study used a cross-sectional study design with an econometric model approach to
the maximum likelihood estimation method. The data used is Susenas
data in 2019 processed using stata with logit / logistics
regression tests. The independent variables studied were age, education, occupation,
marital status and region of residence. The results showed a significant and positive
relationship between age (p-value = 0.000), education level (p-value = 0.000), marital
status (p-value = 0.000) and area of residence (p-value = 0.000) with ownership
of health insurance, while work showed an insignificant (p-value = 0.118) and negative
relationship. Based on the odds ratio, it was found that the level of higher education
(OR=4,740) and urban living area (OR=2,597) were variables that greatly influenced
the ownership of health insurance.
Keywords: health insurance ownership, Banten
Province, logit/logistic
Pendahuluan
�Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
kesehatan (UUD 1945 pasal
28 H ayat (1))� (Arliman, 2017),
�Setiap orang berhak atas kesehatan (UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 4)�, �Setiap orang memiliki hak yang sama untuk mengakses
sumber daya kesehatan, serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau (UU
Kesehatan Nomor 36 Tahun
2009 pasal 5)� (Sandiata, 2013).
�Kesehatan merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu kesehatan
merupakan hak bagi setiap orang dan dilindungi oleh undang-undang, seperti diamanatkan dalam UUD 1945 dan UU Kesehatan. Sehingga
peranan negara diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan secara menyeluruh dalam bentuk jaminan kesehatan.
Jaminan
kesehatan secara nasional dimulai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN mengamanatkan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial
untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia
yang sejahtera, adil, dan Makmur
(Hadiyono, 2020).
Bahwa untuk memberikan jaminan sosial yang menyeluruh, negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) saat
ini merupakan jaminan terbesar di Indonesia. Sejak adanya program JKN pada tahun 2014, jumlah kepesertaan JKN secara nasional pada tahun 2017 sebanyak 187,9 juta jiwa (71,93%), pada tahun 2018 sebesar 208,05 juta jiwa (78,76%), dan pada tahun
2019 mencapai 224,1 juta jiwa (Setiyono, 2018).
Capaian
kepesertaan JKN Provinsi
Banten berdasarkan data statistik
JKN 2015 � 2019, tahun 2017 tercatat
sebanyak 8,1 juta jiwa, tahun 2018 sebanyak 9,5 juta jiwa, dan tahun 2019 tercatat sejumlah 10,5 juta jiwa masyarakat
Provinsi Banten yang memiliki
jaminan kesehatan. Jika angka tersebut dibandingkan dengan jumlah penduduk Provinsi Banten berdasarkan data
BPS Provinsi Banten maka
pada tahun 2017 cakupan jaminan kesehatan sebesar 65,64%, tahun 2018 sebesar 75,58%, dan tahun 2019 sebesar 81,51% (Sumardjoko & Akhmadi, 2020).
Walaupun terjadi kenaikan kepemilikan jaminan kesehatan setiap tahunnya, tetapi bila dibandingkan
dengan target yang tercantum
dalam rencana strategis perubahan Dinas
Kesehatan Provinsi Banten tahun
2017 � 2022, dimana ditagetkan
seluruh masyarakat Provinsi Banten memiliki jaminan kesehatan maka masih terdapat
sebanyak 4,2 juta jiwa (34,36%) pada tahun 2017, sebanyak 3,09 juta jiwa (24,42%) pada tahun 2018,
dan sebanyak 2,3 juta jiwa (18,49%) pada tahun 2019 masyarakat Provinsi Banten yang belum memiliki jaminan kesehatan. Oleh karena itu penelitian
ini ingin mengetahui faktor-faktor sosial demografi yang mempengaruhi kepemilikan jaminan kesehatan di Provinsi Banten.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan desain studi cross sectional
dengan pendekatan model ekonometri metode estimasi maximum likelihood (Madya & Nurwahyuni, 2019).
Uji analisis yang dilakukan
adalah analisis univariat, bivariat dan uji
logistic regression (logit). Regresi logistic dipilih karena variabel terikat yang bersifat kualitatif (dikotomi/ binary) dengan skala ukur nominal atau ordinal. Analisis univariat dilakukan untuk melihat deskripsi
dari masing-masing variabel
bebas. Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel
terikat dan melihat perbedaan proporsi secara statistic apakah signifikan atau tidak (Purwoto, 2007).
Dan uji regresi logit untuk
melihat hubungan probabilitas antara variabel bebas dengan variabel terikat dan melihat arahnya apakah positif atau negative yang artinya menyatakan bahwa setiap perubahan
pada satu satuan pada variabel bebas akan meningkatkan atau menurunkan probabilitas kejadian pada variabel terikat sebesar nilai koefisien
pada masing-masing variabel bebas.
Uji analisis dilakukan dengan menggunakan software
Stata.
Data yang digunakan
dalam penulisan ini adalah data sekunder yang berasal dari Data Survey Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) tahun
2019 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, dengan mengambil data provinsi Banten dengan unit analisis individu sebanyak 25.942 (Saleh et al., 2023).
Variabel terikat pada penulisan ini adalah
kepemilikan jaminan kesehatan. Sedangkan yang menjadi variabel bebasnya adalah usia, jenjang pendidikan,
pekerjaan, status pernikahan,
dan wilayah tinggal (perkotaan
atau pedesaan) (Khusna & Pujilestari, 2022).
Sehingga deskripsi model ekonometri berdasarkan data variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1
+ β2X2 + β3X3 + β4X4
+ β5X5
dimana
Y ������������������� =
kepemilikan jaminan kesehatan
β0������������������������������ =
konstanta / intersep
β1, β2, β3, β4,
β5 = parameter
X1����������������������������� =
usia
X2����������������������������� =
jenjang pendidikan
X3����������������������������� =
pekerjaan
X4����������������������������� =
status pernikahan
X5����������������������������� =
wilayah tinggal
Tabel
1
Pengukuran
Variabel
Variabel |
Pengukuran |
Variabel
terikat Kepemilikan
jaminan kesehatan |
0 = tidak punya jaminan Kesehatan 1 = punya jaminan kesehatan (PBI, non PBI, Jamkesda,
asuransi swasta, perusahaan/ kantor) |
Variabel
bebas |
|
Usia |
1 = 0-5 tahun 2 = 6-11 tahun 3 = 12-25 tahun 4 = 26-65 tahun 5 = >65 tahun |
Pendidikan |
0 = belum/ tidak sekolah 1 = rendah (SD/ sederajat, SMP/ sederajat) 2 = menengah (SMA/ sederajat) 3 = tinggi (diploma, S1,
S2, S3) |
Pekerjaan |
0 = tidak bekerja (sekolah, mengurus RT, lainnya selain kegiatan pribadi, tidak melakukan kegiatan) 1 = bekerja |
Status pernikahan |
1 = belum kawin 2 = kawin 3 = cerai hidup 4 = cerai mati |
Wilayah tinggal |
0 = pedesaan 1 = perkotaan |
Hasil dan Pembahasan
Analisis
Univariat
Tabel
2
Distribusi
Kepemilikan Jaminan
Kesehatan dan Sosial Demografi
di Provinsi Banten
Variabel |
Frekuensi
(n) |
Persentase
(%) |
Mean |
SD |
Min |
Max |
Jaminan
Kesehatan Tidak
punya Punya |
9.070 16.872 |
34,96 65,04 |
0,650 |
0,477 |
0 |
1 |
Usia 0-5 tahun 6-11 tahun 12-25 tahun 26-65
tahun >65 tahun |
2.701 2.939 6.179 13.187 936 |
10,41 11,33 23,82 50,83 3,61 |
3,259 |
1,056 |
1 |
5 |
Pendidikan Belum/ tidak sekolah Rendah Menengah Tinggi |
3.498 14.325 5.854 2.265 |
13,48 55,22 22,57 8,73 |
1,265 |
0,799 |
0 |
3 |
Pekerjaan Tidak
bekerja Bekerja |
17.398 8.544 |
67,06 32,94 |
0,329 |
0,470 |
0 |
1 |
Status Pernikahan Belum menikah Menikah Cerai
hidup Cerai
mati |
11.910 12.374 418 1.240 |
45,91 47,70 1,61 4,78 |
1,653 |
0,739 |
1 |
4 |
Wilayah Tinggal Pedesaan Perkotaan
|
9.165 16.777 |
35,33 64,67 |
0,647 |
0,478 |
0 |
1 |
Tabel 2 menunjukan bahwa responden yang memiliki jaminan kesehatan ada sebanyak
16.872 orang (65,04%) tetapi masih
ada sebanyak 9.070 orang (34,96%)
yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Usia responden paling banyak terdapat pada kelompok usia 26-65 tahun sebanyak 13.187 orang (50,83%),
kemudian kelompok usia 12-25 tahun sebanyak 6.179 orang (23,82%), kelompok
usia 6-11 tahun sebanyak 2.939 orang (11,33%), kelompok
usia 0-5 tahun sebanyak 2.701 orang (10,41%), dan kelompok
usia >65 tahun sebanyak 936 orang (3,61%). Pendidikan terbanyak
berada di pendidikan rendah sebanyak 14.325 orang (55,22%),
kemudian pendidikan menengah sebanyak 5.854 orang
(22,57%), belum/ tidak sekolah sebanyak 3.498 orang
(13,48%), dan pendidikan tinggi
sebanyak 2.265 orang (8,73%). Mayoritas tidak bekerja
sebanyak 17.398 orang (67,06%) dan bekerja sebanyak 8.544 orang
(32,94%). Untuk status pernikahan,
Sebagian besar berstatus menikah sebanyak 12.374 orang
(47,70%), belum menikah sebanyak 11.910 orang (45,91%), cerai
mati sebanyak 1.240 orang
(4,78%), dan cerai hidup sebanyak 418 orang (1,61%). Mayoritas
responden bertempat tinggal di wilayah perkotaan sebanyak 16.777 orang (64,67%) dan pedesaan
sebanyak 9.165 orang (35,33%).
Dari tabel 2
menjelaskan bahwa rata-rata
responden memiliki jaminan kesehatan sebesar 65,04% dengan gambaran variabel bebas didapatkan rata-rata usia berada di kelompok usia 26-65 tahun, rata-rata pendidikan berada di pendidikan menengah, rata-rata status pekerjaan
adalah tidak bekerja, rata-rata status pernikahan
adalah menikah, dan rata-rata
wilayah tinggal ada di wilayah
perkotaan.��
� ���
Analisis
Bivariat
Tabel
3
Distribusi
Kepemilikan Jaminan
Kesehatan Berdasarkan Karakteristik
Sosial Demografi di Provinsi Banten
Variabel |
Tidak
Memiliki Jaminan
Kesehatan |
Memiliki
Jaminan Kesehatan |
P-value |
Total |
|||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Usia 0-5 tahun 6-11 tahun 12-25
tahun 26-65 tahun >65 tahun |
1.505 1.134 1.989 4.109 333 |
55,72 38,58 32,19 31,16 35,58 |
1.196 1.805 4.190 9.078 603 |
44,28 61,42 67,81 68,84 64,42 |
0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,002* |
2.701 2.939 6.179 13.187 936 |
100 100 100 100 100 |
Pendidikan Belum/ tidak sekolah Rendah Menengah Tinggi |
1.850 5.534 1.427 259 |
52,89 38,63 24,38 11,43 |
1.648 8.791 4.427 2.006 |
47,11 61,37 75,62 88,57 |
0,000* 0,001* 0,000* 0,000* |
3.498 14.325 5.854 2.265 |
100 100 100 100 |
Pekerjaan Tidak
bekerja Bekerja |
5.561 3.509 |
31,96 41,07 |
11.837 5.035 |
68,04 58,93 |
0,118 0,051 |
17.398 8.544 |
100 100 |
Status Pernikahan Belum menikah Menikah Cerai
hidup Cerai
mati |
4.603 3.844 177 446 |
38,65 31,07 42,34 35,97 |
7.307 8.530 241 794 |
61,35 68,93 57,66 64,03 |
0,000* 0,007* 0,001* 0,369 |
11.910 12.374 418 1.240 |
100 100 100 100 |
Wilayah Tinggal Pedesaan Perkotaan
|
4.682 4.388 |
51,09 26,15 |
4.483 12.389 |
48,91 73,85 |
0,000* 0,000* |
9.165 16.777 |
100 100 |
*=bermakna signifikan secara statistic (p
value < 0,05)
Analisis bivariat dilakukan
untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat dan melihat perbedaan proporsi secara statistic apakah signifikan atau tidak. Variabel bebas dikatakan mempengaruhi variabel terikat apabila memiliki nilai p-value < 0,05.
Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa variabel bebas usia (p-value = 0,000), pendidikan
(p-value = 0,000), status pernikahan (p-value = 0,000)
dan wilayah tinggal (p-value = 0,000) berpengaruh signifikan secara statistic terhadap kepemilikan jaminan kesehatan. Sedangkan variabel bebas pekerjaan (p-value = 0,118) tidak
berpengaruh signifikan secara statistic terhadap kepemilikan jaminan kesehatan.
Persentase yang paling banyak
memiliki jaminan kesehatan berdasarkan variabel bebas usia adalah kelompok
usia 26-65 tahun sebesar 68,84%, jenjang pendidikan adalah pendidikan tinggi sebesar 88,57%, status pekerjaan adalah tidak bekerja
sebesar 68,40%, status pernikahan
adalah menikah sebesar 68,93%, dan wilayah tinggal
adalah wilayah perkotaan sebesar 73,85%. Sedangkan yang
paling banyak tidak memiliki jaminan kesehatan berdasarkan variabel bebas usia adalah usia
0-5 tahun sebesar 55,72%, jenjang pendidikan adalah belum/ tidak
sekolah sebesar 52,89%, staus pekerjaan adalah bekerja sebesar 41,07%, status pernikahan
adalah cerai hidup sebesar 42,34%, dan wilayah
tinggal adalah pedesaan sebesar 51,09%.���� �������
Uji Asumsi Logit
Tabel
4
Hasil Uji Asumsi
Logit Variabel Terikat (Kepemilikan Jaminan Kesehatan) terhadap Variabel Bebas (Sosial Demografi)
Variabel |
Coef. |
Robust Std. Err |
Odds Ratio |
Robust Std. Err |
Usia 6-11tahun 12-25 tahun 26-65 tahun >65 tahun |
0,450 0,392 0,371 0,392 |
0,087 0,094 0,105 0,125 |
1,569 1,480 1,449 1,480 |
0,137 0,140 0,152 0,184 |
Pendidikan Rendah Menengah Tinggi |
0,248 0,714 1,556 |
0,076 0,082 0,101 |
1,281 2,043 4,740 |
0,097 0,168 0,477 |
Pekerjaan Bekerja |
-0,071 |
0,037 |
0,931 |
0,034 |
Status Pernikahan Menikah Cerai
hidup Cerai
mati |
0,161 -0,398 0,081 |
0,060 0,120 0,090 |
1,175 0,672 1,084 |
0,071 0,080 0,098 |
Wilayah Tinggal Perkotaan
|
0,954 |
0,029 |
2,597 |
0,074 |
Constanta |
-0,750 |
0,056 |
0,473 |
0,026 |
Dari hasil uji asumsi logit (robust) didapatkan pemodelan sebagai berikut:
P (Kepemilikan jaminan Kesehatan =
1|X) = -0,750 + 0,450usia6-11tahun + 0,392usia12-25tahun + 0,371usia26-65tahun
+ 0,392usia>65tahun�� �+ 0,248pendidikanrendah +
0,714pendidikanmenengah + 1,556pendidikantinggi + -0,071bekerja
�+ �0,161menikah +�
-0,398ceraihidup + 0,081ceraimati + 0,954wilayahperkotaan
Tabel 4 menunjukan bahwa pada kelompok usia 6-11 tahun meningkatkan peluang untuk memiliki jaminan kesehatan sebesar 45%, kelompok usia 12-25 tahun meningkatkan peluang untuk memiliki jaminan kesehatan sebesar 39,2%, kelompok usia 26-65 tahun meningkatkan peluang untuk memiliki jaminan kesehatan sebesar 37,1%, dan pada kelompok usia >65 tahun meningkatkan peluang untuk memiliki jaminan kesehatan sebesar 39,2% (Melianna
& Wiarsih, 2019). Untuk jenjang pendidikan menunjukkan bahwa rendidikan rendah berpeluang untuk memiliki jaminan kesehatan sebesar 24,8%, pendidikan menengah meningkatkan peluang untuk memiliki jaminan kesehatan sebesar 71,4%, dan pendidikan tinggi meningkatkan peluang untuk memiliki
jaminan kesehatan sebesar 155,6%. Pada variabel pekerjaan menunjukan bahwa status pekerjaan bekerja memiliki hubungan negative berarti bekerja menurunkan peluang kepemilikan jaminan kesehatan sebesar 7,1%. Variabel status pernikahan menunjukkan bahwa status menikah meningkatkan peluang memiliki jaminan kesehatan sebesar 16,1%, status cerai hidup menurunkan
peluang untuk memiliki jaminan kesehatan sebesar 39,8%, dan
status cerai mati meningkatkan peluang untuk memiliki jaminan kesehatan sebesar 8,1%. Wilayah tinggal di perkotaan meningkatkan peluang untuk memiliki
jaminan kesehatan sebesar 95,4%.
Dari
hasil odds ratio dapat dilihat bahwa usia
6-11 tahun memiliki peluang sebesar 1,569 kali memiliki jaminan kesehatan dibandingkan kelompok usia lainnya,
kelompok usia 12-25 tahun memiliki peluang sebesar 1,480 kali memiliki jaminan kesehatan dibandingkan kelompok usia lainnya,
kelompok usia 26-65 tahun memiliki peluang sebesar 1,449 kali memiliki jaminan kesehatan dibandingkan kelompok usia lainnya,
dan kelompok usia >65 tahun yang merupakan kelompok lansia memiliki peluang sebesar 1,480 kali memiliki jaminan kesehatan dibandingkan kelompok usia lainnya. Untuk
jenjang pendidikan rendah berpeluang 1,281 kali memiliki jaminan kesehatan dibandingkan tidak sekolah dan jenjang pendidikan lainnya, pendidikan menengah berpeluang 2,043 kali memiliki jaminan kesehatan dibandingkan tidak sekolah dan jenjang pendidikan lainnya, pendidikan tinggi memiliki peluang sebesar 4,740 kali memiliki jaminan kesehatan dibandingkan dengan pendidikan rendah, menengah dan tidak/ belum sekolah.
Masyarakat yang bekerja berpeluang
memiliki jaminan kesehatan sebesar 0,931 kali dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Sedangkan status pernikahan menikah memiliki peluang 1,175 kali dibandingkan dengan yang belum menikah, cerai hidup dan cerai mati untuk memiliki
jaminan kesehatan, status cerai hidup memiliki
peluang 0,672 kali dibandingkan
dengan yang belum menikah, menikah dan cerai mati, sedangkan
status cerai mati memiliki peluang 1,084 kali dibandingkan dengan yang belum menikah, menikah dan cerai hidup untuk memiliki
jaminan kesehatan. Masyarakat
yang tinggal di wilayah perkotaan
memiliki peluang 2,597 kali
untuk memiliki jaminan kesehatan dibandingkan yang tinggal di
wilayah pedesaan.��
Uji Sensitivitas dan Spesifisitas
Uji
sensitivitas dan spesifisitas
dilakukan untuk mengukur goodness of
fit sebagai bentuk pengganti R2. Hasil uji tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
5
Uji Sensitivitas dan Spesifisitas
|
True |
|
|
Classified |
D |
~D |
Total |
+ |
14732 |
6299 |
21031 |
- |
2140 |
2771 |
4911 |
Total |
16872 |
9070 |
25942 |
Classified
+ if predicted Pr (D) >=0.5 |
|||
True
D defined as jp_cat01 !=0 |
|||
Sensitivity |
Pr
( + �| D� ) |
87.32% |
|
Spesificity |
Pr
( -�� | ~D) |
30.55% |
|
Positive
predictive value |
Pr
( D �| + �) |
70.05% |
|
Negative
predictive value |
Pr
(~D | -� ) |
56.42% |
|
False
+ rate for true ~D |
Pr
( + ��| ~D) |
69.45% |
|
False
� rate for true D |
Pr
( -�� �| D ) |
12.68% |
|
False
+ rate for classified + |
Pr
(~D | +� ) |
29.95% |
|
False
- rate for classified - |
Pr
( D �| -� ) |
43.58% |
|
Correctly
classified |
67.47% |
Berdasarkan hasil pada tabel diatas menunjukkan
bahwa nilai sensitivitas yaitu observasi hasil positif yang dinayatakan positif secara benar sebesar 87,32%, sedangkan nilai spesifisitas yaitu observasi hasil negative yang dinyatakan negative secara benar sebesar 30,55%. Secara keseluruhan pada hasil uji klasifikasi menunjukan hasil 66,47% yang berarti bahwa model dapat memprediksi secara benar sebesar
66,47%. Berikut pembahasan dari hasil perhitungan
diatas :
��
1. Hubungan usia dengan kepemilikan
jaminan kesehatan
Mayoritas
usia responden berada pada kelompok 26-65 tahun (50,83%) dan hanya sedikit di kelompok usia >65 tahun. Rata-rata usia berada di kelompok 26-65 tahun yang merupakan usia produktif. Secara statistic variabel usia mempengaruhi
kepemilikan jaminan kesehatan (p-value = 0,000) dan bernilai
positif artinya setiap ada pertambahan
usia maka meningkatkan peluang untuk memiliki jaminan kesehatan. Teori ekonomi menunjukkan
bahwa seiring bertambahnya usia individu, mereka mengalami penurunan kesehatan dan cenderung membeli asuransi kesehatan sebagai investasi kesehatan untuk menghindari pengeluaran kesehatan yang katastropik jika terjadi penyakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Duku et al., 2018) yang
mengatakan usia memiliki nilai yang signifikan dan hubungannya positif mempengaruhi mendaftar asuransi kesehatan. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan usia 1 tahun secara
signifikan meningkatkan peluang mendaftar asuransi kesehatan. Dan juga sejalan dengan hasil penelitian (Baros, 2015) bahwa usia signifikan
mempengaruhi kepemilikan jaminan kesehatan.
2. Hubungan pendidikan dengan kepemilikan jaminan kesehatan
Mayoritas pendidikan responden pada penelitian ini berada pada tingkat pendidikan rendah (55,22%), sedangkan hanya sedikit yang memiliki pendidikan tinggi (8,73%). Secara statistik variabel pendidikan signifikan dalam mempengaruhi kepemilikan jaminan kesehatan (p-value =
0,000) dan bernilai positif.
Artinya kepemilikan jaminan kesehatan dipengaruhi dari tinggi atau rendahnya
tingkat pendidikan.
Pendidikan mempengaruhi pengetahuan
dan pola berfikir masyarakat dalam mencari atau membeli
atau memiliki jaminan untuk melindungi
kesehatannya, serta memandang apakah jaminan kesehatan tersebut penting atau tidak. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin sadar akan
pentingnya memiliki jaminan kesehatan. (Notoatmodjo, 2010) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan faktor predisposisi yang menggambarkan faktor awal yang mendorong seseorang untuk bertindak atau berperilaku. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh (Duku et al., 2018) yang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan menentukan sesorang untuk mendaftar ke asuransi kesehatan,
(Madya & Nurwahyuni, 2019) yang
menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap kepemilikan jaminan kecelakaan kerja pada tenaga kerja informal, dan (Baros, 2015) bahwa pendidikan signifikan mempengaruhi kepemilikan jaminan kesehatan.
3. Hubungan
status pekerjaan dengan kepemilikan jaminan kesehatan
�Mayoritas responden dalam penelitian ini tidak bekerja (67,06%) dan sisanya bekerja (32,94%). Status pekerjaan secara statistic tidak mempengaruhi kepemilikan jaminan kesehatan (p-value = 0,118) dan hubungannya
negative. Hal ini bisa disebabkan karena jumlah kelompok tidak bekerja lebih
banyak dari yang bekerja, dan jumlah yang memiliki jaminan kesehatan lebih banyak pada kelompok tidak bekerja dibandingkan
yang bekerja. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian oleh (Duku, 2018) bahwa bekerja tidak
berpengaruh positif terhadap mendaftar asuransi kesehatan. Tetapi bertentangan dengan hasil penelitian
(Pourshams et al., 2019)vvpoubahwa pekerjaan memiliki dampak yang signifikan terhadap keputusan mendaftar asuransi. Seseorang yang memiliki pekerjaan menghasilkan jumlah pendapatan yang lebih tinggi, memiliki peluang yang lebih tinggi untuk mendaftar
asuransi.
4. Hubungan
status pernikahan dengan kepemilikan jaminan kesehatan
Responden
pada penelitian ini mayoritas berstatus menikah (47,70%). Secara
statistic status pernikahan mempengaruhi
secara signifikan dalam kepemilikan jaminan kesehatan (p-value =
0,000) dan memiliki hubungan
yang positif. Artinya bahwa menikah meningkatkan
peluang untuk memiliki jaminan kesehatan. Hasil penelitian sesuai dengan hasil
penelitian (Duku et al., 2018) bahwa menikah meningkatkan
peluang pendaftaran asuransi kesehatan, dan (Baros, 2015) bahwa status menikah signifikan mempengaruhi kepemilikan jaminan kesehatan. Status menikah berkaitan dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga, probabilitas mendapatkan masalah kesehatan dalam keluarga tergantung dari ukuran jumlah anggota
didalamnya, semakin banyak ukuran jumlah
anggota keluarga maka kemungkinan sakit dari salah satu anggota di dalamnya akan lebih
tinggu sehingga ada kecenderungan untuk bergabung dengan lembaga asuransi kesehatan (Getasew Taddesse dkk, 2020).�
5. Hubungan
wilayah tinggal dengan kepemilikan jaminan kesehatan
Responden dalam penelitian ini mayoritas tinggal
di wilayah perkotaan sebesar
64,67% dan sisanya sebesar
35,33% tinggal di wilayah pedesaan.
Secara statistic wilayah tinggal
berpengaruh siginifikan terhadap kepemilikan jaminan kesehatan (p-value =
0,000) dan memiliki hubungan
yang positif, artinya bahwa semakin banyak
masyarakat yang tinggal di
wilayah perkotaan maka semakin banyak peluang yang memiliki jaminan kesehatan. Wilayah perkotaan memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi kesehatan. Akses informasi terkait asuransi kesehatan yang diperoleh melalui media cetak dan iklan sangat membantu informasi asuransi kesehatan (Madya & Nurwahyuni, 2019).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang oleh Sri Denti On
Madya (2021) bahwa wilayah tinggal
memiliki hubungan yang signifikan dengan kepemilikan jaminan dan masyarakat yang tinggal di
wilayah pedesaan lebih sedikit memiliki jaminan, dan (Duku, 2018) bahwa wilayah tinggal perkotaan atau pedesaan menjadi salah satu penentu untuk
mendaftar asuransi kesehatan, walaupun status kekayaan sama tetapi
masyarakat yang kaya di wilayah perkotaan
memiliki peluang untuk mendaftar dua kali lebih besar dari
masyarakat kaya di wilayah pedesaan.
Tetapi bertentangan dengan hasil penelitian
yang dilakukan (Baros, 2015) bahwa wilayah tinggal tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepemilikan jaminan, walaupun pada hasil penelitian didapatkan prosentase masyarakat yang tinggal di
wilayah perkotaan lebih besar dari yang tinggal di pedesaan. �������
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada sebanyak
empat variabel sosial demografi yang mempengaruhi kepemilikan jaminan kesehatan yaitu usia (p-value = 0,000), tingkat pendidikan (p-value =
0,000), status pernikahan (p-value = 0,000) dan
wilayah tinggal (p value = 0,000). Keempat variabel tersebut memiliki hubungan yang positif terhadap kepemilikan jaminan kesehatan. Berdasarkan nilai odds rasio didapatkan bahwa tingkat pendidikan
tinggi (OR = 4,740) dan wilayah tinggal
perkotaan (OR = 2,597) merupakan
variabel yang sangat berpengaruh
terhadap kepemilikan jaminan kesehatan.
Setelah
mengetahui determinan sosial demografi yang mempengaruhi kepemilikan jaminan kesehatan berdasarkan hasil penelitian, pemerintah daerah Povinsi Banten dapat memfokuskan alokasi anggaran untuk kepemilikan jaminan kesehatan melalui program JKN di wilayah kabupaten.
Penduduk Provinsi Banten tahun 2022 sebanyak 7,7 juta jiwa (63,44%) berada di empat wilayah kabupaten (Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang) dan sisanya sebanyak 4,4 juta jiwa (36,56%) berada di empat wilayah kota (Kota Tangerang, Kota Cilegon,
Kota Serang, Kota Tangerang Selatan). Hal ini sesuai dengan
data capaian kepesertan JKN
Provinsi Banten bahwa masih terdapat enam kabupaten/ kota yang kepesertaan JKN nya masih dibawah
90%, empat diantaranya adalah wilayah kabupaten. Serta meningkatkan kerjasama dengan BPJS Kesehatan selaku penyelenggara JKN untuk memberikan edukasi dan informasi tentang pentingnya memiliki jaminan kesehatan sebagai perlindungan atas resiko jatuh
secara finansial akibat menanggung biaya pelayanan kesehatan, diutamakan untuk empat wilayah kabupaten. �������
BLIBLIOGRAFI
Arliman, L. (2017). Perlindungan Hukum Umkm Dari
Eksploitasi Ekonomi Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal
Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, 6(3), 387�402.
Baros, W. A. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepemilikan Jaminan Kesehatan Analisa Data Susenas 2013. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia: Jkki, 4(1), 20�25.
Duku, S. K. O. (2018). Differences In The Determinants Of
Health Insurance Enrolment Among Working-Age Adults In Two Regions In Ghana. Bmc
Health Services Research, 18, 1�16.
Duku, S. K. O., Nketiah-Amponsah, E., Janssens, W., &
Pradhan, M. (2018). Perceptions Of Healthcare Quality In Ghana: Does Health
Insurance Status Matter? Plos One, 13(1), E0190911.
Hadiyono, V. (2020). Indonesia Dalam Menjawab Konsep Negara
Welfare State Dan Tantangannya. Jurnal Hukum, Politik Dan Kekuasaan, 1.
Khusna, N., & Pujilestari, T. (2022). Analisis
Partisipasi Tenaga Kerja Lansia Di Jawa Timur Tahun 2020: Analysis Of Elderly
Labor Participation In East Java In 2020. Jurnal Ilmiah Komputasi Dan
Statistika, 2(1), 33�39.
Madya, S. D. O., & Nurwahyuni, A. (2019). Determinan
Sosial Ekonomi Kepemilikan Jaminan Kecelakaan Kerja Pada Tenaga Kerja Informal
Di Indonesia: Analisis Data Susenas 2017. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia,
3(2).
Melianna, R., & Wiarsih, W. (2019). Hubungan Kepatuhan
Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya Overload Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Post Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Jiko (Jurnal Ilmiah
Keperawatan Orthopedi), 3(1), 37�46.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta, 200, 26�35.
Pourshams, A., Sepanlou, S. G., Ikuta, K. S., Bisignano, C.,
Safiri, S., Roshandel, G., Sharif, M., Khatibian, M., Fitzmaurice, C., &
Nixon, M. R. (2019). The Global, Regional, And National Burden Of Pancreatic
Cancer And Its Attributable Risk Factors In 195 Countries And Territories,
1990�2017: A Systematic Analysis For The Global Burden Of Disease Study 2017. The
Lancet Gastroenterology & Hepatology, 4(12), 934�947.
Purwoto, A. (2007). Panduan Lab Statistik Inferensial.
Grasindo.
Saleh, K., Supriadi, D., & Sariyoga, S. (2023). Strategi
Pemasaran Dalam Mempertahankan Bisnis Umkm Di Tengah Pandemi Covid-19 Produk
Gula Aren Desa Hariang Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Banten. Jppm, 2(1),
18�29.
Sandiata, S. (2013). Perlindungan Hukum Hak Mendapatkan
Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Pemerintah. Lex Administratum, 1(2).
Setiyono, B. (2018). Perlunya Revitalisasi Kebijakan Jaminan
Kesehatan Di Indonesia. Politika: Jurnal Ilmu Politik, 9(2),
38�60.
Sumardjoko, I., & Akhmadi, M. H. (2020). Pengukuran
Utilitas Dana Kapitasi Puskesmas Dengan Capaian Standar Pelayanan Minimal
Kesehatan Di Indonesia. Gorontalo Journal Of Public Health, 3(2),
80�90.
Copyright holder: Darwati, Budi Hidayat (2023) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |